MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BUDI
MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAGAIMANA MENGEMBANGKAN DAN MENERAPKAN KETERAMPILAN
KOMUNIKASI DIADIK SERTA MENGATASI SISWABERKEBUTUHAN
KHUSUS DAN PERILAKU MENYIMPANG
DALAM PEMBELAJARAN
OLEH:
Indriana Lumban Tobing
2132151002
Li Dwita Br Karo
2133151016
Siti Sarah Sitakar
2131151030
Yon Riko S Pandiangan
2131151033
Kelas : B/2013
PROGRAM PENDIDIKAN SENIRUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan
siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam
peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru
dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan
berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang
belajar.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi. Yang menjadi masalah adalah bagaimana
agar proses komunikasi itu berjalan dengan efektif agar pesan yang ingin disampaikan dapat
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa
belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan
siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa
materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada
berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujudan proses mengajar dapat terjadi
dalam berbagai model. Bruce Joyce dan Marshal Weil mengemukakan 22 model mengajar yang
dikelompokkan ke dalam 4 hal yaitu (1) proses informasi, (2) perkembangan pribadi, (3)
interaksi social, (4) modifikasi tingkah laku (Usman, 2008).
Kemampuan berkomunikasi, digabungkan dengan rancangan pengajaran yang efektif,
akan memberikan pengalaman belajar yang dinamis bagi siswa. Guru merupakan model
(teladan) yang akan ditiru oleh siswa. Dengan demikian segalanya akan berbicara; apa yang
dikatakan oleh guru dan bagaimana cara guru mengatakannya.
Komunikasi merupakan bagian esensial dalam kehidupan manusia.Kemampuan menjalin
persahabatan, bergaul dengan teman sejawat, keefektifan berteman, kesuksesan studi dan
berbagai interaksi social lainnya sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi. Sebaliknya,
ketidakmampuan berkomunikasi mengakibatkan dampak negative seperti kegagalan membangun
dan memelihara hubungan social, mengembangkan kepemimpinan organisasi, menyesuaikan diri
dengan situasi baru, dan interaksi dengan orang lain yang berasal dari latar belakang budaya
yang berbeda.
Interaksi guru dengan siswa akan terbangun dengan sempurna jika ditunjang oleh
komunikasi yang harmonis diantara keduanya. Salah satu keterampilan komunikasi yang
berperan
dalam
proses
belajar
mengajar
adalah
keterampilan
komunikasi
diadik..
Kemampuan berkomunikasi, digabungkan dengan rancangan pengajaran yang efektif, akan
memberikan pengalaman belajar yang dinamis bagi siswa.
Komunikasi merupakan bagian esensial dalam kehidupan manusia.Kemampuan menjalin
persahabatan, bergaul dengan teman sejawat, keefektifan berteman, kesuksesan studi dan
berbagai interaksi social lainnya sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi. Sebaliknya,
ketidakmampuan berkomunikasi mengakibatkan dampak negative seperti kegagalan membangun
dan memelihara hubungan social, mengembangkan kepemimpinan organisasi, menyesuaikan diri
dengan situasi baru, dan interaksi dengan orang lain yang berasal dari latar belakang budaya
yangberbeda.
Latar belakang pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student needs special
needs) membutuhkan suatu pola tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya.Dalam penyusunan program pembelajaran untuk setiap
bidang studi, hendaknya guru kelas sudah memiliki pribadi setiap peserta didiknya.Data pribadi
yakni berkaitan dengan teristik spesifik, kemampuan dan kelemahannya, kompetensi yang
dimiliki, dan tingkat perkembangannya.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan
tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan
sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan
berinteraksi social, serta kreatifitasnya.Untuk mengetahui secara jelas tentang karakteristik pada
setiap siswa, guru terlebih dahulu melakukan skrining atau assessment agar mengetahui secara
jelas mengenai kompetensi diri peserta didik yang bersangkutan. Tujuannya agar saat
memprogramkan pembelajaran, sudah dipikirkan mengenai: Intervensi pembelajaran yang
diangap cocok.assement disini adalah kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan
setiap peserta didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan social, pengamatan
yang sensitive.
Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan
memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan dengan cara
mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek
tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara besosialisasikan.
Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhailan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan
perilaku kearah pendewasaan.Kemampuan guru semacm itu merupakan kemahran seorang guru
dalam menyelaraskan keberadaannya dengan kurikulum yang ada kemudian diramu menjadi
sebuah program pembelajaran individual.
Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang disiapkan oleh
para guru disekolah, ditunjukan agar peserta didik mampu untuk berinteraksi terhadap
lingkungan social.Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui penggalian kemampuan
diri peserta didik yang paling dominan dan disarkan kepada kurikulum berbagai kompetisi.
Model bimbingan kepada pesrtadidik berkebutuhan khusus, seyogyanya difokuskan
dahulu terhadap prilaku non adaptif atau prilaku menyimpang sebelum mereka melakukan
kegiatan kegiatan program kegiatan belajar individual bimbingan semacam ini dapat diterapkan
didalam pengkondisian lingkungan yang dapat mencapai perkembangan optimal dalam upaya
pengembangan prilaku-prilaku sesuai dengan tugas-tugas perkembangnnya.
1.2. RUMUSAN MASLAH
1. Apakah pengertian komunikasi diadik?
2. Apakah peranan komunikasi diadik dalam pembelajaran?
3. Bagaimana cara mengembangkan dan menerapkan keterampilan dan komunikasi diadik dalam
pembelajaran?
4. Bagaimana cara mengatasi siswa berkebutuhan khusus dan perilaku menyimpang dalam
pembelajaran?
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi diadik dan manfaatnya bagi pembelajaran
2. Untuk mengetahui peranan komunikasi diadik dalam pembelajaran
Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan dan menerapkan keterampilan komunikasi
diadik dalam pembelajaran.
3. Untuk menegetahui bagaimana cara mengatasi siswa berkebutuhan khusus dan perilaku
menyimpang dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Komunikasi Diadik
Komunikasi diadik disebut juga (two way communication) adalah proses komunikasi
yang terjadi secara dua arah antara satu orang dengan satu atau dua orang lainnya yang saling
berhadapan langsung (face to face). Dengan kata lain hal ini merupakan bentuk khusus
komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang hanya
melibatkan dua individu,misalnya suami- istri, dua sejawat, guru-murid. Perlu diingat
komunikasi diadik hanya dilakukan oleh dua orang yang saling bergantian menjadi komunikator
ataupun komunikan.
Ada tiga
bentuk
dalam
komunikasi
diadik
ini,
yaitu
“percakapan,
dialog
dan
wawancara”.Baik percakapan, dialog maupun wawancara memiliki karakteristik masingmasing.“Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog
berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal. Sedangkan
wawancara sifatnya lebih serius, yakni ada pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang
lainnya pada posisi menjawab”.
Komunikasi diadik ini memiliki ciri-ciri.Steward L. Tubbs dan Silvia Moss (dalam Deddy
Mulyana, 2005) menjelaskan dua ciri komunikasi diadik.“Pertama, peserta komunikasi berada
dalam jarak yang dekat.Kedua, peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara
simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal”.Karena jarak yang dekat ini, maka
komunikator mengirimkan pesan secara spontan dan komunikan menerima atau merespons pesan
tersebut dengan secara spontan pula.
Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak- pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang
dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerimapesan secara langsung dan
simultan. Ciri-ciri komunikasi diadik termasuk adalah sebagai berikut ini:
a) Komunikasi dilakukan antara dua orang atau tiga orang.
b) Komunikasi dilakukan langsung (face to face) atau kadang menggukan media telepon.
c) Komunikator dapat berubah statusnya menjadi komunikan, begitu juga sebaliknya
komunikan dapat berubah menjadi komunikator, dan seterusnya berputar berganti-ganti selama
proses Komunikasi Interpersonal berlangsung. Tetapi komunikator utama adalah si pembawa
pesan atau yang pertama-tama menyampaikan pesan (message) sebab dialah yang memulai
komunikasi dan mempunyai tujuan.
d) Efek komunikasi dapat terlihat langsung, baik secara verbal (dengan ucapan mengiyakan/
menjawab) maupun secara non-verbal (dengan bahasa tubuh/kinesik dan isyarat).
Bahasa tubuh atau kinesik meliputi :
1. Gestures (gerak-gerik), missal gerak sering membetulkan posisi duduk tanda dari gelisah.
2. Postures(sikap tubuh), missal di Indonesia dikenal:
Membusungkan dada tandanya sombong.
Menundukan kepala tandanya merendah.
Berdiri tegak tandanya berani.
Bertopang dagu tandanya bersedih.
Menadahkan tangan tandanya bermohon, dan sebagainya.
3. Facial expressions (ekspresi muka), misalnya :
Muka kaku disertai mata terbelalak tanda dari takut.
Muka ditekan disertai mata dikerutkan ke depan tanda dari muak.
Muka rileks disertai senyum tanda dari bahagia.
Muka kencang disertai mata melotot tanda dari marah.
4.Symbolic clothing (pakaian simbolik), misalnya warna pakaian serba hitam tandanya berkabung
duka.Keberhasilan komunikasi diadik adalah dalam prosesnya si komunikator harus berupaya
menyamakan field of reference dan frame of reference dari komunikan, disamping itu kedua
pihak harus mempunyai emphaty.
2.2. Komunikasi Diadik dalam Proses Belajar Mengajar
Sebagaimana diketahui bahwa keterampilan komunikasi merupakan suatu hasil belajar
dan memerlukan penyesuaian diri.Oleh karena itu, proses belajar mengajar yang efektif
menuntut keterampilan komunikasi diadik yang efektif pula.Adapun tehnik yang mendukung
efektivitas komunikasi dapat dicermati dari unsure-unsur komunikasi (pengirim, penerima,
saluran komunikasi, kemampuan personal, faktor social dan situasional).
Proses komunikasi diadik memerlukan keterampilan dasar yang mencakup keterampilan
bertanya
dan
membuka
pelajaran,
keterampilan
membuka
percakapan,
keterampilan
parapharasing, keterampilan mengidentifikasi perasaan, keterampilan merefleksikan perasaan,
dan keterampilan konfrontasi (Thalib,2008).
Seorang guru adalah salah satu faktor paling berarti dan berpengaruh dalam kesuksesan
siswa sebagai pelajar.Tindakan yang paling ampuh yang dapat dilakukan oleh guru untuk siswa
adalah memberikan teladan tentang makna menjadi seorang pelajar. Keteladanan, kongruensi,
kesiapsiagaan guru akan memberdayakan dan mengilhami siswa untuk membebaskan potensi
mereka sebagai pelajar.
Guru adalah model yang akan ditiru oleh siswa. Untuk itu perlu komunikasi yang sama
dan sebangun dengan siswa. Apapun yang dikatakan oleh guru, bagaimana cara mengatakannya
akan sangat berpengaruh terhadap cara siswa menerima pelajaran.
Otak memiliki tiga jalan tol utama, atau modalitas untuk memproses rangsangan yang
datang dari luar dan dari dalam setiap individu.Ketiga modalitas ini-visual, auditorial dan
kinestik- merupakan saluran komunikasi yang membantu guru dan siswa memahami dunia.
Ketika hubungan antara apa yang dikatakan dan caranya menghadirkan dunia secara internal,
maka harus diperhatikan bagaimana pola bicara. Menggunakan kata dan frase yang cocok untuk
setiap modalitas akan memperkuat daya penerimaan siswa (DePorter, 2007)
Secara harfiah, berbicara kepada modalitas belajar yang paling mendukung jenis
pemikiran yang ingin diciptakan. Sebagai contoh, penggunaan kata (1) Bayangkanlah: seekor
gajah merah muda yang memakai bikini berfose tersenyum di dekat bangku taman. Kata
“bayangkan” memberi tanda kepada otak untuk menggunakan modal visual, (2) Dengarkan
bagaimana frase ini berbunyi benar. Kata-kata dengarkan dan berbunyi benar memberikan
isyarat kepada modalitas auditorial, (3) Rasakan hal berikutnya sambil menangkap
penerapannya:”Rasakan” dan “menangkap” menarik modal kinestik.
Menurut (DePorter, 2007), ada Empat Prinsip Ampuh Dalam Berkomunikasi di Kelas
yakni:
1) Munculkan kesan
Dalam mengungkapkan ide dengan tepat, maka pemilihan kata sangatlah menentukan
hasil yang diinginkan.Memanfaatkan kemampuan otak untuk menyediakan asosiasi yang kaya
dengan menyusun perkataan agar timbul citra yang dapat memacu belajar siswa.
“Anak-anak, bagian bab ini paling sulit dan membosankan, jadi kalian harus waspada kalau tidak
mau gagal”
Kesan apa yang ditimbulkannya? Kesulitan, kebosanan, bahaya, kegagalan.
“Bagian ini paling menantang. Simaklah baik-baik, supaya kalian memahaminya”
Dalam benak siswa, akan tercipta kesan atau citra yang berada dalam benak gurunya. Jadi guru
harus secara sadar memilih perkataan yang menimbulkan asosiasi positif, memacu pembelajaran,
dan meningkatkan komunikasi.
2) Arahkan Fokus
Sama dengan prinsip pertama, prinsip arahkan focus memanfaatkan kemampuan otak
yang mampu memilih dari banyaknya input indrawi, dan memusatkan perhatian otak. Ilmuawan
memperkirakan bahwa otak menerima lebih dari 10.000 pecahan informasi setiap detik saat
terjaga.Setelah masuk otak, informasi indrawi diproses pada tingkat sadar atau tidak sadar.
“Ingatlah dari pelajaran kemarin, dua unsure dalam garam dan hafalkan symbol-simbolnya.
Bersiaplah untuk menyebutkan symbol-simbol itu jika Ibu menunjuk kalian”
3) Inklusif
Inklusif merupakan penggunaan bahasa yang bersifat mengajak. Penggunaan kata-kata
seperti: Bapak ingin, Kalian harus, Ibu minta dan lain sebagainya sebaiknya dihindari karena
akan menimbulkan asosiasi negative pada siswa. Sebaiknya menggunakan kata-kata seperti:
“Mari kita …., Sudah waktunya mengumpulkan tugas”. Perubahan sederhana dalam kata-kata
dapat meningkatkan hubungan kerjasama yang menyeluruh, sehingga setiap siswa merasa diajak.
4) Spesifik
Seringnya terjadi salah komunikasi akibat generalisasi. Generalisasi memungkinkan
orang lain mengisi kekosongan dengan pemahamannya sendiri. Semakin spesifik permintaannya,
semakin besar orang akan melakukan sesuai yang diinginkan. Guru sebaiknya tidak sering
berbicara terlalu banyak., menjelaskan konsep secara berlebihan, mengulang petunjuk,
memperpanjang jawaban sehingga memperlemah dampak perkataan mereka. Salah satu cara
menghindari jebakan itu adalah dengan menggunakan
pernyataan yang memberi petunjuk dengan kata kerja. Seperti ambillah, gambarlah, tulislah, dan
lain-lain..
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Diadik
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai
alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat
indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan
kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi
berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya
komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda
dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi
tercanggihpun.
Secara umum faktor-faktor penentu komunikasi diadik, sebagaimana terungkap dalam
urainan tentang proses komunikasi, dapat dibedakan atas: 1) faktor internal yaitu faktor yang
bersumber dari individu baik pengirim maupun penerima pesan, 2) faktor eksternal atau faktor
yang bersumber dari luar yang mempengaruhi komunikasi diadik (Thalib,2008).
Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh
persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal.
Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam
komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu: Percaya,
sikap suportifdan sikap terbuka.
2.4. Hambatan Dalam Komunikasi Diadik
Dalam hal ini yang menjadi permasalahan adalah yang menjadi komunikan dari aspek
komunikasi ini adalah seseorang siswa. Hal inilah yang menjadi hambatan dalam proses
berkomunikasi yang dilakukan oleh guru ke siswa. Dalam proses komunikasi interpersonal,
komunikator akan bisa mendapatkan respon dari pesan yang ia sampaikan ke komunikan.
Namun belum tentu respon ini akan dirasakan dan dibalikan kembali oleh komunikan ke
komunikator.
Gangguan inilah yang menjadi penghambat dalam proses komunikasi antara guru dan
siswa. Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai
pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang
mengganggu proses komunikasi tersebut. Gangguan adalah hal yang merintangi atau
menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.
Jenis-jenis hambatan dalam proses komunikasi menurut Thalib (2008) adalah:
1. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca, gangguan alat komunikasi,
dan lain-lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
2. Hambatan Semantik
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang
berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
3. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan
nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
2.5 Siswa berkebutuhan Khusus
Sebelum di bahas tentanghakekat anak autistik sebagai bagian integral dari anak yang
berkebutuhan khusus yang juga secara umum dikenal oleh masyarakat sebagai anak luar
biasa ,maka terlebih dahulu dibahas tentang hakekat anak luar biasa . Dalam percakapan sehari
hari , orang yang dijuluki sebagai “orang luar biasa “ ialah mereka yang memiliki kelebihan yan
luar biasa , misalnya orang yang terkenal memiliki kemampuan intelektuaL yang luar biasa ,
memiliki kreatifitas yang tinggi dalam melahirkan suatu temuan temuan yang luar biasa
dibidaang IPTEKS , religius,dan bidang bidang kehidupan lainnya yang bermanfaat bagi
masyarakat , dan orang yang mencapai prestasi yang menghebohkan dan spektakuler , misalnya
orang yang berhasil menaklukan gunung tertinggi di dunia dan sebagainya .
Dalam dunia pendidikan , kata luar biasa juga merupakan julukan atau sebutan bagi
mereka yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan penyimpagan yang
tidak di alami oleh orang normal pada umumnya . Kelainan , atau kekurangan yang dimiliki
kekurangan oleh mereka yang disebut luar biasa dapat berupa kelainan dalam segi fisik , psikis ,
sosisal , dan moral .
Kelainan dari segi fisik berupa kecacatan fisik , misalnya orang yang tidak memiliki kaki
sebelah kiri , matanya buta sebelah , dan sejenisnya . kelainan dari segi fsikis atau aspek
kejiwaan ( psikologis ) . misalnya orang yang menderita keterbelakangan mental akibat dari
intelegesi yang dimiliki di bawah normal . Kelainan dari segi sosial , misalnya orang yang tidak
dapat melakukan interaksi dan komunikasi sosial , sehingga mereka tidak dapat di terima secara
sosial oleh masyarakat sekitarnya yang mnyebabkan mereka kurang bergaul dan merasa rendah
diri yang berlebihan , dan kelainan dari segi moral dapat berupa ketidakmampuan seseorang
untuk mengendalikan emosi dan hati nuraninya sehingga orang tersebut berbuat amoral di tengah
masyarakatnya .Contoh golongan orang yang menderita kelainan moral ialah mereka yang
menyandang sebagai anak yang tunalaras .
Pengertian “ luar biasa “ dalam dunia pendidikan mempunyai ruang lingkup pengertian yang
lebih luas daripada pengertian “ berkelainan atau cacat “ dalam percakapan sehari hari . dalam
dunia pendidikan istilah luar biasa mengandung arti ganda , yaitu mereka yang menyimpang ke
atas karena mereka memiliki kemampuan yang luar biasa dibanding dengan orang normal pada
mereka yang mnyimpangumumnya dan mereka yang mnyimpang ke bawah , yaitu mereka yang
menderita kelainan atau ketunaan dan kekurangan yang tidak di derita oleh orang normal pada
umumnya .
Contoh orang yang menyimpang ke atas dari segi kemampuan intelektual ( otak ) , misalnya
professor B.J Habibie karna dia memiliki inteligensi di atas orang normal dan kemampuan
intelektual dibidang “ aerodinamika “ yang berkelas dunia sehingga beliau di juluki sebgai orang
yang jenius di bidangnya , sedangkan contoh orang yang menyimpang ke bawah ialah mkisalnya
orang yang memiliki inteligensi di bawah rata rata degan gejala prilaku , yaitu lamban dalam
belajar dan sulit dalam belajar .
Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai
anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi
kemanusiaan mereka secara sempurna (Hallahan dan Kauffman, 1986). Anak luar biasa, juga
dapat di definisikan sebagai anak yang berkebutuhan khusus.Anak luar biasa di sebut sebagai
anak berkebutuhan khusus, karena dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini
membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling,
dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus.
Jenis-jenis layanan tersebut di berikan secara khusus kepada anak yang berkebutuhan khusus
oleh pihak yang berkompeten pada setiap jenis layanan itu. Adapun yang termasuk pihak-pihak
yang berkompeten dalam memberikan layanan pendidikan, sosial, yang berijazah pendidikan
luar biasa, pekerja sosial, konselor/petugas bimbingan konseling, dan ahli lain yang relevan
dengan jenis layanan yang di berikan kepada anak luar biasa.
2.5.1 Program Pendidikan Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Kata program berasal dari Bahasa Inggris, yaitu Programe yang mengandung arti rencana atau
rencana kegiatan. Dengan mengacu pada arti kata program yang berarti rencana, maka program
pendidikan untuk berkebutuhan khusus dalam tulisan ini diartikan sebagai rencana kegiatan
pendidikan yang akan diberikan kepada anak berkabutuhan khusus di sekolah-sekolah khusus
dan di sekolah-sekolah regular yang menerapkan system pendidikan. Program pendidikan yang
cocok dan sesuai dengan kebutuhan mereka ialah program pedidikan individual yang biasa
disingkat “PPI”.
Program pengembangan pendidikan individual (PPI) untuk anak yang berkebutuhan khusus
dikembangkan dengan melalui berbagai proses atau tahap-tahap pengembangan dan pelaksanaan
program pengembangan pendidikan individual, yaitu mencakup tahap: penjaringan dan
identifikasi peserta didik yang berkelainan dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa, melakukan rujukan ke tim pendidikan khusus, melakukan pertemuan tim, malakukan
asesmen, melakukan pertemuan tim asesmen, menyusun program pendidikan individual (PPI),
melaksanakan program pendidikan individual, dan evaluasi pelaksanaan program pendidikan
individual (Depdiknas,tahun 2003 ). ( halaman 30 )
Pada tahap penjaringan dan identifikasi yang perlu dilakukan oleh semua satuan pendidikan
khusus ialah menemukan atau menjaring semua peserta didik yang berkebutuhan khusus yang
berhak memperoleh pendidika khusus. Program penjaringan umumya menccakup program tes
hasil belajar atau tes kelompok yang lain, penyebaran angket kepada guru-guru untuk
mengidentifikasi peserta didik yang menunjukkan gejala-gejala yang bermasalah. Program
kampanye kepedulian bertujuan untuk memeberikan informasi kepada masyarakat tentang
tersedianya berbagai layanan kepada penyandang kalainan.
Survey juga dapat dilakukan untuk menjaring dan mengidentifikasi anak yang berkebutuhan
khusus dengan malakukan survey kepada tokoh masyarakat, dokter, tenaga paramedis, dan pihak
lainnya agar anak berkebutuhan khusus yang belum terjangkau pendidikan dapat diidentifikasi.
Tahap rujukan ke Tim Pendidikan Khusus sebagai tahap pengembangan dan pelakasanaan
program pendidikan program pendidkan individual (PPI), dimaksudkan yaitu setiap peserta didik
yang diketahui menunjukkan tanda-tanda bermasalah akan dirurjuk kepada Tim Pendidikan
Khusus. Masalah-masalah yang dialami oleh peserta didik sehingga perlu dirujuk ialah karena
peserta didik tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas sekolah, kesulitan bergaul dengan teman,
kemampuan membaca yang rendah, tidak mampu memusatkan perhatian, prestasi belajar yang
dicapai jauh dibawah teman-teman sekelasnya, dank arena anak mengalami gangguan mobilitas
karena kondisi fisik , dan sebagainya.
Tahap pertemuan Tim Rujukan dalam pengembangan pelaksanaan program pendidikan
individual (PPI) bertujuan memeprtemukan semua tenaga profesi yang pernah atau sedang
menangani peserta didik yang dirurjuk sehingga informasi tentang peserta didik yang
bersnagkutan dapat diperoleh dengan lengkap.
Program pendidikan individual (PPI) yang telah disusun secara resmi lalu dilaksanakan kepada
peserta didik yang berkebutuhan dalam proses pembelajaran dikelas. Untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan program pendidikan individual ini, maka perlu dilakuakn kegiatan
evaluasi pelaksanaan program ini secara teratur dan kontinyu.
2.5.2 Kurikulum Pendidikan Untuk Anak yang Berkebutuhan Khusus
Dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pada pasal
1 butir 19 disebutkan bahwa Kurikulum adalah (1) seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan (2) bahan pelajarn, serta (3) cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, pada Kurikulum 1994 diwujudkan dalam Buku
Landasan, Program, dan Pengembangan Kurikulum, dan bahan pelajaran pada Kurikulum 1994
diwujudkan dalam Buku Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Pada kurikkulum 1994 diwujudkan dalam Buku-buku Pedoman Pelaksana
Kurikulum.
Setiap satuan pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didiknya harus
berpengangan pada kurikulum terbari yang berlaku, seperti sekarang ini di tahun 2016 kurikulum
yang berlaku adalah kurikulum berbasis kompetensi (KBK).Oleh karena itu, dalam
penyelenggaraan pendidikan khusus untuk anak yang berkebutuhan khusus dewasa ini adalah
juga harus mengacu kepada kurikulum yang berbasis kompetensi yang disebut sebagai
“Kurikulum2004”. (Halaman 32)
Dalam penyelenggaraan pendidikan khusu yang berdasar kepada kurikulum berbasis kompetensi
tersebut hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik dari masing-masing jenis
peserta didik yang berkebutuhan khusus. Selain itu, faktor pemilihan dan penentuan metode
pembelajaran, dan hal lain yang terkait dengan pembelajaran di sekolah oleh pihak guru,
haruslah bermuara kepada pencapaian targer kurikulum yang berbasis kompetensi tersebut.
Satuan pendidikan tertentu yang menyelenggarakan pendidikan inklusif sebagai sistem
pendidikan khusus yang akan diberlakukan secara nasional juga akan menggunakan kurikulum
yang berbasis kompetensi. Namun perlu diingat bahwa pelaksanaan atas penerapan kurikulum
yang berbasis kompetensi tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan dan berkebutuhan
khusus bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus di berbagai jenjang pendidikan, yaitu mulai
dari jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB), Sekolah-sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB),
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
Bentuk penyesuaian kurikulum terhadap kebutuhan peserta didik yang berkebutuhan khusus
ialah dapat dituangkan dalam Program Pengajaran Individual atau Program Pendidikan
Individualisme yang disingkat PPI. Program Pendidikan Individual merupakan rencana
pendidikan bagi seorang peserta didik yang berkebutuhan khusus, Semua peserta didik yang
berkebutuhan khusus, baik yang berkelaina maupun yang memiliku potensi kecerdasan istimewa
harus dibuatkan program pendidikan individual.Program pendidikan individual haruslah
merupakan program pembelajaran yang dinamis yang berarti sensitif terhadap berbagai
perubahan kemajuan peserta didik yang disusun oleh sebuah tim dari berbagai profesi dan
kelainan yang terkait dengan kebutuhan pendidikan anak yang berkebutuhan khusus.
Ada bebrapa hal ynag perlu diperhatikan oleh pihak guru dan pihak terkait lainnya sebelum
marancang dan menyusun program pendidikan atau pengajaran individual (PPI), yaitu perlu
dipahami tentang: (1) pengertian peserta didik yang berkelainan dan atau peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, karakteristik, dan (3) tingkat kecerdasan
peserta didik yang berkebutuhan khusus (Direktorat PLB Ditjendikdasmen Depdiknas, 2003).
Peserta didik yang berkelainan (sekarang disebut sebagai peserta didik yang berkebutuhan
khusus) adalah peserta didik yang secara signifikan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena mengalami kelainan fisik, mental, intelektual, emosional, atau sosial,
sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan yang bersifat khusus. Peserta didik dapat
diajar dan dididik di sekolah-sekolah luar biasa dan di sekolah-sekolah biasa yang menerapkan
sistem pendidikan inklusi.
Untuk keperluan pendidikan inklusi (sistem pendidika untuk anak luat biasa yang diselenggrakan
di sekolah biasa bersama dengan anak normal yang diajar oleh guru sekolah biasa dengan
kerjasama dengan guru pembimbing khusus), maka peserta didik yang termasuk berkelainan dan
berkebutuhan khusus ialah peserta didik yang mengalami tunanetra atau gangguan penglihatan,
tunarungu atau gangguan pendengaran, tunawicara atau gangguan komunikasi, tunagrahita atau
gangguan kecerdasan, tunadaksa atau gangguan fisik dan kesehatan, tunalaras atau gangguan
emosi dan perilaku, anak yang berkesulitan belajar, anak yang lamban belajar, anak autistik,
anak dengan gangguan motorik, anak yang korban penyalahgunaan narkoba, dan gabungan dari
dua atau lebih jenis-jenis ank berkelainan di atas (Direktorat PLB Ditjendikdasamen Depdiknas,
2003).
Peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat yang istimewa yang memerlukan
pendidikan khusus ialah meliputi: (1) peserta didik dengan kecerdasan luar biasa, (2) Pesrta didik
dengan kreativitas yang luar biasa, (3) peserta didik dengan bakat seni atau olahraga yang luar
biasa, dan (4) gabungan dari dua atau lebih jenis-jenis di atas. Setiap peserta didik yang
berkebutuhan khusus yang memiliki kelaiana ataupun yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat yang istimewa memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya.Perbedaan karakteristik ini juga menggambarkan adanya perbedaan
kabutuhan layanan pendidikan bagi setiap peserta didik yang berkebutuhan khusus.
Tim pengembang program pendidikan atau pengajaran individual (PPI) terlebuh dahulu erlu
mengetahui tentan g kebutuhan khusus setiap peserta didik yang berkebutuhan khusus tersebut,
baik yang berkaitan dengan kemampuan maupun ketidakmampuan peserta didik yang
berkebutuhan khusus tersebut individual.Untuk keperluan pengembangan program pendidikan
untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus, kebutuhan khusus peserta didik perlu
diidentifikasi terlebih dahulu malalui pengenalan karakteristik yang menonjol.
Identifikasi karakteristik dan cara mengidentifikasi kebutuhan khusus setiap peserta didik yang
berkelainan (sekarang disebut peserta didik yang berkebutuhan khusus) dan peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa perlu diketahui oleh para calon guru dan guru
pendidikan khusus dan pihak yang terkait dengan progaram pengajaran individual untuk peserta
didik yang berkebutuhan khusus.
Tingkat kecerdasan dari peserta didik yang berkebutuhan khusu sebagai salah satu faktor yang
perlu diperhatikan sebelum merancang dan menyusun program pendidikan individual, harus
benar-benar diketahui dan dipahami oleh para pengembangan program pendidikan individual.
Dari segi tingkat kecerdasan peserta didik yang membutuhkan layanan pendidikan khusus
melalui layanan program pendidikan individual, maka peserta didik yang berkebutuhan khusus
tersebut dikelompokan menjadi tiga kelompok tingkatan kecerdasan, yaitu peserta didik yang
berkecerdasan di bawah normal atau rata-rata, peserta didik yang berkecerdasan normal atau
rata-rata, dan peserta didik yang berkecerdasan di atas normal atau di atas rata-rata.
Pada uraian terlebih dahulu telah dijelaskan tentang perlunya guru dan pihak lain yang terkait
dengan proses pembelajaran guru dan pihak lain yang terkait dengan proses pembelajaran dan
pendidikan peserta didik yang berkebutuhan khusus untuk memeperhatikan kurikulum
pendidikan untuk mereka. Dengan mengacuk kepada tujuan kurikulum, maka seorang guru akan
dapat mengembangkan program pendidikan individual (PPI) yang sesuai dengan kebutuhan,
karakteristik, dan batas kemampuan yang dimiliki.
2.6.Perilaku Menyimpang
Sikap disiplin yang dilakukan oleh peserta didik pada awalnya adalah suatu tindakan untuk
memenuhi atau mematuhi nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu yang perlu ditanamkan oleh para
guru adalah menanamkan prinsip-prinsip disiplin kelas yang mengacu pada nilai-nilai yang
berlaku. Nilai-nilai tersebut biasanya tersurat dalam peraturan tata tertib sekolah maupun kelas
yang harus dipedomani oleh warga sekolah atau kelas. Disiplin dapat juga dikatakan sebagai alat
pendidikan bagi anak, sebab dengan disiplin anak dapat membentuk sikap teratur dan mentaati
norma aturan yang ada. Untuk itu disiplin sudah bisa dibiasakan dalam kehidupan anak sejak
usia dini.
Dalam hal ini guru dan orang tua dapat menjadi model, pembimbing dan pengarah anak
dalam berperilaku yang baik yang diterimalingkungannya. Pada awalnya disiplin memang
dirasakan sebagai suatu aturan yang mengekang kebebasan anak. Akan tetapi bila aturan tersebut
dirasakan sebagai suatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebahagiaan diri
anak dankebaikan bersama, maka lama kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik
menuju kearah disiplin diri sendiri (self discipline}. Artinya disiplin tidak lagimerupakan suatu
yang datang dari luar dirinya yang memberikan keterbatasan tertentu. Dalam hal ini disiplin telah
merupakan suatu aturan yang datang dari dalam diri sebagai suatu aturan tentang suatu hal yang
wajar dilakukan anak dalamkehidupan sehari-hari.
Kelas yang sehat bila kelas tersebut mempunyai aturan dan tata tertib, yang harus selalu
dicontohkan oleh gurunya setiap saat agar murid dapat melaksanakannya secara terus menerus.
Peraturan dan tatatertib merupakan alat untuk mengatur perilaku yang diharapkan dari murid
Peraturan merujuk pada standar yang sifatnya umum yang harus dipatuhi oleh murid,
misalnya : murid harus mendengarkan dengan baik apa yang dioerintahkan oleh gurunya,
menulis jawaban pertanyaan guru jika guru telah memerintahkannya, memberi jawaban jika guru
menunjuknya. Tata tertib menunjuk pada standar untuk aktivitas khusus misal, murid harus
berpakaian seragam ke sekolah, mengikuti upacara bendera, peminjaman buku perpustakaan.
2.6.1 Pelanggaran Disiplin Kelas
Suatu asumsi menyatakan bahwa semua tingkah laku individu adalah merupakan upaya
untuk mencapai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan, pengenalan kebutuhan murid dengan baik
merupakan
andil
yang
besar
untuk
mengendalikan
disiplin
sebagaimana
Maslow
menggambarkan teori “hirarchi kebutuhan manusia” yang digambarkan dalam bentuk pramida
kebutuhan manusia sebagai berikut : secara berurutan manusia menghendaki tercapainya semua
kebutuhan tersebut yang diperoleh dengan cara wajar, umum sesuai dipenuhi melalui cara-cara
yang sudah biasa dalam masyarakat maka akan terjadi ketidak seimbangan pada diri individu,
dan yang bersangkutan akan berusaha untuk mencapainya dengan cara-cara lain yang sering
kurang diterima oleh masyarakat. Dengan logika seperti itu mungkin pelanggaran disiplin
sekolah bersumber pada lingkungan sekolah yang tidak memberi pemenuhan terhadap semua
kebutuhan peserta didik khususnya, hal tersebut diakibatkan karena:
a.
Tipe kepemimpinan guru yang otoriter yang memaksakan kehendaknya tanpa memperhatikan
kedaulatan peserta didik, perlakuan seperti itu mngakibatkan murid pura-pura patuh, apatis atau
sebaliknya, hal tersebut menjadikan murid agresif, murid memberontak terhadap perlakuan yang
tidak manusiawi
b.
Pengebirian akan hak-hak kelompok atau individu peserta didik, perlakuan tersebut akan
menjadikan frustrasi bagi peserta didik, pada hal disisi lain murid berhakuntuk turut menentukan
rencana masa depannya dibawah bimbingan guru.
c.
Guru kurang memperhatikan kelompok minoritas baik yang ada dibawah maupun yang ada di
atas rerata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan sekolah.
d.
Guru kurang melibatkan dan mengikut sertakan peserta didik bertanggung jawab terhadap
kemajuan sekolah/kelas sesuai dengan kemampuannya.
e.
Guru kurang memperhatikan latar belakang kehidupan peserta didik dalam keluarga ke dalam
subsistem kehidupan sekolah.
f.
Guru kurang mengadakan kerjasama dengan orang tua peserta didik dan saling melepas
tanggung jawab.
Banyak guru baru kurang menyadari bahwa peserta didik memiliki hak- hak tertentu di
dalam lingkungan sekolah. Hak-hak tersebut semuanya diatur dan diperkuat oleh peraturan dan
kelaziman atau tradisi yang dipelihara oleh lingkungan sekolah dan masyarakat. Orang tua, wali
murid, kelompok kemasyarakatan sering membawa sejumlah kasus pelanggaran siswa ke
sekolah, ke Persatuan Orang Tua Siswa, atau ke Pengadilan. Beberapa hak siswa yang penting
dan yang perlu dijamin adalah (1),hak menyelesaikan pendidikan sebaik-baiknya, (2) hak
persamaan kedudukan atau kebebasan dari diskriminasi dalam kelompok, (3) hak berekspresi
secara pribadi, (4) hak keleluasaan pribadi, dan (5) hak menyelesaikan (studi) secara cepat (Me
Neil dan Wiler, 1990).
Hak tersebut adalah merupakan hak yang bersifat umum yang dimiliki oleh murid,
sehubungan dengan hal terseut guru harus mampu menerapkan praktek disiplin yang bersumber
dari aturan sekolah atau yang bersumber dari aturan-aturan yang bersumber darihukum yang
telah dijadikan landasan disiplin pada sekolah tersebut, sehubungan dengan hal tersebut perlu
ada garis sinkronisasi antara disiplin yang seharusnya ditegakkan dengan mempertimbangkan
peraturan yang dibuat.
Kebutuhan murid adalah merupakan factor yang relevan dalam menentukan berbagai
macam disiplin kelas misalnya, anak yang membuthkan perhatian khusus dari guru karena
lamban berfikir dalam belajar, anak yang kurang dalam pembelajaran tertentu dan sebagainya,
masalah hak dan kebutuhan tersebut akan terlihat bagaimana guru memenuhinya agar tidak
terjadi pelanggaran disiplin misalnya anak yang sukar belajar matematika jika tidak diperhatikan
oleh gurunya maka ia akan membuat gaduh kelas mengganggu teman sebangkunya
Mengingat banyaknya kebutuhan murid yang bervariasi antara murid yang satu dengan
yang lainnya guru perlu mempertimbangkan untuk menentukan
tingkat pertumbuhan dan
perkembangan murid yang diajar dan latar belakang social ekonomi. Guru harus lebih cerdas
mempertimbangkan antara hubungan disiplin dengan motivasi individu setiap murid dengan
program disiplin yang dibuat. Untuk menegakkan seperangkat ketentuan disiplin sekolah guru
harus mengkomunikasikan bagaimana agar murid dapat bertingkah laku baik berdasar norma
yang telah ditetapkan di sekolah.jika ada murid yang melanggar disiplin misalnya murid yang
selalu melawan, murid yang sering berkelahi, murid yang sering mengganggu temannya, dan lain
sebagainya, jika terjadi hal seperti itu maka guru akan segera mengambil tindakan preventif
2.6.2 Upaya Menegakan Disiplin Kelas
Upaya menegakan disiplin didalam kelas dapat dilakukan dengan meminta dukungan
berbagai pihak terkait, misalnya dari pihak guru, siswa dan orang tua. Pihak-pihak tersebut
selayaknya diajak bekerja sama dengan baik dan harmonis serta ikut bertanggung jawab untuk
menciptakan disiplin siswa. Upaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak adalah
sebagai berikut:
1)
Pihak Guru
Disiplin banyak bergantung pada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai kewibawaan
sehingga disegani oleh siswanya. Ia tidak akan mengalami kesulitan dalam menciptaka suasana
disiplin dalam kelasnya walaupun tanpa menggunakan tindakan atau hukuman yang ketat.
Adapula guru yang tampaknya tidak mempunyai kepribadian, ia tidak berwibawa sehingga tidak
disegani siswanya sekalipun ia menggunakan hukuman dan tindakan yang keras. Akhirnya
hukuman dan tindakan tidak efektif. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara
lain:
Guru hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa untuk patuh terhadap segala
sesuatu yang diperintahkan, karena sikap guru yang otoroter membuat suasan kelas menjadi
tegang dan sering diliputi rasa takut.
Guru harus percaya diri bahwa ia mampu menegakan disiplin bagi dirinya dan siswanya. Jangan
tunjukan kelemahan dan kekurangannya pada siswa sebab pada dasarnya siswa perlu
perlindungan dan rasa aman dari gurunya.
Guru jangan memberikan janji-janji yang tidak mungkin dapat ditepati. Juga tidak memaksa siswa
bebrjanji untuk memperbaiki perilakunya seketika sebab mengubah perilaku tidak mudah,
memerlukan waktu dan bimbingan.
Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan terlampau bersahabat erat
sehingga hilang rasa hormat siswa terhadapnya. Akibatnya siswa menanggap guru sebagai teman
dekat, sehingga cenderung akan hilang kewibawaanya.
2)
Pihak siswa
Peranan siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tak kalah pentingnya,
karena factor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan subyek dalam pembelajaran. Oleh
karena itu siswa harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk turut serta mewujudkan disiplin di
kelasnya.
Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan
disipilin dalam kealas, anatara lain:
Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta menciptakan suasana
disiplin didalam kelas.
Siswa hendaknya memiliki keasadaran untuk mentaati aturan dan tata tertib sekolah bukan karena
rasa takut atau karena merasa terpaksa.
Siswa hendaknya bertindak sebagai pengontrol atau pengawas dirinya sendiri tanpa harus diawasi
oleh orang lain.
Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka siswa harus berjanji pada dirinya sndiri untuk
tidak mengulanginya.
3)
Pihak Orang tua
Peranan orang tua dalam mewujudkan disiplin putra-putrinya dirumah, akan sangat
membantu penegakan disiplin kelas. Karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
orang tua dalam rangka turut menegakan disiplin, antara lain:
Orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus dilaksanakan putra
putrinya ketika disekolah.
Orang tua hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap putra putrinya dengan cara turut serta
mengawasinya.
Orang tua hendaknya turut berbicara dan turut membina putra putrinya apabila ia melanggar tata
tertib atau aturan sekolah.
2.7 FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYIMPANG
Menurut Kartini Kartono (1998), perilaku menyimpang adalah perilaku jahat (dursila),
atau kejahatan atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial
pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga
mereka itu mengembangakan tingkah laku yang menyimpang.
Kartini Kartono (1998) membagi faktor penyebab perilaku kenakalan menjadi dua bagian
sebagai berikut:
a. FAKTOR INTERNAL
Perilaku menyimpang pada dasarnya merupakan kegagalan sistem pengontrol diri anak terhadap
dorongan-dorongan instingtifnya, mereka tidak mampu mengendalikan dorongan-dorongan
instingtifnya dan menyalurkan kedalam perbuatan yang bermanfaat.
b. FAKTOR EKSTERNAL
Disamping faktor-faktor internal, perilaku delinkuen juga dapat diakibatkan oleh faktor-faktor
yang berada diluar diri remaja, seperti (Kartono, 1998):
Faktor keluarga, keluarga merupakan wadah pembentukan peribadi anggota keluarga terutama
bagi remaja yang sedang dalam masa peralihan, tetapi apabila pendidikan dalam keluarga itu
gagal akan terbentuk seorang anak yang cenderung berperilaku delinkuen, semisal kondisi
disharmoni keluarga (broken home), overproteksi dari orang tua, rejected child, dll.
Faktor lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan, semisal: kurikulum
yang tidak jelas, guru yang kurang memahawi kejiwaan remaja dan sarana sekolah yang kurang
memadai sering menyebabkan munculnya perilaku kenakalan pada remaja.
Faktor lingkungan, lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan
perkembangan anak. Lingkungan adakalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda
kriminal dan anti-sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk pada anakanak puber dan adolesen yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah
terjangkit oleh pola kriminal, asusila dan anti-sosial.
Kemiskinan di kota-kota besar, gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu lintas, bencana
alam dan lain-lain (Graham, 1983).
Brown dan Brown mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang tidak
disiplin, sebagai berikut :
a.
b.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang
menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak
disiplin.
c.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang
broken home.
d. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak
atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak
disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada
umumnya.
Selanjutnya, Brown dan Brown mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam
proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :
a.
Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang
kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang
harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
b. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan
sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun
siswa dengan lingkungannya.
c.
Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan
dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
d.
Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses
belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta
akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
e.
Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai
hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan
untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada
umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.
f.
memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang tidak
disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin
dan yang tidak disiplin.
BAGAIMANA MENGEMBANGKAN DAN MENERAPKAN KETERAMPILAN
KOMUNIKASI DIADIK SERTA MENGATASI SISWABERKEBUTUHAN
KHUSUS DAN PERILAKU MENYIMPANG
DALAM PEMBELAJARAN
OLEH:
Indriana Lumban Tobing
2132151002
Li Dwita Br Karo
2133151016
Siti Sarah Sitakar
2131151030
Yon Riko S Pandiangan
2131151033
Kelas : B/2013
PROGRAM PENDIDIKAN SENIRUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan
siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam
peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru
dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan
berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang
belajar.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi. Yang menjadi masalah adalah bagaimana
agar proses komunikasi itu berjalan dengan efektif agar pesan yang ingin disampaikan dapat
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa
belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan
siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa
materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada
berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujudan proses mengajar dapat terjadi
dalam berbagai model. Bruce Joyce dan Marshal Weil mengemukakan 22 model mengajar yang
dikelompokkan ke dalam 4 hal yaitu (1) proses informasi, (2) perkembangan pribadi, (3)
interaksi social, (4) modifikasi tingkah laku (Usman, 2008).
Kemampuan berkomunikasi, digabungkan dengan rancangan pengajaran yang efektif,
akan memberikan pengalaman belajar yang dinamis bagi siswa. Guru merupakan model
(teladan) yang akan ditiru oleh siswa. Dengan demikian segalanya akan berbicara; apa yang
dikatakan oleh guru dan bagaimana cara guru mengatakannya.
Komunikasi merupakan bagian esensial dalam kehidupan manusia.Kemampuan menjalin
persahabatan, bergaul dengan teman sejawat, keefektifan berteman, kesuksesan studi dan
berbagai interaksi social lainnya sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi. Sebaliknya,
ketidakmampuan berkomunikasi mengakibatkan dampak negative seperti kegagalan membangun
dan memelihara hubungan social, mengembangkan kepemimpinan organisasi, menyesuaikan diri
dengan situasi baru, dan interaksi dengan orang lain yang berasal dari latar belakang budaya
yang berbeda.
Interaksi guru dengan siswa akan terbangun dengan sempurna jika ditunjang oleh
komunikasi yang harmonis diantara keduanya. Salah satu keterampilan komunikasi yang
berperan
dalam
proses
belajar
mengajar
adalah
keterampilan
komunikasi
diadik..
Kemampuan berkomunikasi, digabungkan dengan rancangan pengajaran yang efektif, akan
memberikan pengalaman belajar yang dinamis bagi siswa.
Komunikasi merupakan bagian esensial dalam kehidupan manusia.Kemampuan menjalin
persahabatan, bergaul dengan teman sejawat, keefektifan berteman, kesuksesan studi dan
berbagai interaksi social lainnya sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi. Sebaliknya,
ketidakmampuan berkomunikasi mengakibatkan dampak negative seperti kegagalan membangun
dan memelihara hubungan social, mengembangkan kepemimpinan organisasi, menyesuaikan diri
dengan situasi baru, dan interaksi dengan orang lain yang berasal dari latar belakang budaya
yangberbeda.
Latar belakang pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student needs special
needs) membutuhkan suatu pola tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya.Dalam penyusunan program pembelajaran untuk setiap
bidang studi, hendaknya guru kelas sudah memiliki pribadi setiap peserta didiknya.Data pribadi
yakni berkaitan dengan teristik spesifik, kemampuan dan kelemahannya, kompetensi yang
dimiliki, dan tingkat perkembangannya.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan
tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan
sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan
berinteraksi social, serta kreatifitasnya.Untuk mengetahui secara jelas tentang karakteristik pada
setiap siswa, guru terlebih dahulu melakukan skrining atau assessment agar mengetahui secara
jelas mengenai kompetensi diri peserta didik yang bersangkutan. Tujuannya agar saat
memprogramkan pembelajaran, sudah dipikirkan mengenai: Intervensi pembelajaran yang
diangap cocok.assement disini adalah kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan
setiap peserta didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan social, pengamatan
yang sensitive.
Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan
memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan dengan cara
mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek
tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara besosialisasikan.
Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhailan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan
perilaku kearah pendewasaan.Kemampuan guru semacm itu merupakan kemahran seorang guru
dalam menyelaraskan keberadaannya dengan kurikulum yang ada kemudian diramu menjadi
sebuah program pembelajaran individual.
Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang disiapkan oleh
para guru disekolah, ditunjukan agar peserta didik mampu untuk berinteraksi terhadap
lingkungan social.Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui penggalian kemampuan
diri peserta didik yang paling dominan dan disarkan kepada kurikulum berbagai kompetisi.
Model bimbingan kepada pesrtadidik berkebutuhan khusus, seyogyanya difokuskan
dahulu terhadap prilaku non adaptif atau prilaku menyimpang sebelum mereka melakukan
kegiatan kegiatan program kegiatan belajar individual bimbingan semacam ini dapat diterapkan
didalam pengkondisian lingkungan yang dapat mencapai perkembangan optimal dalam upaya
pengembangan prilaku-prilaku sesuai dengan tugas-tugas perkembangnnya.
1.2. RUMUSAN MASLAH
1. Apakah pengertian komunikasi diadik?
2. Apakah peranan komunikasi diadik dalam pembelajaran?
3. Bagaimana cara mengembangkan dan menerapkan keterampilan dan komunikasi diadik dalam
pembelajaran?
4. Bagaimana cara mengatasi siswa berkebutuhan khusus dan perilaku menyimpang dalam
pembelajaran?
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi diadik dan manfaatnya bagi pembelajaran
2. Untuk mengetahui peranan komunikasi diadik dalam pembelajaran
Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan dan menerapkan keterampilan komunikasi
diadik dalam pembelajaran.
3. Untuk menegetahui bagaimana cara mengatasi siswa berkebutuhan khusus dan perilaku
menyimpang dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Komunikasi Diadik
Komunikasi diadik disebut juga (two way communication) adalah proses komunikasi
yang terjadi secara dua arah antara satu orang dengan satu atau dua orang lainnya yang saling
berhadapan langsung (face to face). Dengan kata lain hal ini merupakan bentuk khusus
komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang hanya
melibatkan dua individu,misalnya suami- istri, dua sejawat, guru-murid. Perlu diingat
komunikasi diadik hanya dilakukan oleh dua orang yang saling bergantian menjadi komunikator
ataupun komunikan.
Ada tiga
bentuk
dalam
komunikasi
diadik
ini,
yaitu
“percakapan,
dialog
dan
wawancara”.Baik percakapan, dialog maupun wawancara memiliki karakteristik masingmasing.“Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog
berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal. Sedangkan
wawancara sifatnya lebih serius, yakni ada pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang
lainnya pada posisi menjawab”.
Komunikasi diadik ini memiliki ciri-ciri.Steward L. Tubbs dan Silvia Moss (dalam Deddy
Mulyana, 2005) menjelaskan dua ciri komunikasi diadik.“Pertama, peserta komunikasi berada
dalam jarak yang dekat.Kedua, peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara
simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal”.Karena jarak yang dekat ini, maka
komunikator mengirimkan pesan secara spontan dan komunikan menerima atau merespons pesan
tersebut dengan secara spontan pula.
Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak- pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang
dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerimapesan secara langsung dan
simultan. Ciri-ciri komunikasi diadik termasuk adalah sebagai berikut ini:
a) Komunikasi dilakukan antara dua orang atau tiga orang.
b) Komunikasi dilakukan langsung (face to face) atau kadang menggukan media telepon.
c) Komunikator dapat berubah statusnya menjadi komunikan, begitu juga sebaliknya
komunikan dapat berubah menjadi komunikator, dan seterusnya berputar berganti-ganti selama
proses Komunikasi Interpersonal berlangsung. Tetapi komunikator utama adalah si pembawa
pesan atau yang pertama-tama menyampaikan pesan (message) sebab dialah yang memulai
komunikasi dan mempunyai tujuan.
d) Efek komunikasi dapat terlihat langsung, baik secara verbal (dengan ucapan mengiyakan/
menjawab) maupun secara non-verbal (dengan bahasa tubuh/kinesik dan isyarat).
Bahasa tubuh atau kinesik meliputi :
1. Gestures (gerak-gerik), missal gerak sering membetulkan posisi duduk tanda dari gelisah.
2. Postures(sikap tubuh), missal di Indonesia dikenal:
Membusungkan dada tandanya sombong.
Menundukan kepala tandanya merendah.
Berdiri tegak tandanya berani.
Bertopang dagu tandanya bersedih.
Menadahkan tangan tandanya bermohon, dan sebagainya.
3. Facial expressions (ekspresi muka), misalnya :
Muka kaku disertai mata terbelalak tanda dari takut.
Muka ditekan disertai mata dikerutkan ke depan tanda dari muak.
Muka rileks disertai senyum tanda dari bahagia.
Muka kencang disertai mata melotot tanda dari marah.
4.Symbolic clothing (pakaian simbolik), misalnya warna pakaian serba hitam tandanya berkabung
duka.Keberhasilan komunikasi diadik adalah dalam prosesnya si komunikator harus berupaya
menyamakan field of reference dan frame of reference dari komunikan, disamping itu kedua
pihak harus mempunyai emphaty.
2.2. Komunikasi Diadik dalam Proses Belajar Mengajar
Sebagaimana diketahui bahwa keterampilan komunikasi merupakan suatu hasil belajar
dan memerlukan penyesuaian diri.Oleh karena itu, proses belajar mengajar yang efektif
menuntut keterampilan komunikasi diadik yang efektif pula.Adapun tehnik yang mendukung
efektivitas komunikasi dapat dicermati dari unsure-unsur komunikasi (pengirim, penerima,
saluran komunikasi, kemampuan personal, faktor social dan situasional).
Proses komunikasi diadik memerlukan keterampilan dasar yang mencakup keterampilan
bertanya
dan
membuka
pelajaran,
keterampilan
membuka
percakapan,
keterampilan
parapharasing, keterampilan mengidentifikasi perasaan, keterampilan merefleksikan perasaan,
dan keterampilan konfrontasi (Thalib,2008).
Seorang guru adalah salah satu faktor paling berarti dan berpengaruh dalam kesuksesan
siswa sebagai pelajar.Tindakan yang paling ampuh yang dapat dilakukan oleh guru untuk siswa
adalah memberikan teladan tentang makna menjadi seorang pelajar. Keteladanan, kongruensi,
kesiapsiagaan guru akan memberdayakan dan mengilhami siswa untuk membebaskan potensi
mereka sebagai pelajar.
Guru adalah model yang akan ditiru oleh siswa. Untuk itu perlu komunikasi yang sama
dan sebangun dengan siswa. Apapun yang dikatakan oleh guru, bagaimana cara mengatakannya
akan sangat berpengaruh terhadap cara siswa menerima pelajaran.
Otak memiliki tiga jalan tol utama, atau modalitas untuk memproses rangsangan yang
datang dari luar dan dari dalam setiap individu.Ketiga modalitas ini-visual, auditorial dan
kinestik- merupakan saluran komunikasi yang membantu guru dan siswa memahami dunia.
Ketika hubungan antara apa yang dikatakan dan caranya menghadirkan dunia secara internal,
maka harus diperhatikan bagaimana pola bicara. Menggunakan kata dan frase yang cocok untuk
setiap modalitas akan memperkuat daya penerimaan siswa (DePorter, 2007)
Secara harfiah, berbicara kepada modalitas belajar yang paling mendukung jenis
pemikiran yang ingin diciptakan. Sebagai contoh, penggunaan kata (1) Bayangkanlah: seekor
gajah merah muda yang memakai bikini berfose tersenyum di dekat bangku taman. Kata
“bayangkan” memberi tanda kepada otak untuk menggunakan modal visual, (2) Dengarkan
bagaimana frase ini berbunyi benar. Kata-kata dengarkan dan berbunyi benar memberikan
isyarat kepada modalitas auditorial, (3) Rasakan hal berikutnya sambil menangkap
penerapannya:”Rasakan” dan “menangkap” menarik modal kinestik.
Menurut (DePorter, 2007), ada Empat Prinsip Ampuh Dalam Berkomunikasi di Kelas
yakni:
1) Munculkan kesan
Dalam mengungkapkan ide dengan tepat, maka pemilihan kata sangatlah menentukan
hasil yang diinginkan.Memanfaatkan kemampuan otak untuk menyediakan asosiasi yang kaya
dengan menyusun perkataan agar timbul citra yang dapat memacu belajar siswa.
“Anak-anak, bagian bab ini paling sulit dan membosankan, jadi kalian harus waspada kalau tidak
mau gagal”
Kesan apa yang ditimbulkannya? Kesulitan, kebosanan, bahaya, kegagalan.
“Bagian ini paling menantang. Simaklah baik-baik, supaya kalian memahaminya”
Dalam benak siswa, akan tercipta kesan atau citra yang berada dalam benak gurunya. Jadi guru
harus secara sadar memilih perkataan yang menimbulkan asosiasi positif, memacu pembelajaran,
dan meningkatkan komunikasi.
2) Arahkan Fokus
Sama dengan prinsip pertama, prinsip arahkan focus memanfaatkan kemampuan otak
yang mampu memilih dari banyaknya input indrawi, dan memusatkan perhatian otak. Ilmuawan
memperkirakan bahwa otak menerima lebih dari 10.000 pecahan informasi setiap detik saat
terjaga.Setelah masuk otak, informasi indrawi diproses pada tingkat sadar atau tidak sadar.
“Ingatlah dari pelajaran kemarin, dua unsure dalam garam dan hafalkan symbol-simbolnya.
Bersiaplah untuk menyebutkan symbol-simbol itu jika Ibu menunjuk kalian”
3) Inklusif
Inklusif merupakan penggunaan bahasa yang bersifat mengajak. Penggunaan kata-kata
seperti: Bapak ingin, Kalian harus, Ibu minta dan lain sebagainya sebaiknya dihindari karena
akan menimbulkan asosiasi negative pada siswa. Sebaiknya menggunakan kata-kata seperti:
“Mari kita …., Sudah waktunya mengumpulkan tugas”. Perubahan sederhana dalam kata-kata
dapat meningkatkan hubungan kerjasama yang menyeluruh, sehingga setiap siswa merasa diajak.
4) Spesifik
Seringnya terjadi salah komunikasi akibat generalisasi. Generalisasi memungkinkan
orang lain mengisi kekosongan dengan pemahamannya sendiri. Semakin spesifik permintaannya,
semakin besar orang akan melakukan sesuai yang diinginkan. Guru sebaiknya tidak sering
berbicara terlalu banyak., menjelaskan konsep secara berlebihan, mengulang petunjuk,
memperpanjang jawaban sehingga memperlemah dampak perkataan mereka. Salah satu cara
menghindari jebakan itu adalah dengan menggunakan
pernyataan yang memberi petunjuk dengan kata kerja. Seperti ambillah, gambarlah, tulislah, dan
lain-lain..
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Diadik
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai
alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat
indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan
kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi
berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya
komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda
dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi
tercanggihpun.
Secara umum faktor-faktor penentu komunikasi diadik, sebagaimana terungkap dalam
urainan tentang proses komunikasi, dapat dibedakan atas: 1) faktor internal yaitu faktor yang
bersumber dari individu baik pengirim maupun penerima pesan, 2) faktor eksternal atau faktor
yang bersumber dari luar yang mempengaruhi komunikasi diadik (Thalib,2008).
Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh
persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal.
Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam
komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu: Percaya,
sikap suportifdan sikap terbuka.
2.4. Hambatan Dalam Komunikasi Diadik
Dalam hal ini yang menjadi permasalahan adalah yang menjadi komunikan dari aspek
komunikasi ini adalah seseorang siswa. Hal inilah yang menjadi hambatan dalam proses
berkomunikasi yang dilakukan oleh guru ke siswa. Dalam proses komunikasi interpersonal,
komunikator akan bisa mendapatkan respon dari pesan yang ia sampaikan ke komunikan.
Namun belum tentu respon ini akan dirasakan dan dibalikan kembali oleh komunikan ke
komunikator.
Gangguan inilah yang menjadi penghambat dalam proses komunikasi antara guru dan
siswa. Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai
pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang
mengganggu proses komunikasi tersebut. Gangguan adalah hal yang merintangi atau
menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.
Jenis-jenis hambatan dalam proses komunikasi menurut Thalib (2008) adalah:
1. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca, gangguan alat komunikasi,
dan lain-lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
2. Hambatan Semantik
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang
berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
3. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan
nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
2.5 Siswa berkebutuhan Khusus
Sebelum di bahas tentanghakekat anak autistik sebagai bagian integral dari anak yang
berkebutuhan khusus yang juga secara umum dikenal oleh masyarakat sebagai anak luar
biasa ,maka terlebih dahulu dibahas tentang hakekat anak luar biasa . Dalam percakapan sehari
hari , orang yang dijuluki sebagai “orang luar biasa “ ialah mereka yang memiliki kelebihan yan
luar biasa , misalnya orang yang terkenal memiliki kemampuan intelektuaL yang luar biasa ,
memiliki kreatifitas yang tinggi dalam melahirkan suatu temuan temuan yang luar biasa
dibidaang IPTEKS , religius,dan bidang bidang kehidupan lainnya yang bermanfaat bagi
masyarakat , dan orang yang mencapai prestasi yang menghebohkan dan spektakuler , misalnya
orang yang berhasil menaklukan gunung tertinggi di dunia dan sebagainya .
Dalam dunia pendidikan , kata luar biasa juga merupakan julukan atau sebutan bagi
mereka yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan penyimpagan yang
tidak di alami oleh orang normal pada umumnya . Kelainan , atau kekurangan yang dimiliki
kekurangan oleh mereka yang disebut luar biasa dapat berupa kelainan dalam segi fisik , psikis ,
sosisal , dan moral .
Kelainan dari segi fisik berupa kecacatan fisik , misalnya orang yang tidak memiliki kaki
sebelah kiri , matanya buta sebelah , dan sejenisnya . kelainan dari segi fsikis atau aspek
kejiwaan ( psikologis ) . misalnya orang yang menderita keterbelakangan mental akibat dari
intelegesi yang dimiliki di bawah normal . Kelainan dari segi sosial , misalnya orang yang tidak
dapat melakukan interaksi dan komunikasi sosial , sehingga mereka tidak dapat di terima secara
sosial oleh masyarakat sekitarnya yang mnyebabkan mereka kurang bergaul dan merasa rendah
diri yang berlebihan , dan kelainan dari segi moral dapat berupa ketidakmampuan seseorang
untuk mengendalikan emosi dan hati nuraninya sehingga orang tersebut berbuat amoral di tengah
masyarakatnya .Contoh golongan orang yang menderita kelainan moral ialah mereka yang
menyandang sebagai anak yang tunalaras .
Pengertian “ luar biasa “ dalam dunia pendidikan mempunyai ruang lingkup pengertian yang
lebih luas daripada pengertian “ berkelainan atau cacat “ dalam percakapan sehari hari . dalam
dunia pendidikan istilah luar biasa mengandung arti ganda , yaitu mereka yang menyimpang ke
atas karena mereka memiliki kemampuan yang luar biasa dibanding dengan orang normal pada
mereka yang mnyimpangumumnya dan mereka yang mnyimpang ke bawah , yaitu mereka yang
menderita kelainan atau ketunaan dan kekurangan yang tidak di derita oleh orang normal pada
umumnya .
Contoh orang yang menyimpang ke atas dari segi kemampuan intelektual ( otak ) , misalnya
professor B.J Habibie karna dia memiliki inteligensi di atas orang normal dan kemampuan
intelektual dibidang “ aerodinamika “ yang berkelas dunia sehingga beliau di juluki sebgai orang
yang jenius di bidangnya , sedangkan contoh orang yang menyimpang ke bawah ialah mkisalnya
orang yang memiliki inteligensi di bawah rata rata degan gejala prilaku , yaitu lamban dalam
belajar dan sulit dalam belajar .
Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai
anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi
kemanusiaan mereka secara sempurna (Hallahan dan Kauffman, 1986). Anak luar biasa, juga
dapat di definisikan sebagai anak yang berkebutuhan khusus.Anak luar biasa di sebut sebagai
anak berkebutuhan khusus, karena dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini
membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling,
dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus.
Jenis-jenis layanan tersebut di berikan secara khusus kepada anak yang berkebutuhan khusus
oleh pihak yang berkompeten pada setiap jenis layanan itu. Adapun yang termasuk pihak-pihak
yang berkompeten dalam memberikan layanan pendidikan, sosial, yang berijazah pendidikan
luar biasa, pekerja sosial, konselor/petugas bimbingan konseling, dan ahli lain yang relevan
dengan jenis layanan yang di berikan kepada anak luar biasa.
2.5.1 Program Pendidikan Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Kata program berasal dari Bahasa Inggris, yaitu Programe yang mengandung arti rencana atau
rencana kegiatan. Dengan mengacu pada arti kata program yang berarti rencana, maka program
pendidikan untuk berkebutuhan khusus dalam tulisan ini diartikan sebagai rencana kegiatan
pendidikan yang akan diberikan kepada anak berkabutuhan khusus di sekolah-sekolah khusus
dan di sekolah-sekolah regular yang menerapkan system pendidikan. Program pendidikan yang
cocok dan sesuai dengan kebutuhan mereka ialah program pedidikan individual yang biasa
disingkat “PPI”.
Program pengembangan pendidikan individual (PPI) untuk anak yang berkebutuhan khusus
dikembangkan dengan melalui berbagai proses atau tahap-tahap pengembangan dan pelaksanaan
program pengembangan pendidikan individual, yaitu mencakup tahap: penjaringan dan
identifikasi peserta didik yang berkelainan dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa, melakukan rujukan ke tim pendidikan khusus, melakukan pertemuan tim, malakukan
asesmen, melakukan pertemuan tim asesmen, menyusun program pendidikan individual (PPI),
melaksanakan program pendidikan individual, dan evaluasi pelaksanaan program pendidikan
individual (Depdiknas,tahun 2003 ). ( halaman 30 )
Pada tahap penjaringan dan identifikasi yang perlu dilakukan oleh semua satuan pendidikan
khusus ialah menemukan atau menjaring semua peserta didik yang berkebutuhan khusus yang
berhak memperoleh pendidika khusus. Program penjaringan umumya menccakup program tes
hasil belajar atau tes kelompok yang lain, penyebaran angket kepada guru-guru untuk
mengidentifikasi peserta didik yang menunjukkan gejala-gejala yang bermasalah. Program
kampanye kepedulian bertujuan untuk memeberikan informasi kepada masyarakat tentang
tersedianya berbagai layanan kepada penyandang kalainan.
Survey juga dapat dilakukan untuk menjaring dan mengidentifikasi anak yang berkebutuhan
khusus dengan malakukan survey kepada tokoh masyarakat, dokter, tenaga paramedis, dan pihak
lainnya agar anak berkebutuhan khusus yang belum terjangkau pendidikan dapat diidentifikasi.
Tahap rujukan ke Tim Pendidikan Khusus sebagai tahap pengembangan dan pelakasanaan
program pendidikan program pendidkan individual (PPI), dimaksudkan yaitu setiap peserta didik
yang diketahui menunjukkan tanda-tanda bermasalah akan dirurjuk kepada Tim Pendidikan
Khusus. Masalah-masalah yang dialami oleh peserta didik sehingga perlu dirujuk ialah karena
peserta didik tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas sekolah, kesulitan bergaul dengan teman,
kemampuan membaca yang rendah, tidak mampu memusatkan perhatian, prestasi belajar yang
dicapai jauh dibawah teman-teman sekelasnya, dank arena anak mengalami gangguan mobilitas
karena kondisi fisik , dan sebagainya.
Tahap pertemuan Tim Rujukan dalam pengembangan pelaksanaan program pendidikan
individual (PPI) bertujuan memeprtemukan semua tenaga profesi yang pernah atau sedang
menangani peserta didik yang dirurjuk sehingga informasi tentang peserta didik yang
bersnagkutan dapat diperoleh dengan lengkap.
Program pendidikan individual (PPI) yang telah disusun secara resmi lalu dilaksanakan kepada
peserta didik yang berkebutuhan dalam proses pembelajaran dikelas. Untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan program pendidikan individual ini, maka perlu dilakuakn kegiatan
evaluasi pelaksanaan program ini secara teratur dan kontinyu.
2.5.2 Kurikulum Pendidikan Untuk Anak yang Berkebutuhan Khusus
Dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pada pasal
1 butir 19 disebutkan bahwa Kurikulum adalah (1) seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan (2) bahan pelajarn, serta (3) cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, pada Kurikulum 1994 diwujudkan dalam Buku
Landasan, Program, dan Pengembangan Kurikulum, dan bahan pelajaran pada Kurikulum 1994
diwujudkan dalam Buku Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Pada kurikkulum 1994 diwujudkan dalam Buku-buku Pedoman Pelaksana
Kurikulum.
Setiap satuan pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didiknya harus
berpengangan pada kurikulum terbari yang berlaku, seperti sekarang ini di tahun 2016 kurikulum
yang berlaku adalah kurikulum berbasis kompetensi (KBK).Oleh karena itu, dalam
penyelenggaraan pendidikan khusus untuk anak yang berkebutuhan khusus dewasa ini adalah
juga harus mengacu kepada kurikulum yang berbasis kompetensi yang disebut sebagai
“Kurikulum2004”. (Halaman 32)
Dalam penyelenggaraan pendidikan khusu yang berdasar kepada kurikulum berbasis kompetensi
tersebut hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik dari masing-masing jenis
peserta didik yang berkebutuhan khusus. Selain itu, faktor pemilihan dan penentuan metode
pembelajaran, dan hal lain yang terkait dengan pembelajaran di sekolah oleh pihak guru,
haruslah bermuara kepada pencapaian targer kurikulum yang berbasis kompetensi tersebut.
Satuan pendidikan tertentu yang menyelenggarakan pendidikan inklusif sebagai sistem
pendidikan khusus yang akan diberlakukan secara nasional juga akan menggunakan kurikulum
yang berbasis kompetensi. Namun perlu diingat bahwa pelaksanaan atas penerapan kurikulum
yang berbasis kompetensi tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan dan berkebutuhan
khusus bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus di berbagai jenjang pendidikan, yaitu mulai
dari jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB), Sekolah-sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB),
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
Bentuk penyesuaian kurikulum terhadap kebutuhan peserta didik yang berkebutuhan khusus
ialah dapat dituangkan dalam Program Pengajaran Individual atau Program Pendidikan
Individualisme yang disingkat PPI. Program Pendidikan Individual merupakan rencana
pendidikan bagi seorang peserta didik yang berkebutuhan khusus, Semua peserta didik yang
berkebutuhan khusus, baik yang berkelaina maupun yang memiliku potensi kecerdasan istimewa
harus dibuatkan program pendidikan individual.Program pendidikan individual haruslah
merupakan program pembelajaran yang dinamis yang berarti sensitif terhadap berbagai
perubahan kemajuan peserta didik yang disusun oleh sebuah tim dari berbagai profesi dan
kelainan yang terkait dengan kebutuhan pendidikan anak yang berkebutuhan khusus.
Ada bebrapa hal ynag perlu diperhatikan oleh pihak guru dan pihak terkait lainnya sebelum
marancang dan menyusun program pendidikan atau pengajaran individual (PPI), yaitu perlu
dipahami tentang: (1) pengertian peserta didik yang berkelainan dan atau peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, karakteristik, dan (3) tingkat kecerdasan
peserta didik yang berkebutuhan khusus (Direktorat PLB Ditjendikdasmen Depdiknas, 2003).
Peserta didik yang berkelainan (sekarang disebut sebagai peserta didik yang berkebutuhan
khusus) adalah peserta didik yang secara signifikan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena mengalami kelainan fisik, mental, intelektual, emosional, atau sosial,
sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan yang bersifat khusus. Peserta didik dapat
diajar dan dididik di sekolah-sekolah luar biasa dan di sekolah-sekolah biasa yang menerapkan
sistem pendidikan inklusi.
Untuk keperluan pendidikan inklusi (sistem pendidika untuk anak luat biasa yang diselenggrakan
di sekolah biasa bersama dengan anak normal yang diajar oleh guru sekolah biasa dengan
kerjasama dengan guru pembimbing khusus), maka peserta didik yang termasuk berkelainan dan
berkebutuhan khusus ialah peserta didik yang mengalami tunanetra atau gangguan penglihatan,
tunarungu atau gangguan pendengaran, tunawicara atau gangguan komunikasi, tunagrahita atau
gangguan kecerdasan, tunadaksa atau gangguan fisik dan kesehatan, tunalaras atau gangguan
emosi dan perilaku, anak yang berkesulitan belajar, anak yang lamban belajar, anak autistik,
anak dengan gangguan motorik, anak yang korban penyalahgunaan narkoba, dan gabungan dari
dua atau lebih jenis-jenis ank berkelainan di atas (Direktorat PLB Ditjendikdasamen Depdiknas,
2003).
Peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat yang istimewa yang memerlukan
pendidikan khusus ialah meliputi: (1) peserta didik dengan kecerdasan luar biasa, (2) Pesrta didik
dengan kreativitas yang luar biasa, (3) peserta didik dengan bakat seni atau olahraga yang luar
biasa, dan (4) gabungan dari dua atau lebih jenis-jenis di atas. Setiap peserta didik yang
berkebutuhan khusus yang memiliki kelaiana ataupun yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat yang istimewa memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya.Perbedaan karakteristik ini juga menggambarkan adanya perbedaan
kabutuhan layanan pendidikan bagi setiap peserta didik yang berkebutuhan khusus.
Tim pengembang program pendidikan atau pengajaran individual (PPI) terlebuh dahulu erlu
mengetahui tentan g kebutuhan khusus setiap peserta didik yang berkebutuhan khusus tersebut,
baik yang berkaitan dengan kemampuan maupun ketidakmampuan peserta didik yang
berkebutuhan khusus tersebut individual.Untuk keperluan pengembangan program pendidikan
untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus, kebutuhan khusus peserta didik perlu
diidentifikasi terlebih dahulu malalui pengenalan karakteristik yang menonjol.
Identifikasi karakteristik dan cara mengidentifikasi kebutuhan khusus setiap peserta didik yang
berkelainan (sekarang disebut peserta didik yang berkebutuhan khusus) dan peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa perlu diketahui oleh para calon guru dan guru
pendidikan khusus dan pihak yang terkait dengan progaram pengajaran individual untuk peserta
didik yang berkebutuhan khusus.
Tingkat kecerdasan dari peserta didik yang berkebutuhan khusu sebagai salah satu faktor yang
perlu diperhatikan sebelum merancang dan menyusun program pendidikan individual, harus
benar-benar diketahui dan dipahami oleh para pengembangan program pendidikan individual.
Dari segi tingkat kecerdasan peserta didik yang membutuhkan layanan pendidikan khusus
melalui layanan program pendidikan individual, maka peserta didik yang berkebutuhan khusus
tersebut dikelompokan menjadi tiga kelompok tingkatan kecerdasan, yaitu peserta didik yang
berkecerdasan di bawah normal atau rata-rata, peserta didik yang berkecerdasan normal atau
rata-rata, dan peserta didik yang berkecerdasan di atas normal atau di atas rata-rata.
Pada uraian terlebih dahulu telah dijelaskan tentang perlunya guru dan pihak lain yang terkait
dengan proses pembelajaran guru dan pihak lain yang terkait dengan proses pembelajaran dan
pendidikan peserta didik yang berkebutuhan khusus untuk memeperhatikan kurikulum
pendidikan untuk mereka. Dengan mengacuk kepada tujuan kurikulum, maka seorang guru akan
dapat mengembangkan program pendidikan individual (PPI) yang sesuai dengan kebutuhan,
karakteristik, dan batas kemampuan yang dimiliki.
2.6.Perilaku Menyimpang
Sikap disiplin yang dilakukan oleh peserta didik pada awalnya adalah suatu tindakan untuk
memenuhi atau mematuhi nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu yang perlu ditanamkan oleh para
guru adalah menanamkan prinsip-prinsip disiplin kelas yang mengacu pada nilai-nilai yang
berlaku. Nilai-nilai tersebut biasanya tersurat dalam peraturan tata tertib sekolah maupun kelas
yang harus dipedomani oleh warga sekolah atau kelas. Disiplin dapat juga dikatakan sebagai alat
pendidikan bagi anak, sebab dengan disiplin anak dapat membentuk sikap teratur dan mentaati
norma aturan yang ada. Untuk itu disiplin sudah bisa dibiasakan dalam kehidupan anak sejak
usia dini.
Dalam hal ini guru dan orang tua dapat menjadi model, pembimbing dan pengarah anak
dalam berperilaku yang baik yang diterimalingkungannya. Pada awalnya disiplin memang
dirasakan sebagai suatu aturan yang mengekang kebebasan anak. Akan tetapi bila aturan tersebut
dirasakan sebagai suatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebahagiaan diri
anak dankebaikan bersama, maka lama kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik
menuju kearah disiplin diri sendiri (self discipline}. Artinya disiplin tidak lagimerupakan suatu
yang datang dari luar dirinya yang memberikan keterbatasan tertentu. Dalam hal ini disiplin telah
merupakan suatu aturan yang datang dari dalam diri sebagai suatu aturan tentang suatu hal yang
wajar dilakukan anak dalamkehidupan sehari-hari.
Kelas yang sehat bila kelas tersebut mempunyai aturan dan tata tertib, yang harus selalu
dicontohkan oleh gurunya setiap saat agar murid dapat melaksanakannya secara terus menerus.
Peraturan dan tatatertib merupakan alat untuk mengatur perilaku yang diharapkan dari murid
Peraturan merujuk pada standar yang sifatnya umum yang harus dipatuhi oleh murid,
misalnya : murid harus mendengarkan dengan baik apa yang dioerintahkan oleh gurunya,
menulis jawaban pertanyaan guru jika guru telah memerintahkannya, memberi jawaban jika guru
menunjuknya. Tata tertib menunjuk pada standar untuk aktivitas khusus misal, murid harus
berpakaian seragam ke sekolah, mengikuti upacara bendera, peminjaman buku perpustakaan.
2.6.1 Pelanggaran Disiplin Kelas
Suatu asumsi menyatakan bahwa semua tingkah laku individu adalah merupakan upaya
untuk mencapai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan, pengenalan kebutuhan murid dengan baik
merupakan
andil
yang
besar
untuk
mengendalikan
disiplin
sebagaimana
Maslow
menggambarkan teori “hirarchi kebutuhan manusia” yang digambarkan dalam bentuk pramida
kebutuhan manusia sebagai berikut : secara berurutan manusia menghendaki tercapainya semua
kebutuhan tersebut yang diperoleh dengan cara wajar, umum sesuai dipenuhi melalui cara-cara
yang sudah biasa dalam masyarakat maka akan terjadi ketidak seimbangan pada diri individu,
dan yang bersangkutan akan berusaha untuk mencapainya dengan cara-cara lain yang sering
kurang diterima oleh masyarakat. Dengan logika seperti itu mungkin pelanggaran disiplin
sekolah bersumber pada lingkungan sekolah yang tidak memberi pemenuhan terhadap semua
kebutuhan peserta didik khususnya, hal tersebut diakibatkan karena:
a.
Tipe kepemimpinan guru yang otoriter yang memaksakan kehendaknya tanpa memperhatikan
kedaulatan peserta didik, perlakuan seperti itu mngakibatkan murid pura-pura patuh, apatis atau
sebaliknya, hal tersebut menjadikan murid agresif, murid memberontak terhadap perlakuan yang
tidak manusiawi
b.
Pengebirian akan hak-hak kelompok atau individu peserta didik, perlakuan tersebut akan
menjadikan frustrasi bagi peserta didik, pada hal disisi lain murid berhakuntuk turut menentukan
rencana masa depannya dibawah bimbingan guru.
c.
Guru kurang memperhatikan kelompok minoritas baik yang ada dibawah maupun yang ada di
atas rerata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan sekolah.
d.
Guru kurang melibatkan dan mengikut sertakan peserta didik bertanggung jawab terhadap
kemajuan sekolah/kelas sesuai dengan kemampuannya.
e.
Guru kurang memperhatikan latar belakang kehidupan peserta didik dalam keluarga ke dalam
subsistem kehidupan sekolah.
f.
Guru kurang mengadakan kerjasama dengan orang tua peserta didik dan saling melepas
tanggung jawab.
Banyak guru baru kurang menyadari bahwa peserta didik memiliki hak- hak tertentu di
dalam lingkungan sekolah. Hak-hak tersebut semuanya diatur dan diperkuat oleh peraturan dan
kelaziman atau tradisi yang dipelihara oleh lingkungan sekolah dan masyarakat. Orang tua, wali
murid, kelompok kemasyarakatan sering membawa sejumlah kasus pelanggaran siswa ke
sekolah, ke Persatuan Orang Tua Siswa, atau ke Pengadilan. Beberapa hak siswa yang penting
dan yang perlu dijamin adalah (1),hak menyelesaikan pendidikan sebaik-baiknya, (2) hak
persamaan kedudukan atau kebebasan dari diskriminasi dalam kelompok, (3) hak berekspresi
secara pribadi, (4) hak keleluasaan pribadi, dan (5) hak menyelesaikan (studi) secara cepat (Me
Neil dan Wiler, 1990).
Hak tersebut adalah merupakan hak yang bersifat umum yang dimiliki oleh murid,
sehubungan dengan hal terseut guru harus mampu menerapkan praktek disiplin yang bersumber
dari aturan sekolah atau yang bersumber dari aturan-aturan yang bersumber darihukum yang
telah dijadikan landasan disiplin pada sekolah tersebut, sehubungan dengan hal tersebut perlu
ada garis sinkronisasi antara disiplin yang seharusnya ditegakkan dengan mempertimbangkan
peraturan yang dibuat.
Kebutuhan murid adalah merupakan factor yang relevan dalam menentukan berbagai
macam disiplin kelas misalnya, anak yang membuthkan perhatian khusus dari guru karena
lamban berfikir dalam belajar, anak yang kurang dalam pembelajaran tertentu dan sebagainya,
masalah hak dan kebutuhan tersebut akan terlihat bagaimana guru memenuhinya agar tidak
terjadi pelanggaran disiplin misalnya anak yang sukar belajar matematika jika tidak diperhatikan
oleh gurunya maka ia akan membuat gaduh kelas mengganggu teman sebangkunya
Mengingat banyaknya kebutuhan murid yang bervariasi antara murid yang satu dengan
yang lainnya guru perlu mempertimbangkan untuk menentukan
tingkat pertumbuhan dan
perkembangan murid yang diajar dan latar belakang social ekonomi. Guru harus lebih cerdas
mempertimbangkan antara hubungan disiplin dengan motivasi individu setiap murid dengan
program disiplin yang dibuat. Untuk menegakkan seperangkat ketentuan disiplin sekolah guru
harus mengkomunikasikan bagaimana agar murid dapat bertingkah laku baik berdasar norma
yang telah ditetapkan di sekolah.jika ada murid yang melanggar disiplin misalnya murid yang
selalu melawan, murid yang sering berkelahi, murid yang sering mengganggu temannya, dan lain
sebagainya, jika terjadi hal seperti itu maka guru akan segera mengambil tindakan preventif
2.6.2 Upaya Menegakan Disiplin Kelas
Upaya menegakan disiplin didalam kelas dapat dilakukan dengan meminta dukungan
berbagai pihak terkait, misalnya dari pihak guru, siswa dan orang tua. Pihak-pihak tersebut
selayaknya diajak bekerja sama dengan baik dan harmonis serta ikut bertanggung jawab untuk
menciptakan disiplin siswa. Upaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak adalah
sebagai berikut:
1)
Pihak Guru
Disiplin banyak bergantung pada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai kewibawaan
sehingga disegani oleh siswanya. Ia tidak akan mengalami kesulitan dalam menciptaka suasana
disiplin dalam kelasnya walaupun tanpa menggunakan tindakan atau hukuman yang ketat.
Adapula guru yang tampaknya tidak mempunyai kepribadian, ia tidak berwibawa sehingga tidak
disegani siswanya sekalipun ia menggunakan hukuman dan tindakan yang keras. Akhirnya
hukuman dan tindakan tidak efektif. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara
lain:
Guru hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa untuk patuh terhadap segala
sesuatu yang diperintahkan, karena sikap guru yang otoroter membuat suasan kelas menjadi
tegang dan sering diliputi rasa takut.
Guru harus percaya diri bahwa ia mampu menegakan disiplin bagi dirinya dan siswanya. Jangan
tunjukan kelemahan dan kekurangannya pada siswa sebab pada dasarnya siswa perlu
perlindungan dan rasa aman dari gurunya.
Guru jangan memberikan janji-janji yang tidak mungkin dapat ditepati. Juga tidak memaksa siswa
bebrjanji untuk memperbaiki perilakunya seketika sebab mengubah perilaku tidak mudah,
memerlukan waktu dan bimbingan.
Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan terlampau bersahabat erat
sehingga hilang rasa hormat siswa terhadapnya. Akibatnya siswa menanggap guru sebagai teman
dekat, sehingga cenderung akan hilang kewibawaanya.
2)
Pihak siswa
Peranan siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tak kalah pentingnya,
karena factor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan subyek dalam pembelajaran. Oleh
karena itu siswa harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk turut serta mewujudkan disiplin di
kelasnya.
Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan
disipilin dalam kealas, anatara lain:
Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta menciptakan suasana
disiplin didalam kelas.
Siswa hendaknya memiliki keasadaran untuk mentaati aturan dan tata tertib sekolah bukan karena
rasa takut atau karena merasa terpaksa.
Siswa hendaknya bertindak sebagai pengontrol atau pengawas dirinya sendiri tanpa harus diawasi
oleh orang lain.
Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka siswa harus berjanji pada dirinya sndiri untuk
tidak mengulanginya.
3)
Pihak Orang tua
Peranan orang tua dalam mewujudkan disiplin putra-putrinya dirumah, akan sangat
membantu penegakan disiplin kelas. Karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
orang tua dalam rangka turut menegakan disiplin, antara lain:
Orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus dilaksanakan putra
putrinya ketika disekolah.
Orang tua hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap putra putrinya dengan cara turut serta
mengawasinya.
Orang tua hendaknya turut berbicara dan turut membina putra putrinya apabila ia melanggar tata
tertib atau aturan sekolah.
2.7 FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYIMPANG
Menurut Kartini Kartono (1998), perilaku menyimpang adalah perilaku jahat (dursila),
atau kejahatan atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial
pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga
mereka itu mengembangakan tingkah laku yang menyimpang.
Kartini Kartono (1998) membagi faktor penyebab perilaku kenakalan menjadi dua bagian
sebagai berikut:
a. FAKTOR INTERNAL
Perilaku menyimpang pada dasarnya merupakan kegagalan sistem pengontrol diri anak terhadap
dorongan-dorongan instingtifnya, mereka tidak mampu mengendalikan dorongan-dorongan
instingtifnya dan menyalurkan kedalam perbuatan yang bermanfaat.
b. FAKTOR EKSTERNAL
Disamping faktor-faktor internal, perilaku delinkuen juga dapat diakibatkan oleh faktor-faktor
yang berada diluar diri remaja, seperti (Kartono, 1998):
Faktor keluarga, keluarga merupakan wadah pembentukan peribadi anggota keluarga terutama
bagi remaja yang sedang dalam masa peralihan, tetapi apabila pendidikan dalam keluarga itu
gagal akan terbentuk seorang anak yang cenderung berperilaku delinkuen, semisal kondisi
disharmoni keluarga (broken home), overproteksi dari orang tua, rejected child, dll.
Faktor lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan, semisal: kurikulum
yang tidak jelas, guru yang kurang memahawi kejiwaan remaja dan sarana sekolah yang kurang
memadai sering menyebabkan munculnya perilaku kenakalan pada remaja.
Faktor lingkungan, lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan
perkembangan anak. Lingkungan adakalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda
kriminal dan anti-sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk pada anakanak puber dan adolesen yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah
terjangkit oleh pola kriminal, asusila dan anti-sosial.
Kemiskinan di kota-kota besar, gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu lintas, bencana
alam dan lain-lain (Graham, 1983).
Brown dan Brown mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang tidak
disiplin, sebagai berikut :
a.
b.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang
menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak
disiplin.
c.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang
broken home.
d. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak
atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak
disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada
umumnya.
Selanjutnya, Brown dan Brown mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam
proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :
a.
Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang
kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang
harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
b. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan
sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun
siswa dengan lingkungannya.
c.
Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan
dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
d.
Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses
belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta
akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
e.
Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai
hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan
untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada
umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.
f.
memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang tidak
disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin
dan yang tidak disiplin.