ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN GAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A
DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
DI RUANG CANDI SAMBISARI RSUD PRAMBANAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktik Klinik
Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun Oleh :
Vinda Astri Permatasari

P07120112080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2014

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
PADA Ny. A
DI RUANG CANDI SAMBISARI RSUD PRAMBANAN


Diajukan untuk disetujui pada :
Hari

:

Tanggal

:

Tempat

:

Pembimbing Lapangan

Pembimbing Pendidikan

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian

Gastroenteritis (GE) adalah peradangan yang terjadi pada
lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa
disertai muntah (Sowden, et all, 1996).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan
intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus
dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari dengan
atau tanpa darah dan lendir dalam tinja, terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat (Mansjoer Arif, 2000).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali sehari pada anak dengan
konsistensi encer, dapat berwarna hijau/ dapat pula bercampur lendir dan
darah/ lendir saja. (Ngastiyah, 2005).
Menurut perjalanan penyakit jenis diare antara lain :
1. Akut

: jika < 1 minggu

2. Berkepanjangan : antara 7 – 14 hari

3. Kronis

: > 14 hari, disebabkan oleh non infeksi

4. Persisten

: > 14 hari, disebabkan oleh infeksi

B. Etiologi
Ditinjau

dari

sudut

patofisiologisnya,

maka

penyebab


gastroenteritis akut (diare akut) ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:
1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:
a) Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella
dysentriae.
b) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.
c) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica,
Giardiosis lambia.
2) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh
bahan-bahan kimia, makanan,gangguan psikis (ketakutan,
gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi.
b. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :
1) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin
dan mineral).
2) KKP (Kekurangan Kalori Protein).
3) BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir.
(Suharyono dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011)
C. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare.
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
mengakibatkan tekanan asmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga
timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat adanya rangsangan toksin pada dinding uterus sehingga akan

terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Bila peristaltik menurun akan
menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan, sehingga timbul diare juga.
D. Manifestasi klinik
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
2. Kram perut
3. Demam

4. Mual
5. Muntah
6. Kembung
7. Anoreksia
8. Lemah
9. Pucat
10. Urin output menurun (oligouria,anuria)
11. Turgor kulit menurun sampai jelek
12. Ubun-ubun atau fontanela cekung (pada bayi)
13. Kelopak mata cekung
14. Membran mukosa kering
(Suriadi, 2001).

Yang dinilai

A

B

C


(Tanpa dehidrasi)

(dehidrasi tak berat)

(Dehidrasi berat)

Riwayat

10 x / hari cair

 Diare

sedikit/ tidak

beberapa kali haus

sangat sering tidak

 Muntah


minum biasa tidak

sekali , rakus ingin

dapat minum

 Rasa haus

haus

minum banyak
Tidak ada dalam 6

 Air kemih

Normal

Sedikit gelap


jam

Periksa
 Keadaan umum

Sehat ,aktif

 Air mata

Tampak sakit,

Sangat mengantuk,

mengantuk, lesu,

lemah, letargi, tidak

 Mata

Ada


rewel, gelisah

sadar/koma

 Mulut / lidah

Normal

Tidak ada

Tidak ada

 Nafas

Basah

Cekung *

Kering, sangat


Kering **

cekung

Agak cepat

Sangat kering

Normal

Cepat dan dalam
Raba
 Kulit (dicubit)

Kembali cepat

kembali lambat ***

Kembali sangat

 Denyut nadi

Normal

agak cepat

lambat

 Ubun-ubun

Normal

cekung

Sangat cepat, lemah
tidak teraba
Sangat cekung

Kehilangan
Berat badan

< 40 g/KgBB

40-100 g/KgBB

> 100 g/KgBB

Cairan

< 5% BB

5-10% BB

> 10% BB

Keterangan :
*

Pada beberapa anak mata normalnya agak cekung : perlu
dikonfirmasikan dengan orang tua

**

Kekeringan mulut dan lidah tidak dapat diraba dengan jari bersih dan
kering, mulut selalu kering pada anak yang biasa bernafas dengan
mulut, mulut anak dehidrasi dapat basah karena habis minum

***

Cubitan kulit kurang berguna pada anak dengan marasmus,
kwashiorkor atau anak gemuk (sangat lambat jika kembali > 2 detik)

A

= Tidak atau tanpa dehidrasi

B

= Dehidrasi tidak berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda
adalah*

C

= Dehidrasi berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda adalah *

E. Patofisiologi
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak
dampak

yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara

lain:

pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan
reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi
dan destruksi padasel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan mal digesti dan mal absorbsi,
dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya
dapat mengalami invasi sistemik. Penyebab gastroenteritis akut adalah
masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri
atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia
danlainnya),

parasit

mikroorganisme

(Biardia

patogen

ini

Lambia,

Cryptosporidium).

menyebabkan

infeksi

Beberapa

pada

sel-sel,

memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau
melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu
penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen
dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme
dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

F. Komplikasi
1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolik
2. Syok
3. Kejang
4. Sepsis
5. Gagal ginjal akut
6. Ileus paralitik
7. Malnutrisi
8. Gangguan tumbuh kembang.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan feses
Darah samar mungkin positis (erosi mukosa), steatorea dan garam
empedu dapat ditemukan.
2. Foto
Menelan barium dapat menunjukkan penyempitan lumen pada ileum
terminal, kekakuan dinding usus, mukosa mudah terangsang atau
ulkus.
3. Enema barium
Usus halus hampir selalu terkena, tetapi area rektal dipengaruhi
hanya 50%. Fistula sering dan biasanya ditemukan pada ujung ileum
tetapi hanya ad apada segmen sepanjang saluran gastrointestinal.
4. Pemeriksaan sigmoideskopi
Dapat

menunjukkan

edema

hiperemik

transversal atau ulkus longitudinal.
5. Endoskopi
Memberikan visualisasi area yang terlibat

mukosa

kolon,

celah

6. Darah lengkap
Anemia (hipokromik, kadang-kadang makrositik) dapat terjadi karena
malnutrisi atau malabsorbsi atau tekanan fungsi sumsum tulang
(proses inflamasi kronis), peningkatan sel darah putih.
7. ESR
Peningkatan menunjukkan inflamasi
8. Albumin atau protein total
Menurun.
9. Kolesterol
Meningkat (dapat mengalami batu empedu).
10. Kapasitas asam folat- besi serum
Menurun sehubungan dengan infeksi kronis atau sekunder terhadap
kehilangan darah.
11. Pemeriksaan pembekuan
Gangguan dapat terjadi sehubungan dengan absorbsi vitamin B12
buruk.
12. Elektrolit
Penurunan kalium, kalsium, dan magnesium dengan peningkatan
natrium.
13. Urine
Hiperoksalaria (dapat menyebabkan batu ginjal).
14. Kultur urine
Bila ada organisme Eschericia colli, diduga pembentukan fistula pada
kandung kemih.
H. Asuhan keperawatan dengan pasien gastroenteritis
1. Pengkajian
Menurut Doenges, dkk (2000) fokus pengkajian yang didapatkan pada
pasien dengan masalah hipovolemi adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala

: Kelemahan, kelelahan, malaise cepat lelah, perasaan

gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas atau kerja sehubungan
dengan proses penyakit.

b. Integritas ego
Gejala

: Ansietas, ketakutan, emosi kesal, perasaan tak berdaya

atau tak ada harapan, faktor stres akut/ kronis , misal hubungan
keluarga/ pekerjaan, pengobatan yang mahal
Tanda

: Menolak, perhatian menyempit, depresi

c. Eliminasi
Gejala

: Episode diare yang tidak dapat diperkirakan, hilang

timbul, sering, tak terkontrol, flatus lembut dan semicair, bau busuk dan
berlemak (steatorea), melena, konstipasi hilang timbul, riwayat batu
ginjal (meningkatnya oksalat pada urine)
d. Makanan dan cairan
Gejala

: Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tak

toleran pada diet/ sensitif misal produk susu, makan berlemak.
Tanda

: Penurunan lemak subkutan/ massa otot, kelemahan,

tonus otot buruk dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat.
e. Higiene
Tanda

: Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau

badan.
f.

Nyeri atau kenyamanan
Gejala

: Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadran

kanan bawah, nyeri abdomen tengah bawah (keterlibatan jejunum),
nyeri tekan menyebar ke bagian periumbilikal, titik nyeri berpindah,
nyeri tekan (artritis), nyeri mata, fotofobia (iritis).
Tanda

: Nyeri tekan abdomen/ distensi.

g. Keamanan
Gejala

: Riwayat lupus eritematosus, anmeia hemolitik, vaskulitis,

artritis (memperburuk gejala dengan eksaserbasi penyakit usus),
peningkatan suhu 39,6-40° C (eksaserbasi akut), penglihatan kabur,
alergi terhadap makanan/ produk susu (mengeluarkan histamin ke
dalam usus dan mempunyai efek inflamasi).

Tanda

:

Lesi

kulit

mungkin

ada

misal

eritema

nodusum

(meningkat, nyeri tekan, kemerahan dan membengkak) pada tangan,
muka, pioderma gangrenosa (lesi tekan purulen/ lepuh dengan batas
keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki, ankilosaspondilitis, uveitis,
konjungtivitis/ iritis.
h. Interaksi sosial
Gejala

: Masalah berhubungan/ peran sehubungan dengan

kondisi. Ketidakmampuan aktif secara sosial.
i.

Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala

: Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus

Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama
dirawat ; 7,1 hari. Bantuan dalam program diet, program obat,
dukungan psikologis.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Doenges (2000), diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien dengan Gastroenteritis, adalah:
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi atau malabsorpsi usus.
b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan banyak cairan melalui rute normal, diare berat,
muntah.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorpsi nutrisi, mual.
d. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis/ rangsangan simpatis
(proses inflamasi).
e. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit
atau jaringan.
f.

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stressor berat,
pengulangan periode waktu, nyeri hebat.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.

3. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan menurut Doenges (2000) pada pasien
Gastroenteritis adalah:
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi atau malabsorpsi usus.
Tujuan : melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi
kembali normal, mengidentifikasi atau menghindari faktor pemberat.
Intervensi :
1) Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan
faktor pencetus.
Rasional : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji
beratnya episodik
2) Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping tempat tidur
Rasional : Istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan
laju metabolisme, jika infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.
Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda dan dapat tidak
terkontrol, peningkatan risiko inkontinensia/ jatuh bila alat-alat tidak
dijangkauan tangan.
3) Buang feses dengan cepat, berikan pengharum ruangan.
Rasional : Menurunkan bau tak sedap untuk menurunkan rasa
malu pasien.
4) Identifikasi makanan dan cairan yang mencetus diare, misal:
sayuran segar dan buah, sereal, bumbu, minuman karbonat,
produk susu.
Rasional : Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau
menurunkan rangsang cairan/ makanan.

5) Mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap. Tawarkan
minuman jernih tiap jam : Hindari minuman dingin
Rasional : Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau
menurunkan rangsang makanan atau cairan. Makan kembali
secara bertahan cairan mencegah kram dan diare berulang :
namun cairan dingin dapat menimbulkan reaksi stress yang dapat
meningkatkan motilitas usus.
6) Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering
Rasional

:

Memberikan

kesempatan

pada

lambung

untuk

mencerna makanan
7) Berikan kesempatan untuk menyatakan frustasi sehubungan
dengan proses penyakit.
Rasional : Adanya penyakit dengan penyebab tak diketahui sulit
untuk sembuh dan yang memerlukan intervensi bedah dapat
menimbulkan reaksi stress yang dapat memperburuk situasi.
8) Observasi demam, letargi, takhikardi, leukositosis, penurunan
protein ureum, ansietas dan kelesuan.
Rasional : Tanda bahwa toksik megakolon atau perforasi dan
peritonitis akan terjadi/ telah terjadi memerlukan intervensi medik
segera.
9) Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi pengobatan (sesuai
indikasi) :
-

Antikollinergik contoh belladonna tinktur, atropin difenoksilat
(Lomotil), anodin supositoria
Rasional

:

Menurunkan

motilitas/

peristaltik

GI

dan

menurunkan sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan
diare. Catatan : penggunaan dengan hati-hati pada PKU
karena dapat mencetuskan toksik megakolon.

-

Sulfasalazin (Azulfidine)
Rasional

:

Berguna

pada

pengobatan

eksaserbasi

ringan/sedang. Penggunaan jangka panjang dapat mengurangi
lamanya. Catatan : Dianjurkan untuk berlapis enterik
-

Loperamid (Imodium), kodein
Rasional : Diperlukan untuk diare menetap/berat. Catatan :
Penggunaan dengan hati-hati karena toksik dilatasi dapat
terjadi.

-

Mesalamin (Rowasa)
Rasional : Diberikan sebagai enema dengan Azulfidin untuk
pasien yang sensitif terhadap obat sulfa.

-

Psillium (Metamucil)
Rasional : Mengabsorbsi air untuk meningkatkan bulk feses,
sehingga menurunkan diare.

-

Kolestiramin (Questran)
Rasional : Mengikat garam empedu, menurunkan diare yang
diakibatkan oleh kelebihan asam empedu.

-

Steroid, misal : ACTH, hidrokortison, prednisolon (Delta
Cortef), prednisolon (Deltason).
Rasional : Diberikan untuk menurunkan proses inflamasi.
Catatan : Kontraindikasi pada penyakit Crohn bila abses
intraabdomen dicurigai.

-

Azatioprin (Imuran)
Rasional : Imunosupresan dapat diberikan untuk menghambat
respons

inflamasi,

meningkatkan

menurunkan

penyembuhan

bersama dengan sulfasalazin.

fistula.

kebutuhan

steroid,

Mungkin

diberikan

-

Antasida
Rasional : Menurunkan iritasi gaster, mencegah inflamasi dan
menurunkan risiko infeksi pada kolitis.

-

Enema (hidrokortison) dengan atau tanpa suppositoria
Rasional : Enema steroid dapat diberikan pada penyakit
ringan/sedang untuk membantu absorbsi obat. Mungkin
diberikan dengan atropin sulfat atau belladonna supositoria.

-

Antibiotik
Rasional : Mengobati infeksi supuratif lokal.

10) Kolaborasi dengan dokter : bantu atau siapkan intervensi bedah
Rasional : Mungkin perlu bila perforasi atau obstruksi usus terjadi
atau penyakit tidak berespons terhadap pengobatan medik.
b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan banyak cairan melalui rute normal, diare berat,
muntah.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat, membran mukosa
lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik , tanda-tanda vital
stabil,

keseimbangan

masukan,

haluaran

urine

normal

dalam

konsentrasi dan jumlah
Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses,
perkiraan kehilangan cairan yang tak terlihat, misal: berkeringat.
Ukur berat jenis urine, observasi oliguria.
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan,
fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman
untuk penggantian cairan.
2) Kaji tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu)
Rasional : Hipotensi (termasuk postural), takhikardi, demam dapat
menunjukkan respon terhadap dan/ atau efek kehilangan cairan.

3) Observasi

kulit

kering

berlebihan

dan

membran

mukosa,

penurunan turgor kulit, pengisisan kapiler lambat.
Rasional : Menunjukan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi.
4) Ukur berat badan setiap hari.
Rasional : Indikator cairan dan status nutrisi.
5) Pertahankan pembatasan oral, tirah baring, hindari kerja.
Rasional : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk
menurunkan kehilangan cairan usus.
6) Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari dan adanya darah
samar
Rasional : Diet tak adekuat dan penurunan absorpsi dapat
menimbulkan defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi,
potensial risiko perdarahan.
7) Catat kelemahan otot umum atau disritmia jantung.
Rasional : Kehilangan cairan usus berlebih dapat menimbulkan
ketidakseimbangan elektrolit, misal: kalium yang perlu untuk fungsi
tulang dan jantung.
8) Kolaborasi
-

Berikan cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi.
Rasional : Mempertahankan cairan usus akan memerlukan
penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/ anemia.
Catatan: cairan mengandung natrium dapat dibatasi pada
adanya enteritis regional.

-

Awasi hasil laboratorium, contoh: elektrolit (khususnya kalium,
magnesium) dan keseimbangan asam-basa
Rasional

:

Menentukan

keefektifan terapy
-

Berikan obat sesuai indikasi:

kebutuhan

penggantian

dan



Anti diare
Rasional : Menurunkan kehilangan cairan dari usus.



Antiemetik, misal: trimetobenzamidea (tigan), hidroksin
(vistaril), proklorperazin (compazine)
Rasional : Digunakan untuk mengontrol mual/ muntah
pada eksaserbasi akut.



Elektrolit, misal: tambahan kalium (LCI-IV, K-lyte, Slow-K)
Rasional

:

Elektrolit

hilang

dalam

jumlah

besar,

khususnya pada usus yang gundul, area ulkus dan diare
dapat juga menimbulkan asidosis metabolik karena
kehilangan bikarbonat (HCO3)


Vitamin K (Mephyton)
Rasional : Merangsang pembentukan protrombin hepatik,
menstabilisasi

koagulasi

dan

menurunkan

risiko

perdarahan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorpsi nutrisi, status hipermetabolik, secara
medik masukan dibatasi (takut makanan menyebabkan diare).
Tujuan : Menunjukan berat badan stabil atau peningkatan berat
badan sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tidak
adanya tanda malnutrisi.
Intervensi :
1) Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diit/
keefektifan therapy.
2) Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama
fase sakit akut.
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah
penurunan kalori dan simpanan energi.

3) Anjurkan istirahat sebelum makan
Rasional : Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi
untuk makan.
4) Berikan kebersihan oral
Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa
makanan.
5) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang
menyenangkan dengan situasi tidak terburu-buru.
Rasional : Lingkungan yang menyenangkan menurunkan
stress dan lebih kondusif untuk makan.
6) Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen,
flatus (misal: produk susu)
Rasional : Mencegah serangan akut/ eksaserbasi gejala.
7) Catat masukan dan perubahan simtomatologi.
Rasional : Memberikan rasa kontrol pada pasien dan
kesempatan

untuk

memilih

makanan

yang

diinginkan/

dinikmati, dapat meningkatkan masukan.
8) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah memulai
makan.
Rasional : Keragu-raguan untuk makan mungkin di akibatkan
oleh takut makan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.
9) Kolaborasi :
-

Pertahankan puasa sesuai indikasi.
Rasional : Istirahat usus menurunkan peristaltik dan diare
dimana

menyebabkan

malabsorpsi

atau

kehilangan

nutrien.
-

Mulai/ tambahkan diit sesuai indikasi, misal: cairan jernih
maju menjadi makanan yang dihancurkan, rendah sisa,
rendah serat, tinggi kalori dan protein.

Rasional : Memungkinkan saluran usus untuk mematikan
kembali

proses

penyembuhan

pencernaan.
integritas

Protein

jaringan.

perlu

untuk

Rendah

bulk

menurunkan respon peristaltik terhadap makanan.
-

Berikan obat sesuai indikasi:
Misal: donnatal, natrium harbital dengan belladonna,
propantalen bromida.


Antikolinergik

diberikan

15-30

menit

sebelum

makan, memberikan penghilangan kram dan diare.
Rasional : Menurunkan mobilitas Gaster dan
meningkatkan waktu untuk absorpsi nutrien.


Besi (Imeron yang disuntikan)
Rasional : Mencegah/ mengobati anemia, rute oral
untuk tambahan besi tidak efektif karena gangguan
usus berat menurunkan absorpsi.



Vitamin B12 (Crystamin, Rubisol)
Rasional : Malabsorpsi Vit B12 akkibat kehilangan
nyata fungsi ileum. Penggantian mengatasi depresi
sumsum tulang karena proses inflamasi lama,
meningkatkan

produksi

eritrosit/

memperbaiki

anemia.


Asam Folat
Rasional : Kekurangan folat pada umumnya ada
pada

penyakit

Chorn

sehubungan

dengan

penurunan masukan/ absorpsi, efek terapi obat
(Azulfidine).
-

Berikan nutrisi parenteral total, tetapi sesuai indikasi
Rasional : Program ini mengistirahatkan saluran GI
sementara memberikan nutrisi penting.

d. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis/ rangsangan
simpatis (proses inflamasi).
Tujuan : Menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas
sampai tingkat dapat ditangani, menyatakan kesadaran perasaan
ansietas dan cara sehat menerimanya
Intervensi :
1) Catat petunjuk perilaku, misal gelisah, peka rangsang,
menolak, kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian.
Rasional : Indikator derajat ansietas/ stress, missal: pasien
dapat merasa tidak terkontrol di rumah, kerja/ maslah pribadi.
Stress dapat terjadi sebagai akibat gejala fisik kondisi, juga
reaksi lain.
2) Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik.
Rasional

:

Membuat

hubungan

terapeutik.

Membantu

pasien/orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang
menyebabkan stres. Pasien dnegan diare berat dapat raguragu untuk meminta bantuan karena takut terhadap staff.
3) Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang
diekspresikan orang lain.
Rasional : Tingkatkan perhatian mendengar pasien. Validasi
bahwa perasan normal dapat membantu menurunkan stress/
isolasi dan meyakini bahwa “saya satu-satunya”
4) Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang
dilakukan, misal: tirah baring, pembatasan masukan per oral
dan prosedur.
Rasional : Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan
memberikan

rasa

kontrol

dan

membantu

menurunkan

ansietas.
5) Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk istirahat
Rasional : Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan
relaksasi dan membantu menurunkan ansietas.

6) Dorong pasien /orang terdekat untuk menyatakan perhatian,
perilaku perhatian.
Rasional : Tindakan dukungan dapat membantu pasien
merasa

stress

berkurang,

memungkinkan

energi

untuk

ditujukan pada penyembuhan / perbaikan.
7) Bantu pasien untuk mengidentifikasikan/ memerlukan perilaku
koping yang digunakan pada masa lalu.
Rasional : Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada
penerimaan masalah stress saat ini. Meningkatkan rasa
kontrol diri pasien.
8) Bantu pasien belajar mekanisme koping baru, misal: teknik
mengatasi stress, keterampilan, organisasi
Rasional : Belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat
membantu dalam menurunkan ansietas, meningkatkan kontrol
penyakit.
9) Kolaborasi
-

Berikan obat sesuai indikasi:


Sedatif, misal: barbiturat (Luminal), agen ansietas,
misal: diazepam (valium)
Rasional : Dapat digunakan untuk menurunkan
ansietas dan memudahkan istirahat, khususnya
pasien dengan KU.

-

Rujuk pada perawat spesialis psikiatri pelayanan sosial,
penasehat agama.
Rasional

:

meningkatkan

Dibutuhkan
kontrol

dan

bantuan

tambahan

mengatasi

episode

untuk
akut/

eksaserbasi dengan belajar untuk menerima penyakit
kronis dan konsekuensinya serta program terapi.

e.

Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit
atau jaringan.
Tujuan : Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol, tampak rileks dan
mampu tidur/ istirahat dengan tepat
Intervensi :
1) Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri dari pada
meminta analgesik.
2) Catat petunjuk non verbal, misal: gelisah, menolak untuk
bergerak, berhati-hati dengan abdomen, menarik diri dan
depresi.
Rasional : Selidiki perbedaan petunjuk verbal dan non verbal.
Bahasa tubuh atau petunjuk non verbal dapat secara
psikologis dan fisiologik dan dapat digunakan pada hubungan
petunjuk

verbal

untuk

mengidentifikasi

luas/

beratnya

masalah.
3) Kaji ulang faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau
menghilangkan nyeri
Rasional : Dapat menunjukan dengan tepat pencetus atau
faktor pemberat (seperti kejadian stress, tidak toleran
terhadap

makanan)

atau

mengidentifikasi

terjadinya

komplikasi.
4) Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, misal: lutut
fleksi. Rasional : Menurunkan tegangan abdomen dan
meningkatkan rasa kontrol.
5) Berikan tindakan rasa nyaman (misal: pijatan punggung, ubah
posisi) dan aktivitas waktu senggang.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali
perhatian, dan meningkatkan kemampuan koping.

6) Bersihkan area rektal dengan sabun ringan dan air/ lap
setelah defekasi dan berikan perawatan kulit, misal: salep A &
D, salep sween, jel karaya, desitin, jeli minyak.
Rasional : Melindungi kulit dari asam lambung, mencegah
ekskoriasi.
7) Berikan rendam duduk dengan tepat.
Rasional : Meningkatkan kebersihan dan kenyamanan pada
adanya iritasi fisura perianal.
8) Observasi adanya isorektal dan fistula perianal.
Rasional : Fistula dapat terjadi dari erosi dan kelemahan
dinding usus.
9) Observasi/

catat

distensi

abdomen,

peningkatan suhu,

penurunan tekanan darah.
Rasional : Dapat menunjukan terjadinya obstruksi usus
karena inflamasi, edema dan jaringan parut.
10) Kolaborasi dengan dokter pemberian :
-

Lakukan modifikasi diit sesuai resep, misal: memberikan
cairan dan memberikan makanan padat sesuai toleransi.
Rasional : Istirahat usus penuh dapat menurunkan nyeri, kram

-

Kolaborasi : Berikan obat sesuai indikasi:


Analgesik
Rasional : Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan
perlu penanganan untuk memudahkan istirahat adekuat
dan penyembuhan.



Antikolinergik
Rasional : Menghilangkan spasme saluran GI dan
berlanjutnya nyeri kolik.



Anodin supositoria
Rasional : Merelaksasikan otot rektal, menurunkan nyeri
spasme.

-

Kolaborasi : Bantu mandi rendam duduk sesuai indikasi.
Rasional : Memberikan kesejukan lokal dan kenyamanan
untuk area iritasi rektal.

f.

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stressor berat,
pengulangan periode waktu, nyeri hebat, kurang tidur dan
istirahat, krisis situasi, tidak adekuat metode kping : kurang sistem
pendukung, proses penyakit yang tidak diduga, kerentanan
pribadi.
Tujuan

:

Mengkaji

situasi

pada

saat

itu

dengan

tepat,

mengidentifikasi perilaku koping tidak efektif dan konsekuensinya,
mengatur kemampuan koping sendiri, menunjukkan perubahan
pola hidup yang perlu untuk membatasi/ mencegah kejadian
berulang.
Intervensi :
1) Kaji

pemahaman

pasien/orang

terdekat

dan

metode

sebelumnya dalam menerima proses penyakit.
Rasional : Memampukan perawat untuk menerima lebih nyata
tentang masalah saat ini. Ansietas dan masalah lain dapat
mempengaruhi

penyuluhan

kesehatan/belajar

pasien

sebelumnya.
2) Tentukan stres luar, misal : keluarga, teman, lingkungan kerja
atau sosial.
Rasional : Stres dapat mengganggu respons saraf otonomik
dan mendukung eksaserbasi penyakit. Meskipun tujuan
kemandirian pada pasien tergantung menjadi penambah
stresor.

3) Berikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan
bagaimana penyakit telah mempengaruhi hubungan, termasuk
masalah seksual.
Rasional : Stresor penyakit mempengaruhi semua area hidup
dan pasien mengalami kesulitan mengatasi perasaan lemah/
nyeri sehubungan dengan kebutuhan hubungan/ seksual.
4) Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping efektif
secara individu.
Rasional : Penggunaan perilaku yang berhasil sebelumnya
dapat membantu pasien menerima situasi/ rencana saat ini
untuk masa datang
5) Berikan dukungan emosi :
-

Mendengarkan

dengan

aktif

dengan

sikap

tidak

menghakimi
Rasional : Membantu dalam komunikasi dan pemahaman
titik pandang pasien. Menambah perasaan pasien akan
harga diri.
-

Pertahankan bahasa tubuh yang tidak menghakimi bila
merawat pasien
Rasional : Mencegah penguatan perasaan pasien tentang
menjadi beban, misal : kebutuhan pengosongan pispot
dengan sering.

-

Tugaskan staf yang sama sebanyak mungkin
Rasional : Memberikan lingkungan lebih terapeutik dan
mengurangi stres penilaian secara terus menerus.

6) Berikan periode tidur/ istirahat tanpa gangguan

Rasional : Kelelahan karena penyakit cenderung merupakan
masalah berarti, mempengaruhi kemampuan mengatasinya.
7) Dorong penggunaan keterampilan menangani stres, misal :
teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, latihan napas
dalam.
Rasional : Memusatkan kembali perhatian, meningkatkan
relaksasi, dan meningkatkan kemampuan koping.
8) Kolaborasi : masukan pasien/ orang terdekat dalam tim
pertemuan untuk mengembangkan program individual
Rasional

:

Meningkatkan

kontinuitas

keperawatan

dan

memampukan pasien/ orang terdekat untuk merasakan
sebagai bagian perencanaan, memberikan mereka perasaan
kontrol dan meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
9) Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi
-

Antipsikosis, misal : tioridazin (mellaril), agen antiansietas,
contoh lorazepam (Ativan), alprazolam (Xanax)
Rasional : Bantuan dalam istirahat psikologis/ fisik.
Menghemat energi dan dapat menguatkan kemampuan
koping.

10) Kolaborasi : rujuk ke sumber sesuai indikasi, misal : pekerja
sosial, perawat psikiatrik, penasehat agama.
Rasional

:

Dukungan

tambahan

dan

konseling

dapat

membantu pasien/ orang terdekat menerima stres khusus/
area masalah.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan

berhubungan

dengan

kesalahan

interpretasi

informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber.
Tujuan

:

Menyatakan

pemahaman

proses

penyakit

dan

pengobatan, mengidentifikasi situasi stres dan tindakan khusus
untuk menerimanya, berpartisipasi dalam program pengobatan,
melakukan perubahan pola hidup tertentu.
1) Tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit.
Raisonal : Membuat pengetahuan dasar dan memberikan
kesadaran kebutuhan belajar individu.
2) Kaji ulang proses penyakit, penyebab/ efek hubungan faktor
yang

menimbulakn

gejala

dan

mengidentifikasi

cara

menurunkan faktor pendukung. Dorong pertanyaan.
Rasional : Faktor pencetus/ pemberat individu, sehingga
kebutuhan pasien untuk waspada terhadap makanan, cairan
dan

faktor

pola

hidup

dapat

mencetuskan

gejala.

Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan
pasien untuk membuat keputusan informasi/ pilihan tentang
masa

depan

dan

kontro

lpenyakit

kronis.

Meskipun

kebanyakan pasien tahu tentang proses penyakitnya sendiri,
mereka dapat mengalami informasi yang telah tertinggal atau
salah konsep.
3) Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis dan kemungkinan
efek samping
Rasional

:

Meningkatkan

pemahaman

dan

dapat

meningkatkan kerjasama dalam program.
4) Ingatkan pasien untuk mengobservasi efek samping apabila
steroid diberikan, dalam jangka panjang, misal : ulkus, edema
muka, kelemahan otot

Rasional : Steroid dapat digunakan untuk mengontrol
inflamasi dan mempengaruhi remisi penyakit, namun obat
dapat

menurunkan

ketahanan

terhadap

infeksi

dan

menyebabkan retensi cairan.
5) Tekankan pentingnya perawatan kulit, misal : teknik cuci
tangan yang baik dan perawatan perineal yang baik.
Raisonal : Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi
kulit/kerusakan, infeksi
6) Anjurkan menghentikan merokok
Raisonal : Dapat meningkatkan motilitas usus, meningkatkan
gejala.
7) Penuhi kebutuhan evaluasi jangka panjang dan evaluasi ulang
periodik
Raisonal : Pasien dengan inflamasi penyakit usus beresiko
untuk kanker kolon/ rektal dan evaluasi diagnostik teratur
dapat diperlukan.
8) Rujuk ke sumber komunitas yang tepat, misal : perawat
kesehatan masyarakat, ahli diet, kelompok pendukung dan
pelayanan sosial.
Rasional : Pasien mendapat keuntungan dari pelayanan agen
ini dalam koping dengan penyakit koping dengan penyakit
kronis dan evaluasi pengobatan.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Hari, tanggal

: Kamis, 02 Januari 2014

Waktu

: Pukul 24.00 WIB

Tempat

: Bangsal Candi Sambisari, kamar 6A

Oleh

: Vinda Astri Permatasari

Sumber Data

: Pasien, keluarga pasien, catatan medis dan keperawatan,
tim kesehatan lain

Metode

: Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi
dokumen

I.

Identitas
a.Pasien
Nama

: Ny. “A”

Umur

: 44 tahun

Tanggal lahir

: 14 September 1969

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Status perkawinan

: Kawin

Suku

: Jawa

Alamat

: Gunung Gebang, Sumberharjo,
Prambanan

Pendidikan

: SLTA

Pekerjaan

: Dagang

Tanggal Masuk RS

: Rabu, 01 Januari 2014

No. CM

: 035985

b. Penanggung jawab
Nama

: Bp. “S”

Umur

: 48 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Advokat/ pengacara

Alamat

: Gunung Gebang, Sumberharjo,
Prambanan

Hubungan dgn pasien
c. Diagnosis Medis

: Suami
: Gastroenteritis Akut (GEA)

II. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh lemas dan perut terasa nyeri. Nyeri skala 8 dari
1-10 skala yang diberikan, perut terasa seperti di remas-remas,
nyeri hilang timbul. Pasien mengeluhkan diare konsistensi cair dan
berwarna hijau.
2. Alasan masuk RS
Pasien menyatakan sewaktu di rumah memakan buah mangga
busuk yang sudah jatuh dari pohon mangga yang berada di depan
rumahnya. Akibat memakan buah mangga yang busuk, pasien
kemudian mengalami diare dengan konsistensi cair dan berwarna
hijau (tanggal 29 Desember 2013). Sudah 3 hari diare disertai
muntah, demam dan nyeri perut yang tidak sembuh-sembuh,
pasien kemudian dibawa oleh suaminya ke RSUD Prambanan
untuk dilakukan pengobatan dan perawatan lebih lanjut.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menyatakan hari ini (02 Januari 2013) sudah BAB 3x
dengan konsistensi feses cair dan berwarna hijau, tidak disertai
lendir maupun darah. Pasien mengeluhkan nafsu makannya
menurun dan perutnya masih terasa sakit. Pasien terlihat lemah
dan lemas. Pasien mengeluhkan perutnya bersuara secara terusmenerus dan keras. Bising usus 34 x/menit.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien menyatakan sudah menjalani operasi sebanyak 7 kali. Tahun
1996 pasien operasi ileus, 1997 pasien operasi KET (Kehamilan
Ektopik

Terganggu),

appendiktomi.

Pasien

tahun

1998

pasien

pernah

menyatakan

pernah

dioperasi

dilakukan
trakoma

(silindris) dan amandel. Pasien alergi obat-obatan golongan sulfa.

Pasien menyatakan mempunyai penyakit jantung bawaan, yaitu
jantungnya tidak bersekat.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram

Keterangan :
= perempuan
= laki-laki
= pasien
= garis pernikahan
= garis keturunan
= keluarga yang tinggal serumah
d. Diagnosa medis saat masuk rumah sakit : Gastroenteritis Akut (GEA)
III. Pola Kebiasaan
A. Aspek Fisik dan Psikologi
1.

Pola Nutrisi
a. Intake Nutrisi
1) Sebelum sakit
Kebiasaan pasien makan sebelum sakit yaitu 3 x sehari, dengan
menu nasi, sayur dan lauk. Pasien menyatakan makan hanya
habis ½ porsi saja, karena sudah merasa kenyang. Makanan
favorit pasien adalah pempek dan siomay. Pasien menyatakan
sehari-harinya susah makan (sudah bawaan dari kecil).

2) Selama di rumah sakit
Pasien makan hanya setengah porsi dari diet lunak yang diberikan
oleh RS. Pasien menyatakan tidak merasa nafsu makan dan perut
terasa kenyang.
b. Intake cairan
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan setiap harinya jarang minum, hanya ± 4 gelas
(± 1000 cc) per hari. Pasien hanya suka minum minuman yang
manis.
2) Selama di rumah sakit
Saat dirawat di RS pasien menyatakan minum 2 – 3 gelas (± 750
cc) per hari.
c. Pola Eliminasi
1) BAK
a) Sebelum sakit
Pasien BAK, warna kuning jernih, ± 5 – 6 x dalam sehari.
b) Selama di rumah sakit
Pasien BAK warna kuning jernih ±5 – 6 x dalam sehari.
Pasien menyatakan tidak pernah menahan miksi
2) BAB
a) Sebelum sakit
Pasien BAB di WC rumah, pasien mengatakan BAB 2x
sehari, konsistensi feses keras dan tidak ada lendir
ataupun darah. Pasien menyatakan sakit di daerah anus
saat mengedan.
b) Selama di rumah sakit
Pasien mengatakan sehari sudah BAB 3x dengan
konsistensi cair dan berwarna hijau. Pasien terakhir BAB
malam ini (01 Januari 2014) 10.30 WIB tidak terlihat lendir
dan darah. Pasien tidak menggunakan obat dulcolax.

d. Pola Istirahat
1) Jumlah : Sebelum sakit dan selama di rumah sakit pasien
menyatakan tidak bisa tidur, tidur hanya sebentar dan tidak
pulas.
2) Waktu : Sebelum sakit : malam 21.00 WIB – 05.00 WIB tidur
tidak pulas. Selama sakit pasien menyatakan tidak bisa tidur
dengan pulas.
2. Personal hygiene
a. Frekuensi mandi : Sebelum sakit 2x sehari, selama di rumah
sakit 2x sehari setiap pagi dan sore, pasien menyatakan mandi
hanya dilap dengan air hangat.
b. Kebersihan : Rambut terlihat rapi, kuku terlihat rapi dan bersih,
mulut selalu bersih dan pakaian diganti setiap hari.

3. Aktivitas.
a) Sebelum sakit
Kemampuan
perawatan

0

1

2

3

4

diri
Makan dan
minum



Mandi



Toiletting



Berpakaian



Mobilitas di



tempat tidur

Berpindah



ROM



Keterangan :
0 :Tergantung total
1 :Dibantu orang lain dan alat
2 :Dibantu orang lain
3 :Alat bantu
4 :Mandiri
Kesimpulan : Sebelum sakit pasien dapat melakukan kegiatan sehari
– hari tanpa bantuan orang lain maupun alat bantu.

b) Selama di rumah sakit
Kemampuan
perawatan

0

1

2

3

4

diri
Makan dan


minum
Mandi



Toiletting



Berpakaian





Mobilitas di
tempat tidur



Berpindah



ROM



Keterangan :
0 : Tergantung total
1 : Dibantu orang lain dan alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Alat bantu
4 : Mandiri
Kesimpulan : Selama sakit atau di rumah sakit aktivitas pasien untuk
makan, minum, mobilitas di tempat tidur, berpindah dan
ROM dapat dilakukan secara mandiri tanpa dibantu
orang lain walaupun dengan gerakan yang pelan-pelan
dan hati-hati. Untuk mandi, toiletting dan berpakaian,
pasien masih memerlukan sedikit bantuan orang lain,
karena kondisi pasien yang masih lemah.

B. Aspek Mental – Intelektual – Sosial – Spiritual
1) Konsep diri
Pasien menyatakan tidak merasa percaya diri ketika tidak memakai
kosmetik, karena wajahnya terlihat pucat ketika diajak berbicara (saat
dilakukan pengkajian). Pasien kemudian meminta kepada suaminya
(lewat HP) untuk membawakannya perlengkapan kosmetik miliknya.
Pasien mengatakan dirinya adalah orang yang aneh, berbeda dari
orang yang lain dalam kebiasaan makan dan minum.

2) Intelektual
Pasien sedikit mengetahui tentang penyakit yang dideritanya.
3) Hubungan interpersonal
Hubungan dengan anggota keluarga sangat harmonis walaupun
berjarak jauh. Hubungan dengan tetangga dan kerabat terjalin
silturahmi dengan sangat baik.
4) Mekanisme koping
Pasien menganggap penyakit ini sebagai cobaan dari Allah SWT. Dan
pasien menganggap cobaan ini pasti ada hikmahnya.
5) Support system
Saudara-saudara pasien selalu mendoakan pasien agar segera
sembuh dari sakit dan pulang kembali ke rumah. Begitu pula dengan
suami pasien, yang setia menunggu pasien.
6) Aspek mental emosional
Pasien sabar menghadapi penyakit ini. Pasien tidak pernah mengeluh
ataupun marah terhadap penyakit yang dideritanya.
7) Aspek intelegensi
Ketika dilakukan pengkajian pasien mampu menjawab pertanyaan
yang diberikan dengan baik dan lancar. Pasien masih mengingat
kejadian sebelum sakit.
8) Hubungan sosial
Pasien menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia

dalam

kehidupan sehari – hari. Pasien tinggal di rumahnya sendiri.
Lingkungan pasien berada di wilayah pedesaan. Air yang digunakan
dan dikonsumsi sehari – hari menggunakan air sumur. BAB, BAK dan
dan kegiatan MCK dilakukan di rumah. Hubungan pasien dan keluarga
dengan para perawat dan pasien lain yang satu ruangan dengan
pasien terjalin dengan baik.
4. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan dan belum mempunyai anak.

5. Sistem nilai dan keyakinan
Pasien rutin melaksanakan sholat lima waktu walaupun dengan
keterbatasan gerak, suami pasien sering membantu pasien untuk
melaksanakan sholat di atas tempat tidur.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Status Gizi :
a) TB

: 153 cm

b) BB

: 44 kg

c) IMT

: 18,8 kg/m2 (normal)

d. Tanda-tanda vital :
a) Suhu : 36,3º C
b) Nadi

: 80 x/menit

c) TD

: 100/70 mmHg

d) RR

: 20 x/menit

1. Pemeriksaan cepalo-kaudal
a.

Kepala

: Bentuk kepala normal, terlihat bekas luka jahitan di dahi

sebelah kiri.
a)

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, mata

terlihat sayu.
b)

Telinga

: Bersih, simetris, tidak keluar secret, tidak ada

gangguan pendengaran.
c)

Hidung

: Bersih, simetris, fungsi pembauan baik.

d)

Mulut

: Bibir terlihat kering, gigi bagian depan terlihat

karies gigi.
b. Leher
Tidak terlihat benjolan dan pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada
Bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru
simetris, ekspansi dada simetris, suara paru sonor, suara nafas
vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

d. Punggung
Punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang
belakang.
e. Abdomen
Bising usus 34 x/menit, hiperperistaltik. Pasien menyatakan perutnya
bersuara secara terus-menerus dan terdengar keras, pasien
menyatakan sakit pada perut
P : Nyeri abdomen
Q : Diremas-remas
R : Abdomen
S : 8 (1-10)
T : Hilang timbul
f. Genetalia
Tidak terpasang kateter
g. Ekstrimitas :
a)

Atas

Lengkap, pasien bisa menggerakkan tangan kiri dan kanan, tidak
terdapat oedem, tidak terlihat atrofi, infus RL 40 tpm makro
terpasang di tangan kanan pasien sejak 01 Januari 2014 kondisi
balutan bersih, tidak terlihat tanda-tanda infeksi.
b)

Bawah

Lengkap, kaki kiri dan kanan bisa digerakkan dan tidak ada
gangguan. Tidak terdapat oedema. Otot kaki tidak atrofi.
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Laboratorium hematologi (darah)
Pemeriksaan tanggal 01 Januari 2014
Komponen

Hasil

Nilai normal

Satuan

L : 14,0-18,0
P : 12,0-16,0
Hemoglobin

11,7

An (1-4 thn) :
12,0-14,0
Bayi : 13,5-19,5

gr/dL

Dws : 4,0-11,0
An (1-4 thn) : 5,0
Leukosit

– 13,5

5,8

ribu/mm3

Bayi : 10,0 –
26,0
Eritrosit

L : 4,5-6,2

4,31

P : 4,0-5,4

juta/mm3

Dws : 150,0Trombosit

450,0

202

ribu/mm3

Bayi : 100-450
Hematokrit

39,4

Netrofil Segmen

78,2

Limfosit

12,7

L : 42-52

%

P : 37-47
50-65

%

Dws : 20-40

%

Anak : 45-65

b. Hasil pemeriksaan laboratorium faal ginjal
Pemeriksaan tanggaL 01 januari 2014
Komponen

Hasil

Nilai normal

Satuan

Ureum

16,0

10-50

mg/dL

Kreatinin

1,28

L : 0,8-1,4

mg/dL

P : 0,6-1,0

c. Hasil pemeriksaan analisis feses
Pemeriksaan tanggal 02 Januari 2014
Komponen

Hasil

Nilai normal

Satuan

Warna

Cokelat

Cokelat

-

Konsistensi

Lembek

Lembek

-

d. Hasil pemeriksaan urin lengkap
Pemeriksaan tanggal 02 Januari 2014
Komponen
Warna

Hasil
Kuning

Nilai normal

Satuan

Kuning muda –
kuning

Kejernihan

Agak keruh

Jernih

pH

7,0

4,6-8,5

Berat jenis

1,010

1,003-1,030

Protein

-

Negatif

mg/dL

Reduksi

-

Negatif

mg/dL

Urobilinogen

Normal

Normal

mg/dL

Bilirubin

-

Negatif

mg/dL

Keton

2+

Negatif

mg/dL

Nitrit

-

Negatif

mg/dL

Lekosit esterase

-

Negatif

Leu/mikro l

Blood (Eri/Hb)

-

Negatif

mg/dL

D. Program terapi
1. Infus RL 40 tpm makro terpasang di tangan kanan pasien sejak 01
Januari 2014 kondisi balutan bersih, tidak terlihat tanda-tanda infeksi.
2. Injeksi ethiferan (metoclopramide HCI) 10mg/ 8jam
3. Injeksi ranitidin 50mg/ 8jam
4. Obat oral antasida 4x 2 sendok teh
5. Obat oral sukralfat 3x 500mg
6. Obat oral lansoprazol 3x 30mg
7. Diet lunak tanpa serat tanpa buah (Diet LTSTB)

ANALISA DATA
DATA

MASALAH

DO :

ETIOLOGI

Diare

Proses infeksi

Resiko tinggi

Kehilangan cairan aktif

- Bising usus 34 x/menit
- Pasien terdiagnosis GEA
- Pasien terlihat lemah dan
lemas
DS :
- Pasien menyatakan nyeri di
perut
- Pasien menyatakan perutnya
bersuara secara terus-menerus
dan terdengar keras
- Pasien mengatakan sehari
sudah BAB 3x dengan
konsistensi cair dan berwarna
hijau, tanpa lendir dan darah
DO :

kekurangan volume

- Pasien terlihat lemah

cairan
- Bibir terlihat kering
- Infus

RL

terpasang

40
di

tpm
tangan

makro
kanan

pasien sejak 01 Januari 2014
- Pasien terdiagnosa GEA
- Tanda-tanda vital
Suhu : 36,3º C
Nadi : 80 x/menit
TD

: 100/70 mmHg

RR

: 20 x/menit

- Pemeriksaan lab
Hematokrit : 39,4 %
DS :
- Saat dirawat di RS pasien
menyatakan minum 2 – 3 gelas
(± 750 cc) per hari
- Pasien

menyatakan

diare

sudah 3 hari, frekuensi >3x
sehari, konsistensi cair, warna
hijau
- Pasien

menyatakan

muntah

disertai demam saat di rumah
DO :

Nyeri akut

Hiperperistaltik, diare
lama, iritasi kulit atau

- Tanda-tanda vital :

jaringan
Suhu

: 36,3º C

Nadi

: 80 x/menit

TD

: 100/70 mmHg

RR

: 20 x/menit

- Mata terlihat sayu
- Bising usus : 34 x/menit
- Pasien terdiagnosis GEA
DS :
- Pasien

menyatakan

tidak

merasa nafsu makan dan perut
terasa kenyang.

- Pasien menyatakan sakit pada
perut
P : Nyeri abdomen
Q : Diremas-remas
R : Abdomen
S : 8 (1-10)
T : Hilang timbul
- Selama di rumah sakit pasien
menyatakan tidak bisa tidur,
tidur hanya sebentar dan tidak
pulas

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan
DO :
- Bising usus 34 x/menit
- Pasien terdiagnosis GEA
- Pasien terlihat lemah dan lemas
DS :
- Pasien menyatakan nyeri di perut
- Pasien menyatakan perutnya bersuara secara terus-menerus dan
terdengar keras
- Pasien mengatakan sehari sudah BAB 3x dengan konsistensi cair
dan berwarna hijau, tanpa lendir dan darah
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif ditandai dengan
DO :
- Pasien terlihat lemah
- Bibir terlihat kering
- Infus RL 40 tpm makro terpasang di tangan kanan pasien sejak 01
Januari 2014
- Pasien terdiagnosa GEA
- Tanda-tanda vital
Suhu : 36,3º C
Nadi : 80 x/menit
TD

: 100/70 mmHg

RR

: 20 x/menit

- Pemeriksaan lab
Hematokrit : 39,4 %
DS :
- Saat dirawat di RS pasien menyatakan minum 2 – 3 gelas (± 750
cc) per hari

- Pasien menyatakan diare sudah 3 hari, frekuensi >3x sehari,
konsistensi cair, warna hijau
- Pasien menyatakan muntah disertai demam saat di rumah
3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit
atau jaringan ditandai dengan
DO :
- Tanda-tanda vital :
Suhu

: 36,3º C

Nadi

: 80 x/menit

TD

: 100/70 mmHg

RR

: 20 x/menit

- Mata terlihat sayu
- Bising usus : 34 x/menit
- Pasien terdiagnosis GEA
DS :
- Pasien menyatakan tidak merasa nafsu makan dan perut terasa
kenyang.
- Pasien menyatakan sakit pada perut
P : Nyeri abdomen
Q : Diremas-remas
R : Abdomen
S : 8 (1-10)
T : Hilang timbul
- Selama di rumah sakit pasien menyatakan tidak bisa tidur, tidur
hanya sebentar dan tidak pulas

PERENCANAAN KEPERAWATAN

PERENCANAAN

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

TUJUAN

Diare

Kamis, 02

berhubungan

Januari 2014

dengan
infeksi

proses Pukul 24.00
ditandai WIB

dengan
dilakukan

- Bising usus 34 tindakan
x/menit
keperawatan
- Pasien

1. Observasi dan catat

jam diharapkan

GEA

pasien

membedakan penyakit

karakteristik, jumlah

individu dan mengkaji

dan faktor pencetus.

beratnya episodik

berikan alat-alat di

motilitas usus juga

samping tempat tidur.

menurunkan laju
metabolisme, jika
infeksi atau perdarahan
sebagai komplikasi.
Defekasi tiba-tiba dapat
terjadi tanpa tanda dan

- Pasien terlihat melaporkan

nyeri di perut
- Pasien
menyatakan
perutnya

dijangkauan tangan.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25