206293613 Overall Equipment Effectiveness Six Big Losses

USULAN PERBAIKAN EFEKTIVITAS MESIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFECTIVENESS SEBAGAI DASAR PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT. WIKA

KARYA AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh CUT LISNA WATI 035204035 PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK P R O G R A M D I P L O M A I V

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

I-2

USULAN PERBAIKAN EFEKTIVITAS MESIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFECTIVENESS SEBAGAI DASAR PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT. WIKA

KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh: CUT LISNA WATI

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Ir. Kores Sinaga) (Ir. Ukurta Tarigan, MT)

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK P R O G R A M D I P L O M A I V

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

I-3

I-ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini dengan baik.

Karya Akhir ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan Akademis yang harus diselesaikan setiap mahasiswa Jurusan Teknik Industri (Program Studi Teknik Manajemen Pabrik) Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Karya Akhir ini berjudul “Usulan Perbaikan Effektivitas Mesin Dengan

Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive Maintenance Di PT. WIKA”.

Dalam menyelesaikan Karya Akhir ini Penulis Menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan, baik dalam penulisan maupun dalam penyusunan kalimat, untuk itu dengan kerendahan hati Penulis menerima saran dan kritikan untuk lebih sempurnanya Karya Akhir ini.

Akhir kata, Penulis mengharapkan semoga Karya Akhir ini berguna bagi pembaca sekalian. Semoga Allah SWT selalu menyertai kita semua. Terima kasih.

Medan, Juli 2009 Penulis

Cut Lisna Wati

I-iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Karya Akhir ini Penulis banyak mendapatkan dorongan dan bantuan baik materil maupun moril dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan antara lain:

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri yang membantu mahasiswanya untuk menyelesaikan studinya.

2. Bapak Ir. Kores Sinaga selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bantuan bimbingan dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Karya Akhir ini.

3. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bantuan bimbingan dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Karya Akhir ini.

4. Bapak Eko Nurmawan, MW. ST. serta seluruh Tim A,B,C,dan Tim D sebagai pembimbing lapangan selama melakukan Riset di PT. WIKA

5. Orang Tua tercinta, Ayahanda H.T. Abdullah dan Ibunda Hj. Cut Nuraini yang telah memberi kasih sayang, doa dan dukungan yang tidak terhingga baik moril maupun material serta kakak dan adik penulis yang terus memberikan dan menjadi sumber motivasi dalam menyelesaikan laporan ini.

6. Muksin Abdullah, yang telah memberikan bantuan berupa dukungan, doa, nasehat dan materi dalam menyelesaikan Karya Akhir ini.

7. Fiktor, yang telah banyak memberikan bantuan yang tak terhingga.

I-iv

8. Teman-teman stambuk 2003 yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Akhir ini. Semoga dengan dibuatnya Karya Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf yang sebesarnya jika ada kesalahan maupun kekurangan dalam penulisan Karya Akhir ini. Semoga Karya Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2009

PENULIS

I-xii

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

6.2. Usulan Penyelesaian Masalah Set Up/Adjusment Loss…………………… VI-6

6.3. Usulan Penyelesaian Masalah Idling and Minor Stoppages……………… VI-7

I-xiii

DAFTAR GAMBAR

TABEL

HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Wika Beton…………………………………… II-9

2.2. Proses Produksi Tiang pancang………………………………………… II-30

3.1. Overall Equipment Effectiveness and Goals…………………………… III-16

3.2. Diagram sebab Akibat…………………………………………………. III-23

4.1. Blok Diagram Langkah-langkah Penelitian……………………………. IV-5

4.2. Blok Diagram Perhitungan Overall Equipment Effectiveness…………. IV-6

5.1. Histogram Persentase Faktor Six Big Losses paper Machine Periode November2008-April 2009…………………………………… V-21

5.2. Diagram Pareto Persentase Faktor Six Big Losses Mesin Mixer Batching Plant Periode November2008-April 2009…………………………………… V-23

6.1. Histogram Persentase Faktor Six Big Losses Periode November2008-April 2009……………………………………VI-2

6.2. Proses Reduced Speed Losses……………………….…………………VI-10

6.3. Proses Setup And Adjustment Lossess………………………………… VI-11

I-xiv

ABSTRAK

PT. WIKA merupakan suatu badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha konstruksi, realiti perdagangan dan industri yang juga tidak terlepas dari masalah yang berkaitan dengan efektifitas mesin/peralatan yang diakibatkan oleh six big losses tersebut. Hal ini dapat terlihat dengan frekuensi kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan karena kerusakan tersebut target produksi tidak tercapai. Oleh karena itulah diperlukan langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam pemeliharaan mesin/peralatan untuk dapat menanggulangi dan mencegah masalah tersebut.

Fungsi mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi akan mengalami kerusakan sejalan dengan semakin bertambahnya usia mesin dan penurunan kemampuan mesin dan peralatan tersebut, meskipun dengan demikian umur pemakaian dan kegunaan dari mesin tersebut dapat diperpanjang dengan penerapan metode perbaikan secara berkala melalui suatu aktifitas pemeliharaan (maintenance) yang tepat. Total Productive Maintenance (TPM) adalah salah satu metode yang dikembangkan di Jepang yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi produksi perusahaan dengan menggunakan mesin/peralatan secara efektif. Dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah mesin Mixer Batching Plan

Tahapan pertama dalam usaha peningkatan efisiensi produksi pada perusahaan ini adalah dengan melakukan pengukuran efektifitas mesin Mixer Batching Plan dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectifitas (OEE) yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran OEE six big losses dan dari faktor six big losses tersebut dicari faktor terbesar yang mengakibatkan rendahnya efisiensi. Data yang digunakan adalah data enam bulan terakhir, yaitu mulai bulan November 2008-April 2009. Hasil perhitungan menunjukan bahwa terjadi fluktuasi nilai OEE tiap bulannya. Nilai OEE terendah terjadi pada Februari 2009, yaitu sebesar 69,25% dan OEE terbesar terjadi pada bulan Januari 2009 sebesar 87,97%.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Terhentinya suatu proses di lantai produksi sering kali disebabkan adanya masalah dalam mesin/peralatan produksi tersebut, misalnya kerusakan mesin yang tidak terdeteksi selama proses produksi berlangsung, mesin dapat berhenti secara tiba-tiba, menurunnya kecepatan produksi mesin, lamanya waktu set-up dan adjustment (penyesuaian). Sehingga mesin menghasilkan produk yang cacat.

Penggunaan mesin dan peralatan produksi yang efektif akan menentukan mutu produk. Dengan demikian dibutuhkan pemeliharaan terhadap mesin/peralatan dari kondisi kerusakan (breakdown) dengan suatu sistem perawatan atau pemeliharaan yang baik dan tepat sehingga dapat mengurangi kerugian akibat mesin/peralatan. Hal ini akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan, sehingga kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan mesin dapat dihindarkan.

Pemeliharaan dan penanganan mesin/peralatan yang tidak tepat tidak saja dapat menyebabkan masalah kerusakan mesin/peralatan saja, tetapi juga dapat berakibat pada timbulnya kerugian-kerugian lain seperti waktu set-up dan adjustment (penyesuaian) yang lama, menurunnya kecepatan produksi mesin, mesin menghasilkan produk cacat atau produk yang harus dikerjakan ulang. Hal ini tentunya merugikan pihak perusahaan karena dapat menurunkan tingkat

I-2

produktivitas dan efesiensi mesin/peralatan yang akan mengakibatkan biaya yang harus dikeluarkan cukup besar.

PT. WIJAYA KARYA BETON PPB SUMUT (WIKA) merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi beton yang juga tidak terlepas dari masalah yang berkaitan dengan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan. Hal ini dapat terlihat dengan frekuensi kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan karena kerusakan tersebut target produksi tidak tercapai. Akibat lain yang ditimbulkan kerusakan mesin/peralatan yaitu dalam hal kualitas produk yang dihasilkan dimana produk yang tidak sesuai dengan standar kualitas akan diolah kembali. Oleh karena itulah diperlukan langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam pemeliharaan mesin/peralatan untuk dapat menanggulangi dan mencegah masalah tersebut.

Masalah Produktivitas dan Efisiensi mesi/peralatan yang dialami PT. WIKA BETON disebabkan oleh pendeknya umur komponen mesin/peralatan sehingga mesin/peralatan memiliki frekuensi pergantian maupun perbaikan komponen yang tinggi dan juga memiliki peluang untuk mengalami kerusakan hal ini dapat di lihat pada table 1.1. yang menunjukkan Frekuensi mesin tidak beroperasi akibat perbaikan.

Tabel 1.1. Frekuensi Mesin Berhenti Akibat Perbaikan

Bulan Waktu Tidak Beroperasi Mesin

(Jam)

November

Desember

Januari

I-3

Tabel 1.1. Frekuensi Mesin Berhenti Akibat Perbaikan

Bulan Waktu Tidak Beroperasi Mesin

Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan langkah-langkah yang tepat dalam pemeliharaan mesin/peralatan, salah satunya dengan melakukan penerapan Total Productive Maintenance (TPM) . Total productive maintenance (TPM) bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahan manufaktur secara menyeluruh dengan menggunakan overall equipment effectiveness (OEE) sebagai alat yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui kinerja mesin/peralatan.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian faktor-faktor yang menentukan kebutuhan penerapan total productive maintenance dengan kondisi perusahaan dan melihat faktor mana dari kerugian yang dialami perusahaan tersebut yang dominan mempengaruhi terjadinya penurunan efektivitas mesin/peralatan. Dengan demikian penulisan ini akan memberikan usulan perbaikan efektivitas mesin/peralatan pada perusahaan melalui penerapan total productive maintenance.

I-4

1.2. Pokok Permasalahan

Setelah melakukan penelitian pendahuluan maka pokok permasalahan yang diambil adalah pengidentifikasian terhadap faktor-faktor kerugian yang dominan yang diakibatkan oleh tingginya pergantian dan perbaikan mesin tersebut dan melakukan analisa terhadap penyebab besarnya kontribusi faktor-faktor tersebut serta memberikan usulan penyelesaian masalah sebagai langkah awal untuk menerapkan Total Productive Maintenance pada PT. WIKA BETON, dengan menggunakan metode (Overall Equipment Effectiveness), untuk melihat tingkat efektifitas dari penggunaan mesin.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan pelaksanaan penelitian adalah untuk memberikan usulan perbaikan efektivitas penggunaan mesin/peralatan secara menyeluruh.

1.3.1. Tujuan Umum

1. Melakukan pengukuran efektivitas penggunaan mesin secara menyeluruh dengan menggunakan data perusahaan

2. Melakukan pengidentifikasian terhadap faktor-faktor dominan dari kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan mesin

1.3.2. Tujuan Khusus

Menindak lanjuti hasil pengukuran efektivitas dan pengidentifikasian faktor-faktor dominan tersebut sehingga dapat membantu manajemen perusahaan

I-5

untuk menganalisa dan melakukan perbaikan secara menyeluruh guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahan di masa yang akan datang.

1.4. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya meneliti satu mesin produksi saja yaitu mesin Mixer

Batching Plant.

2. Tingkat produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan yang di ukur adalah dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) sesuai dengan prinsip Total Productive Maintenance untuk mengetahui besarnya kerugian pada mesin/peralatan yang dikenal dengan six big losses

3. Data yang diambil adalah pada periode November 2008 – April 2009

1.5 Asumsi-asumsi yang Digunakan

Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran yang dilakukan dianggap sebagai langkah awal di mulainya program perbaikan mesin/peralatan sehingga pengukuran yang bertujuan menganalisa permasalahan yang berkaitan dengan produktivitas dan efisiensi yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

2. Tidak terjadinya perubahan sistem produksi selama penelitian ini berlangsung.

I-6

3. Setiap karyawan mengetahui bidang pekerjaannya sesuai dengan metode

kerja.

4. Para karyawan dan pimpinan mempunyai komitmen yang kuat untuk

mendukung peningkatan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan di perusahaan ini.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian karya akhir ini, maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi yang digunakan dan sistematika penulisan.

BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menguraikan gambaran umum perusahaan PT. Rolimex Kimia Nusa Mas Medan, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan, serta organisasi dan manajemen perusahaan.

BAB III. LANDASAN TEORI

Menyajikan teori-teori yang berhubungan dengan sistem pemeliharaan mesin/peralatan umumnya dan khususnya Total Productive Maintenance (TPM) dan teori lainnya

I-7

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

Mengemukakan langkah-langkah serta prosedur yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan evaluasi, srta kesimpulan dan saran.

BAB V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Mengidentifikasi keseluruhan data penelitian yang berhasil di dapat selama penelitian, baik data primer maupun data sekunder yang dikumpulkan serta berisi rancangan untuk melakukan penelitian. Serta memuat tahapan-tahapan pengolahan data yang dikumpulkan hingga digunakan untuk memecahkan masalah.

BAB IV. ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Menjelaskan pemecahan masalah dan perencanaan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam memecahkan masalah, perhitungan availability, performance efficiency dan rate of quality product yang akan digunakan dalam perhitungan overall equipment effectivness (OEE) untuk mengetahui seberapa besar kerugian efisiensi pada mesin/peralatan.

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dan saran yang mengemukakan kesimpulan semua hal yang dilakukan penelitian, terutama akan hal pengolahan data yang diperoleh pemecahannya serta langkah-langkah yang patut dilakukan pihak perusahaan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan.

PT. WIKA merupakan suatu badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha konstruksi, realiti perdagangan dan industri. PT. WIKA ini pada mulanya didirikan oleh perusahaan Belanda pada tanggal 11 Maret 1960 dengan nama Naamlazo Vennotschap Techniche Handle Maatschappij En Bounwberijf (VIS EN CO atau disingkat NV EN CO) yang bergerak dibidang instalasi listrik. Sejak diberlakukannya nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing yang berada di Indonesia, VIS EN CO berubah menjadi Perusahaan Negara dengan nama WIJAYA KARYA atau PN. WIKA.

Pada tahun 1967, Perusahaan Negara (PN) WIKA mulai melakukan diversifikasi usaha yang diawali dengan usaha perdagangan dan jasa konstruksi. Usaha perdagangan meliputi perdagangan material dan peralatan industri konstruksi seperti material dan peralatan listrik, jaringan transmisi dan distribusi, gardu-gardu induk, alat-alat angkut dan sebagainya. Sedangkan jasa konstruksi diawali pembangunan gedung sederhana, seperti proyek perumahan rumah susun perumnas.

Memasuki tahun 70-an PN. WIKA melakukan langkah-langkah diversifikasi usaha yang lebih kembang lagi dengan memproduksi komponen- komponen bangunan beton pracetak, metal works dan peralatan listrik. Dari usaha pengembangan ini, PN. WIKA sudah termasuk dalam jajaran kontraktor besar di

II-2 I-2

Indonesia yang mampu mengerjakan berbagai pekerjaan, konstruksi, dan bendungan dan saluran irigasi sampai jembatan serta gedung-gedung tinggi pada saat itu.

Pada tahun 1972, tepatnya tanggal 20 Desember dengan adanya kebijaksanaan pemerintah tentang swastanisasi, status PN. WIKA berubah status menjadi perusahaan Perseroan Terbatas (PT) yang sahamnya milik pemerintah.

PT. WIKA memulai usahanya dengan mengembangkan Sistem Beton Pracetak (Panel) untuk rumah sederhana pada tahun 1978, berikutnya dikembangkan rancangan rumah susun (flats) pada tahun 1979 yang diserahkan untuk tujuan mendukung program pemerintah dalam mengorganisasikan perkampungan miskin khususnya di Jakarta yang untuk pertama kalinya dibangun di Tanah Abang.

Memasuki dekade 80-an, PT. WIKA telah melangkahkan usahanya lebih jauh lagi dengan mengembangkan industri beton pracetak. Dengan cepatnya perkembangan industri kontruksi tahun 1985 PT. WIKA memperkenalkan Sistem Pracetak untuk Struktur Bangunan Tingkat Tinggi dan untuk pertama kalinya digunakan dalam konstruksi bangunan Bank Dagang Negara (BDN) di Jakarta. Industri ini tumbuh dengan pesat dan hingga saat ini PT. WIKA juga dikenal sebagai produsen tiang listrik dan tiang Pancang Sentrifugal terbesar di Indonesia dengan pabrik-pabrik yang tersebar di seluruh pelosok nusantara, termasuk di Negara tetangga Malaysia. Selain itu, PT. WIKA juga memproduksi berbagai produk beton lainnya, seperti:

a. Bantalan jalan rel

II-3 I-3

b. Balok-balok jembatan

c. Komponen-komponen Bangunan Gedung Pada tanggal 11 Maret 1997, divisi produk beton PT. WIJAYA KARYA menjadi anak perusahaan dengan nama PT. WIJAYA KARYA BETON, berdasarkan akte notaris IMAS FATIMAH, SH. No. 44 tanggal 11 Maret 1997. Ruang lingkup dan Bidang usahanya masih sama dengan Divisi PT. Wijaya Karya produk beton.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Berbagai proyek konstruksi telah dilaksanakan PT. WIKA BETON di seluruh pelosok Nusantara, mulai dari kota-kota besar sampai ke daerah-daerah. Gedung-gedung pencakar langit, jembatan layang, jalan kereta api, dermaga, bendungan, saluran irigasi, pembangkit tenaga listrik, serta berbagai bangunan industri.

Proyek-proyek ini dikerjakan secara lengkap melalui rancang bangun dan perekayasaan baik secara sendiri maupun bekerja sama dengan perusahaan lain dari dalam dan luar negeri. Beberapa proyek pada bidang ini yang dibangun PT. WIKA BETON meliput i:

a. Proyek Petrokimia, Gresik

b. Bendungan Klambu, Jawa Tengah

c. Sudirman Fly Over, Jakarta

d. Hyatt Regency Hotel, Surabaya

e. Jembatan Layang Kereta, Jakarta

II-4 I-4

Dalam bidang Realti dan Properti ini, PT. WIKA BETON telah menyelesaikan rumah sederhana, menengah, ekskusif, termasuk rumah susun dan apartemen. Lokasi-lokasi pemukiman tersebar di berbagai tempat di Indonesia, diantaranya:

a. Perumahan Persada Kemala, Jakarta

b. Service area Persada Golf Garden, Jakarta

c. Persada Kemala Sport, Jakarta Komoditi-komoditi yang diperdagangkan dalam PT. WIKA BETON meliputi produk-produk lainnya di luar WIKA. Kegiatan usaha dalam bidang seperti eksport telah menghasilkan PRIMANIATA untuk eksportir terbaik nasional tahun 1992 dari Presiden Republik Indonesia pada saat itu.

Industri PT. WIKA BETON dimulai dengan industri produk-produk beton seperti tiang listrik, tiang pancang, bantalan jalan lorry, dan komponen-komponen konstruksi lainnya.

Untuk bidang pengecoran logam, yang semula hanya menghasilkan produk aksesori jaringan kelistrikan, saat ini telah dikembangkan ke arah pembuatan komponen-komponen otomotif dan produk-produk aluminium penunjang industri lainnya. Untuk melengkapi rangkaian industri ini, PT. WIKA BETON memiliki fasilitas pembuatan Mould & Dies yang juga dikembangkan ke arah industri produk-produk Polimer.

II-5 I-5

2.2.1. Lokasi Perusahaan

PT. WIKA BETON merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan beton yang berlokasi di Jl. Medan-Binjai Km 15,5 No. 1 Sei Semayang Kecamatan Medan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Perusahaan ini dibangun diatas tanah ± 4,9 Ha setelah mengalami perluasan lahan beberapa kali.

PT. WIKA BETON ini merupakan salah satu industri yang berada di daerah Binjai. Keberadaannya menyerap banyak tenaga kerja dari masyarakat sekitarnya sehingga keberadaan perusahaan ini merupakan sebagian dari pemecahan masalah lapangan kerja.

2.2.2. Daerah Pemasaran

Pemasaran pada PT. WIKA BETON. Segmentasi pasar dari produk PT. WIKA BETON ini bisa diraih dari pihak pemerintah, misalnya dengan menangani proyek-proyek pemerintah seperti dermaga, pembuatan jalur jembatan ataupun bantalan jalur kereta api serta dari pihak swasta yang ingin mendirikan pabrik atau gudang.

Segmentasi pasar produk yang dihasilkan oleh PT. WIKA BETON dilihat dari variabel segmentasi pasar adalah berdasarkan segmentasi geografis. Adapun pasar yang tetap selain pihak swasta adalah:

1. PLN : produk tiang listrik beton

2. Telkom : produk tiang telepon beton

3. Perumka : produk bantalan jalan kereta api

II-6 I-6

4. Pemda : pembuatan jembatan dan jalan layang PT. WIKA BETON memproduksi produk beton dengan sistem make to order , yaitu produk akan dihasilkan bila ada pesanan dari pelanggan. Pelanggan PT. WIKA BETON yang paling utama adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bidang konstuksi dan properti. Meskipun pelanggannya sudah tertentu, namun PT. WIKA BETON tetap terus berusaha untuk mendapatkan pelanggan baru untuk meningkatkan omzet penjualan produknya.

Daerah pemasaran utama PT. WIKA BETON adalah :

1. Wilayah Penjualan I, yaitu wilayah Sumatera Bagian Utara, yang meliputi Propinsi NAD, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

2. Wilayah Penjualan II, yaitu wilayah Sumatera Bagian Selatan, yang meliputi Propinsi Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung.

3. Wilayah Penjualan III yaitu wilayah DKI Jakarta yang juga merupakan kantor kepala PT. Wijaya Karya.

4. Wilayah Penjualan IV yaitu wilayah Semarang

5. Wilayah Penjualan V yaitu wilayah Surabaya

6. Wilayah Penjualan VI yaitu wilayah Ujung Pandang

II-7 I-7

2.3.Organisasi dan Manajemen Perusahaan.

2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan.

Bagi suatu perusahaan, organisasi dan struktur organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting dan menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan perusahaan. Dengan adanya organisasi dapat dilihat sistem birokrasi yang menggambarkan bagaimana setiap pekerjaan dilakukan dengan teratur dan penuh dengan tanggung jawab sehingga rencana-rencana kerja dapat dilaksanakan dengan baik serta pengawasan akan lebih mudah dilaksanakan.

Struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan satuan-satuan organisasi, dimana satuan-satuan tersebut mempunyai tanggung jawab tugas dan wewenang yang tertentu dalam jalinan kesatuan yang lebih utuh.

Struktur organisasi digambarkan pada skema organisasi (Organization Chart ). Skema organisasi ini memberikan gambaran mengenai seluruh kegiatan serta proses yang terjadi pada suatu organisasi.

Terdapat empat komponen dasar merupakan kerangka dalam memberikan definisi dari suatu struktur organisasi, yaitu:

1. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian tugas-tugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian-bagian pada satu organisasi.

2. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai hubungan laporan yang ditetapkan secara resmi dalam suatu organisasi. Tercakup dalam hubungan pelaporan yang resmi ini banyaknya tingkat hirarki serta besarnya rentang kendali dari semua pemimpin diseluruh tingkatan dalam organisasi.

II-8 I-8

3. Struktur organisasi juga menetapkan sistem hubungan dalam organisasi, yang memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan pengintegrasian segenap kegiatan organisasi, baik kearah vertical maupun horizontal.

4. Struktur organisasi menetapkan pengelompokan individu menjadi bagian organisasi, dan pengelompokan bagian-bagian organisasi menjadi suatu organisasi yang utuh.

Dalam sistem pengorganisasian pada unit yang berbeda-beda, diperlukan struktur organisasi yang dapat mempersatukan seluruh sumber daya dengan cara yang teratur. Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan setiap personil yang ada di dalam organisasi dapat diarahkan sehingga dapat mendorong mereka melaksanakan aktivitas masing-masing dengan baik dengan mendukungnya sasaran perusahaan.

Pada perusahaan PT.WIKA BETON yang mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan maksimum dengan menciptakan suasana dan mutu kerja yang optimum, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan dan kegiatan perusahaan.

Struktur organisasi perusahaan ini merupakan kerangka dasar yang menggambarkan pembagian pelaksanaan kegiatan organisasi di dalam bidang usaha tersebut, yang meliputi tata cara pembagian tugas dan wewenang, fungsi, tanggung jawab pekerjaan dan ketentuan mengenai hubungan formal antara fungsi-fungsi yang terdapat di dalam organ pokok perusahaan.

Berdasarkan struktur organisasi PT.WIKA BETON yang telah ditetapkan dalam SK 01.01/04.009/92 terlihat bahwa pelimpahan wewenang tingkat pertama

II-9 I-9

sebagai satuan tugas setelah manajer pabrik adalah para kepala seksi yang terdiri dari:

1. Seksi Teknik dan Mutu

2. Seksi Perencanaan & Evaluasi Produksi

3. Seksi Administrasi Keuangan dan Personalia

4. Seksi Peralatan

5. Seksi Kepala Unit Produksi Struktur organisasi pada perancangan unit pembuatan beton pracetakan PT. WIKA BETON menggunakan struktur organisasi secara matriks. Pada struktur organisasi ini semua seksi menuju ke unit produksi dimana masing- masing seksi dapat menangani seksi lain.

Gambar struktur organisasi PT WIKA BETON dapat dilihat pada gambar

2.1. berikut ini.

MANAJER PABRIK

SEKSI TEKNIK DAN MUTU UNIT PRODUKSI

SEKSI PERENCANAAN DAN EVALUASI PRODUK

KEPALA UNIT PRODUKSI

SEKSI PERALATAN

SEKSI KEUANGAN DAN KEPALA SHIFT PERSONALIA

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Wijaya Karya Beton

II-10 I-10

2.3.2. Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab

Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran I.

2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

1. Jumlah Tenaga kerja

PT. WIKA BETON memiliki tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja produksi dan penunjang produksi. Tenaga kerja produksi adalah karyawan harian yang ditempatkan pada bagian pengolahan, sedangkan tenaga kerja penunjang adalah karyawan yang ditempatkan pada bagian kantor.

Jumlah karyawan yang bekerja pada PT. WIKA BETON secara keseluruhan 122 orang. Jumlah tenaga kerja diuraikan pada tabel 2.1. sebagai berikut :

II-11 I-11

Tabel 2.1. Komposisi Karyawan

1 Manajer Pabrik 1 Sarjana 2 Seksi Teknik dan Mutu •

Kepala Seksi 1 Sarjana •

Inspektur K3 2 SLTA/Sederajat •

QA Lab. Mutu Beton 1 SLTA/Sederajat •

QA Proses dan Kualifikasi 6 SLTA/Sederajat •

QA Material Suku Cadang 1 SLTA/Sederajat •

Adm. Teknik Mutu 1 SLTA/Sederajat •

QA Standarisasi 1 SLTA/Sederajat •

QA Produk Jadi 1 SLTA/Sederajat 3 Seksi Perencanaan dan Evaluasi Produksi

• Kepala Seksi 1 Sarjana •

Adm. Prosuksi 2 SLTA/Sederajat •

Evaluasi Produksi 2 SLTA/Sederajat •

Stock Yard 3 SLTA/Sederajat •

Adm. Gudang 4 SLTA/Sederajat •

Operator Weel Loader 2 SLTA/Sederajat •

Operator Dum truk 1 SLTA/Sederajat 4 Seksi Peralatan

• Kepala Seksi 1 Sarjana •

Staf Seksi Peralatan 1 SLTA/Sederajat •

Adm. Peralatan 1 SLTA/Sederajat •

Karu Storing 3 SLTA/Sederajat •

Anggota Storing 5 SLTA/Sederajat •

Work Shop Peralatan 1 SLTA/Sederajat •

Operator Boiler 4 SLTA/Sederajat •

Operator Forklif 1 SLTA/Sederajat 5 Seksi Keuangan dan Personalia

• Kepala Seksi 1 Sarjana •

Kasir 1 Sarjana •

Akuntansi 2 SLTP/Sederajat •

Logistik 2 SLTP/Sederajat •

Sekretariat 1 SLTP/Sederajat •

Adm. Personalia 1 SLTP/Sederajat •

Umum 1 SLTP/Sederajat •

Satpam 7 SLTP/Sederajat •

Driver 1 SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat

6 Seksi Produksi •

Kepala Unit Prosuksi 1 Sarjana •

Kepala Shift 1 Sarjana •

KKR 4 SLTP/Sederajat •

KKRS 3 SLTP/Sederajat •

Adm. Produksi 1 SLTP/Sederajat •

Karu 6 SLTP/Sederajat •

Anggota Regu Prosuksi 39 SLTP/Sederajat Total

Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Medan

II-12 I-12

PT. WIKA BETON terdiri dari 6 departemen yang dibagi lagi atas beberapa bagian, adapun departemen tersebut :

1. Departemen Teknik

2. Departemen Perencanaan dan Evaluasi Produksi

3. Departemen Keuangan dan Personalia

4. Departemen Quality Assurance (QA)

5. Departemen Peralatan

6. Departemen Produksi

2. Jam Kerja

Agar perusahaan dapat berjalan dengan baik dalam melaksanakan tugas guna mencapai tujuan, diperlukan pengaturan waktu kerja yang baik. Jam kerja di PT. WIKA BETON diatur sebagai berikut Supaya perusahaan berjalan lancar dalam melakukan tugas untuk mencapai tujuannya, maka jam kerja diatur (bagian operasional) menjadi tiga shift, yaitu:

• Jam Kerja Normal Jam kerja normal digunakan 8 jam kerja efektif per hari dengan waktu 5 hari kerja (Sabtu libur), perincian jam kerja sebagai berikut : Jam 08.00-12.00 WIB (Kerja) Jam 12.00-13.00 WIB (Istirahat) Jam 13.00-17.00 WIB (Kerja)

II-13 I-13

• Jam Kerja Shift Jam kerja produksi terdiri atas 2 shift kerja dengan perincian sebagai berikut :

1. Shift I : Jam 08.00-12.00 WIB (Kerja) Jam 12.00-13.00 WIB (Istirahat) Jam 13.00-17.00 WIB (Kerja)

2. Shift II : Jam 17.00-21.00 WIB (Kerja) Jam 21.00-22.00 WIB (Istirahat) Jam 22.00-02.00 WIB (Kerja) Bagian Shift kerja produksi dapat diperlihatkan pada tabel 2.2. berikut ini :

Tabel 2.2. Bagian Shift

Hari Senin

Kamis Jumat Shift

Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Medan Keterangan :

P = Pagi M = Malam

I = Shift I

II = Shift II

II-14 I-14

Karyawan yang bekerja melebihi kerja normal atau kerja shift dihitung sebagai kerja lembur. Hari Sabtu, Minggu dan hari-hari besar lainnya merupakan hari libur bagi perusahaan.

2.3.4. Sistem Pengupahan Dan Fasilitas Lainnya

1. Sistem Pengupahan

Gaji adalah pembayaran berupa uang yang diberikan kepada pegawai atas pekerjaan yang dilaksanakan dan diserahkan setiap bulan pada tanggal yang telah ditetapkan perusahaan.

Jumlah gaji yang diterima oleh pegawai tergantung dari gaji pokok dan tunjangan-tunjangan yang diperoleh dan yang ditentukan oleh perusahaan. Upah adalah pembayaran berupa uang yang diberikan kepada karyawan atas pekerjaan yang dilaksanakan. Upah untuk karyawan tetap maupun harian, besarnya didasarkan pada gaji pokok atau tarif upah per hari yang sesuai dengan ketentuan upah minimum yang telah ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja.

Staff dan karyawan perusahaan digaji menurut gaji sesuai dengan jenjang organ yang telah diatur secara terperinci. Pada struktur yang sebanding dengan besaranya gaji yakni:

1. Tingkat eksekutif (Manager PPB)

2. Tingkat staff dan ahli manager PPB

3. Pegawai/karyawan tetap perusahaan

4. Pegawai/karyawan waktu tertentu

II-15 I-15

Sistem pengupahan berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) untuk daerah Sumatera Utara, yaitu: Upah serendah-rendahnya

Rp. 150.000

Upah setinggi-setingginya Rp. 2.200.000, (untuk tahap manager)

2. Fasilitas Lainnya

Untuk mendorong staff dan karyawan agar tetap bekerja lebih giat dalam meningkatkan prestasinya, perusahaan memberikan insentif dan fasilitas berupa materi maupun non materi, yakni :

1. Pemberian Cuti Pemberian cuti tahunan, cuti sakit kepada staff dan karyawan tetap serta cuti khusus dan cuti insidentil untuk staff dari pusat

2. Perawatan kesehatan Diberikan perawatan Rumah Sakit untuk 1 orang istri dan 3 orang anak

3. Fasilitas Kerja Perusahaan memberikan pakaian kerja, sarung tangan, kaca mata las, helm, dan alat pengaman kepada regu produksi

4. Jaminan sosial Seluruh staff dan karyawan yang bekerja di PBB Sumatera Utara diikutsertakan pada PERUM JAMSOSTEK

II-16 I-16

5. Dana Pensiun Kepada seluruh staff dan karyawan diberikan dana pensiun (BPLK) dan asuransi untuk batas usia 55 tahun ke atas

6. Premi Produksi Setiap karyawan mendapat premi jika mampu bekerja baik sehingga produk yang dihasilkan melebihi target yang telah ditetapkan untuk shift produksi

7. Memberikan tunjangan Memberikan tunjangan berupa THR atau Tahun Baru sebesar 1 bulan upah

8. Sarana / fasilitas Staff dan karyawan mendapat fasilitas mess/penginapan, mushalla, serta lapangan tennis

9. Makanan dan ekstra puding Seluruh staff dan karyawan mendapat jatah 1 kali makan dan minum secukupnya setiap hari, serta ekstra puding bubur kacang hijau dan susu setiap hari Senin dan Kamis.

10. Koperasi Karyawan Perusahaan juga memikili koperasi yang dikelola oleh para karyawan di bawah pengawasan perusahaan.

II-17 I-17

2.4. Proses Produksi

2.4.1. Standar Mutu Produk

Produk bermutu dan memiliki pelayanan yang baik merupakan usaha perusahaan didalam menjual produknya pada konsumen. Keberhasilan perusahaan sangat tergantung dari seberapa jauh perusahaan dapat mengerahui, mengerti dan memahami permintaan pelanggan tersebut pengawasan mutu dilakukan terhadap proses produksi yang ditujukan untuk menjaga konsistensi dari mutu produk dengan melakukan pemeriksaan yang selektif terhadap mutu bahan baku yang diterima.

Dalam hal mutu tiang pancang dan tiang listrik telah menentukan spesifikasi teknis. Kriteria yang digunakan untuk memberi batasan pada mutu adalah untuk pasir, koral/split, semen, PC wire, besi beton, besi plat sambung, dan zat additive (Kaomighty, Rheobuild 900 I Degusa, Sicament NN, Glenium, Viscocrate ). Masing-masing karakteristik tersebut erat kaitannya dengan barang yang akan dihasilkan. Oleh sebab itu spesifikasi mutu produk sangat menentukan aspek pasar bagi produk itu sendiri.

Standar mutu bahan dapat diperlihatkan pada table 2.3, table 2.4, dan tabel

2.5, berikut ini :

Tabel 2.3. Bahan Baku Material Alam

Kadar lumpur < 5 %

2 Koral/Split

Kadar lumpur < 3 %

Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Medan

I-18

Tabel 2.4. Bahan Baku Material Industri

2 PC Wire

SNI

3 Kawat spiral

SNI

4 Besi beton

SNI

5 Besi Plat sambung

Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Medan

Tabel 2.5. Bahan Tambahan Additive

2 Rheobuild 900 i Degusa SNI 3 Sicament NN

Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Medan

2.4.2. Bahan Yang Digunakan

2.4.2.1. Bahan Baku.

Bahan baku adalah bahan utama dalam proses produksi dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan. Adapun yang menjadi bahan baku utama dalam produksi beton pada PT. WIKA BETON adalah :

1. Semen Digunakan semen portlan tipe I (SII-0013-1977) yaitu semen Andalas dan semen Padang.

2. Pasir (agrigat halus) Pasir ini diperoleh dari sungai. Perusahaan memesan pasir sesuai dengan peraturan beton bertulang Indonesia, yaitu:

I-19

a. Pasir untuk beton adalah merupakan pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami batu-batuan.

b. Pasir harus terdiri dari batu-batuan tajam dan keras. Butiran-butiran ini II-19

harus bersifat melekat, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti : terik matahari dan hujan.

c. Pasir tidak boleh mengandung bahan-bahan organisme yang terlalu banyak.

d. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %, karena apabila lebih dapat menurunkan mutu beton yang mengakibatkan: sampel/pecah, retak, berongga.

3. Batu Kerikil (agrigat kasar) Batu kerikil yang digunakan adalah:

a. Batu koral (alami)

b. Batu split (hasil pecahan)

4. Prestressed Concrete Wire (PC Wire) dengan diameter 7 mm, diimpor dari Korea Selatan dengan daya tekan 200 Bar

5. Kawat baja spiral dengan diameter 4 mm, untuk pembuatan spiral dan cincin kerangka

6. Kawat beton, untuk mengikat besi baja satu sama lain dalam proses pembuatan kerangka

7. Katoda (BC Draad) digunakan dalam proses pengelasan untuk membentuk cincin dari kawat spiral.

II-20 I-20

2.4.2.2. Bahan Tambahan.

Yang dimaksud bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada proses pengolahan untuk melengkapi dan memperbaiki mutu dari produk yang dihasilkan oleh proses produksi. Yang termasuk bahan tambahan adalah :

1. Cat Pylox Digunakan untuk pembuatan merk, nomor, kode tipe tiang.

2.4.2.3. Bahan Penolong.

Yang dimaksud dengan bahan penolong adalah bahan yang digunakan langsung atau tidak langsung pada produk jadi dalam suatu proses yang diperlukan dalam memperlancar penyelesaian suatu produk. Adapun yang termasuk bahan penolong pada produk beton yaitu :

1. Air tanah, berfungsi untuk membantu pengadukan pada saat pencampuran adukan beton, berfungsi pada saat proses spinning untuk membersihkan sisa adukan beton pada pinggir cetakan, serta digunakan pada proses penguapan dimana air akan diubah menjadi uap panas.

2. Minyak Ressiner, adalah sejenis minyak pelican yang dioleskan pada bagian dalam dari mal yang berguna agar bahan-bahan campuran tidak lengket pada mal dan dapat menghasilkan permukaan tiang yang halus.

3. Minyak gemuk, digunakan sebagai bahan pelincan baut mal.

4. Oli, digunakan pada mesin-mesin produksi agar mesin dapat bergerak dengan lancar.

II-21 I-21

5. Admixture, satu bahan kimia berbentuk cairan yang ditambahkan pada campuran beton yang berguna untuk mempercepat proses pengeringan dan memperkuat ikatan antara masing-masing unsur campuran beton.

2.4.3 Uraian Proses

Proses produksi adalah metode atau teknik untuk membuat suatu barang atau jasa bertambah nilainya dengan menggunakan sumber tenaga kerja, mesin, bahan baku, bahan penolong dan dana yang ada. Dalam memproduksi beton, PT. WIKA BETON membagi lantai produksi menjadi dua departemen yang terdiri dari Departemen Persiapan Tulangan dan Departemen Pembuatan Beton. Pada Departemen Pembuatan Beton, PT. WIKA BETON membagi Proses produksi dilakukan dalam 5 jalur yaitu :

A. Jalur I dan II melakukan produksi dengan system sentrifugal yang menghasilkan produk berupa : - Tiang Pancang - Tiang Listrik

B. Jalur III menghasilkan produk berupa bantalan jalan rel

C. Jalur IV dan V melakukan produksi dengan system pracetak yang menghasilkan produk berupa : - Balok Jembatan - Sheet File

II-22 I-22

Proses pembuatan produk pada PT. WIKA BETON terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Proses Persiapan Tulangan (Reinforcement Preparation), Adapun material yang akan dirakit dicetakan terlebih dahulu dipersiapkan

di Workshop tulangan dengan proses sebagai berikut :

a. Pengujian PC Wire Sebelum digunakan setiap PC Wire yang dipasok suplayer ke perusahaan terlebih dahulu diuji di laboratorium independent.

b. Pemotongan PC Wire (cutting) Besi baja dari tempat penumpukan dibawa ke daerah pemotongan besi dengan menggunakan mesin potong (cutting machine) sesuai dengan kebutuhan panjang tiang yang akan dibentuk.

c. Pembentukan Heading Heading PC Wire ini dibuat untuk menahan PC Wire pada saat penarikan tulangan nantinya dengan plat sambung. PC Wire dimasukkan ke lubang pengarah mesin hingga menyentuh hammer. Mesin dioperasikan dengan menekan/menginjak pedal/handle dari mesin heading. Untuk tiang pancang yang menggunakan 2 plat sambung yang akan di stressing simultant dimasukkan beserta tulangan spiral sebelum ujung PC Wire yang lain di heading .

d. Pembentukan Spiral Spiral digunakan sebagai tulangan yang dibentuk spiral. Spiral ini dililitkan PC Wire. Pembentukan spiral dilakukan pada mesin spiral (coiling machine). Mesin ini dilakukan secara otomatis apabila ukuran spiral untuk tipe tiang

II-23 I-23

yang dikehendaki telah selesai dibentuk atau dengan kata lain hingga jumlah lilitan yang diperlukan sesuai dengan Standard Spesifikasi Produksi (SSP).

e. Pembuatan Cincin Pembentukan cincin diawali dengan pembentukan spiral. Spiral ini kemudian dipotong sesuai dengan ukuran yang selanjutnya dilas dengan menggunakan las listrik untuk membentuk ring. Bahan untuk cincin ini adalah untuk menahan PC Wire agar tidak melendut pada saat merangkai tulangan dengan spiral .

f. Pembuatan plat sambung Plat sambung yang telah dipasang keranjang dan secara manual plat sambung dipasang pada kepala PC wire, diameter dari plat sambung itu sendiri disesuaikan dengan diameter produk yang akan dibuat.

2. Persiapan Cetakan Beton Cetakan di atas trolly dibawa ke bagian tulangan dan diangkut dengan hoist ke trostel tulangan. Sebelum melanjut ke proses berikutnya, terlebih dahulu cetakan dibersihkan dari kotoran/sisa adukan beton yang masih melekat dengan kape dan kuas pembersih, lalu pada permukaan cetakan atau mal dioleskan dengan minyak cetakan secara tipis dan merata. Minyak cetak terbuat dari minyak kelapa sawit ditambahkan solar yang fungsinya agar campuran beton nantinya tidak lengket dan menghasilkan permukaan beton yang halus.

3. Pembuatan Adukan Beton (Concrete Mixing) Bahan yang digunakan untuk campuran beton ini adalah pasir, koral, semen dan air dan zat additive(kaomight). Mutu bahan baku terlebih dahulu

II-24 I-24

diteliti sebelum digunakan. Semua bahan tersebut dicampur dengan komposisi yang telah ditentukan sesuai dengan standart mutu, dan jenis produk. Pencampuran beton dilakukan dengan menggunakan mesin pengaduk (mesin molen), sehingga diperoleh adonan yang merata. Untuk menjaga konsistensi mutu beton, setelah pengadukan selesai secara random dilakukan pengambilan sampel untuk diuji di laboratorium beton

4. Pembuatan Benda Uji Beton Pengujian mutu beton merupakan aktivitas yang penting dalam pelaksanaan produksi agar produk yang dihasilkan tetap berada dalam standar yang telah ditetapkan.

5. Perakitan Tulangan (Reinforcemant Assambly) Cetakan dan ujung plate di bersihkan dari kotoran/sisa adukan beton. Pasang ujung plate atas dan bawah pada cetakan bawah kemudian kencangkan baut dorong. Minyak cetakan dioleskan secara tipis dan merata pada cetakan. Letakkan spiral pada cetakan bawah. Cincin/ring lalu diikatkan pada baja dengan menggunakan kawat pengikat, dimana ring disusun lebih rapat pada ujung tiang. Kegunaan ini adalah untuk menahan beban instalasi dan untuk membentuk rangkaian agar tidak bergelombang. Gulungan spiral yang masih terikat diujung mal direntangkan, disusun sedemikian rupa dan kemudian diikatkan pada besi baja dengan kawat pengikat. Bila rangkaian telah rampung, maka diangkut ke daerah pemasukan rangkaian ke dalam mal (table of reinforcement).

Perakitan tulangan ke dalam cetakan ini dilakukan sesuai dengan tipe produk yang ingin dibuat, kemudian cetakan siap untuk dicor dengan adukan

II-25 I-25

beton. Cetakan yang telah siap untuk dicor dengan adukan beton dipindahkan kebagian pengecoran diatas trolly dengan menggunakan hoist.

6. Pengecoran Adukan Beton (Concrete Filling) Rangkaian yang berasal dari daerah penumpukan sementara atau yang langsung dari daerah perangkaian dimaksukkan ke dalam mal yang sudah bersih di daerah table of reinforcement. Kedua ujung rangkaian diikatkan pada ujung mal (atas dan bawah) dengan menggunakan penutup. Bila proses ini selesai, rangkaian dalam mal diangkut ke daerah pengecoran dan siap untuk dicor. Selnjutnya dalam mal diangkut kedaearah pengecoran dan siap untuk dicor. Selanjutnya latakkan cetakan diatas trolly cor. Pasang tebeng cor pada kanan dan kiri cetakan bawah. Masukkan adukan ke dalam hopper, kemudian tuangkan ke dalam cetakan. Penuangan dimulai ± 1 meter dari ujung, bergerak maju ke arah ujung yang lain. Distribusikan adukkan secara merata disepanjang cetakan ke jok pada bagian ujung. Yang penting diperhatikan adalah bahwa pada bagian mal harus sedikit dikurangi, karena nantinya pada saat pemutaran, sisa bahan akan bergeser kearah pangkal mal. Tempatkan cetakan ke lokasi penutupan.

7. Penutupan Cetakan dan Penarikan Kawat Pra-Tekan (Mould Closing dan Prestressing ).

Setelah adonan beton merata, lalu dipasang karet spon dibagian kanan dan kiri cetakan sambil dirapikan. Penutup cetakan dan bersamaan dengan itu penutup atas dibawa dengan craine hoist. Setelah penutup atas cetakan tepat menutupi cetakan maka seluruh baut cetakan dikunci dengan menggunakan Inpect tool. Bila

II-26 I-26

seluruh baut telah dikencangkan maka dilakukan stressing akhir dengan mengendurkan baut dorong pada end plate.

8. Pemutaran Cetakan (Mould Spinning) Pada bagian pemutaran (spinning) telah tersedia roda atau roll pemutar yang akan memutar cetakan.Setelah cetakan diletakkan diatas roll pemutar maka mesin spinning akan menggerakkan roll. Pemutaran cetakan pada mesin putar (spinning machine) ini bertujuan untuk memadatkan adonan beton di dalam cetakan dengan memanfaatkan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh mesin putar. Proses pemadatan dengan gaya sentrifugal ini menjadikan beton lebih padat sehingga memiliki daya tahan terhadap korosi tinggi dan dilakukan secara bertahap untuk mencegah timbulnya rongga pada beton.

Setelah tahapan spinning selesai maka cetakan diangkat dan dibawa kebak perawatan uap dengan menggunakan craine hoist. Sebelumnya limbah dibuang dari dalam cetakan dengan memiringkan posisi cetakan sehingga limbah dapat keluar dan dialirkan ke bak limbah.

9. Perawatan Uap (Steam Curing) Setelah proses pemadatan, maka proses selanjutnya adalah pengeringan

0 dengan menguapkan uap panas 70 0 C–100 C yang bertujuan untuk memperpendek waktu pengerasan beton. Proses ini dilakukan selama 3-6 jam. Temperatur

penguapan juga tidak boleh melebihi dari 100 0

C, karena dapat mempengaruhi permukaan beton. Setelah penguapan dilakukan, kemudian dilakukan pendinginan selama 30-60 menit secara manual.

II-27 I-27

10. Pembukaan Cetakan (Mould Stripping). Setelah proses perawatan dengan uap, angkat cetakan dari trestle, dan

letakkan pada trolly buka. Lepaskan baut. Lakukan pemotongan besi pra-tegang dengan alat potong las (blander) satu persatu secara menyilang. Potong besi pra tegang pada ujung yang lain dengan menggunakan blander potong. Kendorkan baut dengan menggunakan impact tool. Lepaskan klem dan letakkan di atas cetakan atas. Angkat cetakan atas, cetakan digantung, bersihkan dengan minyak secara tipis dan merata. Buka ujung plate pada kedua ujungnya dan lakukan penandaan sesuai dengan instruksi. Dan saat bersamaan pula produk diinspeksi mutunya dan dibuat label pada produk jadi yaitu dengan cat semprot kompresor diberikan merek WIKA tanggal produksi nomor produk dan kode tipe produk. Contohnya sebagai berikut :

a. Label produk tiang pancang WIKA

Artinya

35 COB15.9.W Diameter tiang pancang = 35 cm Tipe tiang/klas = CO Model tiang = bottom (B) Panjang tiang = 15 m Jenis tulangan = PC Wire 9 mm

13-01-2009 tanggal produksi = 13 january 2009 8213383

Kode wilayah pabrik = 8 Nomor jalur = 2 Nomor urut produksi = 13383

II-28 I-28

b. Label produk tiang listrik WIKA

Artinya

7-100-124 Panjang tiang listrik = 7 m Beban Design = 100 Diameter atas tiang = 124 mm

13-01-2009 Tanggal produksi = 13 january 2009 8213397

Kode wilayah pabrik = 8 Nomor jalur = 2 Nomor urut produksi = 13397

Merek cat yang digunakan yaitu Nippon Paint. Cetakan diangkat dengan craine hoist dengan cara dimiringkan untuk mengeluarkan produk jadi ke atas trolly, kemudian dibawa ke stock yard dengan menggunakan trolly.

11. Perawatan Air dan Finishing (Finishing and Water Curing). Dalam penanganan produk jadi yang dilakukan adalah proses penumpukan dan perawatan produk di stock yard. Sebelumnya produk diservice dan diolesi minyak solar pada plat sambung serta pengecekan akhir pada lubang tembus dan permukaan tiang. Produk jadi yang memenuhi standart ditumpuk di stock yard (gudang terbuka) dengan cara susunan memanjang simetris dan melebar, dimana diantara batangan produk yang ditumpuk tersebut dibatasi dengan kasu atau kayu balok dan di bagian pinggir diberi penahan segitiga agar susunan produk tidak jatuh. Penahan segitiga terbuat dari coran semen yang dicetak segi tiga dengan ukuran 11 x 7 x 7 cm dengan lebar 8 cm. Selanjutnya selama 3 hari dilakukan perawatan air dan hasil cetakan siap untuk didistribusikan.

II-29 I-29

Untuk lebih jelasnya proses produksi untuk jenis tiang pancang bulat dapat dilihat pada gambar 2.2

Persiapan Tulngan

Persiapan Cetakan

Pembuatan Adukan Beton

Pembuatan Benda Uji

Stressing 1 PC Wire

Penulangan Di Cetakan

Pengadukan Beton

Pengecoran Adukan Beton

Stressing 11 PC Wire

Penutupan Cetakan

Pemutaran Cetakan

PerawatanUap

Pembukaan Cetakan

Perawatan Air dan Penyelesaian Akhir

Gambar 2.2. Proses Produksi Tiang Pancang

I-30

2.5.Mesin Dan Peralatan

2.5.1. Mesin Produksi dan Peralatan

Adapun spesifikasi mesin produksi yang ada di PT. WIKA BETON dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.5.2. Utilitas

Utilitas adalah segala sesuatu yang digunakan agar proses yang terjadi dapat berjalan dengan efektif dan ekonomis guna mendapatkan hasil yang optimal. Sarana utilitas digunakan untuk meningkatkan mutu memelihara peralatan, menjaga keseimbangan dalam proses pengolahan disamping penggunaan pokoknya sebagai penggerak peralatan.

Untuk kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan unit pendukung seperti dibawah ini :

1. Genset Fungsi : Pembangkit Listrik/penghasil tenaga listrik pada pabrik dengan menggunakan bahan bakar minyak solar

2. Boiler Fungsi : Penghasil uap untuk didistribusikan ke bak steam curing guna mempersingkat waktu pengerasan produk.

3. WTC (Water cooling tower) Fungsi : Penampung air yang berasal dari sumur untuk kebutuhan produksi dan pabrik.

4. Air Process Unit

II-31 I-31

Fungsi : Menghasilkan udara bertekanan yang melalui screw compressor

Dokumen yang terkait

MANAJEMEN STRATEGI RADIO LOKAL SEBAGAI MEDIA HIBURAN (Studi Komparatif pada Acara Musik Puterin Doong (PD) di Romansa FM dan Six To Nine di Gress FM di Ponorogo)

0 61 21

Evaluasi Pengendalian Internal Dalam Menunjang Efektivitas Sistem Pemberian Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (Studi Kasus Bank UMKM Cabang Jember); Evaluation Of Internal Control To Effectiveness Credit System Umkm (A Case Study of Bank UMKM Jember Branc

0 17 8

Analisa pemampaatan internet berdasarkan survei pemetaan E-Commerce Menggunakan metode Six Sigma

2 36 99

The Effectiveness of group work in teaching reading: a quasi experimental study at the second grade of Mts Neger Parung

0 25 102

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

The Effectiveness of Computer-Assisted Language Learning in Teaching Past Tense to the Tenth Grade Students of SMAN 5 Tangerang Selatan

4 116 138

The Effectiveness of using pictures in teaching present continuous tense : an experimental study at the yaer students of SMP Perwira Ulujami Jakarta Selatan

0 11 75

The Effectiveness Of Using Student Teams achievejvient Divisions (Stad) Techniques In Teaching Reading

0 23 103

Analisis Nilai Overall Equipment Effectiveness Dan Six Big Losses Pada Mesin Molding Di PT. Era Roda Sukses Bekasi Jawa Barat

18 82 93

Efektivitas Pemberian Ekstrak Ethanol 70 % Akar Kecombrang (Etlingera elatior) Terhadap Larva Instar III Aedes aegypti sebagai Biolarvasida Potensial Effectiveness of Giving 70% Ethanol Root Extract Kecombrang (Etlingera elatior) against Aedes aegypti lar

2 34 76