SHOPPING LIFE STYLE MEMEDIASI HUBUNGAN HEDONIC DAN UTILITARIAN VALUE TERHADAP IMPULSE BUYING Krido Eko Cahyono
SHOPPING LIFE STYLE MEMEDIASI HUBUNGAN HEDONIC DAN UTILITARIAN VALUE TERHADAP IMPULSE BUYING
Krido Eko Cahyono
kridoeko@gmail.com
Khuzaini Hermono Widiarto
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
Sidoarjo an area affected by national disasters such as mud, giving the image to the public that the disasters had a negative impact on the existence of a small industrial centers are located in Tanggulangin. The level of public purchases on product bags and suitcases showed a declining trend since the occurrence of the disaster. Aware of the result, efforts to provide stuimulus reappointed to the general public to shop in the Center Industrial Bags and Luggage in Tanggulangin, Sidoarjo. This study requires data and information from respondents are skin products consumers who shop at Sentra Leather Industry waas. The purpose of this research is to know Hedonic and Utilitarian direct effect on Impulse Buying, To know Hedonic indirect effect on Impulse Buying through a shopping lifestyle, To know Utilitarian indirect effect on Impulse Buying through lifestyle shopping. To test the effect of intervening variables used path analysis method (Path Analysis). Path analysis is an extension of the multiple linear regression analysis that serves to assess causal relationships between variables that have been previously defined. In this study, there are four variables that will be analyzed parameters are Hedonic, Utilitarian, Shopping Lifestyle Shopping on Impulse Buying with Lifestyle as an intervening variable.
Keywords: hedonic value, utilitarian value, shopping lifestyle and impulse buying
ABSTRAK
Sidoarjo merupakan wilayah yang terkena bencana nasional berupa lumpur, yang memberikan image kepada masyarakat bahwa bencana tersebut memberikan dampak negatif terhadap keberadaan sentra industri kecil yang terletak di Tanggulangin. Tingkat pembelian masyarakat atas produk tas dan koper menunjukkan kecenderungan menurun sejak terjadinya bencana tersebut. Menyadari akan adanya akibat tersebut, perlu upaya mengangkat kembali dengan memberikan stuimulus kepada masyarakat luas untuk berbelanja di Sentra Industri Tas dan Koper di Tanggulangin, Sidoarjo. Penelitian ini memerlukan data dan informasi dari responden yaitu konsumen produk kulit yang berbelanja di Sentra Industri Kulit Tanggulangin Sidoarjo. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hedonic dan utilitarian berpengaruh langsung terhadap impulse buying , Untuk mengetahui hedonic berpengaruh tidak langsung terhadap impulse buying melalui shopping lifestyle, Untuk mengetahui utilitarian berpengaruh tidak langsung terhadap impulse buying melalui shopping lifestyle. Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda yang berfungsi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini ada 4 variabel yang akan dianalisis parameternya yaitu hedonic, utilitarian, shopping lifestyle terhadap impulse buying dengan shopping lifestyle sebagai variabel intervening.
Kata kunci: hedonic value, utilitarian value, shopping lifestyle, dan impulse buying
PENDAHULUAN
rakat terhadap keberadaan sentra industri Sidoarjo merupakan wilayah yang ter-
kecil yang terletak di Tanggulangin. Tingkat kena bencana nasional berupa lumpur, yang
pembelian masyarakat atas produk tas dan memberikan image negatif kepada masya-
koper menunjukkan kecenderungan me-
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto
nurun sejak terjadinya bencana tersebut. serupa (Japarianto dan Sugiharto, 2011:33). Menyadari akan adanya akibat tersebut,
Jackson mengatakan bahwa shopping lifestyle perlu upaya mengangkat kembali dengan
merupakan ekspresi tentang lifestyle dalam memberikan stuimulus kepada masyarakat
berbelanja yang mencerminkan perbedaan luas untuk berbelanja di Sentra Industri
status sosial (Japarianto dan Sugiharto, Kulit Tanggulangin, Sidoarjo. Keputusan
pembelian konsumen dapat didasari oleh faktor individu konsumen yang cenderung
TINJAUAN TEORETIS
berperilaku kognitif dan afektif. Perilaku ini
Perilaku Konsumen
kemudian membuat pelanggan memiliki Schiffman dan Kanuk (2008) menge- pengalaman belanja. Pengalaman ini dapat
mukakan bahwa studi perilaku konsumen dikelompokkan menjadi hedonic value dan
adalah suatu studi mengenai bagaimana utilitarian Value.
seorang individu membuat keputusan un- Menurut Park et al., (2006) dalam me-
tuk mengalokasikan sumber daya yang ter- nentukan perilaku impulse buying khusus
sedia (waktu, uang, usaha, dan energi). Hal produk, salah satu hal yang penting adalah
ini didasarkan pada karakteristik konsumen motif hedonic. Menurut Hausman et al., yang
yang memiliki keragaman yang menarik dikutip oleh Rachmawati (2009), keinginan
untuk dipelajari karena ia meliputi seluruh hedonic memainkan peran yang cukup
individu dari berbagai usia, latar belakang penting dalam impulse buying. Rachmawati
budaya, pendidikan, dan keadaan sosial (2009) meneliti hubungan antara hedonic
ekonomi lainnya, oleh karena itu, sangatlah shopping value dengan impulse buying, di-
penting untuk mempelajari bagaimana mana hedonic shopping value mempengaruhi
konsumen berperilaku dan faktor-faktor perilaku impulse buying seseorang yang
apa saja yang mempengaruhi perilaku ter- berbelanja di department store. Hedonic shop-
sebut.
ping value mencerminkan potensi belanja Menurut Kotler dan Keller (2009), peri- dan nilai emosi pelanggan dalam ber-
laku konsumen adalah studi tentang bagai- belanja. Konsumen lebih mungkin terlibat
mana individu, kelompok, dan organisasi dalam perilaku impulse buying ketika me-
memilih, membeli, menggunakan, dan reka termotivasi atau akan kebutuhan dan
bagaimana barang, jasa, ide, atau pengala- keinginan hedonis, seperti kesenangan,
man untuk memuaskan kebutuhan dan fantasi, dan sosial atau kepuasan emosional.
keinginan mereka, sedangkan Schiffman Konsumsi hedonis meliputi aspek-aspek
dan Kanuk (2008) mendefinisikan perilaku perilaku yang terkait dengan multi-indera,
konsumen sebagai berikut: “consumer beha- fantasi, dan konsumsi emosional yang di-
vior can be defined as the behavior that customer dorong oleh manfaat seperti menyenang-
display in searching for, purchasing, using, kan menggunakan produk dan estetika
evaluating, and disposing of products, services (Park et al., 2006).
and ideas they expect will satisfy they needs ”, Shopping lifestyle juga dapat berdampak
yang artinya bahwa perilaku konsumen pada impulse buying behavior. Shopping life-
merupakan perilaku yang diperlihatkan style mengacu pada pola konsumsi yang
konsumen dalam mencari, membeli, meng- mencerminkan pilihan seseorang tentang
gunakan, mengevaluasi dan menghabiskan bagaimana cara menghabiskan waktu dan
produk yang diharapkan akan memuaskan uang. Dalam arti ekonomi, shopping lifestyle
kebutuhan hidup. Menurut Mowen (2008) menunjukkan cara yang dipilih oleh se-
perilaku konsumen (consumer behaviour) seorang untuk mengalokasikan pendapatan,
didefinisikan sebagai studi tentang unit baik dari segi alokasi dana untuk berbagai
pembelian (buying units) dan proses per- produk dan layanan, serta alternatif-alter-
tukaran yang melibatkan perolehan, kon- natif tertentu dalam pembedaan kategori
sumsi dan pembuangan barang, jasa,
190 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208
pengalaman serta ide-ide. Dalam Schiffman konsumsi emosional yang dikendalikan dan Kanuk (2008: 6), ruang lingkup perilaku
oleh manfaat seperti kesenangan dalam konsumen berpusat pada bagaimana indi-
menggunakan produk dan pendekatan este- vidu mengambil keputusan untuk meng-
tis (Alba dan Williams, 2012). Hal ini me- gunakan sumber daya mereka yang tersedia
nunjukkan bahwa konsumen lebih mungkin (waktu, uang, dan usaha) guna membeli
terlibat dalam Impulse Buying ketika mereka barang-barang yang mereka konsumsi. Hal
termotivasi oleh keinginan hedonis atau ini mencakup apa yang mereka beli, me-
alasan ekonomi, seperti kesenangan, fantasi, ngapa mereka membeli, kapan mereka beli,
dan sosial atau kepuasan emosional dan dimana mereka membeli. Menurut
(Rachmawati, 2009).
Kotler dan Armstrong (2008) terdapat be- Demikian halnya dengan Hausman et berapa faktor yang dapat mempengaruhi
al ., dalam Park et al., (2006) Impulse Buying perilaku konsumen.
memainkan peran penting dalam me- menuhi keinginan hedonis yang terkait
Hedonic Value
dengan Motif hedonic. Peran ini mendukung Hirschman dan Holbrook mendefinisi-
hubungan konseptual antara motivasi hedo- kan Motif hedonic sebagai konsumsi produk
nis belanja dan perilaku pembelian impuls. yang terutama didasarkan pada keinginan
Artinya, konsumen lebih mungkin terlibat untuk mengalami kesenangan dan ke-
dalam Impulse Buying ketika mereka ter- bahagiaan (Tifferet dan Herstein, 2012).
motivasi oleh keinginan hedonis atau dengan Motif hedonic meliputi aspek-aspek perilaku
alasan non-ekonomi, seperti kesenangan, yang terkait dengan multi-indera, fantasi,
fantasi, dan kepuasan sosial atau emosional. dan konsumsi emosional yang didorong
Dibandingkan dengan aspek belanja oleh manfaat seperti senang dalam meng-
utilitilarian , nilai hedonis “menyenangkan” gunakan produk dan estetika. Hirsman and
menggembirakan. Nilai hedonis lebih subyek- Holbrook yang dikutip Johnstone and
tif dan personal daripada nilai utilitarian Conroy mengatakan bahwa nilai hedonic
sebagai pertimbangan dan menghasilkan konsumsi merupakan pengalaman konsum-
lebih dari senang dalam permainan dari si yang berhubungan dengan perasaan,
pada penyelesaian tugas (Hirschman dan fantasi, kesenangan, dan pancaindera, di
Hoolbrook dalam Rachmawati, 2009). De- mana pengalaman tersebut mempengaruhi
ngan demikian dapat dikatakan bahwa nilai emosi seseorang (Rohman, 2009). Emosi
belanja hedonis menggambarkan potensi seseorang berhubungan dengan lingkungan
hiburan berbelanja dan bernilai emosional. di dasarkan pada pengalaman dengan
Konsumsi hedonik dapat diukur melalui lingkungan. Konsumen yang berbelanja
beberapa indikator, dimana dalam peneliti- untuk rekreasi mengharapkan nilai hedonik
an ini variabel konsumsi hedonik diukur yang tingkatannya lebih tinggi. Lebih lanjut
melalui beberapa indikator yang mengacu Holbrook and Hirsman; Rook yang dikutip
dalam penelitian Park et al., (2006) yaitu: (1) oleh Hausman menambahkan bahwa Ke-
Konsumen ingin memuaskan rasa keingin- inginan konsumen untuk mencari nilai
tahuannya; (2) Konsumen ingin menawar- hedonic dalam berbelanja dapat menghasil-
kan pengalaman baru; (3) Konsumen ingin kan adanya impulse buying (Rohman, 2009:
merasa seperti menjelajahi dunia baru. 252-253). Meskipun tampaknya ada sedikit kontroversi mengenai pentingnya konsumsi
Shopping Life Style
hedonic , kegiatan itu sendiri tidak bisa Gaya hidup didefinisikan secara seder- dibatasi. Seperti Hirschman dan Hol- brook
hana sebagai bagaimana konsumen hidup. yang mengatakan bahwa konsumsi hedonic
Gaya hidup (lifestyle) menunjukkan bagai- meliputi aspek tingkah laku yang ber-
mana orang hidup, bagaimana mereka hubungan dengan multy-sensory, fantasi dan
membelanjakan uangnya, dan bagaimana
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto
mereka mengalokasikan waktu mereka. dasarkan definisi tersebut dapat disimpul- Menurut Kotler (2008) gaya hidup adalah
kan bahwa shopping lifestyle merupakan cara pola hidup seseorang di dunia yang di-
seseorang untuk mengalokasikan waktu ekspresikan dalam aktivitas, minat dan
dan uang untuk berbagai produk, layanan, opininya. Gaya hidup menggambarkan ke-
teknologi, fashion, hiburan dan pendidikan seluruhan diri seseorang dalam berinteraksi
dalam berbelanja yang mencerminkan per- dengan lingkungannya. Gaya hidup meng-
bedaan status social.
gambarkan seluruh pola seseorang dalam Berdasarkan beberapa definisi di atas beraksi dan berinteraksi di dunia.
dapat disimpulkan bahwa gaya hidup me- Shopping lifestyle mengacu pada pola
rupakan cara hidup seseorang dalam men- konsumsi yang mencerminkan pilihan se-
jalani kehidupannya, yang diidentifikasikan seorang tentang bagaimana cara meng-
dengan bagaimana cara menggunakan uang habiskan waktu dan uang. Menurut Kotler
dan memanfaatkan waktu yang dimiliki- (2008) gaya hidup adalah pola hidup se-
nya. Shopping lifestyle mengacu pada pola seorang di dunia yang diekspresikan dalam
konsumsi yang mencerminkan pilihan se- aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup
seorang tentang bagaimana cara meng- menggambarkan keseluruhan diri sese-
habiskan waktu dan uang. orang dalam berinteraksi dengan lingku-
Cobb dan Hoyer dalam Japarianto dan ngannya. Gaya hidup menggambarkan
Sugiharto (2011) mengemukakan bahwa seluruh pola seseorang dalam beraksi dan
untuk mengetahui hubungan shopping life- berinteraksi di dunia.
style terhadap impulse buying behavior adalah Menurut Mowen dan Minor dalam
dengan menggunakan indikator: (1) Me- Sumarwan (2011) menjelaskan bahwa gaya
nanggapi untuk membeli setiap tawaran hidup mencerminkan pola konsumsi yang
iklan mengenai produk fashion; (2) Mem- menggambarkan seseorang bagaimana ia
beli pakaian model terbaru; (3) Berbelanja menggunakan waktu dan uang. Gaya hidup
merk yang paling terkenal; (4) Yakin bahwa mempunyai sifat yang tidak permanen atau
merk (produk kategori) terkenal yang di cepat berubah. Sumarwan (2011) mengata-
beli terbaik dalam hal kualitas; (5) Sering kan gaya hidup seringkali digambarkan
membeli berbagai merk (produk kategori) dengan kegiatan, minat dan opini dari
daripada merk yang biasa di beli; (6) Yakin seseorang (acitivities, interests and opinions).
ada dari merk lain (kategori produk) yang Cobb dan Hoyer dalam Tirmizi (2009)
sama seperti yang di beli mendefinisikan shopping lifestyle sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh pembeli
Utilitarian Value
sehubungan dengan serangkaian tang- Nilai utilitarian adalah nilai yang di- gapan dan pendapat pribadi tentang pem-
pertimbangkan secara obyektif dan rasional belian produk. Sedangkan menurut Zabloc-
(Hanzaee, 2011). Yang termasuk di dalam ki dan Kanter dalam Japarianto dan Sugi-
nilai utilitarian antara lain: (To, et al., 2007; harto (2011) shopping lifestyle menunjukkan
Ferrand, et al., 2010).
cara yang dipilih oleh seseorang untuk
a. Penghematan Biaya (Cost Saving) mengalokasikan pendapatan, baik dari segi
Penghematan biaya atau cost saving men- alokasi dana untuk berbagai produk dan
jadi faktor yang signifikan untuk me- layanan, serta alternatif-alternatif tertentu
lakukan pembelian kembali, dimana ang- dalam pembedaan kategori serupa.
gota akan mencari harga yang paling Selanjutnya Betty Jackson dalam Japari-
murah dengan kualitas produk dan pe- anto dan Sugiharto (2011) mengatakan
layanan yang sama.
bahwa shopping lifestyle merupakan ekspresi
b. Services
tentang lifestyle dalam berbelanja yang Layanan yang ditawarkan juga menjadi mencerminkan perbedaan status sosial. Ber-
pertimbangan konsumen untuk melaku-
192 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208
kan pembelian kembali. Menurut Chau- spontan, dengan sedikit atau tanpa musya- dhuri dan Holbrook (2001) terdapat dua
warah atau pertimbangan dengan konse- variabel untuk mengukur nilai-nilai utili-
kuensi.
tarian : (1) I realy on this product, (2) This Rock dan Fisher mendefinisikan impulse productis necessity for me.
buying sebagai kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian secara spon-
Pernyataan tersebut menunjukkan bah- tan, tidak terefleksi, secara terburu-buru wa utilitarian value merupakan suatu bentuk didorong oleh aspek psikologis emosional sikap dari konsumen dimana mereka ber- terhadap suatu produk dan tergoda oleh belanja dengan melakukan pembelian atau- persuasi dari pemasar (Cole dan Clow, pun tidak melakukan pembelian atas barang 2011). Beatty dan Ferrell dalam Park et al., yang sudah mereka tentukan sesuai ke- (2006) mendefinisikan impulse buying se- butuhan. Persepsi utilitarian value dapat bagai pembelian seketika itu juga, yang bergantung pada apakah yang ingin dicapai sebelumnya tidak memiliki tujuan untuk konsumen dari kegiatan berbelanja tersebut. membeli suatu barang. Lebih lanjut Rook Konsumen akan merasa puas jika sudah dan Fisher menjelaskan pula bahwa impulse mendapatkan produk yang sesuai kebutuh- buying terjadi ketika konsumen mengalami an mereka dengan cara yang efisien, pengalaman tiba-tiba, memiliki dorongan khususnya dalam hal waktu yang diguna- yang kuat dan keras hati untuk membeli kan. Hal ini ditandai dengan pembelian sesuatu dengan segera (Cole dan Clow, secara sengaja yang dilakukan konsumen
untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam Fokus pada suatu titik penjualan me- waktu yang singkat. rupakan hal yang tepat yang memungkin-
kan untuk meningkatkan gairah pembelian
Impulse Buying
pada calon konsumen. Kacen dan Lee (2008) Beberapa peneliti tidak membedakan juga menyatakan bahwa impulse buying pemahaman tentang konsep pembelian
mempunyai sejumlah karakteristik sebagai impulsif (impulse buying) dan pembelian
berikut: (a) Adanya perasaan yang berlebih- tidak direncanakan (unplanned buying). an akan ketertarikan dari produk yang Konsumen seringkali membeli suatu pro-
dijual; (b) Adanya perasaan untuk segera duk tanpa direncanakan terlebih dahulu.
memiliki produk yang dijual; (c) Mengabai- Keinginan untuk membeli seringkali mun- kan segala konsekuensi dari pembelian cul di toko atau di mall. Banyak faktor yang sebuah produk; (d) Adanya perasaan puas; menyebabkan hal tersebut. Ko dalam Park
(e) Adanya konflik yang terjadi antara et al ., (2006) menjelaskan perilaku pembeli- pengendalian dengan kegemaran didalam an impulsif adalah perilaku yang tidak
diri orang tersebut.
direncanakan wajar bila hal itu berkaitan Impulse buying dapat dijelaskan sebagai
dengan evaluasi obyektif dan preferensi pembelian yang tidak direncanakan. Me- emosional dalam berbelanja. nurut Kacen dan Lee (2008), karakteristik Menurut Kacen dan Lee (2008), impulse dari pembelian secara impulse yaitu relative- buying (pembelian yang tidak terncana) ly rapid decision-making, and a subjective bias diartikan sebagai tindakan pembelian yang in favor immediate possession . Ini dapat di- dilakukan tanpa melakukan pertimbangan artikan sebagai pembelian yang tidak me- terlebih dahulu. Sejalan dengan pengertian libatkan perhitungan atau mengikuti ego tersebut Weun et al. Beatty dan Ferrell da- mereka dan disertai dengan pertimbangan lam Mohan et al. (2013), mendefinisikan yang kurang. Pelanggan yang sering me- Impulse Buying sebagai kecenderungan lakukan pembelian secara impulsif sering untuk melakukan pembelian yang tidak kali mempunyai perhatian yang sangat direncanakan dan untuk membeli secara rendah terhadap potensi terjadinya dampak
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto
negatif sebagai hasil tindakan yang mereka lakukan.
Bayley dan Nancarrow dalam Tendai (2009), impulse buying adalah pembelian secara spontan dan langsung tanpa melalui perencanaan sebelumnya di mana konsu- men tidak secara aktif mencari produk dan tidak mempunyai perencanaan utama da- lam melakukan pembelian. Sering kali konsumen dalam proses belanjanya, ke- putusan yang diambil untuk membeli suatu barang adalah yang sebelumnya tidak ter- cantum dalam daftar belanja barang (out of purchase list ). Keputusan ini muncul begitu saja terstimulasi oleh variasi bauran produk (assortment) dan tingkat harga barang yang ditawarkan.
Rook dan Fisher dalam Muruganan- tham dan Bhakat (2013) menyatakan “Intro- duced impulsiveness as a personality trait and defined as consumer’s tendency to buy spontan- eously, non-reflectively, immediately, and kineti- cally ”, atau dapat diartikan Impulse Buying didefinisikan sebagai kecenderungan kon- sumen untuk membeli secara spontan, reflek, tiba-tiba, dan otomatis sehingga da- pat dikatakan bahwa konsumen cenderung untuk membeli secara spontan, sesuai dengan suasana hati. Beatty dan Ferrell dalam Muruganantham dan Bhakat (2013) merumuskan definisi pembelian impulse sebagai pembelian tiba-tiba dan langsung tanpa niat sebelum belanja baik untuk membeli kategori produk tertentu atau untuk memenuhi tugas membeli spesifik.
Rook dalam Muruganantham dan Bhakat (2013) berpendapat bahwa selama impulse buying , konsumen mengalami ke- inginan sesaat, kuat dan gigih. Dia ditandai pem- belian impuls yang tidak diinginkan, reaksi non-reflektif, yang terjadi segera setelah terkena rangsangan dalam toko. Rook dan Gardner dalam Muruganantham dan Bhakat (2013) didefinisikan pembelian impulsif sebagai perilaku yang tidak di- rencanakan melibatkan cepat pengambilan keputusan dan kecenderungan untuk akui- sisi langsung dari produk.
Menurut Mowen dan Minor dalam Rachmawati (2009), impulse buying di- definisikan sebagai “tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko”. Pembelian impulsif bisa dikatakan suatu desakan hati secara tiba- tiba dengan penuh kekuatan, bertahan dan tidak direncanakan untuk membeli sesuatu secara langsung, tanpa banyak memper- hatikan akibatnya. Produk impulsif kebanya kan adalah produk-produk baru, contoh- nya: produk dengan harga murah yang ti- dak terduga. Beberapa macam dari barang- barang pelanggan berasal dari pembelian tidak terencana (impulse buying), barang- barang yang dilaporkan paling sering dibeli adalah pakaian, perhiasan ataupun akse- soris yang dekat dengan diri sendiri dan mendukung penampilan (Park, et al., 2006).
Coob dan Hayer dalam Japarianto dan Sugiharto (2011) mengklasifikasikan suatu pembelian impulsif terjadi apabila tidak terhadap tujuan pembelian merek tertentu atau kategori produk tertentu pada saat masuk ke dalam toko. Penelitian Rook dalam Tarmizi et al., (2009) melaporkan bahwa impulse buying biasanya terjadi ketika seorang konsumen merasakan motivasi yang kuat yang berubah menjadi keinginan untuk membeli barang langsung. Bitner, Booms, dan Tetreault dalam Japarianto dan Sugiharto (2011) mengatakan bahwa ke- putusan pembelian yang dilakukan belum tentu direncanakan, terdapat pembelian yang tidak direncanakan (impulsive buying) akibat adanya rangsangan lingkungan belanja. Implikasi dari lingkungan belanja terhadap perilaku pembelian mendukung asumsi bahwa jasa layanan fisik menyedia- kan lingkungan yang mempengaruhi peri- laku konsumen, dihubungkan dengan karakteristik lingkungan konsumsi fisik.
Rencana pembelian melibatkan me- makan waktu pencarian informasi dengan pengambilan keputusan rasional, sedang- kan yang tidak direncanakan pembelian mengacu pada semua keputusan belanja
194 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208
dibuat tanpa perencanaan terlebih dahulu. pembelian sebelumnya atau telah pernah Membeli secara tidak diduga dibedakan
melihat produk tersebut dalam iklan. dari pembelian yang tidak direncanakan
c. Suggestion impulse buying merupakan dalam hal pengambilan keputusan yang
pembelian yang terjadi pada saat kon- cepat. Selain menjadi tidak direncanakan,
sumen melihat produk, melihat tata cara pembelian yang tidak direncanakan meng-
pemakaian atau kegunaannya, dan me- alami dorongan tiba-tiba, kuat, dan tak ter-
mutuskan untuk melakukan pembelian. tahankan untuk membeli. Pembelian impul-
d. Planned impulse buying merupakan pem- sif karena ingatan terjadi ketika pembeli
belian yang terjadi ketika konsumen mengingatkan dan menyadari kebutuhan
membeli produk berdasarkan harga spe- produknya di toko. Pembelian impulsif
sial dan produk-produk tertentu. Dengan murni adalah hal yang baru atau melarikan
demikian planned impulse buying merupa- diri pembelian yang pembelanjanya ber-
kan pembelian yang dilakukan tanpa istirahat dalam mengikuti tren belanja biasa.
direncanakan dan tidak tengah memerlu- Engel dan Blackwell dalam Muruga-
kannya dengan segera. nantham dan Bhakat (2013) impulse buying
Sedikit berbeda dengan pendapat di adalah suatu tindakan yang dilakukan
atas, menurut Han et al. dalam Park et al. tanpa sebelumnya yang telah diakui secara (2006) impulse buying mengklasifikasikan sadar atau niat membeli yang terbentuk kedalam empat jenis yaitu: (1) Planned sebelum memasuki toko. Mereka me-
impulse buying , (2) Reminded impulse buying, nyimpulkan bahwa membeli secara tidak (3) Fashion-oriented impulse buying, (4) Pure direncanakan melibatkan keputusan pem-
impulse buying
belian hedonis yang dibuat di dalam toko Menurut penelitian Engel dalam Japari- dan tidak termasuk kegiatan pembelian anto dan Sugiharto (2011), pembelian ber- pengingat. dasar impulse mungkin memiliki satu atau Berdasarkan beberapa definisi dan lebih karakteristik ini: (a) Spontanitas. Pem- uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belian ini tidak diharapkan dan memotivasi impulse buying merupakan pembelian saat konsumen untuk membeli sekarang, sering itu juga yang tidak direncanakan sebelum- sebagai respons terhadap stimulasi visual nya dan didasarkan pada tindakan yang yang langsung di tempat penjualan, (b) sangat kuat serta dorongan atau motivasi Kekuatan, kompulsi, dan intensitas. Mung- yang sangat kuat untuk membeli. kin ada motivasi untuk mengesampingkan Pembelian yang tidak terencana (impul- semua yang lain dan bertindak dengan se- se buying ) dapat diklasifasikan dalam empat ketika, c) Kegairahan dan stimulasi. Desak- tipe: planned impulse buying, reminded impulse an mendadak untuk membeli sering disertai buying , suggestion impulse buying, dan pure dengan emosi yang dicirikan sebagai meng- impulse buying (Miller; Stern; yang dikutip gairahkan, menggetarkan, atau liar, (d) Ke- dalam Japarianto dan Sugiharto, 2011). tidakpedulian akan akibat. Desakan untuk
a. Pure impulse buying merupakan pem- membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak belian secara impulse yang dilakukan sehingga akibat yang mungkin negatif di- karena adanya luapan emosi dari konsu-
abaikan.
men sehinga melakukan pembelian ter- hadap produk di luar kebiasaan pem-
Pengembangan Hipotesis Dan Model
beliannya.
Penelitian
b. Reminder impulse buying merupakan pem- Rachmawati (2009) dalam penelitian-
belian yang terjadi karena konsumen nya menghasilkan variabel hedonic dan tiba-tiba teringat untuk melakukan pem- utilitarian value mempunyai pengaruh posi- belian produk tersebut. Dengan demi- tif dan signifikan terhadap impulse buying.
kian konsumen telah pernah melakukan
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto
Penelitian yang dilakukan Pattipeilohi et al.
H 3 : Utilitarian value berpengaruh tidak (2013) mendapatkan hasil hedonic consumtion
langsung secara signifikan terhadap value berpengaruh positif dan signifikan
impulse buying dimediasi oleh shop- terhadap perilaku impulse buying , serta
ping life sytle.
penelitian yang dilakukan Foroughi et al. (2013) ada hubungan positif dan langsung
METODE PENELITIAN
antara hedonic dan utilitarian dengan impulse
Populasi
buying . Dari beberapa pemaparan tersebut, Populasi adalah wilayah generalisasi maka dapat ditentukan hipotesis sebagai
yang terdiri atas obyek/subyek yang mem- berikut:
punyai kualitas dan karakteristik tertentu
H 1 : Hedonic dan Utilitarian berpengaruh yang ditetapkan oleh peneliti untuk di- positif dan signifikan terhadap impul-
pelajari dan kemudian ditarik kesimpulan- se buying .
nya (Sugiyono, 2010:61). Jadi populasi tidak hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-
Penelitan yang dilakukan oleh Rachma- benda lainnya. Populasi dalam penelitian wati (2009) ketika hedonic value digabungkan
ini adalah seluruh konsumen Produk Kulit dengan shopping life style, maka setiap ke-
yang berbelanja di Sentra Industri Kulit naikan atau penurunan dari hedonic mampu
Tanggulangin Sidoarjo.
mempengaruhi Impulse Buying. Penelitian yang dilakukan oleh Rohman (2009) juga
Sampel
mendapatkan hasil yang sama dimana pe- Sampel adalah bagian dari jumlah dan ngaruh shopping life style yang semakin
karakteristik yang dimiliki oleh populasi positif maka semakin tinggi hedonic value.
(Sugiyono, 2010: 62). Sampel dalam peneliti- Penelitian yang dilakukan Amiri et al. (2012)
an ini ditentukan oleh peneliti berdasarkan menunjukan bahwa hedonic memiliki efek
pertimbangan masalah, tujuan, hipotesis, positif pada shopping life style dalam waktu
metode, dan instrumen penelitian, di sam- melakukan impulse buying. Dari beberapa
ping pertimbangan waktu tenaga dan pem- pemaparan tersebut, maka dapat ditentukan
biayaan (Sudjamin dalam Putra, 2008). hipotesis sebagai berikut:
Berdasarkan pertimbangan di atas, metode
H 2 : Hedonic value berpengaruh tidak yang digunakan adalah judgmental sampling langsung secara signifikan terhadap
yang merupakan bagian dari purposive impulse buying dimediasi oleh shop-
sampling karena peluang dari anggota popu- ping life sytle.
lasi yang dipilih sebagai sampel didasarkan Rachmawati (2009), mengungkapkan
pada pertimbangan dan keputusan peneliti. bahwa shopping life style berpengaruh signi-
Metode ini merupakan bagian dari metode fikan terhadap impulse buying. Menurut
non-probability sampling , dimana sampel penelitian yang dilakukan oleh Hetharie
yang diambil berdasarkan kriteria–kriteria (2011) pada matahari department store di
yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu kota Ambon, menunjukkan bahwa shopping
siapa saja yang secara kebetulan bertemu life style berpengaruh positif dan signifikan
dengan peneliti dan memenuhi kriteria– terhadap impulse buying pada waktu ber-
kriteria dapat digunakan sebagai sampel. belanja di matahari departement store kota
Karakteristik dari sampel penelitian ini ambon. Penelitian yang dilakukan Amiri et
adalah konsumen Produk Kulit yang ber- al. (2012) menunjukan bahwautilitarian me-
belanja di Sentra Industri Kulit Tanggul- miliki efek positif pada shopping life style
angin Sidoarjo.
dalam waktu melakukan impulse buying. Jumlah populasi dalam penelitian ini Dalam beberapa pemaparan tersebut maka
tidak diketahui maka digunakan rumus dapat di hipotesiskan sebagai berikut:
“jumlah populasi tidak diketahui” sebagai berikut:
196 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208
2 ( z α / 2 )( σ ) dan adanya keinginan untuk memiliki se- n=
cara cepat. Pengukuran Impulse Buying
e menggunakan indikator yang mengacu
dimana : pada penelitian Japarianto dan Sugiharto n
= Jumlah sampel (2011), antara lain: (1) Tawaran khusus. Bila Z (1-α) = ukuran tingkat kepercayaan, α =
ada tawaran khusus, saya cenderung ber- 0,05 (tingkat kepercayaan 95%)
belanja banyak; (2) Model terbaru. Saya berarti
cenderung membeli model terbaru walau- Z (1-α) =Z (1-α) dimana (0,05/2 = 0,025)
pun mungkin tidak sesuai dengan saya; (3) σ
= standar deviasi (0,25) Tanpa berpikir. Saat berbelanja produk
e = standar error atau kesalahan yang fashion , saya cenderung berbelanja tanpa dapat ditoleransi (5% = 0,05)
berpikir panjang dulu sebelumnya; (4)
2 2 Langsung memasuki shopping center. Setelah ( z α / 2 )( σ )
n= =
memasuki Sentra Industri, saya segera
e
memasuki sebuah toko produk kulit untuk membeli sesuatu; (5) Terobsesi berbelanja.
Untuk hasil yang representatif maka Saya cenderung terobsesi untuk mem- penelitian mengambil sampel sebanyak 96
belanjakan uang yang saya bawa sebagian responden ditambah dengan nilai distorsi
atau seluruhnya untuk produk kulit; (6) sebesar 20%. Sehingga total sampel yang
Cenderung membeli walaupun tidak me- digunakan adalah 115 responden.
merlukannya. Saya cenderung membeli produk kulit meskipun saya tidak begitu
Teknik Pengumpulan Data
membutuhkannya.
Kuesioner adalah pengumpulan infor- masi yang di mana peneliti membuat be-
Hedonic Value (Variabel X 1 )
berapa macam pertanyaan dan jawaban dari Motif hedonic merupakan konsumsi responden dapat dikemukakan secara ter-
produk yang terutama didasarkan pada tulis. Pengumpulan data dengan jalan mem-
keinginan untuk mengalami kesenangan berikan pertanyaan-pertanyaan secara ter-
dan kebahagiaan. Pengukuran Motif hedonic tulis kepada responden dan responden akan
menggunakan indikator yang mengacu pa- memberikan jawaban sesuai dengan ke-
da penelitian Park et al. (2006), antara lain: tentuan yang sudah disampaikan sebelum-
(1) Konsumen ingin memuaskan rasa ke- nya. Teknik ini mengharuskan responden
ingintahuannya, (2) Konsumen ingin me- untuk membaca dan menjawab pertanyaan
nawarkan pengalaman baru, (3) Konsumen tersebut tanpa harus ada peneliti yang men-
ingin merasa seperti menjelajahi dunia baru. dampingi. (Indrianto dan Supomo, 2009).
Shopping lifestyle (Variabel Y1) Variabel dan Definisi Operasional Varia-
Shopping life style merupakan perilaku
bel
yang ditunjukkan oleh pembeli sehubungan Adapun definisi operasional variabel
dengan serangkaian tanggapan dan pen- yang berhubungan dengan judul dan pe-
dapat pribadi tentang pembelian produk nyusunan sebagai berikut:
Pengukuran Shopping life style mengguna- kan indikator yang mengacu pada peneliti-
an Japarianto dan Sugiharto (2011), antara Variabel terikat dalam penelitian ini
Impulse Buying (Variabel Y 2 )
lain: (1) Tawaran iklan. Setiap tawaran iklan adalah Impulse Buying atau pembelian yang
mengenai Produk Kulit, saya cenderung tidak direncanakan, dimana karakteristik-
menanggapi untuk membelinya, (2) Model nya adalah pengambilan keputusannya di-
terbaru. Saya cenderung membeli Produk lakukan dalam waktu yang relatif cepat;
Kulit model terbaru ketika saya melihatnya
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto
di Sentra Industri Kulit Tanggulangin Sido- ukur sah atau valid tidaknya suatu kuesi- arjo, (3) Merek terkenal. Saya cenderung
oner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika berbelanja Produk Kulit merek terkenal, (4)
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk Kualitas terbaik. Saya yakin bahwa merk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur Produk Kulit dengan harga yang lebih
oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2009). terjangkau terkenal yang saya beli terbaik
Untuk mengetahui kekuatan hubungan dalam hal kualitas, (5) Beli merk berbeda.
antara variabel hedonic value (X 1 ), utilitarian Saya sering membeli berbagai merk Produk
value (X 2 ), shopping lifestyle (Y 1 ), impulse Kulit yang berbeda daripada merk yang
buying (Y 2 ), uji ini menggunakan korelasi biasa saya beli, (6) Merk lain sama. Saya
product moment dari Pearson. yakin ada Produk Kulit merk lain yang
Perhitungan tersebut dilakukan untuk sama kualitasnya seperti yang saya beli.
seluruh variabel yang instrumen peng- ukurannya menggunakan angket atau ba-
han tes. Kriteria untuk dinyatakan valid Utilitarian value merupakan perilaku
Utilitarian Value (Variabel X 2 )
atau dianggap memenuhi syarat dengan berbelanja yang lebih rasional dan non-
(Sudarmanto, 2005).
emosional yang secara alamiah terbentuk
a. Tingkat koefisien korelasi yang diperoleh apabila seseorang ingin mengalokasikan
dari analisis dibandingkan dengan ting- sumberdayanya secara efisien. Pengukuran
kat koefisien korelasi pada tabel dengan Utilitarian value menggunakan indikator
tingkat kepercayaan yang telah dipilih. yang mengacu pada penelitian Bagyarta
b. Dibuat suatu ukuran tertentu, misalnya dan Diah Dharmayanti, (2014), serta (To, et
batas minimun 0,30. Jadi apabila harga al . 2007; Ferdinand, et al. 2010) antara lain:
koefisien kurang dari 0,30, maka butir (1) Cost Saving. Penghematan biaya merupa-
atau item pertanyaan dalam instrumen kan faktor utama dari konsep utilitarian,
tersebut dinyatakan tidak valid. Dengan dimana dalam hal ini seseorang akan men-
demikian maka instrumen dinyatakan coba mengurangi biaya yang dikeluarkan
valid jika harga koefisien r hitung > 0,30 untuk mendapatkan produk tertentu, (2) Maximizing Utility. Dengan memaksimalkan
Uji Reliabilitas
nilai utilitas, konsumen utilitarian akan lebih Reliabilitas sebenarnya adalah alat puas dalam menentukan produk apa yang
untuk mengukur suatu kuesioner yang me- dikonsumsi, hal ini dilakukan dengan cara
rupakan indikator dari variabel atau kons- menyeleksi produk-produk yang memberi-
truk. Suatu kuesioner dinyatakan reliabel kan keuntungan utilitas paling tinggi.
atau handal jika jawaban seseorang ter- hadap pertanyaan adalah konsisten atau
Teknik Analisis Data
stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2009).
Uji Reliabilitas dan Uji Validitas
Dalam penelitian ini, teknik yang diguna- Reliabilitas dan validitas merupakan
kan untuk mengukur konsistensi internal syarat penting untuk kuesioner. Suatu
adalah koefisien alpha atau cronbach’s alpha. kuesioner dikatakan valid (sah) jika per-
Fungsi dari cronbach’s alpha adalah untuk tanyaan pada kuesioner tersebut mampu
mengukur tingkat reliabilitas konsistensi mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh
diantara butir-butir pertanyaan dalam ins- kuesioner, sedangkan suatu kuesioner di-
trumen untuk mengukur construct tertentu. katakan reliable (andal) jika jawaban respon-
Suatu konstruk atau variabel dikatakan den atas pertanyaan adalah atau stabil dari
reliabel jika memberikan nilai Cronbach waktu ke waktu (Ghozali, 2009).
Alpha > 0.60 (Nunnally, 1960) dalam (Gho- zali, 2009).
Uji validitas
Analisa pengujian yang digunakan Uji validitas digunakan untuk meng-
dalam penelitian ini adalah model analisis
198 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208
jalur (path analysis). Analisis jalur adalah (Y 1 ); (2) Shopping lifestyle (Y 1 ) = β 3 hedonic analisis yang digunakan untuk menjelaskan
value (X 1 )+β 4 utilitarian value (X 2 ) hubungan kausalitas antara satu atau be-
Pengaruh langsung hedonic value ter- berapa variabel. Model path analysis diguna-
hadap impulse buying ditunjukkan oleh kan untuk menganalisa pola hubungan
parameter β 1 dan pengaruh langsung uti- antar variabel dengan tujuan untuk me-
litarian value terhadap impulse buying di- ngetahui pengaruh langsung dan pengaruh
tunjukkan oleh parameter β 2 . Pengaruh ti- tidak langsung seperangkat variabel bebas
dak langsung motif hedonic terhadap impulse (eksogen) terhadap variabel terikat (endo-
buying melalui shopping lifestyle ditunjukkan gen) (Riduwan, 2007). Path analysis didasar-
dengan perkalian antara parameter β 3 kan pada perhitungan kuatnya hubungan
dengan parameter β5, sedangkan pengaruh kausal antara korelasi dari beberapa varia-
tidak langsung utilitarian value terhadap bel (Ferdinand, 2002).
impulse buying dimediasi shopping lifestyle ditunjukkan dengan perkalian antara para-
Pengolahan Data
meter β 4 dengan parameter β 5 . Pengaruh Untuk menguji pengaruh variabel
langsung shopping lifestyle terhadap impulse intervening digunakan metode analisis jalur
buying ditunjukkan oleh parameter β 5. (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear ber-
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
ganda yang berfungsi untuk menaksir
Gambaran Umum Objek Penelitian
hubungan kausalitas antar variabel yang Kecamatan Tanggulangin-Sidoarjo me- telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan
rupakan sentra industri Tas dan kulit yang teori (Ghozali, 2007). Dalam penelitian ini
sudah terjamin kualitasnya. Sehingga jika ada 4 variabel yang akan dianalisis para-
ke Tanggulangin salah satu tujuannya ada- meternya yaitu hedonic value, utilitarian
lah berbelanja Tas dan aneka produk dari value, shopping lifestyle terhadap impulse
bahan kulit. Objek Penelitian pada sentra buying dengan shopping lifestyle sebagai
industri kulit ini adalah di Pusat Grosir Tas variabel intervening ditunjukkan pada
Tanggulangin (PUSGITA). PUSGITA adalah Gambar 2.
pusat grosir tas yang terdiri dari puluhan
anggota pengrajin tas kulit Tanggulangin rupakan koefisien standard beta yang di-
Parameter β 1 sampai dengan β 5 me-
yang terbentuk sejak tahun 2002. Salah satu hasilkan oleh 2 buah regresi yaitu: (1)
kelebihan dari PUSGITA adalah lokasinya Impulse buying (Y 2 )= β 1 hedonic value (X 1 )+β 2 yang sangat strategis berada di jalan masuk
utilitarian value (X 2 ) + β 5 shopping lifestyle
ke Desa Kludan dan dekat dengan jalan
Hedonic Value (X 1)
Shopping
β 5 Impulse
Lifestyle (Y 1 )
Buying (Y 2 )
Utilitarian
Value (X 2 )
Gambar 1 Parameter penelitian
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto
raya, sehingga para pengunjung atau antara Rp2juta–Rp3juta dan Rp3juta– wisatawan tidak perlu masuk terlalu jauh
Rp4juta sebanyak 78 responden. Hasil ter- dari jalan raya Tanggulangin. Selain itu area
sebut didapat berdasarkan penyebaran parkir yang luas dan rest area bagi para
kuesioner kepada pembeli produk kulit di pengunjung menjadi nilai lebih dari PUS-
sentra industri kulit Tanggulangin Sidoarjo. GITA, maka tidak heran jika banyak bus - bus Pariwisata yang mampir ke PUSGITA.
Distribusi Jawaban Terhadap Indikator
Disini ada dua jenis produk yang dijual,
Variabel
yaitu produk kulit sintetis dan produk kulit Variabel hedonic, utilitarian, shopping life asli yang diproduksi dari CV.Citra Mulya
style, dan impulse buying dalam Penentuan Perkasa. Tersedia beragam jenis tas seperti
kelas atas pertanyaan responden terhadap tas wanita, tas ransel, tas kantor, troly serta
variabel penelitian rata-rata keseluruhan sepatu dan sandal. Salah satu keunggulan
adalah sebagai berikut. (1) Nilai terendah dari produk di PUSGITA ini adalah pilihan
adalah 1,0 dan nilai tertinggi 5,0, (2) Interval modelnya sangat banyak dan up to date,
kelas adalah (5-1)/5 = 0,8. Dari penentuan karena setiap dua sampai tiga bulan sekali
kelas tersebut maka diperoleh kelas rata- kami selalu mengganti model sehingga ti-
rata nilai indikator sebagai berikut: dak ketinggalan tren yang sedang ber-
1,00 – 1,80 = sangat rendah kembang.
3,40 – 4,20 = tinggi
Umumnya pengunjung PUSGITA ada-
1,80 – 2,60 = rendah
lah para wisatawan dari luar provinsi 4,20 – 5,00 = sangat tinggi seperti Kalimantan dan Sulawesi, sedang-
2,60 – 3,40 = normal
kan yang dari luar negeri kebanyakan dari Jepang dan Kanada. Salah satu strategi
Nilai Hedonic
promosi dari PUSGITA adalah bekerja sama Hedonic merupakan konsumsi produk dengan travel-travel tersebut, PUSGITA
yang terutama didasarkan pada keinginan juga sering diajak PEMDA Sidoarjo untuk
untuk mengalami kesenangan dan ke- ikut pameran keliling Indonesia.
bahagiaan. Distribusi jawaban variabel nilai hedonic disajikan pada Tabel 1.
Deskripsi Data
Berdasarkan hasil pengujian indikator Responden dalam penelitian ini be-
pada variabel hedonic diperoleh hasil bahwa ragam, baik itu wanita-pria, usia yang ber-
pada dua indikator didominasi oleh jawab- beda, tingkat pendidikan dan pekerjaan.
an responden setuju dan hanya pada per- Umumnya responden memiliki beberapa
nyataan pertama jawaban responden me- produk yang terbuat dari kulit. Penelitian
nunjukkan hasil normal dengan jumlah ini dilakukan dengan menyebarkan kuesio-
responden 70 orang dan persentase 43%. ner ke konsumen yang membeli produk
Berdasarkan hasil pengujian indikator pada kulit di sentra.
variabel hedonic menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian mengenai
responden membeli produk kulit karena karakteristik responden dilihat dari jenis
ingin menggunakan produk dengan model kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir
baru dan ingin merasakan penggunaan serta pekerjaan disimpulkan bahwa pe-
bahan yang berkualitas. nyuka produk kulit didominasi oleh wa- nita sebanyak 85 responden dari 115, ren-
Nilai Utilitarian
tang usia 31-40 tahun sebanyak 73 respon- Utilitarian value merupakan perilaku den, tingkat pendidikan terakhir mayoritas
berbelanja yang lebih rasional dan non- responden adalah SMA dan S1 dengan jum-
emosional yang secara alamiah terbentuk lah 45 responden dan 50 responden serta
apabila seseorang ingin mengalokasikan penghasilan responden rata-rata perbulan
sumber dayanya secara efisien, pada Tabel 2
200 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208
Tabel 1 Distribusi Jawaban terhadap indikator variabel hedonic
No Pernyataan
SkorJawaban
Rata- Ket Rata
STS TS N
SS
1 Membeli produk kulit, karena produk Normal kulit memiliki merek yang mirip dengan 3% 9% 43% 34% 11% 3,38 merek ternama
2 Membeli produk kulit karena ingin Tinggi menggunakan produk kulit dengan
2% 3% 20% 50% 25% 3,87 model baru dan trendy
3 Membeli produk kulit, karena ingin Tinggi merasakan menggunakan produk
5% 7% 27% 30% 29% 3,66 dengan bahan yang berkualitas
Rata-rata
3,64 Tinggi
Sumber : Data Diolah
Tabel 2 Distribusi Jawaban Terhadap Indikator Variabel Utilitarian
No Pernyataan
Skor Jawaban
Rata- Ket
1 Membeli produk kulit dengan Tinggi harga yang terjangkau dan awet 2,2% 2,8% 12,4% 50,6% 32%
2 Membeli produk kulit yang
4,06 Tinggi bisa diperbaiki
Sumber : Data Diolah
menjelaskan mengenai distribusi jawaban Distribusi jawaban variabel utilitarian di- atas variabel utilitarian. Dengan hasil yang
gambarkan pada Tabel 3. Berdasarkan hasil diperoleh dari jawaban kuesioner respon-
pengujian indikator pada variabel shopping den menunjukkan bahwa responden men-
lifestyle dimana dalam hal ini semua jawab setiap indikator dengan setuju. Ber-
responden menjawab setuju bahwa produk dasarkan hasil pengujian indikator pada
yang mereka beli sesuai dengan yang variabel nilai utilitarian pada pembeli pro-
mereka harapkan.
duk kulit menunjukkan bahwa konsumen membeli produk tersebut karena harga
Nilai Impulse Buying
yang terjangkau dan awet serta tahan lama. Impulse buying atau pembelian yang tidak direncanakan, dimana karakteristik-
Nilai Shopping Lifestyle
nya adalah pengambilan keputusannya di- Shopping lifestyle merupakan perilaku
lakukan dalam waktu yang relatif cepat dan yang ditunjukkan oleh pembeli sehubungan
adanya keinginan untuk memiliki secara dengan serangkaian tanggapan dan pen-
cepat. Distribusi jawaban terhadap variabel dapat pribadi tentang pembelian produk.
Impulse buying dijelaskan dalam Tabel 4.
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto
Tabel 3 Distribusi Jawaban terhadap Indikator Variabel Shopping Lifestyle
No Pernyataan
Skor Jawaban
Rata- Ket
1 Tawaran iklan mengenai produk Tinggi yang terbuat dari kulit, cenderung 2% 1% 19% 56% 22% 3,93 menanggapi untuk membelinya
2 Cenderung membeli produk yang Tinggi terbuat dari kulit dengan model
1% 1% 13% 50% 35% 4,12 terbaru ketika melihatnya
3 Cenderung berbelanja produk Tinggi kulit merek terkenal
4 Produk kulit yang dibeli memiliki Tinggi kualitas yang tinggi
5 Membeli berbagi merek produk Normal kulit
6 Membeli produk kulit yang Tinggi mereknya hampir sama dengan
3,9% 5,1 38,8% 42,7% 9,6% 3,49 merek ternama
Rata-Rata
3,85 Tinggi
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan hasil pengujian indikator dalam sub struktur satu. (2) Terdapat pe- pada variabel impulse buying dimana dalam