KRITERIA TANAH TERLANTAR DALAM PERATURAN

51

KRITERIA TANAH TERLANTAR
DALAM PERATURAN PERUNDANGAN INDONESIA
Supriyanto
Fakult as Hukum Universit as Jenderal Soedirman Purwokert o, Jawa Tengah

Abst ract
When t he St at e gr ant s t he per son or l egal ent i t y i s al ways accompanied by t he obl i gat i ons set f or t h
i n t he BAL and t he deci sion let t er gr ant ing r i ght s. Theref ore prohi bi t ed f rom abandoning t heir l and
r i ght s hol ders, and i f t he ri ght s hol der s t o abandon t heir l and, t he BAL has set t he l egal
consequences of t he di sappearance of t he r elevant l and r i ght s and l egal t ermi nat ion and af f ir med as
t he soi l direct l y cont rol l ed by t he St at e. Cr i t er i a f or det ermi ning t he l and has been abandoned, bot h
under Cust omary Law, Isl ami c Law, Agr ar i an Law, Gover nment Regul at ion No 36, 1998 and al so No.
11, 2010 i s subst ant i al l y t he same whi ch i ncl udes wast el and Obj ect l and r i ght s, l and r i ght s and
management t hat have a basi c mast ery l and; These l ands ar e not cul t i vat ed, not ut i l i zed or not
ut i l i zed i n accor dance wi t h t he ci r cumst ances, or t he nat ure and pur pose of t he r i ght s or basi c
mast ery Ther ef ore l and shoul d be mai nt ai ned. To det er mine whet her a f iel d or f ar m l and has been
decl ar ed abandoned, t he onl y cri t eri on accor di ng t o cust omary l aw used a specif i c per iod.
Keywor ds: Wast el and, St at e, Ri ght s Hol der s, A Resul t Of Law, Land Tenure
Abstrak

Ket ika Negara memberikan hak kepada orang at au badan hukum selalu diiringi kewaj iban-kewaj iban
yang dit et apkan dalam UUPA dan surat keput usan pemberian haknya. Karena it u Pemegang Hak
dilarang menelant arkan t anahnya, dan j ika Pemegang Hak menelant arkan t anahnya maka UUPA t elah
mengat ur akibat hukumnya yait u hapusnya hak at as t anah yang bersangkut an dan pemut usan
hubungan hukum sert a dit egaskan sebagai t anah yang dikuasai langsung oleh Negara. Krit eria unt uk
menent ukan t anah t elah dit erlant arkan, baik berdasarkan Hukum Adat , Hukum Islam, UUPA, PP No 36
Th 1998 maupun j uga PP No 11 Th 2010 secara subst ansial adalah sama yait u Obyek t anah t erlant ar
meliput i hak at as t anah, Hak Pengelolaan dan t anah yang mempunyai dasar penguasaan at as t anah;
Tanah-t anah t ersebut t idak diusahakan, t idak dipergunakan at au t idak dimanf aat kan sesuai dengan
keadaannya, at au sif at dan t uj uan pemberian haknya at au dasar penguasaannya Oleh karena it u
t anah harus dipelihara. Unt uk menent ukan apakah suat u bidang at au lahan t anah t elah dinyat akan
t erlant ar maka hanya menurut Hukum Adat digunakan krit eria j angka wakt u t ert ent u.
Kat a kunci: Tanah t erlant ar, Negara, Pemegang Hak, Akibat Hukum, Penguasaan Tanah

Pendahuluan
Negara menyelenggarakan pembangunan
unt uk kesej aht eraan rakyat . Dalam realit asnya,
dij umpai prakt ik di mana pemerint ah berdasarkan keyakinannya secara yuridis dalam melaksanakan pembangunan t idak segan-segan lagi
melakukan “ kekerasan” t erhadap rakyat nya
yang secara yuridis memang banyak yang t idak

mempunyai landasan hukum. Ket impangan yang
selalu t erj adi yang biasanya selalu diikut i dengan konf lik yait u pendudukan t anah oleh bukan pemegang haknya unt uk kemudian di-

t anami dengan t anaman pangan semakin merebak. Obyeknyapun beragam meliput i t anah-t anah yang dikuasai oleh badan hukum maupun
inst ansi pemerint ah. 1
Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha
Esa bagi rakyat , bangsa dan Negara Indonesia,
yang harus diusahakan, dimanf aat kan, dan dipergunakan unt uk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat . Saat ini t anah yang t elah dikuasai

1

Mar ia SW Sumardj ono, 2001, Kebi j akan Per t anahan,
ant ar a Regul asi dan Impl ement asi , Kompas, Jakart a,
hl m. 188.

52 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 10 No. 1 Januari 2010

dan/ at au dimiliki baik yang sudah ada hak at as
t anahnya maupun yang baru berdasar perolehan t anah di beberapa t empat masih banyak

dalam keadaan t erlant ar, sehingga cit a-cit a
luhur unt uk meningkat kan kemakmuran rakyat
t idak opt imal. Oleh karena it u, perlu di lakukan
penat aan kembali unt uk mewuj udkan t anah sebagai sumber kesej aht eraan rakyat , unt uk mewuj udkan kehidupan yang lebih berkeadilan,

Hak menelant arkan t anahnya maka UUPA (Undang Undang No 5 Th 1960) t elah mengat ur
akibat hukumnya yait u hapusnya hak at as t anah
yang bersangkut an dan pemut usan hubungan
hukum sert a dit egaskan sebagai t anah yang
dikuasai langsung oleh Negara.
UUPA (Undang Undang Pokok Agraria) sebagai dasar kebij akan pert anahan nasional yang
memang sej ak awal berciri populis, 3 maka

menj amin keberlanj ut an sist em kemasyarakat an dan kebangsaan Indonesia, sert a memperkuat harmoni sosial. Selain it u, opt imalisasi
pengusahaan, penggunaan, dan pemanf aat an
semua t anah di wilayah Indonesia diperlukan
unt uk meningkat kan kualit as lingkungan hidup,
mengurangi kemiskinan dan mencipt akan lapangan kerj a, sert a unt uk meningkat kan ket ahanan pangan dan energi. 2
Penelant aran t anah di pedesaan dan perkot aan, selain merupakan t indakan yang t idak
bij aksana, t idak ekonomis (hilangnya peluang

unt uk mewuj udnyat akan pot ensi ekonomi t anah), dan t idak berkeadilan, sert a j uga merupakan pelanggaran t erhadap kewaj iban yang
harus dij alankan para Pemegang Hak at au pihak
yang t elah memperoleh dasar penguasaan t anah.

pemerint ah yang mendapat legit imasi dari
Negara berdasarkan Pasal 2 Ayat (2) UUPA
mempunyai wewenang unt uk:
a. mengat ur dan menyelenggarakan perunt ukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa t ersebut ;
b. menent ukan dan mengat ur hubungan-hubungan hukum ant ara orang-orang dengan
bumi, air, dan ruang angkasa;
c. menent ukan dan mengat ur hubungan-hubungan hukum ant ara orang-orang dan perbuat an-perbuat an hukum mengenai bumi,
air dan ruang angkasa.
Ket ent uan Pasal 2 ini kemudian dij adikan
dasar bagi negara unt uk mengat ur pemberian
hak-hak at as t anah sepert i t ersebut Pasal 4
Ayat (1) dan (2) UUPA. Pasal 4 menent ukan
1) At as dasar hak menguasai dar i sebagai yang

Dampak lain penelant aran t anah j uga
menj adi t erhambat nya pencapaian berbagai

t uj uan program pembangunan, rent annya ket ahanan pangan dan ket ahanan ekonomi nasional, t ert ut upnya akses sosial-ekonomi masyarakat khususnya pet ani pada t anah, sert a t erusiknya rasa keadilan dan harmoni sosial.
Pada dasarnya Negara memberikan hak
at as t anah at au Hak Pengelolaan kepada Pemegang Hak unt uk diusahakan, dipergunakan, dan
dimanf aat kan sert a dipelihara dengan baik
selain unt uk kesej aht eraan bagi Pemegang Haknya j uga harus dit uj ukan unt uk kesej aht eraan
masyarakat , bangsa dan negara. Tent u saj a
ket ika Negara memberikan hak kepada orang
at au badan hukum selalu diiringi kewaj ibankewaj iban dalam surat keput usan pemberian
haknya. Karena it u Pemegang Hak dilarang

di maksud dal am Pasal 2 di t ent ukan adanya
macam-macam hak at as permukaan bumi ,
yang di sebut t anah, yang dapat di ber i kan
kepada dan di punyai ol eh or ang-or ang, bai k
sendir i maupun ber sama-sama dengan or angor ang l ai n sert a badan-badan hukum;
2) Hak-hak at as t anah yang di maksud dal am
ayat 1 pasal i ni memberi wewenang unt uk
memper gunakan t anah yang bersangkut an,
demi ki an pul a t ubuh bumi dan ai r ser t a
r uang yang ada di at asnya sekedar di per l ukan unt uk kepent i ngan yang l angsung ber hubungan dengan penggunaan t anah it u

dal am bat as-bat as menur ut undang-undang
i ni dan per at ur an-perat ur an hukum l ai n
yang lebi h t i nggi .
Kemudian berdasarkan Pasal 16 UUPA diat ur t ent ang macam-macam hak at as t anah

menelant arkan t anahnya, dan j ika Pemegang
3
2

Penj el asan PP No 11 Tahun 2010 t ent ang Penert i ban
Dan Pendayagunaan Tanah Terl ant ar

Mar ia SW Sumardj ono, 2008, Tanah Dal am Pr espekt i f
Hak Ekonomi Sosi al dan Budaya, Kompas, Jakart a, hl m.
36.

Krit eri a Tanah Terl ant ar dal am Perat uran Per undangan Indonesia 53

yang diberikan negara adalah Hak Milik, Hak
Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB),

Hak Pakai, Hak Sewa , Hak Membuka Hut an,
Hak Memungut Hasil Hut an dan hak-hak lain
yang t idak t ermasuk dalam hak-hak t ersebut di
at as yang akan dit et apkan dengan undang undang sert a hak-hak lain yang sif at nya sement ara.
Jadi bagi t anah yang belum ada hak at as

1945 yait u unt uk sebesar-barnya kesej aht eraan
rakyat .
Dalam rangka unt uk mencapai t uj uan t ersebut maka UUPA j uga mengat ur berakhirnya
hak-hak at as t anah yang ant ara lain karena
dit erlant arkan. Hak Milik berakhir karena dit elant arkan (Pasal 27), HGU (Pasal 34) dan HGB
(Pasal 40) berakhir j uga karena dit erlant arkan.
Hak Pakai dan hak–hak lain t idak ada ket ent uan

t anahnya, t et api ada dasar penguasaannya,
penggunaan at as t anah t ersebut harus dilandasi
dengan sesuat u hak at as t anah harus sesuai
dengan ket ent uan Pasal 4 j unct o Pasal 16 UUPA. Oleh karena it u orang at au badan hukum
yang t elah memperoleh dasar penguasaan at as
t anah, baik dengan pengadaan t anah it u dari

hak orang lain, memperoleh penunj ukan dari
pemegang Hak Pengelolaan, karena memperoleh izin lokasi, at au memperoleh keput usan
pelepasan kawasan hut an berkewaj iban memelihara t anahnya, mengusahakannya dengan
baik, t idak menelant arkannya, sert a mengaj ukan permohonan unt uk mendapat kan hak
at as t anah. Meskipun yang bersangkut an belum
mendapat hak at as t anah, apabila menelant arkan t anahnya maka hubungan hukum yang
bersangkut an dengan t anahnya akan dihapus-

t ent ang berakhirnya karena dit erlant arkan.
Art inya, set iap pemberian hak oleh negara kepada perorangan at au badan-badan hukum
haruslah bersama-sama dengan kewaj iban-kewaj iban yang harus dilaksanakan oleh pemegang hak sesuai dengan perunt ukan dan persyarat an sebagaimana dit et apkan dalam keput usan pemberian haknya. 4
Oleh sebab it u, penelant aran t anah harus
dicegah dan dit ert ibkan unt uk mengurangi at au
menghapus dampak negat if nya. Dengan demikian pencegahan, penert iban, dan pendayagunaan t anah t erlant ar merupakan langkah dan
prasyarat pent ing unt uk menj alankan programprogram pembangunan nasional, t erut ama di
bidang agraria yang t elah diamanat kan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Perat uran Dasar Pokok-Pokok

kan dan dit egaskan sebagai t anah yang dikuasai
langsung oleh Negara.

Hal yang perlu dit egaskan disini karena
bersif at sangat mendasar adalah bahwa dalam
menggunakan at au mengambil manf aat macammacam hak at as t anah t ersebut adalah prinsip
yang sangat pent ing dalam Hukum Tanah kit a
yait u bahwa semua hak at as t anah mempunyai
f ungsi sosial (Pasal 6 UUPA). Fungsi ini pada
int inya memberikan pengat uran t ent ang larangan penggunaan t anah unt uk semat a-mat a kepent ingan perseorangan t anpa mengindahkan
kepent ingan masyarakat dan negara. Kepent ingan masyarakat dan kepent ingan perseorangan haruslah saling mengimbangi hingga akhirnya
akan t ercapai t uj uan pokok yait u kemakmuran,
keadilan dan kebahagiaan bagi rakyat seluruhnya. Jadi yang perlu dit egaskan adalah bahwa

Agraria, sert a Rencana Pembangunan Jangka
Panj ang Nasional.
Sebenarnya t elah banyak dibuat perat uran t ent ang t anah t erlant ar. Ant ara lain pada
t ahun 1973 pernah dikeluarkan Keput usan
Ment eri Dalam Negeri No 88 Tahun 1973 t ent ang Penguasaan Tanah Perkebunan Terlant ar
dan at au Dit erlant arkan Di Daerah Propinsi
Jawa Barat , PP No 36 Th 1998 t ent ang Penerbit an dan Pendayagunaan Tanah Terlant ar
yang didikut i dengan SK Kepala BPN No 24 Th
2002 t ent ang Pelaksanaan PP No 36 Th 1998.

Berdasarkan Keput usan Kepala BPN No 24 Th
2002 t ersebut maka diperint ahkan kepada j aj aran BPN yang berada di bawah koordinasinya
yang ada di Kant or Wilayahnya, Dikant or Kot a
Madya/ Kabupat en unt uk melakukan ident if ikasi
dan dalam wakt u t ert ent u membent uk Tim

pemanf aat an sumber daya agraria sebagaimana t ert uang dalam Pasal 33 ayat (3) UUD

4

Suhari ningsih, 2009, Tanah Ter l ant ar , Jakart a: Pener bi t
Prest asi Pust aka Raya, hl m. 14.

54 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 10 No. 1 Januari 2010

Penilai dalam rangka ment ert ibkan t anah-t anah
t erlant ar. Pekerj aan melakukan ident if ikasi bukanlah pekerj aan yang mudah karena memerlukan kej elasan konsep dan krit eria t anah
t erlant ar. 5 Kemudian karena PP No 36 Th 1998
sudah t idak dapat lagi dij adikan acuan penyelesaian penert iban dan pendayagunaan t anah

t erlant ar dan dikat akan menurut Usep Set iawan
Ket ua KPA (Komit e Pembaharuan Agraria)

pat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
t anah t erlant ar adalah t anah yang pernah
dibuka, dikerj akan oleh pemilik/ penggarapnya
sampai 1 kali at au 2 kali panen, kemudian dit inggalkan oleh pemiliknya dalam wakt u t ert ent u sampai menj adi hut an kembali. Secara
yuridis kemudian t anah ini kembali pada hak
ulayat nya. 7 Jadi unsur t anah disebut t erlant ar
menurut Hukum Adat :

sudah t idak ef ekt if di lapangan dan banyak
yang menyulit kan pada saat implement asinya
sehingga perlu dilakukan penggant ian maka
pada era Ref ormasi t erakhir pada t anggal 22
Januari t elah dikeluarkan PP No 11 Th 2010.
Pada saat Perat uran Pemerint ah ini mulai
berlaku, Perat uran Pemerint ah Nomor 36 Tahun
1998 t ent ang Penert iban dan Pendayagunaan
Tanah Terlant ar dan perat uran pelaksanaannya
dicabut dan dinyat akan t idak berlaku. Berdasarkan uraian lat ar belakang t ersebut di at as
maka t ulisan ini dimaksudkan unt uk menget ahui krit eria t anah yang dit erlant arkan menurut Hukum Tanah Nasional.

Pembahasan
Hukum agraria yang berlaku at as bumi,
air dan ruang angkasa ialah hukum adat sepan-

a. Penggarap pernah membuka t anah ulayat ;
b. Penggarap mengerj akan/ menggarap sampai
1 kali at au 2 kali panen;
c. Penggarap meninggalkan dalam wakt u t ert ent u sehingga menj adi hut an kembali;
d. Tanah kembali menj adi milik masyarakat
hukum adat .
Dari pengert ian t anah t erlant ar menurut
Hukum Adat ini maka t anah dikat akan t elah
dit erlant arkan kalau krit erianya adalah t anah
t elah dengan sengaj a t idak dikerj akan oleh
penggarapnya/ pemiliknya dalam wakt u t ert ent u sehingga kemudian menj adi belukar kembali.
Unt uk mengukur apakah t anah sudah dapat
dikat akan dit erlant arkan at aukah belum menurut Hukum Adat adalah dengan melihat secara nyat a/ konkrit apakah t anah t ersebut dalam kenyat aannya dengan sengaj a t idak digarap

j ang t idak bert ent angan dengan kepent ingan
nasional dan negara, yang berdasarkan at as
persat uan bangsa, dengan sosialisme Indonesia
sert a dengan perat uran-perat uran yang t ercant um dalam undang-undang ini dan dengan
perat uran perundangan lainnya, sert a dengan
mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada
hukum agama. Demikian dinyat akan dalam
Pasal 5 UUPA. Hukum adat dij adikan dasar dikarenakan hukum t ersebut dianut oleh sebagian
besar rakyat Indonesia sehingga Hukum Adat
mempunyai kedudukan yang ist imewa dalam
pembent ukan Hukum Agraria. 6 Memperhat ikan
ket ent uan pasal ini maka unt uk it u perlu
kiranya menget ahui bat asan t anah t erlant ar
menurut Hukum Adat .
Berdasarkan kaj ian at as keragaman art i
t anah t erlant ar menurut Hukum Adat maka da-

at au dikerj akan secara akt if oleh penggarap/
pemiliknya. Jadi dalam menent ukan sudah dit erlant arkan at aukah belum t idak digant ungkan
pada j angka wakt u t ert ent u t et api hanya
dengan melihat kenyat aan j ika t anah dibiarkan
membelukar kembali karena sudah t idak unt uk
dit anami kembali maka hal ini sudah dapat
dikualif ikasi sebagai t elah dit erlant arkan.
Dalam Pasal 5 UUPA, selain Hukum Agraria mendasarkan diri pada Hukum Adat j uga
harus mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada Hukum Agama. Menurut Hukum
Islam t anah t erlant ar dalam Islam dikenal
dengan t anah mat i at au ihya al-mawat . AlMawat secara et imologi berart i yang mat i at au
lawan dari hidup. Al -mawat memiliki art i yait u
sesuat u yang t idak mempunyai roh at au t anah
yang t idak berpenghuni at au t idak seorangpun

5

memanf aat kannya. Al-Mawat berart i sesuat u
yang t idak mempunyai roh dan t anah t idak

6

Ibi d hal 20.
Uri p Sant oso, 2005, Hukum Agr ar i a dan Hak-Hak At as
Tanah, Jakart a: Kencana Per dana Media Grup, hl m. 6465.

7

Suhari ningsih, op. ci t , hl m. 245.

Krit eri a Tanah Terl ant ar dal am Perat uran Per undangan Indonesia 55

berpenghuni at au berart i sesuat u yang t idak
mempunyai roh, j uga berart i t anah yang t idak
dimiliki sert a t idak dimanf aat kan. Dalam buku Nat ai j al -Af kar , t anah mat i yait u t anah yang
t idak dimanf aat kan karena ket idakadaan air,
sert a susah pula memanf aat kannya, t idak
dimiliki, at au t erdapat at as t anah t ersebut hak
milik, t et api t idak diket ahui pemiliknya sert a
j auh dari perkampungan. 8

c. Tanah yang berada j auh di luar perkampungan.
Dengan perkat aan lain sebet ulnya menurut Hukum Islam semua t anah yang t idak dimiliki oleh seseorang baik orang Islam maupun
non Islam dan t idak dimanf aat kan oleh sebab
apapun j uga maka dapat digolongkan sebagai
t anah yang t erlant ar. Jadi pada prinsipnya
Hukum Islam memandang kalau t anah t idak

Secara t erminologi t erdapat beberapa pengert ian al-mawat yang drkemukakan para
ulama f ikih, ulama Syaf i'iyah, Malikiyah dan
Hambaliah mengemukakan def inisi al-mawat
dalam persepsi t ent ang t anah yang t idak dimiliki dan t idak dimanf aat kan oleh seseorang.
Ulama Syaf i'iyah mendef inisikan sebagai lahan
yang belum digarap orang dan t idak pula
t erlarang unt uk digarap baik lahan it u j auh dari
pemukiman maupun dekat . Pengikut mazhab
Hambali menyebut kan bahwa al-mawat adalah
lahan yang t idak diket ahui pemiliknya. Di
kalangan mazhab Hanaf i, t anah al-mawat t idak
hanya diart ikan sebagai t anah yang t idak
dimiliki dan t idak dimanf aat kan, t et api t anah
it u disyarat kan berada di luar perkampungan
penduduk. Sebagaimana pengert ian al-mawat
yang diungkapkan oleh Hanaf iyah bahwa t anah

dimanf aat kan maka t anah t ersebut digolongkan
sebagai t anah yang t erlant ar.
Selanj ut nya berdasarkan UUPA maka ada
beberapa azas yang perlu diperhat ikan dalam
masalah penelant aran t anah. Dinyat akan dalam
Pasal 6 UUPA bahwa semua hak at as t anah
mempunyai f ungsi sosial. Hal ini bermakna
bahwa penggunaan t anah harus disesuaikan
dengan keadaannya dan sif at haknya sehingga
bermanf aat baik bagi kesej aht eraan dan kebahagiaan yang mempunyainya maupun bermanf aat bagi masyarakat dan negara. 10
Unt uk it u hak at as t anah apapun yang
dipunyai seseorang/ badan hukum t idaklah dapat dibenarkan bahwa t anahnya it u dipergunakan at au t idak dipergunakan semat a-mat a
hanya unt uk kepent ingan pribadinya apalagi
sampai merugikan kepent ingan umum. Peman-

yang berada di luar perkampungan, t idak
dimiliki oleh siapapun, t idak pula t erdapat hak
khusus at asnya. 9
Berdasarkan def inisi al-mawat yang dikemukakan oleh f uqaha di at as, maka krit eria
t anah yang digolongkan menj adi
t anah
t erlant ar menurut Hukum Islam adalah:
a. Tanah yang t idak dimiliki oleh seseorang
at au t anah yang t idak t erdapat hak milik
at asnya, baik hak milik orang Islam maupun
hak milik non nuslim.
b. Tanah yang t idak digarap. Lahan yang t idak
digarap dapat dibukt ikan dengan t andat anda pada lahan t ersebut sepert i pemagaran, bekas penggarapan dan t anda-t anda
lainnya yang biasa dipakai oleh masyarakat
set empat .

f aat an at aupun penggunaan t anah oleh orang/
badan hukum sebenarnya adalah unt uk mencapai kesej aht eraan rakyat . Sehubungan dengan hal ini maka dit ent ukan dalam Pasal 15
UUPA bahwa :
Memelihara t anah, t ermasuk menambah kesuburannya sert a menj egah kerusakannya
adalah kewaj iba t iap– t iap orang, badan
hukum at au inst ansi yang mempunyai hubungan hukum dengan t anah it u, dengan
memerhat ikan pihak yang ekonomis lemah.

8

9

Pangiuk Ambok, “ Tanah Ter l ant ar Dal am Hukum dan
Kemasl ahat an” , ht t p: / / kont ekst ual it a. com. Diakses t gl
21 Apr il 2010.
Ibi d

Memang seharusnya t anah dipelihara agar
baik agar bert ambah subur dan di cegah kerusakannya. Kesuburan t anah mudah berkurang
dan t anahpun mudah menj adi rusak j ika pengunaannya t idak t erat ur, padahal seluruh kehidupan manusia di bumi ini menurut para ahli
t ergant ung pada lapisan bumi yang t ebalnya

10

Arie Sukant i Hut agal ung dan Markus Gunawan, 2008,
Kewenangan Pemer i nt ah di Bi dang Per t anahan, Jakar t a: Raj awal i Per s, hl m. 70.

56 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 10 No. 1 Januari 2010

t idak lebih dari hanya 20 cm saj a. Oleh karena
it u ket ent uan Pasal 15 t ersebut di sert ai pula
suat u sanksi pidana. Menurut Pasal 52 ayat 1
barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan dalam Pasal 15 it u pidana dengan hukuman kurangan selama–lamanya 3 bulan dan/
at au denda set inggi–t ingginya Rp 10. 000, . Soal ini bersangkut an dengan apa yang
disebut masalah ” l and ut i l azat ion” dan ” soi l

mengeluarkan Perat uran Pemerint ah No 36 Th
1998 t ent ang Penert iban dan Pendayagunaan
Tanah Terlant ar.
Dalam Pasal 1 ayat (5) Perat uran Pemerint ah No 36 Th 1998 dinyat akan bahwa Tanah
t erlant ar adalah t anah yang dit erlant arkan oleh
pemegang hak at as t anah, pemegang hak pengelolaan at au pihak yang t elah memperoleh
dasar penguasaan at as t anah, t et api belum

conservat i on” t idak hanya bert uj uan mencegah
t erj adinya kerusakan dalam penggunaannya
t et api j uga dimana mungkin memperbaiki
sumber-sumber alam yang rusak sebagai akibat
penggunan yang salah. Sumber-sumber alam it u
ada yang ” renewabl e” at au t erbaharukan, t et api sumber-sumber alam yang ” non renewabl e” ( bahan–bahan galian). Mengenai sumber–
sumber alam yang ” non renewabl e” conser vat ion eksploit asi secara t erat ur dan pencegahan pemborosan penggunaannya. Dari sudut
st rat egi, conservat ion ” non renewabl e ” (t idak
t erbaharukan) resour ces merupakan penangguhan eksploit asi endapan–endapan sebagai
cadangan di wakt u perang. 11
Selanj ut nya ket ent uan mengenai t anah
t erlant ar dalam Pasal 27, 34 dan 40 UUPA
dengan redaksi yang sama dinyat akan bahwa
Hak Milik, HGU dan HGB dapat hapus karena
dit erlant arkan. Tanah dit erlant arkan kalau dengan sengaj a t idak dipergunakan sesuai dengan
keadaannya at au sif at dan t uj uan daripada
haknya Penj elasan Pasal 27 UUPA). Dengan
demikian hapusnya hak-hak t ersebut karena
hukum yait u t idak dipenuhinya suat u kewaj iban
at au dilanggarnya suat u larangan. Dalam hal
penelant aran t anah ini maka t ampak adanya
kesengaj aan dari pemegang hak/ subyek hak
t idak menggunakan sesuai dengan t uj uan dan
sif at daripada haknya.
Melihat rumusan t anah t erlant ar dalam
UUPA yang masih begit u abst rak dan j uga mengingat UUPA adalah merupakan undang-undang pokok sert a mencermat i f enomena yang
t erj adi akan banyaknya t anah-t anah yang t erlant ar maka t ent u saj a diperlukan perat uran
yang bersif at operasional. Unt uk it u pemerint ah

memperoleh hak at as t anah sesuai ket ent uan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Ket ent uan hal ini sebet ulnya j uga t elah
dit ent ukan dalamUUPA Pasal 27, 34 dan 40
UUPA yait u bahwa Hak Milik, HGU, HGB dapat
dinyat akan sebagai t anah t erlant ar dan j at uh
menj adi t anah negara apabila t anah t ersebut
dengan sengaj a t idak dipergunakan oleh pemegang haknya sesuai dengan keadaannya at au
sif at dan t uj uan haknya at au t idak dipelihara
dengan baik.
Memperhat ikan ket ent uan di at as maka
dapat disimpulkan bahwa t anah t erlant ar t erj adi karena ada f akt or kesengaj aan (kat a “ dit erlant arkan” awalan di dan akhiran kan) dari
pemegang hak at as t anah (Hak Milik, HGU, HGB
at aupun Hak Pakai) at au pemegang Hak Pengelolaan at au hak-hak lain yang t erbat as yang

11

Budi Harsono, 1997, Hukum Agr ar i a Indonesi a, Jakart a:
Jambat an, hl m. 271.

diberikan Pemerint ah t idak menggunakan at au
berbuat sesuat u t erhadap t anah yang bersangkut an. Hal ini kemudian dipert egas lagi
dengan ket ent uan Pasal 3 s/ d Pasal 8 Perat uran
Pemerint ah No 36 Th 1998. Pasal 3 menent ukan
Tanah Hak Milik, HGU, HGB at au Hak Pakai dapat dinyat akan sebagai t anah t erlant ar apabila t anah t ersebut dengan sengaj a t idak dipergunakan oleh pemegang
haknya sesuai dengan keadaannya, t idak
dipergunakan oleh pemegang haknya
sesuai dengan keadaannya at au sif at dan
t uj uan haknya at au t idak dipelihara
dengan baik.
Pasal 4 menent ukan bahwa
Tanah Hak Milik, Hak Guna Bangunan
at au Hak Pakai yang t idak dimaksudkan
unt uk dipecah menj adi beberapa bidang
t anah dalam rangka penggunaannya t idak
dipergunakan sesuai dengan keadaannya
at au sif at dan t uj uan haknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, apabila
t anah t ersebut t idak dipergunakan sesuai

Krit eri a Tanah Terl ant ar dal am Perat uran Per undangan Indonesia 57

dengan perunt ukannya menurut Rencana
Tat a Ruang Wilayah yang berlaku pada
wakt u permulaan penggunaan at au
pembangunan f isik di at as t anah t ersebut .
Pasal 5 menent ukan bahwa
Tanah HGU t idak dipergunakan sesuai keadaan at au sif at dan t uj uan haknya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
apabila t anah it u t idak diusahakan sesuai
dengan krit eria pengusahaan t anah pert anian yang baik sesuai ket ent uan perat uran perundang-undangan yang verlaku.
Pasal 6 menent ukan bahwa
Tanah Hak Guna Bangunan at au Hak Pakai yang dimaksudkan unt uk dipecah
menj adi beberapa bidang t anah dalam
rangka penggunaannya t idak dipergunakan sesuai dengan keadaannya at au sif at
dan t uj uan haknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, apabila t anah t ersebut
t idak dipecah dalam rangka pengembangannya sesuai dengan rencana kerj a yang
t elah diset uj ui oleh inst ansi yang verwenang.
Pasal 7 menyat akan:
Tanah Hak Pengelolaan dapat dinyat akan
sebagai t anah t erlant ar, apabila kewenangan hak menguasai dari Negara at as
t anah t ersebut t idak dilaksanakan oleh
pemegang Hak Pengelolaan sesuai t uj uan
pemberian pelimpahan kewenangan t ersebut .
Dari bunyi ket ent uan pasal-pasal t ersebut
maka menurut PP No 36 Th 1998 maka krit eria
t anah dengan st at us Hak Milik, HGU, HGB, Hak
pakai dan Hak Pengelolaan adalah:
1. Apabila t anah t ersebut dengan sengaj a t idak
dipergunakan sesuai dengan keadaannya
at au sif at nya;
2. Apabila t anah t ersebut t idak dipergunakan
sesuai dengan t uj uan pemberian haknya;
3. Tanah t ersebut t idak dipelihara dengan
baik;
4. Khusus unt uk t anah Hak Pengelolaan, apabila kewenangan hak menguasai dari Negara
at as t anah t ersebut t idak dilaksanakan oleh
pemegang hak pengelolaan sesuai t uj uan

pemberian pelimpahan kewenangan t ersebut .
Pada dasarnya t anah t erlant ar yang dimaksud adalah t anah negara yang ada hak
penggunaannya, t api t idak dimanf aat kan. Jadi
dapat dit arik kesimpulan bahwa t anah t erlant ar
t erj adi apabila pemegang at au yang menguasai
hak at as t anah at au pemegang hak pengelolaan
t idak melakukan akt ivit as t erhadap t anah
t ersebut . 12
Kemudian hal yang masih belum j elas
dari ket ent uan pasal-pasal t ersebut adalah mengenai perumusan apa yang dimaksud dengan
t anah yang t idak dipergunakan sesuai dengan
keadaannya at au sif at nya at aupun t anah t idak
dipergunakan sesuai dengan t uj uan pemberian
haknya. Menyadari hal ini dan j uga yang lebih
pent ing lagi karena Pemerint ah kesulit an
menert ibkan t anah t erlant ar karena PP No 36
Tahun 1998 t idak ef ekt if di lapangan dan sulit
dalam implement asinya. Salah sat u akibat nya, niat pemerint ah unt uk mulai menj alankan
ref orma agraria menj adi t erkendala, salah sat unya karena obj ek t anah yang dapat didist ribusikan bagi kepent ingan rakyat miskin, penguasaannya masih berada di berbagai pihak
yang menelant arkan t anah. Pendek kat a, keberadaan t anah t erlant ar dalam skala yang luas
menj adi ganj alan pent ing bagi guliran ref orma
agraria. Menurut kalangan pecint a pembaruan
agraria, PP yang t erdahulu (PP 36/ 1998) t idak
cukup kuat menert ibkan t anah t erlant ar yang
ada. Bahkan disinyalir sebagai perat uran yang
melindungi t anah t erlant ar t idak bisa dit ert ibkan. 13
At as dasar pert imbangan t ersebut dan
j uga unt uk menghindari implikasi yang menimbulkan kesenj angan sosial, ekonomi, dan mewuj udkan kesej aht eraan rakyat , sert a menurunkan kualit as lingkungan, maka sebagai
salah-sat u Rencana Aksi yang harus diselesaikan
dalam Program 100 Hari Kabinet Indonesia
Bersat u II, Pemerint ah menerbit kan Perat uran
Pemerint ah Nomor 11 Tahun 2010 t ent ang
Penert iban dan Pendayagunaan Tanah Terlant ar
12

13

Supri adi, 2006, Hukum Agr ar i a, Sinar Gr af ika, Jakart a,
hl m. 124
Iwan Nur din, Set el ah PP Tanah Terl ant ar di syahkan,
Ht t p/ / M, di akses t anggal 21 April 2010.

58 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 10 No. 1 Januari 2010

(PP PPTT) Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2010 Nomer 16 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomer 5098,
yang dit andat angani oleh Presiden Dr. H. Susilo
Bambang Yudhoyono pada t anggal 22 Januari
2010, unt uk dij adikan acuan penert iban dan
pendayagunaan t enah t erlant ar guna penyelesaian dampak t ersebut di at as. 14
Pengert ian t anah t erlant ar dalam PP No

2. Tanah yang t idak diusahakan, t idak dipergunakan at au t idak dimanf aat kan;
3. Yang sesuai dengan keadaannya, at au sif at
dan t uj uan pemberian haknya at au dasar penguasaannya;
4. Tidak t ermasuk t anah t erlant ar adalah:
a. Tanah Hak Milik at au HGB at as nama perseorangan yang secara t idak sengaj a
t idak dipergunakan sesuai dengan keada-

10 Tahun 2010 sebagaimana produk perat uran
lainnya dapat dilihat pada Pasal 2, menent ukan
Obyek penert iban t anah t erlant ar meliput i t anah yang sudah diberikan hak oleh
Negara berupa Hak Milik, Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai,
dan Hak Pengelolaan, at au dasar penguasaan at as t anah yang t idak diusahakan, t idak dipergunakan, at au t idak
dimanf aat kan sesuai dengan keadaannya
at au sif at dan t uj uan pemberian hak at au
dasar penguasaannya.

an at au sif at dan t uj uan pemberian
haknya; dan
b. t anah yang dikuasai pemerint ah baik secara langsung maupun t idak langsung dan
sudah berst at us maupun belum berst at us
Barang milik Negara/ Daerah yang t idak
sengaj a t idak dipergunakan sesuai dengan
keadaan at au sif at dan t uj uan pemberian
haknya.
Dalam penj elasan Pasal 3 dij elaskan bahwa yang dimaksud dengan “ t idak sengaj a t idak
dipergunakan sesuai dengan keadaan at au sif at
dan t uj uan pemberian haknya” dalam ket ent uan ini adalah karena Pemegang Hak perseorangan dimaksud t idak memiliki kemampuan
dari segi ekonomi unt uk mengusahakan, mempergunakan, at au memanf aat kan sesuai dengan
keadaannya at au sif at dan t uj uan pemberian

Pasal 3, menyat akan :
Tidak t ermasuk obyek penert iban t anah
t erlant ar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 adalah:
a. t anah Hak Milik at au Hak Guna Bangunan at as nama perseorangan yang
secara t idak sengaj a t idak dipergunakan sesuai dengan keadaan at au sif at
dan t uj uan pemberian haknya; dan
b. t anah yang dikuasai pemerint ah baik
secara langsung maupun t idak langsung dan sudah berst at us maupun belum berst at us Barang Milik Negara/
Daerah yang t idak sengaj a t idak dipergunakan sesuai dengan keadaan
at au sif at dan t uj uan pemberian haknya.
Jadi pada dasarnya t anah t erlant ar yang
dimaksud adalah t anah negara yang ada hak
penggunaannya t et apit idak dimanf aat kan oleh
pemegang haknya. Berdasarkan pengert ian t ersebut maka krit eria unt uk menent ukan t anah
dikualisir sebagai t elah dit erlant arkan menurut
PP No 11 Th 2010 adalah :
1. Obyek t anah t erlant ar meliput i hak at as t anah, Hak Pengelolaan dan t anah yang mempunyai dasar penguasaan at as t anah;
14

Ahmad Redi, 2010, “ Ref or ma Agr ar i a Mel al ui Per t i ban
Dan Pendayagunaan Tanah Ter l ant ar ” , ht t p: / / Ahmad
Redi 2003. bl ogspot . com. diakses t anggal 19 Apr il 2010

haknya. Yang dimaksud dengan “ t idak sengaj a
t idak dipergunakan sesuai dengan keadaan at au
sif at dan t uj uan pemberian haknya” dalam
ket ent uan ini adalah karena ket erbat asan anggaran negara at au daerah unt uk mengusahakan,
mem-pergunakan, at au memanf aat kan sesuai
dengan keadaannya at au sif at dan t uj uan pemberian haknya.
Keberadaan PP No. 11 Th 2010 dinilai sangat pent ing dalam merest rukt urisasi pemilikan
dan penguasaan t anah lebih adil bagi rakyat .
Tanah t erlant ar ant ara lain unt uk masyarakat
dalam rangka ref ormasi agraria, unt uk kepent ingan st rat egi negara dan pemerint ah di ant aranya unt uk ket ahanan pangan, ket ahanan
energi dan pengembangan perumahan rakyat .
Set elah dit et apkan sebagai bagian dari
program 100 hari pemerint ahan SBY-Boediono,
PP ini memang pada akhirnya disyahkan dengan segala kekurangannya. Namun demikian

Krit eri a Tanah Terl ant ar dal am Perat uran Per undangan Indonesia 59

ada beberapa hal yang perlu dikrit isi ant ara
lain:
1. PP ini t idak berani menyent uh t anah-t anah
yang t erkait dengan pemerint ah dan BUMN,
t anpa membedakan apakah sudah mendapat
hak at au belum. Tanah-t anah t ersebut dikecualikan dari penelant aran t anah. Jadi
asset negara/ pemerint ah it u t idak bisa
dikat egorikan t erlant ar;

Saran
1. Perlu segera dit indak lanj ut i dengan
perat uran pelaksanaan yang lebih det ail
sepert i
misalnya mengenai
penent uan
krit eria suat u t anah dikualisir sebagai t anah
t erlant ar apakah hanya memperhat ikan
normanya saj a t anpa melihat hal-hal yang
secara khusus yang t erj adi di lapangan.
2. Agar masyarakat dalam art ian yang luas bisa

2. PP ini t et ap t idak berani menj angkau kawasan hut an dan t ambang. Jadi, hanya wilayah
diluar kawasan t ersebut ;
3. Set elah dit ert ibkan t anah-t anah t ersebut
dapat dij adikan obj ek pembaruan agraria.
Padahal, perat uran t ent ang at au PP t ent ang
Ref orma Agraria belum ada. 15
Mengingat akan art i pent ingnya maka
t ent u saj a PP ini perlu segera dit indak lanj ut i
dengan perat uran pelaksanaan yang lebih det ail
sepert i misalnya mengenai penent uan krit eria
suat u t anah dikualisir sebagai t anah t erlant ar
apakah hanya memperhat ikan normanya saj a
t anpa melihat hal-hal yang secara khusus yang
t erj adi di lapangan.

segera menget ahui akan adanya PP No 11 Th
2010 maka perlu segera diadakan sosialisasi
dengan melalui media TV, Koran, Maj alah
at aupun j uga t erj un langsung ke masyarakat
dengan cara penyuluhan hukum.

Penutup
Simpulan
1. Krit eria unt uk menent ukan t anah at au lahan
t anah t elah dit erlant arkan, baik berdasarkan
Hukum Adat , Hukum Islam, UUPA, PP No 36
Th 1998 maupun j uga PP No 11 Th 2010
secara subst ansial adalah sama yait u :
a. Obyek t anah t erlant ar meliput i hak at as
t anah, Hak Pengelolaan dan t anah yang
mempunyai dasar penguasaan at as t anah;
b. Tanah-t anah t ersebut t idak diusahakan,
t idak dipergunakan at au t idak dimanf aat kan sesuai dengan keadaannya, at au sif at dan t uj uan pemberian haknya at au
dasar penguasaannya;
c. Oleh karena it u t anah harus dipelihara.
2. Unt uk menent ukan apakah suat u bidang
at au lahan t anah t elah dinyat akan t erlant ar
maka hanya menurut Hukum Adat digunakan
krit eria j angka wakt u t ert ent u.

15

Henry Saragih, “ Kat egor i Tanah Ter l ant ar Har us Ri nci ”
ht t p: / / mobil e. inil ah. com. Diakses t anggal 22 Apr il 2010