PERAN PELABUHAN SIBOLGA DALAM MENINGKATK
PERAN PELABUHAN SIBOLGA DALAM MENINGKATKAN
PEREKONOMIAN DAERAH KOTA SIBOLGA DAN SEKITARNYA
Kebijakan ekonomi nasional secara bertahap diarahkan untuk mengurangi
ketergantungan pada sektor minyak dan gas bumi. Untuk mencapai sasaran
tersebut maka ditempuh berbagai kebijakan di bidang industri, perdagangan
dan pengembangan dunia usaha, sebagai upaya peningkatan devisa negara.
Dalam hal ini kebijakan pengembangan pelabuhan Sibolga diarahkan untuk
meningkatkan peran dan jasa pelabuhan bagi pengangkutan hasil ekspor non
migas. Hubungan perdagangan timbal balik antara pulau dan dengan berbagai
negara terus ditingkatkan, sehingga menempatkan peran pelabuhan menjadi
semakin penting.
Pelabuhan Sibolga adalah pelabuhan alam di Teluk Tapian Nauli yang kedalaman
lautnya memadai untuk dimasuki kapal-kapal berukuran besar. Dimasa lalu
pelabuhan ini merupakan pintu gerbang keluar masuknya barang dan
penumpang melalui pantai barat
Sumatera Utara, terutama untuk wilayah disekitarnya, daerah pedalaman dan
Pulau Nias. Pelabuhan Sibolga sudah mampu mendukung pengadaan kargo dan
penumpang secara baik, dilain pihak juga mampu menyediakan kebutuhan jasa
angkutan laut yang dibutuhkan wilayah sekitarnya dengan jadwal yang baik dan
teratur. Sibolga selain berfungsi sebagai kota pelabuhan, juga merupakan pusat
perdagangan di Pantai Barat Sumatera Utara.
.
Di lain pihak perusahaan angkutan laut yang menyelenggarakan pelayaran
samudra enggan singgah secara teratur di pelabuhan Sibolga dengan alasan
kargo tidak tersedi cukupnya. Untuk lebih memacu pengembangan wilayah
dataran tinggi di Panta Barat serta mengurangi arus migrasi di Pantai Timur
Sumatera Utara perlu diupayakan untuk memfungsikan kembali pelabuhan
Sibolga sebagai pintu gerbang kegiatan perdagangan di Pantai Barat. Apabila
hal ini dapat direalisasikan, diharapkan sektor industri, perdagangan dan
pengembangan dunia usaha di wilayah sekitarnya akan berkembang dengan
baik. Untuk itu strategi dan kebijakan pengembangan pelabuhan Sibolga secara
bertahap harus mampu diarahkan untuk meningkatkan peranan dan jasa
pelabuhan secara terpadu dengan sektor pembangunan lainnya. Selain itu
peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan bertujuan untuk dapat
menyediakan pelayaran yang semakin tertib, aman lancar dan efisien.
Dewasa ini keadaan pelabuhan Sibolga telah berubah dan tidak mampu lagi
menyelenggarakan pelayaran secara teratur (regular line) sehingga
mempengaruhi Sibolga sebagai pusat perdagangan di Pantai Barat Sumatera
Utara dan kenyataannya kurang berperan jika dibandingkan dengan Padang
Sidempuan. Permasalahan yang dihadapi
kelihatannya sangat komprehensif. Saat ini masyarakat produsen dan pedagang
kolektor tidak mendapat keuntungan yang memadai, karena angkos angkut ke
kotakota tersebut relatif mahal. Jarak Medan dengan daerah kantong produksi
hanya berkisar antara 200 - 600 km, sedangkan jarak Sibolga dengan kantong
produksi hanya berkisar antara 0 – 200 km. Kenyataannya pemilik perkebunan
rakyat atau pedagang pengumpul dari Tapanuli Selatan sebagian lebih menyukai
barang dagangannya diangkut ke Padang atau Pekan Baru. Keadaan yang
demikian juga telah mengakibatkan merosotnya produksi perkebunan dan
peternakan masyarakat di wilayah sekitar Sibolga, yang sekalgus juga turut
mendorong masyarakat mempertinggi arus migrasi ke Wilayah Pantai Timur
Sumatera Utara
PEREKONOMIAN DAERAH KOTA SIBOLGA DAN SEKITARNYA
Kebijakan ekonomi nasional secara bertahap diarahkan untuk mengurangi
ketergantungan pada sektor minyak dan gas bumi. Untuk mencapai sasaran
tersebut maka ditempuh berbagai kebijakan di bidang industri, perdagangan
dan pengembangan dunia usaha, sebagai upaya peningkatan devisa negara.
Dalam hal ini kebijakan pengembangan pelabuhan Sibolga diarahkan untuk
meningkatkan peran dan jasa pelabuhan bagi pengangkutan hasil ekspor non
migas. Hubungan perdagangan timbal balik antara pulau dan dengan berbagai
negara terus ditingkatkan, sehingga menempatkan peran pelabuhan menjadi
semakin penting.
Pelabuhan Sibolga adalah pelabuhan alam di Teluk Tapian Nauli yang kedalaman
lautnya memadai untuk dimasuki kapal-kapal berukuran besar. Dimasa lalu
pelabuhan ini merupakan pintu gerbang keluar masuknya barang dan
penumpang melalui pantai barat
Sumatera Utara, terutama untuk wilayah disekitarnya, daerah pedalaman dan
Pulau Nias. Pelabuhan Sibolga sudah mampu mendukung pengadaan kargo dan
penumpang secara baik, dilain pihak juga mampu menyediakan kebutuhan jasa
angkutan laut yang dibutuhkan wilayah sekitarnya dengan jadwal yang baik dan
teratur. Sibolga selain berfungsi sebagai kota pelabuhan, juga merupakan pusat
perdagangan di Pantai Barat Sumatera Utara.
.
Di lain pihak perusahaan angkutan laut yang menyelenggarakan pelayaran
samudra enggan singgah secara teratur di pelabuhan Sibolga dengan alasan
kargo tidak tersedi cukupnya. Untuk lebih memacu pengembangan wilayah
dataran tinggi di Panta Barat serta mengurangi arus migrasi di Pantai Timur
Sumatera Utara perlu diupayakan untuk memfungsikan kembali pelabuhan
Sibolga sebagai pintu gerbang kegiatan perdagangan di Pantai Barat. Apabila
hal ini dapat direalisasikan, diharapkan sektor industri, perdagangan dan
pengembangan dunia usaha di wilayah sekitarnya akan berkembang dengan
baik. Untuk itu strategi dan kebijakan pengembangan pelabuhan Sibolga secara
bertahap harus mampu diarahkan untuk meningkatkan peranan dan jasa
pelabuhan secara terpadu dengan sektor pembangunan lainnya. Selain itu
peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan bertujuan untuk dapat
menyediakan pelayaran yang semakin tertib, aman lancar dan efisien.
Dewasa ini keadaan pelabuhan Sibolga telah berubah dan tidak mampu lagi
menyelenggarakan pelayaran secara teratur (regular line) sehingga
mempengaruhi Sibolga sebagai pusat perdagangan di Pantai Barat Sumatera
Utara dan kenyataannya kurang berperan jika dibandingkan dengan Padang
Sidempuan. Permasalahan yang dihadapi
kelihatannya sangat komprehensif. Saat ini masyarakat produsen dan pedagang
kolektor tidak mendapat keuntungan yang memadai, karena angkos angkut ke
kotakota tersebut relatif mahal. Jarak Medan dengan daerah kantong produksi
hanya berkisar antara 200 - 600 km, sedangkan jarak Sibolga dengan kantong
produksi hanya berkisar antara 0 – 200 km. Kenyataannya pemilik perkebunan
rakyat atau pedagang pengumpul dari Tapanuli Selatan sebagian lebih menyukai
barang dagangannya diangkut ke Padang atau Pekan Baru. Keadaan yang
demikian juga telah mengakibatkan merosotnya produksi perkebunan dan
peternakan masyarakat di wilayah sekitar Sibolga, yang sekalgus juga turut
mendorong masyarakat mempertinggi arus migrasi ke Wilayah Pantai Timur
Sumatera Utara