HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN FREKUENSI MEROKOK PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN FREKUENSI MEROKOK PADA REMAJA SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh : Yohannes Chandra Adityo 049114109 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Juni 2010 Penulis
Yohannes Chandra Adityo
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN FREKUENSI
Yohannes Chandra Adityo ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara kepercayaan diri
dengan frekuensi merokok pada remaja. Asumsi dasarnya adalah ada keterkaitan antara kepercayaan
diri dengan frekuensi merokok pada remaja. Hipotesis dalam penelitian ini adalah kepercayaan diri
berhubungan secara negatif dan signifikan dengan frekuensi merokok pada remaja. Subyek dalam
penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma angkatan 2009 sebanyak 72 siswa.
Penelitian ini menggunakan menggunakan angket sebagai metode pengumpulan data. Alat pengumpul
data yang digunakan terdiri dari dua skala; skala kepercayaan diri dan skala frekuensi merokok.
Metode analisis data dengan korelasi product moment model Spearman menunjukkan koefisien
korelasi sebesar 0.082 dengan probabilitas 0.246 (p<0,01). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang tidak signifikan antara kepercayaan diri dengan frekuensi merokok pada remaja dan
berarti hipotesis yang diajukan tidak diterima.Kata kunci: kepercayaan diri, frekuensi merokok, remaja
RELATIONSHIP BETWEEN SELF CONFIDENCE AND FREQUENCY
Yohannes Chandra Adityo ABSTRACT
This study aims to examine the relationship between self-confidence with the frequency
of smoking in adolescents. The assumption is essentially there is relationship between self-confidence
with the frequency of smoking in adolescents. The hypothesis of this research that self confidence have
negative significantly related with smoking frequency in adolescents. Subjects in this study were of 72
students of University of Sanata Dharma in 2009 entry. This study used the questionnaire as a method
of data collection. Data collection instrument that is used consists of two scales; the self confidence
scale and smoking frequency scale. Methods of data analysis from the correlation product moment in
Spearman showed that correlation coefficient is 0, 246 with probability number (p < 0.01). These
results indicate that there is no significant relationship between self-confidence with the smoking
frequency among adolescents and its mean hypothesis is not accepted.Keywords: self confidence, smoking frequency, adolescences
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Yohannes Chandra Adityo Nomor Mahasiswa : 049114109
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Frekuensi Merokok
Pada Remaja
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam Bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti Kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 30 September 2010 Yang menyatakan, ( Yohannes Chandra Adityo ) vii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan terang-Nya yang senantiasa meyertai penulis, sehingga skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Frekuensi Merokok pada Remaja" dapat terselesaikan. Keberhasilan ini tercapai juga atas bantuan dari berbagai pihak yang dengan kesungguhan hati telah mengorbankan waktu dan tenaganya.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan baik berupa doa, dorongan semangat maupun bimbingan kepada :
1. Y. Heri Widodo, M.Psi. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan hingga skripsi ini selesai.
2. Dr. Ch. Siwi Handayani selaku dekan fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Passchedona Henrietta Puji Dwi Astuti Dian Sabatti, S.Psi. selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan dorongan agar penulis dapat segera menyelesaikan studi.
4. Seluruh dosen fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis semasa menuntut ilmu di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
5. Mas Gandung yang telah banyak membantu penulis : "Makasih ya mas udah mau direpotin terus".
6. Papa dan Mama tercinta yang telah memberikan dukungan, kasih dan pengorbanan yang tiada terhingga sampai skripsi ini selesai : "Terimakasih atas kesempatan pendidikan di perguruan tinggi Hanya ini yang dapat kupersembahkan sebagai rasa sayangku pada papa dan mama".
7. My Brother terkasih (Nico) yang telah memotivasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini : "Thanks bro... " 8.
Semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan dorongan semangat dan bantuannya sehingga skripsi ini dapat selesai.
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dan saran demi kesempumaan skripsi ini. Akliir kata, penyusun berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan dunia Psikologi pada khususnya.
Yogakarta, September 2010 Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v ABSTRACT ........................................................................................................ vi HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... vii KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7 BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 8 A. Frekuensi Merokok .................................................................................... 8
1 Pengertian ........................................................................................... 8
2 Faktor yang menyebabkan perilaku merokok ..................................... 9
B. Kepercayaan Diri ....................................................................................... 10
1 Pengertian Kepercayaan Diri .............................................................. 10
2 Aspek-Aspek Kepercayaan Diri .......................................................... 10
3 Jenis rasa percaya diri ......................................................................... 12
4 Faktor-Faktor pembentuk Rasa Percaya Diri ....................................... 14
5 Ciri-ciri orang yang mempunyai kepercayaan diri .......................................... 15
6 Ciri-ciri orang yang kurang memiliki kepercayaan diri ..................... 17
7 Kepercayaan diri pada remaja............................................................. 18
C. Hubungan Antar Variabel ......................................................................... 20
D. Hipotesis .................................................................................................... 23
BAB III Metodelogi Penelitian .......................................................................... 24 A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 24 B. Identifikasi Variabel .................................................................................. 24 C. Definisi Operasional .................................................................................. 24 D. Subyek Penelitian ........................................................................................ 26 E. Metode dan Alat Penelitian ........................................................................ 26 F. Pertanggungjawaban Mutu.......................................................................... 29
1 Estimasi Validitas Alat Tes .................................................................. 29
2 Uji Daya Beda Item.............................................................................. 30
3 Estimasi Reliabilitas ............................................................................. 32
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 35 A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 35 B. Data Demografi Subjek Penelitian ............................................................. 35 C. Uji Asumsi ................................................................................................. 36
a.
Uji Normalitas ...................................................................................... 36 b. Uji Linearitas ....................................................................................... 36
D. Hasil Penelitian .......................................................................................... 36 1.
Uji Hipotesis ........................................................................................ 36 2. Uji Tambahan ...................................................................................... 37
E. Pembahasan ................................................................................................. 38 BABV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 41
A. Kesimpulan ................................................................................................ 41
B. Saran .......................................................................................................... 41 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 42 LAMPIRAN ....................................................................................................... 45
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Tabel Blue Print Skala Kepercayaan Diri ..................................................... 29
2 Hasil Uji Korelasi Aitem-Total Variabel Kepercayaan Diri ........................ 30
3 Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri setelah Try Out ............................ 31
4 Distribusi Aitem Skala Kepercayaan Diri setelah Proporsionalitas ............ 29
5 Data Usia Subyek Penelitian ....................................................................... 35
6 Data Teoritis dan Empiris Skala Kepercayaan diri dan Frekuensi merokok ....................................................................................... 37
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. LAMPIRAN 1 skala try out ...................................................................... 45
B. LAMPIRAN 2 reliabilitas item try out ...................................................... 50
C. LAMPIRAN 3 skala pengambilan data ..................................................... 73
D. LAMPIRAN4 reliabilitas skala ................................................................ 77
E. LAMPIRAN 5 Uji Normalitas ...................................................................79
F. LAMPIRAN 6 Uji Linearitas .....................................................................80
G. LAMPIRAN 7 Uji Hipotesis ......................................................................81
H. LAMPIRAN 8 Uji Tambahan ....................................................................82
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kegiatan merokok saat ini menjadi salah satu pemandangan yang sering
kita jumpai ketika beraktivitas. Di lingkungan rumah, kantor, sekolah, kampus, jalan-jalan umum dan tempat-tempat lain sering dijumpai orang yang merokok.
Peringatan resmi pemerintah tentang bahaya merokok tidak menyurutkan niat seseorang untuk melakukan kegiatan tersebut. Merokok bagi kehidupan manusia merupakan kegiatan yang ‘fenomenal’. Artinya, meskipun sudah diketahui akibat negatif merokok tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun tetapi semakin meningkat dan perokok dapat diamati pada usia yang semakin muda. Keprihatinan muncul ketika bahaya merokok ini sudah dapat diamati pada remaja. Sungguh sangat disayangkan remaja penerus bangsa digerogoti oleh zat-zat berbahaya dari kegiatan merokok.
Menurut Seto Mulyadi (dalam d a n Be no , 2009), banyak sekali alasan timbulnya perokok usia dini, bisa faktor tidak sekolah, masalah ekonomi, frustasi dan juga merasa hebat jika merokok.
Meningkatnya remaja merokok dilihat dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2001 menyebutkan 27 % penduduk Indonesia di atas 10 tahun merokok dalam satu tahun terakhir dan terdapat peningkatan sebesar 4 %
2
penduduk diatas umur 10 tahun yang merokok dalam, Julianty dan Ida, 2005). Data dari WHO juga menyatakan peningkatan drastis konsumsi tembakau para remaja terjadi pada tahun 1995 dan 2000. Peningkatan perilaku merokok terjadi pada remaja laki-laki usia 15 sampai 19 tahun yang merupakan perokok tetap (“Iklan Rokok Dorong Remaja Merokok”, 2004).
Temuan lainya, sebanyak 31,5% remaja SMP dan SMA di Jakarta sudah merokok sejak usia 15 tahun, dan yang lebih mengejutkan 1,9 % nya mengaku sudah merokok sejak usia empat tahun. Angka-angka tersebut didapat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Hamka dari Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah. Penelitian ini melibatkan 353 responden yang terdiri dari pelajar SMP dan SMA di Jakarta, tahun 2007. (dalam dan Beno, 2009)
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Menurut Bank Dunia jumlah konsumsi rokok di Indonesia sebesar 6,6 % dari seluruh konsumsi rokok dunia. Hal yang lebih memprihatinkan adalah usia orang mulai merokok setiap tahun makin muda. Jika dahulu orang sudah berani merokok mulai SMP maka kini dapat dijumpai anak-anak SD sudah mulai merokok diam-diam (Jhnsn, 2003). Hal ini memberi makna bahwa masalah merokok telah menjadi semakin serius, mengingat rokok menimbulkan resiko berbagai penyakit atau gangguan kesehatan seperti penyakit tidak menular (PTM) yang dapat terjadi baik pada perokok itu sendiri maupun orang lain di sekitarnya yang menjadi perokok pasif.
3
Kerugian yang ditimbulkan oleh rokok sangat banyak bagi kesehatan. Dalam rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Nikotin dan
karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya
gangguan kesehatan seperti kanker paru-paru, emfisema, bronchitis kronis, dan penyakit paru-paru lainnya. Dampak lainnya adalah terjadinya penyakit jantung
koroner, peningkatan cholesterol darah, berat badan bayi yang lahir rendah pada
ibu yang perokok, keguguran, dan bayi lahir mati (“Bisakah Remaja Berhenti Merokok?”, 2003).
Penelitian Rita Damayanti (dalam Nurhayati, 2010) menunjukan 90 persen pengguna narkoba adalah perokok berat. Artinya korelasi antara penggunaan narkoba dan rokok amat kuat. Hasil disertasi Rita Damayanti (dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia) juga membuktikan, pengguna rokok berpotensi untuk terjerumus pada perilaku sex bebas, dan akhirnya terkena HIV/AIDS). Hal ini menunjukan bahwa remaja juga berpotensi terjerumus ke dunia narkoba jika mereka mulai mengenal rokok sejak dini.
Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja. Remaja yang merokok umumnya memiliki keyakinan bahwa dengan merokok ia mampu untuk menunjukkan jati dirinya, merasa dirinya mandiri, dan mampu untuk membuat keputusan sendiri ( Komasari, 2000), secara umum perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor- faktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan.
4
Faktor lingkungan menunjukan adanya beberapa agen yang merupakan model dan penguat bagi perokok remaja. Contoh model penguat perilaku merokok adalah Iklan. Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang dari kejantanan membuat seseorang sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut (Juniarti, 1991).
Selain modeling, perilaku merokok juga terkait dengan hubungan teman sebaya. Hubungan dengan kelompok sebaya menjadi penting karena mampu memenuhi sejumlah kebutuhan remaja seperti perasaan aman, perasaan ikut memiliki dan adanya kesempatan untuk mengembangkan status. Hal ini disebabkan karena remaja i n g i n membebaskan diri dari orang tua. Oleh karena itu remaja merasa lebih dimengerti oleh kelompok sebayanya sebab mereka mengalami hal yang sama (Soewondo, 1984).
Selain faktor Lingkungan, masih banyak faktor dari dalam individu yang berpengaruh pada proses pembentukan perilaku merokok. Tidak semua upaya- upaya untuk menemukan jati diri tersebut dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Ketika remaja menemui masalah-masalah yang tidak dapat terselesaikan maka remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris (Gatchel, 1989).
Selain pencarian jati diri, menurut Bringham (1991) perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Perilaku merokok merupakan simbolisasi dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap
5
lawan jenis. Remaja akan merasa lebih percaya diri ketika perilaku merokok dapat menunjukan kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis.
Menurut Angelis (2001) kepercayaan diri adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri yang mana percaya diri itu berawal dari tekad pada diri sendiri untuk melakukan segala sesuatu yang diinginkan dan dibutuhkan dalam hidup. Kepercayaan diri terbentuk bukan dari apa yang telah diperbuat oleh seseorang, namun dari keyakinan diri bahwa yang dihasilkan memang berada dalam batas kemampuan dan keinginan seseorang. Orang merasa tidak percaya diri ketika sesuatu yang dihasilkan tidak mencapai batas keyakinan, kemampuan dan keinginan.
Rendahnya rasa percaya diri pada remaja akan menyebabkan mereka mengalami banyak kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya seperti bergaul, bebas mengekspresikan dirinya, mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri, dapat menguasai diri berdasarkan dengan norma dan nilai yang berlaku dan meninggalkan cara penyesuaian diri yang kekanak-kanakan (Gunarsa,1986). Ada banyak ciri-ciri remaja yang kurang memiliki rasa percaya diri yaitu : remaja tersebut mudah merasa cemas dan putus asa, mengalami kesulitan dalam menetralisasi ketegangan sehingga menjadi gugup dan terkadang bicara gagap. Selain itu remaja juga sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya. Remaja juga cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah dan sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah, misalnya dengan menghindari tanggung jawap atau mengisolasi diri,
6
sehingga tindakannya tersebut akan menyebabkan rasa tidak percaya dirinya menjadi semakin memburuk (Hakim,2002).
Remaja memiliki banyak cara dalam mengatasi permasalahan krisis kepercayaan diri yang mereka alami. Cara positif dan negatif dapat diamatai ketika remaja mengatasi krisis kepercayaan dirinya. Cara positif remaja dalam mengatasi kurangnya kepercayaan diri adalah dengan berusaha bersifat optimis dan akan menghadapi persoalan-persoalan yang ada dengan hati yang tenang serta tidak gampang terpengaruh oleh tanggapan orang lain. Selain itu remaja juga akan berusaha untuk kreatif, toleran terhadap orang lain, dan tidak mudah putus asa bila menemui hambatan dalam permasalahanya (Megawangi, 2009).
Selain cara positif kadang remaja juga memilih cara negatif dalam mengatasi krisis kepercayaan dirinya. Cara negatif remaja dalam mengatasi krisis kepercayaan diri mempunyai kecenderungan untuk menutup diri dan menghindari komunikasi (Rahmat dalam Amanah, 1993). Merokok juga menjadi salah satu cara negatif remaja untuk memperlihatkan kematangan, kekuatan, dan karisma kepemimpinan dalam mengatasi krisis kepercayaan diri (Bringham, 1991).
Rangkaian pengamatan dan uraian diatas mendorong penulis untuk mengetahui lebih jauh apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan frekuensi merokok pada remaja.
B. RUMUSAN MASALAH Apakah terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan frekuensi merokok pada remaja?
7
C. TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui adanya hubungan antara kepercayaan diri dengan frekuensi merokok pada remaja
D. MANFAAT PENELITIAN Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan atau tambahan pengetahuan bagi para praktisi pengetahuan ataupun peneliti lain yang tertarik pada masalah kepercayaan diri, frekuensi merokok ataupun hubungan antara keduanya.
Dan demi pengembangan penelitian selanjutnya, hasil dari penelitian ini diharapkan akan dapat menimbulkan ide-ide baru untuk penelitian yang lebih luas dilihat dari proses psikologis yang mendasari timbulnya perilaku merokok khususnya pada remaja.
BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Merokok
1. Pengertian Morgan dkk (dalam Poespitarini, 1988) mendefinisikan perilaku sebagai segala sesuatu yang dapat dilakukan individu dan dapat diobservasi baik secara langsung maupun tidak.
Para ahli dalam mengklasifikasikan seseorang sebagai perokok berat lebih didasarkan pada kuantitas rokok yang dihisapnya. Davidson dan Neale (1990) menganggap penting untuk membedakan macam-macam perokok. Mereka yang menghabiskan rokok 2 pak atau lebih perharinya dapat dipastikan sudah mengalami ketergantungan terhadap nikotin. Ada juga perokok yang hanya sekedar pada saat-saat tertentu mengkonsumsi rokok kurang dari 1 pak per harinya dan masih mampu menghentikan kebiasaan merokoknya. Kategori terakhir i n i belum dapat dikatakan kecanduan nikotin. Lictenstein dan Glasgow (1992) mengklasifikasikan perokok berat yang relatif tergantung pada rokok adalah mereka yang merokok 25 batang rokok atau lebih perharinya. Mangku Sitepoe (1997) membedakan tingkatlan merokok menjadi beberapa tingkatan yaitu perokok ringan ( 1 - 1 0 batang/ hari), perokok sedang (11-20 batang/ hari), perokok berat (> 20 batang/hari). Hal ini banyak terjadi pada remaja pria usia 19 lahun.
9
Dengan adanya berbagai macam pengertian diatas maka perilaku merokok dapat disimpulkan kegiatan menghisap atau menghirup asap rokok, yang dapat diukur dan diamati melalui pengakuan atau dengan melihat volume atau frekuensi individu merokok.
2. Faktor-Faktor yang menyebabkan Perilaku Merokok Perilaku merokok disebabkan oleh beberapa faktor. Castro (dalam Furhmann,
1990) menekankan pada pentingnya pengaruh kelompok, konformitas sosial, sikap keluarga, stress, dan ketidakmampuan melakukan coping sebagai penyebab munculnya perilaku merokok remaja.
Leventhal dan Geary (1980) mengatakan bahwa seseorang akan merokok karena sebelumnya ia telah memiliki anggapan tertentu mengenai merokok.
Faktor psikologis dan adanya karakteristik kepribadian tertentu juga dapat menjadi penyebab munculnya perilaku merokok seseorang.
Perilaku merokok dapat juga disebabkan oleh faktor emosional misalnya pada saat seseorang merasa cemas, tertekan, marah, dll hal ini dikemukakan oleh Bringham (1991).
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Yang lermasuk dalam faktor internal antara lain: karakteristik kepribadian dan kondisi dimana seseorang mengalami kecemasan, tertekan, marah, dan ketidakmampuan melakukan coping. Faktor eksternalnya adalah pengaruh kelompok, konformitas sosial, sikap keluarga.
10
B. Kepercayaan Diri
1. Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang mengandung arti keyakinan pada kemampuan diri sendiri karena adanya sikap positif terhadap kemampuannya, sehingga dirinya tidak mudah terpengaruh oleh orang lain (Lauster, 1990).
Menurut Angelis (2001) kepercayaan diri adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri yang berawal dari tekad pada diri sendiri untuk melakukan segala sesuatu yang diinginkan dan dibutuhkan dalam hidup.
Rasa percaya diri secara sederhana bisa dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya (Hakim,2002).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan keyakinan pada kemampuan dan kelebihan diri sendiri untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya, sehingga menjadi salah satu aspek kepribadian yang dapat memunculkan sikap positif terhadap dirinya sendiri.
2. Aspek-aspek Percaya Diri
a. Ambisi normal adalah dorongan untuk mencapai hasil yang disesuaikan dengan kemampuannya, tidak ada kompensasi dari ambisi yangberlebihan, dapat
11
menyelesaikan tugas dengan baik, bekerja secara efektif, dan bertanggung jawab terhadap keputusan dan perbuatannya.
b. Mandiri adalah kemampuan untuk membuat suatu keputusan, bertindaksesuai dengan keputusannya, tidak tergantung pada orang lain dan tidak memerlukan dukungan orang lain dalam melakukan sesuatu.
c. Optimis adalah tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap kegagalan, memiliki pandangan dan harapan yang positif tentang diri dan masa depannya, terbuka dalam berhubungan dengan orang lain.
d. Rasa aman adalah terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang di sekitarnya dan mampu menghadapi segala sesuatunya dengan tenang.
e. Toleran (tidak egois) adalah tidak mementingkan kehendaknya sendiri, dapat mengerti kekurangan yang ada pada dirinya, memberi kesempatan kepada orang lain untuk berpendapat, dapat menerima pendapat orang lain dan berani mengemukakan ide atau kehendaknya secara bertanggung jawab.
f. Yakin akan dirinya adalah kepercayaan pada kekuatan, kemampuan, dan keterampilannya sendiri, tidak membandingkan dirinya dengan orang lain, terbebas dari penilaian orang lain, tidak mudah terpengaruh orang lain.
12
3. Jenis rasa percaya diri Menurut Lindenfield (1997) ada dua jenis rasa percaya diri yaitu :
a. Rasa percaya diri batin yaitu rasa percaya diri yang memberikan kepada kita perasaan dan anggapan bahwa kita dalam kondisi yang baik. Adapun ciri-ciri utama orang yang mempunyai rasa percaya diri yang sehat yaitu :
1) Cinta diri : menunjukkan kepeduliannya pada diri sendiri tetapi terbuka terhadap orang lain dengan perilakunya yang nampak.
2) Pemahaman diri : Orang yang tidak terus merenungi diri sendiri tetapi terbuka terhadap orang lain baik tentang pendapatnya maupun perilakunya. 3) Tujuan yang jelas : Orang selalu mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dilakukan.
4) Berpikir positif : Orang yang melihat kehidupan dari sisi yang positif dan berusaha sesuatu hal yang baik dari pengalaman tertentu.
13
b. Rasa percaya diri lahir, yaitu rasa percaya diri yang memungkinkan kita untuk tampil dan berperilaku dengan cara yang menunjukkan pada dunia luar bahwa kita yakin akan diri kita. Dalam percaya diri lahir ini, seseorang perlu mengmbangkan ketrampilan:
1) Komunikasi : Untuk meningkatkan rasa percaya diri, seseorang harus mempunyai ketrampilan dalam berkomunikasi.
2) Ketegasan : Orang perlu bersikap tegas untuk memperoleh hasil yang baik.
3) Penampilan diri : Orang akan berusaha tampil dengan berbagai materi yang dapat menunjang dan meningkatkan rasa percaya diri. 4) Pengendalian perasaan : Orang harus berusaha mengontrol pikiran dan perasaan dengan pengendalian diri.
14
4. Faktor-faktor mempengaruhi rasa percaya diri pada remaja (Gunarsa dan Hakim).
a. Pola asuh Pola asuh dapat mempengaruhi rasa percaya diri seorang remaja karena rasa percaya diri terbentuk karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan keluarganya, terutama dengan orang tuanya (Hakim,2002). Pola asuh orang tua diharapakan dapat menyesuaikan situasi dan kondisi anak pada saat itu, adakalanya orang tua bersikap permisif, adakalanya juga bersikap otoriter, ataupun bersikap demokratis (Nuraeni, 2006).
b. Penampilan Fisik Penampilan fisik bisa juga mempengaruhi rasa percaya diri remaja karena jika seorang remaja memiliki penampilan fisik yang tidak sesuai dengan penampilan yang diidamkannya, kemudian remaja akan merasa kesulitan dalam memperluas ruang gerak pergaulannya (Gunarsa,1989).
c. Kondisi Ekonomi Keluarga Kondisi ekonomi keluarga dapat mempengaruhi kepercayaan diri pada remaja karena jika keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan- kebutuhan dasarnya, maka remaja akan merasa tidak mampu dan rendah diri untuk bergaul (Hakim,2002).
15
d. Pengaruh Anggota Keluarga Lainnya Kehadiran anggota lain turut membawa pengaruh, baik itu pengaruh yang positif atupun negatif bagi perkembangan remaja khususnya bagi perkembangan rasa percaya dirinya, karena anggota keluarga tersebut hidup dan tumbuh bersama bersama dengan remaja (Hakim,2002)
5. Ciri- ciri orang yang mempunyai Kepercayaan Diri Menurut Lauster (1999) dalam Kapu (2002), ciri-ciri orang yang memiliki rasa percaya diri adalah tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran, ambisinya wajar, tidak perlu dukungan orang lain, tidak berlebihan, selalu optimis, mampu bekerja secara efektif, bertanggung jawab atas pekerjaannya dan gembira.
Selain itu, Rini (2002) juga menyebutkan beberapa ciri atau karakteristik orang percaya diri yang proporsional. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
a. Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain.
b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain – berani menjadi diri sendiri
16
d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil)
e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain) f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi. Sedangkan menurut Hakim (2002) seorang individu yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Selalu bersikap tenang didalam mengerjakan segala sesuatu.
a. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul didalam berbagai situasi.
b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.
c. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi diberbagai situasi.
d. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya.
e. Memiliki kecerdasan yang cukup.
f. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup
g. Memiliki keahlian atau ketrampilan lain yang menunjang kehidupannya, misalnya ketrampilan berbahasa asing.
17
h. Memiliki kemampuan bersosialisasi i. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik. j. Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. k. Selalu bereaksi positif didalam meghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar, dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup.
Dengan sikap ini, adanya masalah hidup yang berat justru semakin memperkuat rasa percaya diri seseorang.
6. Ciri- ciri orang yang kurang Memiliki Kepercayaan Diri Selain kita mengetahui ciri-ciri orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, kita juga perlu mengetahui ciri-ciri orang yang kurang percaya diri. Lebih lanjut Hakim (2002) mengemukakan ciri-ciri orang yang kurang memiliki rasa percaya diri yaitu: a. Mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan tertentu.
b. Memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental, fisik, sosial atau ekonomi.
c. Sulit menetralisasi timbulnya ketegangan yang timbul dalam suatu situasi.
d. Gugup dan terkadang bicara gagap.
e. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang kurang baik.
18
f. Memiliki perkembangan yang kurang baik sejak masa kecil.
g. Kurang memiliki kelebihan pada bidang-bidang tertentu dan tidak tahu bagaimana cara mengembangkan diri untuk memiliki kelebihan tertentu.
h. Sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya. i. Mudah putus asa. j. Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah. k. Pernah mengalami trauma. l. Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah, misalnya dengan menghindari tanggung jawab atau mengisolasi diri yang menyebabkan rasa tidak percaya dirinya semakin buruk.
7. Kepercayaan Diri Pada Remaja Dalam kehidupan sehari- hari, mungkin sebagian remaja pernah berfikir tentang peran dan keberadaanya dimasyarakat. Mungkin juga remaja pernah meragukan kemampuan diri sendiri. Hal ini dikarenakan kepercayaan diri mulai turun,sehingga menimbulkan pemikiran yang meragukan diri sendiri. Biasanya krisis percaya diri banyak melanda remaja ,karena remaja dan memiliki kehidupan yang jauh lebih menantang dan juga memerlukan kepercayaan diri dalam menghadapi segala aktifitas,misalnya dalam menempuh pendidikan dan juga pekerjaan. Banyak hal yang menuntut mereka untuk memperlihatkan jati diri mereka sebagai seorang yang memiliki kepribadian yang meyakinkan. Tanpa
19
didasari dengan percaya diri maka seseorang tidak akan pernah bisa meraih kesuksesan,dalam fikirannya hanya keraguan dan ketidak percayaan terhadap dirisediri. Hal tersebut yang akan menghambat seseorang meraih kesuksesan . Dado(2005)
Faktor utama dalam membentuk pola kepribadian para remaja khususnya rasa percaya diri adalah faktor keluarga,pendidikan yang sering melibatkan para remaja dapat melatih rasa percaya diri remaja itu sendiri,faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi pola tingkah laku para remaja. Tetapi dari semua faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri setiap remaja,ada faktor dasar yang mempunyai peran utama yaitu keinginan dari diri remaja itu sendiri untuk mengeluarkan rasa percaya diri mereka,dengan selalu yakin bahwa setiap pemikiran yang diutarakan tidak akan mendapatkan respon yang jelek dari mereka yang mendengarkan.
Sudah sepantasnya setiap remaja bisa berfikir bahwa rasa percaya diri mereka yang mungkin kurang tidak dijadikan alasan untuk bisa mengeluarkan pendapat.
Sugeng.(2005) Hakim (2002) mengemukakan bahwa dikalangan remaja terdapat berbagai macam tingkah laku yang jika diteliti lebih jauh merupakan pencerminan adanya gejala rasa tidak percaya diri. Berdasarkan berbagai macam tingkah laku tersebut, yang paling banyak dan paling mudah ditemui di lingkungan remaja bersekolah adalah sebagai berikut: a. Mereka akan merasa takut jika menghadapi suatu tes.
b. Menarik perhatian dengan cara yang kurang wajar.
20
c. Mereka kurang memiliki keberanian untuk bertanya dan menyatakan pendapat.
d. Mereka akan merasa gugup apabila harus tampil didepan kelas.
e. Mempunyai rasa malu yang berlebihan.
f. Timbulnya sikap pengecut.
g. Sering mencontek dalam menghadapi tes.
h. Mudah cemas dalam menghadapi berbagai situasi. i. Salah tingkah dalam menghadapi lawan jenis. j. Perilaku tawuran dan main keroyok.
C. Hubungan antar Variabel Perilaku merokok ini didukung juga oleh adanya karakteristik pribadi seperti rasa ingin tahu, melawan, dan menuntut kebebasan (Martin, 1979). Hal i n i terjadi karena remaja belum mempunyai prinsip yang pasti, sehingga d i a akan meniru model yang dikagumi misalnya: meniru teman yang merokok yang nampak begitu bebas dan percaya diri (Siti Rahayu, 1986).
Kepercayaan diri adalah sifat kepribadian yang menentukan kehidupan individu (Lauster, 1990). Hal ini terlihat pada remaja yang biasanya selalu ingin tampil baik di hadapan semua pihak atau paling tidak tampil sama dengan orang lain.
Pada masa perkembangannya, remaja mengalami serangkaian perubahan- perubahan. Perubahan yang dialami oleh remaja meliputi perubahan fisik,
21
psikologis, kognitif dan perubahan sosial-emosi (Santrock, 1995). Salah satu perubahan psikologis yang terjadi pada remaja adalah tingkat kepercayaan diri.
Menurut Rini (2002) orang yang percaya diri adalah orang yang mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya. Mereka juga memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi. Selain itu mereka juga akan percaya akan kemampuan diri sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan atau pun rasa hormat dari orang lain.
Menurut (Hakim 2002) rendahnya kepercayaan diri terlihat pada kecemasan remaja dalam menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan tertentu, sulit menetralisasi timbulnya ketegangan, mudah putus asa, dan cenderung tergantung pada orang lain. Sedangkan menurut Rini (2002), orang yang memiliki kepercayaan diri rendah cenderung untuk membutuhkan pengakuan orang lain dengan cara-cara negatif, terdorong untuk menunjukan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok, tidak berani menerima penolakan dari orang lain, emosi yang labil dan memiliki eksternal locus of control akan mudah terpengaruh sehingga bersedia menerima ajakan teman untuk merokok.
Ketika remaja mampu untuk mandiri dalam mengatasi masalah, mampu menetralisasi ketegangan, mudah menyesuaikan diri, mudah bersosialisasi, dan selalu bereaksi positif dalam menghadapi masalah (Hakim 2002), niscaya perilaku merokok akan jauh dari kehidupan mereka dan kepercayaan diri remaja mulai terbentuk.
22
23
D. HIPOTESIS Ada hubungan negatif antara Kepercayaan diri dengan Frekuensi merokok pada remaja.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk
menyelidiki hubungan antara variabel satu dengan variabel lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Azwar, 1996). Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel kepercayaan diri dengan frekuensi merokok.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel – variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Kriterium (Y) :Frekuensi Merokok
2. Variabel Prediktor (X) :Kepercayaan Diri
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Frekuensi Merokok
Tinggi rendahnya frekuensi merokok seseorang diperoleh dari angka yang didapatkan dari jawaban subyek terhadap jumlah batang rokok yang dihisap pada setiap minggunya. Nilai skor tinggi yang diperoleh subyek menunjukkan tingginya frekuensi merokok subyek. Skor rendah yang dimiliki subyek menunjukkan rendahnya frekuensi merokok yang dimiliki subyek.
25
2. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri adalah keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa ia mampu berperilaku seperti yang dikehendaki dan mendapatkan hasil seperti yang diharapkan yang didasarkan pada kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki, sehingga tidak perlu membandingkan dengan orang lain karena ia telah cukup tahu siapa dirinya. Kepercayaan diri akan diukur menggunakan skala kepercayaan diri. Semakin tinggi nilai skala kepercayaan diri menunjukkan semakin tinggi kepercayaan diri seseorang.
Skala ini disusun oleh peneliti dengan menggunakan aspek-aspek berikut ini (Lauster, 1990):
1. Ambisi normal adalah dorongan untuk mencapai hasil yang disesuaikan dengan kemampuannya, tidak ada kompensasi dari ambisi yang berlebihan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik, bekerja secara efektif, dan bertanggung jawab terhadap keputusan dan perbuatannya.
2. Mandiri adalah kemampuan untuk membuat suatu keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya, tidak tergantung pada orang lain dan tidak memerlukan dukungan orang lain dalam melakukan sesuatu.
3. Optimis adalah tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap kegagalan, memiliki pandangan dan harapan yang positif tentang diri dan masa depannya, terbuka dalam berhubungan dengan orang lain.
4. Rasa aman adalah terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang di sekitarnya dan mampu menghadapi segala sesuatunya dengan tenang.
26
5. Toleran (tidak egois) adalah tidak mementingkan kehendaknya sendiri, dapat mengerti kekurangan yang ada pada dirinya, memberi kesempatan kepada orang lain untuk berpendapat, dapat menerima pendapat orang lain dan berani mengemukakan ide atau kehendaknya secara bertanggung jawab.
6. Yakin akan dirinya adalah kepercayaan pada kekuatan, kemampuan, dan keterampilannya sendiri, tidak membandingkan dirinya dengan orang lain, terbebas dari penilaian orang lain, tidak mudah terpengaruh orang lain.
D. Subjek Penelitian
Sampel penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan. Subyek penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, dalam teknik ini pemilihan subyek didasarkan atas ciri atau karakteristik yang telah diketahui sebelumnya (Hadi, 2004).
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode kuesioner dalam hal pengumpulan data.
Model skala yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model skala Likert untuk mengukur kepercayaan diri dalam diri remaja. Dengan demikian ada satu skala dalam penelitian ini, yaitu Skala kepercayaan diri yang didalamnya terdapat kolom untuk mengisi frekuensi merokok dan usia saat ini untuk menentukan golongan remaja.
a. Skala Kepercayaan Diri
Skala Kepercayaan Diri yang akan digunakan bertujuan untuk mengukur
27
tingkat Kepercayaan Diri yang dimiliki oleh remaja. Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kepercayaan diri subyek menggunakan indikator-indikator sebagai berikut:
1. Ambisi Normal
2. Mandiri 3.
Optimis.
4. Rasa Aman 5.
Toleran 6. Yakin akan Dirinya.
Aitem-aitem soal terdiri dari pernyataan-pernyataan yang bersifat favorabel dan unfavorabel terhadap variabel motivasi kerja. Pada setiap pernyataannnya disediakan lima alternatif pilihan jawaban dengan ketentuan sebagai berikut :
Untuk aitem yang favorabel :
Nilai 4 : Untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), artinya subyek sangat setuju
denganpernyataan yang tersedia karena dirasa sangat sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh subyek.
Nilai 3 : Untuk jawaban Sesuai (S), artinya subyek setuju dengan pernyataan
yang tersedia karena dirasa sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh subyek.