PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH VERSUS KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA Fitriati

Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH VERSUS KOOPERATIF
TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MEMECAHKAN MASALAH SISWA
Fitriati1

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan memecahkan masalah
siswa setelah diajarkan dengan kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran berbasis masalah
(PBM) pada pokok bahasan aritmatika sosial. Jenis penelitian ini adalah quasieksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Putri Betung.
Sampel terdiri dari 68 orang yaitu siswa kelas VII-8 sebagai kelas kooperatif tipe jigsaw
dan siswa kelas VII-9 sebagai kelas pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan jumlah
siswa masing-masing berjumlah 34 orang. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
dengan instrumen berupa tes uraian yang telah valid dengan reliabilitas tinggi yaitu 0,710
dengan jumlah soal sebanyak 5 butir. Nilai rata-rata hasil pretes pada kelas Jigsaw 22,06
dan nilai rata-rata hasil pretes kelas PBM 19,32. Dari uji hipotesis data pretes kedua
sampel diperoleh thitung = 1,087 < ttabel = 1,669, artinya H0 diterima sehingga tidak ada
perbedaan kemampuan awal pada kedua kelas. Nilai rata-rata hasil postes pada kelas
Jigsaw 30,12 dan nilai rata-rata hasil postes kelas PBM 25,24. Dan uji hipotesis data
postes kedua sampel diperoleh –ttabel (-1,669) < thitung (1,821) < ttabel (1,669), artinya H0

ditolak dan Ha diterima sehingga ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah pada
kedua kelas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara
kemamapuan pemecahkan masalah siswa yang diajar dengan menggunakan kooperatif tipe
jigsaw dan pembelajaran berbasis masalah (PMB) pada pokok bahasan aritmatika sosial.
Kata Kunci: Kemampuan memecahkan masalah, metode kooperatif tipe jigsaw,
pembelajaran berbasis masalah

1

Fitriati, Dosen Prodi Pendidikan Matematika – STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Email: fitri_kindy@yahoo.com

ISSN 2354-0074

Volume I. Nomor 1. April 2014 | 33

Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...

pada

Pendahuluan

Matematika sebagai salah satu mata
pelajaran dinilai cukup memegang peranan
penting dalam membentuk siswa menjadi
berkualitas, karena matematika merupakan
suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu
secara logis dan sistematik. Besamya peranan
matematika tersebut menurut siswa harus
mampu

menguasai

Cocroft

(dalam

pelajaran

Abdurrahman

matematika.

2003:253)

mengemukakan bahwa: “Matematika perlu
diajarkan kepada siswa karena: (1). Selalu
digunakan dalam segala segi kehidupan; (2).
Semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; (3). Merupakan
sarana komunikasi yang kuat, singkat dan
jelas; (4). Dapat digunakan untuk menyajikan
informasi

dalam

Meningkatkan

berbagai

kemampuan

cara;


(5).

berfikir logis,

ketelitian dan kesadaran keruangan; (6).
Memberikan

kemampuan

terhadap

usaha

memecahkan masalah yang matang”.
Selanjutnya Hudojo (1988:3) juga
mengatakan bahwa: “Matematika berfungsi
mendasari perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Merupakan pengetahuan yang
esensial sebagai dasar untuk bekerja seumur

hidup dalam abad globalisasi. Karena itu
tingkat penguasaan matematika pada tingkat
tertentu diperlukan bagi semua siswa agar
kelak dalam hidupnya mendapat pekerjaan
yang baik”.
Namun tingginya untuk menguasai
matematika tidak berbanding lurus dengan
hasil belajar matematika siswa. Kenyataan
yang ada menunjukkan hasil belajar siswa
ISSN 2354-0074

bidang

studi

matematika

kurang

menggembirakan. Hal tersebut ditunjukkan

dari beberapa fakta, seperti: Hasil Programme
for Intemasional Student Assessment (PISA)
2006, kualitas pendidikan Indonesia berada
pada peringkat 50 dari 57 negara untuk bidang
Matematika, dan juga peringkat 50 dari 57
negara untuk bidang Sains. Selanjutnya hasil
Trend in Internasional Mathematics and
Science

Study

(TIMSS)

2007,

kualitas

pendidikan Indonesia berada pada peringkat
36 dari 48 negara untuk bidang Matematika,
dan peringkat 35 dari 48 negara untuk bidang

Sains.
Senada dengan keterangan di atas,
Suharyanto
menyatakan

(http://smu-net.com.2008)
bahwa:

“Mata

pelajaran

matematika masih merupakan penyebab utama
siswa tidak lulus UAN 2007. Dari semua
peserta yang tidak lulus sebanyak 24,44%
akibat jatuh dalam pelajaran matematika,
sebanyak 7,69% akibat pelajaran bahasa
inggris dan 0,46% akibat mata pelajaran
bahasa Indonesia”.
Tinggi rendahnya kemampuan dan

hasil belajar matematika siswa dalam suatu
proses

pembelajaran

beberapa
banyaknya

faktor.
siswa

dipengaruhi
Diantaranya,
yang

oleh
karena

menganggap


matematika sulit dipelajari. Seperti yang
diungkapkan Abdurrahman (2003:252) yaitu:
“Dari bidang studi yang diajarkan disekolah,
matematika merupakan bidang studi yang
dianggap paling sulit oleh para siswa baik
yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih
yang berkesulitan belajar”.

Volume I. Nomor 1. April 2014 | 34

Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...

Kesulitan

tersebut

terletak

pada


pembelajaran.

Seperti

memberikan

sulitnya siswa menyelesaikan soal cerita

kesempatan kepada siswa untuk mengadakan

matematika serta kurangnya petunjuk tentang

perbincangan

langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau

membuat kalimat matematika. Abdurrahman


menyusun alternatif pemecahan atas suatu

(2003:257) mengemukakan bahwa: “Dalam

masalah.

menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak

yang

ilmiah

guna

Agar kemampuan pemecahan masalah

yang mengalami banyak kesulitan. Kesulitan

dalam

tersebut tampak terkait dengan pengajaran

dibutuhkan peran aktif siswa. Oleh karena itu

yang

kalimat

diusahakan suatu pendekatan pembelajaran

matematika tanpa terlebih dahulu memberikan

yang mengaktifkan siswa dalam proses belajar

petunjuk tentang langkah-langkah yang harus

mengajar. Cara belajar aktif merupakan cara

ditempuh”.

Kesulitan

belajar yang dituntut dari siswa agar meraka

matematika

mengakibatkan

menuntut

anak

membuat

dalam

belajar

kemampuan

matematika

menghafalkan

konsep-konsep

berhasil

maka

dapat meningkatkan prestasi belajar.

pemecahan masalah siswa rendah. Siswa
cenderung

dapat

Kooperatif tipe jigsaw meningkatkan
rasa

tanggung

jawab

siswa

terhadap

matematika sehingga kemampuan siswa dalam

pembelajarannya

memecahkan masalah sangat kurang.

pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

sendiri

dan

juga

Selain kesulitan belajar yang dihadapi

mempelajari materi yang diberikan, tetapi

oleh siswa itu sendiri, rendahnya kemampuan

mereka juga harus siap memberikan dan

pemecahan masalah matematika siswa juga

mengajarkan materi tersebut pada anggota

disebabkan oleh metode pembelajaran yang

kelompok

masih berpusat pada guru. Seperti model

bekerjasama

pembelajaran

mempelajari materi yang ditugaskan.

yang

digunakan

kurang

bervariasi dan cenderung monoton yang

yang

lain.

cara

Meningkatkan

kooperatif

Pembelajaran

untuk

Berbasis

Masalah

melibatkan siswa pasif dan tidak termotivasi.

(PBM) dapat diartikan sebagai rangkaian

Sehingga siswa merasa jenuh dan bosan yang

aktifitas

menyebabkan pencapaian kemampuan dan

kepada proses penyelesaian masalah yang

hasil belajar tidak optimal. Oleh karena itu,

dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri

guru harus dituntut untuk menciptakan dan

utama dari PBM. Pertama, PBM merupakan

menerapkan suatu strategi dalam pembelajaran

rangkaian

matematika.

dalam implementasi PBM ada sejumlah

Dalam
kemampuan
hendaknya

upaya
pemecahan

guru

membiasakan
pemecahan

meningkatkan
masalah

berusaha

melatih

siswa

melakukan

masalah

dalam

ISSN 2354-0074

siswa,
dan

bentuk
kegiatan

pembelajaran

aktifitas

yang

menekankan

pembelajaran,

artinya

kegiatan yang harus dilakukan siswa. PMB
tidak mengharapkan siswa hanya sekedar
mendengarkan,

mencatat,

kemudian

menghafal materipelajaran, akan tetapi melalui
PBM

siswa

aktif

berpikir,

komunikasi,

Volume I. Nomor 1. April 2014 | 35

Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...

mencari dan mengelola data, dan akhirnya

coba instrument dipilih kelas VII; untuk

menyimpulkan. Kedua, aktifitas pembelajaran

melihat karakteristik tes.

diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Instrumen penelitian sebagai alat

PBM menempatkan masalah sebagai

yang digunakan dalam mengumpulkan data

kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya,

pada penelitian ini adalah tes. Penelitian ini

tanpa masalah tidak mungkin ada proses

menggunakan tes kemampuan pemecahan

pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah

masalah matematika siswa berbentuk pilihan

dilakukan dengan menggunakan pendekatan

essay sebanyak lima soal.

berpikir

secara

ilmiah.

dengan

Tes kemampuan pemecahan masalah

menggunakan metode ilmiah adalah proses

matematika siswa merupakan kemampuan

berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir

pemecahan masalah yang berfungsi untuk

ini dilakukan secara sistematis dan empiris.

mengungkapkan

Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan

masalah matematika siswa dalam situasi

melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan

tertentu. Tes tersebut disusun berdasarkan

empiris artinya proses penyelesaian masalah

pada materi ajar secara langsung. Dalam

didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

matematika, masalah dapat diartikan sebagai

Sehingga

soal.

perlu

kemampuan

Berpikir

ditelusuri

siswa

perbedaan

memecahkan

kemampuan

pemecahan

masalah

Sebelum tes ini digunakan sebagai

dengan menerapkan kooperatif tipe jigsaw dan

alat pengumpulan data (instrument penelitian)

pembelajaran berbasis masalah.

terlebih dahulu di ujicobakan kepada kelas
yang lain yang bukan sampel penelitian. Untuk

Metode Penelitian

itu diperlukan validitas tes, tingkat kesukaran,

Jenis penelitian ini adalah quasi

daya beda,dan reliabilitas tes. Adapun analisis

eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti

data dilakukan dengan menguji hipotesis yang

mengumpulkan

telah dirumuskan

data

dengan

memberikan

perlakuan yang berbeda pada dua kelompok

Hasil Penelitian dan Pembahasan

sampel penelitian. Penelitian ini dilaksanakan
akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Putri

Setelah diketahui bahwa data kedua

Betung pada Tahun Ajaran 2012/2013. Tehnik

kelas berdistribusi normal dan homogen,

pengambilan sampel penelitian ini dilakukan

selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.

dengan

dengan

Pengujian hipotesis dilakukan pada data

mengambil sampel siswa kelas yang terpilih

posttest dan diuji menggunakan uji statistik

sebanyak dua kelas secala acak dari sembilan

dua pihak dengan cara membandingkan rata-

kelas yang ada, siswa kelas yang terpilih

rata posttest antara siswa yang diajarkan

adalah siswa kelas VII-A dan VII-B. Untuk uji

dengan Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa

random

sample

yaitu

yang diajarkan dengan Pembelajaran Berbasis

ISSN 2354-0074

Volume I. Nomor 1. April 2014 | 36

Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...

Masalah.

Adapun

data

yang

diperoleh

sebagaimana berikut ini:

Tabel 1. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis

X
Kelas Jigsaw

Thitung

Ttabel

Kesimpulan

Kelas PBM

Pretes

22,06

19,32

1,087

1,669

Tidak ada perbedaan

Postes

30,12

25,24

1,821

1,669

ada perbedaan

Dari data postes di atas dapat

dengan menerapkan Pembelajaran

disimpulkan bahwa pada taraf signifikansi

Berbasis Masalah (PBM), hal ini

α = 0,05 dan dk = n1 + n2-2 = 34 + 34 – 2

ditunjukkan pada nilai rata-rata

= 66 dengan thitung = 1,821 dan ttabel = 1,669

untuk kelas Kooperatif Tipe Jigsaw

sehingga diperoleh -1,669 < thitung < 1,669

diperoleh 30,12 sedangkan rata-rata

adalah harga t lain dari kriteria pengujian

kelas

 t1 1

Masalah (PBM) diperoleh 25,24.

2

a

< thitung < t1 1

2

a

maka H0 ditolak

oleh hasil statistik dimana thitung >

perbedaan memecahkan masalah siswa
diajar

Berbasis

Selain itu, hal tersebut diperkuat

dan Ha diterima, yang berarti terdapat
yang

Pembelajaran

dengan

ttabel yaitu 1,821 > 1,699 yang berarti

menggunakan

H0 ditolak dan Ha diterima.

Kooperatif Tipe Jigsaw dan Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) pada pokok

2.

Kooperatif Tipe Jigsaw lebih baik

bahasan aritmatika sosial di kelas VII

dalam meningkatkan kemampuan

SMP

pemecahan

Negeri

1

Putri

Betung

T.A

masalah

siswa

dibandingkan dengan Pembelajaran

2012/2013.

Berbasis Masalah (PBM).
3.

Temuan Penelitian

Masih ada siswayang kurang berani
mengemukakan pendapat tentang

Berdasarkan
penelitian, maka

hasil

dari

data

masalah

pada penelitian ini

dihadapi

dikemukakan hal-hal yang ditemukan

dan

kesulitan

dalam

yang

memecahkan

masalah matematika.

sebagai berikut:
Berdasarkan pada kondisi awal
1.

Kemampuan pemecahan masalah

ditunjukkan

siswa

menerapkan

siswa antara kelompok Jigsaw dan PBM

Kooperatif Tipe Jigsaw lebih tinggi

relatif sama. Hal ini ditunjukkan dari data

atau

pretest

ISSN 2354-0074

dengan
lebih

baik

dibandingkan

dari

bahwa

kedua

kemampuan

kelompok.

awal

Pada

Volume I. Nomor 1. April 2014 | 37

Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...

kelompok Jigsaw rata-rata kemampuan

Kooperatif Tipe Jigsaw lebih baik dalam

awalnya mencapai 22,06 dan kelas PBM

meningkatkan kemampuan memecahkan

mencapai 19,32. Dari hasil perhitungan uji

masalah siswa dari pada Pembelajaran

hipotesis pada pretes diperoleh thitung < ttabel

Berbasis Masalah (PBM). Hal tersebut

(1,087 < 1,669) pada taraf α = 0,05, jadi

teijadi

H0 diterima dan Ha ditolak. Secara

pembelajaran

signifkan hasil ini memperlihatkan bahwa

Kooperatif

tidak terdapat perbedaan hasil belajar

diorientasikan mampu menjadi pembelajar

siswa kelas Jigsaw dan siswa kelas PBM

yang mandiri ditambah dengan diskusi

sebelum dilakukan perlakuan. Hal ini

dengan

berarti bahwa kemampuan awal siswa

menanyakan

kelas Jigsaw dan siswa kelas PBM adalah

dipahami. Sedangkan pada Pembelajaran

sama (homogen).

Berbasis Masalah (PBM) walaupun ada

karena

pada

pelaksanaan

dengan
Tipe

guru

menggunakan
Jigsaw

atau
hal-hal

siswa

teman

untuk

yang

kurang

Setelah diberikan perlakuan yang

interaksi aktif antara guru dan siswa, akan

berbeda yaitu kelas Jigsaw, dan siswa

tetapi siswa kurang mandiri dan cenderung

kelas PBM. Pada akhir pertemuan setelah

kurang mampu memecahkan masalah

semua materi selesai diajarkan siswa

sendiri ide matematiknya, siswa seperti

diberikan

bingung dalam mengerjakan soal sendiri

postes

kemampuan

untuk

mengukur

memecahkan

Berdasarkan

hasil

masalahnya.

postes

tanpa dibimbing oleh guru.

diperoleh

Namun demikian kedua metode

kemampuan memecahkan masalah untuk

pembelajaran yang digunakan oleh peneliti

siswa kelas Jigsaw rata-rata sebesar 30,12

adalah sama-sama dapat meningkatkan

sedangkan siswa kelas PBM diperoleh

kemampuan memecahkan masalah siswa,

rata-rata

dimana dalam model Kooperatif Tipe

kemampuan

masalahnya

sebesar

memecahkan
25,24.

Dengan

Jigsaw

dan

Pembelajaran

Berbasis

demikian dapat disimpulkan bahwa kelas

Masalah (PBM) sama-sama menuntut

Jigsaw, dan siswa kelas PBM sama-sama

siswa untuk mampu mengungkapkan ide

mengalami

juga

matematiknya.

dibuktikan dari hasil perhitungan secara

Dari

peningkatan..Hal

ini

hasil

penelitian

ini

statistik dimana -1,669 < thitung < 1,669

diperoleh

adalah harga t lain dari kriteria pengujian

kemampuan memecahkan masalah siswa

 t1 1

yang diajar dengan Kooperatif Tipe

2

a

< thitung < t1 1 a . Hipotesis ini
2

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan memecahkan masalah siswa
yang diajar dengan Jigsaw dengan siswa
yang

diajar

ISSN 2354-0074

dengan

PBM.

Dimana

bahwa

terdapat

perbedaan

Jigsaw dan kemampuan memecahkan
masalah

siswa

yang

diajar

dengan

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
pada pokok bahasan aritmatika sosial di

Volume I. Nomor 1. April 2014 | 38

Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...

kelas VII SMP Negeri 1 Putri Betung T.A

Kooperatif Tipe Jigsaw berbeda dari

2012/2013.

pemecahan masalah matematika siswa
dengan

Penutup

menerapkan

pembelajaran

Berbasis Masalah (PBM) pada pokok
Berdasarkan hasil penelitian dan

bahasan aritmetika sosial di léelas VII

pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan

SMP Negeri 1 Putri Betung pada T.A

kemampuan

2012/2013.

pemecahan

masalah

matematika siswa dengan menerapkan
Daftar pustaka
Abdurrahman, ( 2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta
Arikunto, (2009), Prosedur Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta
Hudojo, (1988), Mengajar Belajar Matematika, Penerbit Depdiknas Direktur Jendral
Pendidikan

Tinggi

Proyek

Pembangunan

Lembaga

Pendidikan

Tenaga

Kependidikan, Jakarta. Hal 3
Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antara
Peserta Didik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Krismanto, A., (2003), Beberapa Tehnik, Model, Strategi Dalam Pembelajaran Matematika,
DEPDIKNAS, Yogyakarta.
Mudjiono (2002), Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Nurhadi (2004), Kurikulum 2004, Pertanyaan dan Jawaban, UM Press, Malang Nasution, S.,
(1982), Berbagi Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Remaja Rosda
Karya.

Bandung

Slameto,

(1987),

Belajar

dan

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Poerwardarminta (1996), Kamus Bahasa Indonesia. Cipta Media. Surabaya,
Rusman, (2010), Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Sudijono (2009), Mengantar Evaluasi Pendidikan. Rajawali Pres. Jakarta.
Suharyanto (http://smu-net.com.2008)

ISSN 2354-0074

Volume I. Nomor 1. April 2014 | 39

Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...

Tim Dosen PPD (2009), Perkembangan Peserta Didik. UNIMED. Medan
Tim SBM, (2009), Strategi Belajar Mengajar. UNIMED. Medan,
Trianto, (2007), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, Prestasi
Pustaka, Jakarta

ISSN 2354-0074

Volume I. Nomor 1. April 2014 | 40