PERMASALAHAN SISWA DALAM KESULITAN BELAJ

PERMASALAHAN SISWA DALAM KESULITAN BELAJAR
(Contoh Studi Kasus Terhadap Dwi Deva Yanti Siswi SMK Muhammadiyah Cawas)
Disusun guna memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Layanan Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu : Drs. H.Djumali, M.Pd.

Di susun oleh :
Retna Widayani

A 210 090 055

PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010

Identitas Responden :
A. Nama Responden

: Dwi Deva Yanti

No. Induk


: 6822

Jurusan

: Tata Niaga / Pemasaran

Sekolah

: SMK Muhammadiyah Cawas Klaten

Alamat Sekolah

: Jl. Barepan, Barepan, Cawas, Klaten

Alamat

: Kr. Wuni 06/03, Jambakan, Bayat, Klaten

B. Nama Orang Tua


:

a.

Ayah

: Sobari

b.

Ibu

: Iyut Priyanti

Alamat

: Kr. Wuni 06/03, Jambakan, Bayat, Klaten

Deskripsi Kasus

Deva Adalah Siswi dari Sekolah SMK Muhammadiyah Cawas, Klaten. Sekarang kelas XI
Jurusan yang diambil adalah Tata Niaga / Pemasaran. Dia adalah anak kedua dari 4 saudara. Dia
tinggal bersama Orang tuanya di Dukuh Karang Wuni 06/03, Jambakan, Bayat, Klaten. Dan
pekerjaan Orang tuanya adalah buruh. Dia tugasnya sebagai pelajar tetapi dia juga membantu
Orang tuanya untuk menambah ekonomi keluarganya dengan menyanyi di tempat
makan/lestoran dan sering kali dapat panggilan menyanyi di tempat hajatan.
Dia tidak bisa mengatur waktu antara tugasnya sebagai pelajar dan pekerjaannya sebagai
penyanyi, karena dia sering izin tidak masuk sekolah dikarenakan ada tawaran menyanyi,
padahal tugas utama dia adalah sebagai pelajar. Dan dia mempunyai masalah dalam belajarnya,
susah memahami pelajaran yang diterimanya. Dia malas belajar atau mengulang kembali
pelajaran yang diterimanya di rumah dan dia belajar saat ada tugas rumah dan mau ujian, dia
mempunyai alasan susah paham dan cepat lupa pelajaran yang dipelajarinya sebelum ujian
berlangsung, sehingga dalam ujian dia hanya mendapatkan nilai rata-rata tidak maksimal.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu
komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan

pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna
mencapai tujuan pembelajaran. Tetapi dalam kegiatan pembelajaran dihadapkan dengan
sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh
kegiatan belajarnya secara lancar , siswa telah dapat menguasai sekurang-kurangnya 60%
dari pelajaran yang diterimanya dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi
lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.
Kesulitan belajar tersebut seperti halnya yang dialami oleh Dwi Deva Yanti siswi SMK
Muhammadiyah Cawas yang sulit dalam pemahaman pelajaran.
Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar, dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis. Sehingga
pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah
semestinya.
B. Rumusan Masalah
1. Mengidentifikasi berbagai permasalahan siswa dalam kesulitan belajar.
2. Langkah mengatasi permasalahan pembelajaran.
3. Penyelesaian permasalah dalam kesulitan belajar yang dihadapi Responden.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui berbagai permasalahan siswa dalam kesulitan belajar.
2. Untuk mengetahui langkah mengatasi permasalahan pembelajaran.
3. Untuk mengetahui permasalah dalam kesulitan belajar yang dihadapi Responden.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Teori
1.

Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya :
a. Learning Disorder atau Kekacauan belajar

adalah keadaan dimana proses

belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada
dasarnya yang mengalami kekacauan belajar potensi dasarnya tidak dirugikan,
akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons
yang bertentangan. Sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari
potensi yang dimilikinya.
b. Learning Disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa
tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak

menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat kelamian, atau
gangguan psikologis lainnya.
c. Under Achiever adalah mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki
tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah.
d. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses
belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil
belajar di bawah potensi intelektualnya.
Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam
mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam
belajar apabila :

a. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam
pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).
b. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat

berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang
dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.
c. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan
sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat
digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga
harus menjadi pengulang (repeater).
2.

Faktor permasalahan dalam kesulitan belajar
a. Kondisi tempat belajar.
Yang di maksud tempat belajar disini adalah sekolah, rumah, perpustakaan
ataupun tempat lainnya yang di gunakan untuk belajar. Tempat belajar ini harus
tenang, nyaman, tenteram dan terhindar dari kegaduhan serta kebisingan yang
dapat menggangu konsentrasi siswa. maka jika suasana tenang dan tentram
suasana belajar akan menjadi kondusif, transfer ilmu berjalan lancar.
b. Teman dalam belajar bisa guru ataupun siswa lainnya.
Teman disini adalah guru yang bisa diajak diskusi dan teman sepenanggungan
dalam belajar sehingga terdapat persepsi yang sama tentang aktivitas yang di
lakukan. kontradiksi tidak ada sehingga kebingungan siswa terkait kegiatan
tersebut dapat di hindarkan, sehingga siswa menganggap bahwa belajar itu mudah

dan yang di mengerti atau di maknai oleh dia juga sama dengan pengertian orang
lain di sekitar.
c. Sarana prasarana belajar.
Dengan sarana yang lengkap maka tidak ada hambatan dalam belajar dengan
lengkapnya perlatan belajar maka guru akan mudah menjelaskan dengan alat alat
belajar yang mudah di mengerti oleh siswa , tinggal pengajar saja yang memilih
mana peraga yang cocok bagi siswa yang dididiknya. maka sara dan prasarana
sangat menunjang demi berlangsungnya prioses belajar mengajar.

d. Motivasi dalam belajar.
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri setiap individu siswa. jika siswa
tidak memiliki motivasi belajar, terus bagaimana dia mau belajar, dorongan saja
tidak ada. maka penting bagi kita memberi motivasi kepada anak didik kita terkait
motivasi atau dorongan dalam kita melaksanakan kegiatan belajar.
e. Dukungan pihak lain dalam belajar.
Dukungan adalah konsumsi mental siswa. dengan kita memberikan banyak
dukungan dan perhatian kepada siswa, berarti kita telah membantunya 50 %
dalam proses belajarnya. sebab setelah itu pasti siswa tinggal melaksanakan saja
apa tugasnya selanjutnya berjalan sesuai dengan apa yang di berikan kepada siswa
f. Arti belajar itu sendiri.

Banyak orang salah mengartikan apa itu belajar, kalau kita salah mengartikan
maka susahlah bagi meningkatkan kemampuan belajar kita. Kebanyakan orang
mengartikan belajar adalah bagi anak anak, bagi remaja, bagi orang muda ataupun
hanya bagi orang yang bersekolah atau kuliah. padahal tidak. belajar adalah untuk
selamanya, belajar adalah sepanjang usia kita, belajar adalah bagi semua jenjang
usia maupun umur. maka kita harus menanamkan hal tersebut bagi anak-anak kita
suya mereka paham bahwa belajar adalah tidak terbatas umur dan itu dilakukan
untuk dirinya sendiri.
Dengan memahami berbagai faktor tersebut, hendaknya kita paham tentang akar
masalah dan solusinya bagi anak anak kita supaya anak didik kita menjadi anak yang
cerdas, pandai dan terhindar dari sifat kemalasan dalam menuntut ilmu.

B. Langkah-langkah penyelesaian Masalah Kesulitan Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga
memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun


(2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni :
 Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa
secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang
benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
 Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban
sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat
dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan
kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler,
rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
 Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke
arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara
mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes,
seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis
bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
 Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui
tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
 Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang
diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial
2. Identifikasi Masalah

Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau
masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan
siswa dapat berkenaan dengan aspek : substansial-material; structural- fungsional;
behavioral; dan personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk.
telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa
yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk
mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : jasmani dan
kesehatan; diri pribadi; hubungan sosial; ekonomi dan keuangan; karier dan
pekerjaan; pendidikan dan pelajaran; agama, nilai dan moral; hubungan muda-mudi;
keadaan dan hubungan keluarga; dan waktu senggang.

3. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang
melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar
faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input,
proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor
– faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa,
yaitu : faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti :
kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta
kondisi-kondisi psikis lainnya; dan faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah,
lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan
sejenisnya.
4. Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih
mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini
dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah
kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih
dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang
kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus – kasus yang dihadapi.
5. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem
pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau
guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru
pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek
kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau
guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih
kompeten.
6. Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah
seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh

tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang
dihadapi siswa. Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan
kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :
 Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah
yang dibahas;
 Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui
layanan, dan
 Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan
layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang
dialaminya.
Sementara

itu,

Robinson

dalam

Abin

Syamsuddin

Makmun

(2003)

mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah
diberikan, yaitu apabila:
 Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.
 Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
 Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan
masalahnya secara obyektif (self acceptance).
 Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release).
 Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya
 Siswa

mulai

menunjukkan

kemampuannya

dalam

mempertimbangkan,

mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional.
 Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha –usaha perbaikan dan
penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan
keputusan yang telah diambilnya

C. Penyelesaian Permasalahan Dalam Kesulitan Belajar Yang Dihadapi Dwi Deva
Yanti
Berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan Dwi Deva Yanti mengatakan
bahwa faktor yang membuatnya mengalami kesulitan belajar adalah :
1. Kurang menaruh minat terhadap pelajaran sekolah.
2. Banyak melakukan aktivitas atau pekerjaan yang bertentangan dan tidak menunjang
pekerjaan sekolah, malas belajar.
3. Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah
4. Sering izin tidak mengikuti pelajaran sekolah.
5. Kelemahan dalam kondisi keluarga ( status ekonomi, pendidikan )
Permasalahan dalam kesulitan belajar yang dihadapi Dwi Deva Yanti, maka dapat
diberi cara penyelesaian masalah sebagai berikut :
1. Untuk pemecahan masalah bagi siswa yang kurang menaruh minat tehadap pelajaran
sekolah dan malas belajar, guru harus bisa memberi inovasi pelajaran dalam kelas,
pemberian tugas dan tugas rumah yang mempunyai nilai pendidikan.
2. Untuk pemecahan masalah bagi siswa yang memiliki kebiasaan belajar dan cara
bekerja yang salah, guru mengarahkan agar siswa merubah cara belajarnya dengan
cara menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan diri siswa tersebut karena
setiap siswa mempunyai perbedaan dalam belajar.
3. Untuk pemecahan masalah bagi siswa yang sering izin, dari sekolah harus memberi
penegasan dalam aturan sekolah dan tata tertib yang ada dan mencari penyebab sering
izinnya siswa dengan menemui orang tua.
4.

Untuk pemecahan masalah kelemahan dalam kondisi keluarga dan siswa juga harus
membantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan keluarga, guru harus bisa
memberikan arahan agar antara siswa tugas utamanya adalah belajar dan dalam
mengerjakan pekerjan lain harus bisa-bisa mengatur waktu, mempunyai perencanan
yang akhirnya tidak mengutamakan pekerjaan lain tersebut.

Dan orang tua juga mempunyai peran penting dalam penyelesaian kesulitan belajar
yang dihadapi anaknya dengan cara memberi dorongan belajar, mengawasi dan perhatian
pada anak, motivasi dalam belajar, dan member bimbingan yang baik agar si anak bisa
merubah dan bisa merubah kesulitannya dalam belajar. Namun dalam pemecahan
masalah kesulitan belajar ini akan berjalan dan berguna apabila dari diri anak atau siswa
muncul dorongan dan keinginan melakukan perubahan untuk pencapaian pemecahan
masalah ke yang baik dan mendapatkan hasil perubahan dalam diri anak atau siswa
tersebut.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kesulitan dalam belajar merupakan suatu hal yang sering terjadi dan dialami semua
siswa, baik siswa yang sudah mencapai nilai yang baik di kelas. Untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa mencari kelemahan diri dan mencari solusinya d an orang tua juga mempunyai peran penting

dalam penyelesaian kesulitan belajar yang dihadapi anaknya dengan cara memberi dorongan
belajar, mengawasi dan perhatian pada anak, motivasi dalam belajar, dan member bimbingan
yang baik agar si anak bisa merubah dan bisa merubah kesulitannya dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Marsudi Saring, (2003), Layanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Surakarta : UMS Press
Abin Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Prayitno (2003), Panduan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat Pendidikan
Dasar dan Menengah
http://lbbsuprauno.blogspot.com/2010/04/mengatasi-kemalasan-anak-dalam-belajar.html.Jumat,
Juni 2010 jam 11.30 WIB.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kesulitan-dan-bimbingan-belajar. Jumat, 4 juni
2010 jam 11.10 WIB.

4