MODEL AKOMODASI PRINSIP SUSTAINABLE DEVE
MODEL AKOMODASI PRINSIP SUSTAINABLE DEVELOPMENT
PADA EVALUASI PROYEK PENGEMBANGAN KAWASAN BANTARAN SUNGAI
DI KABUPATEN MAROS
Fadly Ibrahim1), Fadhil Surur2)
1
PT. Yodya Karya (Persero), Kanwil II Makassar Jl. AP. Pettarani Makassar No. 74
E-mail : [email protected]
2
Jurusan Planologi Fakultas Sainstek UIN Alauddin Makassar, E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Kawasan bantaran Sungai Maros memiliki potensi pengembangan yang cukup besar namun
belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan cenderung mengalami degradasi lingkungan yang
berdampak pada penurunan kualitas lingkungan. Sebagai upaya meningkatkan kualitas
lingkungan sekaligus mengoptimalisasi potensi kawasan tersebut, Pemerintah Kabupaten Maros
mengusulkan tiga alternatif usulan proyek pengembangan kawasan yaitu (1) kawasan
permukiman, (2) kawasan rekreasi dan (3) kawasan bisnis.
Sebagai adaptasi terhadap perubahan iklim global, maka penilaian usulan proyek tersebut harus
mengakomodasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
diantaranya (1) aspek lingkungan dengan parameter konsumsi energy, produksi sampah,
produksi limbah, konsumsi air, perubahan ekosistem sungai, estetika lingkungan, pemanfaatan
lahan (2) aspek ekonomi dengan parameter lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan biaya
investasi (3) aspek sosial dengan parameter akses masyarakat, kepadatan penduduk, dan tingkat
kriminalitas. Karena penilaian proyek tersebut mengakomodasi aspek yang bersifat multikriteria
maka dalam penelitian ini dirancang model analisis berbasis pendekatan Analytical Network
Process (ANP) untuk mengevaluasi setiap usulan proyek. Hasil analisis mengindikasikan bahwa
pengembangan kawasan rekreasi merupakan proyek yang paling ideal diantara 3 alternatif yang
diusulkan.
Kata kunci: kawasan bantaran sungai, pembangunan berkelanjutan, ANP.
1. PENDAHULUAN
Sungai merupakan bentukan lanskap alam yang dinamis dan hidup serta berguna bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Karenanya sungai tidak hanya memiliki fungsi ekologis tapi juga memiliki fungsi
ekonomis yang dapat dieksplorasi pemanfaatannya untuk kepentingan kehidupan manusia tanpa mengabaikan
prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan. Sungai Maros yang membelah Kota Maros memiliki potensi
pengembangan yang cukup besar, namun seiring dengan laju peningkatan kepadatan dan aktivitas penduduk di
Kota Maros khususnya pada Kawasan Bantaran Sungai telah mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan
yang kemudian berpengaruh pada penurunan kualitas lingkungan. Sebagai upaya meningkatkan kualitas
lingkungan sekaligus mengoptimalisasi potensi kawasan bantaran Sungai Maros tersebut, Pemerintah Kabupaten
Maros mengusulkan tiga alternatif usulan proyek pengembangan kawasan yaitu (1) kawasan permukiman, (2)
kawasan rekreasi (theme park), dan (3) kawasan bisnis.
Dengan mempertimbangkan krisis lingkungan yang telah terjadi di beberapa tempat sebagai akibat dari
kekeliruan pengambilan keputusan, maka penilaian usulan proyek tersebut harus didasarkan pada prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan yang menakankan pentingnya memahami hubungan timbal balik antara 3 dimensi
utama kehidupan yang saling berinteraksi secara terus menerus, yaitu dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan.
Untuk mengakomodasi prinsip-prinsip tersebut dibutuhkan suatu model pendekatan yang mampu
mengintegrasikannya dalam satu sistem dan dapat memberikan satu kesimpulan yang merupakan representasi
dari 3 dimensi pembangunan berkelanjutan.
Beberapa penelitian telah memperkenalkan metode pengambilan keputusan berbasis Analisis Multi Kriteria
AMK untuk penilaian lingkungan. Umumnya riset tersebut menggunakan pendekatan Analisis Hirarki Proses
(AHP), Electre dan Promothee. Pendekatan tersebut digunakan untuk menghindari kompensasi masalah metode
tradisional yang memungkinkan terjadi agregasi berdasarkan jumlah, nilai ekstrem dari suatu kriteria, dan hasil
global yang mungkin tidak sesuai dengan pendapat para ahli. Semua teknik tersebut diproses dengan asumsi
kriteria yang independen, namun asusmi ini tidak selalu realistis, sehingga memungkinkan terjadinya bias yang
berdampak pada kesimpulan evaluasi yang tidak optimal. Untuk itu Analytical Network Process (ANP)
merupakan pendekatan yang tepat untuk memperhitungkan saling ketergantungan antar kriteria dan menghindari
terjadinya kompensasi (Navarro, G, dkk, 2009). Berdasarkan pandangan tersebut, maka model penilaian usulan
proyek pengembangan kawasan banataran sungai di Kabupaten Maros didasarkan pada pendekatan ANP.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Berkelanjutan
Adanya kesadaran kritis tentang semakin terbatasnya sumberdaya alam yang tersedia dan kebutuhan manusia
yang terus meningkat mengharuskan pendekatan pemanfaatan sumberdaya alam yang efesien. Lebih dari itu,
pemanfaatan sumberdaya tidak boleh mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang.
Dalam perspektif konsep keberimbangan, pendekatan pembangunan dituntut untuk dituntut untuk
memperhatikan keberimbangan dan keadilan antar generasi (intergenerational equity). Konsep pembangunan
yang selanjutnya dikenal sebagai pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yakni suatu konsep
pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan generasi yang akan
datang.
Gondokusumo, M.D (2011) menjelaskan bahwa rumusan tentang syarat-syarat untuk mencapai proses
pembangunan berkelanjutan telah diajukan oleh beberapa pemikir. Pemikiran-pemikiran mereka dapat dilihat
dalam publikasi-publikasi, antara lain Brundtlant, G.H (1987), Independent Commission on Population and
Quality of Life – ICPQL (1996), dan Becker, F.et al. (1997).
Tabel 1. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (Gondokusumo, M.D, 2011)
Dimensi
Brundtlant, G.H
(1987)
Pemenuhan kebutuhan dasar bagi
semua.
ICPQL
(1996)
Keadilan sosial, kesetaraan
jender,
rasa
aman,
mengharagai
diversitas
budaya.
Becker, F.et al.
(1997)
Penekanan pada proses
pertumbuhan sosial yang
dinamis, keadilan sosial
dan kesetaraan.
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar
Ekonomi kesejahteraan
Ekonomi kesejahteraan
Lingkungan
Lingkungan
untuk
generasi
sekarang dan yang akan datang
Keseimbangan
yang sehat
Lingkungan
dimensi sentral
proses sosial
Sosial
2.2.
lingkungan
adalah
dalam
Analytical Network Process
ANP merupakan suatu sistem dengan pendekatan feedback yang digunakan untuk menilai hubungan multiarah
yang dinamis antar atribut keputusan. ANP adalah solusi untuk mengatasi keterbatasan pada metode
pendahulunya, yaitu AHP (analytic hierarchy process). ANP memiliki kelebihan mengacu pada fakta bahwa
tidak semua persoalan dapat disusun secara hirarkis karena dependensi (inner/outer), serta hubungan saling
mempengaruhi di antara dan di dalam kluster (kriteria dan alternatif).
Pembobotan dengan ANP membutuhkan model yang merepresentasikan saling keterkaitan antar kriteria dan
subkriteria yang dimilikinya. Ada 2 kontrol yang perlu diperhatikan didalam memodelkan sistem yang hendak
diketahui bobotnya. Kontrol pertama adalah kontrol hierarki yang menunjukkan keterkaitan kriteria dan sub
kriterianya. Kontrol lainnya adalah kontrol keterkaitan yang menunjukkan adanya saling keterkaitan antar
kriteria atau cluster (Saaty, 1996).
Pengaruh dari satu set elemen dalam suatu cluster pada elemen lain dalam suatu sistem dapat direpresentasikan
melalui vektor prioritas berskala rasio yang diambil dari perbandingan berpasangan. Jaringan pada metode ini
memiliki kompleksitas yang tinggi dibanding dengan jenis lain, karena adanya fenomena feedback dari cluster
satu ke cluster lain, bahkan dengan cluster-nya sendiri (Ibrahim, F, 2013).
3. METODOLOGI PENDEKATAN
Tahap 1. Identifikasi Kriteria dan Subkriteria
Kriteria dan subkriteria merupakan alat ukur untuk menilai alternatif yang paling ideal. Berdasarkan prinsip
utama pembangunan berkelanjutan yang harus berdimensi sosial, ekonomi dan lingkungan, maka kriteria yang
digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada 3 dimensi tersebut dan selanjutna dijabarkan dalam bentuk
subkriteria. Dengan mengkombinasikan beberapa referensi dapat diidentifikasi kriteria dan subkriteria penilaian
usulan proyek pengembangan kawasan bantaran sungai di Kabupaten Maros.
Tabel 2. Klaster dan elemen ANP pada model penilaian usulan proyek pengembangan kawasan bantaran sungai
Klaster
Alternatif
Elemen
Proyek A
Proyek B
Proyek C
1.1 Konsumsi Energi (KE)
1.2 Produksi Sampah (PS)
1.3 Produksi Air Limbah (PAL)
1.4 Konsumsi Air (KA)
1.5 Perubahan Ekosistem Sungai (PES)
1.6 Estetika Lingkungan (EL)
1.7 Pemanfaatan Lahan (PL)
2.1 Lapangan Kerja (LK)
2.2 Peningkatan Pendapatan (PP)
2.3 Biaya Investasi (BI)
3.1 Akses Masyarakat (AM)
3.2 Kepadatan Penduduk (KP)
3.3 Tingkat Kriminalitas (TK)
1. Lingkungan
2. Ekonomi
3. Sosial
Tahap 2. Perancangan Model Struktur ANP
Pada tahap ini akan dilakukan perancangan model struktur ANP yang terdiri dari 4 klaster yaitu; (1) klaster
“alternatif” yang berisi 3 elemen, (2) klaster “lingkungan” yang terdiri dari 7 elemen, (3) klaster “ekonomi”
terdiri dari 2 elemen, dan (4) klaster “sosial” terdiri dari 3 elemen. Selanjutnya dilakukan justifikasi keterkaitan
antar klaster dan elemen, justifikasi keterkaitan ini penting dilakukan untuk menjadi dasar pembuatan matriks.
Dikarenakan matriksnya reciprocal di mana elemen-elemen diagonal sama dengan 1, maka banyaknya penilaian
yang diperlukan dalam menyusun matriks adalah n(n-1)/2 untuk setiap klaster atau elemen.
Gambar 1. Model Struktur ANP
Tahap 3. Pembobotan dengan ANP
Untuk menilai tingkat kepentingan dari kriteria dan subkriteria pemilihan trase jalan, pada studi ini
memanfaatkan metode multi kriteria ANP yang dikembangkan oleh Thomas, L. Saaty. Penilaian kriteria dan
subkriteria dilakukan berdasarkan preferensi responden yang dinilai memiliki kompetensi (expert) dalam bidang
perencanaan kawasan melalui kuesioner.
Tabel 3. Contoh kuesioner ANP
A: Alternatif Proyek A Vs B: Proyek B
Ditinjau dari dimensi “lingkungan” yang manakah proyek yang lebih ideal
1
Berapa tingkat kepentingannya?
2
3
X
4
5
6
7
A
X
8
B
9
Dalam studi ini, ANP dirancang dalam tiga langkah, yaitu: (i) pendefinisian hubungan dalam jaringan (seperti
terlihat dalam Gambar 1); (ii) membuat matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison) antar kriteria;
dan (iii) mengembangkan algoritma solusi. Algoritma solusi terdiri dari: (a) membuat unweighted supermatrix
dengan cara memasukkan semua bobot-bobot kepentingan relatif yang dihasilkan dari perbandingan berpasangan
(eigen vector) ke dalam sebuah supermatriks; (b) menyesuaikan nilai-nilai dalam unweighted supermatrix
sehingga tercapai kolom stokastik (weighted supermatrix), dan (c) membuat limiting supermatrix dengan
memangkatkan supermatriks secara terus menerus hingga angka disetiap kolom dalam satu baris sama besar
(stabil), setelah itu limiting supermatrix.dinormalisasi untuk mendapat nilai akhir dari kriteriakriteria yang
diperbandingkan.
Dalam studi ini diasumsikan bahwa kriteria dan subkriteria satu dengan lainnya bisa saling mempengaruhi (inner
dependence). Skala perbandingan berpasangan dilakukan mengikuti ketentuan seperti tersaji dalam tabel berikut
(Saaty dan Vargas, 1994).
Tabel 4.
Tingkat
kepentingan
1
Skala penilaian klaster dan elemen
Definisi
Penjelasan
Sama Penting
Sama pentingnya dibanding yang lain.
3
Relatif lebih penting
Moderat pentingnya dibanding yang lain.
5
Lebih Penting
Kuat pentingnya dibanding yang lain.
7
Sangat Penting
Sangat kuat pentingnya dibanding yang lain.
9
Jauh Lebih Penting
Ekstrim pentingnya dibanding yang lain.
2, 4, 6, 8
Nilai Antara
Nilai di antara dua penilaian yang berdekatan.
Kebalikan
Kebalikan Jika elemen i memiliki salah satu angka di atas ketika
dibandingkan elemen j, maka memiliki nilai kebalikannya ketika
dibandingkan elemen i.
Dalam penilaian kepentingan relatif, dua elemen berlaku aksioma reciprocal. Artinya jika elemen i dinilai 3 kali
lebih penting dibanding j, maka elemen j harus 1/3 kali pentingnya dibanding elemen-i. Dua elemen yang
berlainan bisa saja dinilai sama penting, yang mana angka yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama
penting. Jika terdapat n elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran n x n.
Selanjutnya adalah sintesa prioritas dengan cara mencari eigenvector dari setiap matriks pairwise comparison
untuk mendapatkan prioritas lokal. Dalam ANP/AHP, logical consistency menyatakan ukuran tentang konsisten
tidaknya suatu penilaian. Rasio konsistensi (consistency ratio) dihitung dengan rumus CR = CI / RI. Consistency
Index (CI) diperoleh dari CI = (λmax – n) / (n – 1), di mana λmax = nilai eigen vector terbesar dari matriks
perbandingan berpasangan, dan n = ukuran matriks. Sebagai contoh, jika A lebih penting dari B dan B lebih
penting dari C, tapi C lebih penting dari A, maka tidak konsisten. Nilai CR harus kurang dari 10%, karena jika
lebih maka penilaian perbandingan berpasangan harus diulang (Saaty dan Vargas, 1994). Dalam hal random
index (RI), secara berturut-turut (RI/orde matriks) adalah (1/0), (2/0), (3/0,58), (4/0,9), (5/1,12), (6/1,24),
(7/1,32), (8/1,41), (9/1,45), (10/1,49).
c1
e11e12
e11
e12
c1
c2
e1n1
e21e22
cN
e2n2
eN1eN2
eNnN
W11
W12
W1N
W21
W22
W2N
WN1
WN2
WNN
e1n1
W=
e21
e22
c2
e2n2
cN
eN1
eN2
eNuN
Gambar 2. Model dasar supermatriks
Untuk memudahkan proses analisis, semua langkah dilakukan menggunakan perangkat lunak Super Decision
yang yang dikembangkan oleh William J. Adams dari Embry Riddle Aeronautical University, Florida,
bekerjasama dengan Rozann W. Saaty (Saaty, 2003).
4. DESKRIPSI PROYEK
Perkembangan Kota Maros yang dipengaruhi oleh proses aglomerasi wilayah di Kota Makassar, telah
berdampak pada terjadinya konversi lahan dari kawasan hutan/kawasan konservasi menjadi kawasan
permukiman baru, kondisi ini dinilai menjadi penyebab perubahan pola hidrologi di Kawasan Kota Maros
khususnya di kawasan bantaran Sungai Maros yang pada akhirnya berdampak pada degradasi lingkungan.
Luas kawasan terdeleniasi mencapai 27,27 Ha yang didalamnya terdapat 35 KK yang harus direlokasi apabila
dilakukan penanganan pada kawasan tersebut. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa ada 3 proyek
penanganan yang diusulkan yakni; (A) Proyek pembangunan permukiman vertikal (Rusunawa), direncanakan
akan dibangun 3 tower dengan daya tampung 240 KK. (B) Proyek pembangunan kawasan rekreasi, direncanakan
akan dibangun hotel dengan kapasitas 50 kamar tidur, kawasan kuliner, dan sarana penunjang wisata. (C)
Proyek pembangunan kawasan bisnis, direncanakan akan direvitalisasi pasar lama menjadi pasar holtikultura dan
membangun pasar modern dengan jumlah lods 200 unit. Penerima manfaat pada proyek tersebut diharapkan dari
warga yang bermukim disekitar kawasan dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kota Maros.
Pelibatan masyarakat tidak hanya terbatas pada tahap pembangunan namun mereka harus diprioritaskan untuk
terlibat pada aktifitas ekonomi setelah proyek beroperasi khususnya proyek B dan C. Adapun perbandingan
ketiga proyek tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Perbandingan setiap usulan proyek
No.
1
2
3
4
5
6
Uraian
Luas lahan terbangun (Ha)
Produksi air limbah (ltr/hari)
Produksi sampah (ltr/hari)
Konsumsi air (ltr/hari)
Konsumsi energi (kWh/bulan)
Biaya investasi (Rp x 1 Milyar)
Proyek A
2.00
141,600.00
960.00
172,800.00
27,766.36
60.00
Proyek B
4.20
70,800.00
480.00
86,400.00
15,040.11
52.00
Proyek C
6.30
35,400.00
3,000.00
43,200.00
46,277.26
115.00
5. ANALISIS PEMBAHASAN
Dengan melakukan perbandingan berpasangan terhadap hasil pendapat responden didapatkan bobot masingmasing. Apabila klaster “alternatif” yang dijadikan respek maka aspek yang dominan dipertimbangkan dalam
penilaian proyek penanganan kawasan bantaran sungai adalah alternatif proyeknya sendiri dan aspek lingkungan
dengan bobot masing-masing 0.35091. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya penanganan kawasan sama
pentingnya dengan upaya pelestarian lingkungan pada kawasan tersebut. Selanjutnya adalah dimensi ekonomi
dengan bobot 0.18906 dan dimensi sosial dengan bobot 0.10911.
Selanjutnya apabila dimensi ekonomi yang dijadikan sebagai respek, juga menunjukkan bahwa dimensi
lingkungan jauh lebih penting dipertimbangkan dalam penilaian proyek dengan bobot 0.41947. menyusul klaster
alternatif dan ekonomi dengan bobot masing-masing 0.26491 dan 0.20661. Adapun dimensi sosial tidak menjadi
pertimbangan utama dalam penilaian proyek ini. Hal ini dapat diekspresikan bahwa dalam presfektif ekonomi,
pelestarian lingkungan jauh lebih penting dibanding usulan proyeknya sendiri, atau dengan kata lain bahwa
keputusan untuk menolak setiap alternatif proyek lebih tepat daripada diperhadapkan dengan permasalahan
lingkungan. Begitupula potensi pertumbuhan ekonomi yang akan didapatkan pasca beroperasinya proyek
tersebut memungkinkan lebih kecil kontribusinya dibanding cost recovery yang akan dikeluarkan pemerintah
dan masyarakat untuk memperbaiki lingkungan yang rusak. Adapun permasalahan yang terkait dimensi sosial
akan tereduksi apabila skenario pembukaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan berjalan pasca
implementasi proyek. Struktur bobot yang didapatkan pada klaster yang respek terhadap ekonomi ini memiliki
kesamaan pada klaster yang respek terhadap dimensi lingkungan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5. Matriks Klaster
Klaster
Alternatif
Ekonomi
Lingkungan
Sosial
Alternatif
Ekonomi
Lingkungan
0.35091
0.18906
0.35091
0.26491
0.20661
0.42947
0.29696
0.00000
0.53961
0.66667
0.00000
0.00000
Sosial
0.10911
0.09901
0.16342
0.33330
Setelah dilakukan perbandingan berpasangan pada level klaster sebagaimana diuraikan diatas, selanjutnya
dilakukan perbandingan berpasangan pada level elemen. Hasil analisis mengindikasikan bahwa pada klaster
ekonomi elemen yang paling dominan dipertimbangkan dalam penilaian usulan proyek penanganan bantaran
sungai di Kota Maros adalah ketersediaan lapangan kerja dengan bobot 0.35260, selanjutnya adalah elemen
peningkatan pendapatan dengan bobot 0.34715 dan yang terakhir adalah aspek biaya investasi dengan bobot
0.29759. Sedangkan untuk klaster sosial, elemen yang paling dominan dipertimbangkan adalah kepadatan
penduduk dengan bobot 0.53487, menyusul aspek akses masyarakat dengan bobot 0.23864 dan aspek tingkat
kriminalitas dengan bobot 0.22649.
Apabila penilaian usulan proyek ditinjau dari klaster lingkungan, maka elemen yang paling penting menjadi
pertimbangan adalah elemen tingkat konsumsi air dengan bobot 0.19662, kemudian tingkat produksi sampah
dengan bobot 0.16929 dan menyusul pemanfaatan lahan dengan bobot 0.16574. Elemen yang lebih penting
lainnya adalah tingkat produksi air limbah dan konsumsi energi dengan bobot masing-masing 0.14828 dan
0.13232. Sedangkan elemen yang memiliki tingkat kepentingan yang relatif rendah adalah elemen perubahan
ekosistem sungai dengan bobot 0.09942 dan estetika lingkungan dengan bobot 0.08833.
Bobot yang didapatkan pada setiap klaster dan elemen merupakan bobot yang belum diinteraksikan secara
keseluruhan (sintesis). Untuk itu hasil pembobotan yang didapatkan dari hasil perbandingan berpasangan
diformulasi dalam bentuk supermatriks yang menghasilkan unweighted supermatrix, dan kolom stokastik, serta
limiting supermatrix. Hasil analisis limiting supermatrix tersebut mengindiksdikasikan bahwa elemen yang
paling dominan mempengaruhi penilaian usulan proyek penanganan kawasan bantaran Sungai Maros adalah
aspek kepadatan penduduk dengan bobot 0.07810 hal ini sangat beralasan karena aspek-aspek yang lain sangat
dipengaruhi oleh tingkat kepadatan penduduk, misalnya semakin banyak penduduk maka semakin tinggi
kebutuhan lahan, konsumsi air, konsumsi energi, laju produksi sampah dan limbah, dll. Aspek yang lebih penting
berikutnya adalah konsumsi air dengan bobot 0.06700 dan produksi sampah dengan bobot 0.05769, serta
kebutuhan lahan dengan bobot 0.05647.
Tabel 6. Bobot akhir setiap elemen
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Klaster/Elemen
Proyek A
Proyek B
Proyek C
Biaya Investasi
Lapangan Kerja
Peningkatan Pendapatan
Estetika Lingkungan
Konsumsi Air
Konsumsi Energi
Pemanfaatan Lahan
Perubahan Ekosistem Sungai
Produksi Air Limbah
Normalized By Cluster
0.32360
0.41209
0.26431
0.29759
0.35260
0.34715
0.08833
0.19662
0.13232
0.16574
0.09942
0.14828
Limiting
0.12779
0.16273
0.10437
0.03522
0.04205
0.04109
0.03010
0.06700
0.04509
0.05647
0.03388
0.05052
No.
13
14
15
16
Klaster/Elemen
Produksi Sampah
Akses Masyarakat
Kepadatan Penduduk
Tingkat Kriminalitas
Normalized By Cluster
0.16929
0.23864
0.53487
0.22649
Limiting
0.05769
0.03484
0.07810
0.03307
Hasil Sintesis mengindikasikan bahwa alternatif Proyek B memiliki elektabilitas tertinggi dengan bobot prioritas
0.41209, selanjutnya adalah alternatif Proyek A dengan bobot prioritas 0.32360, dan alternatif Proyek C
memiliki tingkat elektabilitas terendah dengan bobot 0.264311.
Gambar 3. Masterplan dan visualisasi desain proyek terpilih
6. KESIMPULAN
Dalam penilaian usulan proyek penanganan kawasan bantaran sungai harus didasarkan pada pertimbangan yang
kompleks dan komprehensif dengan mengakomodasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Hasil analisis
dengan menggunakan ANP mengindikasikan bahwa elemen yang paling dominan dipertimbangkan adalah
kepadatan penduduk, konsumsi air, produksi sampah produksi limbah, konsumsi energy, dll. Selanjutnya
dengan pendekatan ANP maka dapat diputuskan bahwa proyek pembangunan kawasan rekreasi merupakan
usulan yang paling ideal dibandingkan dengan 2 usulan proyek lainnya.
7. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous (2011). Laporan Akhir Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Kota Maros. (Makassar, PT. Yodya Karya).
Anonymous (2010). Laporan Akhir Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kota Maros. (Makassar,
PT. Abdih Mulya Daya).
Gondokusumo, M, D, dkk (2011). Bunga Rampai Pembangunan Kota di Indonesia: Konsep dan Pendekatan.
(Jakarta. Lembaga Penerbit UI-URDI-YSS).
Ibrahim, F. (2013). Pemilihan Trase Jalan dengan Pendekatan ANP. Prosiding Kolokium Jalan Jembatan. ISBN978-602-264-032-5 Hal III-5-1.
Navarro, G, dkk (2009). Evaluation of Urban Development Proposals An ANP Approach. International Journal
of Human and Social Sciences 4:7 2009.
Saaty, T.L. (1996). Decision Making With Dependence and Feedback: The Analytic Network Process,
(Pittsburgh, RWS Publications).
Saaty, R.W. (2003). Decision Making In Complex Environments: The Analytic Hierarchy Process (AHP) for
Decision Making and The Analytic Network Process (ANP) for Decision Making with Dependence and
Feedback. Super Decisions Tutorial.
Yuksen, I. Dagdeviren. M. (2005). Using the Analytic Network Process (ANP) In A SWOT Analysis – A Case
Study For A Textile Firm. www.elsevier.com/locate/ins. (Accessed 03 Januari 2007).
PADA EVALUASI PROYEK PENGEMBANGAN KAWASAN BANTARAN SUNGAI
DI KABUPATEN MAROS
Fadly Ibrahim1), Fadhil Surur2)
1
PT. Yodya Karya (Persero), Kanwil II Makassar Jl. AP. Pettarani Makassar No. 74
E-mail : [email protected]
2
Jurusan Planologi Fakultas Sainstek UIN Alauddin Makassar, E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Kawasan bantaran Sungai Maros memiliki potensi pengembangan yang cukup besar namun
belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan cenderung mengalami degradasi lingkungan yang
berdampak pada penurunan kualitas lingkungan. Sebagai upaya meningkatkan kualitas
lingkungan sekaligus mengoptimalisasi potensi kawasan tersebut, Pemerintah Kabupaten Maros
mengusulkan tiga alternatif usulan proyek pengembangan kawasan yaitu (1) kawasan
permukiman, (2) kawasan rekreasi dan (3) kawasan bisnis.
Sebagai adaptasi terhadap perubahan iklim global, maka penilaian usulan proyek tersebut harus
mengakomodasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
diantaranya (1) aspek lingkungan dengan parameter konsumsi energy, produksi sampah,
produksi limbah, konsumsi air, perubahan ekosistem sungai, estetika lingkungan, pemanfaatan
lahan (2) aspek ekonomi dengan parameter lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan biaya
investasi (3) aspek sosial dengan parameter akses masyarakat, kepadatan penduduk, dan tingkat
kriminalitas. Karena penilaian proyek tersebut mengakomodasi aspek yang bersifat multikriteria
maka dalam penelitian ini dirancang model analisis berbasis pendekatan Analytical Network
Process (ANP) untuk mengevaluasi setiap usulan proyek. Hasil analisis mengindikasikan bahwa
pengembangan kawasan rekreasi merupakan proyek yang paling ideal diantara 3 alternatif yang
diusulkan.
Kata kunci: kawasan bantaran sungai, pembangunan berkelanjutan, ANP.
1. PENDAHULUAN
Sungai merupakan bentukan lanskap alam yang dinamis dan hidup serta berguna bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Karenanya sungai tidak hanya memiliki fungsi ekologis tapi juga memiliki fungsi
ekonomis yang dapat dieksplorasi pemanfaatannya untuk kepentingan kehidupan manusia tanpa mengabaikan
prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan. Sungai Maros yang membelah Kota Maros memiliki potensi
pengembangan yang cukup besar, namun seiring dengan laju peningkatan kepadatan dan aktivitas penduduk di
Kota Maros khususnya pada Kawasan Bantaran Sungai telah mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan
yang kemudian berpengaruh pada penurunan kualitas lingkungan. Sebagai upaya meningkatkan kualitas
lingkungan sekaligus mengoptimalisasi potensi kawasan bantaran Sungai Maros tersebut, Pemerintah Kabupaten
Maros mengusulkan tiga alternatif usulan proyek pengembangan kawasan yaitu (1) kawasan permukiman, (2)
kawasan rekreasi (theme park), dan (3) kawasan bisnis.
Dengan mempertimbangkan krisis lingkungan yang telah terjadi di beberapa tempat sebagai akibat dari
kekeliruan pengambilan keputusan, maka penilaian usulan proyek tersebut harus didasarkan pada prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan yang menakankan pentingnya memahami hubungan timbal balik antara 3 dimensi
utama kehidupan yang saling berinteraksi secara terus menerus, yaitu dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan.
Untuk mengakomodasi prinsip-prinsip tersebut dibutuhkan suatu model pendekatan yang mampu
mengintegrasikannya dalam satu sistem dan dapat memberikan satu kesimpulan yang merupakan representasi
dari 3 dimensi pembangunan berkelanjutan.
Beberapa penelitian telah memperkenalkan metode pengambilan keputusan berbasis Analisis Multi Kriteria
AMK untuk penilaian lingkungan. Umumnya riset tersebut menggunakan pendekatan Analisis Hirarki Proses
(AHP), Electre dan Promothee. Pendekatan tersebut digunakan untuk menghindari kompensasi masalah metode
tradisional yang memungkinkan terjadi agregasi berdasarkan jumlah, nilai ekstrem dari suatu kriteria, dan hasil
global yang mungkin tidak sesuai dengan pendapat para ahli. Semua teknik tersebut diproses dengan asumsi
kriteria yang independen, namun asusmi ini tidak selalu realistis, sehingga memungkinkan terjadinya bias yang
berdampak pada kesimpulan evaluasi yang tidak optimal. Untuk itu Analytical Network Process (ANP)
merupakan pendekatan yang tepat untuk memperhitungkan saling ketergantungan antar kriteria dan menghindari
terjadinya kompensasi (Navarro, G, dkk, 2009). Berdasarkan pandangan tersebut, maka model penilaian usulan
proyek pengembangan kawasan banataran sungai di Kabupaten Maros didasarkan pada pendekatan ANP.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Berkelanjutan
Adanya kesadaran kritis tentang semakin terbatasnya sumberdaya alam yang tersedia dan kebutuhan manusia
yang terus meningkat mengharuskan pendekatan pemanfaatan sumberdaya alam yang efesien. Lebih dari itu,
pemanfaatan sumberdaya tidak boleh mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang.
Dalam perspektif konsep keberimbangan, pendekatan pembangunan dituntut untuk dituntut untuk
memperhatikan keberimbangan dan keadilan antar generasi (intergenerational equity). Konsep pembangunan
yang selanjutnya dikenal sebagai pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yakni suatu konsep
pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan generasi yang akan
datang.
Gondokusumo, M.D (2011) menjelaskan bahwa rumusan tentang syarat-syarat untuk mencapai proses
pembangunan berkelanjutan telah diajukan oleh beberapa pemikir. Pemikiran-pemikiran mereka dapat dilihat
dalam publikasi-publikasi, antara lain Brundtlant, G.H (1987), Independent Commission on Population and
Quality of Life – ICPQL (1996), dan Becker, F.et al. (1997).
Tabel 1. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (Gondokusumo, M.D, 2011)
Dimensi
Brundtlant, G.H
(1987)
Pemenuhan kebutuhan dasar bagi
semua.
ICPQL
(1996)
Keadilan sosial, kesetaraan
jender,
rasa
aman,
mengharagai
diversitas
budaya.
Becker, F.et al.
(1997)
Penekanan pada proses
pertumbuhan sosial yang
dinamis, keadilan sosial
dan kesetaraan.
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar
Ekonomi kesejahteraan
Ekonomi kesejahteraan
Lingkungan
Lingkungan
untuk
generasi
sekarang dan yang akan datang
Keseimbangan
yang sehat
Lingkungan
dimensi sentral
proses sosial
Sosial
2.2.
lingkungan
adalah
dalam
Analytical Network Process
ANP merupakan suatu sistem dengan pendekatan feedback yang digunakan untuk menilai hubungan multiarah
yang dinamis antar atribut keputusan. ANP adalah solusi untuk mengatasi keterbatasan pada metode
pendahulunya, yaitu AHP (analytic hierarchy process). ANP memiliki kelebihan mengacu pada fakta bahwa
tidak semua persoalan dapat disusun secara hirarkis karena dependensi (inner/outer), serta hubungan saling
mempengaruhi di antara dan di dalam kluster (kriteria dan alternatif).
Pembobotan dengan ANP membutuhkan model yang merepresentasikan saling keterkaitan antar kriteria dan
subkriteria yang dimilikinya. Ada 2 kontrol yang perlu diperhatikan didalam memodelkan sistem yang hendak
diketahui bobotnya. Kontrol pertama adalah kontrol hierarki yang menunjukkan keterkaitan kriteria dan sub
kriterianya. Kontrol lainnya adalah kontrol keterkaitan yang menunjukkan adanya saling keterkaitan antar
kriteria atau cluster (Saaty, 1996).
Pengaruh dari satu set elemen dalam suatu cluster pada elemen lain dalam suatu sistem dapat direpresentasikan
melalui vektor prioritas berskala rasio yang diambil dari perbandingan berpasangan. Jaringan pada metode ini
memiliki kompleksitas yang tinggi dibanding dengan jenis lain, karena adanya fenomena feedback dari cluster
satu ke cluster lain, bahkan dengan cluster-nya sendiri (Ibrahim, F, 2013).
3. METODOLOGI PENDEKATAN
Tahap 1. Identifikasi Kriteria dan Subkriteria
Kriteria dan subkriteria merupakan alat ukur untuk menilai alternatif yang paling ideal. Berdasarkan prinsip
utama pembangunan berkelanjutan yang harus berdimensi sosial, ekonomi dan lingkungan, maka kriteria yang
digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada 3 dimensi tersebut dan selanjutna dijabarkan dalam bentuk
subkriteria. Dengan mengkombinasikan beberapa referensi dapat diidentifikasi kriteria dan subkriteria penilaian
usulan proyek pengembangan kawasan bantaran sungai di Kabupaten Maros.
Tabel 2. Klaster dan elemen ANP pada model penilaian usulan proyek pengembangan kawasan bantaran sungai
Klaster
Alternatif
Elemen
Proyek A
Proyek B
Proyek C
1.1 Konsumsi Energi (KE)
1.2 Produksi Sampah (PS)
1.3 Produksi Air Limbah (PAL)
1.4 Konsumsi Air (KA)
1.5 Perubahan Ekosistem Sungai (PES)
1.6 Estetika Lingkungan (EL)
1.7 Pemanfaatan Lahan (PL)
2.1 Lapangan Kerja (LK)
2.2 Peningkatan Pendapatan (PP)
2.3 Biaya Investasi (BI)
3.1 Akses Masyarakat (AM)
3.2 Kepadatan Penduduk (KP)
3.3 Tingkat Kriminalitas (TK)
1. Lingkungan
2. Ekonomi
3. Sosial
Tahap 2. Perancangan Model Struktur ANP
Pada tahap ini akan dilakukan perancangan model struktur ANP yang terdiri dari 4 klaster yaitu; (1) klaster
“alternatif” yang berisi 3 elemen, (2) klaster “lingkungan” yang terdiri dari 7 elemen, (3) klaster “ekonomi”
terdiri dari 2 elemen, dan (4) klaster “sosial” terdiri dari 3 elemen. Selanjutnya dilakukan justifikasi keterkaitan
antar klaster dan elemen, justifikasi keterkaitan ini penting dilakukan untuk menjadi dasar pembuatan matriks.
Dikarenakan matriksnya reciprocal di mana elemen-elemen diagonal sama dengan 1, maka banyaknya penilaian
yang diperlukan dalam menyusun matriks adalah n(n-1)/2 untuk setiap klaster atau elemen.
Gambar 1. Model Struktur ANP
Tahap 3. Pembobotan dengan ANP
Untuk menilai tingkat kepentingan dari kriteria dan subkriteria pemilihan trase jalan, pada studi ini
memanfaatkan metode multi kriteria ANP yang dikembangkan oleh Thomas, L. Saaty. Penilaian kriteria dan
subkriteria dilakukan berdasarkan preferensi responden yang dinilai memiliki kompetensi (expert) dalam bidang
perencanaan kawasan melalui kuesioner.
Tabel 3. Contoh kuesioner ANP
A: Alternatif Proyek A Vs B: Proyek B
Ditinjau dari dimensi “lingkungan” yang manakah proyek yang lebih ideal
1
Berapa tingkat kepentingannya?
2
3
X
4
5
6
7
A
X
8
B
9
Dalam studi ini, ANP dirancang dalam tiga langkah, yaitu: (i) pendefinisian hubungan dalam jaringan (seperti
terlihat dalam Gambar 1); (ii) membuat matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison) antar kriteria;
dan (iii) mengembangkan algoritma solusi. Algoritma solusi terdiri dari: (a) membuat unweighted supermatrix
dengan cara memasukkan semua bobot-bobot kepentingan relatif yang dihasilkan dari perbandingan berpasangan
(eigen vector) ke dalam sebuah supermatriks; (b) menyesuaikan nilai-nilai dalam unweighted supermatrix
sehingga tercapai kolom stokastik (weighted supermatrix), dan (c) membuat limiting supermatrix dengan
memangkatkan supermatriks secara terus menerus hingga angka disetiap kolom dalam satu baris sama besar
(stabil), setelah itu limiting supermatrix.dinormalisasi untuk mendapat nilai akhir dari kriteriakriteria yang
diperbandingkan.
Dalam studi ini diasumsikan bahwa kriteria dan subkriteria satu dengan lainnya bisa saling mempengaruhi (inner
dependence). Skala perbandingan berpasangan dilakukan mengikuti ketentuan seperti tersaji dalam tabel berikut
(Saaty dan Vargas, 1994).
Tabel 4.
Tingkat
kepentingan
1
Skala penilaian klaster dan elemen
Definisi
Penjelasan
Sama Penting
Sama pentingnya dibanding yang lain.
3
Relatif lebih penting
Moderat pentingnya dibanding yang lain.
5
Lebih Penting
Kuat pentingnya dibanding yang lain.
7
Sangat Penting
Sangat kuat pentingnya dibanding yang lain.
9
Jauh Lebih Penting
Ekstrim pentingnya dibanding yang lain.
2, 4, 6, 8
Nilai Antara
Nilai di antara dua penilaian yang berdekatan.
Kebalikan
Kebalikan Jika elemen i memiliki salah satu angka di atas ketika
dibandingkan elemen j, maka memiliki nilai kebalikannya ketika
dibandingkan elemen i.
Dalam penilaian kepentingan relatif, dua elemen berlaku aksioma reciprocal. Artinya jika elemen i dinilai 3 kali
lebih penting dibanding j, maka elemen j harus 1/3 kali pentingnya dibanding elemen-i. Dua elemen yang
berlainan bisa saja dinilai sama penting, yang mana angka yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama
penting. Jika terdapat n elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran n x n.
Selanjutnya adalah sintesa prioritas dengan cara mencari eigenvector dari setiap matriks pairwise comparison
untuk mendapatkan prioritas lokal. Dalam ANP/AHP, logical consistency menyatakan ukuran tentang konsisten
tidaknya suatu penilaian. Rasio konsistensi (consistency ratio) dihitung dengan rumus CR = CI / RI. Consistency
Index (CI) diperoleh dari CI = (λmax – n) / (n – 1), di mana λmax = nilai eigen vector terbesar dari matriks
perbandingan berpasangan, dan n = ukuran matriks. Sebagai contoh, jika A lebih penting dari B dan B lebih
penting dari C, tapi C lebih penting dari A, maka tidak konsisten. Nilai CR harus kurang dari 10%, karena jika
lebih maka penilaian perbandingan berpasangan harus diulang (Saaty dan Vargas, 1994). Dalam hal random
index (RI), secara berturut-turut (RI/orde matriks) adalah (1/0), (2/0), (3/0,58), (4/0,9), (5/1,12), (6/1,24),
(7/1,32), (8/1,41), (9/1,45), (10/1,49).
c1
e11e12
e11
e12
c1
c2
e1n1
e21e22
cN
e2n2
eN1eN2
eNnN
W11
W12
W1N
W21
W22
W2N
WN1
WN2
WNN
e1n1
W=
e21
e22
c2
e2n2
cN
eN1
eN2
eNuN
Gambar 2. Model dasar supermatriks
Untuk memudahkan proses analisis, semua langkah dilakukan menggunakan perangkat lunak Super Decision
yang yang dikembangkan oleh William J. Adams dari Embry Riddle Aeronautical University, Florida,
bekerjasama dengan Rozann W. Saaty (Saaty, 2003).
4. DESKRIPSI PROYEK
Perkembangan Kota Maros yang dipengaruhi oleh proses aglomerasi wilayah di Kota Makassar, telah
berdampak pada terjadinya konversi lahan dari kawasan hutan/kawasan konservasi menjadi kawasan
permukiman baru, kondisi ini dinilai menjadi penyebab perubahan pola hidrologi di Kawasan Kota Maros
khususnya di kawasan bantaran Sungai Maros yang pada akhirnya berdampak pada degradasi lingkungan.
Luas kawasan terdeleniasi mencapai 27,27 Ha yang didalamnya terdapat 35 KK yang harus direlokasi apabila
dilakukan penanganan pada kawasan tersebut. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa ada 3 proyek
penanganan yang diusulkan yakni; (A) Proyek pembangunan permukiman vertikal (Rusunawa), direncanakan
akan dibangun 3 tower dengan daya tampung 240 KK. (B) Proyek pembangunan kawasan rekreasi, direncanakan
akan dibangun hotel dengan kapasitas 50 kamar tidur, kawasan kuliner, dan sarana penunjang wisata. (C)
Proyek pembangunan kawasan bisnis, direncanakan akan direvitalisasi pasar lama menjadi pasar holtikultura dan
membangun pasar modern dengan jumlah lods 200 unit. Penerima manfaat pada proyek tersebut diharapkan dari
warga yang bermukim disekitar kawasan dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Kota Maros.
Pelibatan masyarakat tidak hanya terbatas pada tahap pembangunan namun mereka harus diprioritaskan untuk
terlibat pada aktifitas ekonomi setelah proyek beroperasi khususnya proyek B dan C. Adapun perbandingan
ketiga proyek tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Perbandingan setiap usulan proyek
No.
1
2
3
4
5
6
Uraian
Luas lahan terbangun (Ha)
Produksi air limbah (ltr/hari)
Produksi sampah (ltr/hari)
Konsumsi air (ltr/hari)
Konsumsi energi (kWh/bulan)
Biaya investasi (Rp x 1 Milyar)
Proyek A
2.00
141,600.00
960.00
172,800.00
27,766.36
60.00
Proyek B
4.20
70,800.00
480.00
86,400.00
15,040.11
52.00
Proyek C
6.30
35,400.00
3,000.00
43,200.00
46,277.26
115.00
5. ANALISIS PEMBAHASAN
Dengan melakukan perbandingan berpasangan terhadap hasil pendapat responden didapatkan bobot masingmasing. Apabila klaster “alternatif” yang dijadikan respek maka aspek yang dominan dipertimbangkan dalam
penilaian proyek penanganan kawasan bantaran sungai adalah alternatif proyeknya sendiri dan aspek lingkungan
dengan bobot masing-masing 0.35091. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya penanganan kawasan sama
pentingnya dengan upaya pelestarian lingkungan pada kawasan tersebut. Selanjutnya adalah dimensi ekonomi
dengan bobot 0.18906 dan dimensi sosial dengan bobot 0.10911.
Selanjutnya apabila dimensi ekonomi yang dijadikan sebagai respek, juga menunjukkan bahwa dimensi
lingkungan jauh lebih penting dipertimbangkan dalam penilaian proyek dengan bobot 0.41947. menyusul klaster
alternatif dan ekonomi dengan bobot masing-masing 0.26491 dan 0.20661. Adapun dimensi sosial tidak menjadi
pertimbangan utama dalam penilaian proyek ini. Hal ini dapat diekspresikan bahwa dalam presfektif ekonomi,
pelestarian lingkungan jauh lebih penting dibanding usulan proyeknya sendiri, atau dengan kata lain bahwa
keputusan untuk menolak setiap alternatif proyek lebih tepat daripada diperhadapkan dengan permasalahan
lingkungan. Begitupula potensi pertumbuhan ekonomi yang akan didapatkan pasca beroperasinya proyek
tersebut memungkinkan lebih kecil kontribusinya dibanding cost recovery yang akan dikeluarkan pemerintah
dan masyarakat untuk memperbaiki lingkungan yang rusak. Adapun permasalahan yang terkait dimensi sosial
akan tereduksi apabila skenario pembukaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan berjalan pasca
implementasi proyek. Struktur bobot yang didapatkan pada klaster yang respek terhadap ekonomi ini memiliki
kesamaan pada klaster yang respek terhadap dimensi lingkungan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5. Matriks Klaster
Klaster
Alternatif
Ekonomi
Lingkungan
Sosial
Alternatif
Ekonomi
Lingkungan
0.35091
0.18906
0.35091
0.26491
0.20661
0.42947
0.29696
0.00000
0.53961
0.66667
0.00000
0.00000
Sosial
0.10911
0.09901
0.16342
0.33330
Setelah dilakukan perbandingan berpasangan pada level klaster sebagaimana diuraikan diatas, selanjutnya
dilakukan perbandingan berpasangan pada level elemen. Hasil analisis mengindikasikan bahwa pada klaster
ekonomi elemen yang paling dominan dipertimbangkan dalam penilaian usulan proyek penanganan bantaran
sungai di Kota Maros adalah ketersediaan lapangan kerja dengan bobot 0.35260, selanjutnya adalah elemen
peningkatan pendapatan dengan bobot 0.34715 dan yang terakhir adalah aspek biaya investasi dengan bobot
0.29759. Sedangkan untuk klaster sosial, elemen yang paling dominan dipertimbangkan adalah kepadatan
penduduk dengan bobot 0.53487, menyusul aspek akses masyarakat dengan bobot 0.23864 dan aspek tingkat
kriminalitas dengan bobot 0.22649.
Apabila penilaian usulan proyek ditinjau dari klaster lingkungan, maka elemen yang paling penting menjadi
pertimbangan adalah elemen tingkat konsumsi air dengan bobot 0.19662, kemudian tingkat produksi sampah
dengan bobot 0.16929 dan menyusul pemanfaatan lahan dengan bobot 0.16574. Elemen yang lebih penting
lainnya adalah tingkat produksi air limbah dan konsumsi energi dengan bobot masing-masing 0.14828 dan
0.13232. Sedangkan elemen yang memiliki tingkat kepentingan yang relatif rendah adalah elemen perubahan
ekosistem sungai dengan bobot 0.09942 dan estetika lingkungan dengan bobot 0.08833.
Bobot yang didapatkan pada setiap klaster dan elemen merupakan bobot yang belum diinteraksikan secara
keseluruhan (sintesis). Untuk itu hasil pembobotan yang didapatkan dari hasil perbandingan berpasangan
diformulasi dalam bentuk supermatriks yang menghasilkan unweighted supermatrix, dan kolom stokastik, serta
limiting supermatrix. Hasil analisis limiting supermatrix tersebut mengindiksdikasikan bahwa elemen yang
paling dominan mempengaruhi penilaian usulan proyek penanganan kawasan bantaran Sungai Maros adalah
aspek kepadatan penduduk dengan bobot 0.07810 hal ini sangat beralasan karena aspek-aspek yang lain sangat
dipengaruhi oleh tingkat kepadatan penduduk, misalnya semakin banyak penduduk maka semakin tinggi
kebutuhan lahan, konsumsi air, konsumsi energi, laju produksi sampah dan limbah, dll. Aspek yang lebih penting
berikutnya adalah konsumsi air dengan bobot 0.06700 dan produksi sampah dengan bobot 0.05769, serta
kebutuhan lahan dengan bobot 0.05647.
Tabel 6. Bobot akhir setiap elemen
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Klaster/Elemen
Proyek A
Proyek B
Proyek C
Biaya Investasi
Lapangan Kerja
Peningkatan Pendapatan
Estetika Lingkungan
Konsumsi Air
Konsumsi Energi
Pemanfaatan Lahan
Perubahan Ekosistem Sungai
Produksi Air Limbah
Normalized By Cluster
0.32360
0.41209
0.26431
0.29759
0.35260
0.34715
0.08833
0.19662
0.13232
0.16574
0.09942
0.14828
Limiting
0.12779
0.16273
0.10437
0.03522
0.04205
0.04109
0.03010
0.06700
0.04509
0.05647
0.03388
0.05052
No.
13
14
15
16
Klaster/Elemen
Produksi Sampah
Akses Masyarakat
Kepadatan Penduduk
Tingkat Kriminalitas
Normalized By Cluster
0.16929
0.23864
0.53487
0.22649
Limiting
0.05769
0.03484
0.07810
0.03307
Hasil Sintesis mengindikasikan bahwa alternatif Proyek B memiliki elektabilitas tertinggi dengan bobot prioritas
0.41209, selanjutnya adalah alternatif Proyek A dengan bobot prioritas 0.32360, dan alternatif Proyek C
memiliki tingkat elektabilitas terendah dengan bobot 0.264311.
Gambar 3. Masterplan dan visualisasi desain proyek terpilih
6. KESIMPULAN
Dalam penilaian usulan proyek penanganan kawasan bantaran sungai harus didasarkan pada pertimbangan yang
kompleks dan komprehensif dengan mengakomodasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Hasil analisis
dengan menggunakan ANP mengindikasikan bahwa elemen yang paling dominan dipertimbangkan adalah
kepadatan penduduk, konsumsi air, produksi sampah produksi limbah, konsumsi energy, dll. Selanjutnya
dengan pendekatan ANP maka dapat diputuskan bahwa proyek pembangunan kawasan rekreasi merupakan
usulan yang paling ideal dibandingkan dengan 2 usulan proyek lainnya.
7. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous (2011). Laporan Akhir Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
Kota Maros. (Makassar, PT. Yodya Karya).
Anonymous (2010). Laporan Akhir Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kota Maros. (Makassar,
PT. Abdih Mulya Daya).
Gondokusumo, M, D, dkk (2011). Bunga Rampai Pembangunan Kota di Indonesia: Konsep dan Pendekatan.
(Jakarta. Lembaga Penerbit UI-URDI-YSS).
Ibrahim, F. (2013). Pemilihan Trase Jalan dengan Pendekatan ANP. Prosiding Kolokium Jalan Jembatan. ISBN978-602-264-032-5 Hal III-5-1.
Navarro, G, dkk (2009). Evaluation of Urban Development Proposals An ANP Approach. International Journal
of Human and Social Sciences 4:7 2009.
Saaty, T.L. (1996). Decision Making With Dependence and Feedback: The Analytic Network Process,
(Pittsburgh, RWS Publications).
Saaty, R.W. (2003). Decision Making In Complex Environments: The Analytic Hierarchy Process (AHP) for
Decision Making and The Analytic Network Process (ANP) for Decision Making with Dependence and
Feedback. Super Decisions Tutorial.
Yuksen, I. Dagdeviren. M. (2005). Using the Analytic Network Process (ANP) In A SWOT Analysis – A Case
Study For A Textile Firm. www.elsevier.com/locate/ins. (Accessed 03 Januari 2007).