PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH VERSUS KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA Fitriati
Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH VERSUS KOOPERATIF
TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MEMECAHKAN MASALAH SISWA
Fitriati1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan memecahkan masalah
siswa setelah diajarkan dengan kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran berbasis masalah
(PBM) pada pokok bahasan aritmatika sosial. Jenis penelitian ini adalah quasieksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Putri Betung.
Sampel terdiri dari 68 orang yaitu siswa kelas VII-8 sebagai kelas kooperatif tipe jigsaw
dan siswa kelas VII-9 sebagai kelas pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan jumlah
siswa masing-masing berjumlah 34 orang. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
dengan instrumen berupa tes uraian yang telah valid dengan reliabilitas tinggi yaitu 0,710
dengan jumlah soal sebanyak 5 butir. Nilai rata-rata hasil pretes pada kelas Jigsaw 22,06
dan nilai rata-rata hasil pretes kelas PBM 19,32. Dari uji hipotesis data pretes kedua
sampel diperoleh thitung = 1,087 < ttabel = 1,669, artinya H0 diterima sehingga tidak ada
perbedaan kemampuan awal pada kedua kelas. Nilai rata-rata hasil postes pada kelas
Jigsaw 30,12 dan nilai rata-rata hasil postes kelas PBM 25,24. Dan uji hipotesis data
postes kedua sampel diperoleh –ttabel (-1,669) < thitung (1,821) < ttabel (1,669), artinya H0
ditolak dan Ha diterima sehingga ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah pada
kedua kelas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara
kemamapuan pemecahkan masalah siswa yang diajar dengan menggunakan kooperatif tipe
jigsaw dan pembelajaran berbasis masalah (PMB) pada pokok bahasan aritmatika sosial.
Kata Kunci: Kemampuan memecahkan masalah, metode kooperatif tipe jigsaw,
pembelajaran berbasis masalah
1
Fitriati, Dosen Prodi Pendidikan Matematika – STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Email: fitri_kindy@yahoo.com
ISSN 2354-0074
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 33
Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...
pada
Pendahuluan
Matematika sebagai salah satu mata
pelajaran dinilai cukup memegang peranan
penting dalam membentuk siswa menjadi
berkualitas, karena matematika merupakan
suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu
secara logis dan sistematik. Besamya peranan
matematika tersebut menurut siswa harus
mampu
menguasai
Cocroft
(dalam
pelajaran
Abdurrahman
matematika.
2003:253)
mengemukakan bahwa: “Matematika perlu
diajarkan kepada siswa karena: (1). Selalu
digunakan dalam segala segi kehidupan; (2).
Semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; (3). Merupakan
sarana komunikasi yang kuat, singkat dan
jelas; (4). Dapat digunakan untuk menyajikan
informasi
dalam
Meningkatkan
berbagai
kemampuan
cara;
(5).
berfikir logis,
ketelitian dan kesadaran keruangan; (6).
Memberikan
kemampuan
terhadap
usaha
memecahkan masalah yang matang”.
Selanjutnya Hudojo (1988:3) juga
mengatakan bahwa: “Matematika berfungsi
mendasari perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Merupakan pengetahuan yang
esensial sebagai dasar untuk bekerja seumur
hidup dalam abad globalisasi. Karena itu
tingkat penguasaan matematika pada tingkat
tertentu diperlukan bagi semua siswa agar
kelak dalam hidupnya mendapat pekerjaan
yang baik”.
Namun tingginya untuk menguasai
matematika tidak berbanding lurus dengan
hasil belajar matematika siswa. Kenyataan
yang ada menunjukkan hasil belajar siswa
ISSN 2354-0074
bidang
studi
matematika
kurang
menggembirakan. Hal tersebut ditunjukkan
dari beberapa fakta, seperti: Hasil Programme
for Intemasional Student Assessment (PISA)
2006, kualitas pendidikan Indonesia berada
pada peringkat 50 dari 57 negara untuk bidang
Matematika, dan juga peringkat 50 dari 57
negara untuk bidang Sains. Selanjutnya hasil
Trend in Internasional Mathematics and
Science
Study
(TIMSS)
2007,
kualitas
pendidikan Indonesia berada pada peringkat
36 dari 48 negara untuk bidang Matematika,
dan peringkat 35 dari 48 negara untuk bidang
Sains.
Senada dengan keterangan di atas,
Suharyanto
menyatakan
(http://smu-net.com.2008)
bahwa:
“Mata
pelajaran
matematika masih merupakan penyebab utama
siswa tidak lulus UAN 2007. Dari semua
peserta yang tidak lulus sebanyak 24,44%
akibat jatuh dalam pelajaran matematika,
sebanyak 7,69% akibat pelajaran bahasa
inggris dan 0,46% akibat mata pelajaran
bahasa Indonesia”.
Tinggi rendahnya kemampuan dan
hasil belajar matematika siswa dalam suatu
proses
pembelajaran
beberapa
banyaknya
faktor.
siswa
dipengaruhi
Diantaranya,
yang
oleh
karena
menganggap
matematika sulit dipelajari. Seperti yang
diungkapkan Abdurrahman (2003:252) yaitu:
“Dari bidang studi yang diajarkan disekolah,
matematika merupakan bidang studi yang
dianggap paling sulit oleh para siswa baik
yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih
yang berkesulitan belajar”.
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 34
Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...
Kesulitan
tersebut
terletak
pada
pembelajaran.
Seperti
memberikan
sulitnya siswa menyelesaikan soal cerita
kesempatan kepada siswa untuk mengadakan
matematika serta kurangnya petunjuk tentang
perbincangan
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau
membuat kalimat matematika. Abdurrahman
menyusun alternatif pemecahan atas suatu
(2003:257) mengemukakan bahwa: “Dalam
masalah.
menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak
yang
ilmiah
guna
Agar kemampuan pemecahan masalah
yang mengalami banyak kesulitan. Kesulitan
dalam
tersebut tampak terkait dengan pengajaran
dibutuhkan peran aktif siswa. Oleh karena itu
yang
kalimat
diusahakan suatu pendekatan pembelajaran
matematika tanpa terlebih dahulu memberikan
yang mengaktifkan siswa dalam proses belajar
petunjuk tentang langkah-langkah yang harus
mengajar. Cara belajar aktif merupakan cara
ditempuh”.
Kesulitan
belajar yang dituntut dari siswa agar meraka
matematika
mengakibatkan
menuntut
anak
membuat
dalam
belajar
kemampuan
matematika
menghafalkan
konsep-konsep
berhasil
maka
dapat meningkatkan prestasi belajar.
pemecahan masalah siswa rendah. Siswa
cenderung
dapat
Kooperatif tipe jigsaw meningkatkan
rasa
tanggung
jawab
siswa
terhadap
matematika sehingga kemampuan siswa dalam
pembelajarannya
memecahkan masalah sangat kurang.
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
sendiri
dan
juga
Selain kesulitan belajar yang dihadapi
mempelajari materi yang diberikan, tetapi
oleh siswa itu sendiri, rendahnya kemampuan
mereka juga harus siap memberikan dan
pemecahan masalah matematika siswa juga
mengajarkan materi tersebut pada anggota
disebabkan oleh metode pembelajaran yang
kelompok
masih berpusat pada guru. Seperti model
bekerjasama
pembelajaran
mempelajari materi yang ditugaskan.
yang
digunakan
kurang
bervariasi dan cenderung monoton yang
yang
lain.
cara
Meningkatkan
kooperatif
Pembelajaran
untuk
Berbasis
Masalah
melibatkan siswa pasif dan tidak termotivasi.
(PBM) dapat diartikan sebagai rangkaian
Sehingga siswa merasa jenuh dan bosan yang
aktifitas
menyebabkan pencapaian kemampuan dan
kepada proses penyelesaian masalah yang
hasil belajar tidak optimal. Oleh karena itu,
dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri
guru harus dituntut untuk menciptakan dan
utama dari PBM. Pertama, PBM merupakan
menerapkan suatu strategi dalam pembelajaran
rangkaian
matematika.
dalam implementasi PBM ada sejumlah
Dalam
kemampuan
hendaknya
upaya
pemecahan
guru
membiasakan
pemecahan
meningkatkan
masalah
berusaha
melatih
siswa
melakukan
masalah
dalam
ISSN 2354-0074
siswa,
dan
bentuk
kegiatan
pembelajaran
aktifitas
yang
menekankan
pembelajaran,
artinya
kegiatan yang harus dilakukan siswa. PMB
tidak mengharapkan siswa hanya sekedar
mendengarkan,
mencatat,
kemudian
menghafal materipelajaran, akan tetapi melalui
PBM
siswa
aktif
berpikir,
komunikasi,
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 35
Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...
mencari dan mengelola data, dan akhirnya
coba instrument dipilih kelas VII; untuk
menyimpulkan. Kedua, aktifitas pembelajaran
melihat karakteristik tes.
diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Instrumen penelitian sebagai alat
PBM menempatkan masalah sebagai
yang digunakan dalam mengumpulkan data
kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya,
pada penelitian ini adalah tes. Penelitian ini
tanpa masalah tidak mungkin ada proses
menggunakan tes kemampuan pemecahan
pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah
masalah matematika siswa berbentuk pilihan
dilakukan dengan menggunakan pendekatan
essay sebanyak lima soal.
berpikir
secara
ilmiah.
dengan
Tes kemampuan pemecahan masalah
menggunakan metode ilmiah adalah proses
matematika siswa merupakan kemampuan
berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir
pemecahan masalah yang berfungsi untuk
ini dilakukan secara sistematis dan empiris.
mengungkapkan
Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan
masalah matematika siswa dalam situasi
melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan
tertentu. Tes tersebut disusun berdasarkan
empiris artinya proses penyelesaian masalah
pada materi ajar secara langsung. Dalam
didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
matematika, masalah dapat diartikan sebagai
Sehingga
soal.
perlu
kemampuan
Berpikir
ditelusuri
siswa
perbedaan
memecahkan
kemampuan
pemecahan
masalah
Sebelum tes ini digunakan sebagai
dengan menerapkan kooperatif tipe jigsaw dan
alat pengumpulan data (instrument penelitian)
pembelajaran berbasis masalah.
terlebih dahulu di ujicobakan kepada kelas
yang lain yang bukan sampel penelitian. Untuk
Metode Penelitian
itu diperlukan validitas tes, tingkat kesukaran,
Jenis penelitian ini adalah quasi
daya beda,dan reliabilitas tes. Adapun analisis
eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti
data dilakukan dengan menguji hipotesis yang
mengumpulkan
telah dirumuskan
data
dengan
memberikan
perlakuan yang berbeda pada dua kelompok
Hasil Penelitian dan Pembahasan
sampel penelitian. Penelitian ini dilaksanakan
akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Putri
Setelah diketahui bahwa data kedua
Betung pada Tahun Ajaran 2012/2013. Tehnik
kelas berdistribusi normal dan homogen,
pengambilan sampel penelitian ini dilakukan
selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.
dengan
dengan
Pengujian hipotesis dilakukan pada data
mengambil sampel siswa kelas yang terpilih
posttest dan diuji menggunakan uji statistik
sebanyak dua kelas secala acak dari sembilan
dua pihak dengan cara membandingkan rata-
kelas yang ada, siswa kelas yang terpilih
rata posttest antara siswa yang diajarkan
adalah siswa kelas VII-A dan VII-B. Untuk uji
dengan Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa
random
sample
yaitu
yang diajarkan dengan Pembelajaran Berbasis
ISSN 2354-0074
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 36
Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...
Masalah.
Adapun
data
yang
diperoleh
sebagaimana berikut ini:
Tabel 1. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis
X
Kelas Jigsaw
Thitung
Ttabel
Kesimpulan
Kelas PBM
Pretes
22,06
19,32
1,087
1,669
Tidak ada perbedaan
Postes
30,12
25,24
1,821
1,669
ada perbedaan
Dari data postes di atas dapat
dengan menerapkan Pembelajaran
disimpulkan bahwa pada taraf signifikansi
Berbasis Masalah (PBM), hal ini
α = 0,05 dan dk = n1 + n2-2 = 34 + 34 – 2
ditunjukkan pada nilai rata-rata
= 66 dengan thitung = 1,821 dan ttabel = 1,669
untuk kelas Kooperatif Tipe Jigsaw
sehingga diperoleh -1,669 < thitung < 1,669
diperoleh 30,12 sedangkan rata-rata
adalah harga t lain dari kriteria pengujian
kelas
t1 1
Masalah (PBM) diperoleh 25,24.
2
a
< thitung < t1 1
2
a
maka H0 ditolak
oleh hasil statistik dimana thitung >
perbedaan memecahkan masalah siswa
diajar
Berbasis
Selain itu, hal tersebut diperkuat
dan Ha diterima, yang berarti terdapat
yang
Pembelajaran
dengan
ttabel yaitu 1,821 > 1,699 yang berarti
menggunakan
H0 ditolak dan Ha diterima.
Kooperatif Tipe Jigsaw dan Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) pada pokok
2.
Kooperatif Tipe Jigsaw lebih baik
bahasan aritmatika sosial di kelas VII
dalam meningkatkan kemampuan
SMP
pemecahan
Negeri
1
Putri
Betung
T.A
masalah
siswa
dibandingkan dengan Pembelajaran
2012/2013.
Berbasis Masalah (PBM).
3.
Temuan Penelitian
Masih ada siswayang kurang berani
mengemukakan pendapat tentang
Berdasarkan
penelitian, maka
hasil
dari
data
masalah
pada penelitian ini
dihadapi
dikemukakan hal-hal yang ditemukan
dan
kesulitan
dalam
yang
memecahkan
masalah matematika.
sebagai berikut:
Berdasarkan pada kondisi awal
1.
Kemampuan pemecahan masalah
ditunjukkan
siswa
menerapkan
siswa antara kelompok Jigsaw dan PBM
Kooperatif Tipe Jigsaw lebih tinggi
relatif sama. Hal ini ditunjukkan dari data
atau
pretest
ISSN 2354-0074
dengan
lebih
baik
dibandingkan
dari
bahwa
kedua
kemampuan
kelompok.
awal
Pada
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 37
Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...
kelompok Jigsaw rata-rata kemampuan
Kooperatif Tipe Jigsaw lebih baik dalam
awalnya mencapai 22,06 dan kelas PBM
meningkatkan kemampuan memecahkan
mencapai 19,32. Dari hasil perhitungan uji
masalah siswa dari pada Pembelajaran
hipotesis pada pretes diperoleh thitung < ttabel
Berbasis Masalah (PBM). Hal tersebut
(1,087 < 1,669) pada taraf α = 0,05, jadi
teijadi
H0 diterima dan Ha ditolak. Secara
pembelajaran
signifkan hasil ini memperlihatkan bahwa
Kooperatif
tidak terdapat perbedaan hasil belajar
diorientasikan mampu menjadi pembelajar
siswa kelas Jigsaw dan siswa kelas PBM
yang mandiri ditambah dengan diskusi
sebelum dilakukan perlakuan. Hal ini
dengan
berarti bahwa kemampuan awal siswa
menanyakan
kelas Jigsaw dan siswa kelas PBM adalah
dipahami. Sedangkan pada Pembelajaran
sama (homogen).
Berbasis Masalah (PBM) walaupun ada
karena
pada
pelaksanaan
dengan
Tipe
guru
menggunakan
Jigsaw
atau
hal-hal
siswa
teman
untuk
yang
kurang
Setelah diberikan perlakuan yang
interaksi aktif antara guru dan siswa, akan
berbeda yaitu kelas Jigsaw, dan siswa
tetapi siswa kurang mandiri dan cenderung
kelas PBM. Pada akhir pertemuan setelah
kurang mampu memecahkan masalah
semua materi selesai diajarkan siswa
sendiri ide matematiknya, siswa seperti
diberikan
bingung dalam mengerjakan soal sendiri
postes
kemampuan
untuk
mengukur
memecahkan
Berdasarkan
hasil
masalahnya.
postes
tanpa dibimbing oleh guru.
diperoleh
Namun demikian kedua metode
kemampuan memecahkan masalah untuk
pembelajaran yang digunakan oleh peneliti
siswa kelas Jigsaw rata-rata sebesar 30,12
adalah sama-sama dapat meningkatkan
sedangkan siswa kelas PBM diperoleh
kemampuan memecahkan masalah siswa,
rata-rata
dimana dalam model Kooperatif Tipe
kemampuan
masalahnya
sebesar
memecahkan
25,24.
Dengan
Jigsaw
dan
Pembelajaran
Berbasis
demikian dapat disimpulkan bahwa kelas
Masalah (PBM) sama-sama menuntut
Jigsaw, dan siswa kelas PBM sama-sama
siswa untuk mampu mengungkapkan ide
mengalami
juga
matematiknya.
dibuktikan dari hasil perhitungan secara
Dari
peningkatan..Hal
ini
hasil
penelitian
ini
statistik dimana -1,669 < thitung < 1,669
diperoleh
adalah harga t lain dari kriteria pengujian
kemampuan memecahkan masalah siswa
t1 1
yang diajar dengan Kooperatif Tipe
2
a
< thitung < t1 1 a . Hipotesis ini
2
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan memecahkan masalah siswa
yang diajar dengan Jigsaw dengan siswa
yang
diajar
ISSN 2354-0074
dengan
PBM.
Dimana
bahwa
terdapat
perbedaan
Jigsaw dan kemampuan memecahkan
masalah
siswa
yang
diajar
dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
pada pokok bahasan aritmatika sosial di
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 38
Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...
kelas VII SMP Negeri 1 Putri Betung T.A
Kooperatif Tipe Jigsaw berbeda dari
2012/2013.
pemecahan masalah matematika siswa
dengan
Penutup
menerapkan
pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) pada pokok
Berdasarkan hasil penelitian dan
bahasan aritmetika sosial di léelas VII
pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan
SMP Negeri 1 Putri Betung pada T.A
kemampuan
2012/2013.
pemecahan
masalah
matematika siswa dengan menerapkan
Daftar pustaka
Abdurrahman, ( 2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta
Arikunto, (2009), Prosedur Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta
Hudojo, (1988), Mengajar Belajar Matematika, Penerbit Depdiknas Direktur Jendral
Pendidikan
Tinggi
Proyek
Pembangunan
Lembaga
Pendidikan
Tenaga
Kependidikan, Jakarta. Hal 3
Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antara
Peserta Didik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Krismanto, A., (2003), Beberapa Tehnik, Model, Strategi Dalam Pembelajaran Matematika,
DEPDIKNAS, Yogyakarta.
Mudjiono (2002), Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Nurhadi (2004), Kurikulum 2004, Pertanyaan dan Jawaban, UM Press, Malang Nasution, S.,
(1982), Berbagi Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Remaja Rosda
Karya.
Bandung
Slameto,
(1987),
Belajar
dan
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Poerwardarminta (1996), Kamus Bahasa Indonesia. Cipta Media. Surabaya,
Rusman, (2010), Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Sudijono (2009), Mengantar Evaluasi Pendidikan. Rajawali Pres. Jakarta.
Suharyanto (http://smu-net.com.2008)
ISSN 2354-0074
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 39
Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...
Tim Dosen PPD (2009), Perkembangan Peserta Didik. UNIMED. Medan
Tim SBM, (2009), Strategi Belajar Mengajar. UNIMED. Medan,
Trianto, (2007), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, Prestasi
Pustaka, Jakarta
ISSN 2354-0074
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 40
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH VERSUS KOOPERATIF
TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MEMECAHKAN MASALAH SISWA
Fitriati1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan memecahkan masalah
siswa setelah diajarkan dengan kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran berbasis masalah
(PBM) pada pokok bahasan aritmatika sosial. Jenis penelitian ini adalah quasieksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Putri Betung.
Sampel terdiri dari 68 orang yaitu siswa kelas VII-8 sebagai kelas kooperatif tipe jigsaw
dan siswa kelas VII-9 sebagai kelas pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan jumlah
siswa masing-masing berjumlah 34 orang. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
dengan instrumen berupa tes uraian yang telah valid dengan reliabilitas tinggi yaitu 0,710
dengan jumlah soal sebanyak 5 butir. Nilai rata-rata hasil pretes pada kelas Jigsaw 22,06
dan nilai rata-rata hasil pretes kelas PBM 19,32. Dari uji hipotesis data pretes kedua
sampel diperoleh thitung = 1,087 < ttabel = 1,669, artinya H0 diterima sehingga tidak ada
perbedaan kemampuan awal pada kedua kelas. Nilai rata-rata hasil postes pada kelas
Jigsaw 30,12 dan nilai rata-rata hasil postes kelas PBM 25,24. Dan uji hipotesis data
postes kedua sampel diperoleh –ttabel (-1,669) < thitung (1,821) < ttabel (1,669), artinya H0
ditolak dan Ha diterima sehingga ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah pada
kedua kelas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara
kemamapuan pemecahkan masalah siswa yang diajar dengan menggunakan kooperatif tipe
jigsaw dan pembelajaran berbasis masalah (PMB) pada pokok bahasan aritmatika sosial.
Kata Kunci: Kemampuan memecahkan masalah, metode kooperatif tipe jigsaw,
pembelajaran berbasis masalah
1
Fitriati, Dosen Prodi Pendidikan Matematika – STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Email: fitri_kindy@yahoo.com
ISSN 2354-0074
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 33
Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...
pada
Pendahuluan
Matematika sebagai salah satu mata
pelajaran dinilai cukup memegang peranan
penting dalam membentuk siswa menjadi
berkualitas, karena matematika merupakan
suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu
secara logis dan sistematik. Besamya peranan
matematika tersebut menurut siswa harus
mampu
menguasai
Cocroft
(dalam
pelajaran
Abdurrahman
matematika.
2003:253)
mengemukakan bahwa: “Matematika perlu
diajarkan kepada siswa karena: (1). Selalu
digunakan dalam segala segi kehidupan; (2).
Semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; (3). Merupakan
sarana komunikasi yang kuat, singkat dan
jelas; (4). Dapat digunakan untuk menyajikan
informasi
dalam
Meningkatkan
berbagai
kemampuan
cara;
(5).
berfikir logis,
ketelitian dan kesadaran keruangan; (6).
Memberikan
kemampuan
terhadap
usaha
memecahkan masalah yang matang”.
Selanjutnya Hudojo (1988:3) juga
mengatakan bahwa: “Matematika berfungsi
mendasari perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Merupakan pengetahuan yang
esensial sebagai dasar untuk bekerja seumur
hidup dalam abad globalisasi. Karena itu
tingkat penguasaan matematika pada tingkat
tertentu diperlukan bagi semua siswa agar
kelak dalam hidupnya mendapat pekerjaan
yang baik”.
Namun tingginya untuk menguasai
matematika tidak berbanding lurus dengan
hasil belajar matematika siswa. Kenyataan
yang ada menunjukkan hasil belajar siswa
ISSN 2354-0074
bidang
studi
matematika
kurang
menggembirakan. Hal tersebut ditunjukkan
dari beberapa fakta, seperti: Hasil Programme
for Intemasional Student Assessment (PISA)
2006, kualitas pendidikan Indonesia berada
pada peringkat 50 dari 57 negara untuk bidang
Matematika, dan juga peringkat 50 dari 57
negara untuk bidang Sains. Selanjutnya hasil
Trend in Internasional Mathematics and
Science
Study
(TIMSS)
2007,
kualitas
pendidikan Indonesia berada pada peringkat
36 dari 48 negara untuk bidang Matematika,
dan peringkat 35 dari 48 negara untuk bidang
Sains.
Senada dengan keterangan di atas,
Suharyanto
menyatakan
(http://smu-net.com.2008)
bahwa:
“Mata
pelajaran
matematika masih merupakan penyebab utama
siswa tidak lulus UAN 2007. Dari semua
peserta yang tidak lulus sebanyak 24,44%
akibat jatuh dalam pelajaran matematika,
sebanyak 7,69% akibat pelajaran bahasa
inggris dan 0,46% akibat mata pelajaran
bahasa Indonesia”.
Tinggi rendahnya kemampuan dan
hasil belajar matematika siswa dalam suatu
proses
pembelajaran
beberapa
banyaknya
faktor.
siswa
dipengaruhi
Diantaranya,
yang
oleh
karena
menganggap
matematika sulit dipelajari. Seperti yang
diungkapkan Abdurrahman (2003:252) yaitu:
“Dari bidang studi yang diajarkan disekolah,
matematika merupakan bidang studi yang
dianggap paling sulit oleh para siswa baik
yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih
yang berkesulitan belajar”.
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 34
Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...
Kesulitan
tersebut
terletak
pada
pembelajaran.
Seperti
memberikan
sulitnya siswa menyelesaikan soal cerita
kesempatan kepada siswa untuk mengadakan
matematika serta kurangnya petunjuk tentang
perbincangan
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau
membuat kalimat matematika. Abdurrahman
menyusun alternatif pemecahan atas suatu
(2003:257) mengemukakan bahwa: “Dalam
masalah.
menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak
yang
ilmiah
guna
Agar kemampuan pemecahan masalah
yang mengalami banyak kesulitan. Kesulitan
dalam
tersebut tampak terkait dengan pengajaran
dibutuhkan peran aktif siswa. Oleh karena itu
yang
kalimat
diusahakan suatu pendekatan pembelajaran
matematika tanpa terlebih dahulu memberikan
yang mengaktifkan siswa dalam proses belajar
petunjuk tentang langkah-langkah yang harus
mengajar. Cara belajar aktif merupakan cara
ditempuh”.
Kesulitan
belajar yang dituntut dari siswa agar meraka
matematika
mengakibatkan
menuntut
anak
membuat
dalam
belajar
kemampuan
matematika
menghafalkan
konsep-konsep
berhasil
maka
dapat meningkatkan prestasi belajar.
pemecahan masalah siswa rendah. Siswa
cenderung
dapat
Kooperatif tipe jigsaw meningkatkan
rasa
tanggung
jawab
siswa
terhadap
matematika sehingga kemampuan siswa dalam
pembelajarannya
memecahkan masalah sangat kurang.
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
sendiri
dan
juga
Selain kesulitan belajar yang dihadapi
mempelajari materi yang diberikan, tetapi
oleh siswa itu sendiri, rendahnya kemampuan
mereka juga harus siap memberikan dan
pemecahan masalah matematika siswa juga
mengajarkan materi tersebut pada anggota
disebabkan oleh metode pembelajaran yang
kelompok
masih berpusat pada guru. Seperti model
bekerjasama
pembelajaran
mempelajari materi yang ditugaskan.
yang
digunakan
kurang
bervariasi dan cenderung monoton yang
yang
lain.
cara
Meningkatkan
kooperatif
Pembelajaran
untuk
Berbasis
Masalah
melibatkan siswa pasif dan tidak termotivasi.
(PBM) dapat diartikan sebagai rangkaian
Sehingga siswa merasa jenuh dan bosan yang
aktifitas
menyebabkan pencapaian kemampuan dan
kepada proses penyelesaian masalah yang
hasil belajar tidak optimal. Oleh karena itu,
dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri
guru harus dituntut untuk menciptakan dan
utama dari PBM. Pertama, PBM merupakan
menerapkan suatu strategi dalam pembelajaran
rangkaian
matematika.
dalam implementasi PBM ada sejumlah
Dalam
kemampuan
hendaknya
upaya
pemecahan
guru
membiasakan
pemecahan
meningkatkan
masalah
berusaha
melatih
siswa
melakukan
masalah
dalam
ISSN 2354-0074
siswa,
dan
bentuk
kegiatan
pembelajaran
aktifitas
yang
menekankan
pembelajaran,
artinya
kegiatan yang harus dilakukan siswa. PMB
tidak mengharapkan siswa hanya sekedar
mendengarkan,
mencatat,
kemudian
menghafal materipelajaran, akan tetapi melalui
PBM
siswa
aktif
berpikir,
komunikasi,
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 35
Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...
mencari dan mengelola data, dan akhirnya
coba instrument dipilih kelas VII; untuk
menyimpulkan. Kedua, aktifitas pembelajaran
melihat karakteristik tes.
diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Instrumen penelitian sebagai alat
PBM menempatkan masalah sebagai
yang digunakan dalam mengumpulkan data
kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya,
pada penelitian ini adalah tes. Penelitian ini
tanpa masalah tidak mungkin ada proses
menggunakan tes kemampuan pemecahan
pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah
masalah matematika siswa berbentuk pilihan
dilakukan dengan menggunakan pendekatan
essay sebanyak lima soal.
berpikir
secara
ilmiah.
dengan
Tes kemampuan pemecahan masalah
menggunakan metode ilmiah adalah proses
matematika siswa merupakan kemampuan
berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir
pemecahan masalah yang berfungsi untuk
ini dilakukan secara sistematis dan empiris.
mengungkapkan
Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan
masalah matematika siswa dalam situasi
melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan
tertentu. Tes tersebut disusun berdasarkan
empiris artinya proses penyelesaian masalah
pada materi ajar secara langsung. Dalam
didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
matematika, masalah dapat diartikan sebagai
Sehingga
soal.
perlu
kemampuan
Berpikir
ditelusuri
siswa
perbedaan
memecahkan
kemampuan
pemecahan
masalah
Sebelum tes ini digunakan sebagai
dengan menerapkan kooperatif tipe jigsaw dan
alat pengumpulan data (instrument penelitian)
pembelajaran berbasis masalah.
terlebih dahulu di ujicobakan kepada kelas
yang lain yang bukan sampel penelitian. Untuk
Metode Penelitian
itu diperlukan validitas tes, tingkat kesukaran,
Jenis penelitian ini adalah quasi
daya beda,dan reliabilitas tes. Adapun analisis
eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti
data dilakukan dengan menguji hipotesis yang
mengumpulkan
telah dirumuskan
data
dengan
memberikan
perlakuan yang berbeda pada dua kelompok
Hasil Penelitian dan Pembahasan
sampel penelitian. Penelitian ini dilaksanakan
akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Putri
Setelah diketahui bahwa data kedua
Betung pada Tahun Ajaran 2012/2013. Tehnik
kelas berdistribusi normal dan homogen,
pengambilan sampel penelitian ini dilakukan
selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.
dengan
dengan
Pengujian hipotesis dilakukan pada data
mengambil sampel siswa kelas yang terpilih
posttest dan diuji menggunakan uji statistik
sebanyak dua kelas secala acak dari sembilan
dua pihak dengan cara membandingkan rata-
kelas yang ada, siswa kelas yang terpilih
rata posttest antara siswa yang diajarkan
adalah siswa kelas VII-A dan VII-B. Untuk uji
dengan Kooperatif Tipe Jigsaw dan siswa
random
sample
yaitu
yang diajarkan dengan Pembelajaran Berbasis
ISSN 2354-0074
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 36
Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...
Masalah.
Adapun
data
yang
diperoleh
sebagaimana berikut ini:
Tabel 1. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis
X
Kelas Jigsaw
Thitung
Ttabel
Kesimpulan
Kelas PBM
Pretes
22,06
19,32
1,087
1,669
Tidak ada perbedaan
Postes
30,12
25,24
1,821
1,669
ada perbedaan
Dari data postes di atas dapat
dengan menerapkan Pembelajaran
disimpulkan bahwa pada taraf signifikansi
Berbasis Masalah (PBM), hal ini
α = 0,05 dan dk = n1 + n2-2 = 34 + 34 – 2
ditunjukkan pada nilai rata-rata
= 66 dengan thitung = 1,821 dan ttabel = 1,669
untuk kelas Kooperatif Tipe Jigsaw
sehingga diperoleh -1,669 < thitung < 1,669
diperoleh 30,12 sedangkan rata-rata
adalah harga t lain dari kriteria pengujian
kelas
t1 1
Masalah (PBM) diperoleh 25,24.
2
a
< thitung < t1 1
2
a
maka H0 ditolak
oleh hasil statistik dimana thitung >
perbedaan memecahkan masalah siswa
diajar
Berbasis
Selain itu, hal tersebut diperkuat
dan Ha diterima, yang berarti terdapat
yang
Pembelajaran
dengan
ttabel yaitu 1,821 > 1,699 yang berarti
menggunakan
H0 ditolak dan Ha diterima.
Kooperatif Tipe Jigsaw dan Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) pada pokok
2.
Kooperatif Tipe Jigsaw lebih baik
bahasan aritmatika sosial di kelas VII
dalam meningkatkan kemampuan
SMP
pemecahan
Negeri
1
Putri
Betung
T.A
masalah
siswa
dibandingkan dengan Pembelajaran
2012/2013.
Berbasis Masalah (PBM).
3.
Temuan Penelitian
Masih ada siswayang kurang berani
mengemukakan pendapat tentang
Berdasarkan
penelitian, maka
hasil
dari
data
masalah
pada penelitian ini
dihadapi
dikemukakan hal-hal yang ditemukan
dan
kesulitan
dalam
yang
memecahkan
masalah matematika.
sebagai berikut:
Berdasarkan pada kondisi awal
1.
Kemampuan pemecahan masalah
ditunjukkan
siswa
menerapkan
siswa antara kelompok Jigsaw dan PBM
Kooperatif Tipe Jigsaw lebih tinggi
relatif sama. Hal ini ditunjukkan dari data
atau
pretest
ISSN 2354-0074
dengan
lebih
baik
dibandingkan
dari
bahwa
kedua
kemampuan
kelompok.
awal
Pada
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 37
Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...
kelompok Jigsaw rata-rata kemampuan
Kooperatif Tipe Jigsaw lebih baik dalam
awalnya mencapai 22,06 dan kelas PBM
meningkatkan kemampuan memecahkan
mencapai 19,32. Dari hasil perhitungan uji
masalah siswa dari pada Pembelajaran
hipotesis pada pretes diperoleh thitung < ttabel
Berbasis Masalah (PBM). Hal tersebut
(1,087 < 1,669) pada taraf α = 0,05, jadi
teijadi
H0 diterima dan Ha ditolak. Secara
pembelajaran
signifkan hasil ini memperlihatkan bahwa
Kooperatif
tidak terdapat perbedaan hasil belajar
diorientasikan mampu menjadi pembelajar
siswa kelas Jigsaw dan siswa kelas PBM
yang mandiri ditambah dengan diskusi
sebelum dilakukan perlakuan. Hal ini
dengan
berarti bahwa kemampuan awal siswa
menanyakan
kelas Jigsaw dan siswa kelas PBM adalah
dipahami. Sedangkan pada Pembelajaran
sama (homogen).
Berbasis Masalah (PBM) walaupun ada
karena
pada
pelaksanaan
dengan
Tipe
guru
menggunakan
Jigsaw
atau
hal-hal
siswa
teman
untuk
yang
kurang
Setelah diberikan perlakuan yang
interaksi aktif antara guru dan siswa, akan
berbeda yaitu kelas Jigsaw, dan siswa
tetapi siswa kurang mandiri dan cenderung
kelas PBM. Pada akhir pertemuan setelah
kurang mampu memecahkan masalah
semua materi selesai diajarkan siswa
sendiri ide matematiknya, siswa seperti
diberikan
bingung dalam mengerjakan soal sendiri
postes
kemampuan
untuk
mengukur
memecahkan
Berdasarkan
hasil
masalahnya.
postes
tanpa dibimbing oleh guru.
diperoleh
Namun demikian kedua metode
kemampuan memecahkan masalah untuk
pembelajaran yang digunakan oleh peneliti
siswa kelas Jigsaw rata-rata sebesar 30,12
adalah sama-sama dapat meningkatkan
sedangkan siswa kelas PBM diperoleh
kemampuan memecahkan masalah siswa,
rata-rata
dimana dalam model Kooperatif Tipe
kemampuan
masalahnya
sebesar
memecahkan
25,24.
Dengan
Jigsaw
dan
Pembelajaran
Berbasis
demikian dapat disimpulkan bahwa kelas
Masalah (PBM) sama-sama menuntut
Jigsaw, dan siswa kelas PBM sama-sama
siswa untuk mampu mengungkapkan ide
mengalami
juga
matematiknya.
dibuktikan dari hasil perhitungan secara
Dari
peningkatan..Hal
ini
hasil
penelitian
ini
statistik dimana -1,669 < thitung < 1,669
diperoleh
adalah harga t lain dari kriteria pengujian
kemampuan memecahkan masalah siswa
t1 1
yang diajar dengan Kooperatif Tipe
2
a
< thitung < t1 1 a . Hipotesis ini
2
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan memecahkan masalah siswa
yang diajar dengan Jigsaw dengan siswa
yang
diajar
ISSN 2354-0074
dengan
PBM.
Dimana
bahwa
terdapat
perbedaan
Jigsaw dan kemampuan memecahkan
masalah
siswa
yang
diajar
dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
pada pokok bahasan aritmatika sosial di
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 38
Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...
kelas VII SMP Negeri 1 Putri Betung T.A
Kooperatif Tipe Jigsaw berbeda dari
2012/2013.
pemecahan masalah matematika siswa
dengan
Penutup
menerapkan
pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) pada pokok
Berdasarkan hasil penelitian dan
bahasan aritmetika sosial di léelas VII
pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan
SMP Negeri 1 Putri Betung pada T.A
kemampuan
2012/2013.
pemecahan
masalah
matematika siswa dengan menerapkan
Daftar pustaka
Abdurrahman, ( 2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta
Arikunto, (2009), Prosedur Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta
Hudojo, (1988), Mengajar Belajar Matematika, Penerbit Depdiknas Direktur Jendral
Pendidikan
Tinggi
Proyek
Pembangunan
Lembaga
Pendidikan
Tenaga
Kependidikan, Jakarta. Hal 3
Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antara
Peserta Didik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Krismanto, A., (2003), Beberapa Tehnik, Model, Strategi Dalam Pembelajaran Matematika,
DEPDIKNAS, Yogyakarta.
Mudjiono (2002), Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Nurhadi (2004), Kurikulum 2004, Pertanyaan dan Jawaban, UM Press, Malang Nasution, S.,
(1982), Berbagi Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Remaja Rosda
Karya.
Bandung
Slameto,
(1987),
Belajar
dan
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Poerwardarminta (1996), Kamus Bahasa Indonesia. Cipta Media. Surabaya,
Rusman, (2010), Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Sudijono (2009), Mengantar Evaluasi Pendidikan. Rajawali Pres. Jakarta.
Suharyanto (http://smu-net.com.2008)
ISSN 2354-0074
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 39
Fitri, Pembelajaran Berbasis Masalah...
Tim Dosen PPD (2009), Perkembangan Peserta Didik. UNIMED. Medan
Tim SBM, (2009), Strategi Belajar Mengajar. UNIMED. Medan,
Trianto, (2007), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, Prestasi
Pustaka, Jakarta
ISSN 2354-0074
Volume I. Nomor 1. April 2014 | 40