ANALISIS PROSES BERPIKIR DALAM PEMAHAMAN

JPSD Vol. 2 No. 2, September 2016
ISSN 2301-671X

ANALISIS PROSES BERPIKIR DALAM PEMAHAMAN MATEMATIS
SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN PEMBERIAN SCAFFOLDING
Geri Syahril Sidik
PGSD FKIP, Universitas Perjuangan Tasikmalaya
[email protected]

Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keunikan hasil jawaban siswa SD ketika diberikan
soal mengenai materi operasi hitung campuran bilangan buat. Jawaban tersebut, menggambarkan
bahwa kemampuan pemahaman matematis siswa masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memperoleh gambaran tentang proses berpikir siswa, kesulitan dan scaffolding yang diberikan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Untuk memperoleh data digunakan
lembar tugas yang diberikan kepada seluruh siswa untuk mengetahui proses berpikir sebelum
mendapatkan scaffolding. Kemudian dipilih dua orang siswa yang kemampuan matematikanya
baik, dua orang siswa yang kemampuan matematikanya sedang, dan dua orang siswa yang
kemampuan matematikanya rendah. Subjek yang terpilih diberikan wawancara klinis dan
scaffolding untuk melihat proses berpikirnya. Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa proses
berpikir diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu proses berpikir instrumental dan proses berpikir
relasional instrumental. Proses berpikir relasional instrumental terdiri dari empat bagian, yaitu (1)

relasional kuat instrumental kuat, (2) relasional kuat instrumental lemah, (3) relasional lemah
instrumental kuat, (4) relasional lemah instrumental lemah. Dengan dasar temuan pada penelitian
ini, peneliti menyarankan kepada guru untuk menggunakan teknik scaffolding dalam membantu
siswa yang mengalami kesulitan memahami permasalahan dan guru perlu memperhatikan
pemahaman siswa terhadap penguasaan konsep matematika dengan memberikan analogi cerita
nyata yang dekat dengan lingkungan siswa terkait materi yang dipelajari.

Kata Kunci : Proses Berpikir, Pemahaman Matematis, Pemberian Scaffolding

Abstract. This research examined the thinking process of students before and when getting
scaffolding at one of the elementary schools. The purpose of this study was to obtain information
about the students’ thinking process, difficulties and scaffolding. This research is a descriptive
qualitative. It aims to describe the thinking process of mathematical understanding of elementary
school students. Assignment was taken to obtain the data. It was given to all students to know the
thinking prrocess before getting the scaffolding. Then six students were choosen. Each two
students were clasified by their abilities; high, medium and low. The choosen subjects were
interviewd clinically to determine their thinking process. Besd on those data, thinking process is
clasified into two types, namely the instrumental and relational instrumental thinking process.
Intrumental relational thinking process consists of four part, they are (1) strong relational and
instrumental, (2) strong relational weak instrumental, (3) strong instrumental weak relational, (4)

weak relational and instrumental. Based on the findingdings of this research, reserchers suggest
the teacher to use scaffolding technique in assistings their students who have obstacles on
comprehending problem. Teacher are supposed to give more attention to students’ comprehension
to ward the mastery of mathematical concept by delivering the analogy of real story which related
to the given material.

Keywords : Thinking Process, Mathematical Understanding, Scaffolding Giving

192

A. Pendahuluan

Operasi

hitung

campuran

mampu melakukan perhitungan saja


bilangan bulat merupakan salah satu

melainkan

kompetensi

permasalahan.

Kompetensi

bagi

siswa

tersebut

kelas

V.


siswa

tidak

memahami

Memahami konsep matematika

sebagaimana

diamanatkan dalam Standar Isi Sekolah

merupakan

Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

diajarkannya matematika. Depdiknas

tentang


yaitu

(2006) menyebutkan bahwa salah satu

“melakukan operasi hitung campuran

tujuan diajarkannya matematika adalah

bilangan

memahami

standar

bulat

kompetensi

dalam


pemahaman

salah

satu

konsep

tujuan

matematika,

matematik” dan kompetensi dasar yaitu

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

“melakukan operasi hitung campuran

mengaplikasikan konsep atau algoritma


bilangan bulat” (Depdiknas, 2006).

secara luwes, akurat, efisien, dan tepat

Untuk itu materi ini harus dikuasai

dalam pemecahan masalah. Namun masih

dengan baik oleh siswa, karena materi

banyak siswa yang mengalami kesulitan

ini

dalam memahami masalah matematika saat

akan

menunjang


materi-materi

selanjutnya.

belajar.

Dapat disadari bersama bahwa
sejauh

ini

siswa

mengalami

masih

kesulitan

Dalam


proses

banyak

munculnya kesulitan untuk memahami

dalam

suatu konsep merupakan hal yang

pembelajaran materi operasi bilangan

wajar.

Ini

bulat.

siswa


sedang

Soekisno

(2002,

pembelajaran,

hlm.

3)

menggambarkan
melakukan

berpikir.

berkaitan dengan bilangan tidaklah


mengintegrasikan informasi baru ke

begitu menyulitkan siswa, namun soal-

dalam struktur kognitif yang telah

soal

kalimat,

dimilikinya. Marpaung (1986, hal. 6)

sangat menyulitkan bagi siswa yang

mengatakan proses “berpikir adalah

kurang memiliki kemampuan dalam

proses yang dimulai dari penemuan

berhitung.” Kesulitan-kesulitan yang

informasi (dari luar atau diri siswa),

menggunakan

dihadapi siswa bukan disebabkan tidak pengolahan,
JPSD Vol. 2 No. 2, September 2016
ISSN 2301-671X
193

berusaha

proses

menyatakan bahwa “soal-soal yang

yang

Mereka

bahwa

untuk

penyimpanan
dan
Geri Syahril Sidik

memanggil kembali informasi itu dari

justru diabaikan. Salah satu teori yang

ingatan siswa.”

membahas mengenai tingkat kesulitan

Guru harus memahami perbedaan
siswa secara individu, agar dapat

siswa serta konsep pemberian bantuan
adalah teori kontruktivisme Vygotsky.

sesuai

Shabani, Khatib dan Ebadi (2010,

dengan perbedaannya itu. Siswa akan

hal. 237) menjelaskan setidaknya ada

berkembang

dua

melayani

pendidikan

yang

sesuai

dengan

hal

penting

yang

harus

kemampuannya masing-masing. Setiap

diperhatikan dalam penerapan teori

siswa

tempo

Vigotsky, yaitu pembelajaran harus

perkembangan sendiri-sendiri, maka

prospektif dan kolaboratif. Prospektif

guru dapat memberi pelajaran sesuai

artinya potensi siswa harus dapat

dengan

masing-masing.

meningkat di pertemuan selanjutnya.

Perbedaan individual ini berpengaruh

Kolaboratif artinya terdapat interaksi

pada cara dan hasil belajar siswa.

siswa

Karenanya, perbedaan individu perlu

mendapat bantuan dari guru atau teman

diperhatikan oleh guru dalam upaya

sebaya yang lebih mampu. Peran guru

pembelajaran.

atau teman sebaya tidak memberikan

juga

memiliki

temponya

Pada kenyataanya justru guru
tidak

menyadari

bahwa

kesulitan-

dengan

lingkungan.

Siswa

isyarat terstruktur untuk memfasilitasi
kinerja

siswa,

tetapi

melalui

kesulitan yang dihadapi siswa didiknya

pembicaraan, penjajakan dan media

itu

sosial lainnya yang membantu peserta

disebabkan

oleh

kurangnya

perhatian, pemahaman dan peran guru

didik

di dalam proses pembelajaran. Selain

pembelajaran mereka sendiri. Vygotsky

itu, tidak jarang bantuan atau intervensi

menyebut bantuan yang demikian ini

yang

dengan

diberikan

guru

pun

kurang

memperhatikan letak kesulitan siswa.

dalam

dukungan

mengendalikan

dinamis

atau

Scaffolding.

Terkadang guru justru memberikan

Sebenarnya

pemberian

bantuan di saat siswa juga mampu,

Scaffolding oleh guru sudah banyak

jelas hal ini akan membuat siswa

dilakukan saat pembelajaran. Namun

merasa terganggu. Sedangkan di saat

praktek pemberian Scaffolding yang

siswa merasa memerlukan bantuan telah
JPSD Vol. 2 No. 2, September 2016
ISSN 2301-671X
194

dilakukan

tidak terencana,
Geri Syahril Sidik

sehingga

tidak

suatu

pembelajaran berikutnya. Berdasarkan

gambaran mengenai pola pikir siswa

latar belakang tersebut, peneliti tertarik

ketika memperoleh Scaffolding selama

untuk memperoleh gambaran tentang

pembelajaran berlangsung. Gambaran

proses

mengenai

scaffolding

pola

diperoleh

pikir

siswa

ini

berpikir,
yang

kesulitan
diberikan

dan
dalam

seharusnya dicermati dan selanjutnya

pemahaman matematis siswa sekolah

dapat dipakai sebagai salah satu bahan

dasar pada materi operasi hitung

acuan untuk melakukan perbaikan

campuran bilangan bulat.

perencanaan

maupun

pelaksanaan

B. Metodologi Penelitian

Penelitian ini mendeskripsikan
tahapan proses berpikir siswa dalam
menyelesaikan
matematika

suatu

dalam pemahaman matematis dengan
pemberian scaffolding.
Aktivitas ini diharapkan dapat

masalah

dengan

pemberian

mengungkap

pokok

permasalahan

peneliti.

Proses

mendasar yang dialami oleh siswa

diamati

dengan

ketika menyelesaikan soal matematika

mencermati (mengkaji) hasil kerja

yang merupakan masalah. Selanjutnya

siswa

suatu

dicermati tahap-tahap proses berpikir

masalah yang dihadapi. Ketika siswa

siswa serta bantuan apa saja yang

menemui kesulitan atau kemacetan

diperlukan siswa tersebut untuk sampai

dalam menyelesaikan permasalahan,

pada

guru

atau

masalah yang dihadapinya. Data yang

pernyataan untuk memberikan bantuan

diperoleh dalam penelitian ini adalah

(scaffolding) pada siswa, supaya siswa

data verbal, oleh karenanya penelitian

dapat

ini termasuk penelitian kualitatif –

scaffolding
berpikir

oleh
siswa

dalam

menyelesaikan

mengajukan

pertanyaan

melanjutkan

penyelesaian

masalah yang dihadapinya. Tindakan

proses

berpikir

siswa

menyelesaikan

deskriptif – eksploratif.
Untuk

ini merupakan suatu upaya untuk
mengetahui

kemampuan

berpikir
matematis

JPSD Vol. 2 No. 2, September 2016
ISSN 2301-671X
195

mengetahui

siswa

dalam

proses

pemahaman

sebelum
mendapatkan
Geri Syahril Sidik

bantuan

dari

(sebelum

terkait dengan operasi hitung campuran

peneliti

bilangan bulat. Permasalahan mendasar

memberikan lembar tugas. Lembar

yang terkait dengan operasi hitung

tugas yang digunakan dalam penelitian

campuran bilangan bulat adalah siswa

ini disusun untuk mengetahui proses

kesulitan memahami maksud soal,

berpikir siswa kelas V di salah satu SD

menerjemahkan

Negeri di kecamatan Parungponteng

kedalam

Kabupaten

kesulitan

pemberian

peneliti

Scaffolding),

Tasikmalaya

menyelesaikan

dalam

masalah

sederhana

dari

kalimat

soal

cerita

matematika

mengoperasikan

dan

operasi

hitungnya.

C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Proses

Berpikir

Pemahaman

Dalam

ketika mengerjakan Q5.dan terjadi

Pada

pada S6 ketika mengerjakan Q2, Q3,

Matematik

Q4, dan Q5

Materi Operasi Hitung Campuran

2) Proses

Bilangan Bulat
Secara

rinci,

proses

berpikir

berpikir

instrumental

dalam pemahaman matematis yang

Proses

terjadi

instrumental

pada

penelitian

ini

dapat

relasional

berpikir

relasional

ditandai

dengan

diklasifikasikan sebagai berikut:

subjek yang mencoba mencari

1) Proses berpikir Instrumental

makna soal menggunakan logika

Proses

berpikir

instrumental

berpikirnya kemudian melanjutkan

ditandai dengan jawaban subjek

perhitungan

yang tidak relevan dengan maksud

Proses ini dapat dikategorikan

soal. Subjek terkesan sembarang

menjadi:

dalam

(1) Relasional kuat, instrumental

menjawab

dan

hanya

memperhatikan angka yang ada

secara

algoritmik.

kuat

dalam soal. Proses ini terjadi pada

Proses berpikir ini ditandai dengan

S1 ketika mengerjakan Q3, dan Q4,

jawaban

terjadi pada S3 ketika mengerjakan

dengan maksud soal. Kategori ini

Q1, Q2, Q4, dan Q5, terjadi pada S5
JPSD Vol. 2 No. 2, September 2016
ISSN 2301-671X
196

terjadi pada S1 ketika mengerjakan
Geri Syahril Sidik

subjek

yang

relevan

Q2,

terjadi

pada

S4

ketika

lemah,

namun

secara

teknis

mengerjakan Q2, Q3, dan Q5 dan

pengerjaan sudah bagus. Kategori

terjadi pada S5 ketika mengerjakan

ini

Q2 dan Q3

mengerjakan Q1, terjadi pada S2

(2) Relasional kuat, instrumental

ketika mengerjakan Q4, terjadi

terjadi

pada

S1

ketika

pada S4 ketika mengerjakan Q4

lemah
Proses berpikir ini ditandai dengan

terjadi pada S5 ketika mengerjakan

jawaban

Q4, dan terjadi pada S6 ketika

subjek

yang

relevan

dengan maksud soal, namun masih
salah dalam melakukan operasi

mengerjakan Q1
(4) Relasional lemah instrumental
lemah

hitung.

Secara

konsep

sudah

sesuai,

namun

secara

teknis

Proses berpikir ini ditandai dengan

pengerjaan masih lemah. Kategori

jawaban subjek yang tidak relevan

ini

ketika

dengan maksud soal dan salah

Q2, terjadi

dalam perhitungan, namun dalam

pada S4 ketika mengerjakan Q1,

pengerjaan masih dalam koridor

dan

materi yang dimaksudkan oleh

terjadi

pada

S2

mengerjakan Q1 dan

terjadi

pada

S5

ketika

mengerjakan Q1.

soal. Kategori ini terjadi pada S1

(3) Relasional lemah instrumental

ketika mengerjakan Q5, terjadi
pada S2 ketika mengerjakan Q3 dan

kuat
Proses berpikir ini ditandai dengan

Q5, dan terjadi pada S3 ketika

jawaban subjek yang tidak relevan

mengerjakan Q3.

dengan

maksud

subjek

dapat

namun

Berdasarkan hasil penelitian yang

melakukan

telah dipaparkan, dapat di ketahui

soal,

perhitungan dengan baik walaupun

bahwa

hasilnya tidak sesuai maksud soal.

aktifitas

Subjek keliru membuat model

pemahaman

matematis

matematika dari soal, tetapi subjek

menyelesaikan

masalah

dapat

yang berkaitan dengan operasi hitung

melakukan

perhitungan

menurut model matematika yang

proses

campuran

berpikir

kognitif

bilangan

merupakan

subjek

dalam
ketika

matematis

bulat.

Proses

dibuatnya. Secara konsep masih berpikir subjek tercermin pada langkah
JPSD Vol. 2 No. 2, September 2016
Geri Syahril Sidik
ISSN 2301-671X
197

– langkah kerja yang mereka tulis

2006). Dalam hal ini yaitu memahami

dalam memahami masalah matematika

maksud soal dan menghubungkannya

yang mereka hadapi, maupun ungkapan

dengan model matematika. Menurut

verbal yang mereka kemukakan terkait

Michener (Sumarmo, 1987, hal. 24)

langkahlangkah kerja yang mereka

untuk memahami suatu objek secara

tuliskan. Hal ini sependapat dengan

mendalam

Herbert (dalam Siswono, 2002, hal. 46)

mengetahui: 1) objek itu sendiri;

menyatakan bahwa “Proses berpikir

relasinya dengan objek lain yang

dalam

adalah

sejenis; 3) relasinya dengan objek lain

kegiatan mental yang ada dalam pikiran

yang tidak sejenis; 4) relasi dual

subjek.

untuk

dengan objek lainnya yang sejenis; dan

mengetahuinya hanya dapat diamati

5) relasi dengan objek dalam teori

melalui proses cara mengerjakan tes

lainnya. Pendapat lain disampaikan

dan hasil yang ditulis secara terurut.

oleh Soekisno, (2002, hal. 3) yang

Selain itu ditambah dengan wawancara

mengatakan bahwa:

belajar

matematika

Karena

itu

seseorang

harus
2)

mendalam mengenai cara kerjanya”.

Soal-soal yang berkaitan dengan

2. Kesulitan

bilangan

Dalam

Pemahaman

tidaklah

begitu

Matematik Pada Materi Operasi

menyulitkan subjek, namun soal-

Hitung Campuran Bilangan Bulat

soal yang menggunakan kalimat,

Pada umumnya, subjek kesulitan

sangat menyulitkan bagi subjek

pada tahap pemahaman soal. Kesulitan

yang kurang memiliki kemampuan

tersebut terjadi karena subjek kurang

dalam

berhitung.

memahami bahasa, kalimat atau konsep

kesulitan

yang

matematika yang ada pada soal. Hal ini

bukan disebabkan tidak mampu

menunjukkan bahwa subjek belum

melakukan

mampu

soal

melainkan subjek tidak memahami

pemahaman relasional yaitu soal yang

permasalahan. Hal ini diakibatkan

menunjukkan

karena

menyelesaikan

kemampuan

subjek

Kesulitan-

dihadapi

perhitungan

subjek

tidak

subjek

saja

terbiasa

dalam menguasai suatu konten yang

mengerjakan soal yang kontekstual

dikaitkan dengan konten yang lain

atau soal yang dikemas dalam cerita.

kemudian menyelesaikannya, (Skemp,
JPSD Vol. 2 No. 2, September 2016
ISSN 2301-671X
198

Geri Syahril Sidik

Subjek berusaha menerjemahkan

yaitu

kemampuan

subjek

dalam

tertentu

secara

secara langsung kata-kata kunci dalam

memahami

soal untuk menyelesaikan masalah

algoritmik, belum dikuasai dengan baik

yang terdapat dalam soal.

oleh subjek.

Tindakan

yang dilakukan oleh subjek akan

konten

Kesulitan

yang

terjadi

pada

mengarahkan kepada jawaban yang

proses berpikir dalam pemahaman

salah.

matematis ini memberikan gambaran

Kesalahan

yang

dilakukan

subjek dapat terjadi diantaranya karena

bahwa

subjek kurang dapat memahami tentang

pemahaman relasional lebih sedikit

apa yang ditanyakan dalam soal cerita,

mengalami

sehingga ketika menyusun rencana

dengan subjek yang hanya memiliki

penyelesaian dan dilanjutkan dengan

pemahaman

melakukan perhitungan, subjek akan

subjek yang berpikir instrumental lebih

melakukan kesalahan.

mengarah

kepada

jawaban

sembarangan,

sedangkan

jawaban

Kesulitan subjek banyak juga

subjek

yang

kesulitan

memiliki

dibandingkan

instrumental.

Jawaban

terjadi pada saat melakukan operasi

subjek

hitung. kesulitan-kesulitan disebabkan

instrumental, cenderung ada konstruksi

karena pemahaman konsep operasi

logis dalam menyelesaikan persoalan.

hitung yang dimiliki subjek sangat

3. Scaffolding Dalam Pemahaman

lemah. Banyak subjek yang masih

Matematis Siswa Pada Materi

belum memahami maksud dari operasi

Operasi

hitung

Bilangan Bulat

dasar

seperti

penjumlahan,

yang

berpikir

Hitung

relasional

Campuran

pengurangan perkalian atau pembagian

Kesulitan dalam berpikir subjek

pada konsep bilangan bulat. Akibatnya

dapat terungkap dan teratasi dengan

subjek lemah dalam mengoperasikan

pemberian scaffolding dari peneliti.

operasi hitung tersebut. Kebanyakan

Scaffolding tersebut dilakukan setelah

subjek mengalami kesulitan pada saat

mengetahui

melakukan operasi hitung pembagian

dialami subjek. Kegiatan scaffolding

dan operasi hitung yang memuat tanda

dalam proses berpikir subjek yang

negatif. Terlihat bahwa pemahaman

diberikan mengacu pada tingkatan

bentuk kesulitan

yang

instrumental menurut Skemp (2006) Scaffolding yang dikemukakan Julia
JPSD Vol. 2 No. 2, September 2016
Geri Syahril Sidik
ISSN 2301-671X
199

Anghileri

(2006)

adalah

(8) Memeriksa kembali kepahaman

sebagai

subjek terhadap masalah

berikut:

(9) Meminta

1) Proses berpikir Instrumental

subjek

menyusun

Scaffolding yang diberikan pada

kembali rancangan jawaban dan

jenis berpikir ini antara lain:

memperbaiki pekerjaannya

(1) Meminta

subjek

membaca soal

mengulangi

2) Proses

atau peneliti

(2) Membaca soal tiap kalimat dan
memberikan

kesempatan

Relasional

Instrumental
(1) Relasional kuat, instrumental

yang membacakan soal

peneliti

berpikir

kepada

subjek

untuk memahami kalimat yang

kuat
Tidak ada scaffolding yang
diberikan peda jenis berpikir
ini.
(2) Relasional kuat, instrumental

dibacakan.
(3) Memberikan

analogi

dengan

lemah

kasus serupa yang cenderung

Scaffolding yang diberikan pada

lebih mudah dipahami subjek

jenis berpikir ini antara lain:

(4) Memberikan
konsep

pemahaman

terkait

materi

yang

dihadapi
(5) Mengajukan pertanyaan arahan
hingga

subjek

memahami

subjek

refleksi

terhadap

sehingga

dapat

melakukan

refleksi

terhadap

sehingga

dapat

jawaban
menemukan

kesalahan
b. Diskusi tentang jawaban dan

pertanyaan

pertanyaanarahan

sampai

subjek menyadari kesalahannya

menemukan

c. Memeriksa kembali kepahaman
subjek terhadap masalah

(7) Diskusi tentang jawaban dan
memberikan

melakukan

jawaban

kesalahan

pertanyaan

subjek

memberikan

masalah.
(6) Meminta

a. Meminta

pertanyaanarahan

sampai

d. Meminta

subjek

menyusun

kembali rancangan jawaban dan
memperbaiki pekerjaannya

subjek menyadari kesalahannya
JPSD Vol. 2 No. 2, September 2016
ISSN 2301-671X

Geri Syahril Sidik
200

(3) Relasional lemah instrumental

c. Memberikan

kuat

analogi

kasus serupa yang cenderung

a. Meminta

subjek

membaca soal

mengulangi

lebih mudah dipahami subjek

atau peneliti

d. Mengajukan pertanyaan arahan

yang membacakan soal

hingga

b. Membaca soal tiap kalimat dan
peneliti

subjek

memberikan

subjek

refleksi

terhadap

untuk memahami kalimat yang

sehingga

dapat

dibacakan.

kesalahan

kesempatan

c. Memberikan

kepada

analogi

subjek

dengan

memberikan

lebih mudah dipahami subjek

pertanyaan

pemahaman

terkait

materi

yang

menemukan

pertanyaanarahan

sampai

g. Memeriksa kembali kepahaman
subjek terhadap masalah

e. Mengajukan pertanyaan arahan
subjek

h. Meminta

memahami

subjek

menyusun

kembali rancangan jawaban dan

masalah.

memperbaiki pekerjaannya.

(4) Relasional lemah instrumental
lemah
a. Meminta

jawaban

subjek menyadari kesalahannya

dihadapi

hingga

melakukan

f. Diskusi tentang jawaban dan

kasus serupa yang cenderung

d. Memberikan

memahami

masalah.
e. Meminta

konsep

dengan

Dalam pemahaman matematis,
subjek mengalami empat tahapan, yaitu

subjek

membaca soal

mengulangi

pemahaman soal, mengubah soal ke

atau peneliti

dalam model matematika, melakukan

yang membacakan soal

operasi

b. Membaca soal tiap kalimat dan
peneliti
kesempatan

memberikan
kepada

hitung

dan

menarik

kesimpulan. Sejalan dengan Margaret
(2006) yang menyatakan ada empat

subjek

dimensi

Pemahaman

untuk memahami kalimat yang

sebagai

dibacakan.

memecahkan

kerangka

Matematik

dasar

masalah,

dalam

yaitu:

(a)

reading/extracting all information from
JPSD Vol. 2 No. 2, September 2016
ISSN 2301-671X

the question (membaca/ mendapatkan
Geri Syahril Sidik
201

semua informasi dari pertanyaan); (b)

reasoning

real-life and common sense approach

matematisasi dan pemberian alasan);

to

dan (d) Standard computational skills

solving

problems

(pendekatan

kehidupan nyata dan akal sehat untuk

and

menjawab

computations

soal);

concepts,

(c)

mathematics

mathematisation

and

(konsep

carefulness

in

matematika,

carrying

(keterampilan

out
dan

ketelitian berhitung standar).

D. Simpulan

Dari

tentang

kesimpulan. Tahapan memahami soal

proses berpikir yang dilaksanakan di

dan mengubah soal ke dalam model

kelas V di salah satu SD negeri di

matematika digolongkan ke dalam jenis

Kecamatan Parungponteng Kabupaten

pemahaman

Tasikmalaya

operasi

tahapan melakukan operasi hitung dan

bulat,

menarik kesimpulan di golongkan ke

hitung

hasil

penelitian

pada

campuran

materi
bilangan

disimpulkan bahwa subjek mengalami
dua jenis proses berpikir, yaitu proses
berpikir

instrumental

dan

proses

relasional

sedangkan

dalam jenis pemahaman instrumental.
Pada umumnya subjek kesulitan
dalam tahap pemahaman soal. Subjek

berpikir relasional instrumental. Proses

lemah

berpikir relasional instrumental terdiri

akibatnya subjek salah menerjemahkan

dari empat bagian, yaitu (1) relasional

soal ke dalam model matematika.

kuat instrumental kuat, (2) relasional

Selain itu subjek kesulitan dalam tahap

kuat instrumental lemah, (3) relasional

melakukan perhitungan. Kebanyakan

lemah instrumental kuat, (4) relasional

subjek mengalami kesulitan pada saat

lemah instrumental lemah. Selain itu

melakukan operasi hitung pembagian

terdapat empat tahapan proses berpikir

dan operasi hitung yang memuat tanda

dalam pemahaman matematis yang

negatif. Hal ini menunjukkan bahwa

ditemukan

kemampuan

dalam

penelitian

yaitu

dalam

pemahaman

pemahaman

konsep,

matematis

tahapan pemahaman soal, mengubah

subjek (pemahaman relasional dan

soal ke dalam model matematika,

pemahaman

melakukan operasi hitung dan menarik lemah.
JPSD Vol. 2 No. 2, September 2016
ISSN 2301-671X
202

instrumental)

masih

Geri Syahril Sidik

Scaffolding
berkaitan

yang

dengan

diberikan

kesulitan

yang

refleksi

terhadap

jawaban,

pertanyaan-pertanyaan

dialami subjek dalam proses berpikir

sehingga

diantaranya:

menemukan kesalahan

yang

subjek

dapat

(3) Relasional lemah instrumental

1) Proses berpikir Instrumental
Scaffolding

arahan

diberikan

kuat

berupa pemberian kesempatan kepada

Scaffolding

subjek untuk memahami setiap kalimat

berupa pemberian kesempatan

dalam soal, memberikan analogi kasus

kepada subjek untuk memahami

serupa yang cenderung lebih mudah

setiap

dipahami

memberikan

subjek,

memberikan

yang

kalimat

diberikan

dalam

analogi

soal,
kasus

pemahaman konsep terkait materi yang

serupa yang cenderung lebih

dihadapi

mudah dipahami subjek.

dan

memberi

penjelasan

terkait prosedur pengerjaan. Pemberian

(4) Relasional lemah instrumental

scaffolding cenderung lebih sulit dan

lemah

memerlukan waktu yang cukup lama.

Scaffolding

2) Proses

berupa pemberian kesempatan

berpikir

Relasional

yang

diberikan

Instrumental

kepada subjek untuk memahami

(1) Relasional kuat, instrumental

setiap

memberikan

kuat
Scaffolding

kalimat

yang

diberikan

mudah

mencari alternatif lain dalam

memberikan

penyelesaian

konsep

yang

dihadapi.
(2) Relasional kuat, instrumental

kasus

dipahami

subjek,

pemahaman

terkait

materi

yang

dihadapi

dan

memberi

penjelasan

terkait

prosedur

pengerjaan.

lemah
Scaffolding

analogi

soal,

serupa yang cenderung lebih

berupa pertanyaan arahan untuk

masalah

dalam

yang

diberikan

berupa permintaan melakukan

JPSD Vol. 2 No. 2, September 2016
ISSN 2301-671X

Geri Syahril Sidik
203

Daftar Pustaka

Anghileri, J. (2006). Scaffolding
Practices
That
Enhance
Mathematics Learning. Journal of
Mathematics Teacher Education,
9, 33-52.
Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006.
Jakarta:
Media
Makmur
Majumandiri.
Margaret, W. (2006). Modelling
Mathematics Problem Solving
Item
Responses
Using
a
Multidimensional IRT Model.
University
of
Melbourne.
Mathematics Education Research
Journal, 18 (2), 93 - 113.
Marpaung, Y. (1986). Proses Berpikir
Siswa dalam Pembentukan Konsep
Algoritma Matematis. Makalah
Pidato Dies Natalies XXXI IKIP
Sanata Dharma Salatiga, 25
Oktober 1986.
Shabani, K. Khatib, M. & Ebadi, S.
(2010). Vygotsky's Zone of
Proximal
Development:
Instructional Implications and
Teachers'
Professional

Development : Journal Canadian
Center of Science and Education, 3
(4), 237 - 248.
Siswono, Y. E. (2002) . Proses Berpikir
Siswa dalam Pengajuan Soal.
Jurnal Nasional Matematika,
ISSN: 0852-7792, hlm. 44-50.
Skemp,
R.
(2006).
Relational
Understanding and Instrumental
Understanding.
Journal
of
Mathematics Teaching in The
Middle School, 12 (2), 88 – 95.
Soekisno B.A.R, (2002), Kemampuan
Pemahaman
Matematik
Matematika
Siswa
Dengan
Strategi
Heuristik.
(Tesis).
Sekolah Pascasarjana, Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sumarmo, U. (1987). Kemampuan
Pemahaman
dan
Penalaran
Matematika Siswa SMA dikaitkan
dengan kemampuan penalaran
logik siswa dan beberapa unsur
proses
belajar
mengajar.
(Disertasi). Sekolah Pascasarjana,
Universitas Pendidikan Indonesia.

JPSD Vol. 2 No. 2, September 2016
ISSN 2301-671X

Geri Syahril Sidik
204