INDUSTRIALISASI DAN PERKEMBANGAN SEKTOR pendidikan

INDUSTRIALISASI DAN PERKEMBANGAN SEKTOR
INDUSTRI

Disusun oleh :
BERLIN 143110010

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” YOGYAKARTA
2014

BAB 1
PENDAHULUAN
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dengan
demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan industri diambil
secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga menghasilkan barang
yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses produksi dalam industri itu disebut
dengan perindustrian. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan
manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut
semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial.

Karena merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbedabeda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan
perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan
makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau
pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri
didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal,
atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara
tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka
semakin beranekaragam jenis industrinya. Istilah industrialisasi secara ekonomi juga
diartikan sebagai himpunan perusahaan-perusahaan sejenis dimana kata industri dirangkai
dengan kata yang menerangkan jenis industrinya. Misalnya, industri obat-obatan, industri
garmen, industri perkayuan, dan sebagainya Industri kecil tidak bisa melakukan kegiatan
produksinya tanpa adanya sarana penunjang. Misalnya seperti bahan baku, transportasi,
tenaga kerja terampil, dll. Masalah yang dihadapi industri kecil pada umumnya dihadapkan
pada keterbatasan dana atau modal yang ada dan kurangnya kemampuan manajerial
pengusaha industri kecil khususnya dalam bidang keuangan, harga bahan baku yang selalu
naik dan peralatan produksi yang masih sederhana, sehingga hal-hal tersebut menjadi kendala
dan dapat menjadi ancaman bagi perkembangan ndustri kecil. Kendala-kendala tersebut perlu
pemecahan atau jalan keluar. Salah satu jalan keluarnya adalah adanya bantuan dari
pemerintah terutama industri kecil atau industri ditempat penelitian.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

B.Pengertian Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan
keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri.
Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Menurut I Made
Sandi industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dengan bahan baku atau bahan
mentah melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut
dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi-tingginya.
Perindustrian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
A. Klasifikasi Industri
1. Klasifikasi Industri berdasarkan Bahan Baku
Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa yang akan
dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri

dapat dibedakan menjadi:
Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam.
Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri hasil kehutanan
Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasilhasil industri lain.
Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan industri kain.
Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya adalah dengan
menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan,
angkutan, dan pariwisata.
2. Klasifikasi Industri berdasarkan Tenaga Kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat
orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota
keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau
anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/ tahu,
dan industri makanan ringan.
Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri
industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari
lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri
batubata, dan industri pengolahan rotan.
Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang.


Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki
keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu.
Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.
Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri
besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan
saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih
melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri
mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.
3. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi
Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah
jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain.
Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.
Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi
sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen.
Misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri
meubeler.
4. Klasifikasi Industri berdasarkan cara pengorganisasian
Cara pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti: modal, tenaga
kerja, produk yang dihasilkan, dan pemasarannya. Berdasarkan cara pengorganisasianya,

industri dapat dibedakan menjadi:
Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil, teknologi sederhana,
pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan keluarga, produknya masih
sederhana, dan lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala lokal). Misalnya: industri
kerajinan dan industri makanan ringan.
Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relative besar, teknologi
cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap, dan
lokasi pemasarannya relative lebih luas (berskala regional). Misalnya: industri bordir, industri
sepatu, dan industri mainan anak-anak.
Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar, teknologi canggih
dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah banyak dan terampil,
5. Klasifikasi Industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian
Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian industri
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan
oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah
sebagai berikut:
Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan: modal yang besar, keahlian yang
tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD
adalah sebagai berikut:

1) Industri kimia organik, misalnya: industri bahan peledak dan industri bahan kimia tekstil.
2) Industri kimia anorganik, misalnya: industri semen, industri asam sulfat, dan industri kaca.
3) Industri agrokimia, misalnya: industri pupuk kimia dan industri pestisida

BAB III
PEMBAHASAN
C. Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Dalam konsep sejarah pembangunan ekonomi, konsep industrialisasi berawal dari
revolusi industri pertama pada pertengahan abad ke-18 di Inggris, yang ditandai dengan
penemuan metode baru untuk permintalan, dan penemuan kapas yanng mencipatakan
spesialisasi dalam produksi, seta peningkatan produktivitas dari faktor produksi yang
digunakan.
Sejarah ekonomi duniai menunjukan bahwa industrialissi merupakan suatu proses interasksi
antara pengemebangan teknologi, inovasi, spesialisasi, produksi, dan perdagangan
anatarnegara, yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat
mendorong perubahan struktur ekonomi dibanyak negara, dari yang tadinya berbasis
pertanian menjadi berbasis industri.
Pengalaman di hampir semua negara menunjukan bahwa indutrialisasi sangat perlu karena
menjamin pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hanya beberapa Negara dengan penduduk
sedikit & kekayaan alam meilmpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang

tinggi tanpa industrialisasi.
D. Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi
a)Kemampuan teknologi dan inovasi
b) Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri
dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi
akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat
d) Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.
Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
e) Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis
industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f) Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam
industrialisasi
g) Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri
orientasi ekspor.
E. Pola Pengembangan Industri
Pengelompokan pola pikir industrialisasi secara keseluruhan telah tercakup dalam Pola
Pengembangan Indutri Nasional (PPIN) yang dibuat oleh Departemen Perindustrian (dalam
Siahaan, 1996). PPIN tersebut berintikan 6 butir kebijakan :
1. Pengembangan industri yang diarahkan untuk pendalaman dan pemantapan struktur

industri serta dikaitkan dengan sektor lainnya.
2. Pengembangan indutri permesinan dan elektronika penghasil barang modal.
3. Pengembangan industri kecil.
4. Pembangunan ekspor komoditi industri.
5. Pembangunan kemampuan penelitian, pengembangan dan rancang bangun khususnya
perangkat lunak dan perekayasaan.

6. Pembangunan kemampuan para wiraswasta dan tenaga kerja industri berupa manajemen,
keahlian, kejujuran serta keterampilan.
F. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional
Sektor industri manufaktur di banyak Negara berkembang mengalami perkembangan sangat
pesat dalam tiga decade terakhir. Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan sebagai
kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir, dijuluki a miraculous economic karena kinerja
ekonominya sangat hebat. Dari 1970 hinga 1995, industri manufaktur merupakan contributor
utama.
Untuk melihat sejauh mana perkembangan industry manufaktur di Indonesia selama ini, perlu
dilihat perbandingan kinerjanya dengan sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam
kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output dari sector industry manufaktur terhadap
pembentukan PDB di Indonesia masih relative kecil, walaupun laju pertumbuhan output rataratanya termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan
Indonesia belum merupakan Negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi dibandingkan

Malaysia dan Thailand.
G. Permasalahan dalam Industri Manufaktur
Secara umum, industry manufaktur di Negara-negara berkembang masih terbelakang jika
dibandingkan dengan sector yang sama di Negara maju, walaupun di Negara-negara
berkembanga ada Negara-negara yang industrinya sudah sangat maju.
Dalam kasus Indonesia, UNIDO (2000) dalam studinya mengelompokkan masalah yang
dihadapi industry manufaktur nasional ke dalam 2 kategori, yaitu kelemahan yang bersifat
structural dan yang bersifat organisasi.
Kelemahan-kelemahan structural di antaranya:
1. Basis ekspor dan pasarnya yang sempit
a. Empat produk, yakni kayu lapis, pakaian jadi, tekstil dan alas kaki memiliki pangsa 50%
dari nilai total manufaktur
b. Pasar tekstil dan pakaian jadi sangat terbatas
c. Tiga Negara (US, Jepang dan Singapura), menyerap 50% dari total ekspor manufaktur
Indonesia, sementara US menyerap hampir setengah total nilai ekspor tekstil dan pakaian jadi
d. Sepuluh produk menyumbang 80% seluruh hasil ekspor manufaktur
e. Banyak produk manufaktur padat karya yang terpilih sebagai produk unggulan Indonesia
mengalami penurunan harga di pasar dunia akibat persaingan ketat
f. Banyak produk manufaktur yang merupakan ekspor tradisional Indonesia mengalami
penurunan daya saing

2. Ketergantungan impor yang sangat tinggi
3. Tidak adanya industry berteknologi menengah
4. Konsentrasi regional
Kelemahan-kelemahan organisasi, di antaranya:
1. Industry skala kecil dan menengah (IKM) masih underdeveloped
2. Konsentrasi pasar
3. Lemahnya kapasitas untuk menyerap dan mengembangkan teknologi
4. Lemahnya SDM

H. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Sektor Industri
1. Strategi Subtitusi Impor
Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestik
Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan
mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor
Pertimbangan yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a. SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia
b. Potensi permintaan dalam negeri memadai
c. Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
d. Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas

e.Dapat mengurangi ketergantungan impor
2. Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy
Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi
3. Strategi Promosi Ekspor
Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari
pemerintah
Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk
yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya
ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif
4. Kebijakan industrialisasi
Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan
pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN
I.Pengukuran Daya Saing Industri
Globalisasi pada dasarnya adalah penomena yang mendorong perusahaan di tingkat mikro
ekonomi untuk meningkatkan efisiensi agar mampu bersaing di tingkat lokal, nasional,
maupun internasional. Dengan globalisasi yang menyatukan pasar dan kompetisi investasi
internasional meningkatkan tantangan sekaligus peluang bagi semua perusahaan baik kecil,
menengah maupun besar.
Daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atau antar daerah untuk
menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan
berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional (sumber OECD). Oleh karena
daya saing industri merupakan penomena di tingkat mikro perusahaan, maka kebijakan
pembangunan industri nasional didahului dengan mengkaji sector industri secara utuh sebagai
dasar pengukurannya. Analisa difokuskan pada dua sisi yaitu: Sisi Penawaran dan Sisi
Permintaan. Sisi penawaran diukur dari 2 unsur yaitu: 9, 2010
Kondisi kemampuan ekonomi Indonesia atau Modal Dasar (SDA, SDM, Teknologi, dan
infrastruktur fisik, Kondisi saat ini struktur industri manufaktur Indonesia (kemampuan

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kita tahu sekarang industri menjadi sangat peting untuk pertumbuhan ekonomi maka
negara seperti indonesia sangatlah penting untuk mendorong masyarakat beralih menjadi
masyarakat yang berindustrialisasi hal ini tentu tidak saja membuat masyarakat nya sejahtera
negara juga akan semakin maju. Dengan tulisan ini mudah mudahan para pembaca mulai
sadar betapa penting nya Industrialisasi Dan Perkembangan Sektor Industri. dan Istilah
industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Sedangkan, pengertian
industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi
yang sifatnya produktif dan komersial. Awal konsep industrialisasi berawal dari adanya
Revolusi industry pada abad 18 di Inggris. yaitu ditandai dengan adanya Penemuan metode
baru dalam pemintaan dan penemuan kapas yg menciptakan spesialisasi produksi dan
peningkatan produktivitas factor produksi. Industrialisasi adalah suatu proses interkasi antara
perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi. Sedangkan Klasifikasi
Industri dapat dibedakan menjadi :
Klasifikasi Industri berdasarkan Bahan Baku Klasifikasi Industri berdasarkan Tenaga Kerja
Klasifikasi Industri berdasarkan Produksi yang dihasilkan Klasifikasi Industri berdasarkan
Bahan Mentah Klasifikasi Industri berdasarkan Lokasi Unit Usaha Klasifikasi industri
berdasarkan proses produksi Klasifikasi industri berdasarkan barang yang dihasilkan Klasifikasi
industri berdasarkan modal yang digunakanKlasifikasi Industri berdasarkan subjek
pengelolamKlasifikasi Industri berdasarkan cara pengorganisasianmKlasifikasi Industri
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian

DAFTAR PUSTAKA
ttp://ROGgrobennred.blogspot.com/2011/03/makalah-industrialisasi-di-indonesia.html
http://cynthiaprimadita.blogspot.com
http://ivanlipio.blogspot.com/2011/03/in…
http://wahyudi-duniahayalan.blogspot.com…