SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  Oleh : Anna Stefanie Yuliasari NIM : 059114048 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  Oleh : Anna Stefanie Yuliasari NIM : 059114048 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

  

SKRIPSI

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA LAKI-LAKI

DAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

Oleh :

  

Anna Stefanie Yuliasari

NIM : 059114048

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

  

Agung Santoso, S.Psi., M.A. Tanggal.................................

  

SKRIPSI

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA LAKI-LAKI

DAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

  Dipersiapkan dan ditulis oleh: Anna Stefanie Yuliasari

  NIM : 059114048 Telah dipertahankan didepan penguji

  Pada tanggal 25 Juli 2011 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

  Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda tangan Ketua Panitia : Agung Santoso, S.Psi., M.A. ...............................

  Penguji 1 : Titik Kristiyani, M,Psi . ............................... Penguji 2 : MM. Nimas Eki S., S.Psi., Psi., M.Si ...............................

  Yogyakarta, ________________ Fakultas Psikologi

  Universitas Sanata Dharma Dekan

  

MOTTO

Ketika engkau merasa lelah dan ingin menyerah, ingatlah

bahwa engkau sudah setengah jalan

  

Tidak ada pekerjaan yang sia-sia di dalam Tuhan

Success is a journey, not a destination

Kupersembahkan karya tulis ini untuk: Tuhan Yesus Kristus

  Papa-mama Adikku Christa-Christie Wahyu Satyawan

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya, mahasiswi Universitas Sanata Dharma dengan identitas di bawah ini: Nama : Anna Stefanie Yuliasari NIM : 059114048 Fakultas/Prodi/jurusan : Psikologi

  Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya tulis ilmiah.

  Yogyakarta, 20 Juni 201 Peneliti

  Anna Stefanie Yuliasari

  

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA LAKI-LAKI

DAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

Anna Stefanie Yuliasari

  

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan sebuah studi perbandingan tingkat kecemasan antara siswa laki-

laki dan perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

melihat adanya perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam

menghadapi Ujian Nasional. Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan yang signifikan pada

tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional.

Munculnya kecemasan termanifestasi ke dalam tiga aspek yaitu aspek emosi, aspek kognisi, dan

aspek fisik. Subyek dalam penelitian ini adalah 138 orang siswa laki-laki dan perempuan kelas XII

dengan rentang usia 16-19 tahun dari berberapa SMU yang ada di Yogyakarta. Alat ukur dalam

penelitian ini menggunakan skala kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional. Uji hipotesis

dalam penelitian ini mengunakan perhitungan uji-t dengan program SPSS For Windows release

  

18.0. Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut didapatkan t hitung sebesar 2,282, sedangkan nilai p

= 0,024. Hasil penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan (p<0,05)

antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional SMA. Siswa

perempuan cederung lebih cemas (x = 87,6757) menghadapi Ujian Nasional SMA jika

dibandingkan dengan siswa laki-laki (x = 82,4688). Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Ujian Nasional

  

THE DIFFERENCE LEVEL OF ANXIETY BETWEEN MALE AND

FEMALE STUDENTS TO FACE THE NATIONAL EXAM

Anna Stefanie Yuliasari

ABSTRACT

  This research is a comparative study of anxiety level between male and female students to

face the National Exam. The purpose of this study is to see any difference in anxiety level between

male and female students to face the National Exam. The hypothesis that was put forward is there

are significant differences in anxiety levels between male and female students to face the National

Exam. The emergence of anxiety manifested in three aspects: emotional aspect, cognition aspect,

and physical aspect. The subjects in this study were 138 students, male and female on XII grade,

with range of age 16-19 years old from several high school in Yogyakarta. Measurement which

used in this study are using a scale of anxiety to face the National Exam. Hypothesis testing in this

study using the t-test calculations with SPSS for windows release 18.0. Based on the results of

hypothesis test, the value of t count is 2.282 and the value of p = 0.024. The results of this study is

there are significant differences on levels of anxiety (p <0.05) between male and female students

to face the National High School Exam. Female students more anxious (x = 87.6757) facing the

National High School Exam when compared with male students (x = 82.4688).

  Keyword: Anxiety Level, National Exam

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Anna Stefanie Yuliasari Nomor Mahasiswa : 059114048

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Perbedaan Kecemasan Antara Siswa Laki-laki dan Perempuan dalam

Menghadapi Ujian Nasional

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 23 Agustus 2011 Yang menyatakan, ( Anna Stefanie Yuliasari )

KATA PENGANTAR

  Puji syukur peneliti haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

  

Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa Laki-Laki dan Perempuan

dalam Menghadapi Ujian Nasional dengan baik untuk memperoleh gelar

  Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing peneliti, baik doa, tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak Agung Santoso, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bekerja keras memberikan dukungan, bimbingan, dan semangat hingga selesainya skripsi ini.

  2. Ibu ML. Anantasari, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu menanyakan kabarku dan skripsiku. Terimakasih atas inspirasi dan semangatnya.

  3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi yang dengan sungguh-sungguh telah mendidik dan membagikan ilmunya selama kuliah.

  4. Papa Stefanus Subagyo, S.IP. dan mama Kristina Urip Marini, terimakasih untuk setiap doa dan dukungannya. Terimakasih karena mengajarkanku untuk senantiasa bersyukur atas berkat Tuhan, kalianlah berkat Tuhan terindah dalam hidupku.

  5. Adek kembarku Christa dan Christie, serta sepupuku Sherli, yang selalu menghadirkan keceriaan saat aku sedang susah. Kejar cita-citamu setinggi langit! Tetep kompak ”sak kabehe wae yow” !

  6. Wahyu Satyawan, betapa beruntungnya aku diberi kesempatan untuk dicintai olehmu. Begitu banyak cerita, cinta, dan cita, tetap berjuang bersamaku sayang.. 

  7. Sahabat seperjuanganku, Rani, yang selalu menemaniku bimbingan, menyemangati aku, dan menjadi tempat bertukar pikiran.

  8. Sahabatku Gita dan Riska, yang telah menjadi teman belajar dan membantuku mengolah data. Sahabatku Reni dan Andi, terimakasih untuk setiap waktu yang pernah kita habiskan bersama.

  9. Kakakku Adi, terimakasih buat semua sesi sharingnya, sukses. Kakakku Andromeda, yang membuatku selalu berpikir tidak hanya dari satu sisi saja dan terimakasih karena telah membagikan banyak ilmu, keep hacking bro!

  10. Teman-teman pelayananku, Septiana, Ria, Pandu, Mas Ade, Ian, dkk, keep rockin for God!

  11. Pak Gie, yang selalu meminjamkan aku kartu lift dan keramahan yang menyejukkan hati setiap kaki ini melangkah ke kampus.

  12. Mas Gandung dan Mbak Nanik yang membantu segala hal administratif.

  13. Teman-teman SMA Bopkri Dua Yogyakarta, SMA 1 Seyegan, SMA 2 Sleman, SMA 2 Ngaglik, yang sudah membantuku menyebarkan skala.

  Selamat atas kelulusannya!

  14. Ibu guru Cecilia yang memberikanku informasi tentang Ujian Nasional dan membantuku menyebarkan skala.

  Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, terimakasih untuk semua dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, semoga kasih Tuhan senantiasa mengalir dalam kehidupan kalian semua.

  Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga perlu untuk dikembangkan lebih lanjut. Oleh sebab itu peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif untuk penyempurnaan karya tulis selanjutnya. Harapan peneliti supaya skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

  Peneliti Anna Stefanie Yuliasari

  

DAFTAR ISI

Halaman

  HALAMAN JUDUL............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v ABSTRAK ............................................................................................................ vi ABSTRACK ......................................................................................................... vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix DAFTAR ISI......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL................................................................................................. xv

  BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 10 C. Tujuan Penelitia ................................................................................ 10 D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10

  1. Manfaat Teoritis............................................................................. 10

  2. Manfaat Praktis .............................................................................. 10

  BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 12 A. Kecemasan ........................................................................................ 12

  1. Pengertian Kecemasan ................................................................ 12

  2. Jenis-jenis Kecemasan ................................................................ 13

  3. Aspek Kecemasan ....................................................................... 15

  4. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan..................................... 17

  B. Perbedaan Laki-laki dan Perempuan ............................................... 20

  C. Perbedaan Kecemasan Antara Laki-laki dan Perempuan dalam Menghadapi Ujian Nasional ................................................... 22 D. Hipotesis............................................................................................ 25

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 26 A. Jenis Penelitian................................................................................ 26 B. Identifikasi Variabel Penelitian....................................................... 26 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ....................................... 26 D. Subyek Penelitian............................................................................ 27 E. Metode dan Alat Pengumpul Data .................................................. 27

  1. Metode..................................................................................... 27

  2. Alat Pengumpul Data (skala) ................................................. 28

  a. Blue Print .......................................................................... 28

  b. Nilai Skala (skor) ............................................................. 29

  3. Estimasi Validitas ................................................................... 31

  4. Seleksi aitem ........................................................................... 32

  5. Estimasi Reliabilitas................................................................ 34

  6. Uji Hipotesis ........................................................................... 35

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 36 A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian....................................... 36

  1. Orientasi Kancah......................................................................... 36

  2. Persiapan Penelitian .................................................................... 36

  3. Uji Coba Penelitian ..................................................................... 37

  B. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 37

  C. Kategorisasi Tingkat Kecemasan ..................................................... 38

  D. Analisis Data ..................................................................................... 39

  1. Uji Asumsi .................................................................................. 39

  a. Uji Normalitas....................................................................... 39

  b. Uji Homogenitas ................................................................... 39

  2. Uji Hipotesis ............................................................................... 40

  E. Pembahasan....................................................................................... 41

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 44 A. Kesimpulan ....................................................................................... 44 B. Saran.................................................................................................. 44 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 46 LAMPIRAN.......................................................................................................... 48

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Tabel Spesifikasi Uji Coba Skala Tingkat Kecemasan...................... 29 Tabel 2. Skor Skala Kecemasan ....................................................................... 30 Tabel 3. Hasil r Skala Kecemasan .................................................................. 33

  ix

  Tabel 4. Tabel Spesifikasi Skala Tingkat Kecemasan Setelah Uji Coba...................................... 34

  Tabel 5. Kategorisasi Tingkat Kecemasan Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan .............................................................................. 38

  Tabel 6. Uji t Tingkat Kecemasan Antara Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan Dalam Menghadapi Ujian Nasional SMA ..... 40

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di

  setiap negara. Pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2004 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan memiliki tujuan utama untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga Negara. Evaluasi sebagai salah satu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen utama yang tidak dapat dipisahkan dari rencana pendidikan. Hanya beberapa bentuk evaluasi saja yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

  Pemerintah Indonesia telah menetapkan Ujian Nasional sebagai salah satu standar kelulusan siswa SMA/Sederajat sejak tahun 2003. Tujuan pelaksanaan Ujian Nasional seperti yang tertulis pada pasal 2 Permendiknas RI No 75 Tahun 2009 adalah untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil Ujian Nasional sesuai pasal 3 Permendiknas No 75 Tahun 2009 digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk menentukan kelulusan peserta didik dari program atau satuan pendidikan, sebagai pemetaan mutu satuan dan/atau program pendidikan, seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 mengungkapkan bahwa Ujian Nasional merupakan bentuk evaluasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan untuk memantau proses kemajuan dan perbaikan hasil belajar secara berkesinambungan. Oleh karena itu, aspek- aspek evaluasi terhadap mata pelajaran yang diujikan mengalami perkembangan dari tahun ke tahun sesuai tuntutan jaman.

  Ujian Nasional memiliki angka standar kelulusan yang terus meningkat dari tahun ke tahun yang menjadi skor minimal yang harus dipenuhi siswa sekolah di seluruh Indonesia agar dapat lulus dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal tersebut juga diikuti dengan meningkatnya angka tidak lulus dari tahun ke tahun (“Angka Tidak Lulus UN Naik, Bukti Kejujuran Meningkat”, 2008). Banyak peristiwa kontroversial yang terjadi selama 8 tahun pelaksanaan program standarisasi pendidikan melalui UN.

  Sebagai salah satu contoh seperti yang dicatat oleh Komnas Perlindungan Anak yaitu bahwa sedikitnya 100 anak menderita trauma psikis akibat gagal UN pada 2006. (”Banyak Siswa Bunuh Diri, UN Sebaiknya Dievaluasi”, 2007)

  Kecemasan terhadap Ujian Nasional merupakan keluhan yang sering diutarakan siswa yang berada pada kelas tertinggi pada jenjang pendidikan tertentu. Ujian Nasional merupakan salah satu penentu keberhasilan siswa dalam pendidikan di Indonesia. Hal ini menjadi beban sekaligus tantangan tersendiri bagi para siswa.

  Kenaikan standar kelulusan serta penambahan jumlah mata pelajaran yang diujikan di prediksikan dapat semakin meningkatkan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional. Hurlock (1973) menyatakan bahwa kecemasan muncul karena adanya perasaan tidak mampu menghadapi tuntutan lingkungan. Penetapan kebijakan pemerintah mengenai standar nilai kelulusan dan serta penambahan mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional merupakan tuntutan sistem pendidikan terhadap siswa untuk dapat lulus dengan baik. Siswa juga mendapat tuntutan dari lingkungan, terutama lingkungan keluarga dan sekolah agar dapat lulus Ujian Nasional dengan hasil yang memuaskan. Adanya berbagai tuntutan tersebut dapat mengakibatkan siswa mengalami kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional.

  Kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional sesungguhnya dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan tidak sepenuhnya merugikan.

  Cassady dan Johnson (dalam Martati, 2007) berpendapat bahwa kecemasan pada level sedang justru dipandang dapat memberikan dampak positif dalam memotivasi pembelajaran siswa namun kecemasan yang berlebihan berdampak negatif terhadap prestasi belajar.

  Kecemasan dapat berfungsi sebagai peringatan dini bagi individu agar mengetahui adanya ancaman sehingga individu dapat mempersiapkan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasinya (Lazarus, 1991). Kecemasan menimbulkan reaksi yang berbeda dari setiap siswa dalam menghadapi Ujian Nasional. Beberapa siswa ada yang rileks dan santai dalam menghadapi Ujian Nasional, sedangkan beberapa siswa juga ada yang menganggap Ujian Nasional sebagai beban yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan kecemasan dalam diri mereka.

  Zeidner (dalam Chapell, 2005) mengungkapkan bahwa kecemasan dalam menghadapi tes berhubungan erat dengan prestasi akademik yang rendah. Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Ujian Nasional. Pandangan ini didukung oleh Lewis (dalam Mutmainah, 2005) yang berpendapat bahwa kecemasan yang terlalu berlebihan akan mempengaruhi kehidupan prestasi belajar maupun kemampuan akademis siswa sehingga berakibat rendahnya motivasi siswa, kemampuan pemecahan masalah siswa yang buruk, evaluasi diri yang negatif, serta kesulitan berkonsentrasi. Elliott, dkk. (dalam Martati, 2007) melalui penelitiannya menunjukkan bahwa kecemasan yang tinggi menjelang ujian akan mengganggu kejernihan mental dan daya ingat siswa sehingga berakibat buruk pada kinerja siswa dan hasil tes.

  Kecemasan diawali dengan munculnya gejala afektif, yaitu perasaan khawatir, takut, gelisah, dan perasaan-perasaaan lain yang kurang menyenangkan, seperti perasaan kurang percaya diri, merasa rendah diri dan tidak mampu menghadapi masalah (Hurlock, 1980). Selain itu terdapat gejala fisiologis yang menyertai kecemasan yaitu jantung yang berdetak lebih keras, keringat dingin, nafas tidak teratur, dan lain-lain (Calhoun dan Acocella, 1990). Sedangkan gejala kognitif dari kecemasan akan mempengaruhi kemampuan proses berpikir seseorang, seperti sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, khawatir terhadap sesuatu yang mengerikan dan seolah- olah akan terjadi (Calhoun dan Acocella, 1990).

  Beberapa anak, remaja, serta orang dewasa mengalami kecemasan yang disebabkan oleh kondisi penampilan fisik, menghadapi situasi baru, penilaian atau evaluasi orang lain terhadap dirinya, menghadapi situasi ujian atau tes, serta situasi lain yang bisa mengancam harga diri seseorang (Omrod dalam Martati, 2007). Halgin dan Whitbourne (dalam Martati, 2007) menyatakan bahwa salah satu bentuk kecemasan adalah yang terkait dengan karir di masa depan dan menghadapi ujian. Ujian Nasional merupakan salah satu bentuk evaluasi yang dapat menimbulkan perasaan cemas pada diri siswa yang akan menghadapinya. Rasa kecemasan yang dialami para siswa terjadi dari waktu ke waktu terlebih pada saat akan menghadapi Ujian Nasional.

  Peneliti mengadakan wawancara singkat seputar Ujian Nasional kepada seorang guru BK sebuah SMA di Yogyakarta. Melalui wawancara singkat tersebut peneliti mendapatkan data berupa gambaran keadaan para siswa khususnya siswa kelas XII yang akan menghadapi Ujian Nasional 2011.

  Menjelang Ujian Nasional, berbagai gejala sindrom Ujian Nasional semakin tampak dalam keseharian siswa di sekolah maupun di rumah. Tidak sedikit siswa yang mengalami stres, tegang, gelisah, panik, khawatir, dan takut menghadapi ujian. Hal tersebut merupakan gejala psikologis yang kerap mendominasi hati dan pikiran. Tidak sedikit pula yang bersikap sebaliknya, terlihat acuh tak acuh dan dibawa santai.

  Gejala-gejala sindromatik menjelang ujian, tentu perlu dicermati dan diatasi secara tepat, baik oleh diri siswa sendiri, orang tua maupun guru.

  Dalam kondisi tertentu, sindrom Ujian Nasional tersebut dapat membuat siswa mudah jatuh sakit, terlihat lesu, dan sulit berkonsentrasi ketika belajar.

  (Lia, komunikasi pribadi, 3 September, 2010). “Takut tidak lulus”, kemungkinan adalah hal yang paling membebani para siswa (Menjelang UN, Siswa Dihantui Kecemasan Tak Lulus, 2010), sehingga untuk mengatasi rasa takut tersebut diperlukan upaya persiapan dan dukungan integral dari aspek material, moral, mental, psikologis, spiritual, intelektual, dan emosional yang dilakukan oleh semua pihak yang terkait. Hal tersebut diperlukan untuk membuat siswa merasa lebih siap untuk menghadapi Ujian Nasional.

  Munculnya gejala sindromatik yang ditunjukkan siswa bisa dikatakan sebagai gejala psikologis berulang dari tahun ke tahun. Hal ini tentu perlu untuk dijadikan bahan evaluasi dan inovasi bagi semua pihak, termasuk orang tua, guru, siswa dan pengelola sistem pendidikan. Selain gambaran keadaan para siswa kelas XII, peneliti juga mendapatkan informasi mengenai kondisi siswa maupun sekolah sebelum, saat, dan sesudah Ujian Nasional dilaksanakan (Lia, komunikasi pribadi, 3 September, 2010). Beban kecemasan dan kekhawatiran akan dimulai sejak publikasi angka standar kelulusan Ujian Nasional. Ketika angka standar kelulusan sudah diumumkan, maka siswa akan dipersiapkan untuk mencapai angka standar kelulusan.

  Persiapan yang akan dilakukan adalah melakukan tes uji coba soal Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh sekolah maupun tempat les yang diikuti siswa. Hasil dari uji coba tersebut dapat dijadikan alat ukur kemampuan dan kesiapan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional.

  Saat pelaksanaan Ujian Nasional adalah saatnya bagi para siswa menghadapi ketakutan yang sebenarnya. Ketika Ujian Nasional berlangsung yaitu dengan pengawasan yang lebih ketat. Selain itu, siswa juga harus berkonsentrasi penuh dalam mengerjakan soal Ujian Nasional yang menentukan seseorang lulus atau tidak lulus. Setelah hasil Ujian Nasional diumumkan, angka kelulusan akan mempengaruhi penilaian masyarakat kepada sekolah. Angka kelulusan tersebut juga akan memberikan persepsi baru bagi para siswa yang belum menghadapi Ujian Nasional. Nilai kelulusan yang cenderung menurun akan memunculkan ketakutan baru bagi para siswa yang akan mengikuti Ujian Nasional pada tahun selanjutnya. Hal tersebut membuat kecemasan menghadapi Ujian Nasional menjadi hal yang berkelanjutan dan akan terus ada selama Ujian Nasional masih dilaksanakan.

  Schmitz (dalam Mutmainah, 2005) berpendapat bahwa kecemasan menghadapi ujian ditinjau dari teori psikoanalisis disebabkan oleh adanya tekanan buruk dari tes yang telah dialami individu sebelumnya, serta adanya gangguan mental. Pendapat Schmitz didukung oleh Anastasi (dalam Martati, 2007) yang mengungkapkan bahwa individu mengalami kecemasan menghadapi tes dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah karena adanya pengalaman negatif saat mengikuti ujian, seperti khawatir gagal dalam ujian. Individu merasa frustasi dalam situasi ujian dan ketidakpastian akan hasil ujian.

  Burn (dalam Martati, 2007) berpendapat bahwa timbulnya kecemasan dalam diri seseorang diakibatkan oleh proses berpikir dan bukan disebabkan oleh peristiwa yang telah dialaminya. Kecemasan dipengaruhi oleh bagaimana seseorang memandang masalah yang sedang dialaminya dan prediksinya terhadap pemecahan masalah. Rasa takut akan sesuatu yang belum terjadi akan mendominasi pikiran seseorang saat ia mengalami kecemasan. Siswa yang mengalami ketakutan dalam menghadapi Ujian Nasional kemungkinan juga mengalami hal yang sama yaitu didominasi oleh ketakutan tidak lulus Ujian Nasional. Individu merasa khawatir akan sesuatu yang tidak pasti, dalam hal ini adalah hasil Ujian Nasional.

  Kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi ujian dapat mempengaruhi kondisi fisik, emosi, dan pikiran saat mempersiapkan ujian, melaksanakan ujian, serta menunggu hasil ujian. Kecemasan dalam menghadapi ujian menurut Shan (dalam Mutmainah, 2005) dibagi dalam 3 aspek, yaitu:

  a. Aspek fisik berupa pusing, sakit perut, tangan berkeringat, perut mual, mulut kering, dan lain-lain saat menghadapi tes.

  b. Aspek emosional seperti adanya rasa takut dan panik dalam menghadapi tes. c. Aspek kognitif seperti gangguan pemusatan perhatian dan memori, serta ketidakteraturan dalam berpikir.

  Kecemasan siswa dalam menghadapi UN diperkirakan dapat menurunkan kinerja otak siswa dalam belajar (Audith M. Tumudi, Kedaulatan Rakyat, 26 Maret 2004). Daya ingat, daya konsentrasi, daya kritis maupun kreativitas siswa dalam belajar justru akan berantakan. Jika kecemasan itu sampai mengacaukan emosi, mengganggu tidur, menurunkan nafsu makan, dan memerosotkan kebugaran tubuh maka kemungkinan gagal ujian justru makin besar.

  Peneliti melakukan observasi di tempat bimbingan belajar. Hasil dari pengamatan tersebut adalah ditemukannya beberapa kelas yang sedang mengadakan try out dan sebagian besar peserta try out adalah perempuan. Berdasarkan penuturan karyawan bimbingan belajar, siswa laki-laki sangat jarang mengikuti try out- try out yang diadakan oleh bimbingan belajar.

  Beberapa siswa laki-laki merasa tidak perlu mengikuti try out karena sudah merasa yakin dapat mengerjakan soal-soal Ujian Nasional. Siswa laki-laki juga mengatakan bahwa ikut bimbingan belajar hanya sekedar mengikuti trend saja dan menuruti saran orangtua.

  Kecemasan yang dialami siswa sebelum mengikuti Ujian Nasional dapat membuat siswa semakin terpacu untuk belajar lebih keras lagi atau sebaliknya. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap siswa kelas XII yang akan menghadapi Ujian Akhir Nasional, sebagian besar dari siswa laki-laki terlihat cukup santai dan kurang menunjukkan rasa takut akan tidak lulus Ujian Nasional. Sedangkan sebagian besar siswa perempuan memiliki persiapan yang begitu keras agar dapat lulus Ujian Nasional. Hal ini menarik peneliti untuk meneliti apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional.

  B. Rumusan Masalah

  Apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

  Memberikan wacana atau pengetahuan tambahan dalam dunia psikologi khususnya dalam bidang Psikologi Pendidikan dan ilmu pendidikan lainnya mengenai perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menghadapi Ujian Nasional.

  2. Manfaat Praktis

  Hasil studi ini dapat memberikan sumbangan ide maupun pandangan bagi para orang tua dan para guru dalam memberikan perhatian khusus supaya dapat mereduksi kecemasan yang dimiliki siswa. Misalnya bagi siswa laki-laki diberikan motivasi lebih lagi untuk mengikuti latihan-latihan ujian dengan membentuk kelompok belajar. Sedangkan bagi siswa perempuan diberikan gambaran jelas mengenai hal-hal positif yaitu kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi Ujian Nasional. Hal tersebut akan mendukung siswa secara efektif untuk mempersiapkan diri dengan rasa percaya diri sehingga dapat menghadapi Ujian Nasional dengan baik.

BAB II LANDASAN TEORI A. KECEMASAN

1. Pengertian Kecemasan

  Kecemasan dapat didefinisikan sebagai perasaan takut terhadap obyek kecemasan yang tidak jelas, kegelisahan dan kekhawatiran mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus yang dapat menyebabkan munculnya keraguan pada kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan adanya perasaan tidak berdaya (powerless) ketika menghadapi suatu kegagalan (Byrne, 1991; Chaplin, 1968 (dalam Kartono, 1981); Lazarus, 1991). Kecemasan merupakan reaksi terhadap ancaman, hambatan terhadap keinginan pribadi atau perasaan tertekan yang disebabkan oleh perasaan kecewa, perasaan tidak puas, tidak nyaman atau sikap bermusuhan dengan orang lain (Johnston, 1971). Kecemasan yang normal merupakan sesuatu yang bermanfaat karena dapat membuat seseorang melakukan suatu gerakan yang luar biasa, akan tetapi sebaliknya kecemasan yang tidak normal atau berlebihan dapat menjadi hal yang merugikan, misalnya dapat menjadikan seseorang depresi (Bucklew, 1980). Munculnya kecemasan dapat memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu seperti menghindar dari ancaman untuk menghalagi impuls yang membahayakan atau menuruti suara hati (Corey, 1997; Hall, dkk., 1993).

  Berdasarkan uraian dari pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan manifestasi dari proses emosi yang komplek yang dirasakan individu sebagai akibat dari proses berfikir. Hal tersebut meliputi bagaimana seseorang merespon situasi yang cenderung tidak menyenangkan atau situasi yang dianggap mengancam bagi individu tersebut secara subyektif.

2. Jenis-jenis Kecemasan

  Kecemasan dibagi menjadi beberapa jenis. Secara konseptual, kecemasan dalam pendidikan secara umum dapat dibagi menjadi 2 macam (Lazarus ,1991; Glynn dalam Martati, 2007);

  a. Kecemasan sebagai state temporer dengan situasi yang mengancam seperti mengikuti kuis Matematika, bentuk kecemasan ini adalah tepat, khususnya jika siswa merasa belum mempersiapkan diri dengan baik.

  State anxiety merupakan sebuah respon emosional temporer untuk

  beradaptasi terhadap situasi tertentu. Sedangkan trait anxiety bersifat non-adaptif dan merupakan kecenderungan kepribadian yang permanen.

  b. Kecemasan sebagai trait selalu menghadirkan kegelisahan pada semua konteks evaluasi tanpa mempedulikan level kesiapan, bentuk ini adalah kecemasan yang tidak tepat dan melemahkan.

  State dan trait anxiety berhubungan dengan kepribadian seseorang

  (Sue, 1986). Dalam hal ini, seseorang yang cemas karena faktor state anxiety dapat dikatakan berhubungan dengan kepribadiannya yang cemas.

  Begitu juga dengan seseorang yang cemas karena faktor trait anxiety akan memiliki kecemasan yang berhubungan dengan kepribadiannya.

  Berdasarkan penyebab munculnya kecemasan, Freud (dalam Martati, 2007) membedakan kecemasan menjadi 3 kategori, yaitu:

  a. Reality Anxiety (Kecemasan Riil) adalah kecemasan yang muncul karena adanya ancaman atau bahaya yang ada di dunia nyata. Reality

  anxiety merupakan bentuk kecemasan yang paling mendasar karena

  berakar dari realitas yang obyektif. Contoh umum dari reality anxiety adalah kekhawatiran digigit kucing, kekhawatiran berbuat kesalahan dalam bekerja, maupun kekhawatiran akan kegagalan dalam menghadapi tes.

  b. Neurotic Anxiety (Kecemasan Neurotik) adalah kecemasan yang muncul karena tidak terkendalinya naluri-naluri primitif yang bisa mendatangkan hukuman. Individu yang mengalami kecemasan neurotik secara terus menerus (konstan) merasa cemas akan ketidakmampuan dirinya (ego) dalam mengontrol dorongan-dorongan negatif (id).

  c. Moral Anxiety (Kecemasan Moral) adalah kekhawatiran yang dirasakan seseorang apabila ia melanggar kode-kode moral yang telah terintroyeksi dalam dirinya. Kecemasan moral merupakan kecemasan yang timbul karena tekanan superego individu yaitu ketakutan individu melakukan tindakan yang melanggar moral. Kecemasan moral merupakan bagian dari superego.

  Kecemasan dapat muncul karena adanya kekhawatiran atau ketakutan individu terhadap situasi tertentu. Kondisi cemas berdasarkan situasi dan peristiwa yang dihadapi seseorang disebut sebagai state

  anxiety . Sedangkan trait anxiety merupakan level kecemasan yang secara

  alamiah dibawa oleh seseorang. Selain state dan trait anxiety, kecemasan juga dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan penyebab munculnya kecemasan yaitu reality, neurotic, dan moral anxiety. Apapun tipenya, kecemasan merupakan suatu tanda peringatan kepada individu. Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada individu sehingga termotivasi untuk memuaskan dorongan tersebut.

3. Aspek Kecemasan

  Maher (Calhoun dan Acocella, 1990) menjelaskan bahwa reaksi kecemasan yang kuat tidak hanya melibatkan aspek emosi namun juga melibatkan aspek kognitif dan fisiologis. Pada “Taylor Manifest Anxiety Scale” (TMAS) yang disusun oleh Taylor (dalam Byrne, 1961), kecemasan ditunjukkan oleh aspek-aspek yang mencolok dari perilaku kecemasan. Berikut ini merupakan aspek-aspek kecemasan berdasarkan pendapat Maher dan Taylor: a. Aspek Emosi, yaitu munculnya kecemasan yang berkaitan dengan perasaan individu terhadap suatu hal yang dialami secara sadar dan mempunyai ketakutan yang mendalam. Perasaan-perasaan yang dialami biasanya berupa rasa takut, gelisah, sensitivitas yang berlebihan terhadap orang lain, perasaan tidak bahagia, dan merasa tidak berguna sehingga dapat mengakibatkan menurunnya rasa kepercayaan diri.

  b. Aspek Kognisi, yaitu terganggunya kemampuan individu dalam berpikir jernih dalam memecahkan masalah atau menghadapi tuntutan lingkungan. Kecemasan yang dialami individu berkaitan dengan kekhawatiran akan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin akan dialami. Hal tersebut dapat mengganggu kemampuan kognitif individu apabila terus meningkat. Apabila mengalami kecemasan, ia akan menjadi sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, pelupa, pikiran menjadi kacau, mudah panik, mengalami kebingungan, dan mengkhawatirkan sesuatu dimasa yang akan datang seperti hal-hal yang mengerikan yang seolah-olah akan terjadi.

  c. Aspek Fisiologi, yaitu reaksi tubuh terhadap adanya rasa cemas, misalnya jantung berdetak lebih cepat, keringat dingin, nafas tidak teratur, sering buang air kecil, mulut dan tenggorokan terasa kering, muka kemerahan, gemetar dan lain-lain. Sebagian lainnya mengandung keluhan-keluhan somatik, misalnya: perut terasa mual, pusing, diare, dan gangguan pencernaan.

  Berdasarkan penjelasan mengenai aspek kecemasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan meliputi aspek emosi, kognisi, dan fisiologi. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain dan akan mempengaruhi kondisi psikis seseorang saat menghadapi situasi yang dapat menimbulkan kecemasan.

4. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

  Greist, Martens, Sharkey (dalam Gunarsa, 1996), dan Darajat (1996) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan, yaitu jenis kelamin, usia, standar keberhasilan, kesiapan individu, lingkungan sosial-budaya, dan tuntutan sosial. Berdasarkan beberapa faktor tersebut, penulis mengelompokkan faktor yang mempengaruhi kecemasan diatas menjadi faktor internal dan faktor eksternal, yaitu; a. Faktor Internal

  Faktor internal adalah hal-hal yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kecemasan. Misalnya perasaan tidak mampu, tidak percaya diri, perasaan bersalah, merasa rendah diri dan perasaan-perasaan lainnya yang berasal dari dalam diri individu yang kemudian menimbulkan kecemasan. Faktor internal umumnya sangat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak rasional.

  Berikut ini adalah beberapa faktor internal yang dapat mempengaruhi kecemasan; 1) Jenis kelamin

  Jenis kelamin sangat mempengaruhi kecemasan seseorang terhadap objek tertentu karena fisik, kondisi emosional, dan kondisi psikologis antara pria dan wanita itu berbeda terutama ketika akan merespon dan menghadapi objek-objek yang menjadi penyebab kecemasannya (Darajat, 1996).

  2) Usia Usia sangat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang karena gangguan kecemasan banyak dialami oleh individu yang memasuki masa dewasa dini yaitu rata-rata timbul pada usia 16-21 tahun (Darajat, 1996).

  3) Strandar keberhasilan Standar keberhasilan yang terlalu tinggi jika dibandingkan dengan kemampuan yang dimiliki individu juga berpengaruh dalam menimbulkan kecemasan sehingga membuat seseorang merasa rendah diri (Gunarsa, 1996).

  4) Kesiapan individu Kecemasan juga dapat muncul apabila individu kurang siap dalam menghadapi suatu situasi atau keadaan yang tidak diharapkan atau diperkirakan olehnya (Gunarsa, 1996). Hal tersebut disebabkan karena adanya pola berpikir dan persepsi negatif terhadap situasi atau diri sendiri.

  b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah hal-hal yang menyebabkan kecemasan yang berasal dari luar diri individu. Faktor eksternal dapat berupa penolakan sosial, kritikan dari orang lain, beban tugas atau tanggung jawab yang berlebihan dan hal-hal lainnya yang berasal dari luar diri individu sehingga dapat menimbulkan kecemasan.

  1) Lingkungan sosial-budaya Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kecemasan yang dialami seseorang yaitu keadaan lingkungan sosial dan lingkungan budaya. Individu yang dihadapkan pada situasi dan kondisi lingkungan sosial-budaya yang mengancam akan sangat mempengaruhi kecemasannya (Darajat, 1996). Lingkungan sosial yaitu tempat tinggal, sekolah, kampus, keluarga, pergaulan dengan teman, sedangkan lingkungan budaya yaitu daerah tempat asal, adat istiadat dan budaya setempat.

  2) Tuntutan sosial Tuntutan sosial yang berlebihan, yang belum atau tidak dapat dipenuhi oleh seseorang juga dapat menimbulkan kecemasan.

  Tuntutan sosial tersebut merupakan perasaan subyektif dari individu yang mungkin tidak dirasakan orang lain (Gunarsa, 1996).

  Kecemasan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari diri sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri seseorang. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan seperti yang telah disebutkan diatas, yang termasuk dalam faktor internal adalah kondisi fisik, usia, standar keberhasilan yang ditentukan oleh diri sendiri, dan kesiapan individu dalam menghadapi situasi atau keadaan. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal adalah situasi dan kondisi lingkungan sosial-budaya yang dapat menjadi tuntutan sosial bagi diri individu.

B. PERBEDAAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

  Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan fisik dan psikis yang terus berkembang secara berkelanjutan seiring waktu. Sarwono (dalam Retno, 2007) mengungkapkan perubahan fisik yang terjadi pada perempuan adalah pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi bertambah tinggi dan anggota- anggota badan lain menjadi lebih panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu dikemaluan dan ketiak, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya, dan datangnya haid.

  Pada masa pertumbuhan seorang perempuan mengalami kematangan yang berlangsung secara lambat dan teratur. Masa ini merupakan kunci dan perkembangan seseorang, dimana introspeksi dan pencarian jati diri dimulai pada masa remaja. Oleh karena itu perempuan dewasa yang matang dan berkepribadian banyak ditentukan oleh peristiwa-peristiwa dan pengalamannya pada masa remaja, baik itu pengalaman yang bersifat fisik maupun psikis (Kartono, dalam Retno 2007).

  Sedangkan perubahan fisik remaja laki-laki menurut Muss (dalam Retno, 2007) meliputi pertumbuhan tulang-tulang, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap tahunnya, perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), testis (buah pelir) yang membesar, tumbuh bulu kemaluan, ketiak, dan dada, serta rambut-rambut halus diwajah (seperti: kumis dan jenggot).

  Secara jelas perbedaan antara laki-laki dan perempuan tampak pada perubahan fisiknya, lebih jauh lagi terdapat beberapa hal yang membedakan antara laki-laki dan perempuan seperti dalam sifat dan karakteristiknya. Konsep nature mengakui bahwa perbedaan biologis laki-laki dan perempuan membentuk sifat alami maskulin untuk laki-laki dan feminin untuk perempuan, yang kemudian membedakan sifat antara laki-laki dan perempuan (Megawangi, dalam Retno 2007).

  Menurut Maccoby (Maccoby dan Jacklin, 1974) sejak dini laki-laki dan perempuan sudah diharapkan untuk mempelajari aspek yang berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Bagi anak perempuan hubungan antar pribadi merupakan suatu hal yang penting, bahkan menjadi prioritas hidup. Kaum perempuan diarahkan untuk mengembangkan aspek yang mendukung kualitas suatu hubungan, seperti: empati, sifat memelihara, mengungkapkan perasaan serta peka terhadap orang lain. Sementara itu bagi kaum laki-laki diajarkan untuk cenderung memiliki sifat mandiri, percaya diri, tegas dalam bersikap dan mengambil keputusan, serta lebih berorientasi pada pencapaian tujuan.