KERANGKA BERPIKIR PADA KURIKULUM 2013

ANALISIS SKL, KI DAN KD

Ol
eh
:

DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM

Dr. La Maronta Galib, M.Pd.

Dosen Prodi Pend-Fisika Jurusan PMIPA FKIP
Materi Pembekalan Asesor PLPG Rayon 126 UHO, Tanggal 1 Agustus 2014,
di Hotel Imperial Kota Kendari

Konstruksi Tujuan Pendidikan Nasional
(Pasal 3 UU No 20 Sisdiknas Tahun 2003)

...pendidikan
...pendidikan
dilakukan
dilakukan agar

agar
“potensi
“potensi
peserta
peserta didik
didik
berkembang”
berkembang”

(1)
(1) beriman
beriman dan
dan
bertakwa
bertakwa kepada
kepada
Tuhan
Tuhan Yang
Yang Maha
Maha Esa,

Esa,
(2)
(2) berakhlak
berakhlak mulia,
mulia,
(3)
(3) sehat,
sehat, (4)
(4) berilmu,
berilmu,
cakap,
cakap, kreatif,
kreatif, mandiri,
mandiri,

kemampuan dan watak
serta peradaban bangsa
yang bermartabat

menjadi

menjadi warga
warga
negara
negara yang
yang

“demokratis
” serta
serta
“bertanggu
ng jawab”.

SIKAP,
SIKAP, PENGETAHUAN
PENGETAHUAN dan
dan
KETERAMPILAN
KETERAMPILAN

Memerlukan perubahan yang revolusioner tentang

isi, proses dan penilaian
Memerlukan
Memerlukan perubahan
perubahan mindset,
mindset, pengetahuan
pengetahuan dan
dan
keterampilan
keterampilan guru
guru serta
serta kinerja
kinerja guru
guru
mengimplementasikan
mengimplementasikan kurikulum
kurikulum
Oleh
Oleh sebab
sebab itu,
itu, kita

kita sedang
sedang bicara
bicara pelatihan
pelatihan guru
guru yang
yang juga
juga
secara
secara revolusioner
revolusioner mengubah
mengubah perilaku
perilaku membelajarkan
membelajarkan dan
dan
menilai
siswa
sesuai
karakteristik
kurikulum
2013

sehingga
menilai siswa sesuai karakteristik kurikulum 2013 sehingga
secara
secara utuh
utuh menghasilkan
menghasilkan lulusan
lulusan yang
yang sesuai
sesuai dengan
dengan cita-cita
cita-cita

KERANGKA BERPIKIR PADA
KURIKULUM 2013
KEBUTUH
AN

SKL
KOMPETE
NSI INTI


MATERI
AJAR

PROSES
BELAJAR

TUJUAN
PEMB

IPK

PENILAIA
N

KOMPETEN
SI DASAR

3


STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) RINGKAS
DOMAIN

SD

SMP

SMA-SMK

Menerima + Menjalankan + Menghargai +
Menghayati + Mengamalkan
SIKAP

KETERAMPI
LAN

PENGETAHU
AN

PRIBADI YANG BERIMAN, BERAKHLAK MULIA, PERCAYA DIRI,

DAN BERTANGGUNG JAWAB DALAM BERINTERAKSI SECARA
EFEKTIF DENGAN LINGKUNGAN SOSIAL, ALAM SEKITAR, SERTA
DUNIA DAN PERADABANNYA

Mengamati + Menanya + Mencoba + Menalar +
Menyaji + Mencipta
PRIBADI YANG BERKEMAMPUAN PIKIR DAN TINDAK YANG
PRODUKTIF DAN KREATIF DALAM RANAH ABSTRAK DAN
KONKRET

Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa +
Mengevaluasi +Mencipta

PRIBADI YANG MENGUASAI ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI,
SENI, BUDAYA DAN BERWAWASAN KEMANUSIAAN,
KEBANGSAAN, KENEGARAAN, DAN PERADABAN
Gradasi antar Satuan Pendidikan memperhatikan;
1.
2.
3.

4.
5.

Perkembangan psikologis anak
Lingkup dan kedalaman materi
Kesinambungan
Fungsi satuan pendidikan
Lingkungan

4

Standar Kompetensi Lulusan
SIKAP

 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap.
 Orang yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri,
dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam.
 Serta dalam menempatkan dirinya sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.


KETERAMPI
LAN

 Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif
dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.
 Terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuannya.
 Memiliki Pengetahuan Prosedural dan Metakognitif
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
humaniora, dengan wawasan kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban.
 Terkait penyebab fenomena dan kejadian yang
tampak mata yang mencakup penyebab, alternatif
solusi, kendala dan solusi akhir.

PENGETAHU
AN

5

Standar Kompetensi Lulusan
DOMAIN

ELEME
N

PENGETAHUA
N

SMP

SMA-SMK

Proses

Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati +
Mengamalkan

Individu

BERIMAN, BERAKHLAK MULIA (JUJUR, DISIPLIN,
TANGGUNG JAWAB, PEDULI, SANTUN), RASA INGIN TAHU,
ESTETIKA, PERCAYA DIRI, MOTIVASI INTERNAL

Sosial

TOLERANSI, GOTONG ROYONG, KERJASAMA, DAN
MUSYAWARAH

Alam

POLA HIDUP SEHAT, RAMAH LINGKUNGAN, PATRIOTIK,
DAN CINTA PERDAMAIAN

Proses

Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah +
Menyaji + Menalar + Mencipta

Abstrak

MEMBACA, MENULIS, MENGHITUNG, MENGGAMBAR,
MENGARANG

Konkret

MENGGUNAKAN, MENGURAI, MERANGKAI, MEMODIFIKASI,
MEMBUAT, MENCIPTA

Proses

Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisis
+ Mengevaluasi

Obyek

6
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI, DAN BUDAYA

SIKAP

KETERAMPIL
AN

SD

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN – DOMAIN SIKAP
SD

SMP

SMA/SMK

DIKTI-SARJANA

Memiliki perilaku
yang
mencerminkan
sikap.
Orang beriman,
berakhlak mulia,
percaya diri, dan
bertanggung
jawab dalam
berinteraksi secara
efektif dengan
lingkungan sosial
dan alam.

Memiliki perilaku
yang
mencerminkan
sikap.
Orang beriman,
berakhlak mulia,
percaya diri, dan
bertanggung
jawab dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
lingkungan
sosial dan alam.
Dalam
jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya.

Memiliki perilaku
yang
mencerminkan
sikap.
Orang beriman,
berakhlak mulia,
percaya diri, dan
bertanggung
jawab dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
lingkungan sosial
dan alam.
Serta dalam
menempatkan
dirinya sebagai
cerminan bangsa
dalam pergaulan
dunia.

Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap

Di sekitar rumah,
sekolah, dan
tempat bermain.

Orang beriman,
berakhlak mulia,
mandiri, kreatif,
bertanggung jawab ,
berbudaya, dan
berinteraksi secara
efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam.
Serta berkontribusi
aktif dalam kehidupan
berbangsa dan
bernegara termasuk
berperan dalam
pergaulan dunia
7
dengan menjunjung

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN – DOMAIN PENGETAHUAN
SD

SMP

SMA/SMK

DIKTISARJANA

Memiliki
pengetahuan
faktual dan
konseptual
dalam
Ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya,
humaniora,
dengan wawasan
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban

Memiliki
pengetahuan
faktual,
konseptual dan
prosedural dalam
Ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya,
humaniora,
dengan wawasan
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban

Memiliki
pengetahuan
prosedural dan
metakognitif
dalam
Ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya,
humaniora,
dengan wawasan
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban

terkait fenomena
dan kejadian di
lingkungan
rumah, sekolah,
dan tempat

terkait fenomena
dan kejadian
yang tampak
mata

terkait penyebab
fenomena dan
kejadian

Memiliki
pengetahuan
prosedural dan
metakognitif
dalam
konsep teoretis
bidang
pengetahuan
tertentu secara
umum dan khusus
serta mendalam
dengan wawasan
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban
terkait dengan
fenomena dan
kejadian yang
mencakup
8
penyebab,

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN – DOMAIN KETERAMPILAN
SD

SMP

SMA/SMK

DIKTISARJANA

Memiliki
kemampuan pikir
dan tindak yang
efektif dan kreatif
dalam ranah
abstrak dan
konkret.

Memiliki
kemampuan pikir
dan tindak yang
efektif dan kreatif
dalam ranah
abstrak dan
konkret.

Memiliki
kemampuan pikir
dan tindak yang
efektif dan kreatif
dalam ranah
abstrak dan
konkret.

Terkait dengan
yang ditugaskan
kepadanya.

Terkait dengan
Terkait dengan
yang dipelajari di pengembangan
sekolah.
dari yang
dipelajarinya di
sekolah.

(Sesuai dengan
apa yang
dipelajari di
sekolah yang
ditugaskan

(Sesuai dengan
yang dipelajari di
sekolah dan dari
berbagai sumber
lainnya yang

Memiliki
kemampuan pikir
dan tindak yang
efektif, kreatif
dan inovatif
dalam ranah
abstrak dan
konkret.
Terkait dengan
pengembangan
dir sesuai dengan
bakat, minat,
dan
kemampuannya.
Serta mampu
memberikan
petunjuk dalam
memilih berbagai
alternatif solusi9

(Dari berbagai
sumber berbeda
dalam informasi
dan sudut
pandang/teori

KOMPETENSI INTI (KI)
DALAM KURIKULUM 2013
1. KI SATU
: SIKAP SPIRITUAL
2. KI DUA : SIKAP SOSIAL
3. KI TIGA
: PENGETAHUAN
4. KI EMPAT : KETERAMPILAN
 Berlaku semua untuk semua mata pelajaran,
jenis, satuan, dan tingkat pendidikan dasar dan
sekolah menengah.
 Semua KI ditulis/disalin dalam RPP

STANDAR KOMPETENSI
LULUSAN
SIKAP

KETRAMPIL
AN

PENGETAH
UAN

KOMPETENSI INTI

SD/
MI
SMP/
MTs
SMA/
MA
SMK

SIKAP
SPIRITU
AL
KI-1 &
KD
KI-1 &
KD
KI-1 &
KD
KI-1 &

SIKAP
SOSIAL

PENGETAH
UAN

KETERAMPI
LAN

KI-2 & KD

KI-3 & KD

KI-4 & KD

KI-2 & KD

KI-3 & KD

KI-4 & KD

KI-2 & KD

KI-3 & KD

KI-4 & KD

KI-2 & KD

KI-3 & KD

KI-4 & KD

ORGANISASI KONTEN
KOMPETENSI INTI

SIKAP SPIRITUAL (KI-1)
SIKAP SOSIAL (KI-2)
PENGETAHUAN (KI – 3)
KETERAMPILAN (KI – 4)

MAPEL DAN
KD
X
Y
Z
KD1
KD2
KD3
KD4

KD- KD1
1
KDKD2
2
KD- KD3
3
KD- KD4
4

PROSES BERBASIS KOMPETENSI :
Creating
Characterizing/
Actualizing
Organizing/
Internalizing

Attitude
(Krathwohl)

Communicating

Associating

Skill
(Dyers)

Evaluating

Analyzing

Knowledge
(Bloom)
13

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL)
SKL
SIKAP DAN PERILAKU:
Menerima + Menjalankan +
Menghargai + Menghayati +
Mengamalkan
1. Beriman, berakhlak mulia (jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli,
santun), rasa ingin tahu, estetika,
percaya diri, motivasi internal
2. Toleransi, gotong royong,
kerjasama, dan musyawarah
3. Pola hidup sehat, ramah
lingkungan, patriotik, dan cinta
perdamaian

KETERAMPILAN: Mengamati +
Menanya + Mencoba +
Mengolah + Menyaji +
Menalar + Mencipta
1. Membaca, menulis, menghitung,
menggambar, mengarang
2. Menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifkasi,
membuat, mencipta

PENGETAHUAN: Mengetahui
+ Memahami + Menerapkan
+ Menganalisa +

KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya
2. Mengembangkan perilaku (jujur,
disiplin, tanggungjawab,
peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong,
kerjasama, cinta damai,
responsif dan pro-aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
3. Memahami dan menerapkan
pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifk sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan
14

PERUBAHAN KURIKULUM 2013 WUJUD PADA:
KOMPETENSI
LUUSAN

MATERI

• Konstruski yang
holistik
• Didukung oleh
Semua Materi
atau Mapel
• Terintegrasi
secara Vertikal
maupun
Horizontal
• Dikembangkan
Berbasis
Kompetensi
sehingga
Memenuhi Aspek
Kesesuaian dan
Kecukupan
• Mengakomodasi
Content Lokal,
Nasional dan
Internasional

PROSES

• Berorientasi pada
karakteristik kompetensi:






Sikap (Krathwohl) :
Menerima + Menjalankan +
Menghargai + Menghayati +
Mengamalkan
Keterampilan (Dyers) :
Mengamati + Menanya +
Mencoba + Menalar +
Menyaji + Mencipta
Pengetahuan (Bloom &
Anderson): Mengetahui +
Memahami + Menerapkan +
Menganalisa + Mengevaluasi
+Mencipta

• Menggunakan Pendekatan
Saintifk, Karakteristik
Kompetensi sesuai Jenjang
(SD: Tematik Terpadu, SMP:
Tematik Terpadu-IPA & IPSdan Mapel, SMA : Tematik
dan Mapel

PENILAIAN
• Berbasis Tes
dan Non Tes
(porfolio)
• Menilai
Proses dan
Output
dengan
menggunaka
n authentic
assesment
• Rapor
memuat
penilaian
kuantitatif
tentang
pengetahuan
dan deskripsi
kualitatif
tentang sikap
dan
keterampilan
Kecukupan

15

ESENSI KURIKULUM 2013:
SAAT BERTINDAK :

SIKAP

MEMANDU

PENGETAHU KETERAMPIL
AN
AN

...1/4
PROSES
PEMBENTUKAN :

PENGETAHU KETERAMPI
AN
LAN

MENDAHULUI
PEMBENTUKAN
(DIINTEGRASIKAN
DALAM
AKTIVITAS
PENGETAHUAN DAN
KETERAMPILAN

SIKAP

DIBIASAKAN (DIBUDAYAKAN)
DAN DIAMATI ATAU DINILAI

DITUANGKAN DALAM RPP DAN
DILAKUKAN DALAM

BEBERAPA PRINSIP UTAMA KUR-2013
1. SKL diturunkan dari kebutuhan.
2. Standar Isi (KD) diturunkan dari SKL melalui KI (bebas mata
pelajaran).
3. Semua mapel harus berkontribusi terhadap pencapaian
kompetensi peserta didik (pengetahuan, keterampilan, dan
pembentukan siap).
4. Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai.
5. Semua mata elajaran diikat oleh kompetensi inti.
6. Keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses
pembelajaran, dan penilaian.

Oleh karena itu, untuk merancang RPP dengan baik,
maka SKL, KI, dan KD perlu dianalisis dan
diselaraskan dengan isi/materi, proses
pembelajaran (pendekatan/ model/strategi/metode),
IPK, tujuan pembelajaran, dan penilaian atau
asesmen.

ulusan, Isi, Struktur,
Pembelajaran,
Proses Penilaian,
Tema Proses
Kurikulum
2013
Buku*
Kurikulum yang
dapat
menghasilkan
insan indonesia
yang:
Produk
tif
Kreatif
Inovati
f
Afektif

Produktif,
Kreatif,
Inovatif,
Afektif
melalui
penguatan
Sikap,
Keterampilan,
dan
Pengetahuan

ANALISIS KI/KD dan PERANCANGAN RPP
 Dalam proses perancangan dan

pembelajaran alur yang digunakan
adalah: bermula di KD pada KI-3  KD
pada KI 4 dan selanjutnya berdampak
pada terbentuknya KD pada KI-2 dan KI1

 Setelah KI-3 dan KI-4 tuntas dianalisis,

lalu diturunkan materi yang relevan dan
rancangan skenario pembelajaran
termasuk penugasan dan penilaian.
 Berdasarkan aktivitas belajar dan
penugasan tersebut dirancang indikator
KD pada KI-1 dan KI-2 secara
terintegrasi. Rumusan indikator dari KD
pada KI-1 dan KI-2 tidak harus
dimuat/ditulis dalam RPP, namun
19

KI, DAN KD
 Mencermati SKL, KI, dan KD yang ada/tertulis di









Buku Guru apakah sesuai dan konsisten dengan
regulasi Kur-2013 atau tidak?
Mencermati apakah rumusan IPK benar, diturunkan
dari KD dan mencerminkan pencapaian kompetensi
peserta didik?
Mencermati apakah rumusan tujuan pembelajaran
benar, diturunkan dari IPK dan mencerminkan
pencapaian komptensi peserta didik?
Mencermati apakah kesesuaian, cakupan, dan
keakuratan materi pembelajaran terpenuhi dan
mencerminkan pencapaian komptensi peserta didik?
Mencermati apakah kegiatan pembelajaran sesuasi
dengan tujuan pembelajaran dan mencerminkan
pencapaian komptensi peserta didik?

KI, DAN KD
 Mencermati apakah rancangan pembelajaran

menggunakan pendekatan dan model
pembelajaran yang disarankan dalam regulasi
Kur-2013 atau tidak?
 Mencermati apakah alat, media dan sumber
belajar yang digunakan sesuai dengan
karakteristik siswa, materi dan dapat mendukung
pencapaian kompetensi peserta didik atau tidak?
 Mencermati apakah penilaian yang digunakan
mengacu pada sistem penilain yang disarankan
dalam Kur-2013 atau tidak?
 Mencermati apakah penilaian yang digunakan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan dan mencerminkan aspek kompetensi

 Analisis SKL, KI, KD, IPK,

Tujuan Pembelajaran, Materi
Pembelajaran, Alat, Media dan
Sumber Belajar, Kegiatan
Pembelajaran, dan Sistem
Penilaian dalam Buku Guru dan
Buku Siswa dapat menggunakan
format-format yang tersedia
sebagai perangkat analisis Kur2013

TERIMA KASIH

WASSALAM

Pendekatan Saintifk
dalam Implementasi
Kurikulum 2013
Oleh:

LA MARONTA GALIB
DOSEN PRODI PEND-FISIKA PMIPA FKIP UHO

Materi Pembekalan Asesor PLPG Rayon 126 UHO,
Tanggal 1 Agustus 2014, di Hotel Imperial Kota Kendari

a
d
pa m
n la n
a
k da ka
n
a rn na
k
e de gu h.
n
e
o ng ia
m m e lm
3 ik m /i
1
g
k
20 go itu tif
a ya in
m
d
u e n, sa
l
u ip a n
k
i ns jar ta
r
Ku ime ela eka
d mb nd
pe pe

Kriteria Pembelajaran dengan
Pendekatan Saintifk
1.Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau

fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika
atau penalaran tertentu; bukan sebatas kirakira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2.Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi

edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka
yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir
logis.
3.Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir

secara kritis, analistis, dan tepat dalam
mengidentifkasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan materi

26

Kriteria Pembelajaran dengan
Pendekatan Saintifk (Lanjutan)
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu

berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan satu sama lain dari
materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu

memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional
dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta

empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara

27

Prinsip Pembelajaran dengan
Pendekatan Saintifk
Proses pembelajaran menyentuh
tiga ranah, yaitu: sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Sikap
(Tahu Mengapa)

Produktif
Inovatif
Kreatif
Afektif

Keterampilan
(Tahu Bagaimana)

Pengetahuan
(Tahu Apa)

Hasil belajar melahirkan peserta didik yang
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui

28

Prinsip Pembelajaran dengan
Pendekatan Saintifk (Lanjtan)
 Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau

materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
 Ranah keterampilan menggamit transformasi

substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
bagaimana”.
 Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi

atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
 Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan

antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik
(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills)
dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
29

PRINSIP-PRINSIP KEGIATAN
PEMBELAJARAN
1. peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;
2. peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar;
3. proses pembelajaran menggunakan pendekatan
4.
5.
6.
7.
8.

ilmiah;
pembelajaran berbasis kompetensi;
pembelajaran terpadu;
pembelajaran yang menekankan pada jawaban
divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi;
pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;
peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan
keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills;

30

PRINSIP-PRINSIP KEGIATAN
PEMBELAJARAN (Lanjutan)
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang
hayat;
10.pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun
kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut
wuri handayani);
11.pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan
di masyarakat;
12.pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan efsiensi dan efektivitas pembelajaran;
13.pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang
budaya peserta didik; dan
14.suasana belajar menyenangkan dan menantang.

31

Langkah-Langkah
Pembelajaran dengan
Pendekatan Saintifk

Pembelajaran dengan pendekatan saintifk adalah
pembelajaran dengan langkah utama yang terdiri atas
kegiatan mengamati (untuk mengidentifkasi hal-hal
yang ingin diketahui), menanya atau merumuskan
pertanyaan
(dan
merumuskan
hipotesis),
mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan
berbagai teknik, mengasosiasi/menganalisis/mengolah
data (informasi) dan menarik kesimpulan serta
mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan
kegiatan mencipta.
32

Observing
(mengamat
i)

Questioni
ng
(menanya
)

Experime
n-ting
(mengum
pulkan
informasi)

Associatin
g
(menalar)

Networkin
g
(membent
uk
Jejaring)

Pendekatan Saintifk/Ilmiah dalam
Pembelajaran
33

LANGKAH PEMBELAJARAN
LANGKAH
PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR

KOMPETENSI YANG
DIKEMBANGKAN

MENGAMATI

MEMBACA, MENDENGAR,
MENYIMAK, MELIHAT
(TANPA ATAU DENGAN
ALAT)

MELATIH KESUNGGUHAN,
KESABARAN, KETELITIAN
DAN KEMAMPUAN
MEMBEDAKAN INFORMASI
YANG UMUM DAN KHUSUS,
KEMAMPUAN BERPIKIR
ANALITIS, KRITIS, DEDUKTIF,
DAN KOMPREHENSIF

MENANYA

MENGAJUKAN
PERTANYAAN TENTANG
INFORMASI YANG TIDAK
DIPAHAMI DARI APA YANG
DIAMATI ATAU
PERTANYAAN UNTUK
MENDAPATKAN INFORMASI
TAMBAHAN TENTANG APA
YANG DIAMATI
(DIMULAI DARI
PERTANYAAN FAKTUAL
SAMPAI KE PERTANYAAN

MENGEMBANGKAN
KREATIVITAS, RASA INGIN
TAHU, KEMAMPUAN
MERUMUSKAN PERTANYAAN
UNTUK MEMBENTUK CRITICAL
MINDS YANG PERLU UNTUK
HIDUP CERDAS DAN BELAJAR
SEPANJANG HAYAT

LANGKAH
PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR

MENGUMPULKAN MELAKUKAN EKSPERIMEN
INFORMASI/
-MEMBACA SUMBER LAIN
EKSPERIMEN
SELAIN BUKU TEKS
-MENGAMATI OBJEK/KEJADIAN/
AKTIVITAS
-WAWANCARA DENGAN NARA
SUMBER

KOMPETENSI YANG
DIKEMBANGKAN
MENGEMBANGKAN
SIKAP TELITI,
JUJUR,SOPAN,
MENGHARGAI
PENDAPAT ORANG
LAIN, KEMAMPUAN
BERKOMUNIKASI,
MENERAPKAN
KEMAMPUAN
MENGUMPULKAN
INFORMASI MELALUI
BERBAGAI CARA YANG
DIPELAJARI,
MENGEMBANGKAN
KEBIASAAN BELAJAR
DAN BELAJAR
SEPANJANG HAYAT.

LANGKAH
PEMBELAJARAN
MENGASOSIASI

KEGIATAN BELAJAR

KOMPETENSI YANG
DIKEMBANGKAN

-MENGOLAH INFORMASI YAG
SUDAH DIKUMPULKAN BAIK
TERBATAS DARI HASIL
KEGIATAN MENGUMPULKAN/
EKSPERIMEN MAU PUN HASIL
DARI KEGIATAN MENGAMATI
DAN KEGIATAN
MENGUMPULKAN INFORMASI.
-PENGOLAHAN INFORMASI YANG
DIKUMPULKAN DARI YANG
BERSIFAT MENAMBAH
KELUASAN DAN KEDALAMAN
SAMPAI KEPADA PENGOLAHAN
INFORMASI YANG BERSIFAT
MENCARI SOLUSI DARI
BERBAGAI SUMBER YANG
MEMILIKI PENDAPAT YANG
BERBEDA SAMPAI KEPADA YANG
BERTENTANGAN

MENGEMBANGKAN
SIKAP JUJUR, TELITI,
DISIPLIN, TAAT
ATURAN, KERJA KERAS,
KEMAMPUAN BERPIKIR
KORELATIF DAN
ASOSIASI, KEMAMPUAN
MENERAPKAN
PROSEDUR DAN
KEMAMPUAN BERPIKIR
INDUKTIF SERTA
DEDUKTIF DALAM
MENYIMPULKAN .

LANGKAH
PEMBELAJARAN
MENGOMUNIKASIKAN

KEGIATAN BELAJAR
MENYAMPAIKAN HASIL
PENGAMATAN,
KESIMPULAN
BERDASARKAN HASIL
ANALISIS SECARA LISAN,
TERTULIS, ATAU MEDIA
LAINNYA

KOMPETENSI YANG
DIKEMBANGKAN
MENGEMBANGKAN
SIKAP JUJUR, TELITI,
TOLERANSI,
KEMAMPUAN BERPIKIR
SISTEMATIS,
MENGUNGKAPKAN
PENDAPAT DENGAN
SINGKAT DAN JELAS,
DAN MENGEMBANGKAN
KEMAMPUAN
BERBAHASA YANG BAIK
DAN BENAR.

Dapat dilanjutkan dengan Mencipta:
Peserta didik menginovasi, mencipta,
mendisain model, rancangan, produk (karya)
berdasarkan pengetahuan yang dipelajari.

DENGAN PENDEKATAN
SAINTIFIK
1. Bertindak sebagai fasilitator.
2. Mengatur/mengarahkan kegiatan-kegiatan

belajar.
3. Memberi umpan balik.
4. Memberikan penjelasan.
5. Memberi konfrmasi
6. ...
GURU TIDAK SEKEDAR MEMBIARKAN
PESERTA DIDIK MEMPEROLEH/
MENGKONSTRUK PENGETAHUAN SENDIRI.
GURU MEMBERI SETIAP BANTUAN YANG
DIPERLUKAN OLEH PESERTA DIDIK.

38

PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN
SAINTIFIK
1. Tahap

mengamati: Membantu peserta didik
menemukan/ mendaftar/menginventarisasi apa
saja yang ingin/perlu diketahui sehingga dapat
melakukan/menciptakan sesuatu.
2. Tahap Menanya: Membantu peseserta didik
merumuskan pertanyaan berdasarkan daftar halhal yang perlu/ingin diketahui agar dapat
melakukan/menciptakan sesuatu.
3. Tahap Mencoba/mengumpulkan data (informasi):
Membantu peserta didik merencanakan dan
memperoleh data/informasi untuk menjawab
pertanyaan yang telah dirumuskan.
4. Tahap
Mengasosiasikan/menganalisis/mengolah
data
(informasi):
Membantu
peserta
didik
mengolah/
menganalisis
data/informasi
dan 39

PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN
SAINTIFIK
5. Tahap Mengkomunikasikan: Manager,
pemberi umpan balik, pemberi penguatan,
pemberi penjelasan/ informasi lebih luas.
6. Tahap Mencipta: memberi
contoh/gagasan, menyediakan pilihan,
memberi dorongan, memberi penghargaan,
sebagai anggota yang terlibat langsung.

40

PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bertindak sebagai fasilitator.
Mengatur/mengarahkan kegiatan-kegiatan belajar.
Memberi umpan balik.
Memberikan penjelasan.
Memberi konfrmasi
...

GURU TIDAK SEKEDAR MEMBIARKAN PESERTA DIDIK
MEMPEROLEH/MENGKONSTRUK PENGETAHUAN SENDIRI.
GURU MEMBERI SETIAP BANTUAN YANG DIPERLUKAN
OLEH PESERTA DIDIK.

41

PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Tahap mengamati: Membantu peserta didik menemukan/

mendaftar/menginventarisasi apa saja yang ingin/perlu
diketahui
sehingga
dapat
melakukan/menciptakan
sesuatu.
2. Tahap Menanya: Membantu peseserta didik merumuskan
pertanyaan berdasarkan daftar hal-hal yang perlu/ingin
diketahui agar dapat melakukan/menciptakan sesuatu.
3. Tahap
Mencoba/mengumpulkan
data
(informasi):
Membantu peserta didik merencanakan dan memperoleh
data/informasi untuk menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan.
4. Tahap
Mengasosiasikan/menganalisis/mengolah
data
(informasi):
Membantu
peserta
didik
mengolah/menganalisis data/informasi dan menarik
kesimpulan.

42

PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

5. Tahap Mengkomunikasikan: Manager,
pemberi umpan balik, pemberi penguatan,
pemberi penjelasan/ informasi lebih luas.
6. Tahap Mencipta: memberi contoh/gagasan,
menyediakan pilihan, memberi dorongan,
memberi penghargaan, sebagai anggota yang
terlibat langsung.

43

TERIMA KASIH

WASSALAM

Penilaian Autentik
dalam Implementasi
Kurikulum 2013
Oleh:

LA MARONTA GALIB
DOSEN PRODI PEND-FISIKA PMIPA FKIP UHO

Materi Pembekalan Asesor PLPG Rayon 126 UHO,
Tanggal 1 Agustus 2014, di Hotel Imperial Kota Kendari

Autentik
1. Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah

pengukuran yang bermakna secara signifkan atas
hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
2. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian,

pengukuran, pengujian, atau evaluasi.
3. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata,

valid, atau reliabel.
4. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna

secara signifkan dibandingkan dengan tes pilihan
ganda terstandar sekali pun.
5. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk

mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik,
guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan
konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan 46

B. Penilaian Autentik dan Tuntutan
Kurikulum 2013
1. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap

pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai
dengan tuntutan Kurikulum 2013.
2. Penilaian tersebut mampu menggambarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam
rangka mengobservasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring, dan lain-lain.
3. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas
kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta
didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam
pengaturan yang lebih autentik.
4. Penilaian autentik sangat relevan dengan
pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran,
khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata47

B. Penilaian Autentik dan Tuntutan
Kurikulum 2013 (lanjutan)
5. Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan

penilaian yang menggunakan standar tes
berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah,
menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.
6. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak

diantikan dalam proses pembelajaran, karena
memang lazim digunakan dan memperoleh
legitimasi secara akademik.
7. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri,

guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan
peserta didik.
8. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan

siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik48

B. Penilaian Autentik dan Tuntutan
Kurikulum 2013 (Lanjutan)
9. Peserta didik diminta untuk merefeksikan dan

mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka
meningkatkan pemahaman yang lebih dalam
tentang tujuan pembelajaran serta mendorong
kemampuan belajar yang lebih tinggi.
10. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria

yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan,
kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh
dari luar sekolah.
11. Penilaian autentik mencoba menggabungkan

kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar,
motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta
keterampilan belajar.
49
12. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses

B. Penilaian Autentik dan Tuntutan
Kurikulum 2013 (Lanjutan)
13.Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan

berkontribusi untuk mendefnisikan harapan atas
tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
14.Penilaian autentik sering digambarkan sebagai
penilaian atas perkembangan peserta didik, karena
berfokus pada kemampuan mereka berkembang
untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.
15.Penilaian autentik harus mampu menggambarkan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang
sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik,
bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya,
dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu
menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
16.Atas dasar itu, guru dapat mengidentifkasi materi
apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi
50

 C. Penilaian Autentik dan
Pembelajaran Autentik
1. Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran yang

autentik pula.
2. Menurut Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas

dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam
kenyataannya di luar sekolah.
3. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.

Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta
didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang
pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua,
penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan
keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks.
Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk
menghasilkan respon peserta didik atas perolehan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
51

 C. Penilaian Autentik dan
Pembelajaran Autentik
4. Penilaian autentik akan bermakna bagi guru

untuk menentukan cara-cara terbaik agar
semua siswa dapat mencapai hasil akhir,
meski dengan satuan waktu yang berbeda.
5. Konstruksi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan dicapai melalui penyelesaian
tugas di mana peserta didik telah
memainkan peran aktif dan kreatif.
6. Keterlibatan peserta didik dalam

melaksanakan tugas sangat bermakna bagi
perkembangan pribadi mereka.
52

Pembelajaran Autentik
7. Dalam pembelajaran autentik, peserta didik

diminta mengumpulkan informasi dengan
pendekatan scientifc, memahami aneka
fenomena atau gejala dan hubungannya satu
sama lain secara mendalam, serta mengaitkan
apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang ada
di luar sekolah.
8. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab

atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa
yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter
waktu yang feksibel, dan bertanggungjawab
untuk tetap pada tugas.
9. Penilaian autentik pun mendorong peserta didik

mengkonstruksi, mengorganisasikan,

53

 C. Penilaian Autentik dan
Pembelajaran Autentik
Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.”
Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan
juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran
autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu:
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan
peserta didik serta desain pembelajaran.
2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik
untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya
dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan
sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan
akuisisi pengetahuan.
3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi

baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta

didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari
dunia di luar tembok sekolah.
54

 D. Jenis-jenis Penilaian
Autentik

1.Penilaian
2.Penilaian
3.Penilaian
4.Penilaian

Kinerja
Proyek
Portofolio
Tertulis
55

1. Penilaian
Kinerja
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan
parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses
dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat
melakukannya dengan meminta para peserta didik
menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan
mereka gunakan untuk menentukan kriteria
penyelesaiannya.
Berikut ini cara merekam hasil penilaian berbasis
kinerja.
1.Daftar cek (checklist).
2.Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative
records).

56

Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan
penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh
peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian
tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh
peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam
penilaian proyek.
1. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari
dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis,
memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis
laporan.
2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan oleh peserta didik.
57

Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian
atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai
sebagai hasil kerja dari dunia nyata.
Penilaian portofolio bisa berangkat dari
hasil kerja peserta didik secara
perorangan atau diproduksi secara
berkelompok, memerlukan refeksi
peserta didik, dan dievaluasi
berdasarkan beberapa dimensi.
58

3. Portofolio
(lanjutan)
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkahlangkah seperti berikut ini.
1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian
portofolio.
2. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis
portofolio yang akan dibuat.
3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri
atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio
pembelajaran.
4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta
didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal
pengumpulannya.
5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria
tertentu.
6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik
membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
59

4. Penilaian Tertulis
 Tes tertulis berbentuk uraian atau esai

menuntut peserta didik mampu
mengingat, memahami,
mengorganisasikan, menerapkan,
menganalisis, mensintesis,
mengevaluasi, dan sebagainya atas
materi yang sudah dipelajari. Tes
tertulis berbentuk uraian sebisa
mungkin bersifat komprehensif,
sehingga mampu menggambarkan
ranah sikap, pengetahuan, dan

60

LANGKAH
PENGEMBANGAN
ASESMEN AUTENTIK
ANALISIS KI, KD, IPK, TP, DAN
MATERI
PENENTUAN TUGAS
AUTENTIK

PENENTUAN KRITERIA
PEMBUATAN RUBRIK

Discovery Learning
Implementasi
Kurikulum 2013
Oleh:

LA MARONTA GALIB
DOSEN PRODI PEND-FISIKA PMIPA FKIP UHO

Materi Pembekalan Asesor PLPG Rayon 126 UHO,
Tanggal 1 Agustus 2014, di Hotel Imperial Kota Kendari

MODEL PEMBELAJARAN
PENEMUAN
(DISCOVERY LEARNING)

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Defnisi/Konsep
 Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang

didefnisikan sebagai proses pembelajaran yang
terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran
dalam bentuk fnalnya, tetapi diharapkan siswa
mengorganisasi sendiri.
 Sebagai strategi belajar, Discovery Learning
mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri
(inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan
yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery
Learning lebih menekankan pada ditemukannya
konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada
discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa
semacam masalah yang direkayasa oleh guru

Defnisi/Konsep
 Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru

berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat
guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin
merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented
menjadi student oriented.
 Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan

kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver,
seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak
disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat

Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
 Membantu siswa untuk memperbaiki dan







meningkatkan keterampilan-keterampilan dan prosesproses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana
cara belajarnya.
Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini
sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan
pengertian, ingatan dan transfer.
Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena
tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan
cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan
belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan

Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
 Metode ini dapat membantu siswa memperkuat








konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan
bekerja sama dengan yang lainnya.
Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama
aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan
gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai
peneliti di dalam situasi diskusi.
Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keraguraguan) karena mengarah pada kebenaran yang fnal
dan tertentu atau pasti.
Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih
baik;
Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer
kepada situasi proses belajar yang baru;

Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
 Mendorong siswa berfkir dan bekerja atas inisiatif







sendiri;
Mendorong siswa berfkir intuisi dan merumuskan
hipotesis sendiri;
Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi
proses belajar menjadi lebih terangsang;
Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa
menuju pada pembentukan manusia seutuhnya;
Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan
berbagai jenis sumber belajar;
Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan
individu.

Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan
 Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan

pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai,
akan mengalami kesulitan abstrak atau berfkir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep,
yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya
akan menimbulkan frustasi.
 Metode ini tidak efsien untuk mengajar jumlah siswa
yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama
untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
 Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini
dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang
telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

Kelemahan Pembelajaran Penemuan

 Pengajaran discovery lebih cocok untuk

mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan
dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
 Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA
kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang
dikemukakan oleh para siswa
 Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan
untuk berfkir yang akan ditemukan oleh siswa
karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL
DISCOVERY LEARNING
FASE 1:
PEMBERIAN
RANGSANGAN
(SIMULATION)

FASE 2:
IDENTIFIKASI
MASALAH
(PROBLEM
STATEMENT)

FASE 6: MENARIK
KESIMPULAN
(GENERALIZATION)

FASE 3:
PENGUMPULAN
DATA (DATA
COLLECTION)

FASE 5:
PEMBUKTIAN
(VERIFICATION)

FASE 4:
PENGOLAHAN DATA
(DATA PROCESSING)

Langkah-Langkah Operasional
Fase 1: Pemberian Rangsangan (Stimulation)
a. Peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian
dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi,
agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
b. Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
c. Stimulasi pada fase ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang
dapat mengembangkan dan membantu siswa
dalam mengeksplorasi bahan.

Lanjutan
Fase 2: Identifkasi Masalah (Problem
Identifcation)
a. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifkasi sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah).
b. Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau
hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban
sementara atas pertanyaan yang diajukan.

lanjutan
Fase 3: Pengumpulan Data (Data Collection)
a. Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi

kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi yang relevan sebanyakbanyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis.
b. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab

pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis. Dengan demikian peserta didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,
melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

lanjutan
Fase 4: Pengolahan Data (Data Processing)
a. Pengolahan data merupakan kegiatan

mengolah data dan informasi baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan.
b. Semua informasi hasil bacaan, wawancara,

observasi, dan sebagainya, semuanya diolah,
diacak, diklasifkasikan, ditabulasi, bahkan bila
perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu

lanjutan
Fase 5: Pembuktian (Verifcation)
a. Peserta didik melakukan pemeriksaan secara

cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan
data.
b. Verifkasi menurut Bruner, bertujuan agar proses

belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya.

lanjutan
Fase 6: Menarik Kesimpulan (Generalization)
a. Menarik kesimpulan adalah proses menarik

sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan
prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifkasi.
b. Berdasarkan hasil verifkasi maka dirumuskan

prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

SISTEM PENILAIAN

 Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning,

penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes
maupun nontes.
 Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian

kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa.
Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka
dalam model pembelajaran discovery learning dapat
menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya
menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian
hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat
dilakukan dengan pengamatan.

Learning
Implementasi
Kurikulum 2013
Oleh:

LA MARONTA GALIB
DOSEN PRODI PEND-FISIKA PMIPA FKIP UHO

Materi Pembekalan Asesor PLPG Rayon 126 UHO,
Tanggal 1 Agustus 2014, di Hotel Imperial Kota Kendari

MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Defnisi/Konsep
 Pembelajaran berbasis masalah merupakan

sebuah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar.
 Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran

berbasis masalah, peserta didik bekerja
dalam tim untuk memecahkan masalah dunia
nyata (real world)

81

KELEBIHAN PBL
 1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran

bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik
yang belajar memecahkan suatu masalah
maka mereka akan menerapkan pengetahuan
yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika
peserta didik/mahapeserta didik berhadapan
dengan situasi di mana konsep diterapkan

82

KELEBIHAN PBL
 (2) Dalam situasi PBL, peserta

didik/mahapeserta didik mengintegrasikan
pengetahuan dan ketrampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam
konteks yang relevan
 (3) PBL dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta
didik/mahapeserta didik dalam bekerja,
motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal
83
dalam bekerja kelompok.

Langkah-langkah Operasional dalam
Proses Pembelajaran

1. Konsep Dasar (Basic Concept)
Fasilitator memberikan konsep dasar,
petunjuk, referensi, atau link dan skill yang
diperlukan dalam pembelajaran tersebut.
Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih
cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran
dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang
arah dan tujuan pembelajaran

84

Langkah-langkah Operasional dalam
Proses Pembelajaran

2. Pendefnisian Masalah (Defning the
Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan
skenario atau permasalahan dan peserta
didik melakukan berbagai kegiatan
brainstorming dan semua anggota kelompok
mengungkapkan pendapat, ide, dan
tanggapan terhadap skenario secara bebas,
sehingga dimungkinkan muncul berbagai
macam alternatif pendapat
85

. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat
memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang
dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang
tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan
pakar dalam bidang yang relevan.
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1)
agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan
pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang
telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan
informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
86

4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange
knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk
keperluan pendalaman materi dalam langkah
pembelajaran mandiri, selanjutnya pada
pertemuan berikutnya peserta didik
berdiskusi dalam kelompoknya untuk
mengklarifkasi capaiannya dan merumuskan
solusi dari permasalahan kelompok.
Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan
dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai
87
kelompok dan fasilitatornya.

5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap
(attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan
yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah
semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari
penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian.
88

Contoh Penerapan
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam
kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk
mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.
Kemudian peserta didik diminta mencatat masalahmasalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta
didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan
masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan
peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi,
dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari
mereka.
89

Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh
pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang
dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta
didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas.
Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman
langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman
belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan
peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar
kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.

90

Contoh Penerapan
FASE-FASE

PERILAKU GURU

Tahapan-Tahapan
Model
PBL
Fase 1
 Menjelaskan
tujuan
pembelajaran, menjelaskan
logistik yg dibutuhkan
Orientasi peserta didik kepada
 Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif
masalah
dalam pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik

Membantu peserta didik mendefnisikan
danmengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut

Fase 3
Membimbing penyelidikan individu
dan kelompok

Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah

Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya

Membantu peserta didik dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, model dan berbagi tugas dengan teman

Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari /meminta kelompok presentasi
hasil kerja

91

SISTEM PENILAIAN
 Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek

pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap
(attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan
yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah
semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
 Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari
penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan
dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama
dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot
penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru
mata pelajaran yang bersangkutan.
92

SISTEM PENILAIAN
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan
authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan
portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaanpekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar
dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan
pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara
evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.
 Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri
terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada
tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam
belajar.
 Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk
memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugastugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam
kelompoknya

93

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
PROYEK (PROJECT BASED
LEARNING)

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Defnisi/Konsep
 Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based

Learning=PjBL) adalah metoda pembelajaran yang
mengguna

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124