KORUPNYA DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA P

KORUPNYA DUNIA PENDIDIKAN
DI INDONESIA

Di Susun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

SIFANA LAZUARDI IMANI
DITA TSANIA ANGGAR DINI
KARINA
MEILASARI
NENGSIH NURHASANAH
DENY RUSWANTO

MENEJEMEN INFORMATIKA – Semerter IV

POLITEKNIK PERDANA MANDIRI

Jl.Veteran Perum Oesman Singawinata Blok A1 9-10 Purwakarta 41115
Telp. (0264) 207530 Fax. (0264) 20958 E-mail : info@poltek-perdanamandiri.ac.id

Korupnya Dunia Pendidikan di Indonesia

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah yang Maha Esa.Semoga keselamatan
senantiasa diberikan kepada Nabi Agung Muhammad SAW dan orang-orang yang setia dengan
risalah kenabiannya.
Makalah yang berjudul ‘KORUPNYA DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA ’ ini kami susun
semata-mata untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi. Makalah ini terdiri dari beberapa
bab yang akan membahas diantaranya tentang gambaran korupsi di dunia pendidikan , aktivitas
rawan korupsi di dunia pendidikan, akar penyebab korupsi di dunia pendidikan serta solusinya.
Dalam menyusun makalah ini kami mengambil materi dari internet serta buku-buku pendukung
lain.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna sepenuhnya serta masih banyak
kekurangan, tapi ini lah kemampuan kami sebagai mahasiswa yang masih perlu banyak
bimbingan . Maka dari itu kiranya kami mohon kesudian bagi para bembaca sekalian atas kritik
dan sarannya.


Purwakarta, 20 Juni 2014

Penyusun,

Etika Profesi – Kelompok 6

ii

Korupnya Dunia Pendidikan di Indonesia

DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………..………………………………………. i
KATA PENGANTAR ……………………………..……………………………………………. ii
DAFTAR ISI ……………………………………….…………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………..……...……………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………..………………………………………….. 2
1.3 Tujuan/Manfaat ………………………………………..…………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ironi Korupsi Dunia Pendidikan …………………………......……………………… 3
2.2 Aktivitas Rawan Korupsi Dunia Pendidikan ……..…………..……………………... 4
2.3 Akar Korupsi Dunia Pendidikan ………….............................................................. 8
2.4 Solusi Korupsi Dunia Pendidikan …………………………………………………… 9

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………….………………………………... 12
3.2 Saran ……………………………………………….………………………………. 12
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………..………………………………. iv

Etika Profesi – Kelompok 6

iii

Korupnya Dunia Pendidikan di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Pada tahun 2009 Pemerintah telah menempatkan pendidikan dasar yang
berkualitas, gratis tanpa pungutan biaya menjadi salah satu prioritas utama
program kerja pemerintah. Hal ini ditandai dengan kebijakan menaikkan anggaran
pendidikan sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun
2009. Pembiayaan pendidikan dasar yang memenuhi standar nasional tanpa memungut
biaya kepada masyarakat itu dihitung membutuhkan dana sekitar Rp 157 triliun
(Kompas 23 Agustus 2008). Menurut Abbas Ghozali, ketua Tim Ahli Standar Biaya
Pendidikan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), pendidikan dasar tanpa
pungutan seharusnya tidak lagi jadi keluhan masyarakat. Anggaran pendidikan yang
nantinya mencapai Rp 224 triliun akan mewujudkan pendidikan di tingkat SD dan SMP
gratis dan tanpa pungutan. Dari perhitungan Abbas bahwa pendidikan dasar tanpa
pungutan di tingkat SD dan SMP membutuhkan biaya Rp 157,22 triliun. Penghitungan
biaya tersebut sudah mencakup biaya operasional dan tenaga kependidikan, biaya sarana
dan prasarana, serta biaya operasional bahan habis pakai.
Kebijakan lain guna mendukung program nasional pendidikan dasar tanpa
pungutan tahun 2009 adalah kenaikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahun 2009
yang alokasinya mengalami kenaikan sebesar 50 persen dibandingkan alokasi di
tahun 2008. Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor: 186/MPN/KU/2008,gram

ditegaskan
lebih lanjut bahwa dengan kenaikan
n
kesejahteraan guru PNS dan kenaikan BOS sejak Januari 2009, semua SD dan SMP
negeri harus membebaskan siswa dari biaya operasional sekolah kecuali sekolah bertaraf
internasional (SBI).
Walaupun sudah ditetapkan program nasional pendidikan dasar gratis tannpa
pungutan mulai tahun 2009, ternyata masih dijumpai kondisi yang bertolak belakang.
Kasus-kasus di berbagai daerah mewartakan tetap adanya pungutan- pungutan untuk
Etika Profesi – Kelompok 6

1

Korupnya Dunia Pendidikan di Indonesia

biaya sekolah yang dibebankan pada peserta didik dan orangtua peserta didik , dan lagilagi dana yang cukup besar dari APBN dan APBD yang cukup besar di dunia pendidikan
seperti menjadi sebuah kue yang manis yang harus diperebutkan tikus dan semut-semut
kecil untuk menikmatai kue yang besar ini.Sehingga, dalam bidang pendidikan telah
terjadi korupsi yang sistematik dan sistemik. Walaupun korupsi dari tiap-tiap oknum
kecil tetapi jika di akumulasi maka akan menjadi nilai yang sangat besar yang merugikan

negara.

1.2 Rumusan Masalah
 Seperti apa korupsi dunia pendidikan di Indonesia ?
 Aktivitas apa saja yang menjadi rawan korupsi dalam dunia pendidikan ?
 Apa yang menjadi akar korupsi dalam dunia pendidikan ?
 Bagaimana Solusinya ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran pendidikan di Indonesia
2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan
3. Untuk mengetahui akar kemungkinan atau peluang terjadinya kecurangan dalam dunia
pendidikan
4. Untuk mendapatkan solusi yang tepat untuk mengurangi masalah-masalah yang terjadi

Etika Profesi – Kelompok 6

2

Korupnya Dunia Pendidikan di Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ironi Korupsi Dunia Pendidikan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI menemukan masalah dalam pengelolaan dana
ujian nasional. Ditemukan potensi kerugian negara mencapai belasan miliar rupiah dalam
penyelenggaraan UN tahun 2012 dan 2013.
Meski potensi kerugian negara ini jauh lebih kecil dibandingkan anggaran UN yang
mencapai ratusan miliar rupiah, hal ini telah menambah deretan panjang daftar korupsi dalam
pengelolaan anggaran pendidikan.
Temuan BPK dan korupsi pendidikan lainnya merupakan ironi di tengah upaya bangsa Indonesia
melawan korupsi melalui pendidikan.
Berdasarkan pemantauan Indonesia Corruption Watch (ICW) selama periode 2003-2013
ditemukan 296 kasus korupsi pendidikan yang disidik penegak hukum dan menyeret 479 orang
sebagai tersangka.
Kerugian negara atas seluruh kasus ini Rp 619,0 miliar (Laporan Kajian Satu Dasawarsa Korupsi
Pendidikan, ICW 2013).
Selama satu dasawarsa ini terdapat tren peningkatan dalam korupsi pendidikan dan aspek
kerugian negara. Pada 2003 terdapat delapan kasus dengan kerugian negara Rp 19,0 miliar.
Angka kerugian negara meningkat 422 persen pada 2013 menjadi delapan kasus dengan kerugian

negara Rp 99,2 miliar.
Puncak kasus korupsi terjadi pada 2007, di mana penegak hukum menindak 84 kasus dengan
kerugian negara Rp 151,0 miliar
Hampir semua dana pendidikan tak luput dari praktik korupsi. Mulai dari dana pendidikan yang
diperuntukkan bagi pembangunan gedung dan infrastruktur, dana operasional, gaji dan honor
guru, dana pengadaan buku dan alat bantu mengajar, dana beasiswa, hingga dana yang dipungut
dari masyarakat.

Etika Profesi – Kelompok 6

3

Korupnya Dunia Pendidikan di Indonesia

Dana alokasi khusus (DAK) yang dialokasikan untuk membangun dan merehabilitasi sekolah
adalah yang paling banyak dikorupsi. Dari 296 kasus, 28,4 persen kasus korupsi terjadi dalam
pengelolaan DAK dan mengakibatkan kerugian negara Rp 265,1 miliar.
Dana BOS juga banyak dikorupsi, tetapi kerugian relatif lebih kecil dibandingkan dana
pendidikan lain.
Di antara dana pendidikan yang menjadi obyek korupsi, dana pembangunan gedung dan

sarana prasarana perguruan tinggi serta dana yang dikelola Kemdikbud perlu menjadi perhatian.
Satu kasus korupsi saja terjadi dalam pengelolaan dana ini, kerugian negara yang ditimbulkan
sangat besar.
Rata-rata kerugian negara akibat korupsi dua dana ini mencapai Rp 6,4 miliar. Pelaku juga kelas
kakap, berasal dari pejabat Kemdikbud, anggota DPR, dan pengusaha nasional.
Modusnya dengan pengawalan sejak program diajukan Kemdikbud kepada DPR, penetapan
anggaran, hingga pengadaan.
Penggelapan dan mark up merupakan modus paling banyak terjadi. Dari 296 kasus, 106 kasus
lewat penggelapan dengan kerugian negara mencapai Rp 248,5 miliar, sementara modus mark up
dilakukan pada 59 kasus dengan kerugian negara Rp 195,8 miliar

2.2 Aktivtas Rawan Korupsi Dalam Dunia Pendidikan
Tindak pidana korupsi bidang pendidikan merupakan aktivitas yang terjadi dalam dunia
pendidikan saat ini. Tindak pidana ini terjadi secara sotemik melibatkan beberapa oknum
mulai dari oknum guru, oknum kepala sekolah, dinas pendidikan, kepala daerah bahkan
sampai tingkat pusat.
Berikut adalah beberapa penjelasan anatomi dari Aktivitas tindak pidana korupsi di
bidang pendidikan :
1. Pengangkatan jabatan kepala sekolah
Pengangakatan kepala sekolah terutama terjadi di sekolah-sekolah negeri (publik),

tetapi tidak menutup kemungkinan di sekolah Swasta/ Yayasan. Pengisian jabatan
kepala sekolah, sudah menjadi rahasia umum dan kebiasaan bahwa untuk menjadi
seorang kepala sekolah harus memberikan uang kepada dinas bahkan kepada kepala
Etika Profesi – Kelompok 6

4

Korupnya Dunia Pendidikan di Indonesia

daerah di daerah tersebut. bahkan jumlah uang disetorkan dari seorang kepala sekolah
tiap tingkatan berbeda.

SD sekitar puluhan juta rupiah, SMP dan SMA bahkan

mencapai angka ratusan juta rupiah. Bahkan di salah satu kabupaten, kepala sekolah
menyetor kepada kepala daerah tiap tahunnya agar tidak di non-jobkan.
Tindak korupsi di dunia pendidikan dengan pengisian jabatan ini pastinya akan
berdamak sistemik karena sang calon kepala sekolah yang sudah menyetor kepada
dinas dan kepala sekolah akan mencari uang pengganti modal yang ia setor dengan
mengambil dari anggaran sekolah. Karena nilai tunjangan fungsional yang ia terima

tidak akan mampu menutupi modal yang ia keluarkan. Selanjutnya, hal ini akan
berdampak pada kualitas sekolah karena karena tidak maksimalnya program-program
yang dilaksanakan, bahkan menjadi program fiktif. Pengadaan sarana dan prasarana
termasuk (seragam, buku, gedung, peralatan, laboratorium dsb)
Kepala sebagai pusat pengambil kebijakan disekolah harusnya bersifat otonom,
tetapi karena dampak dari setoran-setoran, suap-menyuap menjadikan kepala sekolah
tidak otonom dengan program-program yang akan dilakukan. Selain itu kepala
sekolah yang harusnya menjadi teladan bagi peserta didik yang ada disekolah,
berubah menjad monster penghisap darah yang mengorbankan kepentingan generasi
penerus untuk kepentingan pribadinya.
2. Penggunaan dana BOS, Anggaran sekolah dan sejenisnya
Penyalahgunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Anggaran Sekolah
dan Sejenisnya merupakan salah satu dampak dari praktik korupsi dalam pengisian
jabatan kepala sekolah, sebagaimana poin pertama. Dana BOS, Anggaran Sekolah,
dan sejenisnya, menjadi lahan basah untuk suburnya tindak pidana korupsi. Sehingga
dengan berbagai cara dan upaya agar anggaran bisa masuk kedalam kantong pribadi
sang pemegang jabatan.
Penyalahgunaan ini dapat berupa pembuatan program-program fiktif atau
pembuatan program hanya sekedar formalistik untuk menghabiskan anggaran tanpa
dilandasi atas kebutuhan nyata untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah
tersebut. Dalam melakukan hal ini pasti melibatkan sistem yang ada disekolah, mulai
dari tata usaha, komite, dan kepala sekolah sendiri bahkan ada seperti uang tutup

Etika Profesi – Kelompok 6

5

Korupnya Dunia Pendidikan di Indonesia

mulut bagi LSM dan Wartawan, belum lagi jatah dari atasan kepala sekolah dari
tingkat KCD sampai kepala dinas serta kepala daerah.
Salah satu kesulitan mengungkapkan Tipikor di bidang pendidikan ialah kecilnya
nominal dan kondisi penegak hukum yang bekerja efektif dalam mengungkap tipikor
di sekolah.
3. Penerimaan siswa baru
Penerimaan siswa baru juga merupakan lahan basah dari tindak korupsi dalam
bidang pendidikan. Walau nominalnya kecil, tetapi tetap saja itu tindak pidana
korupsi karena akan sangat merugikan masyarakat umum.
Memasuki Sekolah Negeri merupakan hak seluruh warga negara muda, selain
mendapatkan subsidi yang besar dari pemerintah, kualitas sekolah cukup terjaga.
Minat yang tinggi ini menjadi lahan basah terjadinya tindak pidana korupsi di
sekolah. Sehingga, jabatan publik yang dimiliki kepala sekolah, Wakil kepala
sekolah dan guru disalahgunakan dalam penerimaan siswa baru ini.

4. Undangan untuk memasuki PTN
Sama seperti penerimaan siswa baru, undangan untuk memasuki PTN
dapat menjadi kesempatan penyalahgunaan jabatan publik dari Kepala Sekolah,
wakil kepala sekolah dan guru.

Dengan menyembunyikan atau memberikan

informasi secara tidak luas kepada seluruh siswa untuk mendapatkan hak yang sama
bersaing dalam jalur undangan dari PTN.
Orang tua atau guru dapat saja memberikan gratifikasi untuk mempengaruhi
keputusan sekolah tentang siswa yang akan menjadi peserta dalam jalur undangan ini.
Sekali dengan nominal yang kecil seakan perbuatan ini menjadi perbuatan biasa saja.
Padahal sebagai pejabat publik tidak boleh menerima gratifikasi dari masyarakat
terutama terkait degan jabatannya menetukan sesuatu hal.
Perbuatan seperti ini sebenarya menimbulkan lingkungan yang tidak sehat bagi
berkembangan sikap anti korupsi dari peserta didik. Karena dari proses ini ada
indikasi teladna yang buruk dari proses ini. Walau hal yang kecil tapi sangat
berdampak terhadap budaya sekolah. Apalagi ketika saat ini sekolah ingin menjadi
sekolah yang anti kourpsi.
Etika Profesi – Kelompok 6

6

Korupnya Dunia Pendidikan di Indonesia

5. Pengangkatan guru menjadi CPNS
Pengangkatan guru menjadi CPNS merupakan rahasia umum, hal ini terjadi dari
seleksi umum CPNS dan Seleksi dari honorer menjadi CPNS. Kedua-duanya
memiliki peluang yang sama untuk menjadi lahan yang subur terjadinya tindak
pindana korupsi dengan menyelahgunakan jabatan publik yang mereka pegang.
Dalam pengangkatan CPNS dari jalur umum, sudah menjadi rahasia umum bahwa
ada oknum-oknum pegawai negeri di pemerintahan daerah, BKD yang memanfaatkan
jabatan mereka untuk melakukan tindak pidana korupsi dengan berjanji bisa
memberikan kelulusan bagi seorang peserta seleksi asalkan menyiapkan uang dengan
nominal bahkan sampai ratusan juta. Hal ini bagaimanapun merupakan bentuk
penyalahgunaan jabatan publik yang ada pada dirinya. Selain itu, dapat menjadi
tindak pdaiana penyuapan dan kedua belah pihak akan kena hukuman baik yang
meyuap dan yang disuap.
Selain itu ada pula, penyalahgunaan jabatan publik dengan menipu peserta seleksi
CPNS, seperti broker, jadi sang pejabat bermain untung-untungan walau sebenarnya
dia tidak memiliki akses untuk meluluskan peserta tersebut. Jadi pejabat korup
tersebut menerima dari peserta tes CPNS sejumlah uang dengan janji dapat
meluluskan peserta tersebut.
Permasalahannya lagi adalah terkadang tersangka penyuap dan yang disuap slit
diungkap karena terjadi rahasia diantara mereka berdua, dan ketika keduanya
berbicara maka kedua belahpihak dapat dipidana

6. Pungutan Liar
Pungli memang seperti panu dalam kulit manusia, penyakit kecil tetapi sulit
dihilangkan. Di sekolah yang korup akan menjadikan pungutan liar ini menjadi salah
satu sumber mendapatkan anggaran untuk dapat diselewengkan. Banyak dalih dalam
pungutan liar ini, mulai dari pengambilan ijazah, raport, pembuatan surat, sumbangan
ke sekolah dan sebagainya perbuatan-perbuatan yang terus berkembang untuk
mendapatkan uang.

Etika Profesi – Kelompok 6

7

Korupnya Dunia Pendidikan di Indonesia

Pungutan liar ini bisa saja salah satu efek dari pengangkatan kepala sekolah
dengan tarif sebagaimana poin pertama, sehingga kepala sekolah beserta jajaranya
mengada-ada soal kebutuhan dana, padahal sudah ada anggaran dari pemerintah
untuk operasional

2.3 Akar korupsi Dunia pendidikan
Tak dapat dibantah,bahwa anggaran pendidikan menjadi sasaran empuk para koruptor.
Berikut ini adalah penyebab mengapa anggaran pendidikan rawan dikorupsi :
1. Anggaran pendidikan merupakan anggaran paling besar di antara anggaran sektor
lain. Besarnya anggaran pendidikan membuat korupsi pendidikan sulit dideteksi
karena, meski dikorupsi, anggaran tersebut masih tetap bisa membiayai berbagai
program pendidikan.
2. Tata kelola pendidikan terutama terkait anggaran belum paripurna. Hampir semua
program pendidikan, mulai dari tingkat pusat sampai sekolah dan PT, minim
partisipasi publik.

Kebijakan dan regulasi pendidikan masih belum memandang penting partisipasi
pemangku kepentingan dalam penyusunan program dan penganggaran serta
pengelolaan dana pendidikan (Indonesia Corruption Education Outlook 2013, ICW).
Program pendidikan pemerintah pusat hanya mengandalkan pengajuan kebutuhan
yang disampaikan dinas pendidikan daerah serta data statistik yang dikeluarkan
lembaga tertentu seperti BPS dan Bank Dunia.
Proses teknokratis seperti ini mengakibatkan program pendidikan melenceng dari
prioritas pendidikan dan tak sepenuhnya mencerminkan kebutuhan riil peserta didik
di berbagai jenjang satuan pendidikan.

Etika Profesi – Kelompok 6

8

Korupnya Dunia Pendidikan di Indonesia

Program serta dana pendidikan justru diarahkan untuk memenuhi kepentingan politik
oleh mereka yang dekat dengan pemegang otoritas pendidikan. Kasus pengadaan
laboratorium PT membuktikan hal ini. Oleh karena itu, tak aneh jika prioritas
program pendidikan tak sesuai kepentingan pendidikan dan hanya memenuhi
kepentingan politik . Caranya, dengan mengada-adakan program atau menyisipkan
kepentingan dalam berbagai program itu. Semua proses ini dilakukan secara tertutup
di kalangan pemegang otoritas kebijakan dan anggaran.
Selain perencanaan dan penganggaran, tata kelola dalam pengelolaan anggaran
pendidikan juga masih buruk. Masih banyak ditemui praktik pengadaan barang dan
jasa, belanja operasional birokrasi ataupun pengelolaan aset pendidikan yang tak
transparan dan akuntabel.

Penyelewengan dalam pengadaan atau pengelolaan aset pendidikan terjadi karena
ketertutupan dalam pengelolaannya. Sulit bagi publik mengakses seluruh bukti dan
laporan pertanggungjawaban itu. Ketidaktransparanan ini memudahkan pejabat dan
kelompok kejahatan terorganisasinya menyelewengkan dana pendidikan serta
terhindar dari pantauan publik.
3. Tingginya biaya politik telah mengarahkan politisi yang bekerja sama dengan pejabat
pendidikan

dan

pengusaha

membentuk

kelompok

kejahatan

terorganisasi

menyelewengkan dana-dan pendidikan

2. 4 Solusi Korupsi Dunia Pendidikan
Semua gambaran itu menunjukkan korupsi telah berlangsung sistematis dan luas dalam
pengelolaan anggaran pendidikan. Praktik ini melecehkan substansi pendidikan yang menjunjung
tinggi kejujuran dan integritas. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memberantas
korupsi di sektor pendidikan, yaitu antara lain :

Etika Profesi – Kelompok 6

9

Korupnya Dunia Pendidikan di Indonesia

1. Pendidikan antikorupsi untuk semua. Pendidikan ini tak hanya untuk peserta didik di
semua jenjang pendidikan, tetapi juga pejabat dan politisi yang memiliki otoritas atas
kebijakan dan anggaran pendidikan serta rekanan pemerintah pusat dan daerah.
2. Membangun sistem antikorupsi terutama dalam sistem perencanaan, penganggaran,
dan implementasi belanja dana pendidikan. Sistem terutama pada pembagian
kewenangan yang memadai pada berbagai institusi pendidikan serta pengawasan atas
penggunaan

kewenangan

tersebut.

Tata kelola dalam sistem antikorupsi membuka informasi seluas-luasnya kepada
publik terkait pengelolaan anggaran pendidikan dan akses terhadap bukti-bukti
pertanggungjawaban.
Publik dapat melakukan audit sosial guna melihat kepatuhan pengelolaan publik atas
peraturan perundang-undangan dan melaporkan kepada pengawas internal dan
eksternal pemerintah jika menemukan ketidakpatuhan dalam pengelolaan dana
tersebut.
Publik juga dapat menggunakan dokumen pertanggungjawaban sebagai bukti tindak
pidana korupsi dalam laporan kepada penegak hukum.
3. Memberdayakan para pemangku kepentingan pendidikan, seperti guru, peserta didik,
dan orangtua murid untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan penganggaran serta
memantau pengelolaan anggaran pendidikan.
Pemberdayaan meliputi penyadaran atas hak pendidikan terutama hak atas anggaran,
mensosialisasikan berbagai kebijakan dan regulasi terkait pengelolaan dana
pendidikan,

pengorganisasian,

pengawasan

dan

advokasi.

Penyadaran akan hak atas pendidikan merupakan sumber motivasi utama bagi guru
dan terutama orang tua murid untuk berpartisipasi dalam pendidikan. Penguasaan
atas kebijakan dan regulasi atas pengelolaan dana pendidikan adalah komponen
utama pengawasan pendidikan. Penguasaan atas ini akan meningkatkan ketajaman
guru dan orangtua murid mengkritisi kebijakan dan regulasi anggaran pendidikan.
Pengorganisasian, pengawasan, dan advokasi merupakan aksi penting yang harus
dilakukan guru, siswa, orangtua siswa, dan publik untuk mengembalikan kebijakan
pendidikan sesuai relnya serta menekan berbagai potensi korupsi yang terjadi.

Etika Profesi – Kelompok 6

10

Korupnya Dunia Pendidikan di Indonesia

4. Mengingatkan dan mengonsolidasikan publik, terutama orangtua murid, bahwa suara
yang diberikan dalam berbagai kontestasi elektoral seperti pemilu, pilkada, dan
pilpres menentukan apakah korupsi di sektor pendidikan akan terus terjadi atau tidak.

Etika Profesi – Kelompok 6

11

Korupnya Dunia Pendidikan di Indonesia

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semua bentuk korupsi dapat disimpulkan berupa Pengkhianatan terhadap kepercayaan
atau amanah yang di berikan, Penyalah gunaan jabatan public atau wewenang dan
Pengambilan keuntungan material. Ciri-ciri tersebut dapat ditemukann dalam bentuk
korupsi yang mengcangkup penggelapan dan nepotisme
3.2 Saran
Dengan penulisan makah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar dapat memilih
manafaat yang tersirat di dalamnya dan dapat dijadikan sebagai kegiatan motivasi agar
kita tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat menambah wawasan dan pemikiran
yang intelektual khususnya dalam matakuliah Etika Profesi.

Etika Profesi – Kelompok 6

12

Korupnya Dunia Pendidikan di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

http://edukasi.kompasiana.com/2013/10/08/sekolah-diminta-membuka-akses-informasi-danabos-599397.html
http://nasional.kompas.com/read/2013/11/12
http://eprints.uns.ac.id/4559/1/143001208201001481.pdf
http://hukum.kompasiana.com/2013/11/08/korupsi-dalam-bidang-pendidikan-608762.html
https://www.google.com

Etika Profesi – Kelompok 6

13