PEMBIAYAAN DAN PENERIMAAN PEMERINTAH

PEMBIAYAAN DAN PENERIMAAN PEMERINTAH

  

DISUSUN OLEH :

APBN-P RAPBN

A. Pendapatan Negara dan Hibah 1.169.914,6 1.292.877,7

I. Penerimaan Dalam Negeri 1.165.252,5 1.292.052,6

  I. Belanja Pemerintah Pusat 908.243,4 954.136,8

  1. Dana Perimbangan 347.538,6 394.138,6

  II. Transfer Ke Daerah 412.507,9 464.360,9

  2. Non K/L 446.735,4 477.526,7

  1. K/L 461.508,0 476.610,2

   2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 286.567,3 272.720,2

  

1. Ahmad Haqqul Habib (100231100041)

  b. Pajak Perdagangan Internasional 46.939,9 42.433,6

  a. Pajak Dalam Negeri 831.745,3 976.898,8

   1. Penerimaan Perpajakan 878.685,2 1.019.332,4

  

(MILIAR RUPIAH)

Uraian 2011 2012

  1. FAKTA

Tabel 1

Ringkasan APBN, 2011-2012

  

5. Hindun (100231100077)

  

4. Lilik Indrawati (100231100071)

  

3. Ferdyta Ismibahari (100231100061)

  

2. Alfiah Tur Rofiah (100231100059)

II. Hibah 4.662,1 825,1

B. Belanja Negara 1.320.751,3 1.418.497,7

  2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 64.969,3 70.222,3

   1. PPh Migas 65.230,7 58.665,8

   1. Pertambangan umum 15.394,5 13.773,2

   2. Gas alam 50.116,2 43.561,0 ii. Non Migas 18.808,8 16.860,7

  1. Minyak bumi 123.051,0 112.449,0

  i. Migas 173.167,3 156.010,0

  

a. Penerimaan SDA 191.976,0 172.870,8

  

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 286.567,3 272.720,2

   ii. Bea Keluar 25.439,1 18.899,0

  i. Bea Masuk 21.500,8 23.534,6

  

2. PPh Nonmigas 366.746,3 454.168,7

ii. Pajak Pertambahan Nilai 298.441,4 350.342,2

iii. Pajak Bumi dan Bangunan 29.057,8 35.646,9 iv. BPHTB - - v. Cukai 68.075,3 72.443,1 vi. Pajak Lainnya 4.193,8 5.632,0 b. Pajak Perdagangan Internasional 46.939,9 42.433,6

  i. Pajak Penghasilan 431.977,0 512.834,5

  III. Suspen 0,0 0,0

  

a. Pajak dalam Negeri 831.745,3 976.898,8

  

1. Penerimaan Perpajakan 878.685,2 1.019.332,4

  

I. Penerimaan Dalam Negeri 1.165.252,5 1.292.052,6

  Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan 0,0 0,0 Tabel 2 Pendapatan Negara dan Hibah, 2011–2012 (miliar rupiah) Uraian 2011 2012 APBN-P RAPBN

  II. Pembiayaan Luar negeri (neto) (2.776,6) (292,3)

  I. Pembiayaan Dalam Negeri 153.613,3 125.912,3

  

E. Pembiayaan 150.836,7 125.620,0

  

D. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) (150.836,7) (125.620,0)

% terhadap PDB (2,1) (1,5)

  

C. Keseimbangan Primer (44.252,9) (2.548,1)

   2. Kehutanan 2.908,1 2.754,5

4. Pertambangan Panas Bumi 356,1 233,1

   b. Bagian Laba BUMN 28.835,8 27.590,0

   c. PNBP Lainnya 50.339,4 54.398,3

   d. Pendapatan BLU 15.416,0 17.861,1

II.Hibah 4.662,1 825,1

  

1. Belanja Pegawai 182.874,9 215.725,1

  

7. Bantuan Sosial 81.810,4 63.572,0

  

Pendapatan Negara dan Hibah 1.169.914,6 1.292.877,7

Tabel 3 BELANJA PEMERINTAH PUSAT, 2006-2012 (miliar rupiah)

  Tabel 4 TRANSFER KE DAERAH, 2006–2012 (miliar rupiah) 2011 2012 APBN-P RAPBN

  

Jumlah 908.243,4 954.136,8

Sumber: Anggaran Departemen Keuangan

  c. Penyesuaian Dana Pendidikan - 4.180,2

  b. Belanja Lainnya 10.877,4 14.486,0

  a. Policy Measures 4.718,7 15.846,4

  

8. Belanja Lain-lain 15.596,2 34.512,6

  b. Bantuan Melalui K/L 77.810,4 59.572,0

  a. Penanggulangan Bencana 4.000,0 4.000,0

  6. Belanja Hibah 404,9 1.796,7

  a. Gaji dan Tunjangan 89.736,8 104.935,7

  b. Non Energi 41.906,0 40.290,3

  a. Energi 195.288,7 168.559,9

  Uraian 2011 2012 APBN-P RAPBN

  b. Utang Luar Negeri 29.970,1 33.714,3

  a. Utang Dalam Negeri 76.613,7 89.357,7

  

4. Pembayaran Bunga Utang 106.583,8 123.072,0

  

3. Belanja Modal 140.952,5 168.125,9

  

2. Belanja Barang 142.825,9 138.482,4

  c. Kontribusi Sosial 62.113,3 69.174,5

  b. Honorarium dan Vakasi 31.024,9 41.614,9

  

5. Subsidi 237.194,7 208.850,2

A. Dana Bagi Hasil 96.772,1 98.496,4

  2. Tambahan Tunjangan Profesi Guru

  a. Pajak Penghasilan 13.156,2 18.962,2

  

b. Pajak Bumi dan Bangunan 27.593,1 33.968,6

   c. BPHTB - -

  

d. Cukai 1.350,2 1.380,8

  2. Sumber Daya Alam 54.672,6 44.184,7

  

a. Migas 37.306,3 31.441,9

  

b. Pertambangan Umum 15.142,2 11.018,6

  

c. Kehutanan 1.749,4 1.457,8

  d. Perikanan 123,7 80,0

  e. Pertambangan Panas Bumi 351,0 186,4

  3. Suspen - -

  

1. DAU Murni 225.532,8 269.526,2

  1. Pajak 42.099,5 54.311,7

B. Dana Alokasi Umum 225.533,7 269.526,2

  • - - 3. Koreksi Alokasi DAU Kab.
  • - -

  2010 0,9 -

  

B. Dana Penyesuaian 54.548,0 58.441,3

J u m l a h 412.507,9 464.360,9

Sumber: Anggaran Departemen Keuangan

  TABEL 9 PEMBIAYAAN ANGGARAN, 2006–2012 (miliar rupiah) Keterangan 2010 2012 APBN-P RAPBN

  1.Perbankan Dalam Negeri 48.750,7 8.947,0 1. rekening pemerintah 48.750,7 8.947,0

  a. Penerimaan cicilan peneruan penerusan pinjaman (RDI) 8.176,7 3.890,2

  b. Rekening pembanguan hutan (766,8) 0,0

   4. Koreksi Positif Alokasi DAU TA

  Indramayu

C. Dana Alokasi Khusus 25.232,8 26.115,9

II. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 64.969,3 70.222,3

A. Dana Otonomi Khusus 10.421,3 11.781,0

A. Pembiayaan Dalam Negeri 153.613,3 125.912,3

2. Eks. Moratorium NAD dan Nias,

  • - -

II. Non Perbankan Dalam Negeri 104.862,6 116.965,3

  • - -

  Sejak terlanda oleh krisis moneter dan krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997 sampai dengan saat ini perekonomian Indonesia masih sakit keras.

  III. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN (47.234,7) (47.260,1) Jumlah 150.836,7 125.620,0 Sumber: Anggaran Departemen Keuangan

  II. Penerusan Pinjaman (11.724,8) (9.016,4)

  1. Pinjaman Program 19.201,8 16.857,1

  8. Pinjaman kepada PT. PLN - -

  (2.617,7) (1.000,0)

  7. Dana Pengembangan Pendidikan Nasional

  6. Kewajiban Penjaminan (904,0) (633,3)

   c. Dana Bergulir (8.798,1) (6.985,8)

   b. PMN dan Restrukturisasi BUMN (10.460,4) (6.852,8)

   a. Investasi Pemerintah (1.853,9) (3.299,6)

  (21.112,4) (17.138,1)

  1. Privatisasi 425,0 -

  d. Rekening KUN untuk pembiayaan kredit investasi 853,9 -

  e. SAL 40.319,0 5.056,8

  f. Rekening Cadangan Dana Reboisasi

  167,9 -

  5. Dana Investasi Pemerintah dan Restr. BUMN

  Sumut

  2. Hasil Pengelolaan Aset 965,7 280,0

   a. Pengelolaan Asset 965,7 280,0

   b. PMN untuk Restrukturisasi

  BUMN

  3. Surat Berharga Negara (neto) 126.653,9 134.596,7

  4. Pinjaman Dalam Negeri 1.452,1 860,0

B. Pembiayaan Luar Negeri (neto) (2.776,6) (292,3)

I. Penarikan Pinjaman Luar Negeri 56.182,9 55.984,1

2. Pinjaman Proyek 36.981,1 39.127,1

1. ANALISIS

  belum bisa menutupi pengeluaran atau pembiayaan yang lebih besar dibandingkan penerimaan pemerintah. Pendapatan pemerintah dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan dari dalam negeri dan pemerintah dari luar negeri akan tetapi penerimaan pemerintah menurut APBN terdiri dari penerimaan dalam negeri dan hibah, penerimaan pemerintah dari dalam negeri dibagi menjadi 2 yaitu penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak dan penerimaan pemerintah bukan pajak. Kebijakan Pemerintah di bidang pendapatan negara dan hibah diarahkan untuk mendukung kebijakan fiskal yang berkesinambungan melalui upaya optimalisasi pendapatan negara dan hibah, khususnya penerimaan dalam negeri. Hal ini sesuai dengan peran pendapatan negara dan hibah sebagai sumber pendanaan program-program pembangunan. Sebagai kontributor utama bagi penerimaan dalam negeri, penerimaan perpajakan diupayakan secara optimal melalui tiga kebijakan utama, yaitu: (1) reformasi di bidang administrasi; (2) reformasi di bidang peraturan dan perundang-undangan; dan (3) reformasi di bidang pengawasan dan penggalian potensi. Ketiga kebijakan tersebut secara umum berlaku baik di bidang pajak maupun di bidang kepabeanan dan cukai. Di bidang PNBP, kebijakan yang telah diambil Pemerintah dalam rangka optimalisasi adalah (1) meningkatkan produksi sumber daya alam (SDA); (2) peninjauan dan penyempurnaan peraturan di bidang PNBP; (3) meningkatkan pengawasan PNBP; dan (4) meningkatkan kinerja BUMN.

  Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa pendapatan pemerintah Indonesia pada tahun 20011 berkisar Rp. 1.169.914.600.000.000.000,00, yang terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp. 878.685.200.000.000,00 dan penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp. 286.567.300.000.000,00, serta penerimaan hibah sebesar Rp 4.662.100.000.000,00, sedangkan menurut rancangan Undang-Undang APBN tahun 2011 sebesar Rp 1.086.369.587.745.000,00 yang terdiri atas Penerimaan perpajakan sebesar Rp 839.540.345.000.000,00, penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp 243.089.742.745.000,00, serta penerimaan Hibah sebesar Rp 3.739.500.000.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011 terjadi peningkatan dalam penerimaan pemerintah. Pendapatan tersebut telah melebihi target yang direncanakan. Namun, hal tersebut masih belum dapat menutupi pengeluaran atau pembiayaan pemerintah. Karena pengeluaran pemerintah untuk pembangunan negara masih jauh lebih tinggi daripada penerimaannya yang hanya sebesar Rp 1.320.751.300.000.000,00 sehingga pemerintah mengalami defisit sebesar Rp 150.836.700.000.000 (2,1% terhadap PDB). Pembiayaan pemerintah baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang didapat pada tahun 2011 sebesar Rp 150.836.700.000.000,00 Untuk menutupi defisit negara, pemerintah melalukan pembiayaan dalam negeri dan luar negeri yang diperoleh dari tabungan negara, penarikan pinjaman luar negeri, dana investasi, penjualan surat-surat berharga seperti obligasi, surat utang negara, dan lain-lain. Kemungkinan defisit tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

  1. Kesadaran wajib pajak yang masih kurang

  2. Pengelolaan sumber daya alam yang belum optimal

  3. Tingkat korupsi yang masih tinggi sehingga penerimaan negara masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara maju

  4. Penurunan daya beli masyarakat dan dunia usaha

  5. Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing

  6. Tingkat suku bunga deposito

  7. Turunnya efisiensi badan usaha milik negara dalam rangka meningkatkan laba

  8. Tingginya transfer ke daerah 9. Dll.

  Dan untuk tahun 2012 ini RAPBN pendapatan pemerintah Indonesia sekitar Rp. 1.292.877.700.000.000.000,00. Sedangkan pengeluaran (belanja negara) sebesar Rp 1.418.497.700.000.000. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Negara pada tahun 2012 terdiri atas penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan antara lain: bersumber dari perpajakan, bukan pajak (hasil produksi sumber daya alam, BUMN, dll), dan hibah. Sedangkan pengeluarannya terdiri atas: belanja negara (pemerintahan pusat), transfer daerah, dan suspen. Rancangan ini dibuat berdasarkan perkiraan kebutuhan, pengeluaran, dan penerimaan negara tahun 2012. RAPBN tahun 2012 ini diharapkan bisa dicapai bahkan melebihi target sehingga pengeluaran pemerintah dapat ditutupi dan tidak terjadi defisit. Semua penerimaan negara bukan pajak wajib disetor langsung secepatnya ke kas negara,penentuan penerimaan negara bukan pajak yang terutang sangat terkait dengan rasa keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum pada saat dilakukan pembahasan dan penyusunan rancangan Undang-Undang No. 20/1997 dihadapan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Menurut norma hukum dalam pasal 4 Undang-Undang No. 20/1997 terutangnya penerimaan negara bukan pajak adalah pada saat tidak dilakukan penyetoran secara langsung secepatnya ke kas negara. Terjadinya penerimaan negara bukan pajak yang terutang berdasarkan pasal 4 Undang-Undang No. 20/1997 pada hakikatnya dapat dibagi atas dua bagian yaitu:

  1. Jumlah penerimaan negara bukan pajak tidak keseluruhan disetor langsung secepatnya ke kas negara; atau

  2. Dilakukan penyetoran, tetapi hanya sebagaian dari jumlah penerimaan negara bukan pajak ke kas negara.

  Tujuan pemerintah melakukan pengeluaran atau belanja negara demi terwujudnya pembangunan negara untuk menjadi maju. Pengeluaran tersebut digunakan untuk gaji pegawai, pendidikan, subsidi, pembayaran bunga hutang, dan lain-lain. Dalam melakukan pembiayaan pemerintah, pemerintah harus memikirkan resiko-resiko yang akan ditempuh dari kebijakan atau aturan yang dilakukan. Apakah akan beresiko besar atau sedikit. Apabila resiko yang diperkirakan ternyata lebih tinggi dari manfaatnya, maka kebijakan tersebut tidak dilakukan. Ataupun sebaliknya, jika resikonya sedikit, maka kebijakan tersebut dapat dipertimbankan untuk dilakukan.

  Untuk mengatasi masalah-masalah pembiayaan dan penerimaan negara, pemerintah memberikan solusi dengan beberapa kebijakan. Kebijakan yang diusulkan untuk pemerintah Indonesia untuk menaikkan penerimaan pemerintah untuk dapat menutupi biaya pengeluaran pemerintah yang terlalu tinggi maka dapat diusulkan beberapa kebijakan antara lain:

  1. Ekstensifikasi pemungutan pajak penghasilan atau peningkatan pajak pertambahan nilai (PPN)

  2. Pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM)

  3. Penarikan dana pemerintah pusat yang didaerahkan

  4. Penurunan porsi pembiayaan rupiah yang dalam proyek

  5. Peningkatan dari usaha swastanisasi BUMN dan peningkatan hasil penjualan aset-aset Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) Selain kebijakan tersebut pemerintah dapat melakukan pemberantasan korupsi. Karena dengan tidak adanya korupsi di suatu negara, maka penerimaan negara akan lebih tinggi dan bisa menghasilkan pendapatan yang tinggi. Dari pendapatan tersebut apabila terjadi surplus, maka kita akan bisa membayar hutang-hutang pemerintah dari penerimaan negara tersebut.

  2. KESIMPULAN

  Sejak terlanda oleh krisis moneter dan krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997 sampai dengan saat ini perekonomian Indonesia masih sakit keras. Tercatat bahwa pendapatan pemerintah pada tahun 2011 sampai saat ini masih belum bisa menutupi pengeluaran atau pembiayaan yang lebih besar dibandingkan penerimaan pemerintah. Indonesia masih mengalami defisit yang cukup besar yaitu sebesar 2,1% terhadap PDB. Bedasarkan APBN tahun 2011 pendapatan atau penerimaan pemerintah Indonesia berkisar Rp. 1.169.914.600.000.000.000,00. Sedangkan belanja negara sebesar Rp 1.320.751.300.000.000. Dan untuk tahun 2012 RAPBN pendapatan pemerintah Indonesia sekitar Rp. 1.292.877.700.000.000.000,00. Pada tahun 2012 APBN tersebut masih dalam rencana dan proses kerja.

  Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah melakukan kebijakan antara lain:

  

1. Ekstensifikasi pemungutan pajak penghasilan atau peningkatan pajak

  pertambahan nilai (PPN)

  2. Pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM)

  3. Penarikan dana pemerintah pusat yang didaerahkan

  4. Penurunan porsi pembiayaan rupiah yang dalam proyek

  

5. Peningkatan dari usaha swastanisasi BUMN dan peningkatan hasil penjualan

  aset-aset Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)

  Daftar Pustaka Djafar Saidi, Muhammad. 2008. Hukum Penerimaan Negara Bukan Pajak.

  Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Reksohadiprojo, Sukanto. 2001. Ekonomika Publik Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

  Suparmoko, M. 2001. Ekonomi Publik Untuk Keuangan & Pembangunan Daerah

  Edisi Pertama. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

  www.anggaran.depkeu.go.id//web-content-list.asp?ContentId=878