ANALISIS JURNAL PENGARUH VALUE FOR MONEY
ANALISIS JURNAL
PENGARUH VALUE FOR MONEY TERHADAP KUALITAS
PELAYANAN PUBLIK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
”AKUNTANSI KESEHATAN”
Disusun Oleh:
Gusti Kanzania Finansi
1610912420007
Universitas Lambung Mangkurat
Fakultas Kedokteran
Program Studi Kesehatan Masyarakat Alih Jenjang
Banjarbaru
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pembangunan di Indonesia saat ini sangat cepat dikarenakan
Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya
pemerintah dilakukan berdasarkan pola umum pembangunan jangka panjang yang
telah mencapai kemajuan yang cukup memuaskan, terutama dalam meningkatkan
kesejahteraan umum masyarakat. Namun setelah krisis moneter yang terjadi pada
tahun 1998, kondisi perekonomian kita menurun dengan drastis. Hal ini membawa
dampak yang buruk bagi kondisi di Indonesia sehingga menimbulkan gejolak
ekonomi yang berkepanjangan dan kecemburuan sosial.
Pembangunan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan
tentunya memerlukan dana yang cukup besar, yang selanjutnya akan dialokasikan
pada berbagai bidang perekonomian yang bertujuan untuk menciptakan iklim
yang sehat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan
pengelolaan keuangan negara maupun daerah di dalam organisasi publik yang
tepat agar mencapai sasaran yang diinginkan dengan disertai perhatian pada segisegi efisiensi dan efektif.
Keefesiensi dan keefektifan di segala bidang kehidupan bernegara dan
bermasyarakat, telah memunculkan aspirasi dan tuntutan baru masyarakat untuk
berperan aktif dan terlibat dalam mewujudkan kualitas kehidupan masyarakat
yang lebih baik. Dalam konteks pembangunan daerah, keinginan untuk
meningkatkan peran serta masyarakat daerah ditunjukan dengan adanya keinginan
pergeseran dari peranan pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam rangka
perencanaan
dan
pelaksanaan
pembangunan
daerah
untuk
menciptakan
kemandirian daerah yang lebih besar, serta keinginan untuk diberikan keadilan
pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah sehingga good
governance menjadi kunci utama sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja
2
organisasi melalui mekanisme pemantauan kinerja manajemen dan juga sebagai
upaya untuk memperkuat dan mempertegas pertanggungjawaban pimpinan dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan organisasi.
Untuk dapat mencapai good governance maka salah satu hal yang harus
dipenuhi adalah adanya transparansi / keterbukaan dan akuntabilitas dalam
berbagai aktivitas. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan
sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil
guna, bersih dan bertanggung jawab, serta bebas dari praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Proses penyelenggaraan pemerintah di daerah yang good governance
didasarkan pada prinsip sebagai berikut:
a. Desentralisasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah
b. Demokratisasi adalah kebebasan terhadap aspirasi dan kepentingan rakyat
c. Tranparansi adalah keterbukaan dalam proses perencanaan, penyusunan
dan pelaksanaan anggaran daerah
d. Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti
bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan
pelaksanaan
harus
benarbenar
dapat
dilaporkan
dan
dipertanggungjawabkan. Pada umumnya, pemerintah menganggap bahwa
akuntabilitas publik (public accountability) merupakan prasayarat penting
untuk dapat menciptakan efisiensi produksi dan pelayanan jasa public.
Salah satu upaya untuk menilai akuntabilitas yang merupakan bagian dari
prinsip good governance adalah dengan dilakukannya reformasi anggaran sektor
publik.
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kerja yang hendak
dicapai pada periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.
Penganggaran sektor publik berkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana
untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Prosesnya dimulai
3
ketika perumusan strategi dan perencanaan strategi telah selesai dilakukan.
Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik antara lain aspek
perencanan, aspek pengendalian dan aspek akuntabilitas. Anggaran sektor publik
dibuat untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
menentukan tingkat kebutuhan masyarakat terjamin secara layak.
Selama
ini
pengukuran
akuntabilitas
instansi
pemerintah
dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit dilakukan secara objektif karena
belum tersedianya suatu system pengukuran yang menginformasikan tentang
tingkat keberhasilan saat organisasi serta masih adanya anggapan bahwa
keberhasilan kinerja suatu instansi pemerintah tergantung dari kemampuan
instansi tersebut menyerap anggaran tanpa mengukur hasil maupun dampak yang
dicapai dari pelaksanaan program.
Salah satu upaya yang harus dilakukan yaitu dengan diterapkannya value
for money Salah satu upaya yang harus dilakukan yaitu dengan diterapkannya
value for money dalam rangka menjalankan aktivitas dalam pelayanan publik.
Value for money adalah konsep pencairan dana penggunaan dan pemerintah
daerah yang menetapkan prinsip 3E artinya, pemerintah daerah harus selalu
memperhatikan tiap sen / rupiah dana (uang) yang diperoleh dan dipergunakan
(http://www.yahoo.com)
Dengan demikian value for money berarti diterapkannya tiga prinsip dalam
proses pengelolaan organisasi yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Ekonomi
berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan
kualitas tertentu pada harga yang paling murah. Efisiensi berarti bahwa
penggunaan dana masyarakat (public money) tersebut dapat menghasilkan output
yang maksimal (berdaya guna). Efektivitas berarti bahwa penggunaan anggaran
tersebut harus mencapai target-target yang bertujuan untuk kepentingan publik.
Sektor publik dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran
dana, institusi yang selalu merugi. Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor
publik memperhatikan value for money. Melalui value for money diharapkan
instansi pemerintah dapat mengetahui, mengukur dan mengevaluasi kinerja dalam
suatu periode tertentu dan minimalisir inefisiensi, pemborosan, kebocoran dana.
4
Citra buruk yang masih melekat pada sebagian besar pelayanan publik di
Indonesia salah satunya disebabkan masih kurangnya profesionalisme petugas
pada organisasi pelayanan.
Kenyataan ini menyadarkan kita semua akan perlunya perhatian
khususnya pada peran petugas langsung dalam pelayanan publik (Indra
Bastian,2001). Dengan value for money, organisasi sektor publik diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang berkualitas. Dimana pelayanan publik di organisasi
sektor publik jika ditelaah memiliki beberapa permasalahan mendasar. Pertama,
rendahnya kualitas produk layanan. Kedua, rendahnya kualitas penyelenggaraan
layanan. Ketiga, ketiadaan akses bagi kelompok rentan, penyandang cacat dan
komunitas adat terpencil. Keempat, ketiadaan mekanisme komplain dan
penyelesaian sengketa. Kelima ketiadaan ruang partisipasi publik dalam
menyelenggarakan pelayanan (http://www.Ekonomirakyat.Org).
Instansi pemerintah yang bergerak dibidang kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat salah satunya adalah Puskesmas. Puskesmas merupakan sarana
pelayanan kepada masyarakat (publik) dari Pemerintah khususnya Kota Bandung
melalui Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam bidang pembangunan kesehatan
dan perbaikan kesehatan masyarakat dengan tugas sebagai berikut:
1. Menyediakan pelayanan kesehatan yang dapat didistribusikan kepada
masyarakat,
2. Mengatur, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan pelayanan
kesehatan,
3. Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan dan
membiayai usaha-usaha kesehatan tanpa melupakan fungsi sosial,
4. Pengaturan aset-aset pemerintah yang berhubungan dengan tugas-tugas
rutin administrasi pemerintah dan usaha-usaha pembangunan disektor
kesehatan,
5. Pengawasan pelaksanaan tugas-tugas rutin adminitrasi pemerintah dan
usaha-usaha pembangunan disektor kesehatan yang berada dibawah
kebijakan umum peraturanperaturan yang berlaku.
5
Dalam aktivitasnya Puskesmas memperoleh dana dari APBD Pemerintah Kota
Bandung dimana setiap kegiatan pelayanan kesehatan didanai oleh pemerintah
kota dan kabupaten setempat sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Kesehatan
minimal dikabupaten / kota adalah sebagai berikut:
1. Sumber pembiayaan pelaksanaan pelayanan kesehatan untuk pencapaian
target sesuai Standar
2. Pelayanan Minimal seluruhnya dibebankan pada APBD.
Puskesmas Pasirkaliki memiliki masalah dengan kualitas pelayanan publik
dimana akhir-akhir ini timbul permasalahan dalam masyarakat mengenai
rendahnya kualitas pelayanan dari pemerintah yang diberikan kepada masyarakat.
Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkat unsur pelayanan, mulai pada tingkat
petugas pelayanan (front line) sampai dengan tingkat penanggung jawab instansi.
Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi maupun harapan masyarakat sering
terlambat / bahkan diabaikan sama sekali. Berbagai informasi yang seharusnya
disampaikan kepada masyarakat, lambat / bahkan tidak sampai kepada
masyarakat.
Berbagai unit pelaksanaan pelayanan terletak jauh dari jangkauan masyarakat,
sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan tersebut.
Berbagai unit pelayanan yang berkait satu dengan lainnya sangat kurang
berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpah tindih ataupun pertentangan
kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan instansi pelayanan lain yang
terkait. Kurang mau mendengar keluhan / saran / aspirasi masyarakat pada
umumnya aparat pelayanan kurang memiliki kemaunan untuk mendengar keluhan
/ saran / aspirasi dari masyarakat. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan dengan apa
adanya, tanpa ada perbaikan dari waktu ke waktu.Pada Puskesmas Pasirkaliki
peran value for money sangatlah dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya pemborosan-pemborosan biaya dalam suatu anggaran
yang akan mengakibatkan terjadinya suatu realisasi yang melebihi target
anggaran. Hal ini dapat diakibatkan oleh kurangnya pengendalian dari setiap unit
kerja pada saat menentukan program anggaran. Selain itu, dana pengeluaran-
6
pengeluaran diluar target yang sudah ditetapkan sebelumnya mengakibatkan
realisasi yang melebihi target. Penerimaan yang diperoleh Puskesmas Pasirkaliki
merupakan input bagi seluruh aktivitas yang akan dilakukan, apabila tidak
mencapai target sehingga dalam menghasilkan outputnya tidak akan efektif dan
efisien karena harus dilakukan penekanan atas seluruh biaya yang akan dilakukan
sehingga tidak terjadi pemborosan. Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh tidak
adanya value for money dalam setiap kegiatan yang dilakukan sehingga
keefektifan kerjanya menjadi kurang optimal.
Untuk itu puskesmas perlu mengambil langkah untuk mengurangi dampak
negatif dari masalah ini. Agar puskesmas memiliki kualitas pelayanan yang
berkualitas, maka diperlukan value for money yang didukung konsep ekonomi,
efisiensi dan efektivitas. Ekonomi berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan
sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu pada harga yang paling murah.
Efisiensi berarti bahwa penggunaan dana masyarakat (public money) tersebut
dapat menghasilkan output yang maksimal (berdaya guna). Efektivitas berarti
bahwa penggunaan anggaran / pengelolaan organisasi tersebut harus mencapai
target yang diinginkan untuk kepentingan publik.
Dengan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat merupakan
tugas terpenting bagi organisasi pemerintah adalah dalam rangka mengatur
mekanisme dan prosedur dalam memberikan pelayanan kepada publik, sehingga
berbagai kepentingan dan kebutuhan tidak saling bertentangan yang pada
gilirannya merugikan semua pihak. Untuk itu birokasi pemerintah yang
professional,
efektif,
efisien
merupakan
hal
yang
menjadi
idaman
masyarakat.Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian yaitu
dengan judul: “Pengaruh Value For Money Terhadap Kualitas Pelayanan
Publik”.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis jurnal tentang pengaruh
value for money terhadap kualitas Pelayanan publik.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akuntansi Kesehatan
1. Pengertian
Akuntansi adalah:
a. Pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi
yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat
keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam
perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah.
b. Akuntansi
adalah:
seni
dalam
mengukur,
berkomunikasi
dan
menginterpretasikan aktivitas keuangan.
c. Secara luas, akuntansi juga dikenal sebagai "bahasa bisnis" (Meigs dan
Meigs, 1970, hlm. 1)
d. Sebagai alat untuk menyampaikan informasi keuangan kepada user
e. Akuntansi adl bahasa bisnis (Hongren, dkk., 2006) untuk menyampaikan
informasi keuangan kepada user. Semakin baik kita mengerti bahasa
tersebut, maka semakin baik pula keputusan kita, dan semakin baik kita
dalam mengelola keuangan
f. Akuntansi adl bidang dinamis pd setiap jantung bisnis.
g. Akuntan modern adl penyelesai masalah & konsultan bisnis, & sering
meningkat menjadi manajer puncak (Miller dkk., Univ Iowa.)
(Bandi, Dr., M.Si., Ak. 2010)
Pengertian akuntansi dapat dijelaskan melalui dua pendekatan
yaitu dari segi proses dan dari segi fungsinya. Dilihat dari segi prosesnya,
akuntansi adalah suatu keterampilan dalam mencatat, menggolongkan dan
meringkas transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh suatu
lembaga atau perusahaan serta melaporkan hasil-hasilnya di dalam suatu
laporan yang disebut sebagai laporan keuangan.
8
Dilihat dari segi fungsinya, akuntansi merupakan suatu kegiatan
jasa yang berfungsi menyajikan informasi kuantitatif terutama yang
bersifat keuangan, dari suatu lembaga atau perusahaan yang diharapkan
dapat digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan-keputusan
ekonomi di antara berbagai alternatif tindakan.
Berdasarkan kedua pengertian akuntansi sebagaimana di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa fungsi akuntansi pada dasarnya adalah
untuk memberikan informasi kuantitatif mengenai kesatuan-kesatuan
ekonomi terutama yang bersifat keuangan yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan.
2. Siklus akuntansi adalah sebagai berikut:
a. Pencatatan Data ke dalam dokumen sumber/bukti transaksi.
b. Penjurnalan, yaitu menganalisis dan mencatat transaksi dalam jurnal
(buku harian)
c. Melakukan posting ke Buku Besar yaitu memindahkan debet dan
kredit dari jurnal ke akun Buku Besar.
d. Penyusunan Neraca Saldo yaitu menyiapkan Neraca Saldo unttuk
mengecek keseimbangan Buku Besar.
e. Membuat ayat jurnal penyesuaian dan memasukkan jumlahya pada
Neraca Saldo.
f. Membuat ayat-ayat penutup yaitu menjurnal dan memindahbukukan
ayat-ayat penutup.
g. Penyusunan Laporan Keuangan yaitu Laporan Rugi Laba, Laporan
h. Perubahan Modal dan Neraca (akuntansi komersial).
(Menteri Keuangan. 2014)
3. Tujuan Akuntansi
Untuk menyiapkan laporan keuangan yang akurat agar dapat
dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak
berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik.
Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal dengan
istilah pembukuan .
9
Lap keu perusahaan terdiri empat jenis laporan: neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.
4. Praktisi akuntansi dikenal sebagai akuntan
(Bandi, Dr., M.Si., Ak. 2010)
5. Bidang-bidang akuntansi:
a.
Akuntansi Keuangan
b. Auditing (sisi lain Akti keu)
c. Akuntansi Manajemen
d. Akuntansi Sektor public
e. Akuntansi Perpajakan/ Pemerintahan
(Bandi, Dr., M.Si., Ak. 2010)
B. PUSKESMAS
1. Pengrtian
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
yang
bertanggung
jawab
menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Kepmenkes RI No.
128/Menkes/SK/II/2004).
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013)
Puskesmas
adalah
unit
pelaksana
teknis
dinas
kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja
Unit Pelaksana Teknis. Sebagai unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota
(UPTD),
puskesmas
berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta
ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
10
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab
utama
penyelenggaraan
seluruh
upaya
pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab
hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu
puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau
RW).
Masing-masing
puskesmas
tersebut
secara
operasional
bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(Menteri kesehatan republik indonesia. 2004)
5. Variabel pendapatan keluarga berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
variabel frekuensi kunjungan terhadap Puskesmas.
(Yuli Eko Sarwono Drs. Bagio Mudakir, MT. 2012)
C. Value For Money
1. Pengertian Value For Money
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor
publik
yang
mendasarkan
pada
tiga
elemen
utama,
yaitu
:
pertama,ekonomi, merupakanperbandingan input dengan input value yang
dinyatakan dalam satuan moneter.Ekonomi terkait dengan sejauh mana
organisasi sektor publik dapat meminimalisirinput resources yang
11
digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak
produktif; kedua,efisiensi, merupakan perbandingan output atau input
yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan;
ketiga, efektivitas, tingkat pencapaian hasil program dengan target yang
ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan
outcome dengan output (Mardiasmo, 2002).
Menurut Anggadini (2012) value for money adalah konsep
pencairan danapenggunaan dan Pemerintah Daerah yang menetapkan
prinsip ekonomi, efisiensi danefektivitas, artinya pemerintah daerah harus
selalu memperhatikan setiap sen/rupiah(uang) yang diperoleh dan
dipergunakan. Value for money diterapkan tiga prinsipdalam proses
pengelolaan organisasi yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas.
2. Tolak ukur dalam anggaran belanja suatu organisasi, baik organisasi yang
berorientasi laba (swasta) maupun organisasi nonprofit (sektor publik)
adalah value for money yang meliputi penilaian efisiensi, efektivitas, dan
ekonomi. Dimana pengertian dari masing-masing elemen tersebut adalah :
a.
Efisiensi adalah hubungan antara input dan output dimana barang dan
jasa yang dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output
tertentu. Atau dengan kata lain efisiensi merupakan perbandingan
output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang
telah ditetapkan (Bastian, 2006). Efisiensi merupakan hal terpenting di
antara ketiga hal tersebut.
b. Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, dimana
efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan,
dan prosedur organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara
sederhana, efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan
output.
c. Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan input dimana barang dan
jasa dibeli pada kualitas yang diinginkan pada harga terbaik yang
dimungkinkan.
12
d. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat
meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif (Bastian,
2006).
(KUSWOYO, ENDANG. 2014. )
D. Pelayanan Publik
1. Pengertian
Menurut
Widodo
layanan(melayani)
(2005)
pelayanan
keperluan
orang
publik
atau
adalah:
“pemberian
masyarakat
yang
mempunyaikepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok
dan tata cara yang telah ditetapkan”.Sejalan dengan pendapat tersebut
Keputusan MenteriPendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003
mendefinisikan:“Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi
dipusat, di daerah dan dilingkungan Badan Usaha Milik Negara(BUMN)
dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bentukbarang dan jasa
baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhanmasyarakat maupun dalam
rangka, pelaksanaan peraturanperundang-undangan (Dalam Ratminto,
2006).Pendapat lain mengenai definisi pelayanan publik Kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orangdengan landasan faktor
materil melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam rangka usaha
memenuhi kepentingan oranglain sesuai dengan haknya(Moenir, 1995).
(KUSWOYO, ENDANG. 2014. )
2. Kualitas layanan publik
Kualitas pelayanan atau Service Quality menurut (Parasuraman,
2001) dapat didefenisikan sebagai berikut kualitas layanan yang
diharapkan dan dirasakan ditentukan oleh kualitas layanan. Kualitas
layanan tersebut terdiri dari 10 daya tanggap, jaminan, fisik bukti, empati,
dan kehandalan yang diharapkan sangat dipengaruhi oleh berbagai
persepsi komunikasi dari mulut ke mulut, kebutuhan pribadi, persepsi
inilah yang memengaruhi pelayanan yang diharapkan EP = Exspectation
13
dan dan pelayanan yang dirasakan Pp = Perception yang membentuk
adanya konsep kualitas layanan.
(KUSWOYO, ENDANG. 2014. )
E. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari penelitian yang dilakukan untuk value for money pada Puskesmas
Pasirkaliki Dinas Kesehatan Kota Bandung dengan mengunakan metode
dekriptif maka tanggapan responden terhadap value for money sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis dinyatakan “sangat
baik”. Di mana konsep 3E yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas dapat
meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang
memberikan tepat sasaran, meningkatkan mutu pelayanan publik, dan
meningkatkan kesadaran akan uang publik sebagai akar pelaksanaan
akuntabilitas publik.
2. Dari penelitian yang dilakukan untuk kualitas pelayanan publik pada
Puskesmas Pasirkaliki Dinas Kesehatan Kota Bandung mengunakan
metode deskriptif maka tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan
publik sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis
dinyatakan
“sangat berkualitas”. Dimana pelayanan publik pada
Puskesmas Pasirkaliki yaitu Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit,
mudah dipahami dan mudah dilaksanakan, unit kerja/pejabat yang
berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan
penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan
publik, pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan, produk pelayanan publik dapat diterima
dengan benar, tepat dan sah, proses dan produk pelayanan publik
memberikan rasa aman dan kepastian hukum, pimpinan penyelenggaran
pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas
penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam
pelaksanaan pelayanan publik, tersedianya sarana dan prasarana kerja,
14
peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
penyediaan saran teknologi telekomunikasi dan informasi
tempat dan
lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh
masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan
informasi, pemberian pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun,
ramah serta memberikan pelayanan dengan ikhlas, dan lingkungan
pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman,
bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan
fasilitas pendukung pelayanan. 3. Hasil dari perhitungan koefisien
determinasi didapat sebesar 78,85 %, artinya value for money memiliki
peranan penting dalam terwujudnya kualitas pelayanan publik, apabila
value for money dapat diterapkan dengan baik maka kualitas pelayanan
publik dapat terwujud seiring dengan perkembangan value for money itu
sendiri, dan begitupun sebaliknya apabila value for money tidak diterapkan
dengan baik maka maka kualitas pelayanan publik pun tidak akan
maksimal. Sisanya yaitu sebesar 21,15 % (100%-78,85 %) dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang diduga seperti sumber daya manusia yang
dimiliki oleh Puskesmas Pasirkaliki belum dapat menerapkan sepenuhnya
value for money, pemutakhiran teknologi, serta masyarakat yang belum
tidak memanfaatkan fasilitas yang disediakan. value for money belum
dapat diterapkan sepenuhnya sehingga kualitas pelayanan publik pun
dirasa kurang maksimal.
(Anggadin, Sri Dewi. 2009.)
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Dari penelitian yang dilakukan untuk value for money pada Puskesmas
Pasirkaliki Dinas Kesehatan Kota Bandung dengan mengunakan metode
dekriptif maka tanggapan responden terhadap value for money sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis dinyatakan “sangat
baik”. Di mana konsep 3E yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas dapat
meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang
memberikan tepat sasaran, meningkatkan mutu pelayanan publik, dan
meningkatkan kesadaran akan uang publik sebagai akar pelaksanaan
akuntabilitas publik.
C. Dari penelitian yang dilakukan untuk kualitas pelayanan publik pada
Puskesmas Pasirkaliki Dinas Kesehatan Kota Bandung mengunakan
metode deskriptif maka tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan
publik sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis
dinyatakan
“sangat berkualitas”. Dimana pelayanan publik pada
Puskesmas Pasirkaliki yaitu Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit,
mudah dipahami dan mudah dilaksanakan, unit kerja/pejabat yang
berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan
penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan
publik, pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan, produk pelayanan publik dapat diterima
dengan benar, tepat dan sah, proses dan produk pelayanan publik
memberikan rasa aman dan kepastian hukum, pimpinan penyelenggaran
pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas
penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam
pelaksanaan pelayanan publik, tersedianya sarana dan prasarana kerja,
peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
16
penyediaan saran teknologi telekomunikasi dan informasi
tempat dan
lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh
masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan
informasi, pemberian pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun,
ramah serta memberikan pelayanan dengan ikhlas, dan lingkungan
pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman,
bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan
fasilitas pendukung pelayanan. 3. Hasil dari perhitungan koefisien
determinasi didapat sebesar 78,85 %, artinya value for money memiliki
peranan penting dalam terwujudnya kualitas pelayanan publik, apabila
value for money dapat diterapkan dengan baik maka kualitas pelayanan
publik dapat terwujud seiring dengan perkembangan value for money itu
sendiri, dan begitupun sebaliknya apabila value for money tidak diterapkan
dengan baik maka maka kualitas pelayanan publik pun tidak akan
maksimal. Sisanya yaitu sebesar 21,15 % (100%-78,85 %) dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang diduga seperti sumber daya manusia yang
dimiliki oleh Puskesmas Pasirkaliki belum dapat menerapkan sepenuhnya
value for money, pemutakhiran teknologi, serta masyarakat yang belum
tidak memanfaatkan fasilitas yang disediakan. value for money belum
dapat diterapkan sepenuhnya sehingga kualitas pelayanan publik pun
dirasa kurang maksimal.
D. Saran
Sebagai penyusun, saya merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar
saya dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya. Terima kasih.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anggadin, Sri Dewi. 2009. PENGARUH VALUE FOR MONEY TERHADAP
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK. Bandung. Universitas Komputer
Indonesia.
http://ak.unikom.ac.id/themes/frontpage/file/Jurnal
%20Riset%20Akuntansi%20-%20Vol%20I_No.1_Oktober
%202009_Sri%20Dewi%20A.pdf.
Diakses
pada
tanggal
21
November 2016.
Bandi, Dr., M.Si., Ak. 2010. Seminar Akuntansi. Surakarta. Universitas Sebelas
Maret.
http://bandi.staff.fe.uns.ac.id/files/2009/09/1-akuntansi-
standar1.pdf. Diakses pada tanggal 21 November 2016.
KUSWOYO, ENDANG. 2014. ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM
MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN PUBLIK PADA KONI
PROVINSI BENGKULU
(Studi Kasus Pada Program Upaya
Pembinaan Atlet). Bengkulu.
UNIVERSITAS BENGKULU.
http://repository.unib.ac.id/8171/1/I,II,III,I-14-end-FE.pdf.
Diakses
pada tanggal 21 november 2016.
Menteri kesehatan republik indonesia. 2004. Keputusan menteri kesehatan
republik Indonesia Nomor 128/menkes/sk/ii/2004 Tentang Kebijakan
dasar pusat kesehatan masyarakat. Jakarta. Kementerian kesehatan
republik
indonesia.
Http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/keputusan-menterikesehatan-nomor-128-menkes-sk-ii-2004-tentang-kebijakann-dasar18
pusat-kesehatan-masyarakat.pdf. Diakses pada tanggal 21 november
2016.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. DATA DASAR PUSKESMAS.
JAKARTA. KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/datadasar-puskesmas-tahun-2013.pdf. Diakses pada tanggal 21 November
2016.
Menteri Keuangan Republik Idonesia. 2014. MODUL GAMBARAN UMUM
AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL. Jakarta. Kementerian Keuangan
Republik
Indonesia.
http://www.btklsby.go.id/wp-content/uploads/2010/01/1-MateriGambaran-Umum-150414.pdf. Diakses pada tanggal 21 November
2016.
Yuli Eko Sarwono Drs. Bagio Mudakir, MT. 2012. ANALISIS PERMINTAAN
MASYARAKAT
AKAN
PUSAT
KESEHATAN
MASYARAKAT
(PUSKESMAS) DI KOTA SEMARANG. SEMARANG. Universitas
Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/29523/1/jurnal.pdf.
pada tanggal 21 November 2016.
19
Diakses
PENGARUH VALUE FOR MONEY TERHADAP KUALITAS
PELAYANAN PUBLIK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
”AKUNTANSI KESEHATAN”
Disusun Oleh:
Gusti Kanzania Finansi
1610912420007
Universitas Lambung Mangkurat
Fakultas Kedokteran
Program Studi Kesehatan Masyarakat Alih Jenjang
Banjarbaru
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pembangunan di Indonesia saat ini sangat cepat dikarenakan
Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya
pemerintah dilakukan berdasarkan pola umum pembangunan jangka panjang yang
telah mencapai kemajuan yang cukup memuaskan, terutama dalam meningkatkan
kesejahteraan umum masyarakat. Namun setelah krisis moneter yang terjadi pada
tahun 1998, kondisi perekonomian kita menurun dengan drastis. Hal ini membawa
dampak yang buruk bagi kondisi di Indonesia sehingga menimbulkan gejolak
ekonomi yang berkepanjangan dan kecemburuan sosial.
Pembangunan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan
tentunya memerlukan dana yang cukup besar, yang selanjutnya akan dialokasikan
pada berbagai bidang perekonomian yang bertujuan untuk menciptakan iklim
yang sehat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan
pengelolaan keuangan negara maupun daerah di dalam organisasi publik yang
tepat agar mencapai sasaran yang diinginkan dengan disertai perhatian pada segisegi efisiensi dan efektif.
Keefesiensi dan keefektifan di segala bidang kehidupan bernegara dan
bermasyarakat, telah memunculkan aspirasi dan tuntutan baru masyarakat untuk
berperan aktif dan terlibat dalam mewujudkan kualitas kehidupan masyarakat
yang lebih baik. Dalam konteks pembangunan daerah, keinginan untuk
meningkatkan peran serta masyarakat daerah ditunjukan dengan adanya keinginan
pergeseran dari peranan pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam rangka
perencanaan
dan
pelaksanaan
pembangunan
daerah
untuk
menciptakan
kemandirian daerah yang lebih besar, serta keinginan untuk diberikan keadilan
pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah sehingga good
governance menjadi kunci utama sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja
2
organisasi melalui mekanisme pemantauan kinerja manajemen dan juga sebagai
upaya untuk memperkuat dan mempertegas pertanggungjawaban pimpinan dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan organisasi.
Untuk dapat mencapai good governance maka salah satu hal yang harus
dipenuhi adalah adanya transparansi / keterbukaan dan akuntabilitas dalam
berbagai aktivitas. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan
sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil
guna, bersih dan bertanggung jawab, serta bebas dari praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Proses penyelenggaraan pemerintah di daerah yang good governance
didasarkan pada prinsip sebagai berikut:
a. Desentralisasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah
b. Demokratisasi adalah kebebasan terhadap aspirasi dan kepentingan rakyat
c. Tranparansi adalah keterbukaan dalam proses perencanaan, penyusunan
dan pelaksanaan anggaran daerah
d. Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti
bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan
pelaksanaan
harus
benarbenar
dapat
dilaporkan
dan
dipertanggungjawabkan. Pada umumnya, pemerintah menganggap bahwa
akuntabilitas publik (public accountability) merupakan prasayarat penting
untuk dapat menciptakan efisiensi produksi dan pelayanan jasa public.
Salah satu upaya untuk menilai akuntabilitas yang merupakan bagian dari
prinsip good governance adalah dengan dilakukannya reformasi anggaran sektor
publik.
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kerja yang hendak
dicapai pada periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.
Penganggaran sektor publik berkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana
untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Prosesnya dimulai
3
ketika perumusan strategi dan perencanaan strategi telah selesai dilakukan.
Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik antara lain aspek
perencanan, aspek pengendalian dan aspek akuntabilitas. Anggaran sektor publik
dibuat untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
menentukan tingkat kebutuhan masyarakat terjamin secara layak.
Selama
ini
pengukuran
akuntabilitas
instansi
pemerintah
dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit dilakukan secara objektif karena
belum tersedianya suatu system pengukuran yang menginformasikan tentang
tingkat keberhasilan saat organisasi serta masih adanya anggapan bahwa
keberhasilan kinerja suatu instansi pemerintah tergantung dari kemampuan
instansi tersebut menyerap anggaran tanpa mengukur hasil maupun dampak yang
dicapai dari pelaksanaan program.
Salah satu upaya yang harus dilakukan yaitu dengan diterapkannya value
for money Salah satu upaya yang harus dilakukan yaitu dengan diterapkannya
value for money dalam rangka menjalankan aktivitas dalam pelayanan publik.
Value for money adalah konsep pencairan dana penggunaan dan pemerintah
daerah yang menetapkan prinsip 3E artinya, pemerintah daerah harus selalu
memperhatikan tiap sen / rupiah dana (uang) yang diperoleh dan dipergunakan
(http://www.yahoo.com)
Dengan demikian value for money berarti diterapkannya tiga prinsip dalam
proses pengelolaan organisasi yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Ekonomi
berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan
kualitas tertentu pada harga yang paling murah. Efisiensi berarti bahwa
penggunaan dana masyarakat (public money) tersebut dapat menghasilkan output
yang maksimal (berdaya guna). Efektivitas berarti bahwa penggunaan anggaran
tersebut harus mencapai target-target yang bertujuan untuk kepentingan publik.
Sektor publik dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran
dana, institusi yang selalu merugi. Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor
publik memperhatikan value for money. Melalui value for money diharapkan
instansi pemerintah dapat mengetahui, mengukur dan mengevaluasi kinerja dalam
suatu periode tertentu dan minimalisir inefisiensi, pemborosan, kebocoran dana.
4
Citra buruk yang masih melekat pada sebagian besar pelayanan publik di
Indonesia salah satunya disebabkan masih kurangnya profesionalisme petugas
pada organisasi pelayanan.
Kenyataan ini menyadarkan kita semua akan perlunya perhatian
khususnya pada peran petugas langsung dalam pelayanan publik (Indra
Bastian,2001). Dengan value for money, organisasi sektor publik diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang berkualitas. Dimana pelayanan publik di organisasi
sektor publik jika ditelaah memiliki beberapa permasalahan mendasar. Pertama,
rendahnya kualitas produk layanan. Kedua, rendahnya kualitas penyelenggaraan
layanan. Ketiga, ketiadaan akses bagi kelompok rentan, penyandang cacat dan
komunitas adat terpencil. Keempat, ketiadaan mekanisme komplain dan
penyelesaian sengketa. Kelima ketiadaan ruang partisipasi publik dalam
menyelenggarakan pelayanan (http://www.Ekonomirakyat.Org).
Instansi pemerintah yang bergerak dibidang kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat salah satunya adalah Puskesmas. Puskesmas merupakan sarana
pelayanan kepada masyarakat (publik) dari Pemerintah khususnya Kota Bandung
melalui Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam bidang pembangunan kesehatan
dan perbaikan kesehatan masyarakat dengan tugas sebagai berikut:
1. Menyediakan pelayanan kesehatan yang dapat didistribusikan kepada
masyarakat,
2. Mengatur, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan pelayanan
kesehatan,
3. Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan dan
membiayai usaha-usaha kesehatan tanpa melupakan fungsi sosial,
4. Pengaturan aset-aset pemerintah yang berhubungan dengan tugas-tugas
rutin administrasi pemerintah dan usaha-usaha pembangunan disektor
kesehatan,
5. Pengawasan pelaksanaan tugas-tugas rutin adminitrasi pemerintah dan
usaha-usaha pembangunan disektor kesehatan yang berada dibawah
kebijakan umum peraturanperaturan yang berlaku.
5
Dalam aktivitasnya Puskesmas memperoleh dana dari APBD Pemerintah Kota
Bandung dimana setiap kegiatan pelayanan kesehatan didanai oleh pemerintah
kota dan kabupaten setempat sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Kesehatan
minimal dikabupaten / kota adalah sebagai berikut:
1. Sumber pembiayaan pelaksanaan pelayanan kesehatan untuk pencapaian
target sesuai Standar
2. Pelayanan Minimal seluruhnya dibebankan pada APBD.
Puskesmas Pasirkaliki memiliki masalah dengan kualitas pelayanan publik
dimana akhir-akhir ini timbul permasalahan dalam masyarakat mengenai
rendahnya kualitas pelayanan dari pemerintah yang diberikan kepada masyarakat.
Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkat unsur pelayanan, mulai pada tingkat
petugas pelayanan (front line) sampai dengan tingkat penanggung jawab instansi.
Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi maupun harapan masyarakat sering
terlambat / bahkan diabaikan sama sekali. Berbagai informasi yang seharusnya
disampaikan kepada masyarakat, lambat / bahkan tidak sampai kepada
masyarakat.
Berbagai unit pelaksanaan pelayanan terletak jauh dari jangkauan masyarakat,
sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan tersebut.
Berbagai unit pelayanan yang berkait satu dengan lainnya sangat kurang
berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpah tindih ataupun pertentangan
kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan instansi pelayanan lain yang
terkait. Kurang mau mendengar keluhan / saran / aspirasi masyarakat pada
umumnya aparat pelayanan kurang memiliki kemaunan untuk mendengar keluhan
/ saran / aspirasi dari masyarakat. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan dengan apa
adanya, tanpa ada perbaikan dari waktu ke waktu.Pada Puskesmas Pasirkaliki
peran value for money sangatlah dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya pemborosan-pemborosan biaya dalam suatu anggaran
yang akan mengakibatkan terjadinya suatu realisasi yang melebihi target
anggaran. Hal ini dapat diakibatkan oleh kurangnya pengendalian dari setiap unit
kerja pada saat menentukan program anggaran. Selain itu, dana pengeluaran-
6
pengeluaran diluar target yang sudah ditetapkan sebelumnya mengakibatkan
realisasi yang melebihi target. Penerimaan yang diperoleh Puskesmas Pasirkaliki
merupakan input bagi seluruh aktivitas yang akan dilakukan, apabila tidak
mencapai target sehingga dalam menghasilkan outputnya tidak akan efektif dan
efisien karena harus dilakukan penekanan atas seluruh biaya yang akan dilakukan
sehingga tidak terjadi pemborosan. Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh tidak
adanya value for money dalam setiap kegiatan yang dilakukan sehingga
keefektifan kerjanya menjadi kurang optimal.
Untuk itu puskesmas perlu mengambil langkah untuk mengurangi dampak
negatif dari masalah ini. Agar puskesmas memiliki kualitas pelayanan yang
berkualitas, maka diperlukan value for money yang didukung konsep ekonomi,
efisiensi dan efektivitas. Ekonomi berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan
sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu pada harga yang paling murah.
Efisiensi berarti bahwa penggunaan dana masyarakat (public money) tersebut
dapat menghasilkan output yang maksimal (berdaya guna). Efektivitas berarti
bahwa penggunaan anggaran / pengelolaan organisasi tersebut harus mencapai
target yang diinginkan untuk kepentingan publik.
Dengan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat merupakan
tugas terpenting bagi organisasi pemerintah adalah dalam rangka mengatur
mekanisme dan prosedur dalam memberikan pelayanan kepada publik, sehingga
berbagai kepentingan dan kebutuhan tidak saling bertentangan yang pada
gilirannya merugikan semua pihak. Untuk itu birokasi pemerintah yang
professional,
efektif,
efisien
merupakan
hal
yang
menjadi
idaman
masyarakat.Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian yaitu
dengan judul: “Pengaruh Value For Money Terhadap Kualitas Pelayanan
Publik”.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis jurnal tentang pengaruh
value for money terhadap kualitas Pelayanan publik.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akuntansi Kesehatan
1. Pengertian
Akuntansi adalah:
a. Pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi
yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat
keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam
perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah.
b. Akuntansi
adalah:
seni
dalam
mengukur,
berkomunikasi
dan
menginterpretasikan aktivitas keuangan.
c. Secara luas, akuntansi juga dikenal sebagai "bahasa bisnis" (Meigs dan
Meigs, 1970, hlm. 1)
d. Sebagai alat untuk menyampaikan informasi keuangan kepada user
e. Akuntansi adl bahasa bisnis (Hongren, dkk., 2006) untuk menyampaikan
informasi keuangan kepada user. Semakin baik kita mengerti bahasa
tersebut, maka semakin baik pula keputusan kita, dan semakin baik kita
dalam mengelola keuangan
f. Akuntansi adl bidang dinamis pd setiap jantung bisnis.
g. Akuntan modern adl penyelesai masalah & konsultan bisnis, & sering
meningkat menjadi manajer puncak (Miller dkk., Univ Iowa.)
(Bandi, Dr., M.Si., Ak. 2010)
Pengertian akuntansi dapat dijelaskan melalui dua pendekatan
yaitu dari segi proses dan dari segi fungsinya. Dilihat dari segi prosesnya,
akuntansi adalah suatu keterampilan dalam mencatat, menggolongkan dan
meringkas transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh suatu
lembaga atau perusahaan serta melaporkan hasil-hasilnya di dalam suatu
laporan yang disebut sebagai laporan keuangan.
8
Dilihat dari segi fungsinya, akuntansi merupakan suatu kegiatan
jasa yang berfungsi menyajikan informasi kuantitatif terutama yang
bersifat keuangan, dari suatu lembaga atau perusahaan yang diharapkan
dapat digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan-keputusan
ekonomi di antara berbagai alternatif tindakan.
Berdasarkan kedua pengertian akuntansi sebagaimana di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa fungsi akuntansi pada dasarnya adalah
untuk memberikan informasi kuantitatif mengenai kesatuan-kesatuan
ekonomi terutama yang bersifat keuangan yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan.
2. Siklus akuntansi adalah sebagai berikut:
a. Pencatatan Data ke dalam dokumen sumber/bukti transaksi.
b. Penjurnalan, yaitu menganalisis dan mencatat transaksi dalam jurnal
(buku harian)
c. Melakukan posting ke Buku Besar yaitu memindahkan debet dan
kredit dari jurnal ke akun Buku Besar.
d. Penyusunan Neraca Saldo yaitu menyiapkan Neraca Saldo unttuk
mengecek keseimbangan Buku Besar.
e. Membuat ayat jurnal penyesuaian dan memasukkan jumlahya pada
Neraca Saldo.
f. Membuat ayat-ayat penutup yaitu menjurnal dan memindahbukukan
ayat-ayat penutup.
g. Penyusunan Laporan Keuangan yaitu Laporan Rugi Laba, Laporan
h. Perubahan Modal dan Neraca (akuntansi komersial).
(Menteri Keuangan. 2014)
3. Tujuan Akuntansi
Untuk menyiapkan laporan keuangan yang akurat agar dapat
dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak
berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik.
Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal dengan
istilah pembukuan .
9
Lap keu perusahaan terdiri empat jenis laporan: neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.
4. Praktisi akuntansi dikenal sebagai akuntan
(Bandi, Dr., M.Si., Ak. 2010)
5. Bidang-bidang akuntansi:
a.
Akuntansi Keuangan
b. Auditing (sisi lain Akti keu)
c. Akuntansi Manajemen
d. Akuntansi Sektor public
e. Akuntansi Perpajakan/ Pemerintahan
(Bandi, Dr., M.Si., Ak. 2010)
B. PUSKESMAS
1. Pengrtian
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
yang
bertanggung
jawab
menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Kepmenkes RI No.
128/Menkes/SK/II/2004).
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013)
Puskesmas
adalah
unit
pelaksana
teknis
dinas
kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja
Unit Pelaksana Teknis. Sebagai unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota
(UPTD),
puskesmas
berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta
ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
10
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab
utama
penyelenggaraan
seluruh
upaya
pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab
hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu
puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau
RW).
Masing-masing
puskesmas
tersebut
secara
operasional
bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(Menteri kesehatan republik indonesia. 2004)
5. Variabel pendapatan keluarga berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
variabel frekuensi kunjungan terhadap Puskesmas.
(Yuli Eko Sarwono Drs. Bagio Mudakir, MT. 2012)
C. Value For Money
1. Pengertian Value For Money
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor
publik
yang
mendasarkan
pada
tiga
elemen
utama,
yaitu
:
pertama,ekonomi, merupakanperbandingan input dengan input value yang
dinyatakan dalam satuan moneter.Ekonomi terkait dengan sejauh mana
organisasi sektor publik dapat meminimalisirinput resources yang
11
digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak
produktif; kedua,efisiensi, merupakan perbandingan output atau input
yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan;
ketiga, efektivitas, tingkat pencapaian hasil program dengan target yang
ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan
outcome dengan output (Mardiasmo, 2002).
Menurut Anggadini (2012) value for money adalah konsep
pencairan danapenggunaan dan Pemerintah Daerah yang menetapkan
prinsip ekonomi, efisiensi danefektivitas, artinya pemerintah daerah harus
selalu memperhatikan setiap sen/rupiah(uang) yang diperoleh dan
dipergunakan. Value for money diterapkan tiga prinsipdalam proses
pengelolaan organisasi yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas.
2. Tolak ukur dalam anggaran belanja suatu organisasi, baik organisasi yang
berorientasi laba (swasta) maupun organisasi nonprofit (sektor publik)
adalah value for money yang meliputi penilaian efisiensi, efektivitas, dan
ekonomi. Dimana pengertian dari masing-masing elemen tersebut adalah :
a.
Efisiensi adalah hubungan antara input dan output dimana barang dan
jasa yang dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output
tertentu. Atau dengan kata lain efisiensi merupakan perbandingan
output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang
telah ditetapkan (Bastian, 2006). Efisiensi merupakan hal terpenting di
antara ketiga hal tersebut.
b. Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, dimana
efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan,
dan prosedur organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara
sederhana, efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan
output.
c. Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan input dimana barang dan
jasa dibeli pada kualitas yang diinginkan pada harga terbaik yang
dimungkinkan.
12
d. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat
meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif (Bastian,
2006).
(KUSWOYO, ENDANG. 2014. )
D. Pelayanan Publik
1. Pengertian
Menurut
Widodo
layanan(melayani)
(2005)
pelayanan
keperluan
orang
publik
atau
adalah:
“pemberian
masyarakat
yang
mempunyaikepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok
dan tata cara yang telah ditetapkan”.Sejalan dengan pendapat tersebut
Keputusan MenteriPendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003
mendefinisikan:“Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi
dipusat, di daerah dan dilingkungan Badan Usaha Milik Negara(BUMN)
dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bentukbarang dan jasa
baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhanmasyarakat maupun dalam
rangka, pelaksanaan peraturanperundang-undangan (Dalam Ratminto,
2006).Pendapat lain mengenai definisi pelayanan publik Kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orangdengan landasan faktor
materil melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam rangka usaha
memenuhi kepentingan oranglain sesuai dengan haknya(Moenir, 1995).
(KUSWOYO, ENDANG. 2014. )
2. Kualitas layanan publik
Kualitas pelayanan atau Service Quality menurut (Parasuraman,
2001) dapat didefenisikan sebagai berikut kualitas layanan yang
diharapkan dan dirasakan ditentukan oleh kualitas layanan. Kualitas
layanan tersebut terdiri dari 10 daya tanggap, jaminan, fisik bukti, empati,
dan kehandalan yang diharapkan sangat dipengaruhi oleh berbagai
persepsi komunikasi dari mulut ke mulut, kebutuhan pribadi, persepsi
inilah yang memengaruhi pelayanan yang diharapkan EP = Exspectation
13
dan dan pelayanan yang dirasakan Pp = Perception yang membentuk
adanya konsep kualitas layanan.
(KUSWOYO, ENDANG. 2014. )
E. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari penelitian yang dilakukan untuk value for money pada Puskesmas
Pasirkaliki Dinas Kesehatan Kota Bandung dengan mengunakan metode
dekriptif maka tanggapan responden terhadap value for money sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis dinyatakan “sangat
baik”. Di mana konsep 3E yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas dapat
meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang
memberikan tepat sasaran, meningkatkan mutu pelayanan publik, dan
meningkatkan kesadaran akan uang publik sebagai akar pelaksanaan
akuntabilitas publik.
2. Dari penelitian yang dilakukan untuk kualitas pelayanan publik pada
Puskesmas Pasirkaliki Dinas Kesehatan Kota Bandung mengunakan
metode deskriptif maka tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan
publik sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis
dinyatakan
“sangat berkualitas”. Dimana pelayanan publik pada
Puskesmas Pasirkaliki yaitu Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit,
mudah dipahami dan mudah dilaksanakan, unit kerja/pejabat yang
berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan
penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan
publik, pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan, produk pelayanan publik dapat diterima
dengan benar, tepat dan sah, proses dan produk pelayanan publik
memberikan rasa aman dan kepastian hukum, pimpinan penyelenggaran
pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas
penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam
pelaksanaan pelayanan publik, tersedianya sarana dan prasarana kerja,
14
peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
penyediaan saran teknologi telekomunikasi dan informasi
tempat dan
lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh
masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan
informasi, pemberian pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun,
ramah serta memberikan pelayanan dengan ikhlas, dan lingkungan
pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman,
bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan
fasilitas pendukung pelayanan. 3. Hasil dari perhitungan koefisien
determinasi didapat sebesar 78,85 %, artinya value for money memiliki
peranan penting dalam terwujudnya kualitas pelayanan publik, apabila
value for money dapat diterapkan dengan baik maka kualitas pelayanan
publik dapat terwujud seiring dengan perkembangan value for money itu
sendiri, dan begitupun sebaliknya apabila value for money tidak diterapkan
dengan baik maka maka kualitas pelayanan publik pun tidak akan
maksimal. Sisanya yaitu sebesar 21,15 % (100%-78,85 %) dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang diduga seperti sumber daya manusia yang
dimiliki oleh Puskesmas Pasirkaliki belum dapat menerapkan sepenuhnya
value for money, pemutakhiran teknologi, serta masyarakat yang belum
tidak memanfaatkan fasilitas yang disediakan. value for money belum
dapat diterapkan sepenuhnya sehingga kualitas pelayanan publik pun
dirasa kurang maksimal.
(Anggadin, Sri Dewi. 2009.)
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Dari penelitian yang dilakukan untuk value for money pada Puskesmas
Pasirkaliki Dinas Kesehatan Kota Bandung dengan mengunakan metode
dekriptif maka tanggapan responden terhadap value for money sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis dinyatakan “sangat
baik”. Di mana konsep 3E yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas dapat
meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang
memberikan tepat sasaran, meningkatkan mutu pelayanan publik, dan
meningkatkan kesadaran akan uang publik sebagai akar pelaksanaan
akuntabilitas publik.
C. Dari penelitian yang dilakukan untuk kualitas pelayanan publik pada
Puskesmas Pasirkaliki Dinas Kesehatan Kota Bandung mengunakan
metode deskriptif maka tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan
publik sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis
dinyatakan
“sangat berkualitas”. Dimana pelayanan publik pada
Puskesmas Pasirkaliki yaitu Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit,
mudah dipahami dan mudah dilaksanakan, unit kerja/pejabat yang
berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan
penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan
publik, pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan, produk pelayanan publik dapat diterima
dengan benar, tepat dan sah, proses dan produk pelayanan publik
memberikan rasa aman dan kepastian hukum, pimpinan penyelenggaran
pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas
penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam
pelaksanaan pelayanan publik, tersedianya sarana dan prasarana kerja,
peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
16
penyediaan saran teknologi telekomunikasi dan informasi
tempat dan
lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh
masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan
informasi, pemberian pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun,
ramah serta memberikan pelayanan dengan ikhlas, dan lingkungan
pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman,
bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan
fasilitas pendukung pelayanan. 3. Hasil dari perhitungan koefisien
determinasi didapat sebesar 78,85 %, artinya value for money memiliki
peranan penting dalam terwujudnya kualitas pelayanan publik, apabila
value for money dapat diterapkan dengan baik maka kualitas pelayanan
publik dapat terwujud seiring dengan perkembangan value for money itu
sendiri, dan begitupun sebaliknya apabila value for money tidak diterapkan
dengan baik maka maka kualitas pelayanan publik pun tidak akan
maksimal. Sisanya yaitu sebesar 21,15 % (100%-78,85 %) dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang diduga seperti sumber daya manusia yang
dimiliki oleh Puskesmas Pasirkaliki belum dapat menerapkan sepenuhnya
value for money, pemutakhiran teknologi, serta masyarakat yang belum
tidak memanfaatkan fasilitas yang disediakan. value for money belum
dapat diterapkan sepenuhnya sehingga kualitas pelayanan publik pun
dirasa kurang maksimal.
D. Saran
Sebagai penyusun, saya merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar
saya dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya. Terima kasih.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anggadin, Sri Dewi. 2009. PENGARUH VALUE FOR MONEY TERHADAP
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK. Bandung. Universitas Komputer
Indonesia.
http://ak.unikom.ac.id/themes/frontpage/file/Jurnal
%20Riset%20Akuntansi%20-%20Vol%20I_No.1_Oktober
%202009_Sri%20Dewi%20A.pdf.
Diakses
pada
tanggal
21
November 2016.
Bandi, Dr., M.Si., Ak. 2010. Seminar Akuntansi. Surakarta. Universitas Sebelas
Maret.
http://bandi.staff.fe.uns.ac.id/files/2009/09/1-akuntansi-
standar1.pdf. Diakses pada tanggal 21 November 2016.
KUSWOYO, ENDANG. 2014. ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM
MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN PUBLIK PADA KONI
PROVINSI BENGKULU
(Studi Kasus Pada Program Upaya
Pembinaan Atlet). Bengkulu.
UNIVERSITAS BENGKULU.
http://repository.unib.ac.id/8171/1/I,II,III,I-14-end-FE.pdf.
Diakses
pada tanggal 21 november 2016.
Menteri kesehatan republik indonesia. 2004. Keputusan menteri kesehatan
republik Indonesia Nomor 128/menkes/sk/ii/2004 Tentang Kebijakan
dasar pusat kesehatan masyarakat. Jakarta. Kementerian kesehatan
republik
indonesia.
Http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/keputusan-menterikesehatan-nomor-128-menkes-sk-ii-2004-tentang-kebijakann-dasar18
pusat-kesehatan-masyarakat.pdf. Diakses pada tanggal 21 november
2016.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. DATA DASAR PUSKESMAS.
JAKARTA. KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/datadasar-puskesmas-tahun-2013.pdf. Diakses pada tanggal 21 November
2016.
Menteri Keuangan Republik Idonesia. 2014. MODUL GAMBARAN UMUM
AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL. Jakarta. Kementerian Keuangan
Republik
Indonesia.
http://www.btklsby.go.id/wp-content/uploads/2010/01/1-MateriGambaran-Umum-150414.pdf. Diakses pada tanggal 21 November
2016.
Yuli Eko Sarwono Drs. Bagio Mudakir, MT. 2012. ANALISIS PERMINTAAN
MASYARAKAT
AKAN
PUSAT
KESEHATAN
MASYARAKAT
(PUSKESMAS) DI KOTA SEMARANG. SEMARANG. Universitas
Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/29523/1/jurnal.pdf.
pada tanggal 21 November 2016.
19
Diakses