REVIEW FAKTOR DETERMINAN KERAGAMAN KONSUMSI PANGAN
REVIEW FAKTOR DETERMINAN KERAGAMAN KONSUMSI PANGAN
( Revi ew on Det er mi nant Fact or s of Di et ar y Di ver si t y)
Hardinsyah 1
ABST RACT
Index of f ood i nt ake di ver si t y or diet ar y di ver si t y r ef l ect s t he nut r i t i onal qual i t y of t he di et ; and i t i s associ at ed wi t h nut r i t i onal heal t h out comes. Under st andi ng f act or s det er mi ne i ndex of di et ar y di ver si t y is i mpor t ant f or impr oving nut r i t ional -heal t h st at us of t he peopl e. However , no st udi es have been done t o capt ur e compl et el y t he det er mi nant
f act or s of diet ar y di ver sit y. Thi s j our nal ar t i cl e is i nt ended t o r eview t he det er mi nant s
f act or of diet ar y di ver si t y f r om st udies done i n bot h devel op and devel opi ng count r ies at
i ndi vi dual and househol d l evel s. The r esul t s show t hat f our st udi es anal yzed t he f ood dat a at i ndi vi dual l evel and t he ot her f our st udi es anal yzed t he f ood dat a at househol d l evel ; and most of t he st udi es wer e done i n USA. Met hod of di et ar y di ver si t y measur ement and i t s st at i st ical anal ysi s var i es among t he st udies. A f ew di et ar y di ver si t y st udi es have
i nvest i gat ed par t icul ar det er mi nant f act or s wi t h at t ent ion gi ven t o assessi ng nut r i t i on knowl edge and soci o-demogr aphi c f act or s; and t he ot her s on economi c and ecol ogical
f act or s. The pr esent r evi ew suggest ed t hat t he det er mi nant f act or s of di et ar y di ver si t y ar e nut r i t i on knowl edge, f ood pr ef er ence, househol d si ze and composi t i on, f ood avai l abi l i t y and ecol ogi cal f act or s, t i me avai l abi l i t y f or f ood pr epar at ion, and f ood pur chasing power e. g.
i ncome, f ood expendi t ur e and f ood pr i ces. Based on t hi s r eview a compr ehensive concept ual
f r amewor k and model of t he det er mi nant f act or s of di et ar y di ver si t y coul d be devel oped. Keywords: det er mi nant f act or s, diet ar y di ver si t y,
PENDAHULUAN 1 j enis-j enis pangan dari lima kelompok pangan ut ama, yait u pangan sumber energi, pangan
Latar Belakang
sumber prot ein, buah dan sayur (Hardinsyah, 1996).
Konsep keragaman konsumsi pangan un- t uk hidup sehat t elah berkembang sej ak abad
Berbagai penelit ian t elah menganalisis ke-2 Sebelum Masehi di zaman Cina kuno. Pada
sit uasi keragaman konsumsi pangan dan man- zaman t ersebut , makanan yang dianj ur- kan
f aat mengonsumsi anekaragam pangan bagi adalah yang t erdiri dari lima j enis bij i-bij ian,
pemenuhan kebut uhan gizi dan perbaikan kua- lima j enis pangan hewani, lima j enis buah dan
lit as gizi makanan (Hardinsyah & Heywood lima j enis sayur, dan makanan at au minuman
1993). Selain it u ada pula penelit ian t ent ang lain yang enak aroma dan rasanya (Zhi-chien,
manf aat mengonsumsi anekaragam makanan 1993).
bagi kesehat an dan hasi lnya menunj ukkan bah- wa skor keragaman konsumsi pangan yang t ing-
Perkembangan Ilmu Gizi sekit ar seabad gi mengurangi risiko berbagai j enis penyakit t i- lalu t ent ang ident if ikasi dan manf aat berbagai
dak menular (Hardinsyah & Mark, 1996; Moore komponen karbohidrat , komponen lemak dan
et al . , 2002) dan memperpanj ang usia harapan komponen prot ein melahirkan konsep ilmiah
hidup at au mengurangi risiko kemat ian (Kant t ent ang keragaman konsumsi pangan yang se-
et al . , 1993; Trichopoulou et al . , 1996). suai zamannya. Pada masa t ersebut keragam-
an konsumsi pangan dimaknai sebagai kera- Walau demikian, penelit ian yang meng- gaman j enis pangan sumber karbohidat , j enis
ungkap t ent ang f akt or det erminan keragam- pangan sumber lemak dan j enis pangan sum-
an konsumsi pangan penduduk baik di negara ber prot ein. Kemudian sej alan dengan pene-
maj u maupun di negara sedang berkembang muan berbagai vit amin, konsep ilmiah kera-
sangat t erbat as. Sement ara inf ormasi t ent ang gaman konsumsi pangan berkembang menj adi
f akt or-f akt or yang menj adi det erminan kera- keragaman konsumsi pangan yang t erdiri dari
gaman konsumsi pangan diperlukan bagi pem- buat kebij akan dan pengelola program pangan dan gizi guna menet apkan kebij akan dan prog-
Guru Besar pada Depart emen Gizi Masyarakat , ram yang mendorong peningkat an keragaman Fakult as Ekol ogi Manusia (FEMA) IPB Guru Besar pada Depart emen Gizi Masyarakat , ram yang mendorong peningkat an keragaman Fakult as Ekol ogi Manusia (FEMA) IPB
f akt or-f akt or lain yang diduga sebagai det er- gizi dan kesehat an masyarakat (Hardinsyah,
minan keragaman konsumsi pangan, r eview ini 1996).
t idak hanya t ergant ung pada t uj uh st udi t erse- but , t api j uga berbagai penelit ian lain yang
Selain it u produsen pangan at au pimpin-
t erkait .
an indust ri pangan j uga memerlukan inf ormasi t ert ang hal ini agar bisa membuat analisis ke-
Selanj ut nya art ikel t ersebut disarikan cenderungan permint aan pangan dan arah
dalam suat u t abel unt uk membandingkan se- pengembangan produk indust ri pangan.
cara ringkas t ent ang ukuran cont oh dan lokasi st udi, met ode pengumpulan dat a dan pengu-
Berbadasarkan hal-hal t ersebut maka r eview t ent ang berbagai f akt or yang mempe-
kuran keragaman konsumsi pangan, met ode analisis st at ist ika, f akt or det erminan yang di-
ngaruhi keragaman konsumsi pangan dipan- analisis dan hasil analisisnya. dang perlu unt uk dilakukan.
Penelit ian t ersebut menerapkan ukuran
Tuj uan
keragaman konsumsi pangan yang bervariasi, bahkan sebagian menurut Hardinsyah (1996)
Tuj uan review ini adalah unt uk membuat mempunyai validit as yang rendah, dikait kan t inj auan dan kesimpulan dari st udi-st udi yang dengan kualit as gizi makanan, sepert i skor ke- t elah dilakukan sebelumnya t ent ang f akt or- ragaman Konsumsi Pangan Sederhana (SKKS),
f akt or menj adi det erminan keragaman kon- Indeks Dewey, Indeks Shannon, dan Indeks sumsi pangan penduduk.
Harf indahl.
METODE HASIL DAN PEMBAHASAN
Review ini dilakukan dengan mengum- Rangkuman hasil r eview penelit ian t en- pulkan pust aka dari berbagai publikasi at au
t ang f akt or det erminan keragaman konsumsi art ikel berbahasa Inggris dan Indonesia sej ak
pangan disaj ikan secara ringkas pada Tabel 1. t ahun 1970-an t ent ang f akt or yang berhu-
Beberapa penelit ian menganalisis f akt or so- bungan at au mempengaruhi keragaman kon-
sial-demograf i dan ekonomi dalam hubungan- sumsi pangan dengan keywor ds f ood di ver si -
nya dengan keragaman konsumsi pangan. Sa-
f i cat i on, f ood di ver si t y, di et ar y di ver si t y. ngat t erbat as penelit ian yang menganalisis Jumlah art ikel yang diperoleh diperkirakan
f akt or penget ahuan gizi.
under est imat e karena t idak mencakup publi-
kasi at au art ikel selain bahasa Inggris dan
Pengetahuan Gizi
Indonesia. Caliendo (1977) merupakan penelit i per- Ada t uj uh st udi yang mengungkap peu-
t ama yang mengkaj i hubungan ant ara penge- bah yang berhubungan at au peubah yang mem-
t ahuan gizi dan skor keragaman konsumsi pa- pengaruhi (det erminan) keragaman konsumsi
ngan (Tabel 1). Penelit ian ini membukt ikan pangan. Fakt or det erminan keragaman kon-
bahwa keragaman pangan pada balit a berkore- sumsi pangan yang dikaj i mencakup f akt or pe-
lasi posit if secara signif ikan dengan penget a- nget ahuan gizi, sosio demograf i dan ekonomi.
huan gizi ibunya (r=0. 28). Kelemahan penelit i- Berkait an dengan sampel, t iga (Lee &
an ini adalah menggunakan analisis hubungan Brown, 1989; Lee, 1987; Hardinsyah, 1996)
peubah berpasangan ( bivar i at e anal ysi s), bu- dari t uj uh penelit ian t ersebut mengkaj i kera-
kan mul t i var i at e anal ysis yang mempert im- gaman konsumsi pangan keluarga at au rumah-
bangkan berbagai f akt or pengganggu ( con t angga, sedangkan penelit ian lainnya mengka-
f oundi ng f act or s), dan menggunakan ukuran j i di t ingkat individu. Dua penelit ian menga-
keragaman konsumsi pangan yang sederhana, nalisis f akt or det erminan keragaman konsum-
yait u si mpl e f ood diver si t y scor e. si pangan pada anak-anak, yait u penelit ian
Meski memiliki kelemahan, hasil peneli- Caliendo et al . (1977) di USA dan Dewey
t ian t ersebut sej alan dengan dugaan bahwa (1981) di Mexico. Dua penelit ian dilakukan di
ada hubungan ant ara penget ahuan gizi ibu negara berkembang, yait u penelit ian yang di-
dengan keragaman konsumsi pangan anak bali- lakukan oleh Dewey (1981) di Meksiko dan
t anya. Beberapa hasil penelit ian menunj uk- Hardinsyah (1996) di Indonesia.
kan bahwa makin t inggi t ingkat penget ahuan Sehubungan dengan j umlah penelit ian
gizi seseorang maka perilaku gizinya j uga akan yang sedikit dan unt uk mempert imbangkan
makin baik (Burns et al . , 1988; Wandel, 1994).
Tabel 1. Beberapa Penelit ian mengenai Analisis Fakt or Det erminan Keragaman Konsumsi Pangan
No Sumber Sampel dan
Data
Ukuran Keragaman
Determinan yang diduga Hasil Umur
Ns Schorr
Jenis kel amin Ns 1 et al .
118 pelaj ar,
Record
Analisis/
Ukuran Rumaht angga Ns (1972)
Wilayah pedesaan,
Pendidikan ibu S (0. 15) St at us pekerj aan ibu
S (0. 22)
Umur
Ns Jenis kel amin
Ns Caliendo
113 anak pra Ukuran Rumaht angga Ns 2 et al .
Pendapat an Rumaht angga Ns (1977)
Analisis/
sekol ah, It haca,
Pendidikan Ayah Ns Penget ahuan Gizi Ibu
S (0. 28) Pendidikan Ibu
Ns St at us pekerj aan ibu
Ns Ukuran Rumaht angga
S Komposisi Rumaht angga
S 15000
Biaya Pangan S 3 Lee (1991)
Pendidikan Ibu S (NFCS), USA
Record
Rumaht angga
konsumsi 7
SFD
Mult iple
hari
regresi
St at us Pekerj aan Ibu S Musim (4 musim)
Ns Wilayah 1 (desa-kot a)
Ns Wilayah 2 (ut ara-selat an)
S Lee et al .
Ukuran Rumaht angga S 4 (1989)
1061 Rumaht angga,
Rocord
WFD: Indeks Shannon,
wilayah t imur laut ,
Komposisi Rumaht angga USA
konsumsi
Indeks Harf indahl, 19
Mult iple
14 hari
kelompok pangan
regresi
S Biaya Pangan
S 76 anak pra
(1981) sekolah, Socios, Meksiko
5 Dewey
Recall 2
WFD: Indeks Dewey,
Analsis/
hari
43 kelompok pangan
korelasi
Keragaman Panen S (0. 25)
bivariat
Kant 11529 orang 6 et al .
Pendidikan S (1991)
dewasa (NHANES
Recall 24
WFD: Score 1 Kant , 5
Mult iple
Rasio indeks kemiskinan a) S Pendapat an
II), USA
j am
kelompok pangan
regresi
Harga beras Paparan media massa
Hardinsyah 17117 rumaht angga
Recall 7
Umur ibu
7 (1996) (Susenas),
hari dgn
f ood list
berganda
Pendidikan ibu Pendidikan ayah Besar rumaht angga Daerah pant ai Daerah kot a
a) Merupakan rasio pendapat an rumaht angga dengan pendapat an yang diperlukan unt uk kecukupan konsumsi pangan keluarga. Rasio pendapat an kemiskinan mencerminkan kemampuan ekonomi rumaht angga t ersebut .
b) S = Signif ikan (p>0. 01) dan Ns = t idak siginif ikan. Nilai dalam kurung merupakan koef esien korelasi, t et api
t idak semua penelit ian menggunakan nilai t ersebut .
Pada keluarga yang memiliki cukup akses seca- Pola yang umum dalam pengambilan keput us- ra ekonomi dan pemenuhan kebut uhan pa-
an pemilihan pangan di Indonesia adalah pola ngan, penget ahuan gizi orang t ua yang baik
ist ri dominan (keput usan dibuat oleh ist ri) dan akan berpengaruh t erhadap semakin baiknya
pola sinkret ik (keput usan dibuat bersama oleh keragaman konsumsi pangan anggot a keluarga-
suami dan ist ri) (Sayogyo, 1989; Sayogyo, nya, yang merupakan cerminan dari perilaku
1990). Pada pola yang pert ama sepint as t am- gizi yang baik.
pak suami mempunyai peran yang kecil dalam menent ukan pilihan keragaman j enis pangan.
Secara umum, di negara berkembang, Pada kenyat aannya pilihan j enis-j enis makanan ibu memainkan peranan pent ing dalam memi- yang dibeli at au disiapkan oleh ist eri bagi sua- lih dan mempersiapkan pangan unt uk dikon- mi dan anggot a keluarganya set iap hari me- sumsi anggot a keluarganya. Walaupun sering- rupakan proses pengalaman panj ang ibu dalam kali para ibu bekerj a di luar, mereka t et ap memahami keinginan suami dan anggot a kelu- mempunyai andil besar dalam kegiat an pemi- arga lainya, sehingga ist ri memperoleh penga- lihan dan penyiapan makanan (Huf f man, 1987; kuan at au kepercayaan unt uk melakukan pilih- Iwao, 1993). Cohen (1981) mengident if ikasi an pangan yang disukai anggot a keluarganya. pola pengambilan keput usan dalam keluarga.
Saat kedua orang t ua memegang peran- an pent ing dalam pemilihan pangan unt uk anggot a keluarganya, maka penget ahuan gizi keduanya akan mempengaruhi j enis pangan dan dan mut u gizi makanan yang dikonsumsi anggot a keluarga.
Oleh karena it u, t ingkat penget ahuan gizi yang baik dapat mewuj ukan perilaku at au kebiasaan makan yang baik pula. Meskipun pada kenyat aannya hubungan ant ara penget a- huan gizi dan kebiasaan makan t idak seder- hana (Den Hart og, 1983; Sayogyo, 1990). Goldf arb (1985), Johnson (1985) sert a Kapka- Schut t dan Mit chell (1992) mengungkap bah- wa t ingkat penget ahuan gizi yang baik secara konsist en t erwuj ud menj adi perilaku makan yang baik. Tet api beberapa penelit i berpen- dapat bahwa t ingkat penget ahuan gizi yang baik t idak selalu t erwuj ud dalam perilaku makan yang baik karena adanya f akt or daya beli pangan yang rendah dan ket erbat asan wakt u unt uk mengolah makanan at au mem- persiapkan makanan. Masyarakat miskin bisa j adi t idak dapat mengonsumsi aneka ragam pangan yang baik meskipun mereka berada dekat dari pasar yang menj ual aneka ragam pangan dan memiliki penget ahuan gizi yang baik (Lang, 1992; Schaf er et al . , 1993; Per- Andersen, 1987; Food and Agricult ura Organi- zat ion, 1987).
Penelit ian yang dilakukan oleh Schaf er et al . (1993) mengungkap bahwa alasan eko- nomi merupakan pert imbangan pert ama da- lam pemilihan pangan pada warga Amerika sedangkan yang menj adi pert imbangan kedua adalah kandungan gizi dari bahan pangan t er- sebut dimana hal it u mencerminkan variabel penget ahuan gizi. Di Af rika, peningkat an alo- kasi wakt u wanit a pada kegiat an-kegiat an ekonomi t elah mengurangi f rekuensi mereka dalam memasak dan semakin berkurangnya j enis bahan pangan yang dimasak walaupun mereka t elah dilibat kan dalam program pen- didikan gizi (Food and Agricult ure Organiza- t ion, 1987). Keluarga dengan ibu yang bekerj a di bidang prof esional lebih memilih unt uk mengonsumsi buah dan makanan yang t elah siap sant ap dibandingkan dengan keluarga dengan ibu t idak bekerj a. Hal ini t erj adi kare- na makin t erbat asnya wakt u yang t ersedia unt uk penyiapan makanan (Gof t on & Ness, 1991) sehingga cukup beralasan j ika penget a- huan gizi, pendapat an dan alokasi wakt u ibu berpengaruh t erhadap keragaman konsumsi pangan.
Pref erensi at au kesukaan dan keperca- yaan seseorang t erhadap j enis pangan t ert en-
t u dapat meniadakan pengaruh baik penge- t ahuan gizi dalam perilaku mengonsumsi ane- karagam pangan bergizi. Kesukaan t erhadap j enis pangan t ert ent u baik yang rasional mau- pun irrasional, dapat dit emukan pada bebera- pa kelompok agama, et nis at au f isiologis t er- t ent u (Williams, 1992; Renner, 1944; Herman, 1990; Eschleman, 1991). Pangan yang t idak ha- lal, meskipun bergizi t idak dimakan kelompok agama Islam (Eschleman, 1991). Reaburn et al . (1974) melaporkan bahwa para wanit a di wila- yah selat an Ont ario menghindari unt uk meng- konsumsi hat i sapi (bahan pangan sumber pro- t ein dan zat besi) karena alasan t idak suka. Susu sapi t idak dianggap sebagai bagian yang pent ing dalam susunan menu makanan di China sehingga et nis China kurang suka minum susu (Eschleman, 1991). Cont oh yang lain adalah wanit a hamil yang t idak suka aroma dan rasa bakso padahal ket ika t idak hamil sangat menyukai bakso.
Ket ersediaan pangan dan kekhawat iran yang berlebihan j uga dapat membiaskan pe- ngaruh penget ahuan gizi t erhadap perilaku makan (Per-Andersen, 1987; Ellis et al . , 1976). Kelangkaan pangan karena bencana alam at au gangguan dist ribusi pangan bisa j adi membuat orang t idak bisa mengonsumsi pangan bergizi kesukaannya. Kekhawat iran yang berlebihan sepert i t rauma mengonsumsi sat uran hij au yang berulat bisa j adi membuat seseorang t i- dak berkenan lagi makan sayuran hij au seumur hidup meskipun dia t ahu bahwa sat uran hij au it u bergizi.
Dari uraian di at as t ampak j elas bahwa penget ahuan gizi dapat mempengaruhi kera- gaman konsumsi pangan penduduk. Meskipun demikian, pengaruh posit if penget ahuan gizi t erhadap keragaman konsumsi pangan dapat berubah at au dit iadakan oleh f akt or daya beli at au ekonomi, ket ersediaan wakt u unt uk mem- beli at au menyiapkan makanan, kepercayaan, kesukaan pangan dan, ket ersediaan pangan.
Pendidikan Formal dan Paparan Media Massa
Tingkat pendidikan f ormal umumnya mencerminkan kemampuan seseorang unt uk memahami berbagai aspek penget ahuan, t er- masuk penget ahuan gizi. Di suluruh negara, t ermasuk Indonesia, penget ahuan gizi secara
f ormal (dari t ingkat SD sampai SMU) diaj arkan sebagai pendidikan gizi, bagian dari pelaj aran Ekonomi Rumaht angga (Syarief et al . , 1988). Soper et al. (1992) t elah menunj ukkan bahwa t ingkat pendidikan f ormal secara posit if ber- asosiasi dengan penget ahuan gizi para inst ruk- t ur aerobik di Texas. Di Indonesia, penget ahu- f ormal (dari t ingkat SD sampai SMU) diaj arkan sebagai pendidikan gizi, bagian dari pelaj aran Ekonomi Rumaht angga (Syarief et al . , 1988). Soper et al. (1992) t elah menunj ukkan bahwa t ingkat pendidikan f ormal secara posit if ber- asosiasi dengan penget ahuan gizi para inst ruk- t ur aerobik di Texas. Di Indonesia, penget ahu-
Semakin t inggi pendidikan seseorang, maka aksesnya t erhadap media massa (koran, maj alah, media elekt ronik) j uga makin t inggi yang j uga berart i aksesnya t erhadap inf ormasi yang berkaian dengan gizi j uga semakin t ing- gi. Wanit a t erpelaj ar cenderung unt uk t ert a- rik t erhadap inf ormasi gizi dan banyak di an- t ara mereka yang memperoleh inf ormasi t er- sebut dari media cet ak, khususnya maj alah dan koran (Hickman et al . , 1993). Sebuah pe- nelit ian yang dilakukan di Indonesia menun- j ukkan bahwa ibu dengan t ingkat pendidikan dan penghasilan lebih t inggi mendapat papar- an dari media massa lebih t inggi j uga ( Nat ional Boar d f or Fami l y Pl anni ng (BKKBN) and Com- muni t y Syst em Foundat i on, 1986). Di Indonesia, seseorang dengan t ingkat penda- pat an lebih t inggi relat if lebih mudah meng- akses TV dan mereka yang t inggal di daerah perkot aan lebih mudah mengakses berbagai maj alah populer. Berdasarkan hasil penelit ian Jacobs (1981) di USA dinyat akan bahwa art i- kel gizi dan kesehat an dari maj alah-maj alah populer j auh lebih akurat dan det il j ika diban- dingkan dengan art ikel serupa yang berasal dari koran. Oleh karena it u, t ingkat pendi- dikan orang t ua, pendapat an rumaht angga dan wilayah t empat t inggal (desa at au kot a) di- asumsikan mempengaruhi kondisi individu se- seorang/ rumaht angga unt uk t erpapar media massa. Rozenwig (1986) sert a Wolf e dan Behrman (1982) menyat akan bahwa pasangan orang t ua dengan usia lebih t inggi kemung- kinan mempunyai penget ahuan gizi dan kese- hat an lebih baik j ika dibandingkan dengan pasangan orang t ua dengan usia muda karena pengalaman mereka dalam menggunakan ber- bagai layanan kesehat an. Tet api, Wolf e men- cat at bahwa pasangan orang t ua dengan usia dengan usia lebih t inggi mungkin mempunyai kekurangan inf ormasi t ent ang penget ahuan gizi yang t erbaru j ika dibandingkan dengan pasangan orang t ua dengan usia muda (Wolf e & Behrman, 1982). Hal ini t erj adi karena perkembangan ilmu gizi dan berbagai promosi produk-produk gizi dan kesehat an. Pengalam- an dalam menderit a penyakit karena keku-
rangan/ kelebihan zat gizi t ert ent u dapat me- ningkat kan penget ahuan gizi (Wolf e & Behrman, 1982; Mann & Huddlest on, 1987). Orang yang menderit a penyakit t ersebut bia- sanya mendapat berbagai saran dari ahli gizi dan kesehat an at au bahkan dari t eman- t emannya unt uk memasukkan bahan pangan yang mengandung zat gizi t ert ent u dalam su- sunan diet nya. Berdasarkan hal t ersebut da- pat dikat akan bahwa kelompok orang dengan pendapat an yang lebih t inggi kemungkinan memiliki pengalaman di bidang gizi yang lebih baik j ika dibandingkan dengan kelompok de- ngan pendapat an rendah. Selain it u, kelom- pok orang yang t inggal di daerah perkot aan at au wilayah dengan berbagai f asilit as penun- j ang lengkap memiliki pengalaman di bidang gizi yang lebih baik dibandingkan kelompok yang t inggal di wilayah pedesaan. Alasannya adalah karena kelompok yang berpendapat an lebih t inggi dan t inggal di daerah perkot aan mempunyai akses ke para ahli gizi dan kese- hat an (sebagai sumber inf ormasi gizi) yang lebih mudah.
Pert anyaan yang muncul kemudian ada- lah apakah penget ahuan gizi yang diperoleh dari berbagai sumber it u relevan/ sej alan de- ngan konsep unt uk mengonsumsi beragam j e- nis makanan unt uk meningkat kan kualit as gizi dalam diet . Hubungan ant ara penget ahuan gizi dan keragaman konsumsi pangan mungkin t i- dak t erlihat j ika penget ahuan gizi yang diper- oleh t idak relevan/ sej alan dengan konsep keragaman konsumsi pangan.
Beberapa penelit ian di negara berkem- bang menunj ukkan adanya hubungan yang sig- nif ikan ant ara t ingkat pendidikan ibu dengan asupan gizi di t ingkat rumaht angga (Kant et al . , 1991; Bairagi, 1980; Behrman & Wolf e, 1987; Behrman et al . , 1988). Berdasarkan analisis mult ivariat (Behrman & Wolf e, 1987; Behrman et al . , 1988), di beberapa negara berkembang, t ermasuk Indonesia, t ingkat pen- didikan ibu dipandang sebagai det erminan pent ing dari asupan gizi at au pengelolaan gizi di t ingkat rumaht angga. Dengan t ingkat pendi- dikan yang lebih t inggi, para ibu dari rumah- t angga berpendapat an rendah dapat lebih mampu unt uk mengelola sumberdaya yang di- miliki di rumaht angganya secara lebih ef esien dibandingkan para ibu yang berpendidikan ren- dah (Behrman & Wolf e, 1987; Behrman et al . , 1988; World Bank, 1993). Dengan kat a lain, para ibu dengan pendidikan lebih baik dapat memilih dan mengkombinasikan beragam j enis pangan dengan harga yang t idak mahal.
Belum ada penelit ian di negara berkem- sa dalam kelompok dengan t ingkat pendidikan bang yang dilakukan unt uk melihat hubungan
t ert inggi mempunyai skor keragaman konsum- ant ara pendidikan (sebagai sumber penget a-
si pangan t ert inggi pula (skor 20), sedangkan huan gizi) dan keragaman konsumsi pangan,
skor yang sama hanya diperoleh 27 persen maupun hubungan ant ara set iap f akt or det er-
orang dewasa dalam kelompok dengan t ingkat minan yang diduga yang t elah disebut di at as
pendidikan t erendah. Nilai koef esien korelasi (paparan media massa dan pengalaman gizi)
penelit ian ini t idak dipublikasikan/ disebut kan. dan keragaman konsumsi pangan. Penelit ian
Berdasarkan r eview di at as, pendidikan kecil yang dilakukan oleh Caliendo et al . , gizi, paparan media massa dan pengalaman (1977) di USA dengan menggunakan analisis
bivariat gagal menguat kan/ menegaskan hu- gizi diduga berpengaruh t erhadap penget ahu- an gizi yang akhirnya akan mempengaruhi
bungan ant ara t ingkat pendidikan ibu dengan keragaman konsumsi pangan anak-anak prase-
keragaman konsumsi pangan. Selain it u, t ing- kat pendidikan orang t ua (ayah dan ibu), Usia
kolah (Tabel 1). Hal ini kemungkinan t erj adi kedua orang t ua, part isipasi ibu dalam kegi- karena adanya kelemahan pada desain peneli-
t ian dan ukuran keragaman konsumsi pangan at an sosial, pendapat an rumaht angga dan lo- kasi t empat t inggal (desa at au kot a) kemung-
yang digunakan. Penelit ian t ersebut dirancang unt uk mengident if ikasi pr evalensi gizi kurang
kinan menent ukan keragaman konsumsi pa- ngan rumaht angga melalui empat variabel
pada anak-anak prasekolah (pasien sebuah kli- yang disebut pendidikan gizi, paparan media nik di It haca, New York). Anak-anak yang
menj adi sampel penelit ian t ersebut berasal massa, pengalaman gizi dan penget ahuan gizi.
dari pasien klinik dan dipilih dengan met ode non-pr obabi l it y sampl i ng. Seluruh ibu dalam
Pengeluaran Pangan dan Harga
penelit ian ini umumnya mempunyai t ingkat Fakt or pent ing yang diduga sebagai de- pendidikan yang baik yang dit unj ukkan de-
t erminan dalam keragaman konsumsi pangan ngan angka variasi yang rendah pada variabel
adalah daya beli pangan. Pola ’ daya beli pa- pendidikan. Penelit ian t ersebut menggunakan
ngan’ ini merupakan hal yang umum dalam skor keragaman konsumsi pangan sederhana
pust aka ekonomi, walaupun hal ini t idak da- dimana skor ini sedikit lebih t epat dibanding-
pat diukur secara langsung. Daya beli pangan kan skor keragaman pangan t erbobot , dan da-
biasanya didef inisikan sebagai kemampuan lam analisisnya t idak mempert imbangkan f ak-
ekonomi rumaht angga unt uk memperoleh ba- t or-f akt or yang pot ensial menj adi penggang-
han pangan yang dit ent ukan oleh besarnya gu. Selain it u, penelit ian t ersebut t idak meng-
alokasi pendapat an unt uk pangan, harga ba- gunakan dat a laporan menu diet anak-anak
han pangan yang dikonsumsi, dan j umlah ang- yang sudah dit ent ukan oleh klinik yang mung-
got a rumaht angga (Immink, 1982; Pinst rup- kin dat a keragaman konsumsi pangannya ku-
Andersen, 1985; Fost er, 1992). Dengan kat a rang bervariasi (homogen).
lain, daya beli pangan t ergant ung pada be- sarnya pendapat an dan harga bahan pangan.
Penelit ian lain yang dilakukan di wila- yah yang sama (sebuah desa kecil di bagian
Karena daya beli pangan t idak mempunyai ukuran yang j elas, maka pengukuran daya beli
barat New York, USA) oleh (Schorr et al . , 1972), menggunakan ukuran keragaman kon-
pangan dilakukan dengan pendekat an berba- gai f akt or det erminan/ penent unya, sepert i
sumsi pangan yang sama t et api dengan desain alokasi pendapat an unt uk pangan (selanj ut nya at au rancangan dan met ode pengumpulan da-
t a pangan yang berbeda (Caliendo et al . , disebut biaya pangan), harga pangan dan ukuran rumah t angga. Pandangan umum me-
1977), menunj ukkan bahwa t ingkat pendidik- ngenai hubungan ant ara biaya pangan dan ke- an ibu berkait an dengan keragaman konsumsi
pangan anak-anaknya ( kelompok remaj a, pe- ragaman konsumsi pangan berasal dari hipo- t esis yang menyat akan bahwa seiring ber-
laj ar) (Tabel 1). Penelit ian Kant et al . , (1991) yang menggunakan dat a survai nasional Ame-
ubahnya pengeluaran pendapat an unt uk pa- ngan, maka rumaht angga akan merubah j um-
rika (NHANES II) merupakan sat u-sat unya pe- lah dan j enis pangan yang dikonsumsinya nelit ian yang menganalisis det erminan kera-
gaman konsumsi pangan dengan menerapkan sesuai dengan harga pangan yang t ersedia. Tet api besarnya biaya pangan unt uk pembeli-
skor keragaman pangan t erbobot dan pendi- dikan sebagai sumber penget ahuan gizi. Pene-
an beragam pangan t idak hanya bergant ung pada besarnya pendapat an rumaht angga, t api
lit ian t ersebut menyat akan bahwa t ingkat j uga bergant ung pada penget ahuan gizi pe- pendidikan orang dewasa Amerika berhubung-
an nyat a dengan keragaman pangan yang di- nent u (kepala rumaht angga/ ibu rumaht angga) pembelian pangan dan komposisi anggot a
konsumsinya. Lima puluh persen orang dewa-
rumaht angga.
Dua penelit ian di USA yang mengguna- kan dat a nasional (penelit ian pert ama (Lee & Brown, 1989) menggunakan dat a Survei Belan- j a Konsumen Nasional/ NCES dan penelit ian kedua (Lee, 1987) menggunakan dat a Survei Konsumsi Pangan Nasional/ NFCS) menyimpul- kan bahwa semakin t inggi biaya pangan suat u rumaht angga maka akan semakin beragam konsumsi pangan rumaht angga t ersebut (Tabel 1). Unt uk menget ahui dampak t urunan biaya pangan pada keragaman konsumsi pangan, pe- nelit ian kedua menerapkan logarit ma biaya pa- ngan dalam analisis modelnya. Walaupun pe- nelit ian pert ama menggunakan indeks Shannon dan Herf indahl sebagai ukuran keragaman kon- sumsi pangan dan penelit ian kedua mengguna- kan SFD, mengingat akan kurang t epat j ika menggunakan WFD, kedua penelit ian t ersebut menunj ukkan bahwa dengan penggunaan anali- sis mult ivariat , ukuran rumaht angga, komposisi rumaht angga dan biaya pangan akan berpenga- ruh signif ikan t erhadap keragaman konsumsi pangan.
Teori mikroekonomi menyebut kan bah- wa harga pada beberapa komodit i/ barang t er- t ent u berpot ensi unt uk mempengaruhi j umlah dan/ at au j enis komodit i/ barang yang dibeli (Pinst rup-Andersen, 1985; Fost er, 1992; Raunikar & Huang, 1987; Tyrell & Mount , 1987). Berdasarkan t eori umumnya, hubungan ant ara harga pangan dan keragaman konsumsi pangan dapat dij elaskan. Analisis pada dat a SUSENAS t ahun 1987 menunj ukkan bahwa har-
ga beras merupakan f akt or yang secara signi-
f ikan menent ukan asupan kalori/ energi pada rumaht angga di Indonesia (Ravallion, 1992). Dengan menggunakan dat a SUSENAS t ahun 1978, Pit t dan Rosenzwig (1985) menganalisis hubungan ant ara agregat / t ot al harga kelom- pok pangan dan asupan gizi. Hasil dari peneli- t ian it u menunj ukkan bahwa peningkat an harga pangan akan mengakibat kan penurunan sebagian besar asupan zat gizi dari pangan. Cont ohnya j ika harga daging, susu dan ikan meningkat , maka asupan prot ein akan menu- run; begit u j uga dengan konsumsi vit amin A dan C j ika harga sayuran dan buah-buahan meningkat . Hasil yang sama dit unj ukkan pada penelit ian Bouis (210) yang menggunakan dat a rumaht angga pet ani Filipina. Hasil-hasil t erse- but mengimplikasikan bahwa set idaknya un- t uk beberapa komodit i pangan j ika mengalami perubahan harga maka j umlah dan j enis pa- ngan yang dikonsumsi j uga akan berubah.
Teori harga menyat akan bahwa harga pangan di daerah t ert ent u dipengaruhi oleh ket ersediaan dan permint aan komodit i pangan t ersebut (Pinst rup-Andersen, 1985; Bouis,
1989). Perbedaan kualit as di ant ara bahan pa- ngan yang serupa, sepert i perbedaan rasa dan karakt rist ik gizi sert a pengemasan akan dapat mengakibat kan perbedaan harga (Immink, 1982; Giese, 1994; Lyman, 1989). Dengan menggunakan dat a suat u penelit ian cr ossec- t i onal di USA (NFCS), Lee (1987) mengguna- kan variabel wilayah sebagai variabel dummy unt uk menget ahui perbedaan harga secara sis- t emat is ant ara wilayah karena dat a harga pa- ngan t idak dikumpulkan. Berdasarkan dat a NFCS, Bikeway (Buce, 1987) mencat at bahwa dat a crossect ional (NFCS) menunj ukkan variasi harga yang rendah yang berart i variabel harga pangan t ersebut t idak dapat mendukung hasil penelit iannya. Tet api sepert i t elah dibahas pa-
da bagian sebelumnya, Pit t dan Rosenzweig (1985) sert a Ravallion (1992) menggunakan da- ta cr ossect ional yang berasal dari Indonesia (SUSENAS) unt uk menganalisis hubungan ant ara agregat / t ot al harga kelompok pangan dan asupan gizi. Hasil dari penelit ian-penelit ian t ersebut menyat akan bahwa harga pangan da- pat dianggap sebagai salah sat u det erminan dalam konsumsi pangan di Indonesia. Oleh ka- rena it u, biaya pangan dan harga pangan ada- lah dua f akt or pent ing, sebagai komponen da- ya beli pangan, yang diduga menj adi det ermin- an keragaman konsumsi pangan di Indonesia.
Berkenaan dengan met ode analisis har-
ga pangan, karena konsumsi meliput i beragam pangan, maka harga-harga sat uan pangan j adi mungkin unt uk dianalisis (Pit t & Rosenzweig, 1985; Pinst rup-Andersen et al . , 1976; Timmer & Alderman, 1979; Gounget as et al . , 1993). Jadi hal it u lebih t epat menggunakan harga ag- regat kelompok pangan at au harga pangan t er- t ent u yang superior at au dalam hal ini dike- nal luas dan bergizi t inggi, sepert i yang dian- j urkan oleh para penelit i (Pit t & Rosenzweig, 1985; Pinst rup-Andersen et al . , 1976; Timmer & Alderman, 1979; Gounget as, 1993).
Pendapatan
Pendapat an merupakan det erminan yang dikenal luas dalam model perilaku konsumen, dan j uga t ermasuk dalam model penawaran pangan. Rumaht angga sebagai sat uan/ unit pri- mer penghasil pendapat an j uga merupakan unit primer konsumsi pangan. Semakin t inggi pendapat an rumaht angga maka akan semakin t inggi pula pendapat an yang dialokasikan un- t uk pangan (biaya pangan) (Raunikar & Huang, 1987; Gounget as et al . , 1993; Pinst rup- Andersen & Caicedo, 1978). Sepert i t elah diba- has dalam bagian 2. 6. 3 bahwa semakin t inggi alokasi pendapat an unt uk pangan maka akan semain t inggi daya beli pangan yang pada ak- Pendapat an merupakan det erminan yang dikenal luas dalam model perilaku konsumen, dan j uga t ermasuk dalam model penawaran pangan. Rumaht angga sebagai sat uan/ unit pri- mer penghasil pendapat an j uga merupakan unit primer konsumsi pangan. Semakin t inggi pendapat an rumaht angga maka akan semakin t inggi pula pendapat an yang dialokasikan un- t uk pangan (biaya pangan) (Raunikar & Huang, 1987; Gounget as et al . , 1993; Pinst rup- Andersen & Caicedo, 1978). Sepert i t elah diba- has dalam bagian 2. 6. 3 bahwa semakin t inggi alokasi pendapat an unt uk pangan maka akan semain t inggi daya beli pangan yang pada ak-
Ada dua penelit ian yang menganalisis hubungan ant ara pendapat an rumaht angga de- ngan keragaman konsumsi pangan (Caliendo et al . , 1977; Kant et al . , 1991). Kedua peneli- t ian t ersebut dilakukan di negara maj u USA. Penelit ian pert ama dilakukan oleh Caliendo et al . (1977) pada 113 anak prasekolah yang ha- silnya menunj ukkan bahwa t idak ada hubung- an yang signif ikan ant ara pendapat an rumah- t angga dengan keragaman konsumsi pangan anak-anak prasekolah. Penelit ian kedua (Kant et al . , 1991) menggunakan sampel dalam j um- lah besar (11 967 orang dewasa dari dat a NHANES II) menunj ukkan bahwa semakin t ing- gi pendapat an maka semakin beragam kon- sumsi pangannya (Tabel 1). Penj elasan yang mungkin unt uk penelit ian yang pert ama sama dengan penj alasan yang dibahas dalam bagian
2. 6. 2, yait u karena adanya kelemahan desain penelit ian dan ukuran keragaman konsumsi pangan.
Ravallion (1992), dengan menggunakan dat a SUSENAS t ahun 1987, menunj ukkan bah- wa pendapat an rumaht angga berhubungan de- ngan asupan t ot al kalori dan asupan kalori dari kelompok pangan ut ama. Semakin t inggi pen- dapat an rumaht angga maka semakin t inggi asupan kalori dari kelompok pangan hewani, sayur dan buah-buahan. Hal t ersebut meng- implikasikan bahwa semakin t inggi pendapa- t an maka semakin t inggi kemungkinan unt uk mengonsumsi beragam j enis pangan.
Pengumpulan dat a pendapat an rumah- t angga di negara berkembang sepert i di Indonesia masih t et ap mengalami kesulit an. Besarnya pendapat an yang dilaporkan oleh ru- maht angga berpendapat an t inggi cenderung lebih rendah dari yang sebenarnya karena me- reka ingin mengurangi at au menghindari paj ak dan pada rumaht angga yang berpendapat an
rendah, hal yang sama j uga t erj adi karena me- reka cenderung mengabaikan hut ang-hut ang sert a pendapat an lain yang sej enis (Sigit , 1985; van de Walle, 1988). Para ahli ekonomi berpendapat bahwa di negara berkembang, meskipun arus pendapat an dapat diukur de- ngan t epat , pengeluaran t ot al kemungkinan t et ap lebih t epat sebagai det erminan konsumsi karena pengeluaran t ot al lebih mewakili besar- nya pendapat an t et ap at au yang biasa disebut sebagai pendapat an dan aset rumaht angga (Immink, 1982; van de Walle, 1988; At kinson 1975). Perubahan sesaat pada pendapat an ru- maht angga akan berpengaruh kecil t erhadap pengeluaran rumaht angga. Oleh karena it u, pengeluaran rumaht angga yang mewakili pen- dapat an t et ap lebih t epat digunakan unt uk analisis konsumsi pangan, khususnya di Indonesia (Megawangi, 1991; Sigit , 1985; van
de Walle, 1988).
Status dan Jenis Pekerj aan Ibu
Fakt or ket iga yang diduga sebagai de- t erminan keragaman konsumsi pangan (diba- has dalam bagian 2. 6. 1) adalah wakt u ibu yang t ersedia unt uk penyiapan pangan (selanj ut nya disini disebut wakt u yang t ersedia). Ket erlibat - an ibu dalam kegiat an ekonomi dibat asi oleh wakt u mereka unt uk kegiat an domest ik/ rumaht angga, t ermasuk pengelolaan pangan di rumaht angga (Huf f man 1987). Hort on dan Campbell (1991) menyat akan bahwa j ika ibu bekerj a di luar rumah, maka akan ada dua dampak t erhadap pola konsumsi rumaht ang- ganya. Dampak yang pert ama yait u adanya peningkat an t erhadap pangan yang dikonsumsi rumaht angga. Kualit as pangan yang dikonsumsi akan t et ap normal at au bahkan j adi lebih baik. Dampak yang kedua yait u t erj adinya perubah- an dalam wakt u unt uk kegiat an konsumsi dan kegiat an rumaht angga lainnya yang menj adi lebih singkat . Berdasarkan pola pikir t ersebut , maka f akt or-f akt or yang diduga berpengaruh t erhadap ket ersediaan wakt u ibu adalah st at us dan j enis pekerj aan ibu, kehadiran ibu di rumah, ket ersediaan berbagai peralat an masak modern dan ket ersediaan pangan yang prakt is (siap saj i/ siap sant ap).
Saat ini, j umlah wanit a (ibu) yang t er- libat dalam sekt or f ormal j adi semakin ba- nyak, khususnya di daerah perkot aan dan j um- lah t ersebut akan t erus meningkat sebagai konsekuensi dari perkembangan sosial ekono- mi. Alasan para wanit a t ersebut bekerj a umumnya merupakan alasan ekonomi yait u unt uk memperbaiki kondisi ekonomi rumah- t angganya (Huf f man, 1987; McGuire & Popkin, 1989; Chat t erj ee, 1989; Zeit lin et al . , 1992;
Iwao, 1993). Beberapa dari mereka, khusus- nya yang t erpelaj ar dan berasal dari rumah- t angga berpendapat an t inggi masuk ke dunia kerj a bukan hanya karena alasan ekonomi. Alasan mereka bekerj a adalah agar mereka dapat mengakt ualisasikan dirinya, meningkat - kan penget ahuan dan wawasan yang mereka miliki sert a berasosiasi dengan orang lain (Adrian & Daniel, 1976). Ket erlibat an para ibu t ersebut akan berpengaruh t erhadap kera- gaman konsumsi pangan dan asupan gizi ru- maht angganya karena mereka berperan pen- t ing dalam kegiat an pengelolaan pangan un- t uk anggot a rumaht angganya (Huf f man, 1987; Campbell & Sanj ur, 1992; Kirk & Gillespie, 1990). Besarnya pengaruh dari berbagai f akt or yang disebut kan sebelumnya j uga bergant ung pada j enis pekerj aan yang dilakukan ibu (di dalam at au di luar rumah). Fakt or-f akt or yang mempengaruhi hal it u adalah kehadiran pem- bant u di rumah, wakt u yang t ersedia unt uk pengelolaan peralat an memasak dan wakt u yang t ersedia unt uk pengelolaan pangan.
Rumaht angga di Kanada dengan ibu yang bekerj a penuh di luar rumah mengonsumsi lemak, karbohidrat dan kalori lebih sedikit t et api mengonsumsi vit amin A dan C lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang bekerj a di rumah (Hort on & Campbell, 1991). Rumah- t angga di Amerika yang mempunyai pendapat - an lebih t inggi mempunyai elast isit as konsumsi vit amin C yang lebih t inggi pula (Adrian & Daniel, 1976). Sebanyak 70 persen vit amin C dalam menu makanan masyarakat Amerike berasal dari buah-buahan dan salad (Robinson, 1968). Hal t ersebut menunj ukkan bahwa ibu yang bekerj a di luar rumah mengurangi kon- sumsi pangan sumber kalori dan lemak dan meningkat kan konsumsi sayur dan buah pada rumaht angganya yang berart i konsumsi pangan rumaht angganya j adi lebih beragam.
Sebuah penelit ian di Skot landia memper- kuat hasil penelit ian di at as. Rumaht angga dengan ibu bekerj a di luar rumah lebih banyak mengonsumsi buah daripada rumaht angga de- ngan ibu di rumah. Hal it u dilakukan karena alasan wakt u unt uk pengelolaan pangan yang lebih singkat (Gof t on & Ness, 1991). Hal ini j uga didukung dengan hasil Survei Gizi Vict oria yang menyebut kan bahwa ibu yang bekerj a di luar rumah lebih banyak mengonsumsi bera- gam sayur dan buah (Worsley 1991). Penj elas- an yang masuk akal unt uk rendahnya konsumsi kalori, karbohidrat dan lemak pada ibu-ibu yang bekerj a di luar rumah adalah karena me- reka lebih peduli dengan berat badannya daripada ibu-ibu yang di rumah. Sepert i yang dicat at Abraham (1988) bahwa pandangan
t en- t ang body image, t ubuh yang langsing, dan penampilan yang menarik merupakan hal yang pent ing bagi wanit a Aust ralia unt uk mendapat pekerj aan yang baik, sukses dalam karier dan pergaulan. Walaupun mereka banyak meng- konsumsi makanan yang diolah di rumaht ang- ga, mereka lebih memilih j enis makanan yang rendah lemak, salad dan buah- buahan.
Sepert i yang t elah dibahas sebelumnya, Becker (1965) menyat akan rumaht angga de- ngan ibu yang bekerj a mungkin lebih banyak mengonsumsi makanan yang prakt is (siap san- t ap/ siap saj i) daripada rumaht angga dengan ibu yang t inggal di rumah. Hal-hal berikut me- rupakan bagian dari pengelolaan pangan yang prakt is di rumaht angga. Pert ama, berbagai kompor gas at au list rik, oven, mikrowave, le- mari es dan lainnya yang t ergolong sebagai peralat an masak modern. Kedua adalah ma- kanan siap sant ap, siap saj i dan golongan ba- han pangan yang dapat langsung dikonsumsi sepert i sayur dan buah. Ket ersediaan peralat - an masak modern di rumaht angga sert a kemu- dahan akses t erhadap berbagai pangan yang prakt is dapat mengurangi at au bahkan menghi- langkan peranan ibu dalam pengelolaan pa- ngan di rumaht angga (Wahlqvist , 1988; Miller, 1990; Burnet t & Rees, 191).
Cont oh lain sebagai dampak dari makin berkembangnya penggunaan pangan yang prak- t is adalah di Jepang dimana rat a-rat a wakt u yang dialokasikan oleh wanit a unt uk kegiat an domest ik t ermasuk pengelolaan pangan di ru- maht angga, selama t iga dekade ini mengalami penurunan sampai 20%, yait u dari 51. 8 j am menj adi 41. 8 j am per minggu. Selama periode t ersebut konsumsi pangan yang dikelola di rumaht angga j uga mengalami peningkat an (Iwao, 1993). Hal ini merupakan penj elasan mengapa di negara maj u, rumaht angga dengan ibu yang bekerj a dapat mengonsumsi bera- gam j enis pangan.
Di Indonesia, beragam j enis pangan yang dikelola rumaht angga t ersedia baik di daerah perkot aan maupun di pedesaan. Harga dari pangan t ersebut berbeda ant ara di wilayh perkot aan dengan di pedesaan. Sesuai dengan dat a CBS (1992), pada t ahun 1990 rat a-rat a pengeluaran rumaht angga unt uk pangan ada- lah sebesar 8. 4%. Seorang pembant u at au wa- nit a anggot a rumaht angga yang t inggal di rumah biasanya menggant ikan peran ibu unt uk mengelola pangan di rumaht angga. Di daerah perkot aan, sekalipun ibu rumaht angga t idak bekerj a di luar rumah biasanya t et ap memiliki pembant u karena keinginan anggot a rumah- Di Indonesia, beragam j enis pangan yang dikelola rumaht angga t ersedia baik di daerah perkot aan maupun di pedesaan. Harga dari pangan t ersebut berbeda ant ara di wilayh perkot aan dengan di pedesaan. Sesuai dengan dat a CBS (1992), pada t ahun 1990 rat a-rat a pengeluaran rumaht angga unt uk pangan ada- lah sebesar 8. 4%. Seorang pembant u at au wa- nit a anggot a rumaht angga yang t inggal di rumah biasanya menggant ikan peran ibu unt uk mengelola pangan di rumaht angga. Di daerah perkot aan, sekalipun ibu rumaht angga t idak bekerj a di luar rumah biasanya t et ap memiliki pembant u karena keinginan anggot a rumah-
Beberapa penelit ian t elah dilakukan un- t uk menget ahui ef ek dari st at us dan j enis pe- kerj aan ibu t erhadap asupan gizi dan makan- an rumaht angga di negara berkembang. Huf f man (1987) mencat at bahwa permint aan yang t inggi t erhadap alokasi wakt u wanit a unt uk kegiat an ekonomi dan kegiat an rumah- t angga pada rumaht angga menengah ke ba- wah dapat mempengaruhi variasi pangan yang dikonsumsi. Sepert i yang t elah dibahas di bagian 2. 6. 1, di negara berkembang, wanit a memegang peranan pent ing dalam pengelolan pangan rumaht angga. Saat wanit a dari rumah- t angga menengah ke bawah lebih banyak mengalokasikan wakt unya unt uk kegiat an eko- nomi/ bekerj a di luar rumah, biasanya me- reka akan mengurangi wakt u unt uk mengelola makanan di rumaht angga dengan cara mengu- rangi f rekeunsi memasak at au mengurangi j e- nis makanan yang dimasak yang pada akhirnya akan mengurangi kualit as gizi pada menu ma- kanannya (Food and Agricult ure Organizat ion, 1987). Pada kasus ini, keberadaan saudara at au anggot a rumaht angga wanit a yang ber- usia remaj a (Adrian & Daniel, 1976; Choudry et al . , 1986; Leibowit z, 1974; Popkin, 1980) akan dapat mencegah t erj adinya dampak bu- ruk yang disebut kan sebelumnya.
Walaupun demikian, t idak ada penelit i- an di negara berkembang yang menganalisis hubungan ant ara st at us dan j enis pekerj aan ibu dengan keragaman konsumsi pangan ru- maht angganya. Seluruh penelit ian yang t elah disebut kan sebelumnya dilakukan di negara maj u (dit unj ukkan di Tabel 1). Penelit ian yang dilakukan Caliendo et al . , (1977) menun- j ukkan bahwa t idak ada hubungan yang signi-
f ikan ant ara st at us dan j enis pekerj aan ibu dengan keragaman konsumsi pangan anak- anaknya. Kelemahan dari penelit ian ini t elah disebut kan di bagian 2. 6. 2. Penj elasan lain unt uk hasil penelit ian ini yait u kemungkinan rumaht angga dengan ibu bekerj a di luar ru- mah memiliki pembant u at au menggunakan berbagai peralat an masak modern dan anak- anaknya makan siang di t empat penit ipan anak. Hal yang disayangkan dari penelit ian ini adalah t idak disebut kannya berbagai f akt or yang mungkin menj adi f akt or pengganggu/ conf ounder .
Penelit ian yang dilakukan oleh Schorr et al . (1972) di sebuah desa kecil di USA menun-
j ukkan bahwa ada hubungan yang posit if dan signif ikan ant ara st at us dan j enis pekerj aan ibu dengan keragaman konsumsi pangan anak- anaknya. Penelit ian lain yang dilakukan oleh Lee (1987), menggunakan analisis mult ivariat dan j umlah sampel yang besar menyimpulkan bahwa st at us dan j enis pekerj aan ibu meru- pakan det erminan keragaman konsumsi pa- ngan rumaht angga. Jenis pangan yang dikon- sumsi pada rumaht angga dengan ibu yang be- kerj a di luar lebih sedikit dibandingkan de- ngan rumah t angga t anpa wanit a/ ibu yang be- kerj a di luar rumah. Penj elasan unt uk hal ini adalah karena adanya perbedaan karakt erist ik populasi pada kedua penelit ian t ersebut (da- lam hal pendapat an, pendidikan dan kebuda- yaan) dan perbedaan met ode analisis yang digunakan.
Oleh karena it u, st at us dan j enis peker- j aan ibu, kehadiran pembant u dalam rumah- t angga, ket ersediaan berbagai peralat an ma- sak modern dan bahan-bahan pangan prakt is, yang seluruhnya mempengaruhi ket ersediaan wakt u ibu unt uk mengelola pangan cenderung unt uk menj adi det erminan keragaman kon- sumsi pangan di rumaht angga. Tet api belum ada penelit ian yang secara sist emat is meng- analisis dampak dari berbagai f akt or yang di- duga sebagai det erminan t ersebut yang dila- kukan di Indonesia, dimana j umlah wanit a yang t erlibat di pasar t enaga kerj a semakin meningkat .
Preferensi dan Ketersediaan Pangan
Pref erensi/ kesukaan pangan biasanya meruj uk pada daya t erima dari pangan t er- sebut , yang dipengaruhi oleh kebiasaan, kua- lit as rasa pangan dan zat gizi yang t erkandung dalam pangan t ersebut (Giese, 1994; Lyman, 1989; Wahlqvist , 1988). Pref erensi pangan ada yang bersif at t et ap sepanj ang wakt u dan da j uga yang dapt berubah dari wakt u ke wakt u. Seringkali sesorang at au kelompok et nis t er- t ent u t idak menyukai pangan-pangan t ert ent u (Lyman 1989). Selain it u pref erensi pangan j uga dapat berbeda di ant ara kelompok umur dan j enis kelamin (Lyman, 1989; Buce, 1987), sepert i pada anak-anak dan orang dewasa.
Set iap kelompok sosial memiliki t radisi dan kepercayaan t ert ent u yang berhubungan dengan pangan, apakah bersif at rasional at au irasional, mengunt ungkan at au merugikan, yang pada mulanya berkembang karena ket er- sediaan pangan di t empat t ersebut dan j uga berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan agama kelompok et nik t ersebut (Eschleman, 1991; Wahlqvist , 1988; Ramingt on, 1948). Me- Set iap kelompok sosial memiliki t radisi dan kepercayaan t ert ent u yang berhubungan dengan pangan, apakah bersif at rasional at au irasional, mengunt ungkan at au merugikan, yang pada mulanya berkembang karena ket er- sediaan pangan di t empat t ersebut dan j uga berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan agama kelompok et nik t ersebut (Eschleman, 1991; Wahlqvist , 1988; Ramingt on, 1948). Me-
da sat u at au kelompok orang t erbent uk kare- pangan lokal yang sesuai dengan kondisi alam na f akt or ekologi dimana kelompok t ersebut
dan berbagai f akt or ekologi sepert i t anah, ik- t inggal. Tanah dan iklim menent ukan produksi
lim, musim dan sumberdaya biologis (Fleuret P dan ket ersediaan pangan. Lebih lanj ut , f akt or
& Fleuret A, 1980; Cooper, 1992). Konseku- t radisi dan kepercayaan mengat ur penerima-
ensi dari hal t ersebut adalah adanya keragam- an pangan, pengelolaannya sert a pref erensi
an produksi pangan (pola panen) dan ket erse- pangan. Pref erensi pangan selanj ut nya dit u-
diaan pangan pada pert anian subsist en yang runkan dari generasi ke generasi lewat penga-
bergant ung pada berbagai f akt or ekologi. Ada- laman dalam keluarga dan hal it u dapat dipe-
nya pengenalan t eknologi pert anian baru, pe- ngaruhi oleh f akt or sosial ekonomi dari wakt u
ningkat an inf rast rukt ur dan pengelolaan f ak- ke wakt u (Williams, 1992; Wahlqvist , 1988;
t or-f akt or ekologi t elah meningkat kan produk- Ramingt on, 1948). Secara umum, menu ma-