INTERNALISASI KARAKTER PANCASILA DAN KES

INTERNALISASI KARAKTER PANCASILA DAN KESADARAN
BERKONSTITUSI PADA DIRI PESERTA DIDIK MELALUI PENDIDIKAN
KEPRAMUKAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah jiwa dan kepribadian seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila berisi nilai-nilai luhur yang bersifat universal dan dapat
diterapkan di dalam seluruh lapisan kehidupan masyarakat. Pancasila
juga memberikan kontribusi atau kekuatan hidup kepada bangsa
Indonesia serta membimbing dan mengajarkan nilai-nilai kehidupan
yang baik untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur.
Selain Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa, Pancasila
juga berkedudukan sebagai dasar negara yang telah diterima dan
ditetapkan oleh pendiri bangsa dan negara Indonesia (the Founding
Father) pada tanggal 22 Juni 1945. Sebagai dasar negara, setiap silasila Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang ada
di Indonesia.
Untuk menjabarkan setiap sila tersebut maka pendiri negara juga
menetapkan UUD 1945 sebagai dokumen resmi negara yang
memberikan tafsiran terhadap nilai yang terkandung di setiap sila-sila

Pancasila dan menterjemahkannya ke dalam pasal-pasal.
Dari penjelasan di atas bisa dikatakan bahwa Pancasila dan UUD
1945 merupakan satu kesatuan landasan hukum yang dijadikan sebagai
rel bagi arah pembangunan nasional Indonesia. Rel inilah yang
menuntun pemerintah dan masyarakat Indonesia menuju kepada citacita /idea

bangsa dan negara Indonesia yaitu Keadilan Sosial Bagi

Seluruh Bangsa Indonesia. Dan melalui rel itulah kita akan mencapai
tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu: melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
malaksanakan

ketertiban

dunia

berdasarkan


kemerdekaan

dan

perdamaian yang abadi.
Akan tetapi dalam kenyataan kehidupan berbangsa dan bernegara
kita sekarang ini, seakan cita-cita/idea dan tujuan di atas terasa
semakin jauh untuk diraih. Bagaimana tidak,

berbagai ancaman,

hambatan, gangguan serta tantangan yang datang baik dari dalam
maupun dari luar negeri, silih berganti harus kita hadapi.
Dari dalam negeri pemerintah harus berjuang mengatasi tingkat
kemiskinan yang bertambah tinggi, kualitas pendidikan yang masih
rendah, degradasi dan dekadensi moral yang melanda generasi muda,
kesehatan masyarakat yang memprihatinkan, begitu juga permasalahan
supremasi hukum yang belum bisa ditegakkan dengan baik.
Belum lagi tantangan dari luar negeri, masalah hutang luar negeri,

ancaman

kedaulatan

NKRI,

sampai

masalah

ekonomi

dengan

bergulirnya pasar bebas Asia (MEA), yang menuntut bangsa kita
menjadi produsen bukan sebagai konsumen, apabila kita tidak ingin
terjajah.1
Begitu pentingnya arti Pancasila dan UUD 1945 bagi bangsa dan
negara Indonesia, maka tidak ada salahnya apabila kita, generasi muda
ikut menjaga dan melestarikan keduanya, dengan cara membentuk

pribadi kita sebagai warga negara Indonesia yang memiliki karakter
yang mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila dan mengembangkan
sikap kesadaran berkonstitusi melalui pendidikan, salah satunya adalah
pendidikan kepramukaan.
Pendidikan Kepramukaan adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler
yang diikuti oleh peserta

mulai dari tingkat dasar sampai tingkat

Perguruan Tinggi.2 Pendidikan kepramukaan juga menjadi penting
mengingat muatan materinya yang mendukung mata pelajaran PKn,
yang menjadi ujung tombak dalam upaya membangun karakter peserta

1
2

Anis Humaidi, Peningkatan Mutu Pendidikan Islam di Era MEA, Makalah, (STAIN Kediri, 2016), 1
UU No. 12 Tahun 2011, tentang Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar, Pasal 15.

didik dan kesadaran warga negara akan hak dan kewajibannya dalam

membangun negara.
Adalah tugas mulia bagi guru pembina Pramuka untuk memberikan
bekal wawasan kebangsaan pada peserta didiknya maupun pada
masyarakat di sekitarnya akan pentingnya membangun karakter
nasional (National Character Building) yang akan mampu membawa
bangsa dan negara Indonesia menuju cita-cita dan tujuannya. Yaitu
terciptanya masyarakat adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin serta
meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia
internasional.
B. BATASAN MASALAH
Dari latar belakang di atas untuk memfokuskan bahasan pada
makalah ini, maka ruang lingkup bahasan akan dibatasi pada
Pendidikan Pramuka Penggalang, dengan titik permasalahan pada:
1. Apa materi yang diajarkan pada peserta didik Penggalang?
2. Bagaimana

metode

yang


dilakukan

oleh

pembina

pramuka

penggalang dalam menginternalisasikan karakter Pancasila dan
norma-norma konstitusi kepada peserta didik Pramuka Penggalang ?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
1. Tujuan
a. Mendeskripsikan materi yang diajarkan pada peserta didik
Pramuka Penggalang
c. Mendeskripsikan metode yang dilakukan oleh pembina pramuka
dalam menginternalisasikan karakter

Pancasila dan norma-

norma konstitusi kepada peserta didik Pramuka Penggalang

2. Manfaat
a. Bagi Madrasah
1. Memberikan masukan pada madrasah bahwa Pendidikan
Kepramukaan menjadi suplemen dan komplemen bagi
mata pelajaran intrakurikuler terutama mata pelajaran PKn
dan Pendidikan Agama.

2. Sebagai acuan bagi guru atau pembina ekstrakurikuler yang
lain untuk mengadakan riset/karya ilmiah sejenis.
3. Meningkatkan semangat Pembina Pramuka yang lain dalam
menjalankan tugasnya mengantarkan generasi muda yang
berkarakter Pancasila dan patuh terhadap norma-norma
konstitusi
b. Bagi Masyarakat
1. Memberikan masukan kepada masyarakat tentang arti
penting Pendidikan Pramuka sebagai wadah mencetak
generasi muda yang berkarakter Pancasila dan patuh
terhadap norma-norma konstitusi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Karakter Pancasila
1. Pengertian Karakter
Istilah karakter digunakan secara khusus bagi pendidikan
pada akhir abad 18. Karakter sendiri berasal dari bahasa Yunani
Charrasein yang berarti mengukir. Sedang menurut beberapa istilah
yang disampaikan para ahli psikologi dan pendidikan menjelaskan
bahwa karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak/budi yang menjadi ciri
khas seseorang atau sekelompok orang. 3 Karakter juga bisa
diartikan sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang stabil sebagai hasil
proses konsolidasi secara progresif dan dinamis.4
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan atau
budi pekerti yang tumbuh dan tercermin di dalam sikap / tingkah laku
seseorang yang kemudian akan membedakan orang tersebut
dengan orang yang lainnya.
2. Pancasila
Pancasila berarti Lima Dasar ( bahasa Sanskerta). Pancasila
secara resmi kenegaraan ditetapkan tanggal 22 Juni 1972 oleh para
pendiri negara (the founding father). Pancasila berisi lima sila, yang

di dalamnya terkandung nilai-nilai filosofi yang tinggi tentang
ketuhanan, kemanusiaan dan kenegaraan. Apabila nilai filosofi itu
diterjemahkan ke dalam kehidupan masyarakat akan memiliki arti
yang sangat dalam tentang bagaimana seharusnya manusia
bertindak dalam kehidupan bernegara.
Pada sila pertama mengandung tuntunan bahwa setiap
manusia Indonesia harus beriman dan bertakwa serta menjalankan
ajaran agamanya sesua dengan keyakinan yang di peluknya. Sila
3

4

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Dalam Perspekti Islam,(Bandung:Cita Utama, 2010),
11
Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, Mendongkrak Kualitas Pendidikan (Yogyakarta:
Pelangi Publishing), 1

kedua mengandung makna bagaimana menjalin hubungan antara
sesama manusia sesuai dengan harkat, derajat dan martabatnya,
sila ketiga mengajarkan bagaimana kita menjalin silaturrahmi

dengan sesama dalam lingkup kecil serta bangsa dan negara dalam
lingkup luas, sila keempat memberikan tuntunan bagaimana
menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat, bangsa dan
negara melalui musyawarah dan mufakat dan sila terakhir adalah
tujuan tertinggi dari hidup berbangsa dan bernegara. 5
3. Karakter Pancasila
Dalam

kehidupan

bernegara

Pancasila

selalu

menjadi

rujukan banyak pihak terhadap kepemilikan watak mulia yang dimiliki
oleh seorang warga negara. Hal ini wajar, sebab Pancasila diyakini

sebagai

sebuah

formulasi

dari

nilai-nilai

kebaikan

manusia.

Sehingga seseorang yang dikatakan sebagai manusia Pancasila
pasti memiliki berbagai hal terpuji dan patut untuk diteladani.
Lalu bagaimana kriteria seseorang warga negara bisa
dikatakan sebagai manusia yang berkarakter Pancasila? Indikator
apa yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur untuk menentukan bahwa
manusia tersebut sudah memiliki karakter dan berkepribadian
Pancasila atau belum? Apakah manusia Pancasila cukup diukur
dengan melihat siapa yang hafal lima sila dari Pancasila ?
Indikator seseorang untuk memiliki label Pancasila di
belakangnya sangat sulit dilakukan. Jika indikatornya hanya diukur
dari bagaimana dia mampu menghafalkan lima sila yang ada, itu
semua orang juga bisa disebut Pancasila. Bahkan orang-orang yang
sering melakukan korupsi pun sangat banyak yang bisa dikatakan
sebagai manusia Pancasila.
Pemaknaan karakter Pancasila lebih dari itu. Sayangnya,
selama ini kita masih terjebak dalam kondisi dimana Pancasila
masih sebatas bahan perdebatan dan seminar saja. Orang-orang
sering mendiskusikan panjang lebar nilai-nilai dan keutamaan
Pancasila. Namun mereka lupa untuk mengamalkan nilai-nilai
5

Karsadi, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 141.

tersebut. Bukankah seharusnya Pancasila dijadikan bahan refleksi
dan koreksi diri, kemudian menjadi salah satu landasan untuk
bertingkah laku yang baik, dan pada akhirnya akan mendorong
(memotivasi) orang lain berbuat dan berperilaku sebagai warga
negara

yang

sesuai

dengan

norma-norma

yang

berlaku.

Seseorang bisa dikatakan sebagai manusia Pancasila jika
mampu membawakan dirinya pada posisi yang tepat, sesuai
kewajiban

dan

haknya.

Manusia

Pancasila

harus

mampu

menempatkan dirinya menjadi rekan sesama manusia sekaligus
menjadi hamba Tuhan pada saat yang bersamaan. Dua sifat
kemanusiaan dan ke Illahian ini harus di terapkan secara bersamasama, tidak terpisah..
B. KESADARAN BERKONSTITUSI
1. Konstitusi
Banyak orang yang menyamaartikan antara konstitusi dan
UUD. Padahal apabila ditinjau dari segi istilah pengertian keduanya
adalah berbeda. Konstitusi berasal dari bahasa Latin yaitu
Constitutio yang berarti menetapkan sesuatu secara bersama-sama.
Sedang dalam bahasa Inggris di kenal dengan istilah Constitution
dan dalam bahasa Perancis Contituere yang berarti membentuk.6
. Sedang dalam bahasa Belanda konstitusi dikenal dengan
istilah Grundwet, yang artinya : Grund berati Dasar dan Wet berarti
undang – undang. Dengan demikian istilah konstitusi sama dengan
undang-undang dasar. Kemudian, dalam bahasa Jerman istilah
konstitusi disebut verfassung.7
Akan

tetapi

sebenarnya

menurut

KC

Wheare,

dalam

pelaksanaan praktek pemerintahan konstitusi dan undang - undang
dasar

tidaklah sama pengertiannya. Istilah konstitusi konstitusi

memiliki arti yang lebih luas daripada undang-undang dasar.
Konstitusi meliputi undang-undang dasar (konstitusi tertulis) dan
6

Sunardi HS, Mas’udyi Asy, Pendididkan Kewarganegaraan untuk Kelas VII SMP dan MTs, (Solo: Tiga
Serangkai: 2000),59.
7
A. Riyanto, Teori Konsttusi, (Bandung: Yapemdo, 2000), 51.

konvensi (konstitusi tidak tertulis). Dengan demikian dapat dikatakan
undang-undang

dasar

konstitusi. Sedangkan

termasuk

ke

undang-undang

dalam

Dasar

lebih

bagian
sempit

pengertiannya, yaitu hukum dasar tertulis.8
2. Kesadaran Berkonstitusi
Undang - Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
(UUD) 1945, merupakan konstitusi bangsa dan negara Indonesia.
Sehingga UUD 1945 ditetapkan sebagai aturan hukum tertinggi yang
keberadaannya dilandasi legitimasi kedaulatan rakyat dan negara
hukum. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dipandang sebagai bentuk kesepakatan
bersama (general agreement) dari seluruh rakyat Indonesia sebagai
pemilik keadulatan tertinggi di negara Indonesia.
Berkaitan dengan hal itu, Solly Lubis mengemukakan bahwa
Undang-Undang Dasar adalah sumber utama dari norma-norma
hukum tata negara. Undang-Undang Dasar mengatur bentuk dan
susunan negara, alat-alat perlengkapannya di pusat dan daerah,
mengatur tugas-tugas alat-alat perlengkapan itu serta hubungan
satu sama lain.
Hal itu harus diimbangi dengan pelaksanaan oleh seluruh
warga negara. Untuk itu dibutuhkan adanya kesadaran berkonstitusi
warga negara, tidak saja untuk melaksanakan peraturan perundangundangan dan kebijakan yang telah dibuat berdasarkan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tetapi juga
untuk dapat melakukan kontrol pelaksanaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 baik dalam bentuk
peraturan perundang- undangan, kebijakan, maupun tindakan
penyelenggara negara.
Apa sebenarnya kesadaran berkonstitusi itu? Kesadaran
berkonstitusi secara konseptual diartikan sebagai kualitas pribadi
seseorang yang memancarkan wawasan, sikap, dan perilaku yang
bermuatan
8

Ibid.

cita-cita

dan

komitmen

luhur

kebangsaan

dan

kebernegaraan Indonesia. Kesadaran berkonstitusi merupakan salah
satu

bentuk

keinsyafan

warga

negara

akan

pentingnya

mengimplementasikan nilai-nilai konstitusi.
Kesadaran

berkonstitusi

merupakan

salah

bagian

dari

kesadaran moral. Sebagai bagian dari kesadaran moral, kesadaran
konstitusi mempunyai tiga unsur pokok yaitu:
1. Perasaan wajib

atau keharusan untuk melakukan tindakan

bermoral yang sesuai dengan konstitusi negara itu ada dan terjadi
di dalam setiap sanubari warga negara, siapapun, di manapun
dan kapanpun;
2. Rasional, kesadaran moral dapat dikatakan rasional karena
berlaku

umum,

penyangkalan.

lagi

pula

Dengan

terbuka

demikian

bagi

pembenaran atau

kesadaran

berkonstitusi

merupakan hal yang bersifat rasional dan dapat dinyatakan pula
sebagai hal objektif yang dapat diuniversalkan, artinya dapat
disetujui, berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap warga
negara; dan
3. Kebebasan, atas kesadaran moralnya, warga negara bebas
untuk mentaati berbagai peraturan perundang-undangan yang
berlaku di negaranya termasuk ketentuan konstitusi negara.
Sedang Winataputra mendefinisikan kesadaran berkonstitusi
sebagai

kualitas

pribadi

seseorang

yang

memancarkan

wawasan, sikap, dan prilaku yang bermuatan cita-cita dan
komitmen luhur kebangsaan dan kebernegaraan Indonesia.
Karena konstitusi merupakan perwujudan dari cita-cita dan
komitmen luhur Bangsa Indonesia, maka pendidikan kesadaran
berkonstitusi pada dasarnya merupakan proses interaksi antara
individu sebagai anggota masyarakat, elemen bangsa, dan
warga negara dengan lingkungannya [lokal, nasional dan global]
yang memungkinkan tumbuh kembangnya kualitas pribadi yang
mencerminkan konsep dan nilai-nilai yang inheren dalam UUD
1945 dengan perubahannya.9
9

http://www.onesearhh.id/Rehord/ISS2724-oai:192.168.1.2:slims-46678

Adapun bentuk-bentuk kesadaran berkonstitusi bagi warga
negara Indonesia yang meliputi:
1. Kesadaran dan kesediaan untuk mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan Indonesia sebagai hak azasi bangsa dengan
perwujudan perilaku sehari-hari antara lain: belajar/bekerja
keras untuk menjadi manusia Indonesia yang berkualitas, siap
membela negara sesuai kapasitas dan kualitas pribadi masingmasing, dan rela berkorban untuk Indonesia.
2. Kesadaran dan pengakuan bahwa kemerdekaan Indonesia
sebagai bangsa sebagai rahmat Allah Yang Maha Kuasa
dengan perwujudan perilaku sehari-hari antara lain: selalu
bersyukur, tidak arogan, dan selalu berdoa kepada Allah Yang
Maha Kuasa.
3. Kepekaan dan ketanggapan terhadap kewajiban Pemerintah
Negara

untuk mencerdaskan

kehidupan

bangsa

dengan

perwujudan perilaku sehari-hari antara lain: bersikap kritis,
skeptis, dan adaptif terhadap kebijakan publik pencerdasan
kehidupan bangsa
4. Kemauan untuk selalu memperkuat keimanan dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan perwujudan perilaku
sehari-hari antara lain: menjalankan ibadah ritual dan ibadah
sosial menurut keyakinan agamanya masing-masing dalam
konteks toleransi antar umat beragama.
5. Kemauan untuk bersama-sama membangun persatuan dan
kesatuan bangsa dengan perwujudan perilaku sehari-hari
antara lain: bersikap tidak primordialistik, berkarakter kemitraan
pluralistik, dan bekerja sama secara profesional.
6. Kemauan

untuk

bersama-sama

membangun

karakter

kemanusiaan yang adil dan beradab dengan perwujudan
perilaku sehari-hari antara lain: menghormati orang lain seperti
menghormati diri sendiri, memperlakukan orang lain secara
proporsional, dan bersikap empatik pada orang lain

7. Kesediaan untuk mewujudkan komitmen terhadap keadilan dan
kesejahteraan dengan perwujudan perilaku sehari-hari antara
lain: tidak bersikap mau menang sendiri, tidak bersikap rakus
dan korup, dan biasa berderma.
8. Kesadaran dan kesediaan untuk menghormati Sang Merah Putih
sebagai Bendera Negara dengan perwujudan perilaku seharihari antara lain: menyimpan Sang Merah Putih pada tempat
yang tepat dan baik, memberi hormat pada saat Sang Merah
Putih sedang dinaikkan/diturunkan, dan tidak merusak Sang
Merah Putih dengan alasan apapun.
9. Kesadaran akan peran dan kemampuan menggunakan Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Negara secara baik dan benar
dengan perwujudan perilaku sehari-hari antara lain: menguasai
Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, menggunakan
Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dan berpartisipasi
dalam memperkaya dan mengembangkan Bahasa Indonesia.
10. Kesediaan untuk menghormati Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai Lambang Negara
dengan perwujudan perilaku sehari-hari. 10
Berbagai

bentuk

kesadaran

berkonstitusi

warga

negara

sebagaimana diuraikan di atas dapat terwujud jika didukung oleh
berbagai faktor yang mendorong terciptanya warga negara yang
memiliki kesadaran berkonstitusi. Salah satu faktor pendorong yang
paling efektif adalah dengan jalur pendidikan.

C. PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
1. Sejarah Singkat Gerakan Pramuka
Pada tanggal 28 Desember 1945 di Surakarta berdiri Pandu
Rakyat Indonesia (PARI). Organisasi ini adalah satu satunya
10

http://nugashare.blogspot.ho.id/2013/08/makalah-konsitusi-pkn.html..V4uGqNJl97M#

gerakan kepanduan yang ada di wilayah Indonesia. Kemudian
setelah terjadi pengakuan kedaulatan RI muncullah beberapa
gerakan kepanduan serupa seperti HW, SIAP, Pandu Islam
Indonesia, Pandu Kristen dan lainnya. Menjelang tahun 1961
kepanduan terpecah menjadi lebih dari 100 organisasi, dan
membuat kepanduan ini lemah dan mudah dimanfaatkan oleh PKI
untuk dipaksa menjadi Gerakan Pioneer Muda seperti yang ada di
negara-negara komunis. Akan tetapi keinginan itu bisa diatasi
dengan kekuatan Pancasila yang ada di dalam kader Persatuan
Kepanduan Indonesia (Perkindo).
Pada masa tahun 1961 sampai tahun 1999 kepanduan
Indonesia mengalami babak baru dengan lahirnya Gerakan Pramuka
sebagai satu satunya wadah organisasi kepanduan dengan
kebulatan tekad menjadikan Pancasila sebagai dasar gerakannya.
Dengan

melakukan

gerakan

pramuka

penyesuaian
mampu

berdasarkan

membawa

kebutuhannya

perubahan

dan

dapat

mengembangkan kegiatanya secara luas. 11
2. Pendidikan Kepramukaan
Selama ini istilah Gerakan Pramuka, pendidikan Pramuka dan
Pramuka

digunakan

secara

rancu.

Sehingga

mengaburkan

pengertian sebenarnya. Gerakan pramuka adalah sebutan bagi
organisasi pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga yang
menggunakan prinsip dasar pendidikan kepramukaan dan metode
pendidikan kepramukaan. Sedangkan Pendidikan Kepramukaan
adalah nama kegiatan anggota Gerakan Pramuka. Dan Pramuka
adalah sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka mulai dari Siaga,
Penggalang, Penegak, Pandega, dan anggota dewasa yaitu
Pembina, Pelatih Pembina, Pembina Profesional, Pamong Saka,
Instruktur Saka, Andalan dan anggota MABI.
Zainul Furqon memberikan definisi tentang pendidikan
kepramukaan adalah sebagai berikut:
11

Kwarnas Gerakan Pramuka: Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, (Jakarta:Kwarnas Gerakan Pramuka:
2011), 21-25.

a. Pendidikan
kepribadian,

kepramukaan
kecakapan

adalah

hidup

dan

proses
akhlak

pembentukan
mulia

melalui

penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila.
b. Pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri
yang progresif untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya
meliputi aspek spiritual, emosional, sosial intelektual dan fisik
sebagai individu atau anggota masyarakat. 12
3. Tujuan Pendidikan Kepramukaan
Tujuan pendidikan kepramukaan adalah mendidik anak-anak dan
pemuda Indonesia dengan prinsip-prinsip dasar dan metode
kepramukaan, sehingga akan melahirkan manusia Indonesia yang:
c. Berkepribadian luhur serta tinggi mental, moral, budi pekerti dan
kuat keyakinan beragamanya.
d. Tinggi kecerdasan dan ketrampilannya
e. Sehat dan kuat fisik dan spiritualnya
f. Berkarakter Pancasila, setia dan patuh kepada NKRI
4. Metode Pendidikan Pramuka
Metode Pendidikan pramuka adalah cara memberikan pendidikan
kepada peserta didik dengan kegiatan yang menyenangkan dan
menantang. Metode Kepramukaan merupakan cara belajar progresif
dan melalui:
a. Pengamalan kode kehormatan (Trisatya dan Dasa Dharma)
b. Belajar sambil melakukan (learning by doing)
c. Sistem beregu ( sistem Patrol)
d. Kegiatan menarik dan menantang di alam terbuka
e. Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan
f. Sistem tanda kecakapan
g. Satuan terpisah putra dan putri
h. Kiasan dasar.13
5. Manfaat mengikuti kegiatan pendidikan Kepramukaan

12
13

Zainul Furqon, Buku Pintar Pramuka, (Surakarta: duta prestasi: 2015), 78.
Kwarnas...., 31.

a. Di pramuka belajar tentang pendidikan keagamaan, pendidikan
teknologi, pendidikan jasmani dan kesehatan, pendidikan tentang
alam, sosial dan lain sebagainya. Bahkan secara langsung
dipraktekan oleh setiap anggota pramuka sesuai dengan
tingkatan dari pramuka itu sendiri.
b. Melalui kepramukaan, kegiatan eksplorasi bakat lebih terasa.
Pramuka

menghargai

setiap

bakat

dan

kreatitas

untuk

dikembangkan, dan pramuka adalah wadah yang selalu siap
sedia memberikan up grading pada bidang kreativitas pada
berbagai event di pramuka seperti pelatihan broadcasting,
photography, internet, dan berbagai kerajinan tangan lainya.
c. Pramuka diajak menjadi penemu karya, berfikir untuk menjadikan
bahan yang kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat. Setiap
pramuka diajak berfikir inovatif menciptakan teknologi tepat guna
pada tingkatan khusus
d. Rasa kekeluargaan lebih terasa dan sangat kokoh terbangun di
Pramuka, hangatnya salam pramuka yang bergema di bumi
perkemahan pramuka menjadi salah satu simbol bahwa pramuka
dengan mudahnya menyatu dengan mentoleransi perbedaan
agama, suku dan kebudayaan yang ada.
e. Gerakan Pramuka adalah organisasi nasionalisme, mengenal
dan

bergabung

dengan

pramuka

berarti

berkesempatan

berkenalan dengan Indonesia melalui event nasional pada
berbagai tingkatan, Hanya pramuka yang berprestasi yang
mendapatkan kesempatatan.
f. Pramuka sudah terbiasa dengan kebiasaan baik, mulai dari
tradisi musyawarah untuk menemukan solusi hingga tertempa
menghadapi berbagai problema yang sulit untuk dipecahkan.
Pramuka yang baik sudah tidak diragukan lagi menjadi calon
pemimpin.
g. Pramuka memiliki cara beradaptasi yang baik dengan berbagai
komponen dan golongan masyarakat. Dengan pendidikan yang
ada, pramuka akan menjadi orang-orang yang disenangi di mana

saja, bahkan menjadi orang dengan kehadiran yang ditunggu
untuk perubahan.
h. Kegiatan pramuka secara umum adalah kegiatan pesta untuk
kebersamaan,

kegiatan

bakti

untuk

pengabdian,

kegiatan

kompetisi untuk mengasah kemampuan, kegiatan pelatihan untuk
meningkatkan

taraf

pemahaman,

kegiatan

cross

culture

understanding untuk melatih nilai nasionalisme keberagaman,
dan kegiatan wisata untuk merasakan indahnya alam dan
memberi kesadaran menjaga alam sekitar.14

.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Materi Pendidikan Pramuka Penggalang
14

Zainul Furqon, Buku Pintar...., 40-41

Golongan Pramuka Penggalang merupakan tingkatan di dalam
Kepramukaan setelah Pramuka Siaga, Pada Jenjang sesuai akademisnya
pramuka

penggalang

disamakan

dengan

usia

pendidikan

setara

SMP. Penggalang adalah sebuah tingkatan dalam pramuka setelah siaga.
Biasanya anggota pramuka tingkat penggalang berusia dari 11-15 tahun.
Ada Empat Tingkatan di dalam Pramuka Penggalang, dimana untuk
mendapatkan tingkatan tersebut setiap pramuka penggalang harus
memenuhi Syarat Kecakapan Umum (SKU) dan resmi di lantik sebelum
menggunakan tanda jabatan Penggalang Ramu, Penggalang Rakit,
Penggalang Terap, Penggalang Garuda.
Sama seperti tingkatan yang lain pramuka penggalang juga
mematuhi Kode Kehormatan Pramuka Penggalang, yaitu Tri Satya dan
Dasa Dharma. Tri Satya berisi tiga janji yaitu:

Menjalankan kewajiban

terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan
Pancasila. Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun
masyarakat. Serta menepati Dasa Dharma
Sedangkan isi Dasa Dharma adalah sebagai berikut:.
1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Cinta alam dan kasih sayang kepada manusia
3. Patriot yang sopan dan ksatria
4. Patuh dan suka bermusyawarah
5. Rela menolong dan tabah
6. Rajin, trampil dan gembira
7. Hemat cermat dan bersahaja
8. Disiplin, berani dan setia
9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya
10.Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan
Untuk materi yang diberikan kepada Pramuka penggalang tercantum
dalam silabus sebagai berikut:15

15

Tim Pembina Pramuka Gudep MTs Negeri1 Pare, Program Kerja Ekstra Pramuka Tahun pelajaran 20172018.

N
o.
1

Standar
Kompetensi
1. Memahami
sejarah singkat
berdirinya
pramuka dan
mengamalkan
kode kehormatan
pramuka dalam
segala aspek
kehidupan

Kompetensi Dasar
1.1 Mengetahui
sejarah singkat
pramuka dunia
1.2 Mengetahui
sejarah singkat
pramuka di Indonesia
1.3 Mengetahui dan
mengamal kan
Tri satya pramuka dan
Dasa Dharmadalam
kehidupan keluarga,
sekolah & masyarakat

2

3

2. Memahami
makna PBB serta
manfaat PBB
dalam pendidikan
kepramukaan
serta mampu
mengimplementa
sikan dalam
upacara
Penggalang

2.1 Memperagakan
gerak lanjutdalam PBB
(sikap sempurna,
hadap kanan/ kiri, balik
kanan / kiri)

3. Memahami
macam-macam
SANDI dan
mengetahui
fungsi bendera
semaphore

3.1 Mengetahui
macam-macam SANDI

2.2 Memperagakan
upacaraPenggalang di
lapangan

3.2 Mengetahui
fungsi bendera
Semaphore

Indikator
1.1
Mengetahui
sejarah singkat
pramuka dunia
1.2
Mengetahui
sejarah singkat
pramuka di
Indonesia
1.3
Menghafalkan
Dwi Satya
Pramuka dan
Dasa Dharma
1.4
Mengamalkan
Dwi Satya
Pramuka
dalam
kehidupan
keluarga ,
sekolah dan
masyarakat
2.1
Memperagaka
n gerak dasar
dalam PBB
(sikap
sempurna,
hadap
kanan/kiri, balik
kanan/kiri)
2.2
Memperagaka
n upacara
Penggalang di
lapangan
3.1
Mengetahui
macam-macam
SANDI
3.2
Mengetahui
fungsi bendera
Semaphore

Materi
Kegiata
n
Sejarah
kepramu
kaan dan
kode
kehormat
an
Pramuka

Dasa
Dharma
dan
Trisatya

PBB dan
Latihan
Upacara

Huruf
SANDI
Semaph
ore

N
o.

Standar
Kompetensi

Kompetensi Dasar
3.3 Memperagakan
bendera semaphore
dengan benar

4

5

4. Memahami
manfaat
kegunaan
kompas dalam
kehidupan
sehari-hari
5. Memahami
penggunaan tali,
cara mendirikan
tenda dan
berkemah

4.1 Menggunakan
pedoman kompas
dengan benar

5.1 Membuat macammacam simpul tali dan
menyambung tongkat

5.2 Membuat tandu
dan kaki tiga
5.3 Mengetahui cara
dan praktek
mendirikan tenda

6

6. Memahami
arti dan manfaat
api unggun
dalam
kepramukaan

6.1 Mengetahui
bentuk dan kegunaan
api unggun dalam
berkemah
6.2 Membuat miniatur
api unggun di
lapangan sekolah

7

7. Memahami
resep dasar
memasak

7.1 Membuat resep /
bumbu masakan /
rujak-an sederhana

Indikator
3.3
Memperagaka
n bendera
semaphore
dengan benar
4.1
Menggunakan
pedoman
kompas
dengan benar
5.1
Mengetahui
macam-macam
simpul tali dan
menyambung
tongkat
5.2
Membuat
tandu dan kaki
tiga
5.3
Mengetahui
cara dan
praktek
mendirikan
tenda
6.1
Mengetahui
bentuk dan
kegunaan api
unggun dalam
berkemah
6.2
Membuat
miniatur api
unggun di
lapangan
sekolah
7.1
Membuat
resep / bumbu
masakan /
rujak-an
sederhana

Materi
Kegiata
n

Pedoma
n
kompas

Tali
temali,
cara
mendirik
an tenda,
dan
berkema
h

Api
unggun

Tata
boga

N
o.

8

Standar
Kompetensi

8. Memahami
cara membuat
hasta karya

Kompetensi Dasar

Indikator

7.2 Latihan memasak
tingkat lanjut
(membuat sayur dan
lauk-pauk)

7.2 Latihan
memasak
tingkat lanjut
(membuat
sayur dan laukpauk)
8.1
Membuat
kerajinan dari
jerami/dedauna
n (atap gubug)
8.2
Membuat
kerajinan dari
alam sekitar /
barang bekas
9.1
Mengetahui
lambang
gerakan
pramuka
9.2
Mengetahui
definisi dan
struktur
organisasi
pramuka
sekolah
9.3
Membentuk
kepengurusan
regu
10.1
Mengetahui arti
musyawarah
dan mufakat
secara
sederhana
10.2
Bermusyawara
h membuat
jadwal latihan
lanjut
11.1
Mengetahui

8.1 Membuat
kerajinan dari jerami /
dedaunan (atap
gubug)
8.2 Membuat
kerajinan dari alam
sekitar / barang bekas

9

9. Memahami
lambang gerakan
pramuka serta
tata struktur
organisasi
pramuka

9.1 Mengetahui
lambang gerakan
pramuka
9.2 Mengetahui
definisi struktur
organisasi pramuka
sekolah

9.3 Membentuk
kepengurusan regu

1
0

10. Memahami
definisi
musyawarah dan
mufakat pramuka

10.1 Mengetahui arti
musyawarah secara
sederhana

10.2 Bermusyawa rah
membuat jadwal
latihan lanjut

1

11. Memahami
tanda-tanda jejak

11.1 Mengetahui
berbagai tanda jejak

Materi
Kegiata
n

Hasta
karya
Pramuka

Lambang
Gerakan
Pramuka
dan
struktur
kepramu
kaan

Musyaw
arah dan
mufakat
Pramuka

Mencari
jejak dan

N
o.
1

Standar
Kompetensi
peta dalam
kepramukaan

Kompetensi Dasar
dan peta dalam
kepramukaan
11.2 Menggunakan
tanda jejak dan peta
dalam kepramukaan

1
2

12. Memahami
definisi dan
praktek P3K

12.1 Mengetahui arti
P3K
12.2 Mengetahui cara
dalam praktek P3K
12.3 Memperagakan
P3K dan PPSD

1
3

13. Memahami
definisi jelajah
alam dan out
bound

13.1 Mengetahui
pengertian dasar
jelajah alam dan
outbond
13.2 Mengetahui
macam-macam jenis
out bound
13.3 Jelajah alam dan
out bound sederhana

1
4

14. Memahami
macam-macam
lagu wajib dan
lagu daerah.

14.1 Mengetahui
macam- macam lagu
wajib dan lagu daerah
14.2 Menyanyikan lagu
wajib dan daerah
dengan lafal dan
intonasi yang benar

Indikator
berbagai tanda
jejak dan peta
dalam
kepramukaan
11.2
Menggunakan
tanda jejak dan
peta dalam
kepramukaan
12.1
Mengetahui arti
P3K
12.2
Mengetahui
cara praktek
P3K
12.2
Memperagaka
n P3K dan
PPGD
13.1
Mengetahui
pengertian
dasar jelajah
alam dan out
bound
13.2
Mengetahui
macam-macam
jenis outbound
13.3 Jelajah
alam dan out
bout
sederhana
14.1
Mengetahui
macam-macam
lagu wajib dan
lagu daerah
14.2
Menyanyikan
lagu wajib dan
salh satu lagu
daerah dengan
lafal dan

Materi
Kegiata
n
penggun
aan peta

P3K

Jelajah
alam dan
out bout

Lagulagu
wajib
dan
daerah

N
o.

1
5

Standar
Kompetensi

15. Memahami
makna bakti
karya
Penggalang.

Kompetensi Dasar

15.1 Mengetahui
makna bakti karya
Penggalang
15.2 Bakti karya
Penggalang untuk
desa

Indikator
intonasi yang
benar
15.1
Mengetahui
makna bakti
karya
Penggalang
15.2 Bakti
karya
penggalang
untuk
masyarakat
pegunungan

Materi
Kegiata
n

Bakti
karya

Pada intinya materi yang diberikan pada setiap tingkatan pramuka
penggalang baik Ramu, Rakit, Terap dan Garuda adalah sama, hanya
materinya dibuat berjenjang.
B. Metode Yang Dilakukan Yang Dilakukan Oleh Pembina Pramuka Dalam
Menginternalisasikan Karakter Pancasila Dan Norma-Norma Konstitusi
Kepada Peserta Didik Pramuka Penggalang.
Internalisasi (internalization) diartikan sebagai penggabungan atau
penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat, dan seterusnya di dalam
kepribadian.16
Reber, sebagaimana dikutip Mulyana mengartikan internalisasi sebagai
menyatunya nilai dalam diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi
merupakan penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan – aturan
baku pada diri seseorang.17

Pengertian ini mengisyaratkan bahwa

pemahaman nilai yang diperoleh harus dapat dipraktikkan dan berimplikasi
pada sikap. Internalisasi ini akan bersifat permanen dalam diri seseorang.
Dalam kaitannya dengan nilai, pengertian – pengertian yang
diajukan oleh beberapa ahli tersebut pada dasarnya memiliki substansi
yang sama. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa internalisasi
sebagai proses penanaman nilai kedalam jiwa seseorang sehingga nilai

16
17

Jl.P Chaplin,Kamus Lengkap Psikologi (Jlakarta: Raja Grafndo Persada:2005), 256
Rohmat Mulyana, Mengarikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), 21

tersebut tercermin pada sikap dan prilaku yang ditampakkan dalam
kehidupan sehari – hari.
Beberapa metode yang dijadikan referensi oleh pembina pramuka
dalam rangka menginternalisasikan nilai karakter Pancasila dan norma
norma kesadaran berkonstitusi antara lain:
1. Memberikan contoh/teladan yang baik kepada peserta didik
Seperti semboyan Ing ngarso sung tulodho yang diungkapkan oleh Ki
Hajar Dewantara, memberi contoh, uswah atau teladan adalah cara yang
efektif dan baik ini harus dilakukan oleh pembina maupun kakak tingkat
dalam melaksanakan tugas mendidik dan membina adik-adiknya dalam
setiap kegiatan kepramukaan. Akhlak dan budi pekerti luhur harus selalu
dikembangkan guna menumbuhkan karakter positif bagi peserta didik
pramuka penggalang.
Sebagai role model kakak pembina dan kakak tingkat harus memiliki
etika baik ketika latihan ataupun dalam keseharian. Dengan begitu maka
secara otomatis adik-adiknya akan mencontoh perilaku kakak-kakaknya.
2. Pembiasaan
Pembiasaan tidaklah memerlukan keterangan atau argumen yang logis.
Pembiasaan hanya akan berjalan dan berpengaruh karena semata-mata
oleh kebiasaan itu saja. 18 Setiap anggota pramuka penggalang didik
untuk membiasakan diri terhadap kegiatan – kegiatan yang berkaitan
dengan materi pramuka penggalang mulai dari pembiasaan keagamaan
sampai dengan pembiasaan lifeskillnya sebagai anggota pramuka.
Dalam hal ini pembiasaan beragama menjadi titik tekan utama bagi
pembentukkan karakter peserta didik penggalang. Karena pembina
meyakini dengan dasar agama yang kuat maka akan lahir karakter
manusia Indonesia yang luar biasa. Contoh pembiasaan ini bisa
dilakukan dengan memberi salam ketika bertemu dengan siapapun,
berjabat tangan, sholat wajib berjamaah, sholat sunah serta berdoa
sebelum malakukan segala kegiatan. Sedang untuk pembiasaan
lifeskillnya peserta didik dibiasakan memiliki jiwa sportif, kreatif dan
inovatif serta membiasakan diri menjadi orang yang berprestasi.
3. Menegakkan disiplin
Penanaman nilai disiplin harus dilakukan setiap waktu, karena disiplin
adalah kunci keberhasilan seseorang. Dalam setiap kegiatan setiap
anggota harus memegang disiplin dalam latihan,
18

A. Tafsir, Motodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), 140.

4. Memberikan motivasi atau dorongan
Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu. 19
Sedangkan

motivasi

penggerak

di

kegiatan

dalam

diri

belajar

siswa

yang

adalah

keseluruhan

menimbulkan,

daya

menjamin

kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga
diharapkan tujuan dapat tercapai.20 Diantara teknik untuk menimbulkan
motivasi siswa adalah hadiah dan hukuman.
Pemberian motivasi atau dorongan kepada peserta didik ini perlu terus
dilakukan supaya mereka mau dan mampu mengikuti seluruh kegiatan
pramuka seperti yang telah ditetapkan dalam program/agenda kerja
pembina di sekolah. Dengan motivasi ini diharapkan mereka mampu
berkreasi

dan

menunjukkan

prestasi

sehingga

akan

mampu

membanggakan diri sendiri, orang tua dan sekolah.
5. Memberikan reward/hadiah
Hadiah atau penghargaan di sini tidak perlu mengeluarkan budget yang
tinggi. Pada dasarnya setiap diri manusia butuh dihargai. Seperti
piramida teori kebutuhan dari Abraham Maslow, bahwa kebutuhan
manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan

akan

rasa

memiliki

dan

kasih

sayang,

kebutuhan

.21

Kebutuhan

akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri

akan penghargaan menempati urutan keempat tertinggi. Ini artinya
bahwa penghargaan menjadi sangat penting bagi setiap peserta didik
sebagai hadiah dari hasil belajarnya/ hasil kerjanya. Dalam kegiatan
pramuka ada beberapa penghargaan yang di berikan kepada peserta
didik apabila mereka telah mencapai prestasi tertentu, misalnya
pelantikan apabila mereka telah menyelesaikan SKU dan TKK, piagam
dan piala apabila mereka berprestasi dalam ajang lomba yang di adakan
di sekolah atau di luar sekolah.
6. Memberikan hukuman atau punishment yang mendidik
Apabila terpaksa harus memberikan hukuman, maka hal itu boleh
dilakukan dengan catatan bahwa hukuman itu tidak membawa efek yang
buruk baik secara fisik maupun rohani. Hukuman ini diberikan kepada
peserta didik yang melanggar disiplin dan tata tertib yang telah
ditetapkan bersama. Adapun hukuman ini harus bersifat mendidik,
misalnya menghafal Pancasila, Pembukaan UUD 1945, Pasal-pasal
19

Abdul Majid Pendidikan Karakter Persfektif Islam, Bandung: Rosda Karya, 2012), 122

20

AM. Sardiman, ( 2000) Interaksi dan motivasi Belajar mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2000), 100.
https://id.wikipedia.org/wiki/TeoriohierarkiokebutuhanoMaslow

21

UUD 1945, Tri Satya atau Dasa Dharma atau menyanyikan lagu-lagu
nasional beserta makna yang terkandung di dalam lagu tersebut
7. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
Dalam kegiatan pramuka suasana belajar tidak harus di dalam kelas,
akan tetapi 80 % kegiatan di lakukan di luar kelas (outdoor) hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi efek bosan pesrta didik terhadap materi
pramuka yang sangat padat. Pembelajaran di luar kelas ini dilakukan
pada kegiatan LBB, berkemah, lintas alam dan bakti karya. Selain
menyenangkan kegiatan diluar kelas ini juga menumbuhkan rasa syukur
kepada Allah, disiplin, memupuk sikap kompak, peduli terhadap sesama
manusia, mencintai lingkungan dan alam semesta seperti yang
tercantum dalam tujuan gerakan pramuka.
8. Pendelegasian Tugas
Untuk beberapa materi yang tidak terlalu berat, maka pembina
mendelegasikan tugas kepada peserta didik tingkat terap untuk membina
adik-adik tingkatnya. Hal ini dimaksudkan untuk memberi tanggung
jawab sekaligus penghargaan kepada mereka yang telah selesai
menempuh tingkat terap. Selain itu diharapkan metode ini menjadi
kaderisasi yang akan memunculkan pramuka-pramuka yang handal dan
bertanggung jawab.
Dari materi dan

metode-metode di atas ternyata mampu

membangun karakter peserta didik pramuka penggalang menjadi peserta
didik yang berjiwa Pancasila dan patuh terhadap norma-norma
konstitusi. Hal ini bisa dilihat dari indikator keberhasilan yaitu setelah
anggota pramuka penggalang bersikap santun, saling menghargai, suka
menolong, memiliki disiplin yang tinggi dan berprestasi baik di bidang
akademik maupun non akademik.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Materi yang berikan pada peserta didik pramuka penggalang dapat
digolongkan ke dalam dua komponen yaitu indoor dan outdoor.
Materi indoor meliputi sejarah singkat pramuka, kode kehormatan
pramuka, macam-macam sandi dan fungsinya, pemanfaatan
kompas, konsep dasar memasak, membuat hasta karya, lambang
gerakan pramuka, struktur organisasi pramuka, konsep musyawarah
dan mufakat, definisi dan praktek P3K, lagu-lagu wajib dan daerah.
Sedangkan materi outdoor meliputi: manfaat PBB (baris berbaris),
praktek sandi dan semaphore, penggunaan kompas, tali temali dan
berkemah, manfaat api unggun,praktek memasak, praktek tanda
jejak dan peta, jelajah dan outbond, bakti karya penggalang.

b. Metode yang digunakan dalam menginternalisasikan karakter
Pancasila

dan

norma-norma

konstitusi

adalah:

Memberikan

contoh/teladan yang baik kepada peserta didik, pembiasaan,
penegakan disiplin, motivasi, reward/ penghargaan dan pemberian
hukuman/punishment dan menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan.
2. Saran
a. Karena padatnya materi yang harus tersampaikan maka perlu kerja
sama yang harmonis antar pembina pramuka dalam mencari
metode-metode mengajar yang lebih efektif dan efisien.
b. Lebih sering mengikutkan peserta didik pramuka penggalang ke
berbagai ajang lomba, sehingga mereka terlatih dan bermental juara
c. Lebih menigkatkan kualitas karakter peserta didik sehingga menjadi
jiwa dan akan terus melekat pada diri siswa sampai mereka dewasa.
d. Meningkatkan kualitas profesinalisme pembina melalui diklat tingkat
lanjut dan mengikut pelatihan- pelatihan kepramukaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chaplin, JP, Kamus Lengkap Psikologi , Jakarta: Raja Grafindo
Persada:2005.
2. Furqon, Zainul, Buku Pintar Pramuka, Surakarta: Duta prestasi: 2015
3. HS, Sunardi, Mas’udyi Asy, Pendididkan Kewarganegaraan untuk Kelas
VII SMP dan MTs, Solo: Tiga Serangkai: 2000.
4.

http://nugashare.blogspot.co.id/2013/08/makalah-konstitusipkn.html#.V4uGqNJ97Mx

5.

http://www.onesearch.id/Record/IOS2724-oai:192.168.1.2:slims-46678

6. https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_hierarki_kebutuhan_Maslow
7. Humaidi, Anis, Peningkatan Mutu Pendidikan Islam di Era MEA, Makalah,
STAIN Kediri, 2016
8. Khan, Yahya, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, Mendongkrak
Kualitas Pendidikan Yogyakarta: Pelangi Publishing

9. Kwarnas Gerakan Pramuka: Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat
Dasar, (Jakarta:Kwarnas Gerakan Pramuka:
10. Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif
Islam, Bandung:Cita Utama, 2010
11. Majid, Abdul, Pendidikan Karakter Persfektif Islam, Bandung: Rosda
Karya, 2012
Mulyana, Rohmat, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta,
2004
Riyanto, A, Teori Konstitusi, Bandung: Yapemdo, 2000
Sardiman,AM, Interaksi dan motivasi Belajar mengajar, Jakarta: Rajawali
Press, 2000
Tafsir, A, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2004.
Tim Pembina Pramuka Gudep MTs Negeri Pare, Program Kerja Ekstra Pramuka
Tahun pelajaran 2017-2019.
UU No. 12 Tahun 2011, tentang Gerakan Pramuka, Anggaran Dasar, Pasal 15.