THE PLACEMENT OF BASE CAMP HEAVY EQUIPMENT IN LANSLIDE DISASTERS ON NATIONAL ROADS PEKANBARU – PADANG - JAMBI

THE PLACEMENT OF BASE CAMP HEAVY EQUIPMENT

  

IN LANSLIDE DISASTERS ON NATIONAL ROADS

PEKANBARU – PADANG - JAMBI

  1

  1

  1 Mhd Reza , Nasfryzal Carlo danYutiar M. Yos

  Civil Engineering, Magister of Engineering Program at Bung Hatta University Email : mhdrezareza@yahoo.com

  

ABSTRACT

  Road as a liaison with other areas of the region is very need to get special treatment in securing roads a result of the landslides that could disrupt road users and distribution of goods. The distance and time mobilization of heavy equipment from the base camp to the location of the disaster will affect the slow or fast heavy equipment arrived at the disaster site. For it is necessary the study of the placement of the base camp heavy equipment that analyze time to the disaster site with the aim to search for the optimum location of base camp with the minimum time and identify vulnerabilities landslides period time to come. The Methode that used are simulation techniques with Probability method (Randon Number) with Single Origin, that 1 (one) and heavy equiment that used is Wheel Loader with speed 25 km/ hours. The result of this research state need replacement new location base camp: Padang Panjang STA 61+900, from location eksisting STA 65 + 500, with displacement distance 3,6 km, Payakumbuh STA163+000, from location eksisting STA 178 + 000, with displacement distance 15 km, Bangkinag STA 83+000, from location eksisting STA 76 + 400, with displacement distance 6,6 km, Dhamasraya STA 115 + 000, from location eksisting STA 184+000, with displacement distance 69 km, Ma. Bungo STA 194+700, from location eksisting STA 251 + 000 with displacement distance 56,300 km, Ma. Tembesi STA 83+260, from location eksisting STA 88 + 400, with displacement distance 5,140 km. The following locations periods 2014 s / d in 2017; Padang Panjang STA 60+000 s/d 65+000 with 37 times the landslide , Payakumbuh 145+000 s/d 155+000 with 41 times the landslide, Bangkinang STA 75+000 s/d 85+000 with 38 times the landslide, Solok STA 80+000 s/d 100+000 with 41 times the landslide Dhamasraya STA 125+000 s/d 140+000 with 62 times the landslide, Ma. Bungo STA 191+000 s/d 197+000 with 45 times the landslide, Ma. Tembesi STA 120+000 s/d 150+000 with 41 times the landslide.

  Keywords: landslide disasters, base camp of location, travel time.

  

PENEMPATAN BASECAMP ALAT BERAT DALAM

PENANGANAN BENCANA LONGSOR RUAS JALAN NASIONAL

KOTA PEKANBARU - KOTA PADANG – KOTA JAMBI

  1

  1

  1 Mhd Reza , Nasfryzal Carlo danYutiar M. Yos

  Teknik Sipil, Program Pasca Sarjana Universitas Bung Hatta Email : mhdrezareza@yahoo.com

  

ABSTRAK

  Jalan sebagai penghubung daerah satu dengan daerah lainnya sangat perlu untuk mendapatkan perlakuan khusus dalam pengamanan ruas jalan akibat terjadinya bencana longsor yang dapat mengganggu pengguna jalan dan pendistribusian barang. Jarak dan waktu tempuh mobilisasi alat berat dari base camp ke lokasi bencana akan mempengaruhi lambat atau cepatnya alat berat tiba di lokasi bencana. Untuk itu perlu dilakukan kajian dalam penempatan base camp alat berat yang ada dengan nalisis waktu tempuh alat ke lokasi bencana dengan tujuan untuk mencari lokasi base camp yang optimum dengan waktu tempuh minimum dan mengidentifikasi kerentanan terjadinya longsor periode waktu yang akan datang. Metoda yang digunakan adalah Teknik Simulasi dengan Model Probabilistik (Random Number) dengan asumsi single origin, dan alat berat yang digunakan adalah Wheel Loader dengan kecepatan 25 km/jam. Hasil kajian menyatakan perlu dilakukan pemindahan lokasi base camp ke lokasi baru : Padang Panjang STA 61+900, dari lokasi eksisting STA 65 + 500, dengan jarak pemindahan 3,6 km, Payakumbuh STA163+000, dari lokasi eksisting STA 178 + 000, dengan jarak pemindahan 15 km, Bangkinag STA 83+000, dari lokasi eksisting STA 76

  • 400, dengan jarak pemindahan 6,6 km, Dhamasraya STA 115 + 000, dari lokasi eksisting STA 184+000, dengan jarak pemindahan 69 km, Ma. Bungo STA 194+700, dari lokasi eksisting STA 251 + 000, dengan jarak pemindahan 56,300 km, Ma. Tembesi STA 83+260, dari lokasi eksisting STA 88 + 400, dengan jarak pemindahan 5,140 km. Didapat lokasi longsor periode waktu 2014 s/d 2017 ; Padang Panjang STA 60+000 s/d 65+000 dengan 37 kali kejadian longsor, Payakumbuh 145+000 s/d 155+000 dengan 41 kali kejadian longsor, Bangkinag STA 75+000 s/d 85+000 dengan 38 kali kejadian longsor, Solok STA 80+000 s/d 100+000 dengan 41 kali kejadian longsor, DhamasrayaSTA 125+000 s/d 140+000 dengan 62 kali kejadian longsor, Ma. Bungo STA 191+000 s/d 197+000 dengan 45 kali kejadian longsor, Ma. Tembesi STA

  120+000 s/d 150+000 dengan 41 kali kejadian longsor. Kata kunci : bencana longsor, lokasi basecamp, waktu tempuh

  PENDAHULUAN

  Bencana longsor pada jalan bisa berakibat fatal, baik terhadap penduduk di sekitar ruas jalan maupun terhadap disebabkan karena bencana terjadi pada saat yang tidak terduga, sehingga perlu mendapat perhatian yang serius dari pihak terkait untuk mengantisipasi apabila terjadi bencana. Banyak hal yang harus mendapat perhatian guna mengantisipasi apabila terjadi bencana, salah satu yang sangat berperan dalam upaya penanggulangan akibat kejadian bencana adalah jarak base camp dengan lokasi bencana dan mobilisasi alat berat.

  Keberadaan alat berat sangat berpengaruh terhadap kecepatan respon dalam penanganan bencana. Mobilisasi alat berat ke lokasi bencana memerlukan waktu yang tentunya akan mempengaruhi lambat atau cepatnya alat tiba di lokasi bencana. Lokasi bencana yang dekat dengan lokasi base camp tentunya akan lebih cepat mendapat penanganan dari alat berat dibanding dengan lokasi bencana yang jauh dari base camp.

  Terkait hal di atas, base camp alat berat yang ada saat ini perlu ditinjau keberadaannya guna mobilisasi alat berat secara cepat pada saat terjadi bencana longsor mengingat pada ruas jalan nasional yang menghubungkan kota Padang – Kota Pekanbaru dan Kota Padang – Kota Jambi terdapat beberapa titik lokasi bencana longsor. Data historis mencatat terjadi bencana longsor pada ruas jalan nasional yang menghubungkan Kota Padang – Kota Pekanbaru dan Kota Padang – Kota Jambi dalam periode tahun tertentu terdapat puluhan titik lokasi yaitu pada ruas jalan nasional Kota Padang – Kota Pekanbaru (lintas penghubung) dalam periode tahun 2010 sampai tahun 2013 terdapat 43 titik dan Kota Padang – Kota Jambi (lintas tengah) tercatat 62 titik lokasi bencana longor (kementerian PU BBPJN II)

  (lampiran 1) Musibah bencana longsor yang sering menimpa pada ruas jalan nasional yang menghubungkan Kota Padang – Kota mengingatkan akan rawannya perlindungan ruas jalan terhadap bencana longsor.

  Menuntut pihak terkait. untuk merespon kejadian tersebut, terputusnya arus lalu lintas dalam waktu yang cukup lama karena kejadian bencana disebabkan oleh terlambatnya alat berat tiba di lokasi. Ini dikarenakan jarak base camp alat berat dan lokasi kejadian bencana yang cukup jauh. Diharapkan dengan analisis waktu dan penentuan titik base camp yang paling tepat dan cepat (optimum) dalam mobilisasi alat.

  Maksud penelitian ini untuk mangkaji penempatan base camp alat berat saat sekarang ini guna memberikan respon cepat terhadap bencana longsor yang terjadi dengan manganalisis waktu. Tujuan penelitian ini untuk mencari lokasi base camp yang optimum dengan waktu tempuh minimum guna meminimalisir kehilangan waktu yang timbul akibat terputus/tertutupnya badan jalan oleh bencana longsor dan mengidentifikasi kerentanan terjadinya longsor periode waktu kedepan.

  Alat berat yang dijadikan ojek simulasi untuk dimobilisasi kelokasi bencana longsor adalah Wheel Loader, karena alat ini dapat melakukan pembersih lokasi (Cleaning) yang ringan, untuk menggusur bongkaran, menggusur tonggak-tonggak kayu kecil dan lain-lain.

  Probabilitas atau Peluang adalah suatu ukuran tentang kemungkinan suatu peristiwa (event) akan terjadi di masa mendatang. Probabilitas dapat juga diartikan sebagai harga angka yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan suatu peristiwa terjadi, di antara keseluruhan peristiwa yang mungkin terjadi. Probabilitas dilambangkan dengan P. probabilitas selalu dinyatakan dengan angka yang berkisar antara 0 dan 1. Definisi probabilitas dapat dilihat dari tiga macam pendekatan frekuensi relatif dan pendekatan subjektif.

  Banyaknya aplikasi dari random atau sifat ketidakteraturan, menyebabkan dikembangkannya berbagai metode untuk menghasilkan data yang tidak teratur. Banyak dari metode ini sudah ada sejak zaman kuno, termasuk dadu, melempar koin, penggunaan kartu, dan teknik lainnya. Karena sifatnya, untuk menghasilkan nomor yang tidak teratur dalam jumlah yang besar membutuhkan banyak pekerjaan dan / atau waktu. Setelah munculnya Random Number, metode tradisional, cenderung untuk ditinggalkan. Beberapa metode untuk RN sering memberikan hasil yang kurang memuaskan dari tujuannya, meskipun mungkin sesuai dengan yang diinginkan.

  Menurut Law and Kleton, (1991) Simulasi merupakan suatu teknik meniru operasi atau proses yang terjadi dalam suatu system dengan bantuan perangkat komputer yang dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga system tersebut bisa dipelajari secara ilmiah.

  Siagian, (1987) simulasi ialah suatu metodologi untuk melaksanakan percobaan dengan menggunkan model dari suatu system nyata.

  Gordon (1980) umumnya ada 5 (lima) langkah pokok dalam menggunakan simulasi, yaitu ;

  1. Menentukan persoalan atau system yang hendak disimulasi

  2. Formulasikan model simulasi yang hendak digunakan

  3. Ujilah model dan bandingkan tingkah lakunya dengan tingkah laku dari system nyata, kemudian berlakukanlah model simulasi tersebut

  Jalankan simulasi dan analisis Untuk mendapatkan Nilai Random Number antara 0 s/d 1 dalam hal ini menggunakan Tools Excel. Seperti contoh berikut : Seperti pada gambar 1

  Gambar 1 Tools Excel untuk nilai Random Number antara 0 s/d 1

  Dalam Manajemen Bencana dikenal 4 (empat)tahapan/bidang kerja penang- gulangan bencana sebagaimana digambarkan pada gambar 2

  Gambar 2 Tahapan PenanggulanganBencana (Sumber : BNPB, 2011)

  Meskipun dari gambar 2 terdapat kuadran-kuadran yang merupakan tahapan-tahapan dalam penanggulangan bencana, bukan berarti bahwa dalam praktek tiap-tiap kuadran dilakukan secara berurutan. Tanggap darurat misalnya, dapat dilakukan pada saat sebelum terjadi bencana atau dikenal dengan istilah ”siaga darurat”, ketika diprediksi bencana akan segera terjadi. Meskipun saat kejadian bencana belum tiba, namun pada tahap siaga darurat dapat dilaksanakan kegiatan tanggap darurat (evakuasi penduduk, pemenuhan kebutuhan dasar berupa penampungan sementara, pemberian bantuan pangan dan non-pangan, layanan kesehatan dan lain lain). Perlu dipahami bahwa meskipun telah dilakukan berbagai kegiatan pada tahapan siaga darurat,

4. Rancang percobaan-percobaan simulasi 5.

  terdapat 2 (dua) kemungkinan situasi yaitu bencana benar-benar terjadi atau bencana tidak terjadi (BNPB, 2011).

METODOLOGI PENELITIAN

  simulasi yang ada, untuk penelitian ini menggunakan model Probabilistik yaitu model yang menjelaskan kelakuan sistem secara probabilistic, (Dimyati dan Dimyati 2010). Informasi yang masuk adalah secara acak. Model ini kadang – kadang juga disebut sebagai model simulasi Monte Carlo. Dalam proses stokastik sifat

  • – sifat keluaran merupakan hasil dari konsep random (acak). Meskipun output yang diperoleh dapat dinyatakan dengan rata – rata, namun kadang – kadang ditunjukkan pula pola penyimpangan. Model yang mendasarkan pada teknik peluang dan memperhitungkan ketidakpastian disebut model probabilistik atau model stokastik.

  Penelitian dalam tesis ini termasuk penelitian dengan menginput data primer (kecepatan alat wheel loader) dan data sekunder (lokasi bencana longsor, lokasi base camp alat berat, frekuensi bencana periode waktu, rencana lokasi perpindahan base camp.

  Secara skematis metodologi dapat diperlihatkan oleh Bagan pada Gambar berikut:

  Lokasi Penelitian berada pada ruas jalan nasional yang menghubungkan kota provinsi sebagai berikut:  Kota Padang –Kota Pekanbaru (lintas Payakumbuh - Bangkinang.

   Kota Padang – Kota Jambi (lintas tengah) ; Solok – Dharmasraya – Ma. Bungo – Ma. Tembesi. Kecepatan alat berat yang dilakukan dalam simulasi ini adalah wheel loader, dimana alat ini dapat memobilisasi sendiri dan bergerak dengan cepat denagn kecepatan rata-rata ± 25 km/jam.

  Berikut ini diberikan batasan masalah dan asumsi-asumsi yang diambil yaitu:

  1. Lokasi bencana studi dilakukan di ruas Jalan Nasional yang menghubungkan Kota Padang – Kota Pekanbaru dan Kota Padang – Kota Jambi

  2. Bencana longsor yang dimaksud di sini adalah yang menutup badan jalan dan membutuhkan alat berat, yang disediakan Bina Marga. Peralatan (Equipment) yang tersedia di base camp tidak ditambah hanya kondisi eksisting.

  3. Waktu tempuh alat berat ke lokasi longsor.

  4. Single origin, bahwa 1 (satu) kejadian bencana akan dilayani hanya dari satu base camp alat berat.

  Proses simulasi yang dilakukan pada ruas jalan Nasional yang menghubungkan kota Padang - Kota Pekanbaru dan kota Padang - Kota Jambi mengunakan random number. Tahir (2012) melakukan “Analisis Waktu dan Biaya Transportasi Terhadap Penempatan Base Camp Alat Berat dalam Penanganan Bencana Longsor Ruas Jalan Nasional Wilayah Sumatera Barat Bagian Utara” telah melakukan simulasi random number dengan 100 (seratus) kali simulasi. Fauzia (2012) melakukan “Analisis Waktu dan Biaya Transportasi Terhadap Penempatan Base Camp Alat Berat dalam Penanganan Bencana Longsor Ruas Jalan Nasional Wilayah Sumatera Barat Bagian Selatan” telah melakukan simulasi random number dengan 100 (seratus) kali simukasi. simulasi maka maka tentu akan semakin baik karena semakin mendekati Distribusi Normal. (Siswanto, http;//fe.uajy.net/fs/as 8/25/2014 1:20 PM) .

  • – lokasi rencana perpindahan base camp, dengan sumber data dari instansi terkait ( Balai Besar Pelaksanan Jalan Nasiaonal Random Number dengan menggunakan program Microsoft Office Excel. Dari hasil random number didapatkan data sebagainberikut :

  Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data lokasi base camp alat berat dan lokasi bencana longsor yang ada dari periode waktu 2010 s/d 2013 pada ruas jalan Nasional yang menghubungkan kota Padang - Pekanbaru dan kota Padang

  • Kota Jambi, dimana sepanjang ruas jalan nasional tersebut terdapat 7 lokasi base camp, dan tebagi dari :
  • Kota Padang ke Kota Pekanbaru, 3

  (tiga) lokasi kajian base camp

  • Kota Padang ke Kota Jambi 4 (empat) lokasi kajian base camp

  Data bencana periode waktu 2010 – 2013 dikelompokkan untuk mendapatkan distribusi probabilitas dan distribusi kumulatif kejadian bencana yang nantinya digunakan untuk mendapatkan random number. Hasil pengelompokkan lokasi dapat dilihat pada tabel berikut :

  Tabel 1 Pengelompokan Lokasi Bencana

  Dengan cara yang sama dilakukan pengelompokan lokasi bencana untuk Payakumbuh, Bangkinang, Solok, Dharmasraya, Muaro Bungo dan Muaro Tembesi Periode Waktu 2010 s/d 2013

  Selanjutnya kita inputkan data lokasi

  Tabel 2 Tabel Hasil Random Number

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Pengambilan Random Number yang dilakukan hingga 100 (seratus) kali, begitu juga dengan lokasi Kota Padang-Kota Jambi (Solok, Dharmasraya, Muaro Bungo dan Muaro Tembesi)

  Kemudian dilakukan perhitungan jarak dan waktu tempuh mobilisasi alat dari basecamp ke lokasi bencana. Dalam hal ini basecamp eksisting akan disimulasikan dengan memindahkan lokasi base camp eksisting ke beberapa lokasi baru (data lokasi base camp baru didapat dari instansi terkait. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel Rekapitulasi Perhitungan Waktu Tempuh Mobilisasi Alat.Untuk 100 (seratus) Kali Kejadian (Simulasi) (Padang Panjang) Perhitungan dibawah hanya sampai nilai acak ke 10 dan dilanjutkan sampai nilai acak ke 100.

  

Tabel 3

Rekapitulasi Perhitungan Waktu Tempuh Mobilisasi AlatUntuk 100 (seratus) Kali Kejadian (Simulasi)

(Kota Padang ke Kota Pekanbaru dan Kota Padang ke Kota Jambi) (Padang Panjang)

  Ket : BCE : Basecamp Eksisting BC2 : Lokasi Basecamp 2 BC4 : Lokasi Basecamp 4 BC6 : Lokasi Basecamp 6 BC1 : Lokasi Basecamp 1 BC3 : Lokasi Basecamp 3 BC5 : Lokasi Basecamp 5

  Dengan cara yang sama dihitung waktu tempuh mobilisasi alat berat dari base camp ke lokasi bencana untuk Payakumbuh, Bangkinang, Solok, Dhamasraya, Ma. Bungo dan Ma. Tembesi. Langkah selanjutnya adalah dilakukan rekapitulasi perhitungan waktu tempuh Kota Padang –Kota Pekanbaru (lintas penghubung) ; Padang Panjang – Payakumbuh – Bangkinang dan Kota Padang – Kota Jambi (lintas tengah) ; Solok – Dharmasraya – Ma. Bungo – Ma. Tembesi.

  Rekapitulasi waktu tempuh untuk ruas jalan nasional yang menghubungkan kota Padang dengan kota Pekanbaru dapat dilihat pada gambar grafik berikut :

  Gambar 3 Grafik Rekapitulasi Waktu Tempuh Mobilisasi Alat(Simulasi) (Padang Panjang)

  Dari gambar 3, terlihat bahwa waktu tempuh mobilisasi alat berat terkecil ada pada rencana basecamp T1 / (STA 61+900) dengan total waktu tempuh mobilisasi alat = 1.542 menit. Maka dari total waktu T1 tersebut memberikan efisiensi waktu tempuh sebesar : TE – T1 = 1.740 – 1.542 = 198 menit. Tahir (2012) untuk lokasi Pariman memerlukan waktu tempuh 4.416 menit, dalam hal ini terdapat perbedaan waktu tempuh alat berat yang sangat besar dan hal ini desebabkan oleh Jarak lokasi bese camp ke lokasi bencana longsor.

  Dengan cara yang sama dilakukan Rekapitulasi waktu tempuh untuk Payakumbuh dan Bangkinang.

  Rekapitulasi waktu tempuh untuk ruas jalan nasional yang menghubungkan kota Padang - kota Jambi,dapat dilihat pada gambar grafik berikut :

  Gambar 4 Grafik Rekapitulasi Waktu Tempuh Mobilisasi Alat(Simulasi) (Dhamasraya) Dari gambar 4, terlihat bahwa waktu Penyebab perbedaan ini disebabkan tempuh mobilisasi alat berat terkecil ada olehfrekuensi kejadian bencana longsor pada rencana basecamp T3 / (STA periode waktu. 130+700) dengan total Waktu Tempuh Dengan cara yang sama dilakukan Kejadian (Simulasi) = 2.809 menit 48 Ma.Bungo dan Ma.Tembesi. detik. Maka dari total waktu T3 tersebut Berdasarkan data pada tabel di atas memberikan efisiensi waktu tempuh dihitung frekuensi kerentanan lokasi titik sebesar : TE – T3 = 14.685 – 2.809,8 = longsor sesuai dengan hasil data simulasi 11.875 menit 12 detik.Sedangkan menurut untuk 100 kali kejadian simulasi. Hasil Fauzia (2012) untuk wilayah Dhamasraya, frekuensi kerentanan lokasi titik longsor lokasi rencana perpindahan base camp dapat dilihat pada tabel berikut : yang diusulkan berada pada STA 135+500 dengan total waktu tempuh 1.168 menit.

  

Tabel 4

Hasil Frekuensi Kerentanan Lokasi Titik Longsor

NO. LOKASI BENCANA (km) KEJADIAN NO. LOKASI BENCANA (km) KEJADIAN

A PADANG PANJANG A SOLOK KOTA PADANG - KOTA PEKANBARU KOTA PADANG - KOTA JAMBI

Untuk 100 (seratus) Kali Kejadian (Simulasi)

(2014-2017) (2014-2017) FREKUENSI FREKUENSI B PAYAKUMBUH B DHAMASRAYA 1 50+000 s/d 55+000 2 55+000 s/d 60+000 5 70+000 s/d 75+000 4 65+000 s/d 70+000 1 145+000s/d 155+000 3 60+000 s/d 65+000

JUMLAH 100 JUMLAH 100

21 4 60+000 s/d 80+000 11 5 80+000 s/d 100+000 37 3 40+000 s/d 60+000 22 1 00+000 s/d 20+000 41 1 110+000 125+000 9 2 20+000 s/d 40+000 19 23 32 41 2 2 C BANGKINANG 1 185+000 191+000 6 195+000s/d 205+000 4 175+000s/d 185+000 3 165+000s/d 175+000 1 65+000 s/d 75+000 2 155+000s/d 165+000 5 185+000s/d 195+000 JUMLAH 100 C MUARO BUNGO 15 3 140+000 155+000 18 5 170+000 185+000 15 JUMLAH 100 18 2 191+000 197+000 7 2 125+000 140+000 4 4 155+000 170+000 31 62 45 8 5 6 4 95+000 s/d 105+000 3 85+000 s/d 95+000 2 75+000 s/d 85+000 5 105+000s/d 115+000 JUMLAH 100 D MUARO TEMBESI 16 5 209+000 215+000 19 4 203+000 209+000 38 3 197+000 203+000 9 JUMLAH 2 30+000 60+000 3 60+000 90+000 1 00+000 30+000 100 36 17 3 8 4 3 5 120+000 150+000 4 90+000 120+000 JUMLAH 100 41 12 Dari tabel 4 dapat di dilihat hasil dianggap optimal, Dhamasraya STA 115

  kerentanan lokasi bencana longsor.Untuk + 000, dari lokasi eksisting STA 184+000, optimalisasi penaganan longsor, perlu dengan jarak pemindahan 69 km, Ma. dilakukan pemindahan lokasi base camp Bungo STA 194+700, dari lokasi eksisting ke lokasi sebagai berikut : Padang Panjang STA 251 + 000, dengan jarak pemindahan STA 61+900, dari lokasi eksisting STA 65 56,300 km, Ma. Tembesi STA 83+260,

  • 500, dengan jarak pemindahan 3,6 km, dari lokasi eksisting STA 88 + 400, Payakumbuh STA163+000, dari lokasi dengan jarak pemindahan 5,140 km,

  KESIMPULAN

  eksisting STA 178 + 000, dengan jarak pemindahan 15 km, Bangkinag STA

  1. Lokasi base camp eksisting kota 83+000, dari lokasi eksisting STA 76 + Padang – kota Pekanbaru dan kota 400, dengan jarak pemindahan 6,6 km, Padang - kota Jambi belum optimal Solok STA 34+800, tidak dilakukan dalam penanganan longsor. pemindahan lokasi base camp, karena lokasi base camp eksisting sudah

  • Padang Panjang STA 61+900, dari jarak pemindahan 3,6 km
  • Payakumbuh STA163+000, dari lokasi eksisting STA 178 + 000, dengan jarak pemindahan 15 km
  • Bangkinang STA 83+000, dari lokasi eksisting STA 76 + 400, dengan jarak pemindahan 6,6 km
  • Solok STA 34+800, tidak dilakukan pemindahan lokasi base camp, karena lokasi base camp eksisting sudah dianggap optimal
  • Dhamasraya STA 115 + 000, dari lokasi eksisting STA 184+000, dengan jarak pemindahan 69 km
  • Ma. Bungo STA 194+700, dari lokasi eksisting STA 251 + 000, dengan jarak pemindahan 56,300 km
  • Ma. Tembesi STA 83+260, dari lokasi eksisting STA 88 + 400, dengan jarak pemindahan 5,140 km

  2. Perlu dilakukan kajian nilai waktu jalan akibat kemacetan yang disebabkan kejadian bencana longsor.

  3. Dalam penelitian ini dibatasi hanya single origin bahwa satu kejadian bencana hanya dilayani oleh satu basecamp, sehingga perlu untuk melihat bagaimana jika multiple origin, bahwa satu kejadian bencana dapat dilayani dari beberapa basecamp.

  2. Untuk optimalisasi penaganan longsor, perlu dilakukan pemindahan lokasi base camp.

DAFTAR PUSTAKA

  65+000 dengan 37 kali kejadian longsor

  Pelebaran Jaringan Jalan di Pulau Sumatera , Jakarta.

  Probabilitas (Teori & Aplikasi), Penerbit Andi Publisher, Yogyakarta.

  ANDI, Yogyakarta. Sudaryono, M.Pd, (2012), Statistika

  Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian , Penerbit

  Sangadji, E, M, dan Sopiah, (2010),

  Tata Ruang Air, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

  Sinar Baru Algesindo, Bandung. Kodoatie, R, J, dan Sjarief, R., (2010),

  Operation Research, Model-Model Pengambilan Keputusan , Penerbit

  Dimyati, T, T, dan Dimyati, A., (2010),

  Departemen Pekerjaan Umum Badan Departemen Pekerjaan Umum Bina Teknik (DPU,Bintek), (2009), Laporan Akhir Identifikasi Kebutuhan

  197+000 dengan 45 kali kejadian longsor

  Perencanaan Kontinjensi Menghadapi Bencana : Jilid 2 , Jakarta.

  3. Kerentanan lokasi longsor untuk periode waktu 2014 s/d 2017 didapat hasil sebagai beriku :

  • Padang Panjang STA 60+000 s/d

  • Payakumbuh 145+000 s/d 155+000 dengan 41 kali kejadian longsor
  • Bangkinag STA 75+000 s/d 85+000 dengan 38 kali kejadian longsor
  • Solok STA 80+000 s/d 100+000 dengan 41 kali kejadian longsor
  • DhamasrayaSTA 125+000 s/d 140+000 dengan 62 kali kejadian longsor
  • Ma. Bungo STA 191+000 s/d
  • Ma. Tembesi STA 120+000 s/d

  II Kementerian Pekerjaan Umum dapat dijadikan acuan / dasar pertimbangan dalam pemindahan lokasi base camp.

  1. Bagi instansi terkait Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasioanal

  SARAN

  150+000 dengan 41 kali kejadian longsor

  Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), (2011), Panduan