PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR ME

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Kemampuan produksi buah tomat dari tahun ke tahun terus bertambah, hal
ini terlihat dari angka produksi Nasional terus meningkat. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik dan Direktotar Jendral Hortikultura (2012) produksi tomat pada
tahun 2010 secara Nasional produksi sebesar 891.616 ton dengan luas panen
61.154 ha dan produktivitasnya sebesar 14,11 ton ha. Kemudian pada tahun 2011
produksi tomat secara Nasional mencapai hasil sebesar 954.046 ton dengan luas
panen 57.302 ha dan produktivitasnya sebesar 16,64 ton ha.
Peningkatan produksi tersebut memperlihatkan bahwa peluang bisnis buah
tomat masih terbuka lebar, karena suplainya dari tahun ke tahun masih belum
mencukupi. Di Kalimantan Selatan sendiri berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Kalsel pada tahun 2011 produksi tomat hanya mencapai 5.583 ton dengan luas
panen 685 ha dan hasil produktivitasnya hanya mencapai 8,15 ton ha. Potensi
hasil tanaman tomat jenis Tymoti F1 mencapai 50 – 60 ton ha, dengan bobot 2 – 3
kg per tanaman. Produksi tomat di Kalimantan Selatan masih sangat rendah jika
dibanding dengan rata-rata produksi Nasional sebesar 16,64 ton ha -1 dan potensi
hasil tomat.
Rendahnya rata-rata produksi disebabkan karena adanya beberapa faktor

pembatas, di antaranya kemampuan lahan yang sangat rendah, pemilihan varietas
yang belum tepat dan adanya serangan

hama dan penyakit (Aberar, 2011).

Kemampuan lahan yang rendah dapat ditingkatkan dengan berbagai macam cara.
Salah satunya adalah dengan memperbaiki kualitas tanah. Berbagai macam
upaya dilakukan para petani untuk meningkatkan kualitas tanah agar dapat
mencapai hasil produksi yang maksimal, dan salah satunya

adalah

dengan

menggunakan pupuk organik atau pupuk kompos (Harjowigeno, 1995).
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) sifat baik dari kompos yang
dapat memperbaiki kesuburan tanah karena dapat menyediakan unsur hara seperti
N, P, K, Ca, Mg, S serta hara mikro dalam jumlah relatif kecil, membuat
permeabilitas tanah menjadi lebih baik. Kandungan unsur hara NPK pada
pupuk trichokompos cukup tinggi (lihat pada Tabel 2). Berdasarkan hasil

penelitian Muhammad Aberar, dosis trichokompos yang dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat di lahan sulfat masam adalah 600 gram per
tanaman setara dengan 20 ton ha.
Tanaman tomat pada umumnya tidak menyukai tanah yang tergenang dan
becek. Tanaman tomat menghendaki tanah yang gembur dengan pH 5,6 – 6,8
(Sunarjono, 1990). Tanaman tomat meupakan tanaman yang memerlukan unsur
hara dalam jumlah yang cukup banyak, terutama unsur NPK (Anonim, 2013).
Menurut IFA World Fertilizer Use Manual (1992) dalam Sutarya dkk 1995,
serapan unsur hara makro oleh tanaman tomat antara lain adalah, N = 177 kg/ha,
P2O5 = 46 kg/ha, K2O = 319 kg/ha, CaO = 129 kg/ha, MgO = 43 kg/ha.
Mulsa yang dikenal selama ini adalah mulsa yang dibuat dari jerami kering
atau jenis rumput lainnya yang dikeringkan. Penggunaan jerami secara tradisional
berfungsi untuk menjaga kelembapan tanah. Tomat juga bisa memakai jerami

untuk menjaga kelembapan tanah. Namun, jerami justru kadang mendatangkan
masalah karena jerami yang membusuk (basah) bisa menularkan penyakit.
Keadaan tersebut dapat diantisipasi dengan menggunakan mulsa plastik hitam
perak (silver black). Disebut silver black karena memang mulsa plastik ini terdiri
atas dua sisi, yaitu sisi warna hitam dan sisi yang berwarna perak. Lebar mulsa
plastik ini 1,2 m dan biasanya dijual dalam satuan berat. Berat 1 kg biasanya

panjangnya sekitar 25 m (Tim Penulis PS, 2009)
Memperkuat pernyataan di atas, maka dirasakan perlu mengadakan
penelitian tentang Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Menggunakan Mulsa
Plastik Hitam Perak Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen 1 dan 2 Tanaman
Tomat, agar dapat memperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman tomat yang lebih
optimal.

1.2. Identifikasi masalah
Dari uraian tersebut di atas, permasalahan-permasalahan yang ada dapat di
identifikasikan sebagai berikut :
1.

Apakah interaksi pemberian pupuk organik cair menggunakan mulsa plastik
hitam perak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil panen 1 dan 2
tanaman tomat varietas f1 tombatu?

2.

Apakah terdapat kombinasi terbaik pemberian pupuk organik cair dengan
menggunakan mulsa hitam perak terhadap pertumbuhan dan hasil panen 1

dan 2 tanaman tomat varietas f1 tombatu?

1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi
pemberian pupuk organik cair dengan mulsa plastik hitam perakterhadap
pertumbuhan dan hasil panen 1 dan 2 tanaman tomat varietas f1 tombatu.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui kombinasi terbaik
pemberian pupuk organk cair dengan mulsa plastik hitam perak terhadap
pertumbuhan dan hasil panen 1 dan 2 tanaman tomat terbaik varietas f1 tombatu.

1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pertanian
tentang pemberian pupuk organik cair dengan mulsa plastik hitam perakterhadap
pertumbuhan dan hasil panen 1 dan 2 tanaman tomat varietas f1 tombatu sehingga
penggunaan pupuk lebih efisien dan lebih efektif dalam meningkatkan produksi
tanaman tomat.

1.5. Kerangka pemikiran
Produktivitas tomat di Indonesia masih tergolong rendah. Menurut data
BPS (2010) bahwa produktivitas tomat baru mencapai 14,58 ton ha pada tahun

2010, apabila dibandingkan dengan negara- negara lainnya seperti USA telah
mencapai 69,41 ton ha-1 pada tahun 2002 (Adiyoga et al.2004) . Salah satu faktor
rendahnya produktivitas tomat disebabkan penggunaan varietas kurang sesuai.
Pada umumnya tanaman tomat tumbuh baik pada ketinggian 600-900 m di atas

permukaan laut. Oleh sebab itu dalam budidaya tomat perlu pemilihan varietas
tomat yang cocok untuk ditanam di dataran rendah (Purwati & Khairunisa 2007).
Pengembangan varietas tomat di dataran rendah mengalami hambatan
karena tidak tahan terhadap temperatur tinggi dan adanya penyakit layu bakteri
(Nurita et al.2004). Namun pada saat ini sudah banyak dihasilkan varietas-varietas
yang berdaya hasil tinggi dan dapat beradaptasi di dataran rendah, baik itu varietas
unggul maupun varietas hibrida. Beberapa varietas yang cocok ditanam di dataran
rendah seperti varietas Intan, Berlian, Idola, Ratna, Niki, Permata, Montero dan
Mutiara.
Varietas F1 Tombatu dikenal karena buahnya sangat keras, cocok untuk di
tanam di dataran rendah sampai menengah dengan mudah perawatannya, potensi
hasil panen mencapai 70 Ton/ Ha dengan berat rata-rata buah mencapai 80 Gram/
Buah. Buah merah, terisi penuh dan keras, sehingga tahan untuk pengangkutan
jarak jauh, umur panen varietas Tombatu F1 55—60 HST. Varietas Permata
merupakan tomat hibrida turunan pertama (F1) yang memiiki tipe tumbuh

determinate dengan potensi hasil mencapai 3 kg tanaman atau 50-70 ton ha
(Agrina 2008). Varietas Montero merupakan tomat turunan pertama yang juga
memiliki tipe tumbuh determinate dengan potensi hasil 5-6 kg tanaman. Varietas
Niki memiliki tipe tumbuh semi determinate dengan potensi hasil hasil 5-6 kg
tanaman. Varietas Montero dan Niki mempunyai buah yang lebih tahan terhadap
pengangkutan (transportasi) dengan jarak yang jauh, sehingga sangat cocok untuk
diekspor (Bintang Asia 2009).

Selain penggunaan varietas yang tepat, faktor lain yang mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tomat adalah penggunaan pupuk, salah satunya adalah
pupuk organik cair. Penggunaan pupuk organik cair dapat mempertahankan
keseimbangan lingkungan serta dapat memperbaiki agregat tanah. Menurut
Susanto (2002) bahwa penggunaan pupuk organik cair merupakan salah satu cara
untuk mengatasi kekurangan bahan organik, karena mampu memperbaiki sifat
fisik, kimia dan biologi tanah,dapat meningkatkan hasil baik kualitas maupun
kuantitas serta mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
Salah satu pupuk organik cair adalah Enviro Plus, yang mengandung Corganik (4,7 %), N (15,25%), P2O5 (9,52%), K2O (11,97%), pH (7,53), C/N
(0,16), SO4 (0,78%), Cl (0,06%), Fe (0,08%), Na (0,82%), Ca(4,43%), Mg
(0,5%), Pb (0,4 ppm), Co (0,25 ppm), Cu ( 9,98 ppm), Zn (53,08 ppm), Mn (61,6
ppm), Al (22 ppm), Bo (6,46 ppm), Mo (13,74 ppm) dan ZPT(Giberelin,Auksin

dan Sitokinin). Penggunaan pupuk organik cair harus dengan konsentrasi yang
tepat.
Menurut Hanolo (1997) menyatakan pemberian pupuk organik cair harus
memperhatikan

konsentrasi

yang

diaplikasikan

terhadap

tanaman

yang

dibudidaya. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk
organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih
baik daripada melalui tanah. Penggunaan konsentrasi pupuk organik cair yang

tepat dapat memperbaiki pertumbuhan, mempercepat panen, memperpanjang
masa atau umur produksi dan dapat meningkatkan hasil tanaman (Rizqiani et al.

2007). Konsentrasi anjuran pupuk organik cair Enviro Plus adalah 1,5 cc L air,
dengan pemberian 10-15 HST.

1.6. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
1.

Interaksi pemberian pupuk organik cair dengan mulsa plastik hitam perak
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil panen 1 dan 2 tanaman tomat
terbaik varietas f1 tombatu.

2.

Terdapat kombinasi terbaik dari pemberian pupuk organik cair dengan mulsa
plastik hitam perak terhadap pertumbuhan dan hasil panen 1 dan 2 tanaman
tomat terbaik varietas f1 tombatu.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi & Morfologi Tanaman Tomat
Secara sistematika menurut Tugiono (1989), klasifikasi tanaman tomat
dalam taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Klas
: Dycotyledoneae
Ordo
: Turbiflorae
Famili
: Solaneceae
Genus
: Lycopersicum
Spesies
: Lycopersicum esculentum Mill

Tomat ditemukan pertama kali di daratan Amerika Latin, lebih tepatnya di
sekitar Peru, Equador. Para ahli taksonomi berbeda pendapat dalam pemberian
nama resmi untuk tanaman ini. Akhirnya pada tahun 1983 badan Internasinal yang
menangani pemberian nama ilmiah memtuskan bahwa nama ilmiah resmi untuk
tomat adalah Lycopersicon lycopersicum (L). Akan tetapi, saat ini nama yang
paling popular untuk tanaman tomat adalah Lycopersicum esculentum Mill (Tim
Penulis PS, 2009).
Tomat merupakan tanaman setahun (annual) atau tahunan (parenial) yang
berumur pendek, tetapi umumnya tumbuh setahun berbentuk perdu. Tinggi
tanaman dapat mencapai 2 – 3 m atau lebih. Mempunyai bentuk batang bulat dan
lunak. Batang sewaktu masih muda mudah patah, sedangkan setelah tua menjadi
keras hampir berkayu dan seluruh permukaannya berbulu halus, serta mempunyai
cabang yang lebat berwarna hijau (Rukmana, 1994).

Daunnya mudah dikenali karena mempunya bentuk yang khas yaitu
berbentuk oval, bergerigi dan mempunyai celah yang menyirip. Daunnya
merupakan daun majemuk ganjil dengan jumlah daun antara 5-7 (Tim Penulis
PS). Daunnya yang berwarna hijau dan berbulu mempunyai panjang sekitar 20-30
cm dan lebar 10-20 cm. Daun tomat ini tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang.
Sementara itu, tangkai daunnya berbentuk bulat memanjang sekitar 7-10 cm dan

ketebalan 0,3-0,5 cm.
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan
dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya.
Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota.
Pada serbuk sari terdapat kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk
bumbung yang mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan
penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah satu. Meskipun demikian
tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan silang (Bernardinus dan
Wiryanta, 2002).
Buah tomat yang masih muda biasanya terasa getir dan berbau tidak enak
karena mengandung lycopersicin yang berupa lendir dan dikeluarkan oleh 2-9
kantung lendir. Lycopersicin lambat laun akan hilang sendiri ketika buahnya
semakin matang sehingga baunya hilang dan rasanya pun jadi enak, terasa asam
manis. Warna buah yang tadinya hijau sedikit demi sedikit berubah menjadi
kuning seiring dengan proses pematangan , kemudian warna menjadi merah ketika
buah telah matang benar. Ukuran buahnya cukup bervariasi dengan diameter
anrtara 2 cm sampai 15 cm, tergantung dari varietasnya (Tim Penulis PS).

Varietas F1 Tombatu dikenal karena buahnya sangat keras, cocok untuk di
tanam di dataran rendah sampai menengah dengan mudah perawatannya. Potensi
hasil panen mencapai 70 Ton/ Ha dengan berat rata-rata buah mencapai 80 Gram/
Buah. Buah merah, terisi penuh dan keras, sehingga tahan untuk pengangkutan
jarak jauh, umur panen varietas Tombatu F1 55—60 HST

2.2. Fisiologis dan Lingkungan Tumbuh Tomat
Tanaman tomat mempunyai daya penyesuaian cukup luas terhadap
lingkungan tumbuhnya. Sebagian besar sentra produsen tomat berada di daerah
dataran tinggi pada ketinggian antara 1000 – 1250 meter dari permukaan laut
(Sunarjono, 1990).
Tanaman tomat dapat tumbuh disemua tempat dari dataran rendah sampai
dataran tinggi. Hanya saja di daerah basah atau curah hujan tinggi
pertumbuhannya kurang baik. Disamping buahnya banyak diserang penyakit,
seperti penyakit cendawan dan sejenisnya, sehingga untuk daerah basah dan
berudara lembab dianjurkan menanam tomat pada musim kemarau. Selanjutnya
tanaman tomat tidak tahan terhadap hujan yang lebat dan tidak suka daerah yang
selalu berawan. Tanaman tomat menghendaki iklim kering dengan suhu siang 18
-27oC dan malam hari 15 - 20oC (Anonim,2013)
Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai tanah pasir
sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik serta unsur hara dan mudah merembeskan air. Selain itu akar tanaman
tomat rentan terhadap kekurangan oksigen, oleh karena itu air tidak boleh

tergenang. Tanah dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5,5-7,0 sangat cocok
untuk budidaya tomat. Dalam pembudidayaan tanaman tomat, sebaiknya dipilih
lokasi yang topografi tanahnya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan
tanggul.Tanaman tomat tidak cocok tumbuh pada tanah yang tergenang air atau
tanah yang becek (Pudjiatmoko, 2008).
Budidaya tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari
untuk produksi yang menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak
disukai. Selanjutnya bahwa sinar matahari yang dikehendaki tanaman tomat
adalah minimal 8 jam per hari (Anonim, 2013).

2.3. Peranan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen
1 dan 2 Tanaman Tomat
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan pada
bidang pertanian. Kegiatan ini harus dilakukan secara tepat dan benar.
Kekurangan pupuk akan mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan hara dalam
tanah. Begitupun juga bila terjadi kelebihan pupuk, dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fungsi pemupukan adalah untuk
menambah dan memperbaiki kesuburan tanah sehingga tanah dapat dijadikan
sebagai media yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk
organik cair mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman tomat.
Selain itu, sifatnya yang organik ini mampu menyediakan senyawasenyawa organik yang alami dan aman bagi lingkungan, maupun bagi
penggunanya. Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur

di dalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama melalui akar, namun
daun juga punya kemampuan menyerap hara sehingga ada manfaatnya apabila
pupuk cair tidak hanya diberikan di sekitar tanaman saja, tapi juga di atas daundaun.
Penggunaan pupuk cair lebih memudahkan pekerjaan, dan penggunaan
pupuk cair berarti dapat melakukan tiga macam proses dalam sekali pekerjaan,
yaitu memupuk tanaman, menyiram tanaman, dan mengobati tanaman (Anonim,
2008). Adapun beberapa manfaat yang dimiliki oleh pupuk organik cair dalam
mendukung pertumbuhan dan perkembangan serta hasil tomat, antara lain:
1. Dengan menggunakan pupuk organik cair, tanaman tomat dapat memperoleh
unsur-unsur hara yang diperlukan untuk mendukung pembentukan klorofil
sehingga dapat meningkatkan terjadinya proses fotosintesis.
2. Beberapa unsur esensial yang terkandung di dalam pupuk organik cair dapat
merangsang pembentukan bunga dan buah serta pertumbuhan akar dan tunas.
3. Aplikasi pupuk organik cair dapat mengurangi terjadinya pengguguran daun,
bunga, dan bakal buah.
4. Adapun unsur-unsur tertentu yang mengaktivasi beberapa enzim yang berkaitan
dengan pertumbuhan tanaman tomat, seperti merangsang pertumbuhan cabang
produksi tanaman tomat.
5. Pupuk organik cair ini juga bermanfaat memperkuat struktur dinding sel
tanaman tomat dan memperkokoh tanaman serta meningkatkan resistensi
tanaman terhadap hama, patogen penyebab penyakit, dan cekaman lingkungan
(cekaman kekeringan dan cekaman cuaca).

Manfaat-manfaat tersebut di atas akan terlihat secara nyata jika di dukung
dengan aplikasi dosis pupuk organik cair, cara aplikasi, dan waktu yang tepat.
Dosis pupuk organik cair yang tepat ini merupakan suatu besaran yang digunakan
pada saat aplikasi pupuk guna menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang
optimal. Apabila dosis pupuk yang diberikan kurang dari kebutuhan hara tanaman
tomat, maka hasil yang diperoleh pun tidak optimal karena jumlah unsur-unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman tidak terpenuhi secara baik sehingga
metabolisme dalam tubuh tanaman tidak berlangsung baik. Begitu pula
sebaliknya, jika dosis pupuk organik cair melebihi batas toleransi tanaman tomat,
maka pertumbuhan tanaman tomat akan terhambat sehingga hasil yang diperoleh
pun tidak optimal. Hal ini disebabkan oleh berlebihnya unsur-unsur hara yang
diberikan yang dapat menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam
tubuh tanaman dan dapat mengakibatkan keracunan. Selain itu, sistem penyerapan
air dan unsur-unsur hara oleh akar di dalam tanah secara osmosis dapat terganggu
karena adanya perbedaan konsentrasi yang cukup tinggi antara tanah dan akar
tanaman.
Pekatnya pupuk organik cair yang digunakan akan meningkatkan
konsentrasi larutan pada tanah. Keadaan ini juga akan mengakibatkan penyusutan
pada protoplasma sel akar sehingga akan mengganggu sistem penyerapan air dan
unsur-unsur hara, bahkan air akan ikut keluar jika tekanan di dalam sel akar lebih
rendah dibandingkan tekanan di sekitar sel. Hal ini akan berlangsung hingga
mencapai keseimbangan tekanan antara keduanya. Fenomena tersebut sejalan
dengan penelitian Lestari (2011) bahwa konsentrasi pupuk organik cair sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Pertumbuhan dan
hasil tersebut dapat dilihat dari grafik-grafik di bawah ini tentang pengaruh
konsentrasi pupuk organik cair Nutrisi Saputra terhadap tinggi tanaman tomat,
berat kering tanaman tomat, jumlah buah tomat per tanaman, dan bobot buah
tomat per tanaman.

2.4. Mulsa Plastik Hitam Perak
Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan
untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit
sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Mulsa dibedakan
menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan
anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai
seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan
setelah bibit ditanam. Keuntungan mulsa organik adalah dan lebih murah, mudah
didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik
dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah alang-alang atau jerami, ataupun
cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan lainnya. Mulsa
anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar atau bahkan tidak dapat
terurai. Contoh mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak
(PHP) atau karung (Wikipedia, 2013A).
MPHPterdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di bagian atas
dan warna hitam dibagian bawah dengan berbagai keuntungan. Warna perak pada
mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi

lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangi serangan
penyakit, dan mengusir serangga-serangga penggangu tanaman seperti Thirps dan
Aphids. Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu
di perakaran tanaman menhadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar akan
optimal. Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari menembus ke
dalam tanah sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh (kecuali teki dan
anak pisang) (Agromaret, 2013).
Mulsa adalah komponen penting dalam sistem pertanian berkelanjutan.
Pada awal sejarahnya, sistem mulsa banyak digunakan petani anggur untuk
mengurangi gulma yang tumbuh di antara baris jalur pertanaman anggur. Cara ini
kini banyak diterapkan di sistem pertanam yang lain.Mulsa adalah sisa tanaman,
lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa
berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan
menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah, serta menghambat pertumbuhan
gulma (Anonim, 2012).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Telaga desa, Kecamatan Telukjambe
Timur Kabupaten Karawang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
sampai dengan bulan Mei 2014 .

3.2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Tanah, tanah
digunakan sebagai media tanam tomat.Benih, benih tomat yang digunakan
adalah benih tomat jenis Tymoti F1. Pupuk Kandang digunakan sebagai pupuk
dasar yang berasal dari kotoran ayam dengan dosis sesuai rekomendasi untuk
tanaman tomat adalah 20 t.ha-1. pupuk organik cair merupakan pupuk organik
yang memiliki wujud berupa cairan sehingga pupuk ini mudah larut saat
digunakan.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Cangkul dan garu,
digunakan untuk mengolah tanah. Sekop, Gembor, digunakan untuk menyiram air
pada

tanaman.

Tugal,

digunakan

untuk

membuat

lubang

tanaman.

Timbangan,digunakan untuk menimbang beberapa komponen penelitian. Meteran,
digunakan untuk mengukur tinggi tanaman. Neraca analitik digunakan untuk
menimbang berat buah dan berat basah tanaman tomat. Kamera digunakan untuk
dokumentasi kegiatan dan hasil penelitian. Alat tulis, digunakan untuk
pengumpulan data dan pencatatan yang berhubungan dengan penelitian.

3.3. Rancangan Penelitian
Metode penelitan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) Faktorial berulang 3 (tiga) kali dengan 10 (sepuluh) kombinasi perlakuan
sehingga terdapat 30 satuan percobaan, bagan tata letak percobaan dapat dilhat
pada Lampiran 1.

Perlakuan terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama yaitu dosis Pupuk rganik
Cair (P) dengan 5 taraf, yakni :
p1
p2
p3
p4
p5

= 2000 ppm
= 4000 ppm
= 6000 ppm
= 8000 ppm
= 10000 ppm
Faktor kedua adalah pemberian mulsa (m) yang terdiri dari 2 taraf, yaitu :

m0
m1

= tanpa pemberian mulsa
= dengan pemberian mulsa

Tabel 3. Kombinasi perlakuan percobaan dua faktor yaitu dosis pupuk organik cair
(p) dengan pemberian mulsa (m)
Dosis Pupuk
Organik Cair (p)

Pemberian Mulsa (m)
m
m1
0

p1

p1m0

p1m1

p2

p2m0

p2m1

p3

p3m0

p3m1

p4

p4m0

p4m1

p5

p5m0

p5m1

Model linier aditif yang digunakan untuk menganalisa setiap peubah yang
diamati adalah :
Yijk = µ + Kk +αi + βj + (αβ)ij +εijk
Dimana :
i

= 1,2,3,4,5 (dosis trichokompos)

j

= 1,2 (pemberian mulsa)

K

= kelompok

Yijk

= respon satuan percobaan yang menerima perlakuan faktor α ke-i
dan β ke – j pada ulangan ke-k

µ

= nilai tengah umum

αi

= pengaruh taraf perlakuan faktor α ke-i

βj

= pengaruh taraf perlakuan faktor β ke-j

Kk

= pengaruh kelompok ke-k

αβij

=

pengaruh interaksi faktor α ke-i dengan faktor β ke-j pada
pengamatan ke-k

εijk

= pengaruh galat acak percobaan yang menerima pengaruh,
perlakuan faktor α ke-i dan faktor β ke-j pada pengamatan ke-k

Berdasarkan model linier aditif tersebut, maka cara membentuk analisis
ragamnya adalah :
Tabel 4. Daftar Analisis Ragam pengaruh dosis trichokompos (t) dan pemberian
mulsa (m) terhadap masing-masing peubah yang diamati menurut
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Sumber
keragaman
Kelompok

Db

JK

KT

F-hit

2

JKK

KTK

KTK/KTG

t

4

JKt

KTt

KTt/KTG

m

2

JKm

KTm

KTm/KTG

Interasi (txm)

8

JK (txm)

KT (txm)

KT(txm)/KTG

Galat
Total

28
44

JKG
JKT

KTG

F-tabel
5%
1%

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji kehomogenan
ragam Barlet.

Jika data yang diperoleh homogen maka dilanjutkan dengan

analisis ragam untuk mengetahui perlakuan mana berpengaruh dengan
menggunakan uji F, Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dua faktor. Jika
dari hasil analisis ragam terdapat perlakuan interaksi yang berpengaruh maka
dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf uji 5%
dan 1% untuk mengetahui kombinasi terbaik. Dan apabila hanya faktor tunggal
yang berpengaruh, pengujian dilakukan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf uji 5% untuk mengetahui perlakuan mana yang paling berpengaruh.

3.4. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan percobaan meliputi kegiatan pengambilan contoh tanah awal,
pengolahan tanah dan ploting, pemupukan, penanaman, penyulaman, penyiangan,
pengairan, pembubunan, pengendalian hama dan penyakit, pengamatan panen dan
pasca panen.


Teknik Budidaya

Persemaian. Persemaian tomat terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama benih
direndam pada larutan ditane 4 ml/500 ml air selama ± 15 menit.

Setelah

direndam benih dikeringanginkan selama 15 menit. Kemudian benih disemai ke
lahan persemaian yang berukuran 2 m x 1 m, media persemaian terdiri dari tanah
halus dan pupuk kandang kering dengan perbandingan 2 : 1. Tahap kedua, setelah
berumur 1 minggu bibit dipindahkan ke polybag kecil (disapih).
Pengolahan tanah. Pertama-tama lahan dibersihkan dari rumput dan sisasisa tanaman lain. Lalu tanah diolah dengan dicangkul sedalam 30 – 35 cm,

kemudian tanah dibiarkan tujuh hari.

Pengolahan tanah kedua dilakukan

sekaligus pembuatan bedengan dengan ukuran 1,5 m x 3 m dan tinggi 20 cm.
Jarak antar bedengan 100 cm dan jarak antar kelompok 75 cm (Lampiran 1).
Masing - masing petakan terdapat 15 lubang tanaman dengan jarak tanam 50 x
60 cm.
Pemupukan. Pemberian pupuk kandang (kotoran ayam) dilakukan 2
minggu sebelum tanam dengan cara diratakan di atas permukaan bedengan.
Aplikasi Pupuk Organik Cair dilakukan 2 (dua) kali yaitu, pada saat 20 hari
setelah tanam dan pada saat tanaman mulai berbunga pada saat 30 hari setelah
tanam dengan dosis sesuai perlakuan (2000 ppm, 4000 ppm, 6000 ppm, 8000
ppm, dan 10000 ppm). Dosis setiap 1 kali pemupukan adalah 1/2 dari total setiap
dosis perlakuan.
Penanaman. Pemindahan bibit ke petakan percobaan saat berumur 21
hari setelah semai atau bibit sudah memiliki batang yang cukup kuat atau sudah
memiliki daun sebanyak 4 -5 helai. Cara memindah bibit adalah mengangkat bibit
yang ada dalam polybag kecil, kemudian ploybag kecil dibuka dan diletakkan
pada lubang tanam yang telah disiapkan. Setiap tanaman diberi naungan
(sungkup) dari pelepah pisang untuk menghindari sinar matahari yang berlebih.
Pemeliharaan. Meliputi penyiraman, penyulaman, dan pemasangan ajir.
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari dengan volume ± 1
liter per tanaman sampai masa sebelum panen. Penyulaman dilakukan apabila ada
tanaman yang mati atau kurang baik pertumbuhannya. Penyulaman dilakukan
hanya sampai tanaman berumur 2 minggu setelah tanam.Ajir (dibuat dari bambu

dengan tinggi + 150 cm) dipasang sedini mungkin agar tidak mengganggu
perakaran tanaman dengan cara ditancapkan disamping tanaman.
Panen. Pemanenan dilakukan saat tanaman tomat berumur 65 hari setelah
tanam atau pada saat tanaman tomat sudah menunjukkan ciri-ciri masak fisiologis,
saat masih muda dan daging belum liat, maksudnya daging buahnya masih
kencang berisi.

3.5. Pengamatan
Kegiatan pengamatan terhadap variabel yang diamati meliputi pengamatan
penunjang dan pengamatan utama.

3.5.1 Pengamatan Penunjang
Pengamatan penunjang meliputi analisis tanah sebelum percobaan,
keadaan cuaca selama percobaan seperti curah hujan, suhu, dan kelembaban
sedangkan untuk iklim ditentukan berdasarkan curah hujan tahunan. Dan keadaan
serangan hama dan penyakit tanaman, dan gulma.

3.5.2 Pengamatan Utama
Pengamatan utama yaitu pengamatan yang datanya di uji secara statistik,
pengamatan utama meliputi komponen pertumbuhan, komponen hasil dan hasil.
1.

Tinggi tanaman. Diukur dari pangkal batang di atas permukaan tanah
sampai dengan ujung tanaman menggunakan meteran. Pengukuran

dilakukan saat tanaman berumur 10, 20, 30, 40,50, dan 60 hari setelah
tanam.
2.

Jumlah daun. Dihitung jumlah daun yang sudah terbuka penuh pada
tanaman. Pengamatan dilakukan saat tanaman berumur 20, 30, 40, 50, dan
60 hari setelah tanam.

3.

Jumlah cabang. Dihitung adalah jumlah cabang primer yang terbentuk
pada masing-masing tanaman. Pengamatan dilakukan saat tanaman
berumur 10, 30, 40, dan 50 hari setelah tanam.

4.

Umur bunga pertama. Pengamatan dilakukan saat tanaman muncul bunga
pertama pada tanaman yang diamati secara merata, dilakukan hanya satu
kali. Satuan dinyatakan dalam hari setelah tanam.

5.

Umur panen pertama. Dilakukan saat panen pertama, yaitu hanya satu kali.
Dengan satuan hari setelah tanam.

6.

Jumlah buah pertanaman. Dihitung sejak panen pertama dengan selang
waktu 5 hari setiap kali panen. Satuan dinyatakan dalam buah.

7.

Bobot buah per tanaman.

Dilakukan dengan menimbang berat buah

pertanaman. Satuan perhitungan dalam gram.
8.

Berat kering tajuk. Dilakukan dengan menimbang berat kering tajuk.
Satuan perhitungan dalam gram.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Menggunakan Mphp (Mulsa
Plastik Hitam Perak) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Panen 1 Dan 2
Tanaman Tomat ( Lycopersicum esculentum Mill ) Varietas F1 Tombatu’’.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun spiritual
sehingga terwujudnya skripsi ini. Penghargaan dan terimakasih yang sebesarbesarnya penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Sulistyo Sidik Purnomo, Ir., M.Si., Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Singaperbangsa Karawang.
2. Yayu Sri Rahayu, STP., MP., Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Singaperbangsa Karawang.
3. Staf dan Dosen Fakultas Pertanian Universitas Singaperbangsa Karawang

4. Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi angkatan tahun 2006 Fakultas
Pertanian Universitas Singaperbangsa Karawang.
5. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan sehingga penulisan
usulan proposal dan skripsi ini selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
skripsi ini yang masih jauh dari kesempurnaan namun demikian semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Karawang,

November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

BAB

Halaman

KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Identifikasi Masalah
3
1.3 Maksud dan Tujuan
4
1.4 Kegunaan Penelitian
4
1.5 Kerangka Pemikiran
4

1.6 Hipotesis
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi & Morfologi Tanaman Tomat
8
2.2 Fisiologis dan Lingkungan Tumbuh Tomat
10
2.3 Peranan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Panen 1 & 2 Tanaman Tomat
11
2.4 Mulsa Plastik Hitam Perak
14
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
16
3.2 Bahan dan Alat
16
3.3 Rancangan Penelitian
17
3.4 Tahap Pelaksanaan Penelitian
20

3.5 Pengamatan
22
3.5.1 Pengamatan Penunjang
22
3.5.2 Pengamatan Utama
22
DAFTAR PUSTAKA
24

DAFTAR PUSTAKA

Aberar, M., A. Mursyid, G.M.S. Noor. 2011. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis
Pupuk Trichokompos dengan Interval Waktu Pemberian Terhadap
Pertumbuhan, Serangan Hama Penyakit dan Hasil pada Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum

Mill) Di Lahan Sulfat Masam. Skripsi.

Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Anom, E. 2008. Efek Residu Pemberian Trichokompos Jerami Padi Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica junsea. L). Sagu. 7
(2) : 12. Diakses tanggal 27 Maret 2013. Banjarbaru.
Anonim. 2011. Pengaruh EM-4 Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat. Makalah
Ilmiah. Fakultas Pertanian Universitas Cokrominoto Palopo. Diakses
tanggal 1 April 2013. Banjarbaru.

Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan. 2011. Kalimantan Selatan dalam
Angka. Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan.
Bernardinus, T., dan W. Wiryanta. 2002. Bertanam Tomat. PT Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Ginting C.E., M.I. Pinem, M.C. Tobing. 2013. Pengaruh penggunaan beberapa
mulsa plastic dan varietas terhadap serangan penyakit antraknosa
(Colletotrichum capsicii Sydow.) pada tanaman cabai (Capsicum annum
L) di lapangan. ISSN No. 2337-6597. Jurnal Online Agroekoteknologi.
Vol. 1 No. 4. Diakses tanggal 20 Maret 2014. Banjarbaru.
Harjowigeno. S. 1995. Ilmu Tanah. Edisi Revisi. Penerbit Akademik Lasindo.
Jakarta.
Ichwan, B. 2007. Pengaruh dosis trichokompos terhadap pertumbuhan danhasil
tanaman cabe merah(Capsicum annuum L.). Agronomi. 11 (1) : 50.
Diakses tanggal 27 Juli 2013. Banjarbaru.
Tim Penulis PS, 2009. Budidaya Tomat Secara Komersial. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Wikipedia. 2013A. Mulsa. http://id.wikipedia.org/wiki/Mulsa. Diakses pada
tanggal 13 Desember 2013.
Didit.

2010.

Cara

Budidaya

Tomat

(Lycopersicon

esculentum

Mill).

. Diakses pada tanggal 9 Desember 2012.

Lestari, A. P. 2011. Pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Jurnal Agroqua Vol.9 :
1-7.
Pudjiatmoko. 2008. Budi Daya Tomat. http://atanitokyo.blogspot.com/budi-dayatomat-lycopersicon-esculentum.html. Diakses tanggal 23 April 2013.
Banjarbaru.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR
MENGGUNAKAN MPHP (MULSA PLASTIK HITAM
PERAK) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
PANEN 1 DAN 2 TANAMAN TOMAT ( Lycopersicum
esculentum Mill )VARIETAS F1 TOMBATU
USULAN PENELITIAN & SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh semester akhir pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Negeri Singaperbangsa Karawang

Disusun Oleh :
Cucu Endah Lestari
NPM. 1141175001081

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITS NEGERI SINGAPERBANGSA KARAWANG
2014