UNSUR NETRALITAS DALAM REVOLUSI BIROKRAS

UNSUR NETRALITAS DALAM REVOLUSI
BIROKRASI DI INDONESIA

Karya Tulis
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Bahasa Indonesia”
Oleh : Ela Anggraeni
D1513025

DIII Manajemen Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
2013
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Dan berkat Rahmat dan Hidayah-Nya
pula, penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

dalam bentuk makalah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa
adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya
kepada :
1. Bapak Drs. Slamet Mulyono. M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah
Bahasa Indonesia.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak terdapat banyak
kekurangan. Akhirnya, kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis
butuhkan untuk dijadikan pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat.

Surakarta, 10 Nopember 2013

Penulis

2

DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A.

Latar Belakang..............................................................................................................1

B.

Rumusan Masalah........................................................................................................1

C.

Tujuan Penulisan..........................................................................................................1

D.

Metode Penulisan........................................................................................................1


BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
A.

Nertalis birokrasi..........................................................................................................2

B.

Beberapa masa Birokrasi tanpa unsur Netralitas..........................................................2

C.

Upaya Revormasi Netralitas Birokrasi...........................................................................6

BAB III PENUTUP......................................................................................................................8
A.

Kesimpulan...................................................................................................................8

Daftar Pustaka..........................................................................................................................9


3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai Seorang Mahasiswa diwajibkan menulis karya tulis ilmiah
dengan sesuai dengan ketentuan. Serta untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
Karya tulis memiliki beberapa jenis salah satunya adalah makalah.
Karya tulis yang ditulis dituntut untuk mengambil tema sesuai jurusan
yang di sandang oleh mahasiswa itu sendiri. Oleh karena itu saya mengambil
judul di atas.
Birokrasi tak lepas dari manajemen dan juga pemerintahan. Karya tulis
ini saya buat dengan tujuan memberikan sedikit gambaran tentang bagaimana
perkembangan birokrasi di indonesia. Di sini juga terdapat beberapa pambahasan
netralitas, dan hunbungan antara netralitas dengan birokrasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa maksud dari netralitas birokrasi?
2. Mengapa terdapat unsur ketidak netralitas dalam perkembangan birokrasi di
Indonesia?
3. Apa upaya untuk menetralitaskan birokrasi di Indonesia?


C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah:
1. Mengetahui maksud dari netaritas birokrasi.
2. Mengetahui beberapa masa dimana birokrasi di negara Indonesia tidak netral.
3. Memberikan dukungan upaya untuk menetralitaskan Birokrasi.

D. Metode Penulisan
Pengumpulan data melalui artikel jurnal yang telah di peroleh dan di
jadikan acuan dalam penulisan makalah ini.

1

BAB II PEMBAHASAN

A.

Nertalis birokrasi
Neralitas merupakan salah satu unsur yang harus di terapkan dalam


pelasanaan birokrasi. Karena netralitas merupan salah satu gambaran apakah
birokrasi itu telah bebas dari pengaruh dari luar. Netralitas merupakan gambaran
birokrasi untuk berjalan sesuai jalanya tanpa ada pemanfaatan dari orang- orang yang
berkuasa.
Netralitas birokrasi merupakan sebuah prinsip yang harus diwujudkan dalam
rangka mengembalikan peran birokrasi sabagai abdi negara dan masyarakat sebagai
public servant. Dengan terwujudnya netralitas birokrasi akan semakin profesional
dalam mendukung pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat

B.

Beberapa masa Birokrasi tanpa unsur Netralitas
Birokrasi memang dikenal sebagai organ pemerintah (di setiap masanya)

untuk memikul tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
Terdapat beberapa masa yang kurang netral dalam menjalankan pemerintahan.
Berikut ini adalah masa dimena pemerintah tidak menggunakan unsur netralitas
dalam masa pemerintahannya:

2


Page |3

1.

Birokrasi Pada Masa Kerajaan
Birokrasi masa kerajaan, dengan birokrat yang disebut abdi dalem diamanahi

untuk melakukan tugas: melayani kepentingan raja dan keluarganya, menarik
upeti/pajak dari rakyat dan menjadi intelejen terlatih untuk menjaga stabilitas politik
dan kedaulatan kerajaan(Dwiyanto,2009).
Birokrasi masa kerajaan sama sekali tidak netral karena memang birokrasi
didesain untuk pro kepada raja yang berdaulat. Kedaulatan adalah di tangan raja,
dan dilakukan sepenuhnya oleh raja, keluarga dan petinggi kerajaan. Tak ada yang
berhak untuk mengawasi jalannya pemerintahan kerajaan, dan warga kerajaan hanya
dijadikan sebagai obyek dari prosesi kehidupan kerajaan. Dwiantoro juga
mengatakan bahwa “birokrasi yang dipimpin oleh raja menjadi sangat otonomi,
totaliter dan mencengkeram warga kerajaan”(2009).
Inilah yang menyebabkan bahwa birokrasi yang tidak netralitas karena hanya
diatur oleh seseorang saja. Karena dalam jika birokrasi seperti ini terkesan bukan

untuk kepentingan bersama. Tetapi hanya untuk kepentingan segelintir orang yang
berkuasa.
2.
Birokrasi Moderen ala Kolonial
Birokrasi modern yang dikenalkan oleh penjajah VOC dan Belanda. VOC dan
Belanda datang ke Indonesia mengenalkan birokrasi modern bukan untuk tegaknya
kedaulatan rakyat, namun birokrasi modern itu dikenalkan kepada bangsa Indonesia
dengan tujuan dapat lebih melakukan eksploitasi secara besar-besaran.
Di dalam jurnalnya Dwiantoro menyatakan banyak hal(2009):
VOC dan Belanda pun mampu melakukan hal ini dengan baik sekali.
Misalnya saja, para birokrat setingkat Kepala Desa, Camat dan Wedana digaji
berdasarkan tanah bengkok atau

lungguh

dan sebagian dari upeti yang

disetorkan kepada Belanda dengan perhitungan semakin besar upeti semakin
besar juga bagian atau pendapatan mereka.
Para petinggi tingkat lokal berusaha keras menaikkan upeti yang

mereka setor kepada Belanda dengan harapan mendapatkan bagian yang besar

Page |4

pula. Akibatnya, para warga pun semakin ditekan untuk memberikan upeti
lebih besar, mereka dipaksa bekerja lebih keras dan bekerja lebih lama di
lahan-lahan milik pemerintah.
Akuntabelitas dibangun dengan amat rendah. Wargapribumi
didudukkan sebagai warga negara kelas dua, yang diklaim sebagai orang yang
selalu ingin membangkang, tidak jujur, ekstrimis dan bodoh sehingga harus
diawasi secara ketat. Warga negara tidak memiliki hak untuk menyatakan
pendapat dan berkumpul secara terbuka.
Birokrasi penjajahan adalah birokrasi yang tidak netral pro kekuasaan,
menciptakan kolusi dan nepotisme. Dan ini sangat jelas bahwa di masa itu sangat
tidak netral karena,keuntungan hanya untuk sebuah lembaga dan segelintir orang
saja. Dan banyak orang yang rugi akan sistim birokrasi di masa ini.
3.

Birorasi pada masa Orde Baru
Orde baru merupakan masa pemerintahan yang cukup sensasional. Masa


dimana indonesia cukup berjaya namun pada akhirnya masa ini pula yang membuat
indonesia menjadi sangat terpuruk. Terlau banyak sandiwara yang tersimpan dalam
kisah massa orde baru ini. termasuk juga dalam bidang birokrasi.
Menurut dwiantoro dalam junalnya mengenani birokrasi pada masa orde baru:
Birokrasi orde baru dicirikan dengan dominasi dari institusi
pemerintah pusat atas pemerintah di daerah, dan dominasi Golkar sebagai
institusi politik yang mengakar di birokrasi. Birokrasi diupayakan bersih dari
partai politik dengan membentuk Korps Karyawan Kementrian Dalam Negeri
(Kokar Mendagri) sebagai embrio kelahiran KORPRI. Lembaga ini
sebenarnya didesain untuk kepentingan politik pemenangan Golkar pada
pemilu tahun 1971.
Kesuksesan Kokar Mendagri dalam membawa kemenangan Golkar
mendorong untuk dibentuknya Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI).
KORPRI merupakan satu-satunya wadah yang menampung aspirasi pegawai
birokrasi pemerintah.

Page |5

Lingkungan birokrasi pun disterilisasi dari kepentingan partai politik

dengan mono-loyalitas yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 1970. Mono-loyalitas ini menegaskan bahwa aparat birokrasi
pemerintah harus loyal kepada negara dan pemerintah bukan kepada partai
politik.
Hal ini juga mengakibatkan:
1. dominasi pemerintah pusat atas program-program pembangunan di daerah
2. pemerintah daerah tidak memiliki keahlian yang memadai dalam hal
merancang program-program pembangunan yang bersifat lokal.
Sikap yang tidak rasional para birokrat untuk melayani kepentingan para
atasan dan bukan sikap rasional untuk melayani kepentingan publik. Sangat terlihat
jelas bahwa birokrasi masa orde baru sangat dipenuhi dengan ketidak netralitas
karena seharusnya birokrasi tidak melaksanakan kepantingan politik.
Tiga periode masa birokrasi di atas memberikan gambaran bahwa
ternyata birokrasi dalam periode kerajaan, kolonial dan orde baru tidaklah
netral. Posisi birokrasi selalu diidentikkan dengan pro kepada penguasa, pro
kepada kekuatan politik tertentu, dan atau selalu dapat dipolitisasi untuk
mendukung kepentingan politik tertentu.

C.

Upaya Revormasi Netralitas Birokrasi
a.

Perlu dibangun birokrasi berkultur dan struktur rasional-egaliter, bukan
irasional-hirarkis. Caranya dengan pelatihan untuk menghargai penggunaan
nalar sehat dan mengunakan hasil-hasil ilmu penge-tahuan. Perlunya memiliki
semangat pioner, bukan memelihara budaya minta petunjuk dari atasan. Perlu
dibiasakan mencari cara-cara baru yang praktisuntuk pelayanan publik,
inisiatif, antisipatif dan proaktif, cerdas membaca keadaan kebutuhan publik,
memandang semua orang sederajat di muka hukum, menghargai prinsip
kesederajatan kemanusian, setiap orang yang berurusan diperlakukan dengan
sama pentingnya.

Page |6

b.

Birokrasi yang propartisipan-outonomus bukan komando-hirarkis. Birokrasi
Indonesia ke depan perlu mendukung dan melakukan peran pemberdayaan
dan memerdekakan masyarakat untuk berkarya dan berkreativitas. Perlu
dikurangi kadar pengawasan dan represi terhadap hak ekspresi masyarakat.
Perlu ditinggalkan cara-cara penguasaan masyarakat lewat kooptasi

c.

kelembagaan dan dihindari sikap dominasi.
Birokrasi bertindak profesional terhadap publik. Berperan menjadi pelayan
masyarakat (public servent). Dalam memberikan pelayanan ada transparansi
biaya dan tidak terjadi pungutan liar. PNS perlu memberikan informasi dan
transparansi

sebagai

pertanggungjawabannya

hak

masyarakat

(public accountibility)

dan

bisa

dimintai

lewat dengar pendapat

(hearing) dengan legislatif atau kelompok kepentingan yang datang.
Melakukan pemberdayaan publik dan mendukung terbangunnya proses
d.

demokratisasi.
Birokrasi yang saling bersaing antar bagian dalam meningkatkan kualitas dan
kuantitas dalam melayani publik secara kompetitif, bukan minta dilayani atau

e.

membebani masyarakat dengan pungutan liar, salah urus, dan ketidakpedulian.
Birokrasi yang melakukan rekruitmen sumber daya manusianya melalui
seleksi merit system, bukan mengangkat staf atau pimpinan karena alasan
kolusi dan nepotisme. Birokrasi yang memberikan reward merit

system

(memberikanpenghargaan dan imbalan gaji sesuai pencapaian prestasi) bukan
spoil system (hubungan kerja yang kolutif, diskriminatif dan kurang
f.

mendidik, pola reward dan punishment kurang berjalan).
Birokrasi yang bersikap netral, tidak diskriminatif, tidak memanfaatkan
fasilitas negara untuk kepentingan partai politik tertentu.

Page |7

BAB III PENUTUP
A.

Kesimpulan
1.

Bahwa sejarah panjang birokrasi Indonesia dari sejak jaman kerajaan hingga
orde baru telah melahirkan budaya birokrasi yang tertutup dan akuntabelitas
yang dibangun secara internal.

2.

Prinsip netralitas birokrasi klasik yang mendudukan birokrasi sebagai
administrator dan implementor murni, apolitik dan akuntabelitas rendah
harus mulai diganti dengan netralitas birokrasi baru yang mendudukkan
birokrasi sebagai administrator dan implementor kritis, politis dan
memiliki akuntabelitas tinggi.

3.

Prinsip netralitas birokrasi baru dapat tumbuh pada sistem politik yang
pro kepada publik, yang meletakkan warga negara sebagai pemilik
kedaulatan.

Pekerjaan rumah baru bagi penggagas reformasi birokrasi, yaitu terkait
dengan bagaimanakah netralitas birokrasi yang dituntut untuk saat ini? Dan
sistem pendukung yang bagaimakah yang dapat mendukung agar netralitas
birokrasi tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan birokrasi dan
politik di Indonesia? tulisan ini hendak menjawab kedua hal tersebut.
.

8

Daftar Pustaka
Dwiyanto,Indiahono(2009) jurnal: MENGUBAH NETRALITAS BIROKRASI KLASIK
MENJADI NETRALITAS BIROKRASI BARU,SUATU TELAAH POLITIK
BIROKRASI.
Syafuan,Rozi(2009) jurnal: NETRALITAS KORPORAT DAN BIROKRASI INOVATIF
DI INDONESIA,MENANAM, MERAWAT DAN MENUAI KEMULIAAN BANGSA.
Ida,Hayu,Dwimawanti(2009) jurnal: NETRALITAS BIROKRASI DAN KUALITAS
PELAYANAN PUBLIK.

9