Pembuatan Sabun Mandi Padat dari Limbah

PROPOSAL PENELITIAN
“Pembuatan Sabun Mandi Padat dari Limbah
Minyak Jelantah”

Disusun Oleh :
1. Benny Setia Budi

(21115058)

2. Irawan Rustantyo

(21114074)

3. Muhammad Abdillah

(21115054)

TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2017 / 2018


Daftar Isi

Daftar Isi...................................................................................................................i
Ringkasan.................................................................................................................1
Bab 1. Pendahuluan..................................................................................................2
1.1. Latar Belakang..............................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3. Hipotesis........................................................................................................4
1.4. Tujuan Penelitian...........................................................................................4
1.5. Urgensi (Keutamaan) Penelitian...................................................................4
Bab 2. Tinjauan Pustaka...........................................................................................6
2.1. Sejarah Sabun................................................................................................6
2.2. Pembuatan Sabun..........................................................................................6
2.3. Klasifikasi Sabun...........................................................................................9
Bab 3. Metodologi Penelitian.................................................................................10
3.1. Tempat dan Waktu.......................................................................................10
3.2. Pendekatan Penelitian..................................................................................10
3.3. Bahan dan Alat............................................................................................11
3.4. Prosedur Percobaan.....................................................................................12

3.5. Parameter Uji Minyak Goreng....................................................................13
3.6. Parameter Uji Sabun Padat..........................................................................14
Bab 4. Biaya Dan Jadwal Penelitian......................................................................16
4.1. Anggaran Biaya...........................................................................................16
4.2. Jadwal Penelitian.........................................................................................16
Daftar Pustaka........................................................................................................17

i

Ringkasan
Pembuatan sabun umumnya menggunakan bahan berupa minyak dan alkali
melalui proses saponifikasi. Kali ini kami akan membuat sabun dari limbah
minyak jelantah. Karena saat ini banyak sekali limbah-limbah minyak jelantah
yang dihasilkan baik dari rumah tangga maupun para pedagang gorengan yang
mencemari lingkungan. Minyak jelantah juga tidak baik untuk dikonsumsi lagi,
karena dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Maka dari itu, kami
melakukan penelitian ini dengan memanfaatkan minyak jelantah ini untuk
dijadikan sebagai sabun mandi padat. Adapun proses pembuatan sabun mandi ini
dengan mencampurkan minyak jelantah dengan basa kuat NaOH dengan beberapa
variabel atau perbandingan antara basa kuat NaOH : minyak jelantah mulai dari

perbandingan (1 : 3), (1 : 5) dan (1 : 8). Serta beberapa parameter analisa sabun
mandi untuk menjamin kualitas sabun yaitu meliputi uji pH, penetapan kadar air,
penetapan kadar alkali bebas, penetapan kadar asam lemak bebas, penetapan
kadar lemak tak tersabunkan, penetapan kadar asam lemak jumlah, uji minyak
pelikan dan angka lempeng total (ALT).
(Kata kunci : Sabun, minyak jelantah, basa kuat).

1

Bab 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Sabun merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Pembuatan sabun telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu.
Metode pembuatan sabun pada zaman dahulu tidak berbeda jauh dengan metode
yang digunakan saat ini, walaupun tentunya kualitas produk yang dihasilkan saat
ini jauh lebih baik. Sabun dibuat dengan metode saponifikasi yaitu mereaksikan
trigliserida dengan soda kaustik (NaOH) sehingga menghasilkan sabun dan
produk samping berupa gliserin. Bahan baku pembuatan sabun dapat berupa
lemak hewani maupun lemak/minyak nabati. (Anonim, 2010)
Minyak goreng merupakan salah satu bahan baku yang multi guna selain

sebagai media menggoreng, banyak produk yang dihasilkan dari bahan dasar
minyak, diantaranya pembuatan biodiesel, shampoo, lotion dan sabun. Asam
lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak,
baik yang berasal dari hewan atau tumbahan. Asam lemak dapat bereaksi dengan
basa membentuk garam. Garam natrium atau kalium yang dihasilkan oleh asam
lemak dapat larut dalam air dan dikenal sebagai sabun. Di dalam industri, sabun
tidak dibuat dari asam lemak tetapi langsung dari minyak yang berasal dari
tumbuhan.
Pembuatan sabun umumnya menggunakan bahan berupa minyak dan alkali
melalui proses saponifikasi. Kata saponifikasi atau saponify memiliki makna
membuat sabun yang diambil dari bahasa Latin yaitu sapon yang diartikan sabun
dan digabungkan dengan akhiran –fy adalah akhiran dalam bahasa Inggris yang
berarti membuat. Sejarah pembuatan sabun bermula dari Bangsa Romawi kuno
yang mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan
campuran lemak hewan dengan abu kayu. Selanjutnya pada abad 16 dan 17 di
Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad
19 penggunaan mulai sabun meluas.

2


Fungsi sabun adalah salah satu kelengkapan mandi yang wajib ada di dalam
kamar mandi. Hampir semua orang mempunyai sabun mandi dirumahnya dan
hampir semua orang bisa dipastikan selalu menggunakan sabun mandi ketika ia
hendak mandi. Fungsi utama dari sabun mandi adalah untuk membersihkan diri
dari berbagai macam kotoran dan kuman. Karena mempunyai fungsi atau peranan
yang begitu penting pasti setiap orang akan membutuhkannya. Fungsi dasar sabun
yang awalnya hanya untuk membersihkan badan, saat ini telah bergeser dan lebih
dari sekedar pembersih kotoran badan. Mungkin anda mengenal sabun kecantikan.
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat (misalnya
NaOH). Sabun terutama mengandung C12 dan C16 selain itu juga mengandung
asam karboksilat.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Berapa perbandingan optimum antara minyak jelantah dengan basa kuat
(NaOH) agar diperoleh tekstur sabun mandi padat yang bagus ?
2. Bagaimana perbandingan kualitas sabun mandi antara sabun mandi padat
yang dibuat dari bahan baku minyak jelantah dengan sabun mandi yang
umum berada di pasaran ?


3

1.3. Hipotesis
1. Sabun mandi padat dapat dibuat dari bahan baku minyak jelantah, karena
minyak jelantah ini mengandung asam lemak (trigliserida) yang merupakan
bahan baku dari sabun.
2. Dalam membuat sabun mandi padat yang bagus, dibutuhkan perbandingan
yang sesuai antara minyak jelantah dengan basa kuat.

1.4. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bahwa minyak jelantah dapat dijadikan sebagai bahan
baku sabun mandi padat.
2. Mengetahui komposisi karbon aktif yang tepat untuk menyaring minyak
jelantah agar dihasilkan minyak goreng yang murni yang dapat digunakan
untuk pembuatan sabun mandi padat.
3. Mengetahui kualitas dari sabun mandi padat dari bahan baku minyak jelantah
ini melalui beberapa parameter uji sabun mandi.

1.5. Urgensi (Keutamaan) Penelitian

Keutamaan penelitian ini dapat ditinjau dari dua sisi pandangan
kemanfaatan, yaitu sisi manfaat penanggulangan limbah minyak jelantah, sisi
manfaat nilai ekonomis dan sisi manfaat segi kualitas.
1. Sisi manfaat penanggulangan limbah minyak jelantah. Saat ini limbah dari
minyak jelantah cukup banyak, mulai dari rumah tangga sampai para
pedagang-pedagang yang mengkonsumsi minyak goreng dalam dagangannya.
Dengan memanfaatkan limbah minyak goreng jelantah ini sebagai bahan baku
sabun mandi padat, maka kita dapat meminimalisir jumlah limbah minyak
jelantah di lingkungan.
2. Sisi manfaat nilai ekonomis. Pemanfaatan dari penggunaan minyak jelantah
menjadi sabun mandi padat, selain dapat mengurangi volume limbah minyak
jelantah juga dapat memberdayakan limbah menjadi suatu produk yang
mempunyai nilai jual.
4

3. Sisi manfaat dari segi kualitas. Meskipun sabun mandi terbuat dari bahan baku
minyak jelantah, tapi kami akan tetap menguji kualitas dari produk kami ini,
agar bisa digunakan oleh seluruh masyarakat dengan aman.

Bab 2. Tinjauan Pustaka

5

2.1. Sejarah Sabun
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun
sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan
campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.Bahan pembuatan sabun
terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam
pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan
pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk
sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum
dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium
karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna. (Fauzan Suheri, 2010)
2.2. Pembuatan Sabun
Sabun dibuat dengan cara mencampurkan larutan NaOH / KOH dengan
minyak atau lemak. Melalui reaksi kimia, NaOH / KOH mengubah Minyak /
Lemak menjadi Sabun. Proses ini disebut Saponifikasi.
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah
adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan
sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH → C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk
utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga
memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan
alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki
struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air,
tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam
bentuk ion. (Yissa Luthana, 2010)
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun
padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan
dalam

reaksi

pembuatan

sabun.

Sabun

padat


menggunakan

natrium

hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium
6

hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga
mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan
sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji
katun.
Adapun keunggulan sabun padat di banding sabun jenis lain adalah sabun
padat memiliki kandungan gliserin yang bagus untuk mereka yang punya masalah
kulit eksim. Tapi sabun padat memiliki kadar pH yang lebih tinggi. Karena itu,
sabun padat lebih mudah membuat kulit kering. Kulit kering ini menjadikan
penyembuhan lambat ketika kulit terluka. Meski begitu, belakangan ini ada sabun
padat pun mulai diproduksi yang mengandung pH netral sehingga tak
mengeringkan kulit lagi. Dan juga sabun padat memiliki tingkat pencemaran yang
lebih rendah sehingga tidak akan terlalu membahayakan hewan lain yang berada

di selokan. Sebenarnya air-air di selokan ini sebagian besar akan mengalr ke satu
tempat kemudian airnya dipakai oleh pdam untuk dijernihkan kemudian
digunakan untuk dijual kembali ke konsumen. Hal ini lah sebenarnya yang
menyebabkan pdam mengalami kesulitan untuk menjernihkan air sehingga pada
akhirnya banyak air di banyak kota sekarang menjadi tidak layak untuk diminum.
Sabun dibuat dari lemak (hewan), minyak (nabati) atau asam lemak (fatty
acid) yang direaksikan dengan basa anorganik yang bersifat water soluble.
Biasanya digunakan caustic soda/soda api (NaOH) atau KOH (kalium hidroksida)
juga alternative yang sering juga dipakai, tergantung spesifik sabun yang
diinginkan. Sabun hasil reaksi dengan sodium hidroksida (NaOH) biasanya lebih
keras dibandingkan dengan penggunaan Potasium Hidroksida (KOH).
Reaksi ini biasa disebut reaksi penyabunan (saponifikasi) / (saponification
reaction).
Oil + 3 NaOH —> 3 Soap + Glycerol
Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty
Acid (FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol),
karena saat proses pembuatan Fatty Acid, glycerol sudah dipisahkan tersendiri.

7

FA + NaOH —> Soap + Water
Pada awalnya, proses saponifikasi ini masih dilakukan dengan metoda
pemasakan/pendidihan per batch ketel (tidak berkesinambungan), namun setelah
perang dunia II pengembangan proses secara kontinyu terus dilakukan. Dan
proses kontinyu ini sekarang lebih banyak digunakan, karena selain lebih
fleksibel, dan cepat juga lebih ekonomis.
Kedua proses diatas masih menghasilkan sabun masih mentah berbentuk
cair (panas), biasa disebut neat soap, disamping menghasilkan produk samping
lain berupa glycerol dalam bentuk spent lye yang kemudian diolah lebih lanjut di
unit glycerol. Glycerol adalah material utama dalam industri makanan, kosmetik,
obat-obatan dan lain sebagainya.
Neat soap ini kemudian dikeringkan di dryer unit sampai mencapai bentuk
pellet (butiran padat), dimana besarnya kandungan air dalam bentuk pellet ini
diatur sesuai kebutuhan spesifikasi sabun yang di inginkan. Butiran ini kemudian
di campur di mixer (amalgamator) dengan bahan tambahan lainnya seperti
pewarna, perfume, softener, dll. Campuran kemudian di extrude (ditekan) melalui
plodder menghasilkan padatan sabun yang kemudian di potong di mesin
pemotong dan menuju proses pencetakan di mesin stamping/press menjadi
bentuk-bentuk tertentu, baru kemudian di bungkus di unit packaging.
Proses tersebut biasanya untuk jenis sabun toilet soap, namun untuk laundry
soap tahapnya lebih singkat, hanya sampai mesin pemotong, dimana di cutter unit
ini biasanya dilengkapi dengan cetakan untuk membuat brand sabun dan
kemudian di pack. (Diah, 2016)

2.3. Klasifikasi Sabun
Secara teknis, semua sabun adalah “Sabun Gliserin”. Dalam sabun produksi
pabrik, gliserin yang berlebihan pada sabun akan dibuang. Sehingga pada sabun

8

buatan sendiri kaya akan gliserin karena tidak ada pembuangan gliserin. Di
pasaran, istilah Sabun Gliserin menunjuk pada sabun bening. Biasanya, sabun
yang bening mempunyai ekstra gliserin yang ditambahkan untuk menghasilkan
sabun yang berkhasiat melembabkan kulit. Gliserin adalah “pelembab”. Senyawa
ini membawa kelembaban sendiri; berdasarkan teorinya, jika anda membasuh
tangan dengan sabun gliserin, maka akan tersisa lapisan tipis gliserin yang
memberi kelembaban di kulit.
Sabun dasar yang bening dapat dibeli dalam bentuk balok besar dan dapat
dilelehkan, diwarnai dan diberi pewangi dan kemudian dicetak. Jenis sabun ini
diberi nama “Lelehkan dan Tuangkan” sedangkan seni melelehkan dan
menuangkan sabun ini disebut “Penuangan Sabun”. Cara ini sangat popular
karena mudah dilakukan, karena tidak memerlukan perlengkapan keselematan,
bahkan anak-anakpun dapat mengerjakannya.
Anda pun dapat membuat sabun dari parutan sabun dasar. Cara ini
dilakukan melalui proses dingin terlebih dahulu kemudian baru ditambahi alcohol
untuk menjernihkan dan gliserin serta gula untuk melarutkan dan meningkatkan
kejernihannya. Proses ini sangat berbahaya karena adanya uap alkohol.
(Fauzan,2010).

Bab 3. Metodologi Penelitian

9

3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dillakukan di Laboratorium Teknik Kimia Universitas
Serang Raya, Jl. Raya Serang - Cilegon Km.5 dan Central Laboratorium
Monomer PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, dengan waktu penelitian selama 6
bulan.
3.2. Pendekatan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan membuat sabun mandi padat dengan
mencampurkan basa kuat NaOH dengan Minyak Jelantah dengan membuat
beberapa variabel perbandingan (1:3), (1:5) dan (1:8). Untuk mengetahui kualitas
dari sabun, kami melakukan beberapa parameter uji sabun mandi padat.

3.3. Bahan dan Alat
Adapun bahan – bahan yang digunakan :
10

a. Minyak jelantah (bekas 3 kali pemakaian) diperoleh dari kosan.
b. NaOH 15 %
c. NaOH 40 %
d. Karbon aktif (arang kayu) 7,5 %, 8,5 % dan 10 %.
e. Aquadest
f. Bahan pengisi (Pewangi)
Adapun alat – alat yang digunakan :
1. Statif
2. Klem
3. Termometer
4. Pengaduk / Stirer
5. Tangki
6. Waterbath
7. Heater (Pemanas)
8. Thermostat

3.4. Prosedur Percobaan
A. Pemurnian Minyak Jelantah

11

1. Proses Penyaringan Minyak Jelantah (bekas 3 kali pemakaian).
a. Timbang 100 gram minyak jelantah sawit (bekas 3 kali pemakaian) yang
akan dimurnikan kemudian dimasukan kedalam gelas beker 1000 ml.
b. Pisahkan minyak jelantah sawit dari kotorannya dengan menggunakan
kertas saring whatman no.42.
2. Proses Netralisasi.
a. Kemudian buat larutan NaOH dengan konsentrasi 15% (15 gram NaOH
dilarutkan didalam100 ml aquades).
b. Minyak

jelantah

hasil

penyaringan dipanaskan pada suhu ± 40°C,

dimasukan larutan NaOH 15 % dengan komposisi minyak jelantah : NaOH
= 100 gram minyak jelantah : 5 mL NaOH.
c. Campuran diaduk menggunakan blender selama 10 menit kemudian
disaring kembali dengan kertas saring whatman no.42 untuk memisahkan
sisa dari kotoran.
3. Proses Pemucatan (Bleaching).
a. Dipanaskan minyak goreng hasil netralisasi sampai suhu 70°C.
b. Karbon aktif 240 mesh dengan berbagai variabel mulai dari 7,5 %, 8,5 %
dan 10 % dari 100 gram minyak jelantah sawit hasil netralisasi
dimasukkan kedalam larutan minyak jelantah sawit hasil netralisasi.
c. Larutan diaduk dengan blender selama 60 menit kemudian dipanaskan
pada suhu 150 °C.
d. Kemudian disaring kembali menggunakan kertas saring whatman no.42
untuk memisahkan kotoran, sehingga minyak jelantah hasil pemurnian
siap digunakan dalam pembuatan sabun. Sebelum digunakan untuk
pembuatan sabun, bahan baku minyak jelantah hasil penyaringan diuji
standar mutunya terlebih dahulu.

B. Proses Pembuatan Sabun

12

a. Dibuat larutan NaOH dengan konsentrasi 40 % (40 gram dilarutkan dalam
100 ml aquades).
b. Minyak jelantah hasil pemurnian dipanaskan pada suhu proses 55˚C.
c. Larutan NaOH dengan kosentrasi 40% dipanaskan pada suhu 55˚C.
d. Kemudian campurkan NaOH 40 % dengan minyak jelantah dengan
perbandingan 1 : 2 (50 gram NaOH 40 % : 100 gram minyak jelantah)
e. Campurkan NaOH 40 % kedalam minyak jelantah secara perlahan – lahan
sambil diaduk dan dipanaskan diatas heater hingga suhu ± 60 ºC selama 45
menit sampai mengental.
f. Larutan sabun yang telah mengental dimasukkan kedalam cetakan sabun
dan ditutup dengan plastic serta didiamkan selama 2 hari agar menjadi
padat.
g. Setelah sabun sudah menjadi padat atau mengeras maka sabun hasil
olahan minyak jelantah dapat diuji standar mutunya.
3.5. Parameter Uji Minyak Goreng
Standar Nasional Indonesia untuk minyak goreng (SNI 01-3741-2013).
Pengujian untuk standar minyak goreng untuk mengetahui kualitas minyak goreng
jelantah hasil pemurnian diperlukan beberapa pengujian. Adapun pengujian
minyak goreng berdasarkan SNI 01-3741-2013 dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
No

Kriteria Uji

Satuan

Persyaratan

1

Bau

-

Normal

2

Warna

-

Normal

3

Kadar Air dan Bahan Menguap

% (w/w)

Maks. 0.15 %

4

Bilangan Asam

mg KOH / g

Maks. 0,6

5

Bilangan Peroksida

mgek O2 / kg

Maks. 10

6

Cemaran Logam Kadmium (Cd)

mg / kg

Maks. 0,2

7

Cemaran Logam Timbal (Pb

mg / kg

Maks. 0,1

13

3.6. Parameter Uji Sabun Padat
Standard Nasional Indonesia untuk sabun mandi padat (SNI 35322016). Pengujian untuk standar sabun untuk mengetahui kualitas sabun diperlukan
beberapa pengujian. Adapun pengujian sabun berdasarkan SNI 3532 - 2016 dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
No

Kriteria Uji

Satuan

Mutu

1

Kadar Air.

% fraksi massa

Maks. 15,0 %

2
3
4
5

Total Lemak.
Bahan tak larut dalam etanol.
Alkali Bebas (dihitung sebagai NaOH).
Asam Lemak Bebas (dihitung sebagai

% fraksi massa
% fraksi massa
% fraksi massa
% fraksi massa

Min. 65,0 %
Maks. 5,0 %
Maks. 0,1 %
Maks. 2,5 %

6
7

Asam Oleat).
Kadar Klorida.
Lemak Tidak Tersabunkan.

% fraksi massa
% fraksi massa

Maks. 1,0 %
Maks. 0,5 %

Angka Lempeng Total
Untuk Pengujian Angka Lempeng Total mengacu kepada SK Dirjenpom No.
HK.00.06.4.02894 tentang persyaratan mikroba pada kosmetika dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

14

f. Perawat kulit badan dan
Tangan

Angka lempeng total
Staphylococcus aureus
Pseudomonas
aeruginosa Candida
albicans

SEDIAAN MANDI SURYA DAN
TABIR SURYA
a. Mandi surya

b. Tabir surya

SEDIAAN HYGIENE MULUT
a. Tapal gigi
(pasta, powder, solid
block, liquid)

b. Sediaan cuci mulut,
Penyegar mulut

Angka lempeng total
Staphylococcus aureus
Pseudomonas
aeruginosa Candida
albicans
Angka lempeng total
Staphylococcus aureus
Pseudomonas
aeruginosa Candida
albicans

Angka lempeng total
Staphylococcus aureus
Pseudomonas
aeruginosa Candida
albicans

Angka lempeng total
Staphylococcus aureus
Pseudomonas
aeruginosa Candida

15

5
10
negatif
negatif
negatif

5
10
negatif
negatif
negatif

5
10
negatif
negatif
negatif
5
10
negatif
negatif
negatif

5
10
negatif
negatif
negatif

Bab 4. Biaya Dan Jadwal Penelitian
4.1. Anggaran Biaya
No

Jenis Pengeluaran

Biaya yang diusulkan (Rp)

1

Bahan habis pakai dan peralatan

Rp 2.000.000, 00

2

Uji Analisa Parameter dan Standardisasi

Rp 10.000.000, 00

3

Penginapan dan perjalanan

Rp 500.000, 00

4

Laporan/publikasi dan Seminar/alat tulis

Rp 500.000, 00

Jumlah

Rp 13.000.000, 00

16

4.2. Jadwal Penelitian
Tahun 2017

Jenis Kegiatan

No

Oktober

November

1 2 3 4 1 2 3 4
1

Studi

kajian

dan

menyususn

2
3
4

literature
Pengadaan alat dan bahan
Persiapan sampel
Persiapan tempat penelitian

5

kelengkapan alat
Pembuatan sabun

6

Identifikasi dan memeriksa hasil

dan

penelitian dengan pengujian sabun
7

standard SNI
Pembuatan laporan dan seminar hasil

9

kegiatan
Membuat laporan akhir

16

Tahun 2018
Desember

Januari

Februari

Maret

April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Daftar Pustaka
1. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan
Pertama. Jakarta : UI-Press.
2. Djatmiko, B. dan A.P. Widjaja. 1973. Minyak dan Lemak. Departemen THP
IPB. Bogor.
3. Dalimunthe, Nur Asyiah. 2009. Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi
Sabun Mandi Padat. Jurusan Teknik Kimia. Tesis : Universitas Sumatera
Utara.
4. Mahreni. 2010. Peluang dan Tantangan Komersialisasi Biodesel Review.
Jurnal Eksergi Volume X No.2. Jurusan Teknik Kimia, Fakulas Teknologi
Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Yogyakarta.
5. Susinggih, Wijana. dkk. 2005. Mengolah Minyak Goreng Bekas. Surabaya :
Trubus Agrisarana.
6. Anonim. 2016. Badan Standarisasi Nasional, Standar Mutu Sabun Mandi,
SNI 3532-2016, Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.
7. Jungermann, E. dkk. 1979. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products, Volume 1,
4th edition. John Wiley and Sons, Inc. New York.
8. Fessenden, R.J dan Fessenden, J.S.1994. Kimia Organik, Jilid 2, Edisi ke
3. Jakarta : Erlangga.
9. Sumarlin, La Ode, et al. Analisis Mutu Minyak Jelantah Hasil Peremajaan
Menggunakan Tanah Diatomit Alami dan Terkalsinasi. Jakarta : Program
Syudi Kimia FST UIN Syarif Hidayatullah.
10. Gusviputri, A. dkk. 2013. Pembuatan Sabun dengan Lidah Buaya (Aloe
Vera) sebagai Antiseptik Alami, Widya Teknik, 12(I), 11-21.

17

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

Kajian Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Edible Film dari Tiga Jenis Pati (Kimpul, Ubi Jalar Putih dan Singkong) dengan Penambahan Filtrat Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Penghambat Bakteri Salmonella.

16 119 21

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MELALUI ANALISIS SWOT (Studi Pengelolaan Limbah Padat Di Kabupaten Jember) An Evaluation on Management of Solid Waste, Based on the Results of SWOT analysis ( A Study on the Management of Solid Waste at Jember Regency)

4 28 1

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Isolasi Senyawa Aktif Antioksidan dari Fraksi Etil Asetat Tumbuhan Paku Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.

2 95 93

Perbandingan Sifat Fisik Sediaan Krim, Gel, dan Salep yang Mengandung Etil p-Metoksisinamat dari Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga Linn.)

7 83 104

Aplikasi penentu hukum halal haram makanan dari jenis hewan berbasis WEB

48 291 143

Model Stokastik Curah Hujan Harian dari beberapa Stasiun Curah Hujan di Way Jepara

6 35 58

Pengaruh Perbedaan Lama Kontak Sabun Ekstrak Daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 5