JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN SAINS DAN M

DKI Jakarta

Vol. 1, No. 1, Juni 2017

Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

Hak Cipta: Prodi PEP Pascasarjana UNJ

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN SAINS DAN MATEMATIKA DKI JAKARTA

ISSN : 2549-8665 Vol. 1, No. 1, Juni 2017

Diterbitkan dua kali setahun pada bulan Juni dan November. Artikel yang diangkat dari hasil penelitian yang berkaitan dengan pendidikan sains dan matematika.

Ketua Penyunting

Iman Subasman

Wakil Ketua Penyunting

Wardani Rahayu

Penyunting Pelaksana

Agus Dudung Ahsanul Khair Asdar Deni Iriyadi Tuti Alawiyah Bambang Afriadi Iskandar Nurfitriani Oktaviana Sinaga Lailiyah Norma Muningsih Rizka Zakiah

Pelaksana Tata Usaha

Diah Arum Kartikasari Eva Puspita Dewi Liza Salsabila Maya Oktaviani

Alamat Penyunting dan Tata Usaha

Gedung Mohammad Hatta lantai 4, Kampus A Universitas Negeri Jakarta, Jalan

Rawamangun, Jakarta Timur, 13220. Email: jurnal.jpsmj@unj.ac.id

Diterbitkan Oleh:

Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

Jurnal ini diterbitkan dua kali setahun pada bulan Juni dan November. Terdapat 9 artikel yang diangkat dari hasil penelitian yang berkaitan dengan pendidikan sains dan matematika.

Artikel pertama dari Nurul Anriani dari Pendidikan Matematika, FKIP UNTIRTA, Banten. Penulis memaparkan hasil kajiannya tentang penerapan model pembelajaran osborn untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa SMP. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Terdapat peningkatan kemampuan penalaran matematik antara siswa yang mendapatkan pembelajaran Osborn lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori; 2) Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah melalui model pembelajaran Osborn; 3) sikap siswa terhadap penerapan model pembelajaran Osborn adalah positif.

Artikel kedua ditulis Sadono dari Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Penelitiannya menyimpulkan bahwa setelah kemampuan numerik dikontrol: (1) hasil belajar matematika siswa yang diberi pendekatan pembelajaran RME lebih tinggi dari pada peserta didik yang diberi pendekatan tematik, (2) hasil belajar matematika kelompok peserta didik yang diberi model penilaian kinerja lebih tinggi dari pada peserta didik yang diberi model penilaian tes tertulis, (3) terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan model penilaian terhadap hasil belajar matematika, (4) khusus pada kelompok peserta didik yang diberi pendekatan pembelajaran RME, hasil belajar matematika pada kelompok peserta didik yang diberi model penilaian kinerja, lebih tinggi daripada kelompok peserta didik yang diberi model penilaian tes tertulis, (5) khusus pada kelompok peserta didik yang diberi pendekatan pembelajaran tematik, hasil belajar matematika pada kelompok peserta didik yang diberi model penilaian kinerja lebih rendah daripada kelompok peserta didik yang diberi penilian tes tertulis, (6) khusus pada kelompok peserta didik yang diberi model penilaian kinerja, hasil belajar matematika pada kelompok peserta didik yang diberi pendekatan pembelajaran RME lebih tinggi daripada kelompok peserta didik yang diberi pendekatan pembelajaran tematik, dan (7) khusus pada kelompok peserta didik yang diberi model penilaian tes tertulis, hasil belajar matematika pada kelompok peserta didik yang diberi pendekatan pembelajaran RME lebih rendah daripada kelompok peserta didik yang diberi pendekatan pembelajaran Artikel kedua ditulis Sadono dari Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Penelitiannya menyimpulkan bahwa setelah kemampuan numerik dikontrol: (1) hasil belajar matematika siswa yang diberi pendekatan pembelajaran RME lebih tinggi dari pada peserta didik yang diberi pendekatan tematik, (2) hasil belajar matematika kelompok peserta didik yang diberi model penilaian kinerja lebih tinggi dari pada peserta didik yang diberi model penilaian tes tertulis, (3) terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan model penilaian terhadap hasil belajar matematika, (4) khusus pada kelompok peserta didik yang diberi pendekatan pembelajaran RME, hasil belajar matematika pada kelompok peserta didik yang diberi model penilaian kinerja, lebih tinggi daripada kelompok peserta didik yang diberi model penilaian tes tertulis, (5) khusus pada kelompok peserta didik yang diberi pendekatan pembelajaran tematik, hasil belajar matematika pada kelompok peserta didik yang diberi model penilaian kinerja lebih rendah daripada kelompok peserta didik yang diberi penilian tes tertulis, (6) khusus pada kelompok peserta didik yang diberi model penilaian kinerja, hasil belajar matematika pada kelompok peserta didik yang diberi pendekatan pembelajaran RME lebih tinggi daripada kelompok peserta didik yang diberi pendekatan pembelajaran tematik, dan (7) khusus pada kelompok peserta didik yang diberi model penilaian tes tertulis, hasil belajar matematika pada kelompok peserta didik yang diberi pendekatan pembelajaran RME lebih rendah daripada kelompok peserta didik yang diberi pendekatan pembelajaran

Artikel ketiga ditulis Sri Hartini dari FKIP-Unwir Indramayu Jawa Barat. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa; (1) kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa sekolah dasar maupun kelompok siswa madrasah ibtidaiyah dapat meningkat pada pemberian model pembelajaran quantum teaching dan pemberian bentuk penilaian portofolio tampilan, (2) kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa sekolah dasar dapat meningkat pada pemberian model pembelajaran think pair share dan pemberian bentuk penilaian tampilan, (3) kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa madrasah ibtitaiyah dapat meningkat pada pemberian model pembelajaran think pair share dan pemberian bentuk penilaian dokumen, (4) kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok siswa sekolah dasar dapat meningkat pada pemberian model pembelajaran quantum teaching dan pemberian bentuk penilaian portofolio dokumen.

Artikel keempat ditulis Ibnu Muthi dari Universitas Islam “45” Bekasi. Hasil penelitiannya adalah: 1) hasil belajar Matematika kelompok siswa yang diberi perlakuan umpan balik privat lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diberi perlakuan umpan balik public, 2) terdapat pengaruh interaksi antara umpan balik transparan dan disposisi matematis terhadap hasil belajar Matematika, 3) untuk kelompok siswa yang memiliki disposisi matematis tinggi, hasil belajar Matematika kelompok siswa yang diberi perlakuan umpan balik privat lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diberi perlakuan umpan balik public, 4) untuk kelompok siswa yang memiliki disposisi matematis rendah, hasil belajar Matematika kelompok siswa yang diberi perlakuan umpan balik privat lebih rendah daripada kelompok siswa yang diberi perlakuan umpan balik public . Penelitian ini merekomendasikan bahwa guru harus kreatif dalam mengajar menggunakan umpan balik dengan memperhatikan disposisi matematis siswa.

Artikel kelima ditulis Maria Agustina Amelia dari Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penelitian menunjukan bahwa: 1) kemampuan di tes prestasi matematika tentang pecahan subjek belajar tergolong sedang. Kemampuan dalam tes prestasi matematika tentang pecahan terhadap dua indikator (33,33%) diklasifikasikan sebagai tinggi. Kemampuan dalam tes prestasi matematika tentang pecahan terhadap empat indikator (66,67%) yang tergolong sedang. 2) kemampuan berpikir tingkat tinggi tergolong sedang (0486). 87,5% atau 7 kemampuan matematika tingkat tinggi kemampuan berpikir tergolong sedang. 12,5% atau 1 kemampuan matematika tingkat tinggi

kemampuan berpikir tergolong rendah.

Artikel keenam ditulis Rita Kusumawardani, dan Nia Gardenia dari FTMIPA Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) keterampilan penalaran matematika siswa ekstrovert lebih baik daripada siswa introvert model pembelajaran penemuan dengan pendekatan CRA; (2) pemecahan keterampilan siswa ekstrovert masalah adalah lebih baik daripada siswa introvert model pembelajaran penemuan dengan pendekatan CRA; (3) keterampilan penalaran matematika siswa ekstrovert lebih baik daripada siswa introvert model pembelajaran penemuan tanpa pendekatan CRA; dan (4) pemecahan keterampilan siswa ekstrovert masalah adalah lebih baik daripada siswa introvert model pembelajaran penemuan tanpa pendekatan CRA.

Artikel ketujuh ditulis Muh. Fatkhul Ma’arij dari SMAN 11 Kabupaten tangerang, Provinsi Banten. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa terdapat peningkatan pemahaman peserta didik dalam mempelajari fluida karena miskonsepsi terhadap hukum-hukum fluida teratasi.

Artikel kedelapan ditulis Mentari Darma Putri dan Melinda Nugraha dari Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VIII di SMP N 11 Kota Bengkulu, berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji-t dua sampel independen, diperoleh skor rata-rata hasil belajar kelas eksperimen berbeda secara signifikan dengan skor rata-rata hasil belajar akhir kelas kontrol dengan t hitung = 3,96 > t tabel = 2,00 pada taraf signifikan 95% dimana hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model PBL lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu implementasi PBL dalam pembelajaran dapat dijadikan salah satu solusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa, memotivasi siswa untuk belajar, meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.

Artikel kesembilan ditulis Sundanah dari Pendidikan MIPA Universitas Indraprasta PGRI (UNINDRA). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kebiasaan belajar dan sikap siswa pada pelajaran IPA secara bersama-sama berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap penguasaan konsep IPA

dengan persamaan liniernya adalah Y = 40,109 + 0.043X 1 + 0.294X 2 , dan pengaruh kebiasaan belajar berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penguasaan konsep IPA hal ini dapat dibuktikan dengan sig. 0,000 < 0,05 dan t hitung = (5,49) > t tabel 1,68 , dan pengaruh sikap siswa berpengaruh secara positif terhadap penguasaan konsep IPA hal ini dapat dibuktikan dengan sig. 0,002 < 0,05 dan t hitung = (5,49) > t tabel 1,68.

Daftar Jurnal Penelitian Pendidikan Sains dan Matematika DKI Jakar ta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN UNTUK 1-8 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SMP

Nurul Anriani

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN MODEL 9-18 PENILAIAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGONTROL KEMAMPUAN NUMERIK PESERTA DIDIK

Sadono

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN BENTUK PENILAIAN 19-31 PORTOFOLIO BERBASIS KELAS SERTA JENIS SEKOLAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

Sri Hartini

PENGARUH UMPAN BALIK DAN DISPOSISI MATEMATIS 32-41 TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Ibnu Muthi

DESKRIPSI KEMAMPUAN

TINGGI 42-50 MATEMATIKA (HIGH ORDER THINKING SKILLS) MATERI PECAHAN SISWA KELAS V SD

BERFIKIR

TINGKAT

Maria Agustina Amelia

MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN CRA 51-63 TERHADAP PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA EKSTROVERT-INTROVERT

Rita Kusumawardani, Nia Gardenia

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN PROJECT-BASED 64-80 LEARNING (PjBL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN FLUIDA

Muh. Fatkhul Ma’arij

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS 81-94 MASALAH

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA SMP

Mentari Darma Putri, Melinda Nugraha

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN SIKAP SISWA 55-111 TERHADAP PENGUASAAN KONSEP IPA KELAS IX DI SMP SWASTA KABUPATEN TANGERANG

Sundanah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA SMP

Nurul Anriani

Pendidikan Matematika, FKIP UNTIRTA nurul_anriani@yahoo.co.id

Abstract: This research is motivated by the low mathematical reasoning skills students need to find an alternative so that learning can improve students' mathematical reasoning ability. One model of learning that can be an alternative to improve mathematical reasoning ability is Osborn Learning model. This learning model consists of six stages, namely the orientation, analysis, hypothesis, incubation, synthesis, and verification. This study aims to determine 1) to mengetaui whether the increased ability of reasoning mathematics among students who had learning model Osborn better than students who received expository, 2) to determine differences improvement reasoning abilities mathematics for students who have the ability to high, medium, and low through learning model Osborn, 3) the students' attitudes toward learning model Osborn. The method used is the quasi-experimental method with the entire population of students of SMP Negeri 1 Saketi. Sampling was done by cluster random sampling, the selected sample consists of two classes, namely class VIII A total of 35 students as an experimental class and class VIII B of 35 students as the control class. Data were obtained using a research instrument in the form of mathematical reasoning test instrument on the material and the cube-shaped beam as much as

4 matter and description of non-test instruments in the form of a questionnaire. The processed data is data gain that is then analyzed using t-test two parties and one- way ANOVA test. The results showed: 1) There is an increased mathematical reasoning skills among students who had learning Osborn better than students who had expository; 2) There is no difference in improvement of mathematical reasoning skills for students who have the ability to high, medium, and low through learning model Osborn; 3) students' attitudes toward learning model application Osborn is positive.

Keywords: Learning Model Osborn, Mathematical Reasoning Skills

A. Pendahuluan

dipelajari, sehingga setiap ilmu pengetahuan

lain memiliki Matematika

keterkaitan dengan matematika. Hal bidang ilmu pengetahuan yang

merupakan

ini diperkuat menurut Suherman dkk dipelajari

(2003: 25), yang menyatakan bahwa pendidikan. Peraturan Pemerintah

“Matematika sebagai ratu atau No 19 Tahun 2005 tentang Standar

ibunya ilmu dimaksudkan bahwa Nasional Pendidikan Pasal

7 matematika adalah sebagai sumber mengenai standar isi menetapkan

dari ilmu yang lain”. Menurut matematika sebagai salah satu

Suherman dkk (2003: 60) yang materi pelajaran penting dalam tiap

menyatakan: “Para peserta didik jenjang dan jenis pendidikan.

matematika untuk Matematika sangat penting untuk

memerlukan

kebutuhan praktis dan memecahkan kebutuhan praktis dan memecahkan

menunjukkan bahwa mampu

Hal

ini

penalaran dan matematika lebih lanjut, untuk

pembelajaran matematika memiliki membantu memahami bidang studi

keterkaitan. DEPDIKNAS (Shadiq, lain seperti fisika, kimia, arsitektur,

2004) menyatakan bahwa “Materi farmasi, geografi, ekonomi, dan

dan penalaran sebagainya dan agar dapat berpikir

matematika

matematika merupakan dua hal logis, kritis, dan praktis, serta

yang tidak dapat dipisahkan, materi bersikap positif dan berjiwa kreatif”.

dipahami melalui Banyak ilmu pengetahuan

matematika

penalaran dan penalaran dipahami yang

melalui belajar pengembangannya bergantung dari

matematika”. Pola berfikir yang matematika.

dikembangkan membutuhkan dan mengakibatkan

pemikiran kritis, matematika di sekolah seharusnya

pembelajaran

melibatkan

sistematis, logis dan kreaktif. diterapkan secara optimal oleh

Salah satu upaya untuk siswa. Menurut Russefendi (2006:

membangun kemampuan matematik 260), belajar matematika bagi siswa

melalui model merupakan pembentukan pola pikir

siswa

adalah

pembelajaran yang tepat yang dan pemahaman suatu pengertian

melatih siswa untuk benalar. Salah maupun penalaran suatu hubungan

satu model pembelajaran yang di antara pengertian-pengertian itu,

dapat meningkatkan kemampuan karena matematika timbul dari

penalaran matematik siswa adalah pikiran-pikiran yang berhubungan

Model Pembelajaran Osborn. dengan ide, proses, dan penalaran.

Model pembelajaran Osborn Menurut NCTM (National

merupakan model pembelajaran Council of Teachers of Mathematics)

menggunakan teknik Serta dipertegas oleh Sumarmo

yang

brainstorming (curah pendapat). (2010:4), merekomendasikan lima

Teknik curah pendapat yaitu teknik kemampuan berpikir matematis

pembelajaran yang memberikan siswa,

kesempatan pada siswa untuk matematik; (b) pemecahan masalah

yaitu (a)

pemahaman

berpendapat seluas-luasnya dan matematik;

ide sebanyak- matematik; (d) koneksi matematik;

banyaknya serta mengakhirkan kritik (e) komunikasi matematik.

maupun penilaian terhadap ide yang Widiharto

muncul. Ide-ide yang muncul menyatakan bahwa pembelajaran

ditampung, disaring, didiskusikan, matematika adalah terbentuknya

rencana-rencana kemampuan bernalar pada diri siswa

disusun

masalah, terakhir yang tercermin melalui kemampuan

penyelesaian

barulah disimpulkan suatu solusi dari berpikir kritis, logis, sistematis, dan

masalah tersebut.

memiliki sikap objektif, jujur, serta

(2006: 13) disiplin dalam memecahkan suatu

Dahlan

mengungkapkan tahapan-tahapan permasalahan baik dalam bidang

pembelajaran untuk memulai curah matematika maupun kehidupan

pendapat antara lain 1) Tahapan sehari-hari. Kemampuan berpikir

orientasi, guru menyajikan masalah logis, kritis, dan praktis merupakan

atau situasi pada siswa; 2) Tahapan

Analisa, siswa merinci bahan yang

tahun pelajaran relevan atas masalah yang ada atau

siswa mengidentifikasi masalah; 3) Tahapan

Pengumpulan data dipersilakan

hipotesis,

siswa

menggunakan tes tertulis dengan pendapat terhadap situasi atau

mengungkapkan

instrumen soal tes, yaitu untuk permasalahan yang diberikan; 4)

mengukur hasil belajar siswa. Dan Tahapan

soal non tes yaitu hasil sikap angket bekerja mandiri dalam kelompok

pengeraman,

siswa

siswa pada kelas eksperimen. untuk

Karena pada penelitian ini diberikan berpikirnya; 5) Tahapan Sintesis,

membangun

kerangka

perlakuan yang berbeda terhadap guru membuat diskusi kelas dan

kedua kelompok, yaitu perlakuan mengajak siswa untuk berpikir untuk

kelompok kelas eksperimen yaitu mempertimbangkan pendapat mana

kelompok siswa yang diajarkan yang terbaik; 6) Tahapan verifikasi,

dengan model pembelajaran Osborn guru mengambil keputusan terhadap

dan kelompok kelas kontrol yaitu gagasan yang diungkapkan siswa

kelompok siswa yang diajarkan sebagai solusi pemecahan masalah

metode ekspositori. terbaik.

dengan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes

Dari tahapan-tahapan teknik tertulis pada pokok bahasan kubus curah pendapat dapat dilihat bahwa

balok berbentuk lembar soal uraian. siswa dilibatkan secara langsung

Instrumen ini terlebih dahulu telah dalam proses pembelajaran dan

diujikan dan dihitung kevalidannya diberikan

dengan korelasi poin biserial dan berpendapat. Keterlibatkan siswa

keleluasaan

dalam

reliabilitasnya dengan KR=0,443 secara langsung dalam proses

cukup), sehingga pembelajaran dan penemuan solusi

(reliabilitas

diperoleh 4 soal yang valid dan melalui keleluasaan berpendapat

reliabel

tersebut diharapkan

dapat

membangun kemampuan penalaran

C. Hasil

Penelitian dan

matematik siswa.

Sehingga

Pembahasan

dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Tabel 1. Data Hasil Tes Awal Kelas Osborn

Eksperimen dan Kelas Kontrol Kemampuan Penalaran Matematik

Untuk

Meningkatkan

Siswa SMP”. Kelasa

Statistik

Kelas

Eksperimen Kontrol

35 B. 35 Metode Penelitian

n (banyak

siswa) Nilai Minimum

Metode penelitian

digunakan pada penelitian ini adalah

Maksimum

metode kuasi eksperimen, karena

dalam penelitian ini ada 2 kelompok Rata-rata

Variansi

yang dibandingkan,

diberikan

perlakuan yang berbeda tanpa

mengubah komposisi kelompok tersebut. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMPN 1

Untuk rata-rata tes awal kelas ≤ 1,671 maka H 0 diterima sehingga eksperimen dan kontrol dapat dilihat

dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak pada diagram berikut:

terdapat perbedaan rata-rata skor pretes antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Atau dapat

Rata-Rata Tes-Awal

dikatakan bahwa kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol

17 sama.

16.5 kelas 16 eksperimen

Tabel 2. Data Perhitungan Gain

15.5 kelas

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

kontrol

Statistik

Kelas Kelas Eksperimen

Kontrol

35 Gambaran 1. Diagram Rata-rata 35 Nilai Tes-Awal Kelas Eksperimen

n (banyak siswa)

Gain Maksimum

dan Kontrol

Gain Minimum

Dari hasil penghitungan uji

chi-kuadrat didapatkan bahwa nilai 0,29

Rata-rata

tes-awal kelas eksperimen

lebih kecil dari nilai 2 

tabel yaitu

Simpangan

4,02035 < 11,070 ini menunjukan Baku bahwa

eksperimen berdistribusi normal dan untuk kelas kontrol didapatkan 2,352 < 11,070 ini berarti bahwa data tes-

Rata-rata Gain

awal kelas kontrol juga berdistribusi normal. Uji homogenitas yang

0.5 kelas

digunakan adalah uji-F. Dari hasil

eksperimen

penghitungan memperoleh nilai

kelas

F hitung = 1,356 dan F tabel = 1,776

dibandingkan didapat

bahwa

F hitung  F tabel maka disimpulkan

Gambaran 2. Rata-rata gain untuk

kelas eksperimen dan kontrol varians kedua data homogen. Setelah diketahui data sampel

Sebelum dilakukan pengujian berasal dari populasi berdistribusi

mengetahui peningkatan normal dan memiliki varians yang

untuk

kemampuan penalaran matematik sama, maka dilakukan uji perbedaan

siswa pada kelas eksperimen dan rata-rata data pretest dengan

kontrol, terlebih dahulu dilakukan uji menggunakan

normalitas dan homogenitas data Berdasarkan penghitungan diperoleh

gain yang didapatkan. Dari hasil t hitung = 0,248 dan t tabel = 1,671.

penghitungan didapatkan bahwa Karena nilai t 2

hitung berada didaerah

nilai  hitung gain kelas eksperimen

penerimaan H 0 yaitu - 1,671 ≤ 0,248 lebih kecil dari nilai 2  tabel yaitu

4,3721 < 11,070 ini menunjukan Hasil Uji Gain Kelompok bahwa data gain kelas eksperimen

Tinggi, Sedang, Rendah berdistribusi normal dan untuk kelas kontrol didapatkan 9,51446 <

Sumb Jumla Kuadr F hitu F tab

11,070 ini berarti bahwa data gain

ng el kelas kontrol juga berdistribusi

er

h at

Kuadr Rerat

Varian

normal. Dari hasil penghitungan

at

si

memperoleh nilai F hitung = 1,02 dan

F tabel = 1,776 dengan  0, 05 .

0,02 0,41 3,3 Setelah dibandingkan didapat bahwa

F hitung  F tabel maka disimpulkan

Dalam 1,542 0,048 Keteranga varians kedua data homogen.

3 n: Karena data gain kelas eksperimen

Group

dan kelas kontrol berdistribusi 0,416 < normal dan homogen, maka uji

3,30 perbedaan rata-rata yang digunakan adalah uji satu pihak (pihak kanan).

terima H 0 Uji-t ini bertujuan untuk melihat

Total

apakah peningkatan

rata-rata

kemampuan penalaran matematik Berdasarkan tabel terlihat siswa kelas eksperimen lebih baik

bahwa F hitung < F tabel , yaitu 0,416 < atau sama dengan kelas kontrol.

3,30. Ini menunjukkan bahwa tidak Dari hasil penghitungan di dapat t

terdapat perbedaan peningkatan hitung >t tabel yaitu yaitu 1,92 > 1,673.

kemampuan penalaran matematik Sesuai dengan kriteria pengujian

siswa antara siswa yang memiliki maka H 0 ditolak. Ini menunjukkan

kemampuan tinggi, sedang, dan bahwa rata-rata nilai peningkatan

rendah melalui model pembelajaran kemampuan penalaran matematik

Osborn. Jadi antara siswa yang siswa kelas eksperimen lebih baik

tinggi, sedang daripada siswa kelas kontrol.

berkemampuan

rendah mengalami Untuk

maupun

peningkatan yang sama dari nilai tes masalah yang kedua, digunakan uji

menguji

rumusan

awal ke nilai tes akhir. anova satu arah. Sebelum dilakukan

Dan sikap siswa terhadap uji

model pembelajaran Osborn adalah pengelompokan siswa menjadi tiga

anova, maka

dilakukan

positif

kelompok kategori rendah, sedang

Pembahasan

dan tinggi. Setelah diperoleh data Berdasarkan pada analisis gain kelompok tinggi, sedang dan

tahap awal (pretest) pada kelas VIII- rendah berdistribusi normal dan

A (eksperimen) dan VIII-B (kontrol) homogen. Langkah

menunjukkan bahwa kemampuan adalah menghitung rata-rata dari

selanjutnya

penalaran matematik siswa sama gain

secara statistik (tidak terdapat simpangan baku, dan menentukan

Kemudian setelah

F hitung dan F tabel . Hasil penghitungan diberikan tindakan pada kelas uji anova satu arah dapat dilihat

yakni dengan pada tabel berikut:

eksperimen

menerapkan model pembelajaran Osborn dan untuk kelas kontrol menerapkan model pembelajaran Osborn dan untuk kelas kontrol

kelompok dibentuk secara heterogen peningkatan kemampuan penalaran

(siswa kelompok tinggi, sedang, dan matematik

rendah). Setiap pertemuan siswa terlihat dari hasil penghitungan uji

siswa.

Peningkatan

kelompoknya masing- perbedaan dua rata-rata pihak

dengan

masing berdiskusi dan mengerjakan kanan

soal atau latihan yang diberikan guru peningkatan kemampuan penalaran

menunjukkan

bahwa

secara bersama-sama. Penyebab matematik siswa kelas eksperimen

lainnya karena pelaksanaan tahap lebih baik dibandingkan peningkatan

pengeraman yang kurang optimal. kemampuan penalaran siswa kelas

Penyebab lainnya dapat dilihat dari kontrol. Berbeda halnya dengan

adanya sikap positif siswa terhadap siswa

pelaksanaan model pembelajaran pembelajaran ekspositori, di mana

yang

mendapatkan

Osborn, baik siswa yang memiliki dalam kegiatan pembelajarannya

kemampuan tinggi, sedang, maupun lebih berpusat kepada guru, siswa

rendah memberikan respon positif hanya menerima secara langsung

terhadap pelaksanaan pembelajaran materi pembelajaran tanpa harus

Osborn.

mengalami secara

langsung

penemuannya. Hal ini dikarenakan

D. Kesimpulan

suasana pembelajaran

yang

berbeda antara kelas eksperimen

kemampuan dengan kelas kontrol yang dapat

1. Peningkatan

penalaran matematik siswa sangat mempengaruhi kemampuan

mendapatkan model penalaran matematik siswa. Di kelas

yang

pembelajaran Osborn lebih baik eksperimen,

siswa yang pembelajaran

pembelajaran pembelajaran

terdapat perbedaan untuk terlibat langsung dalam

memberikan kesempatan siswa

2. Tidak

kemampuan pembelajaran. Berdasarkan hasil

peningkatan

penalaran matematik bagi siswa penelitian

memiliki kemampuan peningkatan kemampuan penalaran

penalaran rendah, sedang, dan matematik siswa yang mendapatkan

tinggi setelah mendapatkan model pembelajaran Osborn lebih

model pembelajaran Osborn. baik dibanding dengan siswa yang

3. Pada umumnya siswa memberi mendapatkan pembelajaran biasa

sikap positif terhadap model (ekspositori).

pembelajaran Osborn. Hal ini Tidak terdapatnya perbedaan

dapat dilihat dari hasil angket peningkatan kemampuan penalaran

yang diberikan kepada siswa matematik siswa yang memiliki

mendapatkan kemampuan tinggi, sedang, dan

setelah

pembelajaran Osborn rendah

mendapatkan model pembelajaran Osborn dapat disebabkan oleh 1. Penelitian ini terbatas pada

pembelajaran

pokok bahasan kubus balok pelaksanaannya

Osborn

yang

kelas VIII, maka disarankan teknik Brainstorming merupakan

menggunakan

pada

peneliti lain agar menerapkan pembelajaran ini peneliti lain agar menerapkan pembelajaran ini

2007. Metodologi khususnya materi yang mudah

Margono.

Penelitian Pendidikan. Jakarta: ditemukan di kehidupan sehari-

Rineka Cipta. hari (kontekstual).

2. Model pembelajaran Osborn

Principle and memerlukan waktu yang cukup

NCTM.

for School lama dalam tahap hipotesis,

Standards

Mathematics. Reston, tahap pengeraman, dan tahap

VA:NCTM.

sintesis sehungga diperlukan Roestiyah. N.K. 2001 . Strategi persiapan dan peencanaanyang Belajar Mengajar. Jakarta.

lebih matang agar pembelajaran

Rineka cipta

dapat berjalan lebih lancar sesuai dengan tujuan yang ingin

2005. Dasar-dasar dicapai.

Ruseffendi.

Penelitian

Pendidikan dan

3. Penelitian ini hanya terbatas Bidang Non-Eksakta Lainnya. pada kemampuan penalaran

Bandung: Transito matematik

saja,

maka

disarankan pada

Ruseffendi, E.T. 2006. Pengantar selanjutnya

penelitian

Membantu Guru menerapkannya

Mengembangkan kompetensi matematika yang

pada

Kompetensinya dalam lain,

Pengajaran Matematika untuk berpikir kritis dan lain-lain.

misalnya

kemampuan

Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

E. Daftar Pustaka

F. 2004. Penalaran Arikunto, S. 2006. Dasar – Dasar

Shadiq,

Masalah dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Pemecahan

dalam Bumi Aksara.

Komunikasi

Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas. ________________. 2008. Dasar- dasar Evaluasi Pendidikan.

Sudjana. 2001. Metode dan Teknik Jakarta: Bumi Aksara.

Pembelajaran Partisipasif. Bandung: Falah Production ________________.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Suherman, E. 2001. Evaluasi Proses Praktek. Jakarra : Rineka Cipta

dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pembelajaran Osborn terhadap

2003. Strategi Kemampuan

Pembelajaran Matematika Matematik Siswa SMA. Skripsi

Pemahaman

Kontemporer. Bandung : UPI

diterbitkan. Sumarmo, U. 2010. Berpikir dan

Depdiknas. 2002. Kamus Besar Disposisi Matematik. Jurnal Bahasa Indonesia. Jakarta:

Universitas Balai Pustaka.

Pendidikan

Pendidikan Indonesia, volume Januari 2010

Widiharto, R. 2004. Model-Model Pembelajaran

Matematika.

Matematika SMP. Yogyakarta:

PPPG

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN MODEL PENILAIAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGONTROL KEMAMPUAN NUMERIK PESERTA DIDIK(Suatu Eksperimen Pada Peserta Didik SMPN

di Jakarta Timur)

Sadono

Email: sadono.mpd@gmail.com

Abstract: This study is aimed to find out the effect of instructional approach and assessment model towards mathematics achievement by controlling students’ the

numerical ability. The research method used in this study is an experimental method. Meanwhile, the design used in this study is an experimental 2x2 and research hypotheses were tested by using covariant of analyses (ANCOVA). The participants of the study were 120 students from seven grade in SMPN 52 and SMPN 97 Jakarta. The study concluded that after controlling the numerical ability: (1) mathematics achievement of the students who were given the RME instructional approach is higher than that of those who were given a thematic approach, (2) mathematics achievement of the students who were given performance assessment model is higher than that of those who were given a written test assessment model, (3) there was an interaction effect between model approach instructional and assessment of instructional towards mathematics achievement, (4) especially for groups of students who were given RME instructional approach, mathematics achievement of students who were given performance assessment model was higher than that of those who were given a written test assessment model, (5) especially for groups of students who were given a thematic instructional approach, mathematics achievement of the students who were given performance assessment model is lower than of those who were given a written test, (6) especially for groups of students who were given performance assessment model, mathematics achievement of students who were given RME instructional approach was higher than that of those who are given a thematic instructional approach, and (7) especially for groups of students who are given a written test assessment model, mathematics achievement of the students who were given the RME instructional approach is lower than that of those who given the thematic instructional approach. Thus, it can be recommended to the teachers to use the RME instructional approach and performance assessment model.

Keywords: RME Instructional Approach, Mathematics Achievement, Students’ the Numerical Ability

pengetahuan dan diperlukan untuk

A. Pendahuluan

masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika

memecahkan

adalah ilmu tentang logika mengenai pelajaran yang diajarkan pada

Matematika

merupakan

bentuk susunan dari suatu besaran jenjang pendidikan yang dimulai dari

dan konsep yangsaling berhubungan pendidikan dasar sampai pendidikan

satu sama lainnya, dengan jumlah menengah,

yang banyaknya terbagi dalam tiga merupakan dasar dari semua ilmu

karena

matematika

bidang yaitu aljabar, analisis dan bidang yaitu aljabar, analisis dan

kerja kelompok, maupun diskusi matematika di sekolah banyak

Dalam

pembelajaran

kelas. Negosiasi dan evaluasi ditemukan dengan menggunakan

sesama peserta didik dan juga pendekatan konvensional, yaitu

dengan pendidik adalah faktor yang dalam proses pembelajaran yang di

sangat penting dalam pembelajaran dominasi oleh pendidik. Menurut

konstruktif. Berbekal Departemen Pendidikan Nasional

yang

kemampuan mengkonstruksi konsep (2006: 1), pendekatan konvensional

nyata dalam memecahkan suatu merupakan

masalah / soal-soal matematika berorientasi

pendekatan

yang

target penguasaan akan menjadi kuat daya ingat dan materi terbukti berhasil dalam

kreatifitas yang dibangun sebagai kemampuan

mengingat

jangka

peserta didik.

mengetahui membekali peserta didik untuk

pendek, namun

gagal dalam

Untuk

hasil belajar memecahkan masalah dalam jangka

perkembangan

matematika yang dicapai peserta panjang. Agar peserta didik dapat

didik, digunakan penilaian hasil mengkontruksi suatu konsep nyata

belajar. Dimana penilaian hasil ke

matematika merupakan memecahkan

bentuk abstrak

dalam

belajar

suatu prosedur yang dilakukan satunya

masalah,

salah

pendidik untuk mengetahui hasil pendekatan pembelajaran realistik.

adalah

menggunakan

belajar matematika peserta didik Pembelajaran

dengan menggunakan alat yang melalui pendekatan pembelajaran

matematika

berupa tes yang hasilnya dinyatakan realistik dimulai dari hal-hal nyata,

secara kuantitatif atau angka. Tes dapat dibayangkan dekat dengan

suatu prosedur peserta didik dan lingkungannya.

merupakan

sistematik untuk mengukur sampai Sebagaimana

berapa banyak penguasaan materi Soviawati

dijelaskan

Evi

pelajaran yang dikuasai oleh peserta matematika

didik. Menurut Djaali dan Muljono matematika

realistik

adalah

(2008: 6) secara umum tes diartikan dilaksanakan dengan menempatkan

sekolah

yang

sebagai alat yang dipergunakan realitas dan pengalaman peserta

untuk mengukur pengetahuan atau didik

objek ukur terhadap seperangkat pembelajaran. Dari titik awal inilah

konten dan materi tertentu. Melalui muncul suatu karakteristik interaktif

tes hasil belajar dapat digunakan dalam pembelajaran matematika

sebagai dasar realistik, maka diperlukan sebuah

oleh

pendidik

pemetaan untuk mengetahui model rancangan

penilaian yang tepat dari setiap mampu membangun interaksi antar

pembelajaran

yang

dan pendekatan peserta didik dengan peserta didik,

materi

ajar

pembelajaran yang digunakan dalam peserta didik dengan pendidik, atau

proses pembelajaran. peserta didik dengan lingkungan.

Kemampuan numerik adalah Dalam hal ini Asikin (2001: 5)

kemampuan yang dimiliki oleh berpandangan bahwa dipandang

seseorang untuk menalar dalam perlu bagi pendidik memberikan

permasalahan- kesempatan kepada peserta didik

menyelesaikan

permasalahan suatu konsep yang untuk

mengkomunikasikan ide- diformulasikan secara matematik mengkomunikasikan ide- diformulasikan secara matematik

membimbing dan kemampuan

dalam

mengarahkan kepada peserta didik belajar

seseorang

dalam

menyelesaikan kecerdasan logis-matematis atau

masalah/soal matematika maka disebut dengan berpikir kritis, yang

penguasaan numerik diperlukan dapat ditandai dengan suatu ciri-ciri

sebagai landasan proses berhitung. menyukai angka-angka dan dapat menginterpretasikan

paparan di atas, menganalisis

dipandang perlu diadakan penelitian dengan mudah. Dalam keseharianya

pola-pola

abstrak

lebih seksama mengenai “Pengaruh orang yang memiliki kecerdasan

Pembelajaran dan logis-matematis tidak hanya cerdas

Pendekatan

Model Penilaian Terdapah Hasil dalam menghitung angka-angka

Belajar Matematika, khususnya pada seperti dalam menghitung angka-

peserta didik Sekolah Menengah angka pada pelajaran matematika

Pertama kelas VII di Jakarta Timur”. dan akuntansi, namun lebih dari itu,

Penelitian ini dilakukan untuk cerdas logis-matematis mencakup

mengetahui: (1) perbedaan hasil juga

belajar matematika antara kelompok menghubungkan sesuatu secara

kemampuan

dalam

peserta didik yang diajar dengan logika

pendekatan (nonnimerical).

pembelajaran Matematika Realistik Kemampuan numerik orang

dan kelompok peserta didik yang satu dengan yang lainnya tidak ada

menggunakan yang sama. Hal ini terjadi karena

diajar

dengan

pendekatan pembelajaran Tematik; ada satu faktor yakni intelgensi

hasil belajar setiap peserta didik yang memiliki

perbedaan

antara kelompok kemampuan

matematika

yang diajar Intelegensi merupakan salah satu

model penilaian faktor yang dapat menentukan

menggunakan

kinerja dan kelompok peserta didik berhasil atau tidaknya suatu hasil

yang diajar menggunakan model belajar. Menurut Sunarto (2008: 120)

penilaian tes tertulis; (3) pengaruh kemampuan yaitu daya untuk

antara pendekatan melakukan suatu tindakan sebagai

interaksi

pembelajaran dan model penilaian hasil dari pembawaan dan latihan.

terhadap hasil belajar matematika, Dalam belajar matematika peserta

setelah mengontrol kemampuan didik harus dapat menyelesaikan

numerik peserta didik; (4) perbedaan suatu konsep dasar dari suatu

hasil belajar matematika antara bilangan dengan mengkontruksinya

kelompok peserta didik yang diajar dalam

dengan menggunakan pendekatan penyelesiannya

pembelajaran RME dan kelompok berhitung. Sebagaimana pendapat

melalui

proses

peserta didik yang diajar dengan Fudyartanta (2004:68) memberikan

pendekatan suatu

menggunakan

pembelajaran Tematik untuk peserta kemampuan

kesimpulan

bahwa

didik yang diberikan model penilaian kemampuan

numerik

yaitu

kinerja; (5) perbedaan hasil belajar konsep-konsep yang berhubungan

untuk

memahami

antara kelompok dengan bilangan. Hal ini yang perlu

matematika

peserta didik yang diajar dengan peserta didik yang diajar dengan

berukuran 2 x 2 dengan dua pembelajaran RME dan kelompok

pendekatan

kategori. Data yang digunakan di peserta didik yang diajar dengan

dalam penelitian ini adalah data menggunakan

primer yang diperoleh melalui pembelajaran Tematik untuk peserta

pendekatan

penggunaan tes hasil belajar dan tes didik diberikan model penilaian tes

kemampuan numerik. Pengolahan tertulis; (6) perbedaan hasil belajar

penelitian yang telah matematika

data

dilakukan dengan peserta didik yang diberikan model

menggunakan analisis ANKOVA dua penilaian kinerja dan kelompok

jalur untuk menguji hipotesis yang peserta didik diberikan model

dilanjutkan dengan uji lanjut dengan penilaian tes tertulis untuk peserta

menggunakan software SPSS 20. didik

yang

menggunakan

pendekatan pembelajatan RME; dan

C. Hasil

Penelitian dan

matematika antara

kelompok

peserta didik yang diberikan model Sebelum dilakukan pengujian penilaian kinerja dan kelompok

hipotesis penelitian, terlebih dahulu peserta didik yang diberikan model

dilakukan pengujian normalitas, penilaian tes tertulis untuk peserta

pengujian homogenitas, pengujian didik

kovariat, pengujian pendekatan pembelajaran tematik.

keberartian pengaruh regresi, dan pengujian kesejajaran garis regresi.

B. Metode Penelitian

Keseluruhan pengujian prasyarat tersebut telah terpenuhi sehingga

Metode yang digunakan di dapat dilanjutkan pengujian hipotesis dalam

pene litian dengan hasil disajikan pada eksperimen dengan desain faktorial

Tabel 1. Hasil Analisis ANKOVA

Type I Sum

Source

Df Mean Square

F F tabel Sig.

of Squares

31.337 .000 Intercept

Corrected Model a 2326.939 4 581.735

28.944 .000 A*B

B 537.322

9.323 .003 Error

Corrected Total

Berdasarkan hasil analisis dan untuk faktor A*B, diperoleh nilai pada Tabel 1 dapat terlihat bahwa

F hitung = 9,323 > F tabel (0,05; 1; 115) = untuk faktor A, diperoleh nilai F hitung =

3,921 sehingga terdapat pengaruh 9,822 > F tabel (0,05; 1; 115) = 3,921

interaksi pendekatan pembelajaran sehingga terdapat perbedaan rata-

dan model penilaian terhadap hasil ratahasil

matematika setelah kelompok peserta didik yang diberi

mengontrol kemampuan numerik. pendekatan pembelajaran RME dengan kelompok peserta didik yang

Karena berdasarkan hasil diberi pendekatan pembelajaran

hipotesis terdapat Tematik; untuk faktor B, diperoleh

pengujian

pengaruh

interaksi antara

pembelajaran dan =

nilai F hitung = 28,944 > F tabel (0,05; 1; 115) pendekatan

model penilaian terhadap hasil perbedaan rata-rata hasil belajar

3,921 sehingga

terdapat

matematika setelah matematika kelomok peserta didik

belajar

mengontrol kemampuan numerik, yang diberi model penilaian kinerja

maka perlu dilakukan uji lanjut dengan kelompok peserta didik yang

dengan hasil disajikan pada Tabel 2 diberi model penilaian tes tertulis;

dan Tabel 3.

Tabel 2. Hasil Uji Lanjut Tingkat Faktor A

t tabel Sig. Intercept

Parameter

B Std. Error

t hitung

. 1,67 [A=1] * [B=1]

[A=2] a 0 .

. [A=2] * [B=1]

[A=1] * [B=2] a 0 .

[A=2] * [B=2] a 0 .

Tabel 3. Hasil Uji Lanjut Tingkat Faktor B

t tabel Sig. Intercept

Parameter

B Std. Error

t hitung

. 1,671 [A=1] * [B=1]

[B=2] a 0 .

.000 [A=1] * [B=2]

[A=2] * [B=1] a 0 .

[A=2] * [B=2] a 0 .

Berdasarkan hasil analisis lanjut perbedaan rata-rata hasil belajar pada Tabel 2, diperoleh model regresi

matematika pada kelompok peserta homogen univariat dengan persamaan:

didik yang diberi model penilaian kinerja dengan peserta didik yang

Y = 51,893 + 0,64 [A=1] +6,636[ (A=1) diberi model penilaian tes tertulis (B=1) ]+1,828[ (A=2)(B=1)]+0,313

setelah mengontrol kemampuan numerik.

pengujian simple effect, diperoleh

berdasarkan hasil: (1) bahwa nilai statistik uji-t

Sementara

Tabel 3, dapat diperoleh hasil: (1) pada baris [(A=1)*(B=1)] diperoleh

nilai statistik uji-t pada baris nilai t hitung = 5,963 > dari t tabel = 1,671

[(A=1)*[(B=1)] diperoleh nilai t hitung = pada taraf signifikansi α= 0,05,

4,375 > dari t tabel = 1,671 pada taraf sehingga dapat disimpulkan bahwa

signifikansi α= 0,05, sehingga dapat khusus pada peserta didik yang

bahwa khusus diberi pendekatan pembelajaran

disimpulkan

kelompok peserta didik yang diberi RME (A 1 ),terdapat perbedaan rata-

model penilaian kinerja, terdapat rata hasil belajar matematika pada

perbedaan hasil belajar matematika kelompok peserta didik yang diberi

pada kelompok peserta didik yang model penilaian kinerja dengan

diberi pendekatan RME dengan peserta didik yang diberi model

kelompok peserta didik yang diberi penilaian

tematik, setelah mengontrol kemampuan numerik

tes tertulis, setelah

pendekatan

mengontrol kemampuan numerik dan (2) nilai statistik uji-t pada baris

dan (2) nilai statistik uji-t pada baris [(A=2)*(B=1)] diperoleh nilai t hitung =

[(A=1)*[(B=2)] diperoleh nilai t hitung = 1,643 < dari t tabel = 1,671 pada taraf

0,058 < t tabel = 1,6705 pada taraf signif ikansi α= 0,05, sehingga dapat

signifikansi α= 0,05, pada taraf disimpulkan bahwa khusus pada

signifikansi α= 0,05, sehingga dapat peserta didik yang diberi pendekatan

disimpulkan bahwa khusus pada

pembelajaran tematik (A 2 ), terdapat

kelompok peserta didik yang diberi kelompok peserta didik yang diberi

realistik dituntut untuk berpikir kelompok peserta didik yang diberi

hasil

belajarantara

secara kritis dalam menyelesaikan pendekatan pembelajaran RME

matematika. Melalui dengan kelompok peserta didik yang

persoalan

pendekatan ini peserta didik dapat diberi pendekatan tematik, setelah

termotivasi untuk mengembangkan mengontrol kemampuan numerik.

dengan cara tersendiri dalam menyelesaikan soal

Sementara model penilaian Dalam pembelajaran mata kinerja merupakan penilaian yang pelajaran matematika pada dua menggambarkan kinerja dari peserta Sekolah Menengah Pertama (SMP) didik dalam mengamati suatu proses Negeri di Jakarta Timur tempat hasil berdasarkan urutan yang berlangsungnya

penelitian

ini,

sehingga runtutan diperoleh hasil bahwa pemberian

sistematis

pada soal tes pendekatan pembelajaran RME

penyelesaian

berbentuk esai dapat di pertanggung lebih tinggi dalam pencapaian hasil

jawaban dalam menentukan hasil belajar,

dibandingkan

dengan

akhir. Model penilaian kinerja pendekatan pembelajaran Tematik. memberikan kronologis yang jelas Pernyataan hasil di atas didukung dan terarah dalam penyelesaian oleh kajian teori, Gagne seperti yang

soal-soal matematika. Penilaian dikutif oleh Suyono dan Hariyanto

kinerja memperlihatkan rincian dan (2013:

yang lebih jelas pembelajaran

berstruktur. Penilaian kinerja adalah penerimaan

informasi

yang

suatu penilaian objek permasalahan selanjutnya

diolah

sehingga

berdasarkan pengamatan penilai menghasilkan keluaran berupa hasil

terhadap aktivitas peserta didik belajar. Di dalam pengolahan

yang terjadi informasi terjadi interaksi antara (Departemen Pendidikan Nasional, kondisi internal dengan kondisi

sebagaimana

eksternal individu. Kondisi internal adalah kondisi dalam diri individu

Pensekoran pada peserta yang diperlukan untuk mencapai

didik yang menjawab soal esai tanpa hasil pembelajaran yang optimal

kriteria penilaian terkadang kurang serta proses kognitif yang terjadi

menguntungkan karena tahapan- dalam individu. Sedangkan kondisi

tahapan dalam memberikan sekor eksternal adalah rangsangan yang

Dalam hal ini, datang

tidak

jelas.

kemampuan peserta didik saat mempengaruhi

menjawab soal tidak memiliki proses pembelajaran.

individu

dalam

berstandar sesuai Pendekatan

penilaian

kriteria/rubrik sehingga terkadang matematika realistik membangun

pembelajaran

antara peserta didik memiliki sekor suatu

yang rendah sehubungan tidak menggunakan masalah realistik

pendekatan

yang

adanya penilaian dari tiap-tiap sebagai pangkal tolak pembelajaran.

menyelesaikan Pembelajaran matematika dengan

tahapan

dalam

masalah sehingga sekor antar menggunakan pendekatan realistik

peserta didik bisa sama atau lebih dapat mengaktifkan daya nalar peserta didik bisa sama atau lebih dapat mengaktifkan daya nalar

peserta didik yang diberi model kelompok peserta didik yang

penilian tes tertulis. Hal ini sejalan diberikan model penilaian kinerja

dengan pendapat Pica, Marhaeni, lebih tinggi dari pada kelompok

dan Dantes (2015: 8) yang peserta

menyatakan bahwa pendekatan penilaian model tes tertulis.

matematika realistik (PMR) adalah Selanjutnya berdasarkan hasil

suatu pendekatan pembelajaran pengujian hipotesis ketiga dari

yang memiliki penelitian ini, menunjukkan adanya

matematika

karakteristik: menggunakan masalah pengaruh

menggunakan pendekatan

menggunakan model penilaian terhadap hasil

kontribusi peserta didik, terjadinya belajar

dalam proses mengontrol kemampuan numerik.

menggunakan Pengujian hipotesis ini didukung

pembelajaran,

berbagai teori belajar yang relevan, oleh teori tentang prinsip-prinsip

saling terkait, dan terintegrasi belajar tuntas (Mastery Learning)

dengan topik pembelajaran lainnya. yang harus dilaksanakan oleh

Selanjutnya khusus kelompok pendidik, yakni: 1) membuat rencana