Partisipasi orang tua dalam pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo - USD Repository
PARTISIPASI ORANG TUA
DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS
V SD KANISIUS WATES KULON PROGO
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Valentina Reanita Agustin
NIM: 021124018
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
S K R I P S I
PARTISIPASI ORANG TUA
DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI
KELAS V SD KANISIUS WATES KULON PROGO
Skripsi ini Kupersembahkan kepada
Bapak Ibu dan adik-adik terkasih,
Para pendidik di SD Kanisius Wates Kulon Progo
MOTTO :
“Barang siapa cinta kepada anaknya menyediakan cambuk baginya, supaya akhirnya ia
mendapatkan sukacita karenanya. Barang siapa mendidik anaknya dengan tertib, akan
beruntung karenanya"
(Sir 30:1-2)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul "PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS V SD KANISIUS WATES KULON
PROGO". Penulis memilih judul ini berdasarkan fakta-fakta bahwa sampai saat ini
masih banyak ditemukan orang tua yang "pasrah bongkokan" menyerahkan pendidikan
anaknya kepada sekolah tanpa mau terlibat aktif dalam proses pendidikan anak-anaknya.
Mereka sendiri terlalu sibuk dan tidak ada waktu untuk mendampingi anak-anaknya.
Lebih buruknya lagi karena keterbatasan latar belakang pendidikan orang tua
mengakibatkan kurangnya pemahaman dan pengetahuan orang tua tentang pendidikan
agama Katolik. Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengadakan pendekatan yang
dapat mengembalikan peran orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam
keluarga.Penulis dalam penulisan skripsi ini menawarkan pendekatan yang lebih
difokuskan pada orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam PAK.
Katekese dipilih penulis sebagai jalan untuk menolong orang tua agar semakin
memahami dan menyadari tugasnya sebagai pendidik yang pertama dan utama. Melalui
katekese, penulis ingin membantu orang tua agar semakin menyadari pentingnya
partisipasi dari orang tua dalam memotivir belajar anak. Pendekatan tersebut disertai
penambahan pengetahuan dan wawasan tentang bentuk-bentuk partisipasi yang dapat
digunakan dalam peningkatan pendidikan anak-anaknya.Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangan terhadap
pendampingan orang tua di SD Kanisius Wates Kulon Progo, sehingga orang tua dapat
terbantu dan semakin meningkatkan partisipasinya dalam pendidikan agama Katolik
anak-anaknya.ABSTRACT The title of the thesis is THE PARTICIPATION OF THE PARENTS IN
CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION FOR THE STUDENT OF FIFTH GRADE AT CANISIUS ELEMENTARY SCHOOL, WATES, KULON PROGO.
The writer chooses this title based on the fact that nowdays there are many parents who
still rely their children's education on the school without actively involved in their
children's education. Parents are too busy and have no time to be their children's side.
This situation is getting worsed by the lack of parents educational background and their
minimum knowledge about Catholic religious education. This problem can be solved by
arranging approaches which can make parents as the first and the main educators in the
family.The writer in this thesis recommends the approach which is focussed on parents as
the first and the main educators in Catholic religious education. Catechesis is choosen by
the writer as a way to help parents to understand and realize their duty as the first and the
main educators. Through Catechesis the writer wants to help parents to realize how
important the participation of parents in Catholic religious education is. This program can
be followed by doing knowledge enrichment and about the form of participation which
can be used in improving children education.This thesis is supposed to give participation to parents assistance at Canisius
elementary school, Wates, Kulon Progo, so that parents can be supported to increase their
participation in their children Catholic religious education.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Valentina Reanita Agustin Nomor Mahasiswa : 021124018
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS V SD KANISIUS WATES KULON PROGO beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 01 September 2008 Yang menyatakan
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan karena rahmat cinta dan
kesetiaanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Partisipasi
Orang Tua Dalam Pendidikan Agama Katolik Siswa-siswi Kelas V SD Kanisius
Wates Kulon Progo”.Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan
serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih
yang mendalam kepada:
1. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. selaku pembimbing utama dan Dosen
pembimbing akademik yang dengan sepenuh hati, sabar dan setia mendampingi penulis serta mendukung skripsi ini dari awal hingga akhir.
2. F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd. selaku penguji II yang bersedia mendampingi penulis
dalam mempertanggungjawabkan skripsi.
3. Dra. J. Sri Murtini, M.Si selaku dosen penguji III atas kesediaan beliau mengoreksi
dan membantu menyempurnakan skripsi ini.4. Para Dosen dan Staf Karyawan IPPAK yang memberi dukungan selama ini.
5. Robertus May Vana Ristanto, Innocentius Kafkadru Reivan, kedua orang tuaku dan
kakak yang selalu mendukung dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
6. Stefanus Giman S.Pd. selaku Kepala Sekolah di SD Kanisius Wates Kulon Progo
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Siswa-siswi kelas V (Lima) di SD Kanisius Wates Kulon Progo yang telah bersedia
membantu penulis dengan menjawab kuesioner.
8. Orang tua Siswa-siswi kelas V (Lima) di SD Kanisius Wates Kulon Progo yang telah
bersedia memberi informasi sebagai masukan dalam wawancara.
9. Teman-teman angkatan 2002-2003 yang selalu memotivasi dan memberi dorongan
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
10. Semua orang yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, namun telah terlibat dalam
proses penulisan skripsi ini.Penulis menyadari segala keterbatasan, kelemahan dan kekurangan, khususnya dari
segi isi dan perumusan kalimat. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap segala masukan
dan saran bagi penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi
orang tua untuk memotivir belajar anak.DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................... iii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................1 A. Latar Belakang .........................................................................................
1 B. Identifikasi Keprihatinan ..........................................................................
6 C. Rumusan Permasalahan ............................................................................
7 D. Tujuan Penulisan........................................................................................
7 E. Manfaat Penulisan......................................................................................
7 F. Metode Penulisan.......................................................................................
8 G. Sistematika Penulisan ................................................................................
8 BAB II. KAJIAN TEORI MENGENAI PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ...............................
10 A. Partisipasi Orang Tua ................................................................................
11 1. Pengertian Partisipasi ............................................................................
11 2. Bentuk Partisipasi .................................................................................
12 B. Orang Tua sebagai Pendidik dalam Keluarga............................................
13 1. Pengertian Orang Tua ...........................................................................
13 2. Tanggung Jawab Orang Tua sebagai Pendidik dalam Keluarga ..........
14
a. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Anak ......................
14
b. Yang Harus Dilakukan Oleh Orang Tua ..........................................
16 C. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Menghambat, dan yang Mendukung Belajar Anak ........................................................
18 1. Pengertian Belajar .................................................................................
18 2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ......................................................
19 3. Faktor yang Menghambat Belajar..........................................................
21 4. Faktor yang Mendukung Belajar ...........................................................
22
a. Suasana Rumah Tangga Harus Mendorong Anak untuk Belajar .....
22
b. Membangkitkan Minat Belajar Anak ...............................................
22 D. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar .................................................
23 1. Perkembangan Kognitif ........................................................................
25 2. Perkembangan Emosi.............................................................................
26 3. Perkembangan Moral .............................................................................
26 4. Perkembangan Iman...............................................................................
27 E. Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar ...............................................
28 1. Pendidikan secara Umum .....................................................................
28 2. Pendidikan Agama Katolik ....................................................................
29 BAB III. METODOLOGI DAN HASIL PENELITIAN TENTANG PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA-SISWI KELAS V SD KANISIUS WATES KULON PROGO ...........................................................
32 A. Metodologi Penelitian ...............................................................................
33 1. Jenis Penelitian.......................................................................................
34 2. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
34 3. Responden ............................................................................................
34 4. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
34
a. Variabel ............................................................................................
34
b. Definisi Operasional Variabel ..........................................................
35
c. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
35
d. Teknik Analisis Data ........................................................................
37 B. Laporan Hasil Penelitian ...........................................................................
37 C. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................
47
1. Pembahasan Hasil Penelitian dengan Kuesioner ..................................
60 C. Contoh Persiapan Katekese .......................................................................
86 Lampiran 1: Kuesioner Penelitian .................................................................. (1) Lampiran 2: Nama Siswa-siswi Kelas V (Lima) SD Kanisius Wates Kulon Progo ............................................................................... (4)
Lampiran 3: Wawancara ................................................................................. (5)
84 LAMPIRAN ....................................................................................................
81 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
79 B. Saran .........................................................................................................
79 A. Kesimpulan ...............................................................................................
68 BAB V. PENUTUP .......................................................................................
59 3. Materi Program .....................................................................................
47 2. Pembahasan Hasil Penelitian dengan Wawancara ................................
59 2. Tujuan Program ....................................................................................
59 1. Arti Program .........................................................................................
58 B. Usulan Program ........................................................................................
57 A. Latar Belakang Pemikiran Dasar Program ...............................................
55 BAB IV. PROGRAM PENINGKATAN PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PROSES BELAJAR PAK MELALUI KATEKESE .......
54 D. Kesimpulan Hasil Penelitian .....................................................................
Lampiran 4: Wawancara ................................................................................. (6)
Lampiran 5: Wawancara ................................................................................. (7)
Lampiran 6: Wawancara ................................................................................. (8)
Lampiran 7: Wawancara ................................................................................. (9)
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian
Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik
Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam
rangka PELITA III). Ende: Arnoldus, 1979/1985, hal. 8.B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GE
: Gravissimum Educationis, Pernyataan Konsili Vatikan II tentangg Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965 FC
: Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II Peranan Keluarga Kristen Dalam Dunia Modern, 22 November 1981
C. Singkatan Lain KWI : Konferensi Waligereja Indonesia PAK : Pendidikan Agama Katolik SD : Sekolah Dasar KS : Kitab Suci KV II : Konsili Vatikan Kedua Th : Tahun TV : Televisi
WIB : Waktu Indonesia Barat No : Nomor Jml : Jumlah PR : Pekerjaan Rumah P : Pewawancara R : Responden SCP : Shared Christian Praxis RT : Rukun Tetangga RW : Rukun Warga KP : Kulon Progo PNS : Pegawai Negeri Sipil
VCD : Video Compact Disc USD : Universitas Sanata Dharma s.d : sampai dengan dll : dan lain-lain
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sangat penting bagi perkembangan hidup manusia. Orang tua
menjadi pendidik yang pertama dan utama, sehingga tanggung jawab orang tua dalam keluarga tidak bisa digantikan oleh pihak lain. Dengan kata lain orang tua dalam keluarga mempunyai kewajiban yang tidak dapat atau tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain atau pihak lain atas pendidikan anak-anaknya.
Oleh sebab itu, para orang tua hendaknya sadar bahwa pendidikan utama bagi anak-anak berada di dalam keluarga masing-masing. Sitepu (Kompas, 24 Mei 1999) menuturkan bahwa persentuhan anak yang pertama adalah dengan keluarga. Keluarga memiliki banyak waktu untuk mengembangkan anak. Nilai- nilai yang ditanamkan orang tua akan lebih banyak dicerna dan dianut oleh anak itu sendiri. Ia juga berpendapat bahwa pendidikan dalam keluarga sangat menentukan sikap demokratis seseorang. Penghargaan pada anak sebagai manusia yang memiliki pandangan sendiri berdasarkan pengalamannya, berawal dari penghargaan orang tua serta anggota keluarganya.
Nasution (1985:1) berpendapat betapa pentingnya pendidikan anak-anak dalam keluarga yang dilaksanakan oleh para orang tua. Ia juga menegaskan bahwa tujuan pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga, adalah untuk membina, membimbing dan mengarahkan anak kepada tujuan yang suci, maka secara tidak langsung anak itu dapat dibentuk atau diarahkan sesuai dengan keinginan orang tuanya sendiri.
Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa pendidik yang pertama dan terpenting adalah orang tua dan keluarga secara umum. Tanggung jawab orang tua sebagai pendidik merupakan hal kodrati, tidak dapat ditawar-tawar lagi. Anak merupakan buah cinta kasih mereka yang perlu dilindungi, dibesarkan, dicintai dan dididik. Dengan demikian hal yang perlu dituntut dari tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak adalah suatu sikap di mana orang tua memandang anak sebagai manusia yang sedang berkembang. Anak diberikan kasih sayang, perhatian, bimbingan dan juga pertolongan untuk mengembangkan pribadinya lewat pendidikan yang benar. Pengarahan dari orang tua mengenai pendidikan agama juga dibutuhkan, ini berarti bahwa orang tua telah berpartisipasi dalam memperdalam dan mempertinggi pengetahuan agama anak.
Mudji Soetrisno (dalam Mulyono 1998:104) menyatakan bahwa pelajaran agama sebaiknya dikaitkan atau dihubungkan dengan kehidupan sehari- hari karena sesungguhnya penanaman nilai itu tempatnya bukan hanya pada pengetahuan tapi pada kehidupan sehari-hari di rumah dan di segala macam tempat. Ia juga menegaskan bahwa pengetahuan agama yang diperoleh di sekolah belum tentu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan agama itu bukan hanya hafalan saja, mengetahui saja, atau kuantitas saja. Ismartono (dalam Mulyono 1998:118) mengatakan masyarakat pertama yang dialami oleh manusia itu adalah keluarganya. Maka pelajaran agama pertama itu diperoleh di tengah keluarga, tidak dalam kata-kata tetapi dalam bentuk perbuatan. Oleh karena itu, pendidikan anak dalam keluarga sangatlah penting, di mana setiap orang tua harus meluangkan waktunya dan harus menyiasati agar setiap waktu yang diberikan untuk anak-anak mereka menjadi bermakna.
Setiadi (dalam Mulyono 1998:131) menyatakan kalau pendidikan iman yang diterima anak sekedar pengetahuan di sekolah, kemudian orang tua kurang memberi teladan dan kesempatan dialog, maka mereka akan terombang-ambing karena tidak punya pegangan ketika menghadapi banyaknya kegiatan yang bersifat merusak atau negatif. Dengan kata lain, bila bimbingan yang diterima anak dalam rumah tangga tidak baik maka kelak hal itu akan membekas pada kehidupan tingkah laku anak tersebut. Komisi Kateketik KWI (1995:23) menegaskan arus besar di dalam masyarakat sering menciptakan gambaran seakan-akan yang terpenting dalam hidup adalah mengumpulkan uang-materi, kedudukan, dan kekuasaan, sehingga tidak sedikit orang tua yang mengira bahwa dengan menyediakan materi bagi keluarga tugasnya selesai. Kosoema (Kompas,
22 Desember 2003) berpendapat hingga kini masih banyak kita temui orang tua yang "pasrah bongkokan" menyerahkan anaknya untuk dididik di sekolah tanpa mau terlibat aktif dalam proses pendidikan anak-anak mereka sendiri, entah karena alasan kerja, sibuk, tidak ada waktu, atau alasan ekonomis, misalnya saya sudah bayar mahal ke sekolah untuk pendidikan anak saya. Adanya mental jual beli inilah sebenarnya yang menghambat kualitas pendidikan kita. Mulyono (1998:49) mengatakan di lingkungan keluarga anak terkadang kurang mendapatkan dukungan bagi kemajuan pendidikan dan terdapat beberapa hal yang menjadi kesulitan orang tua dalam membantu pelajaran Agama. Kesulitan yang dialami orang tua umumnya adalah keterbatasan latar belakang pendidikan orang tua yang mengakibatkan kurangnya pemahaman dan pengetahuan orang tua tentang pendidikan agama Katolik Selain itu pengasuhan orang tua sehari-hari terhadap anak juga mempengaruhi bagaimana pengasuhan dalam pendidikan anak, misalnya masalah pengaturan waktu belajar, kadang anak kurang disiplin dalam belajar, belajar hanya kalau akan ada ulangan atau ujian, belajar sambil nonton TV, bahkan sebagian besar waktunya hanya untuk nonton TV, sulit mengatur waktu, tidak punya jadwal belajar dan sebagainya. Nasution (1985:8) berpendapat bahwa anak yang masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan pasti mengalami kesulitan dalam membagi waktunya secara efisien, maka orang tua perlu membantu anaknya untuk membuatkan jadwal belajar. Ia juga mengatakan bahwa orang tua perlu memperlihatkan cara belajar yang baik kepada anak-anaknya.
Semakin banyak orang tua memberikan contoh-contoh perbuatan serta dengan seringnya diulang perbuatan yang demikian akan memberikan kesadaran dan dorongan kepada anak.
Supolo Sitepu (Kompas, 24 Mei 1999) mengatakan bahwa pada hakikatnya semua hal yang dialami dan ditangkap oleh indera anak merupakan hal penting untuk perkembangannya, karena itu orang tua perlu mendampingi anak- anaknya. Hal senada juga dikatakan oleh Nasution (1985:3) bahwa orang tua mempunyai peranan penting dan memiliki tanggung jawab yang besar. Untuk itu orang tua harus dapat menjadi panutan atau model yang selalu ditiru dan dicontoh oleh anak-anak dalam segala gerak perbuatannya. Sikap dan perbuatan orang tua sehari-hari akan cepat meresap ke dalam jiwa anak, sebab anak memiliki sifat meniru yang sangat besar sekali, Orang tua juga mempunyai kewajiban untuk menciptakan suasana keluarga yang dijiwai oleh cinta kasih dan sikap hormat kepada Allah dan orang- orang lain sehinggga perkembangan pribadi dan sosial yang utuh dapat dipupuk di antara anak-anak. Komisi Kateketik KWI (1995:23), menegaskan bahwa anak pertama-tama memerlukan perhatian, kehangatan dan kemesraan hubungan dengan orang tua dan saudara-saudara mereka. Anak-anak memerlukan keleluasaan mengutarakan isi hati, emosi, dan pengalamannya kepada orang tua. Maka, orang tua harus menyediakan diri dan harus juga dapat bertindak sebagai sahabat bagi anak-anaknya.
Nasution (1985:30) mengatakan sudah menjadi kewajiban orang tua untuk memberikan bimbingan, pengarahan kepada anak-anaknya, sehingga anak dapat mencapai prestasi belajar yang memuaskan di sekolah. Dengan memberikan pendidikan, bimbingan dan pengarahan kepada anak, berarti orang tua melatih anak untuk memperkembangkan dirinya sendiri ke arah yang lebih baik dan lebih menguntungkan. Dengan kata lain pengarahan dan bimbingan, akan membuat anak berpikir untuk giat belajar demi mencapai prestasi belajar yang baik di sekolah. Dengan adanya pengarahan dari orang tua mengenai pendidikan agama, itu berarti orang tua pun berpartisipasi dan berperanserta dalam memperdalam dan mempertinggi pengetahuan agama anak.
Dipilihnya permasalahan mengenai adanya bentuk-bentuk partisipasi orang tua untuk meningkatkan proses belajar PAK dalam penulisan skripsi ini, mengingat bahwa partispasi orang tua sebagai pendidik dalam keluarga sangatlah penting untuk membantu keberhasilan pendidikan anak. Orang tua merupakan tokoh terpenting dalam kehidupan seorang anak karena orang tua banyak memberikan pengaruh terhadap diri anak terutama dalam perkembangan kepribadiannya. Setelah anak mulai duduk di bangku sekolah, pengaruh orang tua tetap tidak dapat dilepaskan. Bagaimana perhatian, sikap dan hubungan yang terjadi antara orang tua dan anak, semua ini akan berpengaruh terhadap prestasi yang ditampilkan anak di sekolah. Jadi orang tua mempunyai peranan vital dan tak tergantikan dalam pendidikan anak.
B.
IDENTIFIKASI KEPRIHATINAN
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan keprihatinan sebagai berikut :
1. Orang tua yang "pasrah bongkokan" menyerahkan anaknya untuk dididik di sekolah tanpa mau terlibat proses belajar pendidikan anak-anaknya.
2. Orang tua terlalu sibuk bekerja mengakibatkan kurangnya pengawasan dan bimbingan kepada anak sehingga anak tidak bersemangat dan terdorong hatinya untuk aktif belajar.
3. Kesulitan yang dialami orang tua yakni karena keterbatasan pengetahuan orang tua terhadap agama katolik sehingga mereka kurang mengerti atau memahami pelajaran agama Katolik.
4. Pendidikan iman yang diterima anak sekedar pengetahuan di sekolah, kemudian orangtua kurang memberi teladan.
C. RUMUSAN PERMASALAHAN
Bertitiktolak dari deskripsi latarbelakang di atas, permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut : Apa yang dimaksud dengan partisipasi orang tua dalam Pendidikan Agama
Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo? Bentuk-bentuk partisipasi apa sajakah yang dapat dipakai orang tua dalam
Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo?
D. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah :
1. Mendiskripsikan tentang partisipasi orang tua dalam Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo.
2. Memberikan gambaran tentang bentuk-bentuk partisipasi orang tua dalam Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo.
E. MANFAAT PENULISAN
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk berbagai kepentingan, antara lain:
1. Bagi siswa, perhatian orang tua sangat memotivasi anak untuk aktif dalam pembelajaran.
2. Bagi orang tua, memperoleh wawasan tentang perannya, tanggung jawab, pembelajaran anaknya dalam kehidupan keluarga sehari-hari. Bagi guru, sebagai masukan bahwa proses belajar yang baik di sekolah dapat membantu anak lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
F. METODE PENULISAN
Pertama-tama penulis mengadakan riset pustaka yaitu dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif-interpretatif, yaitu menggambarkan dan menafsirkan permasalahan yang ada sehingga dapat diperoleh bentuk-bentuk partisipasi seperti apa sajakah yang dapat meningkatkan proses belajar PAK. Data yang dibutuhkan, diperoleh dengan wawancara kepada lima orang tua dari siswa- siswi kelas V (lima) SD Kanisius Wates Kulon Progo dan kuesioner yang ditujukan untuk siswa-siswi kelas V (lima) SD Kanisius Wates Kulon Progo.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini akan ditulis dalam lima bab. Penulisan akan dimulai dengan pendahuluan, kemudian akan dipaparkan secara jelas pada setiap babnya, kemudian diakhiri dengan penutup berupa kesimpulan dan saran.
Bab I berupa pendahuluan yang meliputi latar belakang, identifikasi keprihatianan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II berupa kajian teori tentang partisipasi orang tua dalam PAK, yang akan dibagi dalam empat bagian di antaranya: partisipasi orang tua, orang tua sebagai pendidik dalam keluarga, belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi, menghambat serta yang mendukung belajar anak, perkembangan anak usia Sekolah Dasar.
Bab III dibicarakan mengenai metodologi dan hasil penelitian tentang partisipasi orang tua dalam PAK, yang di dalamnya tercakup metodologi penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, kesimpulan penelitian.
Bab IV penulis memberikan sumbangan kepada para pendamping, untuk membantu meningkatkan kesadaran orang tua siswa siswi SD Kanisius Wates dalam PAK. Bab ini meliputi latar belakang pemikiran dasar program dan usulan program.
Bab V berupa penutup yang merupakan kesimpulan dan saran. Dilanjutkan dengan penutup, daftar pustaka, serta lampiran.
BAB II KAJIAN TEORI MENGENAI PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK Orang tua dalam keluarga merupakan pendidik yang pertama. Hal ini jelas karena dalam rumah tanggalah seorang anak mula-mula memperoleh pendidikan. Orang tua sebagai pendidik yang pertama mempunyai kewajiban membantu anak
belajar di rumah. Untuk itu partisipasi dari keluarga khususnya orang tua sangat penting bagi anak khususnya dalam belajar PAK. Di samping itu peran orang tua sebagai pendorong atau penyemangat belajar sangat dibutuhkan oleh anak, karena seorang anak khususnya anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar sangat membutuhkan perhatian, bimbingan serta bantuan dalam belajar. Jadi tugas orang tua tidak hanya menyekolahkan anak saja tetapi juga berperan serta secara aktif dalam memotivir anak untuk belajar khususnya dalam belajar PAK. Bentuk- bentuk partisipasi yang bisa digunakan orang tua dalam mendidik anak sangat beranekaragam. Maka dari itu pada bab II ini penulis memaparkan berbagai bentuk partisipasi yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk memotivasi anak supaya anak aktif dalam belajar PAK.
Untuk lebih jelasnya pada bab II ini penulis menyajikan atau memaparkan topik-topik di antaranya tentang bentuk-bentuk partisipasi yang dapat digunakan orang tua dalam PAK. Bab ini terdiri dari lima bagian besar yaitu partisipasi orang tua; orang tua sebagai pendidik dalam keluarga; belajar beserta faktor-faktor yang mempengaruhi, menghambat, mendukung belajar anak; perkembangan anak usia Sekolah Dasar; dan Pendidikan khususnya Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar.
A. Partisipasi Orang Tua
1. Pengertian Partisipasi
Partisipasi secara umum dapat diartikan sebagai peran serta seseorang atau kelompok dalam suatu kegiatan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:831), partisipasi ialah hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan. Kata partisipasi di atas bukanlah hanya sekedar sumbang ide atau saran dari seseorang atau kelompok dalam bentuk kata-kata saja tapi lebih pada suatu bentuk tindakan nyata dari seseorang atau kelompok. Adanya partisipasi dari seseorang atau kelompok memang sangat dibutuhkan dalam berbagai kegiatan. Partisipasi khususnya dalam hal pendidikan yang dilakukan orang tua dalam meningkatkan belajar PAK siswa-siswi Sekolah Dasar juga amat perlu diperhatikan mengingat bahwa orang tua itu merupakan pendidik pertama dalam rumah tangga. Di samping itu anak usia sekolah dasar juga masih sangat membutuhkan bimbingan dan dorongan dari orang tua dalam belajar. Keikutsertaan orang tua dalam PAK diharapkan dapat membantu keberhasilan pendidikan anak khususnya dalam bidang PAK.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa partisipasi ialah kesediaan dari orang tua siswa untuk membantu keberhasilan pendidikan anak. Apabila orang tua menginginkan suatu keberhasilan anak dalam pendidikan, dari pihak orang tua pun perlu adanya kesediaan atau orang tua melibatkan diri dalam mendidik anak. Oleh sebab itu, faktor partisipasi memang sangat penting dalam mendidik anak.
2. Bentuk Partisipasi
Partisipasi orang tua dalam kegiatan belajar anak sangat berpengaruh terlebih untuk meningkatkan kemajuan belajar. Nasution (1985:83) mengatakan bahwa orang tua yang bijaksana hendaknya berusaha untuk membangkitkan kemauan belajar anak dengan tujuan agar anak tetap mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar di sekolah maupun di rumah. Maka itu ia memaparkan bentuk-bentuk partisipasi sebagai berikut: a. melengkapi bahan atau alat-alat keperluan anak dalam penyelenggaraan pendidikannya, misalnya: memberikan kelengkapan buku-buku yang diperlukan anaknya, demikian juga dengan alat-alat tulis lainnya (pensil, pulpen, penggaris dan sebagainya); b. mengontrol serta memberikan kesempatan belajar yang cukup. Orang tua mengontrol jam-jam belajar anaknya dengan tujuan supaya anak tahu akan kewajibannya sebagai seorang pelajar; c. menciptakan suasana yang tenang pada saat anak sedang belajar. Pada waktu anak sedang belajar di rumah, orang tua menunjukkan partisipasinya dengan menciptakan suasana yang tenang di lingkungan belajar anak, misalnya: mematikan telivisi atau radio pada saat anak sedang belajar; d. orang tua membantu anak membuat jadwal belajar di rumah. Anak yang masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan, masih belum bisa membagi waktunya secara efisien. Dalam hal ini orang tua perlu membantu anaknya untuk membuat jadwal belajarnya. Dengan adanya jadwal belajar anak akan dibantu sedemikian rupa sehingga tidak terlalu menyita sebagian besar waktu anak, karena mengingat bahwa setiap anak masih memerlukan waktu untuk bermain bersama teman-temannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa bentuk-bentuk partisipasi dalam meningkatkan belajar memang sangatlah beranekaragam dapat berupa kasih sayang, perhatian, ide, sarana prasara, dana, dan sebagainya. Di samping itu, memang masih banyak lagi bentuk-bentuk partisipasi yang dapat digunakan orang tua untuk membantu anak dalam memotivir belajar anak. Penulis lebih memilih untuk memaparkan bentuk-bentuk partisipasi yang simpel dalam arti mudah dilakukan oleh orang tua melakukan hal tersebut. Dan untuk melakukan semuanya itu memang orang tua dituntut untuk dengan sabar, aktif, dan penuh kasih sayang dalam memotivir anak belajar khususnya belajar PAK di rumah.
B. Orang Tua Sebagai Pendidik Dalam Keluarga
1. Pengertian Orang Tua
Nasution (1985:1) menjelaskan bahwa orang tua ialah setiap orang yang bertanggungjawab dalam satu keluarga, yang dalam penghidupan sehari-hari lazim disebut dengan bapak-ibu. Mereka inilah yang terutama dan utama memegang peranan dalam kelangsungan hidup suatu rumah tangga atau keluarga.
Hal ini jelas karena dalam rumah tanggalah anak pertama kalinya memperoleh pendidikan. Bisa dikatakan bahwa rumah tangga merupakan sekolah pertama bagi anak oleh karena itu ibu dan bapak sebagai guru-gurunya dalam rumah tangga. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:802) yang disebut orang tua ialah bapak dan ibu atau orang yang dianggap disegani.
Berangkat dari beberapa batasan tersebut, maka orang tua adalah bapak dan ibu atau orang yang dihormati. Di mana anak-anak atau semua orang yang berada di bawah pengawasan maupun dalam asuhan dan bimbingannya menghormati orang tua sebagai pendidik dalam keluarga.
2. Tanggung Jawab Orang Tua Sebagai Pendidik dalam Keluarga
a. Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Pendidikan Anak
Orang tua mempunyai kedudukan yang penting dan memiliki tanggung jawab dalam hal mendidik anak. Gereja menempatkan orang tua sebagai pendidik anak yang pertama dan utama dalam keluarga, “karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka terikat kewajiban amat berat untuk mendidik mereka. Oleh karena itu orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama” (GE, art. 3). Orang tua mempunyai peranan vital dan tak tergantikan dalam pendidikan anak. Peran orang tua ini merupakan konsekuensi dari tanggung jawab mereka sebagai penyalur kehidupan bagi anak-anak.
......Sebab merupakan kewajiban orang tua: menciptakan lingkup keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Maka keluarga itulah lingkungan pendidikan pertama keutamaan-keutamaan sosial, yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat (GE, art. 3).
Ini berarti bahwa orang tua mempunyai tugas untuk mendidik anak, berperan menciptakan situasi keluarga yang mendukung proses pendidikan anak.
Situasi keluarga yang didasari oleh semangat bakti pada Allah dan kasih sayang pada sesama menjadi pendukung kepribadian dan pendidikan sosial bagi anak- anak.
Dengan demikian hal yang perlu dituntut dari tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak adalah suatu sikap di mana orang tua memandang anak sebagai manusia yang berkembang, dan perlu berkembang. Maka anak harus diberi pertolongan untuk mengembangkan pribadinya lewat pendidikan yang benar. Anak diberi kebebasan dalam berpikir, bertindak, dan dalam memberikan keputusan sesuai dengan perkembangannya. Disini orang tua bertugas mengarahkan perkembangan anak pada hal-hal yang positif. Seperti yang ditegaskan Nasution (1985:40) karena orang tua mempunyai tanggung jawab besar terhadap anak-anaknya, maka orang tua dituntut agar mampu untuk: (1) mengasuh dan membimbing anak-anaknya; (2) mengawasi pendidikan anak- anaknya; (3) mengemudikan pergaulan anak-anaknya.
Pendidikan dalam keluarga terdapat suatu hubungan pergaulan, yaitu pihak yang mendidik (orang tua) dan yang dididik (anak). Dalam mendidik anak orang tua berperan sebagai pembimbing. Di mana anak yang belum dewasa dibimbing dan diarahkan oleh orang tua untuk mencapai kedewasaan sehingga anak dapat berpikir, berbuat dan berkehendak. Di samping itu orang tua harus berusaha menanamkan pengaruh yang baik kepada anak-anak sejak dini, supaya anak jangan sampai berkembang ke arah yang negatif yang dapat merugikan anak sendiri.
b. Yang Harus Dilakukan Oleh Orang Tua Untuk Mendidik Anak
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah dominan. Dalam hal ini, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting bagi anak. Menjadi orang tua berarti harus siap menjadi pendidik, dan siap dengan segala sesuatu sehubungan dengan pengetahuan untuk mendidik anak.
Orang tua yang baik mampu menciptakan suasana di rumah sebagai berikut: Pertama, mewujudkan cinta kasih. Gravissimum Educationis art. 3 mengatakan para orang tua wajib menciptakan lingkup keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Ini berarti bahwa setiap orang bahkan anak sekalipun memerlukan sesuatu yang mutlak untuk dasar ketentraman; untuk menopang kelemahan kita, melindungi, dan mengasihi. Hal senada juga dikemukakan oleh Suban Tukan (1991:63) bahwa orang tua yang penuh cinta dan hangat akan mudah ditiru. Anak akan merasa senang, aman dan percaya diri, misalnya: bapak dan ibu selalu rukun, saling membantu dan saling mengasihi, begitu juga dengan anaknya. Suasana sekitar seperti itu tentu akan membuat anak nyaman dan bahagia. Anak tidak merasa kawatir jika anak mengalami kesusahan atau pun kesulitan dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari. Seorang anak yang selalu mendapat cinta kasih, merasakan cinta kasih orang tuanya, tentu anak tersebut akan tumbuh berkembang ke arah yang lebih baik. Oleh sebab itu orang tua perlu menciptakan suasana rumah yang penuh dengan cinta kasih yakni suasana rumah yang harmonis, rukun, saling melindungi satu dengan yang lain, sehingga suasana keakraban serta kehangatan terasa antara orang tua dengan anak. Dengan merasakan suasana rumah yang penuh cinta tentu anak juga akan memberikan cinta kasihnya kepada sesama.
Kedua, memberikan teladan. Piaget (1997:57), menyatakan bahwa bagi anak orang tua dianggap sebagai makhluk serba bisa, oleh karena itu patut diikuti tanpa harus bertanya-tanya. Segala perbuatan dan tingkah laku orang tua pun dapat ditiru anak, karena seorang anak tidak akan menanyakan terlebih dahulu kepada orang tuanya, apakah ia diizinkan untuk meniru atau tidak sesuatu perbuatan atau tingkah laku orang tuanya sendiri. Anak menganggap bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tuanya adalah baik untuk ditiru dan diterapkan dalam hidup.
Berkaitan dengan hal tersebut orang tua harus bijaksana, menyadari dengan baik posisinya sebagai orang tua, satunya kata dengan perbuatan dan memberikan contoh teladan yang baik. Sahlan Syafei (2002:17), mengutip kata pepatah dari Ki Hajar Dewantoro, orang tua harus bersikap ing ngarso sung
tuladha , ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ing ngarso sung tuladha,
berarti orang tua harus mampu menjadikan dirinya sebagai contoh atau panutan bagi anak-anaknya. Ing madya mangun karsa, berarti orang tua harus dapat membangkitkan semangat atau memberikan dorongan kepada anak-anaknya. Tut
wuri handayani , berarti orang tua harus dapat memberikan kesempatan pada anak
untuk ikut berperan serta, untuk melatih percaya diri, namun apabila diperlukan orang tua pun perlu memberikan pengarahan.
C. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Menghambat, dan yang Mendukung Belajar Anak.
1. Pengertian Belajar
Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita melakukan banyak kegiatan, misalnya, membaca buku, mengenakan pakaian, makan dengan menggunakan alat-alat makan, bertindak sopan dan lain sebagainya. Untuk bisa melakukan semua kegiatan itu tentu dengan kegiatan belajar terlebih dahulu. Dalam arti mustahillah kita dapat melakukan kegiatan itu jika kita tidak berusaha untuk belajar terlebih dahulu.
Sudah banyak para ahli menguraikan definisi tentang belajar. Maka dari itu sebelum menarik kesimpulan tentang belajar, baiklah jika meninjau terlebih dahulu beberapa rumusan tentang belajar dari beberapa tokoh pendidikan. Definisi belajar menurut Winkel (1991:36) sebagai berikut: