PERTUMBUHAN PERBANKAN DI INDONESIA (1)

Profil Perkembangan Perbankan 2006-2010
Tugas mata kuliah

EkonomiMoneter

Oleh :
Mukhamad Makmur

PRODY EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomiansuatu negara memiliki
peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian
besar melibatkan jasa dari sektor perbankan. Hal tersebut dikarenakan sektor perbankan
mengemban fungsi utama sebagai perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus

dana, denganunit-unit ekonomi yang kekurangan dana. Melalui sebuah bank dapat dihimpun
dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan selanjutnya dari dana yang telah
terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan kembali dalam bentuk pemberian kredit kepada
sektor bisnis atau pihak lain yang membutuhkan. Semakin berkembang kehidupan
masyarakat dan transaksi-transaksi perekonomian suatunegara, maka akan membutuhkan
pula peningkatan peran sektor perbankan melalui pengembangan produk-produk jasanya.
1.2 Rumusan Masalah
A) Mengetahuiperkembangkan bank diindonesia
B) Mengetahuisumber modal bank
C) Mengetahuiperanan bank
D) MengetahuiBagaimana Suku Bunga SBI mempengaruhi tingkat pertumbuhan
bankumum

1.3 Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini, penyusun bertujuan untuk mengetahui perandanfungsi bank
dalampertumbuhanekonominasional,
danuntukmengetahui

danuntukmengetahuisumber
modal


modal

bank

Bukanhanyaitusajabertujuanuntukmengetahuibagaimanadampaktingkatsukubunga
ditetapkandari bank Indonesia kepada bank-bank lain.

bank
dikelolah.
yang

1.4 Sistematika Pembahasan
BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Sistematika Pembahasan


BAB II

Pembahasan
2.1 PeranPerbankan
2.2 Modal Bank
2.3 Sumber sumber permodalan Bank
2.4 Konsep Perhitungan Biaya Sumber Dana
2.5 perkembanganperbankan 2006-2010
2.6 PertumbuhanPerbangkansyariah

BAB III

Penutup
3.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran Perbankan
Bank merupakan lembaga yang menghubungkan antara pihak yangkelebihan dana dengan
pihak yang kekurangan dana, dan memperlancar aruspembayaran, serta mencari keuntungan
dari usaha yang dijalankannya. Sesuai dengan pengertian bank yaitu badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
Bank merupakan lembaga yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana dengan
pihak yang kekurangan dana, dan memperlancar arus pembayaran, serta mencari keuntungan
dari usaha yang dijalankannya. Sesuaidengan pengertian bank yaitu badan usaha yang
menghimpun dana darimasyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakatdalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf.
Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomiansuatu negara memiliki
peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupanmasyarakat modern sehari-hari sebagian
besar melibatkan jasa dari sektorperbankan.
Hal tersebut dikarenakan sektor perbankan mengemban fungsi utamasebagai perantara
keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, denganunit-unit ekonomi yang
kekurangan dana. Melalui sebuah bank dapat dihimpun dana dari masyarakat dalam berbagai
bentuk simpanan selanjutnya dari dana yang telah terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan
kembali dalam bentuk pemberian kredit kepada sektor bisnis atau pihak lain yang
membutuhkan.


Semakinberkembang

kehidupan

masyarakat

dan

transaksi-transaksi

perekonomian suatunegara, maka akan membutuhkan pula peningkatan peran sektor
perbankanmelalui pengembangan produk-produk jasanya

2.2Modal Bank
Bank sebagai unit usaha bisnis membutuhkan modal. Modal bank adalah aspek
terpenting bagi suatu unit bisnis bank, salah satunya sangat dipengaruhi oleh kondisi
kecukupan modalnya. Kebanyakan masyarakat mengatakan bahwa fungsi utama modal bank
adalah melindungi para penyimpan uang dari kerugian yang timbul, modal bank adalah
manifestasi dari keinginan para pemegang saham untuk berperan dalam bisnis perbankan

Menurut Johnson dan johnson. Modal bank mempunyai tiga fungsi yaitu
1. Modal memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian bank
dan perlindungan terhadap kepentingan produsen
2. Sebagai dasar bagi penetapan batas maksimum kredit
3. Modal menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk
mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif dalam menghasilkan
keuntungan.
Selain fungsi diatas fungsi modal adalah
1. Untuk melindungi para deposan dengan menagkal semua kerugian usaha
perbankan sebagai akibat salah satu atau kombinasi resiko perbankan
2. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat berkenaan dengan kemampuan
bank untuk memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo dan memberikan
keyakinan mengenai kelanjutan operasi bank meskipun terjadi kerugian.
3. Untuk membiayai kebutuhan aktiva tetap seperti gedung, peralatan dan
sebagainya.
4. Untuk memenuhi regulasi permodalan yang sehat menurut otoritas moneter.
Melihat fungsi modal pada suatu bank menyatakan bahwa kedudukan modal merupakan hal
penting yang harus dipenuhi terutama oleh pendiri bank dan para manajemen bank selama
beroperasinya bank tersebut.


2.3Sumber sumber permodalan Bank
Pengertian sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat
perolehan ini tergantung pada bank itu sendiri, apakah dari simpanan masyarakat atau dari
lembaga lainnya. Pemilihan sumber dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang
ditanggung.oleh karena itu pemiliha sumber dana harus dilakukan secara tepat.
Secara garis besar sumber dana bank dapat di peroleh dari:
a) Dari bank itu sendiri
b) Dari masyarakat luas
c) Dan dari lembaga lainnya
1. Jenis Sumber Dana
a) Dana yang bersumber dari bank itu sendiri
Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya adalah dana yang
diperoleh dari dana bank salah satu jenis dana yang bersumber dari bank itu sendiri adalah
modal setor dari para pemegang saham. Dana sendiri adalah dana yang berasal dari para
pemegang saham bank atau pemilik saham.
Adapun pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari:
 Setoran modal dari pemegang saham yaitu merupakan modal dari para pemegang
saham lama atau pemgang saham yang baru. Dana yang disetor secara efektif oleh
para pemegang saham pada waktu bank berdiri. Pada umumnya modal setoran
pertama dari pemilik bank sebagian digunakan untuk sarana perkantoran, pengadaan

peralatan kantor dan promosi untuk menarik minat masyarakat.
 Cadangan laba, yaitu merupakan laba yang setiap tahun di cadangkan oleh bank dan
sementara waktu belum digunakan. Cadangan laba yaitu sebagian dari laba bank yang
disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang akan
dipergunakan untuk menutupi timbulnya resiko di kemudian hari. Cadangan ini dapat
diperbesar apabila bagian untuk cadangan tersebut ditingkatkan atau bank mampu
meningkatkan labanya.

 Laba bank yang belum di bagi, merupakan laba tahun berjalan tapi belum dibagikan
kepada para pemegang saham.
Semakin besar modal yang dimiliki oleh suatu bank, berarti kepercayaan masyarakat
bertambah baik dan bank tersebut akan diakui oleh bank-bank lain baik di dalam
maupun di luar negeri sebagai bank yang posisinya kuat.
b) Dana yang bersumber dari masyarakat luas
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan
merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana
ini. Adapun Dana masyarakat adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik
perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh dari bank dengan menggunakan berbagai
instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank
Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis

simpanan (rekening). Masing-masing jenis simpanan memiliki keunggulan tersendiri,
sehingga bank harus pandai dalam menyiasati pemilihan sumber dana. Sumber dana yang
dimaksud adalah:
 Simpanan giro
 Simpanan tabungan
 Simpanan deposito.
c) Dana yang bersumber dari lembaga lain
Dalam praktiknya sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan
dalam pencarian sumber dana sendiri dan masyarakat. Dana yang diperoleh dari sumber ini
digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari
sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:
 Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan kredit yang diberikan bank
Indonesia kepda bnk-bank yang mengalami kesulitan likuiditas. Kredit likuiditas ini
juga diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor usaha tertentu.

 Pinjaman antar bank (Call Money). Biasanya pinjaman ini di berikan kepada bankbank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring dan tidak mampu untuk
membayar kekalahannya. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang
relative tinggi jika dibandingkan dengan pinjaman lainnya.
 Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh
perbankan dari pihak luar negeri.

 Surat berharga pasar uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan
SPBU kemudian diperjual belikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan
keuangan maupun nonkeuangan. SPBU diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat
suku bunga sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya.
2.4 Konsep Perhitungan Biaya Sumber Dana
Sebagai sebuah lembaga intermediasi keuangan, mekanisme dasar bank syariah adalah
menerima deposito dari pemilik modal (depositor) pada sisi liability-nya (kewajiban) untuk
kemudian menawarkan pembiayaan kepada investor pada sisi asetnya, dengan pola atau
skema pembiayaan yang sesuai dengan syariat Islam. Pada sisi kewajiban, terdapat dua
kategori utama, yaitu interest-free current and saving accounts dan investment accounts yang
berdasarkan pada prinsip PLS (Profit and Loss Sharing) antara pihak bank dengan pihak
depositor. Sedangkan pada sisi aset, yang termasuk didalamnya adalah segala bentuk pola
pembiayaan yang bebas riba dan sesuai standar syariah, seperti mudarabah, musyarakah,
istisna, salam, dan lain-.
Untuk mendapatkan modal bank dapat diperoleh melalui berbagai sumber. Modal
bank menurut George H Hempel membagi modal bank dalam tiga bentuk yaitu:pinjaman
subordinasi, saham preferen, dan saham biasa. Beberapa jenis pinjaman subordinasi dan
saham preferen dapat dikonversikan menjadi saham biasa,dan saham biasa dapat
dikembangkan baik secara eksternal maupun internal.
Pinjama subordinasi terdiri dari semua bentuk kewajiban berbunga yang dibayar

kembali dalam jumlah yang pasti(fixed)dalam jangka tertentu. Bentuk pinjaman subordinasi
bervariasi dari capital notes sasmpai debenture.
Penentuan sumber sumber permodalan bank yang dapat didasarkan atas beberapa
funsi penting yang dapat dipengaruhi oleh modal bank,misalnya bila bank harus menyediakan
proteksi terhadap kegagaln bank .

Maka sumber yang paling tepat adalah modal equitas (equity capital). Modal ekuitas
merupakan penyangga untuk menyerap kerugian dan kecukupan penyangga itu adalah
kritikal bagi solvabilitas bank. Oleh karena itu bila kerugian bank melebihi net worth maka
likuidasi harus terjadi. Bila modal itu disediakan untuk memberikan proteksi terhadap
kepentingan para deposan, maka pinjaman subordinasi dan debentures juga berfungsi
seperti equity capital. Bila kerugian melebihi modal ekuitas maka bank harus dilikuidasi,
tetapi dana yang dipasok oleh pemberi modal pinjaman dan pemilik debentures harus menjadi
penyangga untuk melindungi kepentingan para deposan. Jadi modal pinjaman tidak secara
langsung melindungi kegagalan atau kerugian bank.
2.5perkembanganperbankan 2006-2010
Krisis moneter yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadapdollar Amerika Serikat
yang telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi termasukperbankan. Krisis moneter yang
terus menerus mengakibatkan krisis kepercayaan,akibatnya banyak bank yang dilanda
penyakit yang sama, sehingga banyak bankyang lumpuh karena dihantam kredit macet atau
rush (Nasser dan Aryati, 2000).Sejak krisis moneter pada awal tahun 1997 dan berlanjut
efeknya beberapatahun belakangan ini, berdampak besar pada sendi-sendi sektor perbankan.
Faktanya tercermin dari jumlah bank yang mengalami penurunan cukupsignifikan, dimana
sejak 14 Desember 1992 sampai dengan 5 Februari 2001berdasarkan Keputusan Pemerintah
terdapat 20 bank yang dilikuidasi, 31 banklainnya sejak 29 juli 1999 sampai dengan 17 Maret
2003 dilakukan merger ataukonsolidasi, 10 bank dibekukan operasinya (BBO), 41 bank
dibekukan kegiatanusahanya (BBKU) dan 27 bankdiikut sertakan dalam program
rekapitalisasi.Bank umum yang saat ini masih menjalankanusahanya, terakhir sejak
2010tercatat sebanyak 121 bank.
Berikut ini menggambarkan perkembangan jumlah bank diIndonesia khususnya dalam 5
tahun terakhir yaitu dari tahun 2006 sampai tahun2010 sebagai berikut :
Posisi Perkembangan Jumlah Bank Tahun 2006-2010

Jumlah Bank Umum
Naik /
BUSN

Tahun

2006
2007
2008
2009
2010

Persero

5
5
5
4
4

BUSN

BPD

devisa

Non
Devisa

35
35
35
34
36

36
36
33
31
31

26
26
26
26
26

Campura

Asing

Jumlah

Turun

11
11
10
10
10

130
130
124
121
121

0
0
-6
-3
0

n
17
17
15
16
15

Terjadinya krisis keuangan global menjelang akhir tahun 2008 mempunyaidampak terhadap
industri perbankan di Indonesia. Menurunnya kapasitaspermintaan dan produksi di sektor riil
berpotensi kuat terhadap kualitas aktivaperbankan, sehingga perbankan harus lebih berhatihati dalam penyalurankreditnya. Gejolak keuangan dan penurunan permintaan akibat krisis
keuangandan penurunan permintaan akibat krisis keuangan menyebabkan terdepresiasinya
nilai rupiah, tekanan inflasi yang cukup kuat dan meningkatnya suku bunga juga berdampak
pada penyaluran kredit perbankan di Indonesia
Bank umum (Commercial Bank) memiliki peran yang sangat pentingdalam menggerakan
roda perekonomian nasional, karena lebih dari 95% DanaPihak Ketiga (DPK) perbankan
nasional yang meliputi Bank Umum (CommercialBank), Bank Syariah (Sharia Bank), dan
Bank Perkreditan Rakyat (Rural Bank)berada di Bank Umum (Statistik Perbankan Indonesia
yang diolah). DPK ini yang selanjutnya digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
melaluipenyaluran kredit.
Menurut Lukman Dendawijaya (2005) dana-dana yang ihimpun dari masyarakat dapat
mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank dan kegiatan perkreditan
mencapai 70%-80% dari total aktiva bank. Bilamemperhatikan neraca bank akan terlihat
bahwa sisi aktiva didominasi olehbesarnya kredit yang diberikan, dan bila memperhatikan
laporan laba rugi bankakan akan terlihat bahwa sisi aktiva didominasi oleh besarnya
pendapatan daribunga dan provisi kredit. Hal ini dikarenakan aktivitas bank yang terbanyak
akanberkaitan erat secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatanperkreditan.
Disisi lain dana pihak ketiga yang disimpan di bank mengalamipertumbuhan dari waktu ke
waktu. Tabel berikut ini adalah posisi dana pihakketiga yang dihimpun sektor perbankan di
Indonesia dari tahun 2006-2010 :

Tahun

Posisi simpanan dana pihak ketiga yang dihimpun Bank Umum

Rupiah
(%)
2006
1.093.445
84,95
2007
1.284.797
85,04
2008
1.638.454
83.3
2009
1.638.454
83,99
2010
1.990.518
85,11
*Sumber : Bank Indonesia (Rp. Miliar)

Komersial
Valas
193.657
226.037
292.849
312.258
348.306

(%)
15,5
14,96
16,70
16,01 1
14,89

jumlah
1.287.102
1.510.834
1.753.292
1.950.712
2.338.824

Jumlah simpanan dana pihak ketiga tahun 2009 sebesar Rp 1.950.712miliar naik 19,89%
menjadi Rp 2.388.824 miliar pada tahun 2010. Dari jumlahsimpanan tersebut, komposisi
terbesar rata-rata dalam bentuk rupiah sedangkansisanya simpanan dalam mata uang
asing.Menurut Dahlan Siamat (2005) salah satu terkonsentrasinya usaha bankdalam
penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasiantara unit surplus
dengan unit defisit, dan sumber utama dana bank berasal darimasyarakat sehingga secara
moral mereka harus menyalurkan kembali kepadamasyarakat dalam bentuk kredit.
Meskipun penyaluran kredit memegang peranan penting bagi pertumbuhanekonomi negara,
namun kredit yang disalurkan oleh perbankan belum optimal. Halini dapat terlihat dari Loan
to Deposit Ratio (LDR Bank Umum periode 2006-2010 yang masih berkisar pada angka
61,56% - 75,21% (statistic PerbankanIndonesia), masih berada di bawah harapan Bank
Indonesia. Berdasar ketentuanBank Indonesia, angka LDR seharusnya berada disekitar 85%110% LDR sendiri merupakan indikator dalam pengukuran fungsi intermadiasiperbankan di
Indonesia. Sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio
LDR dihitung dari pembagian kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk
antar bank) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencakup giro, tabungan, dan deosito
(tidak termasuk antar bank).Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin besar pula DPK
yang dipergunakan untuk penyaluran kredit, yang berarti bank telah mampu menjalankan
fungsiintermediasinya dengan baik. Disis lain LDR yang terlampau tinggi dapatmenimbulkan
risiko likuiditas bagi bank.
2.6 Pertumbuhan Perbangkan Syariah

Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) yang beroperasi di
Indonesia jumlahnya semakin banyak dengan berbagai bentuk produk dan pelayanan yang
diberikan dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat. Permasalahan yang paling
penting adalah bagaimana kualitas kinerja dan kesehatan dari BUK dan BUS yang ada.
Kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan bank merupakan kepentingan semua
pihak terkait, baik pemilik, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia selaku
otoritas pengawas bank. Kondisi tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak terkait tersebut
untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan
terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam
pengukuran kinerja perbankan adalah efisiensi, yang dapat ditingkatkan melalui penurunan
biaya (reducing cost) dalam proses produksi ataupun dengan meningkatkan keuntungan.
Tingkat efisiensi yang dicapai merupakan cermin dari kualitas kinerja yang baik.
Penilaian efisiensi bank menjadi sangat penting dengan kondisi seperti ini, karena efisiensi
merupakan gambaran kinerja suatu bank sekaligus menjadi faktor yang harus diperhatikan
bank untuk bertindak rasional dalam meminimumkan tingkat risiko yang dihadapi dalam
menghadapi kegiatan operasinya. Analisis mengenai efisiensi menjadi sangat penting karena
penghimpunan dan peyaluran pembiayaan yang ekspansif tanpa memperhatikan faktor
efisiensi akan berpengaruh terhadap profitabilitas bank yang bersangkutan (Muharam dan
Pusvitasari, 2007). Apalagi jika tidak hanya satu bank saja yang dianalisis efisiensinya, akan
tetapi juga diperbandingkan dengan nilai efisiensi bank-banklain.
Hasil perbandingan ini sangat berguna dan bisa dijadikan acuan untuk pihak-pihak terkait.
Bagi pemilik bank, bisa memperbaiki kinerja banknya dengan mencontoh kinerja bank lain
yang mencapai tingkat efisiensi lebih baik, sedangkan bagi masyarakat, sebagai pengguna
jasa bank bisa mendapatkan pandangan untuk memilih bank mana yang akan dituju. Astiyah
dan Husman (2006) menjelaskan bahwa efisiensi bank bukan hanya sebagai indikator penting
dalam perbankan, tetapi juga sarana penting untuk lebih meningkatkan efektivitas kebijakan
moneter. Perbankan yang efisien diperkirakan dapat memperlancar proses transmisi kebijakan
moneter, sehingga kebijakan moneter dapat lebih efektif mencapai sasaran.
Efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan input (Huri dan Susilowati, 2004).
Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada merupakan ukuran
kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, lembaga keuangan

dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan input
yang ada atau dengan cara mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output
tertentu.
Kegiatan operasional perbankan Indonesia yang semakin efisien baik simpanan maupun
pembiayaannya, berarti bank akan mampu memberikan tingkat pengembalian yang lebih
bersaing sehingga nasabah akan semakin diuntungkan. Selain itu, jika bank mampu efisien
maka akan semakin menambah nilai dari bank tersebut dan akan meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap bank tersebut, yang mana dengan kepercayaan tersebut bank akan dapat
berkembang melalui tingkat keuntungan yang semakin meningkat.
Indikator efisiensi dapat dilihat dengan memperhatikan besarnya rasio beban operasional
terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan rasio Non Performing Financing (NPF).
Kinerja perbankan dapat dikatakan efisien apabila rasio BOPO dan NPF mengalami
penurunan. Selain itu efisiensi juga dapat dilihat dengan memperhatikan pertumbuhan tingkat
indikator kinerja bank seperti jumlah simpanan, pembiayaan, dan total aktiva. Semakin besar
jumlah simpanan, pembiayaan, dan total aktiva menunjukan semakin baik dan produktif bank
dalam kegiatan operasinya.
Data rasio keuangan dan indikator kinerja berupa jumlah simpanan, pembiayaan, dan total
aktiva perbankan nasional dapat dilihat pada tabel:
Perkembangan Kinerja Perbankan di Indonesia
(Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah) Tahun 2006-2010
(dalam Triliun Rupiah)

Indikator Kinerja

Periode

Simpanan
BiayaOperasional
Biaya Operasional

2006
1.287
184,826
53,122

2007
1.511
184,617
63,472

2008
1.753
232,170
76,496

2009
1.973
258,311
82,886

2010
2.339
302,549
95,410

Lain
Penyaluran kredit
Total Aset
NPF
BOPO

792,297
1.694
6,07%
86,98%

1.002
1.987
4,07%
84,05%

1.307
2.311
3,20%
88,59%

1.438
2.534
3,31%
86,63%

1.766
3.009
2,56%
86,04%

Pertumbuhan indikator kinerja perbankan di Indonesia secara keseluruhan selama periode
2006-2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dapat dilihat dari tabel
Diantaranya adalah jumlah simpanan yang pada periode 2006 berjumlah sebesar 1.287 triliun
meningkat setiap periodenya sampai pada periode 2010 menjadi sebesar 1.511 triliun.
Kenaikan jumlah simpanan pada akhirnya juga meningkatkan jumlah penyaluran
kredit/pembiayaan yang pada periode 2006 berjumlah sebesar 792,297 triliun meningkat
setiap periodenya sampai dengan periode 2010 menjadi sebesar 1.766 triliun. Begitu juga
dengan jumlah total aset yang pada periode 2006 berjumlah sebesar 1.694 triliun terus
meningkat menjadi sebesar 3.009 triliun pada periode 2010.
Data rasio keuangan pada tabel 1.2 menyebutkan bahwa terjadi penurunan jumlah rasio NPF
secara berturut-turut pada periode 2006-2008 dari sebesar 6,07% pada periode 2006, 4,07%
pada periode 2007, dan 3,20% pada periode 2008. Hal ini menandakan kinerja perbankan
nasional yang semakin baik dalam mengelola risiko penyaluran kredit/pembiayaan macet,
meskipun pada akhirnya jumlahnya meningkat sedikit pada periode 2009 sebesar 3,31% yang
menunjukan kenaikan angka penyaluran kredit/pembiayaan bermasalah dalam perbankan
nasional. Namun, pada periode 2010, rasio NPF kembali mengalami penurunan yang
signifikan.
Perbankan nasional memperlihatkan bahwa rasio BOPO pada periode 2006-2009 mengalami
fluktuasi, yaitu pada periode 2006 sebesar 86,98% menurun menjadi 84,05% pada periode
2007, dan kemudian meningkat pada periode 2008 menjadi 88,59% lalu menurun kembali
menjadi 86,63% pada periode 2009, dan setelah itu menurun lagi menjadi 86,04% pada
periode 2010. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya (Dendawijaya, 2000). Meningkatnya nilai
rasio BOPO menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya operasional yang ditanggung oleh
bank sehingga mengakibatkan operasional bank semakin tidak efisien.
Kinerja perbankan nasional secara umum mengalami peningkatan dari periode 2006-2010
yang dapat disimpulkan dari data tabel .Akan tetapi hal ini masih diikuti dengan fluktuatifnya
rasio BOPO yang menunjukkan inkonsistensi bank dalam mengelola kegiatan operasionalnya

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial pertumbuhan DPKberpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan kredit. Sedangkan pertumbuhansimpanan dari bank lain, CAR, tingkat
suku bunga SBI tidak berpengaruhsignifikan padatahun 2006-2010 terhadap pertumbuhan

kredit. Kemudian hasil estimasi regresimenunjukkan kemampuan prediksi 4 variabel bebas
terhadap pertumbuhan kreditsebesar 16,7% sedangkan sisanya 83,3% dipengaruhi oleh faktor
lain diluarvariable penelitian ini yang belum dimasukkan dalam analisis ini.
Nilai efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) di Indonesia lebih rendah dibanding Bank
Umum Syariah (BUS) selama periode tahun 2006-2010. Hal ini bisa dilihat pada besarnya
rata-rata BOPO BUK selama 5 tahun yang berada di atas BOPO BUS, yaitu 86,71% dan
81,88%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai efisiensi masing-masing BUK dan
BUS, menganalisis pengaruh variabel input (jumlah simpanan, jumlah aset dan jumlah biaya
tenaga kerja) dan variabel output (total kredit/pembiayaan dan laba operasional) terhadap
nilai efisiensi BUK dan BUS, dan menganalisis perbedaan nilai efisiensi BUK dan BUS
selama periode 2006-2010.

DaftarPustaka
Data PetumbuhanBankIndonesia 2006-2010
Drs.Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank,Jakarta:PT Bumi Aksara.1999
Muchdarsyah
Sinungan, stategi
Manajemen
2000,Jakarta:Rineka Cipta.1994

Bank,

menghadapi

tahun

Lintang Rahmadhani, Analisis Pengaruh Car, PertumbuhanDpk, Pertumbuhan Simpanan
DariBank Lain Dan Suku Bunga SbiTerhadap Pertumbuhan Kredit, Dalam
Jurnal:Perbankansyariah, 2011
Rakhmat Purwanto,Analisis perbandingan efisiensi Bank umum konvensional (buk) dan
Bank umum syariah (bus) di indonesia dengan metode data envelopment, Dalam
jurnal : PertumbuhanPerbankanKonvensional Dan Syariah,2011