TASAWUF DALAM PRESPEKTIF SEJARAH KELAHIR (1)

TASAWUF DALAM PRESPEKTIF SEJARAH KELAHIRANNYA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tasawuf

Disusun Oleh:
1. Liana fauzah

(1410310101)

2. Istiqomah

(1410310104)

3. Heni nadzifah

(1410310095)

4. Mustariatul khamidah (1410310081)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH(PGMI)
JURUSAN TARBIYAH
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Tasawuf merupakan salah satu aspek terpenting dalam Islam, sebagai
perwujudan dari ihsan yang berarti kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung
seorang hamba dengan Tuhan-Nya.1 Esensi tasawuf sebenarnya telah ada sejak masa
kehidupan Rasulullah SAW, namun belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada
waktu itu adalah hanya sebutan sahabat nabi.
Permulaan tumbuhnya kerohanian dalam islam dimulai dengan kehidupan
nabi Muhammad SAW sendiri. Beliau senantiasa pergi mengasingkan diri untuk
bertapa berhari-hari di gua hiraa. Perilaku tersebut merupakan salah satu sifat
kezuhudan nabi. Tasawuf sendiri merupakan ilmu hasil kebudayaan islam
sebagaimana ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti ilmu fiqih dan ilmu tauhid.
Munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada pertengahan abad III hijriyyah.
Dalam sejarah islam sebelum timbulnya aliran tasawuf, terlebih dahulu muncul aliran

zuhud. Aliran zuhud timbul pada akhir abad I dan permulaan abad II hijriyyah. Oleh
karena itu tulisan ini akan berusaha memaparkan bagaimana sejarah munculnya
tasawuf dari zaman rasulullah hingga masuknya tasawuf di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah munculnya tasawuf ?
2. Apa faktor- faktor yang mendorong munculnya tasawuf ?
3. Bagaimana Perkembangan tasawuf di Indonesia ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui bagaimana sejarah munculnya tasawuf.
2. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mendorong munculnya tasawuf.

3. Mengetahui perkembangan tasawuf di Indonesia.

1 M. Amin Syukur, Zhud di Abad Modern, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, hlm. V.

BAB II
PEMBAHASAN


A. SEJARAH MUNCULNYA TASAWUF DAN PERKEMBANGANNYA

1. Permulaan Hidup Kerohanian (Abad I dan II atau abad ke-7 dan ke-8 M)

Pada permulaan berkembangnya agama islam, hidup kerohanian tidak
terlepas dari kehidupan sehari-hari umat islam. Para sahabat nabi selalu
mencontoh kehidupan nabi Muhammad yang telah menggabungkan
kehidupan lahir (duniawi) dengan hidup kerohanian. Meskipun mereka telah
menjadi seorang khalifah yang utama, segala warna kehidupan telah mereka
pandang dari segi hidup kerohanian. Pada abad ke-2 H, belum diketahui
adanya orang-orang yang disebut sufi, yang terlihat adalah aliran
Zuhud(penganutnya disebut zahid).Para zahid besar pada abad ini
diantarannya: Hasan Bashri, Rabi’atul Adawiyah, Sufyan Tsauri, Rabi’ bin
Khaitsam, Jabir bin Hayyan, Kulaib Ash-Shidawi, Saidah Mafisah binti
Hasanbin Zaid bin Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain.2
4. Tasawuf Di Abad Ke-3 dan Ke-4 (Abad 9 sampai 10 M)
Setelah masuk abad ketiga dan keempat, ilmu tasawuf telah
berkermbang menjadi tiga bagian, yaitu: Ilmu Jiwa, Ilmu Akhlak, dan Ilmu
Ghaib(Metafisika). Kehalusan rasa dalam abad pertama dan kedua telah
mempertinggi penyelidikan atas ketiga cabang ilmu itu yang memenuhi

seluruh kehidupan sufi. Dalam buku “madarij us salikin” karangan Ibnu
Qayyim mengatakan, bahwasannya pokok tunggal dari ilmu tasawuf adalah
iradah ( kemauan). Dialah sendinya dan dialah pokok kemauannya. Yang
meliputi bagian-bagian dari hukum iradah, yaitu gerak hati,oleh karena itu
dinamai ilmu batin. Sebagaimana ilmu fiqih dinamai ilmu zahir yang meliputi
bagian-bagian dari hukum yang mengenai anggota tubuh.3
Pada awal berkembangnya ilmu tasawuf dikatakan ilmu akhlak karena
berkembang di perilaku budi dan susila.Tetapi kalau kita pelajari ilmu akhlak
dari segi yang biasa, yaitu berupa timbangan buruk dan baik dalam pandangan
2 Hamka, Tasauf Perkembangan dan Kemurniannya, Pustaka Panjimas, Jakarta,
,hlm.67.
3 Ibid, hlm. 96.

diri sendiri dan masyarakat. Namun tidak tepat kalau ilmu tasawuf hanya
dikatakan sebagai ilmu akhlak, karena ilmu akhlak hanya memandang
keseimbangan pertanggungjawaban kehidupan seseorang dengan masyarakat,
sedangkan ilmu tasawuf lebih banyak pertanggungjawaban dihadapan Tuhan.
Memandang masyarakat atau alam seluruhnya adalah dari segi ridha
dan murka-Nya. Aku menghormati sesama makhluk , sebab makhluk itu sama
dengan aku dibawah perlindungan Tuhan. Iradah lebih dulu ditunjukkan

kepada Dzat yang lebih tinngi.Dari sanalah menurun ke sesama makhluk.
Itulah sebab tasawuf islam dipenuhi tiga soal, yaitu: soal
ketuhanan(metafisika), soal diri sendiri(jiwa), dan soal akhlak(mengenai
masyarakat).
Dalam penghabisan abad ketiga dan permulaan abad keempat mulai
dijelaskan ilmu lahir dan ilmu batin dengan empat bagian, yaitu:
1) Syari’at yaitu: undang-undang atau garis-garis yang telah ditentukan. Yang
didalamnya terdapat hukum-hukum halal, haram, yang tersuruh, yang
turlarang, yang sunat dan yang makruh. Juga terdapat amalan-amalan yang
lain seperti:sembahyang, puasa, zakat, haji, berjihad, menuntut ilmu, dan
lain-lain, hingga sampai kepada masalah ekonomi, sosial, dan politik.
Amal syari’at terbagi menjadi dua , yaitu ta’abbudi dan ta’aqquli.
Ta’abbudi artinya bersifat ibadah semata, misalnya:sembahyang dhuhur
empat rakaat, wukuf di Arafah, melempar jumrah di Mina, dan lain-lain.
Sedangkan ta’aqquli artinya yang dapat ditimbang dengan akal atau yang
dapat difikirkan menurut sebab dan musababnya.
2) Thariqat yaitu: perjalanan hidup yang harus ditempuh oleh makhluk
dengan sang khalik. Ketika kita mengerjakan syari’at kita harus berada
dijalan tertentu agar tidak tersesat dari tujuan yang kita tempuh yaitu
Tuhan. Ada beberapa kalimat dalam lingkungan thariqat, yaitu: ikhlas,

muraqabah, muhasabah, tajarrud, isyq, dan hub.
3) Hakikat yaitu: kebenaran sejati dan mutlak yang hanya pada-Nya ujung
segala perjalanan bagaimanapun jauhnya. Akhir dari segala langkah tujuan
dari segala jalan(thariqat). untukNya-lah syari’at dan undang-undang.
4) Ma’rifat yaitu: ujung perjalanan dari ilmu pengetahuan. Ilmu ialah usaha
mengetahui keadaan suatu barang, sedangkan ma’rifat ialah menanyakan
sebabnya dan nilainya. Orang yang mempunyai ma’rifat dinamai arif.
Kumpulan pengetahuaanya tentang syari’at, dengan kesediaanya
menempuh jalan (thariqat) dan mencapainya akan hakikat, semuanya
itulah yang ma’rifat. Jadi ma’rifat adalah kumpulan ilmu pengetahuan,
perasaan, pengalaman, amal dan ibadah.4
4 Ibid, hlm. 110-114.

Para tokoh sufi pada abad ini seperti Abul Hasan Surri Assaqthi, Abu
Hamzah Muhammad bin Ibrahim Ash Shufi, Ma’ruf Al Karakhi, Abu
Sulaiman Ad Darani, Harits Al Muhasibi, Zin-Nun, Abu Yazid Bustami,
Yahya bin Ma’az, Al- Junaid, Abu Bakar Syibli, Al-Hallaj, dan lain-lain.
5. Zaman Al-Ghazali (Abad ke-5 atau abad 11 M)
Kematian Al-Hallaj diatas tiang kayu palang menyebabkan timbulnya
kesan yang sangat tidak baik terhadap tasawuf. Kalau pada abad ketiga dan

keempat ada pertentangan ilmu fiqih, maka setelah masuk abad kelima
tasawuf bertambah naik kepuncaknya hingga mencapai soal-soal metafisika
yang tinggi, sehingga banyak terjadi perpecahan antara kaum sufi dan kaum
syi’ah.
Dalam pertengahan abad kelima muncullah seorang tokoh sufi
bernama Abu Hamid Al-ghazali, yang dapat memperdekat atau
mempertautkan kembali perpecahan yang timbul. Beliau hidup di zaman
Nizamul Mulk, seorang wazir besar dari kerajaan Bani Saljuk yang telah
berhasil mendirikan sekolah-sekolah tinggi buat memperdalam penyelidikan
tentang agama dan perkembangannya.
Dr. Zwemmer, Seorang penyelidik protestan yang terkenal,
mempunyai kesan bahwa sesudah nabi Muhammad SAW datanglah dua orang
besar untuk menyempurnakan agamanya. Pertama Imam Bukhari yang
mengumpulkan hadistnya, dan yang kedua Al-ghazali yang menguraikan
fahamnya. Menurutnya tasawuf tidak hanya mementingkan akal. Jika hanya
mementingkan akal kemunduranlah yang akan didapat. Beliau juga mengakui
bahwa banyak terjadi kesalahan pada ahli-ahli tasawuf terdahulu, tetapi
kesalahan itu dapat diperbaiki asal tidak terpisah dari dua perkara, yaitu ilmu
dan amal.5
Yang menarik beliau dalam tasawuf adalah latihan-latihan jiwanya.

Latihan mempertinggi sifat-sifat yang terpuji(mahmudah) dan menahan nafsu
dari sifa-sifat tercela(madmumah). Dalam bukunnya berjudul ihya ulumuddin,
Al-Ghazali mampu mempersatukan kembali diantara ilmu lahir dengan ilmu
batin, diantara fiqih dan tasawuf dan ilmu kalam.Yang semuanya tertuju pada
satu tujuan yaitu mengkokohkan iman dan cinta kepada Tuhan.

6. Tasawuf dan Filsafat Ketuhanan(Abad ke-6 dan ke-7 atau abad 12 sampai 13
M)
Tidak dapat dipungkiri bahwa kitab ihya ulumuddin ciptaan AlGhazali berpengaruh besar dalam mempertemukan kembali antara ilmu batin
dengan ilmu lahir.Tetapi usaha yang demikian tidak bisa menghambat
pertumbuhan aliran tasawuf yang lebih keras dari abad yang lalu. Jika AlGhazali menyatakan bahwa bukan hanya akal didalam mencari hakikat,
5 Ibid, hlm. 131-132.

melainkan hanya dengan rasa. Namun dalam perkembangan tasawuf pada
abad keenam muncul aliran baru, yaitu perpaduan tasawuf dengan filsafat.
Keistimewaan tasawuf dalam abad keenam dan ketujuh adalah
lanjutan penyelidikan dengan cara filosofis didalam membuka hijab (dinding)
yang membatasi hidup lahir dengan alam rohani. Riadhah dan mujahadah
lebih diperkuat dari pada abad-abad yang lalu. Melemahkan kekuatan indera
lahir dan memperkuat kekuatan indera batin, memberi makanan roh dan akal

dengan ibadah dan dzikir.6
Pada abad keenam dan ketujuh beberapa tariqhat mulai tumbuh,
diantarannya:
1) Thariqat Qadiriyah yang dipelopori oleh Sayid Abdil Qadir Jailany di
negeri Baghdad. Thariqat ini berisi tentang ibadah dan suluk dengan tetap
menyebut dzikir yang berhubungan dengan nama Allah.
2) Thariqat Rifa’iyah yang dipelopori oleh Syekh Ahmad bin Abi’l Hasan AlRifa’i. Pembelajaran pada thariqat ini adalah melatih muridnya tahan api,
tahan dilukai dan tahan debus(berjalan diatas kaca) dan mematukkan
dirinya sendiri kepada ular berbisa. Apabila mereka tidak merasa sakit jika
dilukaia, dipatuk ular atau menelan kaca dan berjalan diatas api itu,
tandannya murid itu sudah fanaa. Sehingga dzikirnya kepada Allah tidak
ada perasaanya lagi.
3) Thariqat Suhrawardiyah yang dipelopori oleh Syekh Abi Hafish Umar AlSuhrawardi. Pengarang kitab Awarif ul Ma’arif.
4) Thariqat Syaziliyah yang dipelopori oleh Syekh Abi’l Hassan Ali bin
Abdullah bin Abdul Jabbar Al-Syazili.
5) Thariqat Maulawiyah yang dipelopori oleh Maulana Jalaluddin Rumi di
negeri Persia. Thariqat ini mengutamakan lagu dan tari didalam
mengerjakan suluk dan wiridnya, membaca dan menyayikan tasawuf yang
dalam, terutama isi kitab matsnawi karangan jalaluddin rumi.
6) Thariqat Badawiyah yang dipelopori oleh Syekh Abul ‘Abbas Ahmad AlBadawi dinegeri Mesir.7

7. Mulai Menurun (Abad ke-8 dan seterusnya atau abad ke-14 M)
Dengan berakhirnya abad ketujuh dan masuknya abad
kedelapan dan seterusnya , tidak ada lagi perkembangan atau fikiran
yang baru dalam tasawuf. Meskipun banyak pengarang kaum sufi
yang mengungkapkan buah fikirannya, seperti Al-Kassyani yang
banyak mengeluarkan buku-buku tentang tasawuf. namun beliau
tidak menyatakan atau mengeluarkan pendapat yang baru yang
dapat dikembangkan. Terdapat pula ahli sufi yang sangat besar yaitu
Abdul Karim Al-Jaily pengarang kitab insan kamil yang isinya tidak
lebih dari menjelaskan atau memperindah buah fikiran Ibnu A’raby
dan Jalaluddin Rumi.

6 Ibid, hlm. 145.
7 Ibid, hlm. 165-167

Pada abad sepuluh juga muncul seorang sufi yang besar di
Mesir bernama Abdul Wahhab Sya’rani. Beliau juga mengarang
beberapa kitab.Namun isinya hanya soal-soal ganjil yang
menyusahkan akal. Pada abad keduabelas juga muncul seorang sufi
bernama Abdul Ghani Al-Nabiusi. Dia hanya pengikut Ibnu Araby.8


B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG MUNCULNYA TASAWUF
Munculnya tasawuf tidak lepas dari beberapa faktor yang mendorongnya.
Faktor tersebut meliputi faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor intern
ajaran islam merupakan faktor yang mendorong munculnya tasawuf
sebagaimana yang terkandung dalam alquran dan as-sunnah. Kedua sumber
ini mengajarkan untuk hidup wara', taqwa dan zuhud, yang semuanya itu
merupakan inti dari tasawuf.9
Dalam surat Al-Baqarah ayat 186 dijelaskan mengenai tasawuf yang
berbunyi:
‫ع إبعذا عدععاَبن فعمليعمسهتعبجيهبوُا بلهيِ عومليهمؤبمنهههوُا ببهيِ لعععللههههمم‬
‫ك بععباَبديِ ععننيِ فعإ بننيِ قعبريِ ب‬
‫ب أهبجي ه‬
‫عوإبعذا عسأ علع ع‬
‫ب عدمععوُةع اللدا ب‬
‫يِعمرهشهدوعن‬
Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia diperintah untuk selalu
bertaqarub atau mendekatkan diri pada Allah.
Dalam sunnah rosul juga dijelaskan mengenai tasawuf yang berbunyi :
‫ازهد فى الدنياَ يِحبك ا وازهد فيماَ فى أيِدى الناَس يِحبوُك‬.
8 Ibid, hlm.201.
9 M. Amin Syukur, Op.cit hlm. 5.

Artinya :Zuhudlah terhadap dunia maka Allah akan mencintaimu. Zuhudlah
apa yang ada di tangan orang lain maka mereka akan mencintaimu.

2. Faktor ekstern
Munculnya tasawuf dalam islam juga berasal dari faktor ekstern yang
dipengaruhi dari agama-agama selain islam diantaranya:
a. Tasawuf lahir karena Pengaruh paham Kristen yaitu menjahui dunia dan
mengasingkan diri di biara-biara. Sikap ini terlihat jelas dalam perilaku sufi
dengan paham zuhud yang mereka anut.
b. Tasawuf lahir karena pengaruh dari paham Phytagoras yang berpendapat
bahwa roh manusia kekal dan berada di dunia sebagai orang asing. Raga
adalah penjara roh. Untuk mencapai kesenangan yang sebenarnya dalam
samawi seseorang harus m,embersihkan roh tersebut dengan sikap
meninggalkan materi dan berkontemplasi.
c. Tasawuf muncul dari filsafat Emanasi Plotinus yang membawa faham
bahwa wujud memancar dari zat tuhan, roh dari tuhan dan kembali pada
Tuhan. Masuknya roh menjadi kotor, sehingga untuk kembali kepada
Tuhan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan sikap meninggalkan dunia
dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
d. Tasawuf lahir atas pengaruh “nirwana”. Menurut ajaran Budha bahwa
seseorang harus meninggalkan dunia dan melakukan kontemplasi.
e. Taswuf lahir atas pengaruh “hinduisme” yang mendorong manusia untuk
meninggalkan dunia dan berupaya mendekatkan diri pada Tuhan demi
tercapainya persatuan antara Atman dan Brahman10
Teori-teori ini tidak bisa dipastikan, akan tetapi semua ini bisa mungkin
terjadi karena istilah tasawuf lahir pada saat umat islam sudah mempunyai
kontak dengan dunia luar atau agama lain.
C. PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA
Masuknya tasawuf di Indonesia bersamaan dengan masuknya agama islam
di Indonesia. Tasawuf pada masa itu sejalan dengan aliran Ahli Sunnah wal
Jama’ah. Khususnya madzhab dari Syafi’i yang masuk di Indonesia. Dalam
10 Hamka, op.cit. hlm.

sejarah perkembangannya, tasawuf di Indonesia lebih terpengaruh dari Al-Ghazali
daripada Al-Hallaj.11
Di Indonesia tasawuf muncul dalam bentuk thariqat-tharqat misalnya
thariqat Qadiriyah yang berasal dari Baghdad, thariqat Naqsabandiyah dari
Turkistan, thariqat Idrusiyah yang berasal dari Hadramaut dan thariqat Rifaiyah
yang di datangkan dari Mesir.12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah tasawuf memang belum ada pada zaman Rasulullah tetapi perilaku
tasawuf telah dicerminkan oleh perilaku Nabi dalam kehidupan sehari-hari. Beliau
kerap menyendiri di gua untuk bertaqarrub pada Allah. Beliau juga senantiasa bersifat
zuhud daripada menyenangi kehidupan duniawi.
Tasawuf muncul karena beberapa factor baik itu factor intern maupun ekstern.
Factor intern itu adalah berasal dari ajaran islam, sedangkan factor eksternnya adalah
karena pengaruh dari paham atau ajaran diluar agama islam.
B. Saran
Tasawuf merupakan aspek yang penting dalam kehidupan orang islam.
Tasawuf merupakan jalan yang menghantarkan kita untuk lebih dekat kepada Allah
11 Ibid, hlm.233.
12

oleh karena itu, kita senantiasa berusaha untuk bertaqarrub kepada Allah dengan tidak
mencintai kehidupan dunia secara berlebihan.
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, masih banyak kekurangan
sehinnga kami meminta kritik dan saran. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Meier, Firtz. 2004. Sufisme Merambah Dunia Mistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syukur, M. Amin. 2000. Zuhud di Abad Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hamka.
Panjimas

. Tasauf Perkembangan dan Kemurniannya. Jakarta: Pustaka