Rekonstruksi Pemikiran Pembang unan Ekon

BAB I
A. Latar Belakang
Kemajuan peradaban dunia dalam bidang ekonomi seperti saat ini adalah
proses panjang pembentukan peradaban manusia. Paradigmanya dari masa ke
masa terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Jika kita melihat secara
kasat mata atau secara parsial, kemajuan peradaban saat ini didominasi oleh
peran negara-negara Eropa yang merepresentasikan kaum sekuler, yakni
masyarakat yang memisahkan nilai-nilai agama dalam berbagai urusan dunia. 1
Sementara di lain pihak negara-negara dengan mayoritas berpenduduk muslim
bahkan yang menggunakan sistem pemerintahan Islam sekalipun rata-rata berada
dalam kategori negara berkembang bahkan masuk dalam kategori negara
miskin2. Kondisi negara-negara Islam3 dalam beberapa dekade terakhir yang
cenderung masuk dalam kategori negara terbelakang seolah-olah telah
membenamkan kebesaran para ilmuwan Islam dalam bidang ekonomi, dan
meragukan sistem ekonomi Islam untuk menjawab tantangan-tantangan ekonomi
di lain pihak. Bahkan banyak ilmuwan yang menganggap Islam sebagai
penghambat pembangunan.4
1

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) /sékulér/ a bersifat duniawi atau
kebendaan (bukan bersifat keagamaan atau kerohanian)

2
Untuk lebih lanjut bisa mengakses data di www.undp.org
3
Mengacu pada Organisasi Konferensi Islam (OKI) atau The Organisation of the Islamic
Conference (OIC) yang merupakan sebuah organisasi antar-pemerintah dengan 57 (lima puluh tujuh)
negara anggota pada 2002 (sebagian besar negara-negara dengan penduduk mayoritas Muslim).
Organisasi ini didirikan pada September 1969, di antara tujuan lain, untuk memperkuat solidaritas dan
kerjasama antara negara-negara anggota di bidang politik, ekonomi, budaya, ilmiah dan sosial.
4
Salah satunya Timur Kuran dalam Why the Middle East is Economically Underdeveloped:
Historical Mechanisms of Institutional Stagnation. The Journal of Economic Perspectives. Selain
Kuran, Noland juga menyimpulkan hal yang sama bahwa Islam, berdasarkan data-data yang ada

1

2

Padahal sesungguhnya peradaban Islam mempunyai pengalaman yang baik
dalam membangun peradaban termasuk dalam bidang ekonomi. Menurut
beberapa ilmuwan Barat seperti Toynbee (1935), Hitti (1958), Hodgson (1977),

Baeck (1994) dan Lewis (1995) berpendapat bahwa Islam pada masanya telah
berperan secara positif dalam pembangunan masyarakat. Hanya karena faktor
Islam yang mampu menjawab kenapa masyarakat Badui (Arab) yang mana
mempunyai karakter saling bermusuhan satu dengan lainnya, kekurangan
sumberdaya, dan iklim yang tidak bersahabat, serta memiliki sedikit kriteria
untuk tumbuh, tetapi mereka bisa tumbuh dengan cepat melawan berbagai
rintangan dan bertahan dengan kokoh menghadapi superioritas kerajaan
Byzantium dan kerajaan Persia5.
Peradaban Islam juga telah melahirkan banyak ilmuwan yang memiliki ide
yang original di bidang ekonomi. Bahkan pemikiran para ilmuwan ekonomi
Islam sebenarnya pelopor dan peletak dasar-dasar ilmu ekonomi telah banyak
menginspirasi tokoh-tokoh barat. Misalnya Ibn Khaldun yang diakui oleh dunia
sebagai bapak ilmu sosial dalam karya monumentanya yaitu Al-Muqaddimah
telah menjelaskan teori-teori pembagian kerja, pasar, ekonomi pembangunan,
good governance dan lain-lain berabad-abad sebelum kemunculan buku Adam
Smith the Wealth of Nation. Atau Al-Ghazali yang telah merumuskan konsep
memang menghambat pembangunan . untuk lebih lanjut dapat dilihat di Noland, M. Religion, culture,
and economic performance. Unpublished paper, mnoland@iie.com.
5
M. Umer Chapra. “Ibn Khaldun’s Theory of Development: Does It Help Explain The Low

Performance Present-Day Muslim World?” The Journal of Economic-Social 37(2008). Hal. 846

3

maqashid syaria’ah, sebuah konsep kedilan yang sangat penting dalam kajian
ekonomi pembangunan saat ini. pemikirinnya jauh sebelum karya John Rawls
“Justice as Fairness” dan “A Theory of Justice” atau teori-teori kedilan Barat
diterbitkan. Serta teori-teori distribusi pendapatan yang juga menjadi tema sentral
dalam ekonomi pembangunan telah menjadi perhatian khusus oleh Ya’qub bin
Ibrahim Abu Yusuf dalam karyanya Al-Kharaj.
Namun runtuhnya kekuasaan Islam berdampak pada hancurnya sendi-sendi
peradaban Islam dan mulai bergeser pada dominasi Barat. Selama Barat
mengalami masa kebangkitan di lain pihak Islam sedang mengalami
keterpurukan, sehingga terjadi gap sejarah. Para ilmuwan barat mendominasi
ilmu pengetahuan dengan melupakan sumber-sumber yang mereka peroleh, tak
lain berasal dari peradaban Islam. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat bahwa,
ketika Islam dalam masa kejayaan sebaliknya Barat masih dalam zaman
kegelapan atau dark age, bahkan pada tahun 1000 M (Barat) masih sedemikian
terbelakangnya, dan harus hanya bersandar secara total kepada ilmu pengetahuan
Dunia Islam (Kneller)6.

Kegagalan sistem pembangunan yang berlandaskan paham Kapitalis dan
Sosialis dalam mewujudkan kesejahteraan di berbagai negara dengan munculnya
berbagai krisis yang terus muncul secara periodik telah membangkitkan para

6

Nurcholish Madjid, Islam, Doktrine, dan Peradaban, (Yayasan Paramadina
: Jakarta, 2000) hal. 34

4

ilmuwan ekonomi pada umumnya untuk mencari sistem ekonomi alternatif dan
motivasi tersendiri untuk ilmuwan Islam membuktikan serta membangkitkan
kembali sistem ekonomi Islam untuk menggantikan sistem ekonomi yang tidak
memadai lagi. Dalam dunia Islam semangat itu ditandai dengan munculnya
paradigma baru yang diutarakan oleh Muhammad Iqbal mengenai “Pintu Ijtihad
Masih Terbuka”. Paradigma yang dihadirkan oleh Iqbal telah membangkitkan
semangat kebangkitan Islam. Sehingga dalam bidang ilmu ekonomi dewasa ini
telah muncul ilmuwan-ilmuwan dalam bidang ekonomi Islam di era modern.
Salah satu tokoh ekonomi Islam yang sangat berpengaruh adalah Umer

Chapra. Ia adalah salah satu tokoh ekonomi Islam kontemporer yang sangat
produktif dengan karya-karyanya yang sangat fundamental dan komprehensif.
Umer Chapra dalam tulisan-tulisannya mampu menganalisis dengan tajam
berbagai kebobrokan sistem-sistem ekonomi yang telah mapan, serta mampu
menjelaskan ekonomi Islam dengan baik. Karya-karya Umer Chapra membahas
mengenai sistem ekonomi Islam secara umum, keuangan Islam, sejarah
pemikiran ekonomi, kelembagaan ekonomi Islam, serta ekonomi pembangunan
Islam. Karya-karya Umer Chapra diantaranya adalah; Islam and the Economic
Challenge, Toward a Just Monetary System, The Future of Economic: An
Islamic Perspective, Economic Development in Muslim Countries dan lain-lain
baik dalam bentuk buku, jurnal, ataupun paper.

5

Kebangkitan ilmu ekonomi Islam dan ilmu pembangunan Islam pada
khususnya telah memunculkan inisiatif untuk menerapkan sistem ekonomi Islam
di berbagai negara yang mayoritas berpenduduk muslim oleh para ilmuwan
ekonomi pembangunan Islam maupun oleh kelompok-kelompok masyarakat
ataupun organisasi, hal ini juga terjadi di Indonesia. Upaya untuk menerapkan
sistem ekonomi yang berbasiskan ajaran Islam semakin menguat karena

Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia serta
ketidakmampuan pemerintah hingga saat ini untuk mewujudkan ekonomi yang
bekeadilan.
Kita sebagai umat Islam memiliki kewajiban untuk masuk Islam secara
kaffah, termasuk dalam bidang ekonomi. Untuk menjalankan ekonomi Islam
yang sesuai konsep maqashid syari’ah harus dilakukan Islamisasi ekonomi.
Bagaimanapun Islamisasi harus tidak dipahami suatu penawar semua
permasalahan negara-negara muslim. Beberapa masalah yang diciptakan oleh
kemunduran sosio ekonomi, politik dan moral yang telah ada selama berabadabad, kebijakan domestik yang salah dan program eksternal yang tidak sehat
pasti akan berlangsung lama. Juga harus dipahami bahwa Islamisasi adalah
proses yang bertahap. Ia tidak dapat dicapai dengan serta merta melalui
penggunaan kekuatan atau regimentasi.7

7

Umer Chapra. Islam dan Tantangan Ekonomi. (Gema Insani : Jakarta 2000) hal. 380

6

Untuk menerapkan sistem ekonomi Islam dan pembangunan ekonomi Islam

khususnya diperlukan upaya untuk memahami berbagai pemikiran ilmuwan Islam di
bidang ekonomi pembangunan, sehingga akan muncul rumusan konsep ekonomi
pembangunan Islam. Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas,
maka penulis memilih judul; “Rekonstruksi Pemikiran Pembangunan Ekonomi
Islam Menurut Pemikiran Al-Ghazali, Ibn Khaldun, dan M. Umer Chapra”
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah diperlukan untuk menerangkan masalah-masalah yang
ada pada objek yang akan diteliti sebelum dibuat pembatasan dan perumusannya,
antara lain:
1.

Apa yang dimaksud dengan pembangunan ekonomi dalam Islam?

2.

Bagaimana konsep pembangunan ekonomi dalam Islam?

3.

Bagaimanakah implementasi dari konsep pembangunan ekonomi Islam?


4.

Apa tantangan pembangunan ekonomi Islam?

C. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan penulisan dan memudahkan analisa maka dalam
penelitian ini, penulis hanya akan membatasi permasalahan pada konsep
pembangunan ekonomi Islam dari para tokoh pembangunan ekonomi Islam
diantaranya Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Umer Chapra. Penulis akan mencoba
untuk merekonstruksi pemikiran ketiga tokoh tersebut. Rekonstruksi adalah

7

pengembalian

sesuatu

ketempatnya


yang

semula

;

Penyusunan

atau

penggambaran kembali dari bahan-bahan yang ada dan disusun kembali
sebagaimana adanya atau kejadian semula.8
D. Rumusan Masalah
Untuk dapat memberikan suatu gambaran yang lebih jelas tentang masalah
yang akan diteliti, berikut ini diajukan beberapa pertanyaan penelitian yang
dirumuskan kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1.

Bagaimanakah konsep pembangunan ekonomi menurut Al-Ghazali, Ibn
Khaldun, dan Umer Chapra?


2.

Bagaimanakah relevansi konsep pembangunan Islam dan pembangunan
Indonesia?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.

Tujuan Penelitian
a. Tersusunnya format pemikiran pembangunan ekonomi menurut AlGhazali, Ibn Khaldun, dan Umer Chapra
b. Terumuskannya

dimensi-dimensi

implementasi

pembangunan ekonomi Islam.
2.


Manfaat Penelitian

8

B.N. Marbun , Kamus Politik, (Pustaka Sinar Harapan: Jakarta1996), hal.469.

pemikiran

8

a. Menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi penulis
khususnya, dan bagi masyarakat pada umumnya terkait ekonomi
pembangunan Islam
b. Sebagai khasanah ilmu pengetahuan di bidang ilmu kepustakaan
dalam hal Ekonomi Pembangunan Islam
c. Menjadi masukan dan saran bagi para penelitian selanjutnya sehingga
bisa menjadi perbandingan bagi penelitian yang lain
F. Kerangka Berfikir
Pembahasan tentang ekonomi pembangunan termasuk hal yang masih baru,
baik di dunia pada umumnya maupun dalam dunia Islam khususnya. Khasanah
keilmuan Islam khususnya dalam bidang ekonomi sebenarnya telah dimulai
semenjak lahirnya Islam itu sendiri. Telah banyak para ilmuwan Islam yang
menulis tentang ekonomi walaupun belum secara sistematis. Masing-masing para
tokoh memiliki karakteristik pemikiran yang berbeda-beda sesuai dengan latar
belakang dan tantangan yang dihadapi pada masanya.
Tentunya terdapat banyak persamaan maupun perbedaan pemikiran yang
kemudian apabila disatukan akan menjadi rumusan yang akan bisa menjawab
tantangan pembangunan ekonomi yang terus berkembang di masa sekarang
maupun masa akan datang.
G. Studi Review Terdahulu

9

Penulis

Dina Rahma Umami
(Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat,
Fakultas Syariah dan politik, Universitas Islam Negeri Jakarta,
2009).

Judul

Pemikiran Ekonomi Mubyarto Dalam Prespektif Ekonomi
Islam

Pembahasan

Pada skripsi ini penelitian yang dilakukan

adalah untuk

mengetahui konsep filsafat, nilai-nilai dasar dan nilai
instrumental dari sistem ekonomi Islam, konsep filsafat, nilainilai dasar dan nilai instrumental dari pemikiran ekonomi
Mubyarto dan pandangan system ekonomi Islam terhadap
pemikiran ekonomi dari Mubyarto
Hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, pemikiran ekonomi Mubyarto
tidak bertentangan dengan sistem ekonomi Islam, sebab:
a. Pemikiran ekonomi Mubayrto berjiwa religious dan
mengedepankan unsur moral yang menginginkan adanya
keseimbangan

dan

keselarasan

hubungan

vertical

dan

horisontal.
b. Bersifat karakyatan yang memberikan perhatian besar pada
penderitaan rakyat kecil yang merupakan korban dari
kesenjangan ekonomi

10

c. Bersifat humanis dimana ia tidak menginginkan terjadinya
ekspolitasi, penindasan dan dominasi sesame manusia.
e. Penulis kategorikan pemikiran Mubyarto sebagai pemikiran
yang berhaluan soislis religious.
Penulis

Arif Soleh
(Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010).

Judul

Konsep Pembangunan Ekonomi: Studi Komparatif Pemikiran
Mubyarto dan Umer Chapra

Pembahasan

Pada Skripsi ini membahas tentang beberapa pokok masalah:
1. Bagaimana konsep pemikiran Mubyarto dan Chapra dalam
konsep pembangunan ekonomi?
2. Bagaimana relevansi pemikiran Mubyarto dan Chapra
terhadap

perekonomian

Indonesia?

Pendekatan yang penulis gunakan untuk mengkaji dan
menganalisa

pokok

masalah

yang

telah

ditentukan

menggunakan metode library research dengan tekhnik analisa
ANN (Artificial Neuron Network)
Hasil penelitian

Kesimpulan dari skripsi ini adalah bahwa baik Mubyarto
maupun Chapra memiliki pemikiran yang kesamaan dalam segi

11

relevansi dan urgensi. Pemikiran keduanya patut untuk
dikembnagkan

mengingat

perlunya

bangsa

Indonesia

melepaskan diri dari ketergantungan pihak asing.
Keduanya telah dengan tepat meletakkan dasar-dasar dimensi
moral dan keadilan ditengah keadaan Indonesia yang
membutuhkan reformasi di bidang ekonomi.

H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian Skripsi ini berupa penelitian kepustakaan (library
research) dengan data dan cara analisa kualitatif, 9 dengan mendeskripsikan
dan menganalisa objek penelitian yaitu membaca dan menelaah berbagai
sumber yang berkaitan dengan topik. Untuk kemudian dilakukan analisis
dan akhirnya mengambil kesimpulan yang akan dituangkan dalam bentuk
laporan tertulis.
2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data kualitatif
yang diperoleh dari sumber-sumber otentik yang terdiri atas sumber primer
dan sumber sekunder. Data primer berasal dari tulisan-tulisan para tokohtokoh ekonomi pembangunan Islam diantaranya Al-Muqaddimah karya Ibn
9

Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999)

12

Khaldun, Economic Development in Muslim Countries karya Umer M.
Chapra, Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali. Sedangkan sumber sekunder
berupa pemikiran para tokoh yang diulas oleh orang lain baik dalam bentuk
essay, jurnal, buku, ataupun karya ilmiah lainnya.
3. Teknik Pengambilan Data
Didalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan
dengan menggunakan teknik studi pustaka, dalam hal ini adalah buku,
jurnal dan artikel.
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2012. Untuk
mengetahui gambaran secara keseluruhan isi penulisan dalam penelitian ini,
penyusun menguraikan secara singkat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai latar belakang masalah yang
akan diteliti, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, review studi terdahulu, dan
sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA TEORI

13

Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang teori pembangunan
pada umumnya dan konsep dasar ekonomi pembangunan Islam menurut para
tokoh-tokoh ekonomi pembangunan Islam.
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini akan dijabarkan profil dan pemikiran dari Al-Ghazali dan
Ibn Khaldun sebagai representatif ilmuwan generasi awal kemudian Umer
Chapra sebagai representatif ilmuwan ekonomi pembangunan di era modern.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraukan hasil rekonsrtuksi pemikiran para tokoh
dalam hal ini Al-Ghazali, Ibn Khaldun, dan Umer Chapra mengenai konsep
ekonomi pembangunan dalam Islam.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan dari pembahasan dan
saran-saran yang dikemukakan dari pembahasan.

14

BAB II
Pembangunan Ekonomi
A. Definisi Pembangunan Ekonomi
Pada dasarnya, ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan sosial. Ilmu ini
menyoroti manusia, serta sistem-sistem sosial yang mengorganisasikan
aktivitas-aktivitas yang dilakukan manusia pada umumnya dalam rangka
memenuhi berbagai kebutuhannya yang mendasar (yaitu pangan, sandang
dan, papan) dan untuk memenuhi keinginan-keinginannya yang bersifat
nonmaterial (seperti pendidikan, pengetahuan, dan pemuasan spiritual).
Sebagai ilmuawan sosial, para ekonom acapkali berhadapan dengan situasi
yang tidak biasa, oleh karena mereka dan objek studinya, yaitu manusia dan
segenap tingkah lakunya dalam menjalani kehidupan sehari-hari, senantiasa
berubah10 mengikuti perubahan zaman itu sendiri. Kompleksnya permasalahan
dalam ekonomi memunculkan fokus-fokus pembahasan yang lebih mendetail,
diantaranya adalah ekonomi keuangan yang fokus untuk membahas masalah
keuangan, ekonomi politik yang fokus membahas masalah ekonomi dikaitkan
dengan politik, ekonomi mikro dan makro, serta yang paling baru adalah
ekonomi

pembangunan

yang

membahas

isu-isu

dan

upaya-upaya

pembangunan ekonomi. Beberapa tokoh mendefinisikan pembangunan
ekonomi diantaranya adalah;
10

Michael P Todaro, Pembanguan Ekonomi Dunia Ketiga (Edisi ke-enam jilid I), (Jakarta:
P.T. Gelora Aksara Pratama: 1998) hal. 12

15

a. Menurut Todaro pembangunan merupakan upaya manusia secara sadar
dan sistematik baik individu atau kolektif untuk mewujudkan kehidupan
yang lebih baik, sejahtera dan merupakan proses tanpa henti
b. Definisi yang berbeda disampaikan oleh Lauterbach, menurutnya
pembangunan merupakan suatu upaya menciptakan kondisi yang lebih
baik bagi rakyat suatu negara secara keseluruhan, sesuai dengan
kebutuhan mereka yang sesungguhnya, tanpa mengganggu sistem nilai
dan cara-cara hidup mereka.11
c. Menurut Kartasasmita pembangunan adalah proses perubahan keadaan
menuju pada kondisi yang lebih baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembangunan ekonomi adalah
upaya sadar dan terencana manusia untuk mewujudkan kehidupan yang lebih
baik melalui perubahan-perubahan yang positif dengna tetap melindungi
nilai-nilai yang dianut masyarakat.
B. Tujuan Utama Pembangunan
Tujuan dari pembangunan yang benar-benar sempurna memang
tidaklah mudah untuk merumuskannya. Perdebatan mengenai hal ini sudah
berlangsung sangat lama dan masing-masing orang berpegang pada
keyakinannya masing-masing. Namun secara keseluruhan dapat terangkum

11

Jan-Erik Lane dan Svante Ersson, Ekonomi Politik Komparatif : Demokrasi dan
Pertumbuhan Benarkah Kontradiktif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2002) hal. 68

16

dalam pendapat Profesor Goulet dan tokoh-tokoh lain yakni terdapat tiga
tujuan pembangunan.
Pertama kecukupan (sustenance), yang dimaksud kecukupan bukan
hanya menyangkut makanan, melainkan mewakili semua hal yang merupakan
kebutuhan dasar manusia secara fisik. Kebutuhan dasar adalah segala sesuatu
yang jika tidak dipenuhi akan menghentikan kehidupan seseorang. Kebutuhan
dasar ini meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, dan keamanan. Jika satu
saja dari sekian banyak kebutuhan dasar ini tidak dipenuhi, maka akan muncul
kondisi keterbelakangan absolut.12
Kedua adalah jati diri (self-esteem) komponen universal yang kedua
dari kehidupan yang serba lebih baik adalah adanya dorongan dari diri sendiri
untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk merasa diri pantas dan layak
melakukan atau mengejar sesuatu.13 Pembangunan harus mampu memberikan
penghargaan diri sebagai manusia, dan tidak digunakan sebagai alat dari orang
lain. Artinya, pembangunan harus mampu mengangkat derajat manusia dan
menciptakan kondisi untuk tumbuhnya jati diri (self-esteem)14.
Ketiga adalah kebebasan dari menghamba (freedom from servitude);
nilai universal terakhir yang harus terkandung dalam makna pembangunan
adalah konsep kemerdekaan manusia. Kemerdekaan atau kebebasan di sini
12
Michael P Todaro, Pembanguan Ekonomi Dunia Ketiga (Edisi ke-enam jilid I), (Jakarta:
P.T. Gelora Aksara Pratama : 1998) hal. 20
13
Ibid hal.. 20
14
Isu-isu Seputar Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dengan Paradigma Humanizing
Development , Drs. H. M Ladzi, M. Ag,. Hal 2

17

hendaknya diartikan secara luas sebagai kemampuan untuk berdiri tegak
sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek materiil dalam
kehidupan.15 Pembangunan harus membebaskan atau memerdekakan manusia
dari penghambaan dan ketergantungan akan alam, kebodohan dan
kemelaratan.16 Pembangunan dilakukan untuk tujuan peningkatan kebebasan
setiap orang dari kungkungan atau tekanan-tekanan kepentingan yang ada.
Ketiga inilah yang merupakan tujuan pokok yang harus digapai oleh setiap
orang dan masyarakat melalui pembangunan. Ketiganya berkaitan dengan
kebutuhan-kebutuhan manusia yang paling mendasar, yang terwujud dalam
berbagai macam manifestasi di hampir semua masyarakat dan budaya
sepanjang jaman.17
C. Pembangunan Ekonomi dalam Islam
1. Konsep Pembangunan Ekonomi dalam Khasanah Peradaban Islam
Istilah pembangunan dalam khasanah peradaban Islam dan dalam
karya-karya klasik lazimnya dihubungkan dengan konsep ‘imârah al-ard
(memakmurkan bumi) yang dipahami dari ayat al-qur’an salah satunya surah
Hud ayat 61.18 Mayoritas penulis berpendapat bahwa kata al-‘imârah

15

Michael P Todaro, Pembanguan Ekonomi Dunia Ketiga (Edisi ke-enam jilid I), (Jakarta:
P.T. Gelora Aksara Pratama : 1998) hal. 21
16
Isu-isu Seputar Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dengan Paradigma Humanizing
Development , Drs. H. M Ladzi, M. Ag,. Hal 2
17
Michael P Todaro, Pembanguan Ekonomi Dunia Ketiga (Edisi ke-enam jilid I), (Jakarta:
P.T. Gelora Aksara Pratama : 1998) hal. 19
18
Asmuni Mth, Konsep Pembangunan Ekonomi Islam. Jurnal Al-Mawarid Edisi X tahun
2003. Hal 128-129

18

(memakmurkan atau mengelola bumi untuk kemakmuran hidup manusia)
identik dengan kata at-tanmiyah al-iqtisadiyah (pembangunan ekonomi)19

          
        
       
   
Artinya: “dan kepada Tsamud (kami utus) saudara
mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah
Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan
kamu

pemakmurnya[Maksudnya:

penghuni

dunia

untuk

menguasai

manusia
dan

dijadikan

memakmurkan

dunia.], karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian
bertobatlah

kepada-Nya,

Sesungguhnya

Tuhanku

Amat

dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hambaNya)."
Walaupun dalam bahasa Arab modern arti kata dari isti’mar diartikan
penjajahan, isti’mara adalah menjajah. Makna ini tidak dikenal dalam
bahasa Al-Quran, dan memang ia merupakan penamaan yang tidak sejalan
dengan kaidah bahasa Arab dan akar katanya.20
Kata isti’mara pada ayat di atas terdiri dari huruf sin dan ta’ yang
dapat berarti meminta seperti dalam kata istighfara, yang berarti meminta
19

Ibid. hal 131
Dr. M. Quraish Shihab, M.A., Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Tematik atas Pelbagai
Permasalahan Umat, (Bandung :Mizan) hal. 558
20

19

maghfirah

(ampunan).

Dapat

juga

kedua huruf

tersebut

berarti

“menjadikan” seperti pada kata hajar yang berarti “batu” bila digandengkan
dengan

sin

dan

ta’ sehingga terbaca istahjara yang maknanya adalah

menjadi batu.
Kata ‘amara dapat diartikan dengan dua makna sesuai dengan objek
dan konteks uraian ayat. Surat Al-Tawbah (9): 17 dan

18 yang

menggunakan kata kerja masa kini ya’muru, dan ya’muru dalam konteks
uraian tentang masjid diartikan memakmurkan masjid

dengan

jalan

membangun, memelihara, memugar, membersihkan, shalat, atau I’tikaf
di dalamnya. Sedangkan surat Al-Rum (30): 9 yang mengulangi dua kali
kata kerja masa lampau

‘amaru

berbicara

tentang

bumi,

diartikan

sebagai membangun bangunan, serta mengelolanya untuk memperoleh
manfaatnya. Jika demikian, kata ista’marakum dapat berarti “menjadikan
kamu”

atau

“meminta/menugaskan

kamu”

mengolah

bumi

guna

memperoleh manfaatnya.21
Masalah pembangunan juga dibahas secara mendalam oleh Ibn
Khaldun dalam karyanya Al-Muqaddimah. Istilah yang digunakannya adalah
‘Umran Al-‘Alam. Walaupun sebagaian besar ilmuwan maupun masyarakat
umum memaknai ‘Umran dengan istilah yang sudah popular yaitu “sosial”

21

Dr. M. Quraish Shihab, M.A., Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Tematik atas Pelbagai
Permasalahan Umat, (Bandung :Mizan) hal. 558

20

(ijtima’), “tamadun” (hadarah), dan “perkotaan” (madaniyyah). Namun
yang dimaksud oleh Ibn Khaldun adalah makna yang lebih luas.
Pada hakikatnya, ‘Umran Al-‘Alam merupakan suatu ilmu baru yang
dinamis serta mengandung makna yang sangat luas, bukan saja dari segi
sosial atau pembangunan yang bersifat fisik dan lokal, tetapi meliputi aspek
rohani dan jasmani yang bersifat “universal” untuk tujuan mencapai
kebahagiaan dan kemakmuran manusia di dunia dan di akhirat. Teori
`umran al-`alam telah diperkenalkan oleh Ibn Khaldun untuk menangani
krisis politik dan sosio-ekonomi yang melanda masyarakat Islam di Asia
Barat, khususnya di Andalus dan Afrika Utara pada abad ke-14M akibat
terjadinya keruntuhan agama dan akhlak serta perpecahan sesama umat
Islam disebabkan perbedaan mazhab, di satu pihak, serta dampak dan
pengaruh pemikiran tradisionalis Islam yang diimpor dari kebudayaan dan
pemikiran Persia dan Yunani kuno, di pihak yang lain. Pada waktu yang
sama, umat Islam pada waktu itu tidak memahami hukum masyarakat (ilmu
sosial masyarakat) dan alam yang sudah ditentukan oleh Allah Ta`ala serta
kurang peduli terhadap pemeliharaan dan kelestarian alam sekitar yang
berdampak pada kehidupan.22
Rasulullah Muhammad SAW sebagai pemegang otoritas tertinggi baik
dalam bidang agama maupun negara sebenarnya telah meletakkan dasar22

Mahayudin Hj Yahaya, ‘Umran Al ‘Alam From the Perspective of Ibn Khaldun: A
Paradigm Change, International Journal of West Asian Studies, Vol. 3, No. 1, hal. 3

21

dasar pembangunan ekonomi yang komprehensif atau telah menjalankan
konsep ‘umran al-‘alam. Dasar-dasar pembangunan yang diletakkan oleh
Rasulullah mengintregasikan antara spirit duniawi dan spirit ukhrawi.
Pembangunan aqidah dan akhlak atau attitude sebagai etos kerja menjadi
prioritas utama.
Sebagai bentuk upaya membangun peradaban baru Rasulullah segera
meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat pertama, membangun
masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat. Masjid bukan hanya difungsikan
sebagai tempat ibadah, melainkan untuk berbagai pembinaan masyarakat
serta untuk kegiatan muamalah di sekelilingnya. Kedua, menjalin ukhwah
islamiyah antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar dalam bentuk membuat
entrepreneur partnership baik dalam mengembangkan pertanian maupun
perdagangan. Ketiga, Rasulullah membuat undang-undang yang mengatur
hak dan kewajiban setiap individu masyarakat agar tercipta kehidupan yang
tertib. Keempat, meletakkan dasar-dasar keuangan negara. Dalam hal ini
didirikanlah Batul Mal sebagai pusat pengelolaan keuangan negara. Batul
Mal menjadi pusat pengumpulan pendapatan negara yang berasal dari dana
ziswaf serta retribusi dari negara. Kemudian dana yang dikumpulkan
disalurkan untuk pembangunan infrastruktur, gaji pegawai, pendidikan serta
pengentasan kemiskinan.23
23

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Depok : Gramata 2010) hal. 74-80

22

2. Pembangunan Ekonomi Islam di Era Modern
Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur masalah
ibadah, melainkan mengatur semua aspek dalam kehidupan salah satunya
adalah muamalah. Muamalah mengatur berbagai aturan hubungan sesama
manusia termasuk di dalamnya urusan ekonomi. Bahkan seorang orientalis
paling terkenal bernama H.A.R Gibb mengatakan, “Islam is much more than
a system of theology it’s a complete civilization” (Islam bukan sekedar sistem
theologi, tetapi merupakan suatu peradaban yang lengkap).
Prinsip-prinsip

ekonomi

dalam

Islam

pada

dasarnya

telah

dipraktekkan pada zaman Rasulullah sampai para sahabat-sahabatnya
walaupun belum ada penyusunan prinsip-prinsip ekonomi yang sistematis
pada waktu itu. Tulisan-tulisan pemikiran tentang ekonomi ditulis dalam
kitab-kitab filsafat maupun fiqh. Para cendekiawan muslim berusaha untuk
mengidentifikasi pemikiran-pemikiran ekonomi Islam.24
Runtuhnya kekuasaan negara-negara Islam dan bahkan mengalami
penjajahan oleh bangsa-bangsa Eropa menyababkan degradasi peradaban
Islam yang sangat signifikan. Peradaban Islam seolah benar-benar tidak penah
ada, termasuk dalam khazanah pemikiran ekonomi Islam. Josep Schumpeter
misalnya mengatakan, adanya “Great Gap” dalam sejarah pemikian ekonomi
selama 500 tahun yaitu masa yang dikenal sebagai the dark age. Dalam
24

Ibid hal. 17

23

karyanya, “History of Economics Analysis”, ia menegaskan bahwa pemikir
ekonomi muncul pertama kali di zaman Yunani Kuno pada abad 4 SM dan
bangkit kembali pada abad 13 M di tangan pemikir skolastik Thomas
Aquinas.25
Negara-negara Islam yang sebagian besarnya baru merdeka pasca
Perang Dunia II ternyata belum sepenuhnya bisa mengaktualisasikan sistem
perekonomian yang sesuai ajaran Islam. Hal tersebut dikarenakan bangsa
asing masih ikut campur tangan dalam berbagai hal, termasuk sistem ekonomi
yang berbasis pada kapitalisme dan sekularisme. Penerapan sistem dari Barat
ternyata tidak sepenuhnya berhasil dan cenderung gagal. Kondisi negaranegara muslim yang hampir seluruhnya masuk dalam kategori negara
berkembang (adapun negara yang maju dikarenakan kekayaan minyak mentah
dan gas alam, maka dibutuhkan upaya untuk merubah struktur ekonomi
kearah pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan), dan sebagiannya
lagi dalam kategori negara miskin.26
Negara-negara Islam pada umumnya tidak mampu menginternalisasi
mesin pertumbuhan. Paradoks yang terjadi di negara muslim adalah bahwa
mereka kaya akan sumber daya alam, namun ekonominya lemah dan miskin. 27
Ilmuwan sering menyebut paradoks ini dengan kutukan sumber daya atau
25

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Depok : Gramata 2010) hal. 69
Dr. Abdel Rahman Yousri Ahmed, An Introduction to an Islamic Theory of Economic
Development, 8th International Conference on Islamc Economic and Finance
27
Khurshid Ahmad, Studies In Islamic Economics, (Jeddah : International Centre for
Research in Islamic Economics King Abdul Aziz University 1980) hal. 172
26

24

“resorce curse”. Perkonomian mereka tegantung pada negara Barat dalam
banyak hal, misalnya impor bahan makanan, barang-barang manufaktur,
tekhnologi, dan lain-lain, disisi lain mereka mengekspor produk primer.
Sebagiannya menderita karena efek dari warisan sistem ekonomi kolonial
yang berlarut-larut, dan ini adalah contoh yang sempurna dari hubungan
“negara maju di pusat – negara miskin pinggiran”.28
Untuk menanggapi semua isu yang berkembang khususnya pada dunia
Islam dan mencari upaya untuk mengatasinya permasalahan tersebut, pada
tahun 1976 Universitas King Abdul Aziz menggelar “International
Conference on Islamic Economics” yang pertama. Konferensi ini di hadiri
oleh 200 ekonom dan ulama dari seluruh dunia.

Konferensi ini boleh

dikatakan sebagai awal kebangkitan ilmu ekonomi Islam di era modern serta
lahirnya ilmu ekonomi pembangunan Islam. Pokok-pokok bahasan dalam
konferensi tersebut diantaranya konsep dan metodologi ekonomi Islam,
produksi dan konsumsi dalam ekonomi Islam, peran negara dalam ekonomi
Islam, asuransi dengan konsep syari’ah, bank bebas bunga, zakat dan
kebijakan fiskal, dan ekonomi pembangunan Islam.29 Ekonomi pembangunan
menjadi topik yang sangat relevan mengingat resep pembangunan yang
ditawarkan oleh barat nyatanya tidak sesuai dengan kondisi sosio-kultur
negara muslim.
28

Ibid hal. 172
Khurshid Ahmad, Studies In Islamic Economics, (Jeddah : International Centre for
Research in Islamic Economics King Abdul Aziz University 1980) hal. xvii
29

25

3. Pengertian Pembangunan Ekonomi Islam
Istilah pembangunan ekonomi yang dimaksudkan dalam Islam
adalah “the process of allaviating poverty and provision of ease, comfort and
decency in life” (Proses untuk mengurangi kemiskinan serta menciptakan
ketentraman, kenyamanan dan tata susila dalam kehidupan). 30 Sedangkan
menurut DR. Abdel-Rahman Yousri Ahmed Pembangunan adalah perubahan
struktural dalam lingkungan sosio-ekonomi, yang terjadi bersamaan dengan
penerapan hukum Islam dan nilai-nilai etika, sehingga memacu kapasitas
produktif manusia yang maksimal dan kemungkinan pemanfaatan terbaik dari
sumber daya yang tersedia, dengan tujuan tercapainya keseimbangan antara
aspek material dan spiritual.31
Atau jika kita mengacu pada literatur klasik bahwa pembangunan
memiliki arti ‘umran al-‘alam maka konsep dari Ibn Khaldun menjadi konsep
pembangunan yang komprehensif. Di atas kaedah inilah maka Ibn Khaldun
mendefinisikan `umran, sebagaimana yang dinyatakan oleh al-Jabri, iaitu:
“Suatu fenomena sosial yang digerakkan oleh sekumpulan masyarakat yang
bekerjasama/bermuafakat di kawasan kota atau desa dalam sebuah negara
yang berdaulat dan berpengaruh bagi tujuan memenuhi keperluan hidup yang
bahagia dan makmur baik segi rohani atau jasmani bersamaan dengan
30
31

http://www.agustiantocentre.com diakse pada tanggal 19 Februari 2014 10:40

Dr. Abdel Rahman Yousri Ahmed, An Introduction to an Islamic Theory of Economic
Development, 8th International Conference on Islamc Economic and Finance

26

penerapan ajaran agama dan akhlak serta hukum dan peraturan kejadian alam
dan manusia ciptaan Allah Ta`alan” (Muhammad `Abid al-Jabri, 1992:132138, 298)
Dapat disimpulkan bahwa pembangunan ekonomi yang dimaksud
dalam islam adalah upaya yang dilakukan oleh sekumpulan masyarakat yang
saling bekerja sama untuk mencapai kehidupan yang lebih baik disertai
dengan pengamalan ajaran Islam yang universal demi kehidupan yang
berkelanjutan.
D. Prinsip Utama dalam Ekonomi Pembangunan Islam
Menurut Umer Chapra tujuan dari suatu sistem ekonomi sangat
dipengaruhi oleh pandangan-duniannya. Salah satunya adalah pertanyaan
yang berkaitan dengan bagaimana alam semesta muncul, makna dan tujuan
hidup manusia, kepemilikan dan penggunaan objektif sumber daya yang
langka untuk kehidupan manusia, serta hubungan antar sesama manusia
(termasuk hak dan kewajiban mereka) juga pada lingkungan. Sebagai contoh,
jika pandangan mengenai alam semesta tercipta dengan sendirinya, maka
akibatnya manusia tidak perlu bertanggungjawab pada siapapun dan hidup
bebas sesukanya. Tujuan hidup mereka hanya sekedar mencari kesenangan,
tanpa memperdulikan bagaimana cara mendapatkannya dan apa akibatnya
bagi orang lain dan lingkungannya. Kemudian, pemenuhan kepentingan
pribadi dan seleksi alam menjadi norma-norma yang paling logis dari

27

kebiasaan. Jika diyakini bahwa manusia hanyalah pion-pion dalam papan
catur sejarah dan kehidupan mereka ditentukan oleh kekuatan dari luar di
mana mereka tidak memiliki kontrol, sehingga meraka tidak bertangung
jawab terhadap apa yang terjadi disekeliling mereka dan tidak perlu khawatir
dengan ketidak adilan yang terjadi.32
Akan tetapi, jika keyakinannya bahwa manusia dan apapun yang
dimilikinya diciptakan oleh Maha Pencipta dan mereka bertanggung jawab
kepada-Nya, mereka mungkin tidak menganggap diri mereka benar-benar
bebas untuk berkehendak sesuka hati atau seperti pion yang tak berdaya di
papan catur sejarah. Lebih dari itu, mereka memiliki misi yang harus
dijalankan, dan harus memanfaatkan sumber daya yang terbatas, serta saling
peduli satu sama lain dan lingkungannya dalam rangka menjalankan
misinya.33
Oleh karena cara pandang sangat mempengaruhi hasil akhir dari suatu
sistem yang diterapkan maka Islam harus memiliki pandangan-dunia yang
holistik mencangkup unsur kemanusian dan ketuhanan. Menurut Chapra
prinsip utama dalam ekonomi pembangunan Islam adalah tauhid, khilafah,
dan ‘adalah. Sementara menurut Khurshid Ahmad prinsip utama atau
landasan filosofi ekonomi pembangunan Islam ada empat (4) yaitu; tauhid,
rububiyyah, khilafah, dan tazkiyah. Sedangkan Aidit Ghazali (1990) dalam
32

Umer Chapra, Islam and Economic Development, (Islamabad Islamic Reseach Institute
Press : 1993). Hal.
33
Ibid

28

bukunya “Development: An Islamic Perspective” membagi filosofi dasar
menjadi lima (5) yaitu; tauhid uluhiyah, tauhid rububiyyah,khilafah, tazkiyyah
an-nas, dan al-falah. Walaupun terdapat beberapa perbedaan namun pada
dasarnya memiliki persamaan sumber yaitu Qur’an dan Hadits dan juga tujuan
yang sama yakni maqashid syari’ah.
Prinsip-prinsip ekonomi pembangunan dalam Islam yaitu;34
1. Tauhid Ulihiyyah, yaitu percaya pada Kemahatunggalan Allah dan semua
yang di alam semesta merupakan kepunyaan-Nya. Dalam konteks upaya
pembangunan manusia harus sadar bahwa semua sumber daya yang
tersedia adalah kepunyaan-Nya sehingga tidak boleh hanya dimanfaatkan
untuk pemenuhan kepentingan pribadi.
2. Tauhid Rububiyyah, yaitu percaya bahwa tuhan sendirilah yang
menenrukan keberlanjutan dan hidup dari ciptaanya serta menurut siapa
saja yang percaya kepada-Nya kepada kesuksesan. Dalam konteks upaya
pembangunan, manusia harus sadar bahwa pencapaian tujuan-tujuan
pembangunan tidak hanya bergantung pada upayanya sendiri, tetapi juga
pada pertolongan Tuhan, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
Pada satu titik ekstrem, sikap fatalistic tidak dibenarkan sementara pada
titik ekstrem lainnya, kepercayaan sepenuhnya pada upaya-upaya
manusia sendiri dianggap tidak adil bagi Sang Pencipta.
34

Mudrajat Kuncoro, Ph.D, Masalah, Kebijakan, dan Politik: Ekonomika Pembanguan,
(Jakarta : Penerbit Erlangga2010) hal. 23-24

29

3. Khilafah, yaitu peranan manusia sebagai wakil Tuhan di bumi. Di
samping sebagai wakil atas segala sumber daya yang diamanatkan
kepadanya, manusia yang beriman juga harus menjalankan tanggung
jawabnya sebagai pemberi teladan atau contoh yang baik bagi manusia
lainnya.
4. Tazkiyyah an-nas, ini merujuk kepada pertumbuhan dan penyucian
manusia

sebagai

prasyarat

yang

diperlukan

sebelum

manusia

menjalankana tanggung jawab yang ditugaskan kepadanya. Manusia
adalah agen perubahan dan pembangunan (agent of change and
development). Oleh karena itu, perubahan dan pembangunan apa pun
yang terjadi sebagai akibat upaya manusia ditujukan bagi kebaikan lain
dan tidak hanya bagi pemenuhan kepentingan pribadi.
5. Al-falah, yaitu konsep keberhasilan dalam Islam bahwa keberhasilan apa
pun yang dicapai di kehidupan dunia akan mempengaruhi keberhasilan di
akhirat sepanjang keberhasilan yang dicapai semasa hidup di dunia tidak
menyalahi petunjuk atau bimbingan yang telah Tuhan tetapkan. Oleh
karena itu, tidak ada dikotomi di antara upaya-upaya bagi pembangunan
di dunia ataupun persiapan bagi kehidupan akhirat.
6. ‘Adalah, tanpa disertai keadilan sosio-ekonomi, persaudaraan yang
merupakan satu bagian integral dari konsep-konsep sebelumnya akan
tetap menjadi konsep yang tidak memiliki substansi. Rasulullah sangat

30

tegas

dalam

menghadapi

perihal

keadilan,

bahkan

Rasulullah

menyamakan ketidakadilan dengan dzulm “kegelapan mutlak”. Ibnu
Taimiyah

juga

menegaskan

akan

pentingnya

keadilan.

“Tuhan

menegakkan negeri yang adil meskipun kafir, tetapi tidak menegakkan
negeri yang tidak adil meskipun beriman.35 Sementara untuk mewujudkan
keadilan tersebut setidaknya harus dilakukan dengan cara ; (1)
pemenuhan kebutuhan, (2) penghasilan yang diperoleh dari sumber yang
baik, (3) distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil, (4) pertumbuhan
dan stabilitas.36
E. Tantangan Pembangunan dan Indikator Pembangunan
1. Tantangan Pembangunan
Tantangan dalam pembangunan di manapun dan dalam sistem apapun
hampir semuanya memiliki permasalahan yang sama, yaitu; kemiskinan,
ketimpangan pendapatan, pengangguran, kerusakan lingkungan, ketimpangan
pembangunan, dan kerusakan moral masyarakat.
a. Kemiskinan
Kemiskinan adalah akar kata dari miskin dengan awalan ke dan
akhiran an yang menurut kamus bahasa Indonesia mempunyai persamaan
arti

dengan kefakiran

yang

berasal

dari

asal

kata fakir dengan

awalan ke dan akhiran an. Dua kata tersebut seringkali juga disebutkan
35

M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Surabaya : Risalah Gusti 1999) hal.

36

Ibid. hal 230

229-230

31

secara bergandengan; fakir miskin dengan pengertian orang yang sangat
kekurangan. Al-Qur’an memakai beberapa kata dalam menggambarkan
kemiskinan, yaitu faqir, miskin, al-sail, dan al-mahrum,tetapi dua kata
yang pertama paling banyak disebutkan dalam ayat al-Qur’an. Kata fakir
dijumpa dalam al-Qur’an sebanyak 12 kali dan kata miskin disebut
sebanyak 25 kali, yang masing-masing digunakan untuk pengertian yang
hampir sama.37
b. Ketimpangan
Ketimpangan dibagi menjadi dua, ketimpangan pendapatan dan
ketimpangan pembangunan antar daerah. Ketimpangan pendapatan adalah
kesenjangan dalam distribusi pendapatan antara antara kelompok
masyarakat berpenghasilan tinggi masyarakat dan kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah. Sedangkan penyebab ketimpangan pembangunan
antar daerah adalah konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah
tertentu, misalnya di Indonesia pembangunan lebih terpusat di pulau jawa
tepatnya Jakarta. Ekonomi daerah dengan konsentrasi kegiatan ekonomi
tinggi cenderung tumbuh pesat. Sedangkan daerah dengan tingkat ekonomi
yang rendah cenderung mempunyai tingkat pembanguan dan pertumbuhan
ekonomi yang lebih rendah.
c. Pengangguran
37

M Amin Abdullah, Usaha Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional Ditinjau dari
Agama, diakses dari www.aminabd.wordpress.com diakses pada tanggal 23 Maret 2014

32

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah
angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah
lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran
seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga

dapat

menyebabkan

timbulnya kemiskinan dan

masalah-

masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan
kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan
dan

pembangunan

ekonomi.

Akibat

jangka

panjang

adalah

menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di
mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit,
dilakukan oleh lebih banyak orang. Jumlah pengangguran biasanya seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk serta tidak didukung oleh tersedianya
lapangan kerja baru atau keengganan untuk menciptakan lapanga n kerja
(minimal) untuk dirinya sendiri atau memang tidak memungkinkan untuk

mendapatkan lapangan kerja atau tidak memungkinkan untuk menciptakan

33

lapangan kerja. Sebenarnya, kalau seseorang menciptakan lapangan kerja,
menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk diri sendiri akan berdampak
positif untuk orang lain juga, misalnya dari sebagian hasil yang diperoleh
dapat digunakan untuk membantu orang lain walau sedikit saja.38

d. Degradasi Lingkungan
Degradasi lingkungan dapat diartikan sebagai penurunan kualitas
lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pembangunan yang dicirikan
oleh tidak berfungsinya secara baik komponen-komponen lingkungan
sebagaimana mestinya. Degradasi lingkungan pada dasarnya disebabkan
oleh adanya intervensi atau campur tangan manusia yang berlebihan
terhadap keberadaan lingkungan secara alamiah.
Akibat dari degradasi lingkungan adalah menurunnya kemampuan
alam untuk menyediakan bahan pemenuh kebutuhan manusia. Beberapa
bencana alam seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan merupakan hasil
secara tidak langsung dari aktivitas manusia sehingga dampaknya bisa
disebut sebagai degradasi lahan. Degradasi lahan memiliki dampak
terhadap

produktivitas pertanian, menurunnya

kualitas

air,

lingkungan, dan memiliki efek terhadap ketahanan pangan.
e. Kerusakan Moral

38

http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran, diakses pada tanggal 2 Aprlil 2014

kualitas

34

Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimanfaatkan oleh manusia
secara positif-konstruktif maupun secara negative-destruktif tergantung
kepada moral dan mental manusia (Bintarto, 1994:39) yang berperan
sebagai pencipta, pengembang, dan penggunanya, dalam bahasa Djuretna
A Iman Muhni ilmu pengetahuan dan teknologi selalu terkait dengan
pemilik dan pemakainya yakni manusia yang sering tidak mampu
mengendalikan nafsu serakahnya sendiri dalam artian moral.39 Hal serupa
terjadi dalam pembangunan, meskipun bertujuan untuk meningkatkan
kemakmuran seluruh lapisan masyarakat, namun jika tidak ada landasan
moral maka akan menimbulkan masalah yang baru.
Walaupun jarang dibahas terutama dalam ekonomi pembangunan
konvensional, kerusakan moral sesungguhnya memiliki pengaruh yang
kuat dalam pembangunan jangka panjang. Masyarakat yang tidak memiliki
pegangan nilai moral yang benar maka akan mengalami degradasi
peradaban. Misalnya, dalam sistem kapitalis persaingan menjadi pemicu
utama pertumbuhan ekonomi yang berakibat pada timbulnya individualism.
Pembangunan yang mengabaikan moral berakibat pada rusaknya generasi
sebagaimana menurut professor Thomas Lickona dari Cortland University
dengan cirri-ciri (1) meningkatnya kekerasan dikalangan remaja, (2)
penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer39

Siti Syamsiyatun dan Nihayatul Wafiroh, ed., Filsafat, Etika, dan Kearifan Lokal untuk Kontruksi
Moral Bangsa, (Geneva: Globalethics.net 2013) hal. 42

35

group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku yang
merusak diri, seperti narkoba, sex bebas, dan

alkohol, (5) semakin

kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) penurunan etos kerja, (7)
semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya
rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) ketidak jujuran yang
telah begitu membudaya, (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di
antara sesama.40
2. Indikator Pembangunan
Pada dasarnya arti dari pembangunan sebagaimana diungkapkan
oleh Ginandjar Kartasasmita adalah suatu proses perubahan kearah yang
lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Untuk
mengetahui apakah upaya-upaya yang dilakukan telah sesuai dengan
rencana, maka diperlukan sebuah ukuran (indikator). Walaupun masingmasing negara memiliki kebutuhan berbeda dalam melaksanakan
pembanguanan, namun pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, maka
indikator-indikator pembangunan secara umum dapat dibagi menjadi dua,
yaitu indikator ekonomi dan indikator sosial.
Indikator ekonomi terdiri dari;
a. Pendapatan Perkapita

40

Siti Syamsiyatun dan Nihayatul Wafiroh, ed., Filsafat, Etika, dan Kearifan Lokal untuk Kontruksi
Moral Bangsa, (Geneva: Globalethics.net 2013) hal. 45

36

Pendapatan perkapita baik dalam ukuran GNP maupun PDB
merupakan salah satu indikaor makro-ekonomi yang telah lama digunakan
untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif makroekonomi,
indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur,
sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
Tampaknya

pendapatan

per

kapita

telah

menjadi

indikator

makroekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memiliki beberapa
kelemahan. Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini, telah
dijadikan tujuan pembangunan di negara-negara dunia ketiga. Seolah-olah
ada asumsi bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara otomatis
ditunjukkan oleh adanya peningkatan pendapatan nasional (pertumbuhan
ekonomi).Walaupun demikian, beberapa ahli menganggap penggunaan
indikator ini mengabaikan pola distribusi pendapatan nasional. Indikator ini
tidak

mengukur

distribusi

pendapatan

dan pemerataan

kesejahteraan,

termasuk pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi.41
b. Perubahan Struktural yang Tinggi
Perubahan struktural dalam perubahan ekonomi modern mencangkup
peralihan dari kegiatan pertanian ke nonpertanian, dari industry ke jasa, peru
bahan dalam skala unit-unit produktif.42 Pergeseran intersektoral ini dibarengi
41

http://www.scribd.com/doc/56431323/Teori-Dan-Indikator-Pembangunan diakses tanggal
13 Februari 2014
42
M.L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, (Jakarta : P.T. Raja Grafindo
Persada2004) hal. 60

37

dengan pertumbuhan dalam skala perusahaan, dan terjadi perubahan bentuk
organisasi dalam sektor seperti manufakturing atau perdagangan, yaitu dari
perusahaan kecil tidak berbadan hukum menjadi unit usaha yang besar dengan
struktur industri dan teknologi yang berubah cepat. Adapula perubahan yang
terjadi dengan cepat, yaitu dalam alokasi produk yang terjadi di antara
berbagai perusahaan produksi dalam segala bentuk dan ukurannya.
Akibantnya terjadi juga perubahan dalam alokasi tenaga kerja.43
c. Urbanisasi
Pertumbuhan ekonomi modern juga ditandai dengan semakin
banyaknya perpindahan penduduk dari desa ke perkotaan akibat dari
perkembangan industrialisasi di kota. Urbanisasi mempersatukan orang-orang
dari berbagai asal maupun latar belakang. Interaksi di perkotaan menuntut
mereka untuk saling belajar dan bekerja sama. Perubahan juga terjadi pada
angka kelahiran dan bergeser kearah keluarga kecil, selain itu hal ini juga
menciptakan iklim bagi tumbuhnya kegiatan intelektual. Seme