Hubungan perbendaharaan cerita dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

“HUBUNGAN PERBENDAHARAAN CERITA DENGAN KARAKTER KEJUJURAN SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS

IV-VI DI SD KANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA”.

Judul skripsi ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis akan sumbangan perbendaharaan cerita dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik. Kajian ini dibuat untuk mengetahui apakah ada hubungan ketika siswa memiliki banyak cerita dengan karakter kejujuran dalam diri siswa-siswi kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.

Perbendaharaan cerita adalah kekayaan yang diperoleh ketika anak membaca, menyimak dan memahami peristiwa yang terjadi yang menggambarkan berbagai macam makna yang tersirat maupun tersurat dalam cerita seperti karakter tokoh, alur dan isi cerita. Karakter kejujuran adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan tindakannya baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Berdasarkan pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu, Ho: Perbendaharaan cerita tidak memiliki hubungan dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta. Ha: Perbendaharaan cerita memiliki hubungan dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.Populasi dari penelitian ini adalah para siswa kelas IV-VI SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta sebanyak 65 responden.Instrumen yang digunakan adalah skala Likert yang dikembangakan dalam 17 pernyataan mengenai perbendaharan cerita dan 9 karakter kejujuran siswa.Dari hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, N 65 siswa terdapat 26 item valid.Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha sebesar 0.821 yang berarti reliabilitas instrumen baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean perbendaharaan cerita adalah 56,800 tergolong sangat baik dan karakter kejujuran 34,5846 tergolong sedang. Dari hasil analisis korelasi NonParametrik diperoleh nilai koefisien sebesar 0,442 dengan signifikansi 0,000.Maka dapat disimpulkan bahwa perbendaharaan cerita berkorelasi terlihat di karakter kejujuran siswa.


(2)

ABSTRACT

"STORY TREASURY RELATIONS WITH HONESTY CHARACTER OF STUDENTS IN CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION CLASS IV-VI IN SD

CANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA".

Thesis title was selected based on the author's curiosity will contribute treasury stories with characters honesty of students in Catholic Religious Education. This study was made to determine whether there is a relationship when students have many stories with the character of honesty in the students of class IV-VI in SD Canisius Notoyudan Yogyakarta.

Treasury of riches story is obtained when the children to read, listen to and understand the events that occurred that illustrate the wide range of meanings implicit or explicit in the story like characters, plot and story. Character honesty is the behavior that is based on an attempt to make himself as the person who always believed in the words and actions both to themselves and others.

Based on the above reasoning can be formulated hypothesis, namely research, Ho: Treasury story has no connection with the character of honesty of students in Catholic Religious Education classes IV-VI in SD Canisius Notoyudan Yogyakarta. Ha: Treasury story has a relationship with the character of honesty of students in Catholic Religious Education classes IV-VI in SD Canisius Notoyudan Yogyakarta.

This research is a quantitative research. The population of this research is the students class IV-VI Notoyudan SD Canisius Yogyakarta as many as 65 respondents. The instrument used was a Likert scale is developed in 17 treasury statement about the story and characters honesty 9 students. Validity of test results on a significance level of 5%, N 65 students there are 26 valid items. While the results of test reliability coefficient alpha of 0821, which means better reliability of the instrument.

The results showed that the mean value is 56.800 treasury story is in excellent condition and character of honesty 34.5846 moderate. Nonparametric correlation analysis of the results obtained coefficient value of 0.442 with 0.000 significance. So we can conclude that the correlate treasury story seen in the character of honesty students.


(3)

HUBUNGAN PERBENDAHARAAN CERITA DENGAN KARAKTER KEJUJURAN SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS

IV-VI DI SD KANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Stefanie Bui Moron NIM: 111124030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Bunda Maria, Orang Tuaku Tercinta (Ibu Monica Mei dan Bapak Bernardus Samaraya Moron), Adik dan Kakakku, Anastasia Resi, Yustinus Dasilva Moron, Yuli, Kartika Putri Dinanti, Frederikus Fiskar Ocin, Juli Sunarti, Margaretha Ayu

Panca, Mb Aii, Maria Vinsensia Asriyati, Saudara-Saudaraku angkatan 2011 dan Teman-Teman Kos Retnowulan.


(7)

v MOTTO

“Rendahkanlah dirimu dibawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya dan serahkanlah segala kekuatiranmu

kepada-Nya sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:6-7)


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

“HUBUNGAN PERBENDAHARAAN CERITA DENGAN KARAKTER KEJUJURAN SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS

IV-VI DI SD KANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA”.

Judul skripsi ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis akan sumbangan perbendaharaan cerita dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik. Kajian ini dibuat untuk mengetahui apakah ada hubungan ketika siswa memiliki banyak cerita dengan karakter kejujuran dalam diri siswa-siswi kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.

Perbendaharaan cerita adalah kekayaan yang diperoleh ketika anak membaca, menyimak dan memahami peristiwa yang terjadi yang menggambarkan berbagai macam makna yang tersirat maupun tersurat dalam cerita seperti karakter tokoh, alur dan isi cerita. Karakter kejujuran adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan tindakannya baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Berdasarkan pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu, Ho: Perbendaharaan cerita tidak memiliki hubungan dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta. Ha: Perbendaharaan cerita memiliki hubungan dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah para siswa kelas IV-VI SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta sebanyak 65 responden. Instrumen yang digunakan adalah skala Likert yang dikembangakan dalam 17 pernyataan mengenai perbendaharan cerita dan 9 karakter kejujuran siswa. Dari hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, N 65 siswa terdapat 26 item valid. Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha sebesar 0.821 yang berarti reliabilitas instrumen baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean perbendaharaan cerita adalah 56,800 tergolong sangat baik dan karakter kejujuran 34,5846 tergolong sedang. Dari hasil analisis korelasi NonParametrik diperoleh nilai koefisien sebesar 0,442 dengan signifikansi 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa perbendaharaan cerita berkorelasi terlihat di karakter kejujuran siswa.


(11)

ix

ABSTRACT

"STORY TREASURY RELATIONS WITH HONESTY CHARACTER OF STUDENTS IN CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION CLASS IV-VI IN SD

CANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA".

Thesis title was selected based on the author's curiosity will contribute treasury stories with characters honesty of students in Catholic Religious Education. This study was made to determine whether there is a relationship when students have many stories with the character of honesty in the students of class IV-VI in SD Canisius Notoyudan Yogyakarta.

Treasury of riches story is obtained when the children to read, listen to and understand the events that occurred that illustrate the wide range of meanings implicit or explicit in the story like characters, plot and story. Character honesty is the behavior that is based on an attempt to make himself as the person who always believed in the words and actions both to themselves and others.

Based on the above reasoning can be formulated hypothesis, namely research, Ho: Treasury story has no connection with the character of honesty of students in Catholic Religious Education classes IV-VI in SD Canisius Notoyudan Yogyakarta. Ha: Treasury story has a relationship with the character of honesty of students in Catholic Religious Education classes IV-VI in SD Canisius Notoyudan Yogyakarta.

This research is a quantitative research. The population of this research is the students class IV-VI Notoyudan SD Canisius Yogyakarta as many as 65 respondents. The instrument used was a Likert scale is developed in 17 treasury statement about the story and characters honesty 9 students. Validity of test results on a significance level of 5%, N 65 students there are 26 valid items. While the results of test reliability coefficient alpha of 0821, which means better reliability of the instrument.

The results showed that the mean value is 56.800 treasury story is in excellent condition and character of honesty 34.5846 moderate. Nonparametric correlation analysis of the results obtained coefficient value of 0.442 with 0.000 significance. So we can conclude that the correlate treasury story seen in the character of honesty students.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan karena kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN PERBENDAHARAAN CERITA DENGAN KARAKTER KEJUJURAN SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS IV-VI DI SD KANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA”.

Skripsi ini ditulis atas dasar keingintahuan dan keprihatian penulis terhadap cerita yang dimiliki oleh siswa. Apakah dengan memiliki banyak cerita siswa juga mampu mengembangakan karakter kejujuran di dalam dirinya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd. selaku dosen pembimbing utama, yang telah memberikan motivasi, setia membimbing penulis dalam menulis skripsi ,bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan kesabaran, dan ketelitian beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. B.Agus Rukiyanto SJ selaku dosen pembimbing akademik dan selaku dosen penguji II, yang telah membimbing penulis selama menempuh studi di PAK

3. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji III, yang berkenan menguji penulis.


(13)

xi

4. Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ selaku Kaprodi dan Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku Wakaprodi, yang telah bersedia memberikan perhatian, dukungan, serta semangat kepada penulis selama berproses di Prodi PAK.

5. Segenap Staf Dosen dan Karyawan Prodi PAK-JIP-FKIP-USD, Yogyakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh studi. 6. Kepala sekolah berserta Guru-guru SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta

yang telah mengijinkan dan bersedia memberikan tempat bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Siswa-siswi kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta yang telah bersedia membantu penulis dalam mengumpulkan data dengan mengisi kuisoner

8. Orang Tuaku Tercinta yang selalu memberikan cinta, arahan, motivasi, kekuatan dan selalu mendoakanku.

9. Saudara-saudaraku angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan, perhatian, dan semangat penulis selama menempuh studi di PAK.

10. Sahabatku (Maria Vinsensia Asriyati, Maria dan Agnes, Lilis suryani, Kartika Putri Dinanti, Margaretha Ayu Panca, Juli Sunarti dan Dede Marianus) yang selalu mengingatkan, setia menemani dan memberikan semangat kepada penulis.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selama ini dengan tulus telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.


(14)

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR SINGKATAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penulisan ... 9

F. Manfaat Penulisan ... 10

G. Metode Penulisan ... 12

H. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ... 14

A. Pendidikan Agama Katolik ... 14

1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik ... 14

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik ... 16

3. Fungsi Pendidikan Agama Katolik menurut Negara dan Gereja .. 17


(16)

xiv

b. Fungsi Pendidikan Agama Katolik menurut Gereja ... 17

B. Perbendaharaan Cerita ... 18

1. Pengertian Cerita ... 18

2. Jenis-Jenis Cerita ... 19

3. Manfaat Membaca Sebuah Cerita ... 25

a. Membantu Pembentukan Pribadi dan Moral ... 25

b. Menyalurkan Kebutuhan Imajinasi ... 25

c. Memacu Kemampuan Verbal ... 26

d. Merangsang Minat Baca ... 26

e. Membuka Cakrawala Pengetahuan ... 26

4. Pengertian Perbendaharaan Cerita ... 27

C. Karakter Kejujuran... 28

1. Pengertian Karakter ... 28

2. Pembentukan Karakter ... 29

3. Pengertian Karakter Kejujuran ... 34

4. Ciri-ciri Orang yang memiliki Karakter Kejujuran ... 35

5. Indikator Karakter Kejujuran ... 36

6. Beberapa Latihan untuk membantu Siswa Berkarakter Jujur di Sekolah ... 37

D. Penelitian yang Relevan ... 38

E. Kerangka Pikir... 39

F. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian... 41

B. Desain Penelitian ... 41

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

1. Tempat Penelitian ... 42

2. Waktu Penelitian ... 42

D. Populasi dan Sampel ... 42

E. Variabel Penelitian ... 43


(17)

xv

2. Definisi Konseptual ... 43

3. Definisi Operasional ... 44

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 44

1. Teknik Pengumpulan Data ... 44

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 44

3. Kisi-Kisi Penelitian ... 45

4. Pengembangan Instrumen ... 47

a. Uji Coba Terpakai ... 47

b. Uji Validitas... 48

c. Uji Reliabilitas ... 48

1) Reliabilitas Variabel X ... 49

2) Reliabilitas Variabel Y ... 49

3) Reliabilitas Keseluruhan ... 50

G. Teknik Analisis Data... 50

1. Uji Normalitas Data ... 50

2. Uji Linearitas ... 51

3. Analisis Deskripsi ... 51

4. Analisis Korelasi ... 51

H. Uji Hipotesis ... 51

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Hasil Penelitian ... 53

1. Uji Persyaratan Analisis ... 53

a. Uji Normalitas ... 54

b. Uji Linearitas ... 55

c. Deskripsi Statistik ... 55

2. Analisis Deskripsi ... 56

a. Perbendaharaan Cerita ... 56

1) Banyaknya buku yang dibaca,didengar dan dilihat ... 58

2) Memahami Alur Cerita ... 60

3) Memahami Tokoh-Tokoh ... 63


(18)

xvi

b. Karakter Kejujuran Siswa ... 67

5) Kebiasaan Baik dalam Hidup Seseorang ... 69

6) Perkataan dan Perbuatan yang Sesuai dengan Kejadian yang Sebenarnya ... 72

3. Analisis Korelasi ... 74

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

C. Relevansi Perndaharaan Cerita dengan PAK... 79

D. Keterbatasan Penelitian... 80

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

1. Bagi Sekolah SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta ... 82

2. Bagi Guru Agama Katolik... 83

3. Bagi Orang Tua... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN ... 86

Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Instrumen Penelitian ... (2)

Lampiran 3 : Hasil Analisis Variabel, X : Perbendaharaan Cerita ... (5)

Lampiran 4 : Hasil Analisis Variabel, Y : Karakter Kejujuran ... (9)

Lampiran 5 : Hasil Analisis SPSS ... (13)


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah Populasi ... 42

Tabel 2 : Skor Jawaban Variabel X dan Y ... 45

Tabel 3 : Variabel X Perbendaharaan Cerita ... 45

Tabel 4 : Variabel Y Karakter Kejujuran Siswa ... 47

Tabel 5 : Reliabilitas Instrumen Variabel X ... 49

Tabel 6 : Reliabilitas Instrumen Variabel Y ... 49

Tabel 7 : Reliabilitas Keseluruhan ... 50

Tabel 8 : Test of Normality ... 54

Tabel 9 : Anova ... 55

Tabel 10 : Deskriptif Statistik ... 55

Tabel 11 : Deskripsi Statistik Perbendaharaan Cerita secara Keseluruhan ... 56

Tabel 12 : Deskripsi Frekuentif Perbendaharaan Cerita secara Keseluruhan ... 57

Tabel 13 : Deskripsi Statistik Banyaknya buku yang dibaca, didengar dan dilihat ... 58

Tabel 14 : Deskripsi Frekuentif Banyaknya buku yang dibaca, didengar dan dilihat ... 59

Tabel 15 : Deskripsi Statistik Memahami Alur Cerita ... 60

Tabel 16 : Deskripsi Frekuentif Memahami Alur Cerita ... 61

Tabel 17 : Deskripsi Statistik Memahami Tokoh-Tokoh ... 63

Tabel 18 : Deskripsi Frekuentif Memahami Tokoh-Tokoh ... 64

Tabel 19 : Deskripsi Statistik Memahami Isi Cerita ... 65

Tabel 20 : Deskripsi Frekuentif Memahami Isi Cerita ... 66

Tabel 21 : Deskripsi Statistik Karakter Kejujuran Siswa ... 67

Tabel 22 : Deskripsi Frekuentif Karakter kejujuran Siswa secara Keseluruhan ... 68

Tabel 23 : Deskripsi Statistik Kebiasaan Baik dalam Hidup Seseorang .... 69

Tabel 24 : Deskripsi Frekuentif Kebiasaan Baik dalam Hidup Seseorang 70 Tabel 25 : Deskripsi Statistik Perkataan dan Perbuatan yang Sesuai dengan Kejadian yang Sebenarnya ... 72


(20)

xviii

Tabel 26 : Deskripsi Frekuentif Perkataan dan Perbuatan yang

Sesuai dengan Kejadian yang Sebenarnya ... 73 Tabel 27 : Non Parametrik Correlations ... 74


(21)

xix

DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan dalam Penelitian

Anova : Analisys Of Variance Ho : Hipotesis Nol

Ha : Hipotesis Alternatif

SPSS : Statistical Product and Service Solutions Std : Standard

Dev : Deviasi Sig : Significant

B. Singkatan Dokumen Gereja

CT : Catechesis Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohenes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979

C. Singakatan Lain

Komkat : Komisi Kateketik

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia PUK : Petunjuk Umum Katekese No : Nomor

Dll : Dan Lain-lain HP : Handphone Art : Artikel


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan banyak bahan yang bisa digunakan untuk menanamkan nilai-nilai positif pada siswa yang berperan dalam pembentukan karakter. Salah satu caranya adalah dengan cerita. Cerita memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan karakter.

Dalam menempuh pendidikan seorang siswa mendengar atau bahkan melakonkan berbagai macam cerita, entah itu diceritakan guru di depan kelas, dari teman, maupun dari buku cerita yang ada di perpustakaan. Semua cerita-cerita itu menjadi perbendaharaan siswa.

Anak-anak sekolah dasar memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar, mereka biasanya mengeksplorasi apa yang mereka lihat dan dengar melalui cerita, video, cergam, darama dan lain sebagainya. Metode yang digunakan membantu anak dalam memperkembangkan karakter serta membentuk karakter mereka.

Pengalaman yang penulis alami selama melaksanakan tugas PPL di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta, sekolah ini biasanya menggunakan cerita sebagai bahan dalam proses pembelajaran, karena keterbatasan dalam penggunaan sarana viewer sehingga para guru biasanya mengajar dengan menggunakan cerita, agar siswa dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Kebiasaan lain yaitu ketika istirahat berlangsung, para siswa sering kali bercerita dengan teman-teman sebayanya sambil menikmati makanan yang mereka santap.


(23)

Berbagai macam cerita yang mereka ceritakan, entah itu pengalaman yang menyedihkan ataupun yang menggembirakan hati mereka. Di sekolah ini juga menyedikan perpustakaan bagi para siswanya untuk mengisi waktu luang dengan membaca buku cerita, hanya saja waktu saya melakukan PPL di SD tersebut hanya ada beberapa anak yang berminat masuk ke perpustakaan karena ruangan yang terlalu sempit, dan tidak nyaman digunakan untuk membaca.

Cerita tidak hanya didapatkan siswa pada saat di sekolah, tetapi cerita juga bisa kita jumpai di dalam keluarga kita masing-masing. Berbeda halnya dengan siswa-siswi yang sekolah di SD Kanisius Notoyudan ini, ada beberapa siswa yang hampir tidak pernah merasakan bagaimana bercerita di dalam keluarga mereka, apalagi mendapat perhatian setiap malam untuk dibacakan cerita oleh orang tuanya sebelum mereka tidur. Penyebab semua itu adalah karena orang tua lebih suka mengurusi kesibukannya sehingga melupakan kebutuhan anaknya, ada pula orang tua yang telah berpisah sehingga anak mereka harus hidup dan menumpang di rumah temannya.

Ada beberapa siswa yang mengatakan pada saya bahwa mereka hidup dalam keluarga yang tidak menawarkan cerita yang dapat membentuk karakter mereka, melainkan sebaliknya mereka sering menyaksikan di mana kekerasan yang mereka alami di dalam keluarga, sehingga cerita yang mereka sampaikan kepada saya pada saat mengajar ialah yang bersisi kekerasan dan kebenciaan akan karakter ayah yang seringkali memukuli ia dan ibunya. Begitu menyedihkan, di mana anak-anak seusianya harus merasakan kehangatan dalam keluarga, namun tidak ia temukan di dalam keluarganya. Melalui pengalaman hidup, seorang anak


(24)

bisa belajar bagaimana nantinya ia akan berkembang. Keluarga merupakan wadah yang paling utama dalam kehidupan anak, kini merusak karakter anak dengan menawarkan cerita-cerita yang tidak bisa diambil sebagai contoh hidup. Anak-anak memiliki daya ingat yang sangat kuat, apa yang mereka dengar dan lihat akan mudah direkam dalam ingatan sehingga mereka mudah sekali untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Saya mulai menyadari bahwa sebenarnya orang tua dan lingkungan di mana anak itu tinggal, sangat berpengaruh pada karakter mereka. Sebagai seorang guru, tentu sepintas melihat siswa-siswa yang nakal dan sulit diberitahu, tetapi saya menyadari bahwa setiap kenakalan yang dimiliki oleh siswa mempunyai alasan mendasar yang mereka bawa dari dalam keluarga.

Guru di sekolah ini banyak sekali menawarkan cerita-cerita yang menarik bagi para siswanya, hanya saja agar siswa lebih mendalami nilai dari cerita tersebut, guru harus terlebih dahulu menguasai cerita, dengan menggunakan alat peraga, agar siswa lebih tertarik karena ketika cerita tersebut sudah menyentuh hati, maka cerita tidak hanya diingat tetapi dilakonkan dalam kehidupan. Sebagai guru kita tentu mampu menyederhanakan cerita, agar siswa mengerti cerita apa yang kita sampaikan didepan kelas. Karena ada kalanya orang menganggap cerita merupakan sesuatu hal yang sepele, habis diceritakan ya habis. Tetapi bagi siswa, cerita itu memiliki pengaruh yang sangat besar apalagi menemukan cerita yang mereka anggap menyenangkan hati mereka. Hal ini akan diingat sampai mereka beranjak dewasa, bahkan lanjut usia.

Gereja Katolik juga menawarkan cerita kepada anak-anak, salah satu contohnya ialah cerita nabi Musa yang menyelamatkan bangsa Israel keluar dari


(25)

tanah Mesir melalui Laut Merah, dan masih banyak cerita-cerita lainnya. Melalui cerita bergambar, film, lagu-lagu yang memuat kisah-kisah dalam Kitab Suci serta melalui kotbah yang dibawakan oleh romo mau mengajak anak-anak untuk terlibat aktif dalam mendengarkan dan mengembangkan prilaku yang baik dalam kehidupan mereka. Di dalam Gereja Katolik juga dikenal dengan sebutan Pendidikan iman anak dimana anak-anak diajak untuk mengenal Tuhan, bagimana ajaran Gereja Katolik dan sebagainya. Semua itu dimaksudkan untuk membantu anak mengenal bahwa hidupnya tidak hanya sendirian tetapi Tuhan selalu membimbing dan menyertai mereka melalui sesamanya. Selain itu juga pendidikan iman anak membantu orang tua dalam mengembangkan iman anak-anak mereka dalam hal kerohanian. Gereja melihat bahwa anak-anak-anak-anak adalah penerus Gereja dimasa yang akan datang, oleh karena itu gereja sungguh menyayangkan jika anak-anak katolik tidak bisa terlibat aktif di dalam kegiatan tersebut. Dalam pendidikan iman anak, anak-anak diajak untuk mengenal berbagai macam jenis cerita dari Kitab Suci baik itu dari kitab perjanjian lama maupun baru. Pengenalan akan isi Kitab Suci membatu anak-anak agar dapat memahami dan meneladani tokoh yang terdapat dalam cerita tersebut.

Ketidakjujuran biasanya meresahkan diri sendiri maupun orang lain. Saat duduk di bangku sekolah, tidak jarang ada beberapa siswa yang tidak jujur dalam mengerjakan tugas sekolahnya dan menyontek di saat ujian berlangsung. Bahkan semua itu dianggapnya sebagai suatu hal yang biasa terjadi. Dari hal-hal yang kecil semacam itu ketika seorang siswa tidak mampu menyadari apa yang ia lakukan adalah perbuatan yang tidak jujur maka akan berdampak pada kelangsungan hidupnya dalam menempuh pendidikan selanjutnya. Dengan prilaku semacam ini sebenarnya tidak membangun karakter siswa untuk jujur dengan apa


(26)

yang dikerjakannya. Ingin mendapatkan nilai yang bagus tetapi dengan cara yang tidak mendidik, tentu ada rasa bersalah dan tidak puas dengan apa yang dikerjakannya, kalau tidak ketahun kemungkinan besar mereka akan lolos, tetapi ketika ketahuan mereka akan merasa malu dengan perbuatan yang mereka lakukan.

Kejujuranpun tidak hanya terjadi pada saat kita masih duduk di bangku sekolah dasar, tetapi baiklah kita melihat Akhir-akhir ini kita sering mendengar di media masa, radio maupun televisi. Seperti yang diliput oleh news.okezone.com Senin,18 Mei 2015- 04:58 wib, ada beberapa mahasiswa yang lulus dengan menggunakan ijazah palsu, sementara mahasiswa tersebut tidak pernah mengikuti kuliah aktif selayaknya mahasiswa biasanya. Beberapa universitaspun diduga meluluskan mahasiswanya dengan ijazah palsu. Melihat situasi semacam ini sungguh sangat memperhatinkan karena sekarang kejujuran dalam diri manusia semakin melemah. Dengan begitu orang bisa dengan mudahnya mendapatkan gelar yang diinginkan, tanpa susah payah melalui proses belajar. Yang menjadi keperihatinan sekarang ini bahwa mutu pendidikan akan semakin menurun dan kualitas lulusan yang tidak berkopeten dibidangnya membuat generasi selanjutnya akan mengalami hal yang sama yaitu kerugian serta kebodohan yang diakibatkan dari ketidakjujuran yang ada.

Anak-anak di zaman sekarang hidup dengan berbagai macam kecanggihan teknologi. Tetapi disayangkan masih ada yang menyalah gunakannya misalnya untuk membuat tugas dengan mudahnya copy paste dari internet, tidak lagi mengembangkan pemikiran yang mereka miliki. Memang tidak ada salahnya kalau kita belajar dari sumber-sumber yang ada di internet, hanya saja lebih baik


(27)

kita memilah-milah mana yang bisa dijadikan sumber untuk belajar dan mana yang tidak. Itulah sebabnya banyak sekali plagiat yang terjadi mulai dari mengerjakan pekerjaan rumah hingga dalam menulis karya ilmiah sekalipun. Diberlakukan hukuman bagi yang diduga pagiat tetapi masih ada saja yang melakukannya, mencari sesuatu yang cepat jadi dengan jalan pintas. Sepertinya akalbudi yang diberikan Tuhan dengan cuma-cuma disalah gunakan untuk membuat sesuatu yang mudah bagi keuntungan diri sendiri.

Cerita memiliki hubungan yang erta dengan karakter siswa. Banyak cerita, video, cergam dan televisi semua ini memiliki pengaruh yang positif dan negatif pada siswa. pada usia kanak-kanak biasanya anak suka menonton film kartun yang berisikan tentang perkelahian antar tokoh, sehabis memonton terkadang anak akan memperaktikan apa yang mereka tonton. Yang pernah saya alami saat observasi didalam kelas, ada dua orang siswa yang bertengakar hingga keluar ke halaman sekolah saya membantu untuk melerai mereka, malah saya yang kena pukul. Emosi yang sangat tinggi membuat anak-anak ini tidak tahu lagi siapa yang mereka hadapi. Tetapi syukurlah ketika satpam sekolah datang mereka bisa diam, dan saya melihat guru kelas mereka tidak hanya diam tetapi memberikan pemahaman kepada kedua siswa tersebuat bahwa tidak ada untungnya berkelahi dan merekapun berdamai. Usut demi usut penyebab perkelahian disebabkan saling mengejek nama orang tua.

Kita bisa melihat pengaruh positif bagi anak-anak, kalau anak dihadapkan pada cerita, cergam, video yang mereka lihat mampu memberi motivasi, semangat, serta menanamkan nilai-nilai yang positif maka anak-anak akan terpengaruh untuk saling mengasihi sesamanya, mampu bertanggung jawab atas


(28)

kesalahan yang ia perbuat dan masih banyak hal mampu membangun serta menanamkan karakter pada anak.

Setelah melihat kenyataan dan yang seharusnya terjadi ialah agar para siswa dapat memahami apa yang ada dalam isi cerita yang telah mereka baca, mereka dengar dan lihat selama ini. Serta mampu menemukan nilai-nilai yang sama dari berbagai cerita yang mereka baca, dengar, dan lihat sehingga dari nilai-nilai yang ada mampu menumbuhkan karakter kejujuran siswa menjadi seseorang yang menghidupi nilai-nilai yang mereka sukai dalam kehidupan mereka.

Karakter tersebut akan menjadi hal yang mampu mengembangkan kepribadian mereka, baik itu melalui perkataan, pengetahuan maupun tindakan mereka. Karena karakter bukan suatu prilaku lahiriah saja, di mana seseorang melihat, mendengar, dan membaca setelah itu menirukan apa yang telah mereka ketahui. Tetapi karakter lebih mendalam dari itu, di mana orang bisa membentuk karakternya dengan melakukan aktivitas secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama, sehingga apa yang mereka dengar, baca maupun lihat dapat menjadi milik yang bisa dihidupi dalam kehidupan mereka di manapun mereka berada. Sehubungan dengan itu penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul:

HUBUNGAN PERBENDAHARAAN CERITA DENGAN KARAKTER KEJUJURAN SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS IV-VI DI SD KANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat di identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Sejauh mana cerita menawarkan nilai-nilai yang positif pada siswa ?


(29)

2. Apakah semua cerita yang ada mampu membantu dalam mengembangkan karakter siswa ?

3. Sejauh mana guru menggunakan cerita sebagai bahan dalam mengajar para siswanya ?

4. Bagaimana perhatian orang tua terhadap perkembangan karakter anak ? 5. Apa saja yang dipersiapkan oleh guru sebelum membawakan cerita di depan

kelas bagi para siswa ?

6. Sejauh mana peran gereja dalam Pendidikan Agama Katolik ?

7. Sejauh mana para siswa mampu menyadari karakter ketidakjujuran dalam diri mereka ?

8. Sejauh mana guru memberikan perhatian pada karakter siswa ?

9. Sejauh mana siswa mampu mendengar dan menyukai cerita dalam pelajaran agama katolik ?

10. Mengapa Pelajaran Agama Katolik menawarkan berbagai cerita bagi para siswa?

11. Apakah dengan cerita mampu memperkembangakan serta membentuk karakter kejujuran siswa ?

12. Bagaimana cerita berperan dalam pembentukan karakter siswa ? 13. Seberapa banyak para siswa mengoleksi buku-buku cerita ?

C.Pembatasan Masalah

Setelah melihat permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan di atas, penulis memilih dua aspek yang akan dikaji yaitu cerita dan karakter kejujuran. Mengingat luasnya aspek yang dikaji dalam cerita dan karakter. Maka penulis


(30)

membatasi penulisannya pada perbendaharaan cerita dan karakter kejujuran siswa di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta. Dengan tujuan agar penulisan dapat lebih fokus dalam menulis dan mendalami.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan perbendaharaan cerita siswa ? 2. Apakah yang dimaksud dengan karakter kejujuran ?

3. Bagaimana hubungan perbendaharaan cerita dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta ?

E. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan perbendaharaan cerita siswa kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan karakter kejujuran siswa kelas IV-IV di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.

3. Mampu mengetahui bagaimana hubungan perbendaharaan cerita dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.


(31)

F. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan mengenai hubungan perbendaharaan cerita dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis dan praktis 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini untuk menjawab bagaimana hubungan cerita dapat digunakan dalam Pendidikan Agama Katolik untuk penerapan nilai.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Bagi para guru Pendidikan Agama Katolik

Agar para guru mampu menggambarkan karakter siswa dengan menggunakan cerita dalam Pendidikan Agama Katolik bagi para siswa. Selain itu pula dengan bercerita serta membawakan cerita yang penuh dengan penghayatan agar mampu menarik perhatian siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan cerita yang monoton.

b. Bagi Para Siswa

Agar peserta Pendidikan Agama Katolik mampu menerapkan nilai-nilai cerita dalam Pendidikan Agama Katolik, selain itu memambah wawasan siswa dalam menyerap setiap pelajaran yang diberikan oleh guru. Siswa juga termotivasi


(32)

untuk belajar mengembangkan pemikiran dan imajinasinya dalam memahami sebuah cerita, karena siswa biasanya lebih suka langsung mengalami dengan menggunakan psikomotoriknya dibandingkan dengan mendengarkan cerita dan membaca buku cerita.

c. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pemahaman penulis sebagai calon guru bagaimana cara mengunakan cerita yang menarik bagi siswa. Apa yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran, terutama dalam pelajaran PAK yang banyak menggunakan cerita. Cerita juga bisa berfariasi dengan menggunakan alat peraga dan menyanyikan lagu-lagu yang sesuai dengan judul pembelajaran yang disampaikan, sehingga siswa dapat memetik niai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupannya terutama bagi perkembangan karakter.

d. Bagi Lembaga

Kekurangan sarana seperti buku-buku, alat peraga di sekolah membantu lembaga agar mampu menyediakan sarana-sarana yang mendukung bagi proses pembelajaran siswa, karena ketika semua sarana bisa terpenuhi, maka sumber daya manusia bisa berkembang dengan pesat. Perkembangan sebuah lembaga juga sangat mempengaruhi situasi proses belajar di sekolah tersebut.


(33)

G. Metode Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis berdasarkan penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan kuantifikasi angka mulai dari pengumpulan data, pengolahan data yang diperoleh, sampai pada penyajian data, yaitu untuk menunjukkan hubungan antara variabel x (Perbendaharaan Cerita) dengan variabel y ( Karakter kejujuran Siswa) dalam Pendidikan Agama Katolik di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini mengambil judul HUBUNGAN PERBENDAHARAAN CERITA DENGAN KARAKTER KEJUJURAN SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS IV-VI DI SD KANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA. Judul tersebut akan diuraikan menjadi lima bab sebagai berikut:

BAB I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II berisi kajian pustaka dan hipotesis yang meliputi uraian tentang materi dari berbagai sumber pustaka tentang perbendaharaan cerita dan karakter kejujuran siswa. penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis.

BAB III berisi metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel. Berdasarkan


(34)

variabel penelitian, identifikasi variabel, definisi konseptual dan oprasional, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data, kisi-kisi penelitian. Pengembangan instrumen yang terdiri dari uji coba terpakai, uji validitas, uji reliabilitas. Uji persyaratan analisis, uji normalitas data, uji linearitas. Analisis deskripsi, analisis korelasi dan uji hipotesis.

BAB IV berisi hasil penelitian dan pembahasan yang membahas tentang hasil penelitian berdasarkan uji persyaratan analisi, deskripsi analisis dan analisis korelasi, pembahsan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.


(35)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Bab ini menguraikan tentang perbendaharaan cerita dan karakter kejujuran siswa. Perbendaharaan cerita terdiri dari pengertian cerita, jenis-jenis cerita, manfaat membaca sebuah cerita, perbendaharaan cerita. Dan karakter kejujuran terdiri dari pengertian karakter, pembentukan karakter. Pengertian karakter kejujuran, ciri-ciri orang yang memiliki karakter kejujuran, indikator karakter kejujuran, dan beberapa latihan untuk membantu siswa berkarakter jujur di sekolah.

A.Pendidikan Agama Katolik

1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik

Menurut Heryatno (2003:21) Pendidikan Agama Katolik di sekolah, dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman atau proses pendidikan untuk membuat para nara didik agar semakin beriman.

Menurut Setyakarjana (1997) Pendidikan Agama Katolik Merupakan Proses yang terarah dan terpadu dalam suatu jemaat beragama sebagai paguyupan umat beriman untuk membantu seseorang atau kelompok agar lebih memahami, menghayati dan mengamalkan imannya kepada Tuhan guna menjawab pawahyu-Nya.

Catechesi Tradendae art.69 mengatakan bahwa semua siswa Katolik mendapat peluang untuk berkembang dalam pembinaan rohani mereka berkat Pendidikan Agama yang diatur oleh Gereja, tetapi yang menurut situasi di


(36)

pelbagai negara dapat ditawarkan oleh pihak sekolah, serta mampu mengatur jadwal sekolah sedemikian rupa, sehingga para siswa Katolik dapat memperdalam iman maupun pengalaman religius mereka, dalam asuhan pengajar- pengajar yang cakap entah iman atau awam.

Lokakarya mengenai tempat dan peranan Pendidikan Agama Katolik di sekolah yang diadakan oleh Komkat KWI di Malino sebagaimana dikutip oleh Dapiyanta (2011:4) mengemukakan bahwa “Pendidikan Agama Katolik merupakan bagian dari katekese yang berusaha membantu siswa agar dapat menggumuli hidupnya dari segi pandangan Kristiani”. Katekese merupakan pelayanan sabda dengan fungsi khas pendidikan iman. Pelayanan sabda yang dilakukan melalui siswa menemukan jati dirinya serta beriman kepada Kristus. Siswa yang beriman kepada Kristus, akan senantiasa melayani sesama dengan sepenuh hati.

Pendidikan Kristen dalam keluarga, katekese dan pelajaran agama di sekolah-sekolah, dengan caranya masing-masing, erat berhubungan dengan pelayanan Pendidikan Kristiani bagi anak-anak, orang dewasa dan kaum muda. Akan tetapi, dalam praksis harus di perhutungkan faktor yang berbeda-beda. Sehubungan dengan atau tidak adanya inisiasi Kristen bagi anak-anak dalam konteks keluarga, dan sehubungan dengan kewajiban-kewajiban mendidik secara tradisional dijalankan oleh paroki dan sekolah (Petunjuk Umum Katekese, art.76).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa Pendidikan Agama Katolik merupakan suatu proses dimana para siswa mampu mengenal dan memperkembangkan imannya secara terus-menerus, baik itu melalui keluarga maupun jemaat yang hidup bersama sebagai satu anggota Gereja. Melalui


(37)

keluarga dan jemaat membantu siswa untuk semakin mendewasakan iman yang nantinya sebagi pegangan hidup siswa.

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik

Heryatno (2003:22) mengungkapkan bahwa “Tujuan Pendidikan Agama Katolik bersifat holistik artinya, sesuai dengan kepentingan hidup peserta didik, tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi dan praktis”. Segi kognitif (pikiran), afektif (perasaan), dan praksis( tindakan) tidak dapat dipisahkan karena saling mendukung dalam perkembangan siswa, sehingga ketiganya diberikan secara integral oleh guru Pendidikan Agama Katolik kepada masing-masing siswa.

Tujuan pendidikan menurut Dokumen Konsili Vatikan II dalam artikel 1 adalah “mencapai pembinaan pribadi manusia dalam prespektif tujuan terakhirnya demi kesejahteraan kelompok-kelompok masyarakat, mengingat bahwa manusia termasuk anggotanya, dan bila sudah dewasa ikut berperan menunaikan tugas kewajibannya”.

Dari kutipan di atas dapat digambarkan, bahwa pendidikan yang baik itu mengarah kepada pembinaan kepribadian dan secara umum akan berpengaruh juga pada perkembangan dan kepentingan masyarakat. Begitu pula Konsili Suci menyatakan bahwa “anak-anak dan kaum remaja berhak didukung, untuk belajar menghargai dengan suara hati yang lurus nilai-nilai moral, serta dengan tulus menghayatinya secara pribadi pun juga untuk makin sempurna mengenal serta mengasihi Allah”.


(38)

Berdasarkan pemaparan yang sampaikan diatas tujuan Pendidikan Agama Katolik demi terwujudnya Kerajaan Allah ditengah dunia. Terwujudnya Kerajaan Allah di dunia ini bisa kita lihat melalui bagaimana setiap pribadi mampu membina diri sendiri dan memperhatikan kepentingan gereja. Jadi manusia tidak berkembang hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi mampu membawa dirinya keluar untuk maju dan berkembang dengan masyarakat disekitarnya, sesuai dengan kepentingan hidup peserta didik dalam mengembangkan segi kognitif, afektif dan praktis.

3. Fungsi Pendidikan Agama Katolik menurut Negara dan Gereja a. Fungsi Pendidikan Agama Katolik menurut Negara

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

b. Fungsi Pendidikan Agama Katolik menurut Gereja

Gereja Katolik mempunyai peranan tersendiri di dalam kemajuan dan perkembangan pendidikan. Peranan itu bersumber dari perintah pendiri Gereja, untuk mewartakan misteri keselamatan kepada semua orang dan untuk memperbaharui segala sesuatu di dalam Kristus. Sekolah-sekolah merupakan sarana yang paling efektif untuk menunaikan peranan pendidikan yang dimiliki


(39)

Gereja. Orang tua adalah orang yang pertama dan utama memberi pendidikan bagi anak-anaknya, termasuk menentukan sekolah bagi anak-anak mereka. Sekolah Katolik menjadi pewarta kabar baik bagi sekolah-sekolah yang benar-benar bersifat Katolik.

Berdasarkan dua fungsi yang terdapat di atas yaitu dari Negara dan Gereja maka dapat dikatakan bahwa agama diselenggarakan sesuai dengan agama masing-masing agar para siswa mampu memahani dan mengamalkan nilai-nilai keagamaannya. Selain itu sekolah-sekolah juga menjadi sarana yang baik bagi pendidikan siswa, dibantu dengan pendidikan yang sudah didapat dari dalam keluarga.

B. Perbendaharaan Cerita 1. Pengertian Cerita

Muhammad Nur Mustakhim (2005:12) mengemukakan cerita adalah gambaran tentang kejadian suatu tempat, kehidupan binatang sebagai perlambang kehidupan manusia, kehidupan manusia dalam masyarakat, dan cerita tentang mite yang hidup dalam masyarakat kapan dan dimana cerita itu terjadi.

Menurut Kieran (2009:3) cerita merupakan salah satu alat kognisi paling ampuh yang dimiliki oleh para siswa, yang tersedia untuk keterlibatan imajinatif dengan ilmu pengetahuan. Cerita membentuk pemahaman emosional kita terhadap isi. Cerita dapat membentuk isi dunia nyata dan juga materi fiksional. Pembentukan cerita dunia nyata inilah yang menjanjikan nilai paling besar dari pengajaran.


(40)

Cerita adalah kisahan nyata atau rekaan beragam prosa atau puisi, yang tujuannya menghibur atau memberi informasi kepada pendengar atau pembacanya (Panuti Sudjiman, 1992:103).

Berdasarkan beberapa pendapat tentang cerita dapat disimpulkan, bahwa cerita adalah sebuah sarana yang dikemas semenarik mungkin agar siswa mampu memahami isi cerita. Selain itu cerita juga menggambarkan kejadian suatu tempat, kehidupan, dan lain-lain. Cerita tidak hanya disampaikan secara tertulis tetapi melalui lisan yang biasanya dilakukan oleh para guru di sekolah guna membantu siswa memahami isi dari cerita yang ada. Kekayaan yang diperoleh ketika anak membaca, menyimak dan memahami peristiwa yang terjadi yang menggambarkan berbagai macam makna yang tersirat maupun tersurat dalam cerita seperti karakter tokoh, alur dan isi cerita.

2. Jenis-Jenis Cerita

ThariiWahyu.http://brainly.co.id/tugas/2760335/25.05.2015.Wib:17.30 menyampaikan bahwa terdapat empat jenis cerita, yakni fabel, legenda, sage dan mite/mitos.

 Fabel

Cerita yang menceritakan kehidupan hewan yang perilakunya menyerupai manusia. Cerita tersebut tidak mungkin kisah nyata. Fabel adalah cerita fiksi,


(41)

maksudnya khayalan belaka (fantasi). Kadang fabel memasukan karakter minoritas berupa manusia. Contoh judul-judul cerita fabel kelinci dan kura-kura.  Legenda

Cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi yang ceritanya digabungkan dengan tokoh sejarah, telah dibumbuhi dengan keajaiban, kesaktian, dan keistimewaan tokohnya. Contohnya : Candi Prambanan

 Sage

Cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan kesaktian dan keajaiban seseorang. Beberapa contoh sage adalah : Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji.

 Mite/Mitos

Cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) dan dianggap benar-benar terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya.

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 171-208) jenis-jenis cerita dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Cerita Tradisional  Mitos

Salah satu jenis cerita lama yang sering dikaitkan dengan dewa-dewa atau kekuatan-kekuatan supranatural yang lain, yang melebihi batas-batas kemampuan manusia. Mitos juga sering dikaitkan dengan cerita tentang berbagai peristiwa dan kekuatan, asal-usul tempat, dan tingkah laku manusia. Misalnya : Sunan Lawu di puncak Gunung Lawu dan Ratu Pantai Selatan.


(42)

 Legenda

Cerita magis yang sering dikaitkan dengan tokoh, peristiwa, dan tempat-tempat yang nyata. Legenda juga sebagai cerita yang bersifat historis walau fakta, yang dianggap sebagai fakta itu kadar kesejarahannya masih sering dipertanyakan. Berbagai cerita yang diangkat menjadi legenda adalah tokoh dan peristiwa yang memang nyata, ada dan terjadi didalam sejarah. Misalnya: asal-usul terjadinya Gunung Tangkuban Perahu, dan Kisah Jaka Tingkir.

 Cerita Binatang (fabel)

Salah satu bentuk cerita yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita. Binatang-binatang tersebut dapat berpikir dan berinteraksi layaknya konunikasi manusia, juga dengan permasalahan hidup layaknya manusia. Misalnya : putri duyung, sang kodok dan pengeran angsa.

 Dongeng

Salah satu cerita rakyat yang mencakup beragam cakupan. Dongeng berasal dari berbagai kelompok etnis masyarakat, atau daerah tertentu di berbagai belahan dunia baik yang berasal dari tradisi lisan maupun yang sejak semuala diciptakan secara tertulis. Misalnya : Bawang merah bawang putih, Timun mas, dan cinderela.

 Cerita Wayang

Warisan budaya nenek moyang yang telah bereksistensi sejak zaman prasejarah. Wayang yang telah melewati berbagai peristiwa sejarah, dari generasi ke generasi, menunjukan bahwa budaya perwayangan telah melekat dan menjadi bagian hidup bangsa Indonesia, khususnya Jawa.Usia yang demikian panjang dan


(43)

kenyataan bahwa hingga dewasa ini masih banyak orang yang menggemarinya menunjukan betapa tinggi nilai dan berartinya wayang bagi kehidupan masyarakat. Misalnya : Ramayana dan Mahabrata

b. Cerita Fiksi  Cerpen dan Novel

Cerpen dan novel memilik persamaan dan perbedaan. Persamaan keduanya yang utama adalah bahwa mereka sama-sama dibangun oleh unsur intristik yang sama seperti unsur penokohan, alur, tema, sudaut pandang, dan moral. Sedangkan perbedaan keduanya adalah cerpen tidak mungkin berbicara sepanjang lebar tentang bebagai peristiwa, tokoh, dan latar karena dibatasi oleh jumlah halaman, bercerita mengenai hal-hal yang penting tidak sampai detil, dan sedikit melibatkan tokoh, tema, dan latar. Sedangkan novel ceritanya lebih panjang, menghadirkan banyak tokoh, mampu memberikan sebuah gambaran yang lebih utuh tentang kehidupan.

 Fiksi Realistik

Cerita yang berkisah tentang isu-isu pengalaman kehidupan anak secara nyata, berkisah tentang realitas kehidupan. Berhadapan dengan cerita fiksi realistik pada hakikatnya berhadapan dengan sebuah kehidupan nyata sehingga melaluinya anak dapat memaknai dan mengambilnya sebagi filter bagi kehidupannya sendiri. Misalnya : pengalaman beada dalam situasi tertentu yang mirip, bertemu dan berinteraksi dengan berbagai macam karakter orang.


(44)

 Fiksi Fantasi

Cerita yang dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan dapat diterima sehingga sebagai suatu cerita dapat diterima oleh pembaca. Cerita fantasi juga menampilkan tokoh, alur, latar, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan, baik menyangkut seluruh maupun sebagian cerita. Misalnya: mengisahkan Putri, Merpati Putih, Bulan dan Bintang.

 Fiksi Historis

Sebuah cerita yang mengambil bahan dari suatu preode yang lebih awal dengan penekanan pada peristiwa-peristiwa yang luar biasa atau gambaran-gambaran yang bersifat historis, atau sekedar fambaran tentang kehidupan masa lalu. Misalnya : Buku cerita para wali. (Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus dll).

c. Cerita Nonfiksi  Buku informasi

Buku bacaan yang mengkaji berbagai hal yang berkaitan dengan fakta. Dengan membaca buku informasi berarti anak dapat memperoleh berbagai macam informasi mengenai berbagai fakta yang dihadirkan dalam bacaan yang bersangkutan. Misalnya: Sains dan Lingkungan Hidup.

 Biografi

Salah satu bacaan yang banyak digemari oleh pembaca anak. Dengan membaca riwayat hidup seseorang, apalagi tokoh kalibar dunia,walaupun belum pernah bertemu secara fisikpun seolah-olah telah mengenalnya. Dengan membaca riwayat hidup seorang tokoh, kita mengetahui banyak hal tentang dirinya misalnya sikap, sifat, tempat lahirnya, keluarganya,perilakunya, dan prestasinya. Dengan


(45)

membaca biografi, anak akan memperoleh pengetahuan, pengalaman hidup, dan keteladanan.

Hardjana HP (2006:32-33) menyampaikan pendapat Mario Van Horne bahwa jenis-jenis cerita dapat dikelompokan sebagai berikut :

 Fantasi atau Karangan khayal

Di dalam kelompok ini termasuk dongeng, fabel, legenda dan mitos. Dalam cerita ini semuanya benar-benar dongeng khayal yang tidak berdasar kenyataan.  Realistic fiction

Fiksi atau cerita khayal tetapi mengandung unsur kenyataan, hampir mirip science ficton, misalnya Flasch Gordon.

 Biografi atau riwayat hidup

Banyak orang-orang terkenal yang dibuat menjadi cerita untuk diperkenalkan kepada anak-anak, dengan bahasa sederhana dan isinya gamblang sebagaimana adanya, mudah dimengerti, sebagai suri tauladan.

Folk tales atau cerita rakyat

Hampir setiap suku bangsa memiliki cerita rakyat yang hidup di masyarakat kita, seperti Joko Kendil, Panji Laras, dan lainnya.

 Religius atau cerita-cerita agama

Banyak cerita tentang nabi, orang-orang suci, atau ajaran keagamaan yang digubah dalam bentuk cerita yang menarik, motivasinya untuk membentuk anak berbudi luhur.

Dari berbagai pendapat tentang macam-macam jenis cerita diatas memiliki keunikannya sendiri-sendiri, ada yang melihat cerita melalui jenis-jenisnya secara umum, tetapi ada juga yang melihat berdasarkan pengelompokannya sehingga


(46)

lebih diperjelas. Penulis menyadari bahwa jenis-jenis cerita mengalami perkembangan dari cerita lama dan berkembang menjadi cerita baru yang menawarkan cerita sesuai dengan situasi kehidupan dan perkembangan zaman.

3. Manfaat Membaca Sebuah Cerita

Tadkiroatun Musfiroh (2005: 95-115), mengemukakan manfaat sebuah cerita yang dipandang dari berbagai aspek sebagai berikut :

a. Membantu Pembentukan Pribadi dan Moral

Cerita sangat efektif untuk mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku anak. Anak yang sudah terbiasa menyimak cerita, dalam jiwa mereka akan tumbuh pribadi yang hangat serta memiliki kecerdasan interpersonal. Selain itu cerita juga dapat mendorong perkembangan moral mereka. Sebuah cerita biasanya mengandung contoh perilaku buruk maupun contoh perilaku baik. Contoh perilaku buruk dimaksudkan agar dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Contoh perilaku baik dimaksudkan agar dapat ditiru untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Menyalurkan Kebutuhan Imajinasi

Anak membutuhkan penyaluran imajinasi tentang berbagai hal yang selalu muncul dalam pikiran mereka. Pada saat menyimak cerita, imajinasi mereka mulai dirangsang. Mereka membayangkan apa yang terjadi dan tokoh yang terlibat dalam cerita tersebut. Imajinasi yang dibangun anak saat menyimak cerita memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan mereka menyelesaikan masalah secara kreatif.


(47)

c. Memacu Kemampuan Verbal

Selama menyimak cerita, anak dapat belajar bagaimana bunyi-bunyi yang bermakna diujarkan dengan benar, bagaimana kata-kata itu disusun secara logis dan mudah dipahami. Cerita dapat juga mendorong anak untuk senang bercerita atau berbicara. Mereka dapat berlatih berdialog, berdiskusi antar teman untuk menuangkan kembali gagasan yang disimaknya.

d. Merangsang Minat Baca

Memperdengarkan cerita dapat menjadi contoh yang efektif untuk menstimulus anak untuk gemar membaca. Seorang anak biasanya suka meniru-niru perilaku orang dewasa. Dari kegiatan bercerita, anak secara tidak langsung memperoleh contoh orang yang gemar dan pintar membaca dari apa yang dilihatnya.

e. Membuka Cakrawala Pengetahuan

Manfaat cerita sebagai pengembang cakrawala pengetahuan tampak pada cerita-cerita yang memiliki karakteristik budaya, seperti mengenal nama-nama tempat cerita, bahasa-bahasa yang digunakan dalam cerita atau ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam cerita tersebut. Hal itu tentu akan menambah pengetahuan mereka tentang hal yang belum pernah mereka ketahui.

Berdasarkan uraian yang ada cerita memiliki berbagai manfaat yang baik bagi siswa, dari pembentukan pribadi hingga pengetahuan mereka akan berkembang. Anak yang sudah terbiasa menyimak cerita, dalam jiwa mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang hangat, serta memiliki kecerdasan interpersonal. Pada saat menyimak cerita, imajinasi merekapun mulai dirangsang. Mereka membayangkan apa yang terjadi dan tokoh yang terlibat dalam cerita tersebut.


(48)

Cerita dapat juga mendorong anak untuk senang bercerita atau berbicara. Mereka dapat berlatih berdialog, berdiskusi antar teman untuk menuangkan kembali gagasan yang disimaknya. Efektif untuk menstimulus anak untuk gemar membaca. Seperti mengenal nama-nama tempat cerita, bahasa-bahasa yang digunakan dalam cerita atau ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam cerita tersebut. Hal itu tentu akan menambah pengetahuan mereka.

4. Pengertian Perbendaharaan Cerita

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perbedaharaan merupakan kata benda yaitu kekayaan. Sedangkan cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan secara tertulis dan lisan yang berasal dari kejadian tidak nyata atau nyata (Hanna, 2011: 14).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perbendaharaan cerita adalah kekayaan mengenai rangkaian peristiwa baik itu secara tertulis maupun secara lisan yang berasal dari dua kejadian yaitu tidak nyata atau nyata. Kekayaan cerita dapat diperoleh dengan membaca dan memahami isi cerita. Memahami isi cerita bisa dilihat dari tokoh dan alur yang ada di dalam cerita. Yang dimaksud dengan tokoh ialah individu yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman,1991:16). Selain tokoh cerita juga alur/peristiwa yang mempermudah anak untuk memahami isi cerita. Alur adalah pengaturan urutan peristiwa pembentukan cerita. Peristiwa yang dialami tokoh cerita dapat tersusun urutan waktu terjadinya. Tidak berarti bahwa semua kejadian di dalam hidup tokoh ditampilkan secara beraturan, lengkap sejak kelahiran si tokoh. Peristiwa yang ditampilkan, dipilih dengan memperhatikan


(49)

kepentingannya di dalam membangun cerita (Sudjiman,1991:29-3). Dengan menguasai tokoh dan alur cerita anak dapat berimajenasi dan menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh cerita, bahkan menerapkan isi bacaan yang didapatnya ke dalam kehidupan sehari-hari.

C. Karakter Kejujuran 1. Pengertian Karakter

Setiap kali kita berbicara tentang karakter yang kita bicarakan adalah tentang usaha-usaha manusiawi dalam mengatasi keterbatasan dirinya melalui praksis nilai yang dihayatinya. Usaha ini tampil dalam setiap perilaku dan keputusan yang diambilnya secara bebas. Keputusan ini pada giliranya semakin mengukuhkan identitas dirinya sebagai manusia. Istilah karakter sendiri sesungguhnya menimbulkan ambiguitas. Karakter secara etimologis berasal dari bahasa Yunani karasso, berarti cetak biru seperti misalnya dalam sidik jari.

Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam Paul Suparno (2015:28) karakter sama dengan watak. Karakter atau watak adalah paduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain.

Menurut Suyanto dalam Daryanto (2013:9) karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.


(50)

Menurut Driyakara dalam Paul Suparno (2015:28-29) menyamakan karakter dengan budi pekerti. Seseorang disebut mempunyai budi pekerti atau karakter bila ia mempunyai kebiasaan mengalahkan dorongan yang tidak baik dalam dirinya. Atau secara positif, orang mempunyai kebiasaan menjalankan kebiasaan yang baik.

Menurut Aristoteles dalam Thomas Lickona (2012:81) karakter yang baik sebagai kehidupan dengan melakukan tindakan-tindakan yang benar sehubungan dengan diri seseorang dan orang lain.

Berdasarkan pendapat yang terdapat diatas menyatakan bahwa karakter dimiliki oleh setiap orang, dan setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Itulah sebabnya untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Yang mempunyai kebiasaan mengalahkan dorongan yang tidak baik menjadi kebiasaan yang baik. Dari perbedaan yang ada manusia belajar untuk saling memahami satu sama lain terutama yang berkaitan dengan karakter yang dimilikinya.

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Karakter

Menurut Paul Suparno (2015:65-71) yang mempengaruhi pembentukan karakter anak yaitu:

a. Orang Tua

Orang tua adalah pendidik karakter utama pada anak-anak. Sejak lahir anak belajar bersikap dan belajar karakter tertentu dari orang tua mereka. Bahkan, secara psikologis ada yang mengatakan bahwa sejak dalam kandungan, anak sudah belajar bersikap dari orang tua-nya, terutama dari ibu yang mengandungnya. Anak yang hidup dalam suasana keluarga yang jujur, tekun


(51)

bekerja, dan menghargai perbedaan yang ada, bergaul baik dengan tetangga yang berbeda, terbantu juga untuk berkarakter tekun, jujur dan mudah menerima perbedaan waktu di sekolah dan di masyarakat.

b. Guru

Guru di sekolah mempunyai andil besar dalam pendidikan karakter anak. Guru lewat pengajarannya dan juga lewat sikapnya, dapat mengajarkan yang baik dan tidak baik. Mengajarkan perhatian pada orang kecil hanya mungkin bila guru memang memperhatikan orang kecil, termasuk anak-anak yang kecil dan lemah. Contoh kehidupan dan sikap guru seperti hormat kepada orang lain, jujur, dan terbuka dalam mengoreksi pekerjaan siswa, dekat dengan anak-anak dan sikap mencintai anak-anak, membantu anak-anak belajar dan mengembangkannya. c. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah dengan suasananya yang khas mempunyai pengaruh pada pendidikan dan pengembangan karakter anak. Suasana sekolah yang tidak sesuai dengan nilai yang mau dibangunkan pada siswa, jelas tidak akan membantu perkembangan karakter siswa. sementara suasana sekolah yang sungguh ditata dan diatur sesuai dengan nilai yang ingin ditekankan pada siswa, akan membantu siswa cepat berkembang. Misalnya, jika sekolah ingin menanamkan karekter jujur dan disiplin pada siswa, sangat penting suasana sekolah dan aturan sekolah didasari pada kejujuran dan kedisiplinan.

d. Masyarakat

Pendidikan dan pembentukan karakter anak-anak dipengaruhi oleh keadaan, situasi, dan karakter masyarakat atau lingkungan sekitar anak-anak itu. Misalnya, kalau masyarakat sekitar anak-anak itu kebanyakan diskriminatif dan sulit


(52)

menerima orang dari kelompok lain maka anak-anak dengan mudah meniru. Kalau lingkungannya suka kekerasan, maka anak-anak juga akan mudah meniru menjadi keras. Sementara bila lingkungan sekitar jujur, suka membantu orang asing, bekerja giat maka anak-anak juga akan lebih mudah terpengaruh menjadi baik.

e. Buku Bacaan

Banyak orang mengatakan bahwa karakter mereka menjadi seperti sekarang karena pengaruh buku yang mereka baca sejak sekolah. Banyak anak memang berkembang karakternya karena isi buku yang dibacanya memberikan inspirasi bagi kehidupannya. Misalnya, beberapa anak menjadi berkarakter pemberani, tidak takut keluar malam, berani mencoba tantangan yang berat karena membaca kisah-kisah petualangan dari buku-buku novel dan kisah petualangan. Bebrapa anak menjadi berkarakter jelek, suka berpikiran porno, melakukan pelecehan, mencari pemuasan seks, karena buku yang dibaca adalah buku yang porno. Maka banyak sekolah, selalu disediakan banyak buku kepahlawanan, kisah tokoh penemu bidang pengetahuan dan seni yang dapat memberi inspirasi pada anak sekolah untuk mengembangkan karakter yang sesuai.

f. Media, Televisi, Video, Internet, Gadget

Di zaman media elektronik dan teknologi informasi sekarang ini, media seperti televisi, video, internet, HP, gadget, dan lain-lain sangat mempengaruhi karakter anak. Banyak anak yang mudah meniru apa yang terjadi di media, seperti televisi, internet, facebook, HP. Teknologi informasi jelas banyak manfaatnya untuk meningkatkan kemampuan kita belajar dan berkomunikasi dengan siapa pun di dunia ini dengan cepat yang dapat memperlancar pekerjaan kita. namun


(53)

disisi lain teknologi informasi dapat memberikan informasi dan juga pengaruh yang tidak baik yang dapat merusak karakter anak.

g. Agama

Agama yang dianut anak dan pendidikan agama yang terkait mempunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan karakter anak. Kalau pendidikan agama anak itu sungguh baik dan mengajarkan tindakan-tindakan bermoral, maka anak-anak juga akan berkembang menjadi orang yang bermoral dan karakternya menjadi lebih kuat. Kalau agama dan pendidikan yang dianutnya mengajarkan sikap yang kurang baik, maka anak-anak itu akan menjadi kurang baik. Misalnya, jika anak-anak sejak kecil diajari untuk bersikap ekstrem dan disktiminatif terhadap orang lain, maka mereka akan menjadi penghambat semangat kerukunan dan penghargaan pada pribadi orang lain. Disinilah pentingnya guru agama yang sungguh baik, sehingga yang diajarkan pada anak-anak adalah nilai baik.

Pemahaman ajaran agama yang tidak mendalam dan hanya melihat kata, jika tidak hati-hati dapat menyebabkan anak menjadi salah pengertian dan akhirnya melakukan tindakan yang tidak benar menurut agama mereka sendiri.

Menurut Locke dalam Heru kurniawan (2013:42-45) pembentukan karakter dipengaruhi oleh lingkungan:

a. Proses asosiasi, yaitu kesadaran bahwa dua gagasan dalam diri anak itu selalu akan muncul bersama-sama secara teratur, sehingga anak tidak dapat memikirkan yang satu tanpa serentak memikirkan yang lain. Proses asosiasi ini berhubungan dengan kemampuan anak dalam mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang dianggap sama.


(54)

b. Imitasi, yaitu proses belajar anak yang dilakukan dengan meniru. Anak adalah makhluk peniru paling jitu yang tidak ada bandingnya di dunia ini. Artinya, sekalipun dengan pengalaman dan pengetahuan yang terbatas, tetapi proses peniruan anak ini dilakukan dengan sempurna. Tidak mengherankan bila kebiasaan oleh orangtua, nantinya akan ditiru oleh anak.

c. Repetisi, yaitu tingkah laku yang dilakukan oleh anak yang terjadi karena dilakukan berkali-kali. Ini adalah tindak lanjut dari imitasi, jadi setelah anak mendapatkan suatu pelajaran yang akan dipraktikan dalam kehidupan hari, perbuatan itu akan dilakukannya sendiri dengan rutin, jika diulang sehari-hari.

d. Penghargaan dan Penghukuman, yaitu konsep yang mengacu pada cara yang dilakukan oleh orangtua pada anaknya. Penghargaan yang paling baik diberikan oleh orangtua pada anaknya, ketika anak-anaknya sukses melakukan perbuatan-perbuatan yang baik adalah sanjungan atau pujian. Sedangkan hukumannya adalah kata-kata yang mengekspresikan ketidaksetujuan.

Menurut Doni Koesoema (2012:156) berbagai macam komponen yang relevan bagi pembentukan karakter individu. Komponen-komponen itu sebagai berikut :

 Unsur pengetahuan dan pemahaman tentang apa yang baik, benar, adil dan indah,

 Unsur motivasi individu dalam melaksanakan sebuah tindakan sebagai bentuk nyata kegiatan dari proses penanaman nilai pribadi,

 Kehadiran orang lain yang menjadi rekan dalam rangka menjernihkan nilai-nilai,


(55)

 Menjadi teman untuk memperkaya wawasan sekaligus membantu individu mengukuhkan identitasnya,

 Saran-saran yang paling efektif.

 Pendekatan praktis yang relevan bagi pembentukan diri menjadi pribadi berkarakter.

Menurut pendapat diatas bahwa pembentukan karakter pada anak tidak dijalankan dengan sekali jadi melainkan butuh proses untuk sampai pada pelakasanaan. Dan anak-anak bisa belajar dari nilai-nilai agama dan moral yang akan membantu pembentukan karakter siswa dan selain itu juga anak belajar dari dari lingkungan sekitarnya di mana ia berada.

3. Pengertian Karakter Kejujuran

Jujur adalah ungkapan sepenuh hati tanpa menutupi sesuatu sedikit pun. Ungkapan yang menandakan kejernihan hati seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Jujur juga berarti meredam berbohong. Ungkapan sederhana yang menuntut konitmen tinggi dalam kehidupan dan jujur juga merupakan ungkapan yang mudah diucapkan, tetapi sulit direalisasikan (Budi Susilo, 2014:119).

Kejujuran adalah sikap dan perilaku tidak berbohong, tidak bersikap curang, berkata apa adanya, berani mengakui kesalahan, dan rela berkorban demi kebenaran. Selain itu Kejujuran merupakan sikap batin yang harus berkembang dalam diri setiap orang, sebab dengan kejujuran itulah setiap orang dapat menghargai sesamanya (Ivonna Indah, 2003:80-81).

Jujur ialah mengatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan (berintegritas), berani karena benar, dapat dipercaya dan tidak curang (Muchlas Samani, 2013:51).


(56)

Zubaedi dalam Syamsul Kurniawan (2013:28) mendefinisikan karakter sebagi panduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan orang yang lain. Batasan ini menunjukan bahwa karakter sebagai identitas yang dimiliki seseorang yang bersifat menetap sehingga seseorang atau sesuatu itu berbeda dari yang lain. Sedangkan Kejujuran merupakan karakter tambahan dalam diri individu karena ia telah mampu secara otomatis dan konsisten melakukan sesuatu yang diyakini bernilai dan berharga, Doni Koesoema (2012:29). Maka dapat disimpulkan bahwa karakter kejujuran adalah sifat-sifat yang selalu dikagumi melalui kebaikan dan kebijakan seseorang yang terdapat dalam diri seseorang karena ia dianggap sudah mampu melakukan sesuatu yang berharga secara otomatis dan konsisten baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan tindakannya baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

4. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Karakter Kejujuran

Menurut Dharma Kesuma (2012:17) mengatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki karakter kejujuran sebagai berikut :

a. Jika bertekad (inisiasi keputusan) untuk melakukan sesuatu, tekadnya adalah kebenaran.

b. Jika berkata tidak berbohong (benar apa adanya)

c. Jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa yang dilakukannya.

Seseorang yang memiliki karakter jujur akan diminati orang lain, baik dalam konteks persahabatan, bisnis, rekan/mitra kerja, dan sebgainya. Karakter ini


(57)

merupakan salah satu karakter pokok untuk menjadikan seseorang cinta kebenaran, apapun resiko yang akan diterima dirinya dengan kebenaran yang ia lakukan.

Berdasarkan uraian yang ada, seseorang memiliki ciri-ciri karakter jujur, apapun resiko yang akan diterima dirinya dengan kebenaran yang ia lakukan. Karena dirinya menyadari bahwa apa yang ia lakukan ialah hal yang baik dan berguna bagi dirinya maupun orang lain. Kejujuran yang dimiliki membantunya untuk berkembang dalam pergaulan dan tentu bisa diterima di manapun ia berada sebagai seorang pribadi.

5. Indikator Karakter Kejujuran

Kejujuran merupakan bagian dari karakter. Berdasarkan pedoman pendidikan karakter pada pendidikan anak usia dini oleh direktorat pembinaan pendidikan anak usia dini, direktorat jenderal pendidikan anak usia dini, nonformal, dan informal, kementrian pendidikan nasional (2012) terdapat sembilan indikator untuk nilai atau karakter kejujuran yaitu:

a. Anak mengerti mana milik pribadi dan milik bersama b. Anak merawat dan menjaga benda milik bersama c. Anak terbiasa berkata jujur

d. Anak terbiasa mengembalikan benda yang bukan miliknya e. Menghargai milik orang lain

f. Mau mengakui kesalahan


(58)

h. Menghargai keunggulan orang lain

i. Tidak menumpuk mainan atau makanan untuk diri sendiri.

6. Beberapa Latihan untuk membantu Siswa Berkarakter Jujur di Sekolah, Menurut Paul Suparno (138-139). Antara lain sebagai berikut :

a. Adanya larangan menyontek dalam ulangan di kelas dan ujian. Ini berarti anak perlu disadarkan akan kejahatan menyontek dan dilatih untuk jujur dalam ujian. Beberapa sekolah yang menekankan peraturan anti-menyontek ketat telah membantu menekankan karakter kejujuran pada sisiwa.

b. Berlatih berkata benar, bilang ya bila ya, bilang tidak bila tidak. Guru, siswa, kepala sekolah belajar bicara apa adanya dan tidak membesar-besarkan atau memutupi sesuatu. Siswa dapat dilatih untuk selalu membuat buka harian yang menuliskan perasaan mereka, apa yang mereka pikirkan, dan juga pertanyaan. c. Siswa berlatih bicara terus terang kepada guru atau wali kelas. Siswa

dibiasakan jujur kepada pendamping dan berani mengungkapkan apa pun yang dirasakan dan dipikirkan.

d. Membuat laporan praktikum secara jujur. Siswa dilatih untuk selalu membuat laporan praktikum apa adanya dan tidak menipu data.

e. Beberapa sekolah melatih kejujuran dengan penjualan makanan di kantin yang terbuka, tanpa diawasi. Siswa dapat mengambil sendiri dan membayar di kotak yang tersedia. Bila ternyata ada yang tidak jujur, lalu diumumkan di setiap kelas. Beberapa orang diajak berefleksi, apakah merasa gembira dengan mengambil makanan atau barang yang bukan haknya.

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan latihan kejujuran dapat membantu siswa setidaknya menghargai, dan menyadari bahwa


(59)

tindakan yang dilakukan berdasarkan ketidakjujuran akan mempermalukan diri sendiri. Sekolah membuka peluang besar bagi para siswanya untuk berlatih bagaimana hidup jujur, dengan memberikan contoh yang baik bahwa tidak hanya siswanya yang diajar untuk hidup secara jujur melainkan semua anggota sekolah ikut berpartisipasi didalamnya guna terbentuknya karakter kejujuran.

D. Penelitian yang Relevan

Terkait dengan judul penulisan ini, terdapat penelitian yang dilakukan oleh penulis terdahulu. “Pembuatan Buku Cerita IPA yang Mengintegrasikan Materi Kebencanaan Alam untuk Meningkatkan Literasi Membaca dan Pembentukan Karakter.” Penulisan yang diajukan untuk skripsi dilakukan oleh Indras Kurnia Setiawati seorang mahasiswa program studi Pendidikan Fisika universitas Negeri Semarang. Latar belakang penulisan ini adalah pelajaran IPA di sekolah Dasar dituntut lebih inovatif. Berdasarkan analisis kebutuhan guru dan siswa, penyediaan suplemen belajar berupa buku cerita IPA mendapat respon yang positif.

Dalam menulis penulis menggunakan desain penelitian dan pengembangan. Hasil yang diperoleh dalam uji kevalidan antara lain kategori sangat tinggi untuk dimensi materi dan tampilan, kategori tinggi untuk dimensi bahasa. Keefektifan buku cerita IPA dapat meningkatkan literasi membaca pada kategori sedang. Keefektifan buku cerita IPA dalam pembentukan karakter juga sudah memenuhi target penelitian yaitu mulai terlihat.


(1)

(9)

LAMPIRAN 4: VARIABEL Y KARAKTER KEJUJURAN

HASIL ANALISI VARIABEL Y : KARAKTER KEJUJURAN

No Nama Kebiasaan Baik dalam Hidup Seseorang Perkataan dan Perbuatan yang Sesuai dengan kejadian yang Sebenarnya

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 ∑Y Total

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

1 Miki 5 4 3 4 5 2 5 4 5 1 1 3 3 4 5 5 4 5 68 68 2 Bernard 5 5 4 3 4 1 3 3 5 1 1 4 1 3 5 4 3 3 58 58 3 Vova 4 4 4 2 4 3 4 4 3 2 1 4 3 2 4 3 4 5 60 60 4 Nathan 5 5 5 4 2 1 5 5 5 1 1 4 1 1 5 5 5 5 65 65 5 Adrian 4 3 4 4 4 3 4 4 5 2 2 4 2 2 4 4 4 4 63 63 6 Rangga 5 4 5 3 4 5 3 2 4 1 5 3 5 1 5 3 4 5 67 67 7 Ale 5 4 3 3 4 1 3 4 5 1 2 3 3 2 4 3 3 3 56 56 8 Aggityo 4 4 3 3 3 3 4 4 5 1 2 3 4 3 5 3 3 3 60 60 9 Christian 4 3 3 4 4 2 4 4 4 2 2 3 2 2 4 3 4 4 58 58 10 Rio 4 3 5 4 4 3 5 5 5 3 1 4 1 2 5 3 4 3 64 64 11 Katon 5 5 5 5 5 1 5 5 4 1 1 4 2 3 4 5 3 3 66 66 12 Bunga 5 5 4 5 5 1 5 5 5 1 1 2 1 1 5 4 4 4 63 63 13 Valen 5 5 5 5 5 3 5 5 5 3 3 5 3 3 5 5 5 5 80 80 14 Rani 4 5 4 5 5 2 5 4 2 2 1 4 2 2 4 4 4 4 63 63 15 Adam 5 3 2 3 2 2 3 4 4 2 3 4 2 3 3 3 2 3 53 53 16 Nikolas 4 5 4 5 4 1 4 5 4 1 1 4 1 1 5 4 4 4 61 61


(2)

(10)

17 Michelle 5 5 4 5 5 2 5 5 5 1 1 3 2 5 5 5 5 5 73 73 18 Papela 4 4 4 5 5 5 5 4 5 1 2 4 1 4 5 5 5 5 73 73 19 Angellea 3 2 3 4 4 3 4 5 5 2 1 4 2 1 5 4 4 4 60 60 20 Nonik 4 4 3 4 4 2 4 4 4 2 2 3 3 5 5 3 3 3 62 62 21 Elisa 5 5 2 3 3 3 5 3 3 3 3 5 4 3 5 5 3 4 67 67 22 Fiando 5 4 4 4 4 1 4 4 5 1 2 4 1 1 5 4 4 4 61 61 23 Broklen 1 1 1 1 4 1 1 4 4 4 1 4 4 1 1 1 1 1 36 36 24 Novel 5 4 5 5 1 1 4 5 4 1 4 5 2 1 5 4 2 4 62 62 25 Marstro 5 5 5 4 5 3 5 5 5 1 4 5 1 4 4 5 5 5 76 76 26 Dewi 3 2 2 3 3 1 1 3 5 1 3 4 3 5 5 3 3 4 54 54 27 Valentinus 3 3 3 2 2 2 3 3 4 2 3 3 2 4 3 3 3 3 51 51 28 Sufa 4 5 4 4 4 1 4 4 4 3 3 3 2 4 5 4 3 3 64 64 29 Riswa 5 4 4 5 4 1 1 5 4 3 1 3 1 1 5 5 4 3 59 59 30 Lukas 4 4 3 4 3 1 5 4 4 2 2 3 2 2 5 3 3 3 57 57 31 Orsita 5 5 4 5 4 3 5 3 4 1 1 4 4 5 5 4 3 4 69 69 32 Yohanes 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 89 89 33 Dhea 5 5 5 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 2 5 5 4 4 69 69 34 Feby 4 4 4 5 4 2 3 4 4 1 1 3 1 1 5 5 4 4 59 59 35 Andhika 4 4 4 5 3 1 3 4 5 1 1 5 2 3 4 3 4 4 60 60 36 Sekar 3 3 4 5 5 1 5 5 5 1 1 4 1 5 5 3 4 3 63 63 37 Melanie 5 5 4 3 4 2 3 4 5 1 1 5 1 3 5 4 3 3 61 61 38 Ratna 4 4 4 4 5 3 3 4 5 1 2 3 3 3 5 3 3 3 62 62 39 Maria 5 4 4 4 4 1 2 4 5 1 1 3 2 3 4 3 3 3 56 56


(3)

(11)

40 Godfrey 4 3 3 3 4 3 4 3 5 2 2 3 3 2 5 3 3 3 58 58 41 Bugar 5 1 4 5 5 4 5 4 4 1 2 5 3 2 5 5 5 5 70 70 42 Abi 5 2 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 53 53 43 Indah 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 3 2 3 4 4 4 2 61 61 44 Adrians 5 5 4 5 5 4 5 5 5 1 1 5 1 5 5 5 5 5 76 76 45 Adriand 5 5 5 5 5 1 4 5 5 1 1 3 1 2 5 5 5 5 68 68 46 Ana 3 4 4 3 5 1 3 4 5 2 1 4 2 2 5 4 3 4 59 59 47 Ifana 4 5 5 4 5 1 4 4 5 1 1 4 1 1 5 5 4 4 63 63 48 Ratih 5 5 5 5 4 4 3 2 3 5 5 5 2 2 4 3 3 2 67 67 49 Siska 5 5 5 4 4 3 3 5 5 5 2 1 5 3 2 3 5 5 70 70 50 Ocy 5 5 5 3 3 3 3 5 4 4 1 2 1 3 5 5 4 5 66 66 51 Nina 5 4 4 5 5 5 2 2 2 5 4 5 4 3 3 5 5 5 73 73 52 Agung 5 3 3 3 5 5 2 4 4 3 3 3 2 4 5 5 5 5 69 69 53 Silvia 4 3 5 3 3 3 5 5 2 3 5 4 2 1 4 4 5 4 65 65 54 Dinda 5 5 3 3 3 5 5 3 3 1 2 2 1 4 5 5 5 4 64 64 55 Bagas 5 3 5 5 5 4 5 2 4 4 5 5 5 3 3 4 2 3 72 72 56 Natalia 4 3 5 5 3 3 3 5 2 2 4 3 3 5 5 4 3 5 67 67 57 Inggrit 4 4 4 5 5 5 3 3 3 2 1 3 4 4 2 4 5 5 66 66 58 Gicella 4 3 4 5 2 2 2 4 4 4 3 3 3 5 3 5 4 4 64 64 59 Ika 4 3 5 4 5 3 3 3 4 2 2 3 5 3 2 4 3 5 63 63 60 Mahendra 4 3 5 5 4 3 5 2 1 1 3 5 3 4 5 5 5 5 68 68 61 Rara 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 2 4 4 2 5 5 3 4 69 69 62 Sinta 4 5 5 5 5 3 3 4 3 4 4 5 5 2 3 3 4 5 72 72


(4)

(12)

63 Ilham 5 3 3 4 3 3 5 5 5 2 3 4 2 2 4 5 4 5 67 67 64 Desti 4 4 4 4 3 2 2 3 1 4 5 5 5 3 3 4 3 4 63 63 65 Kurniawan 3 4 3 5 5 5 2 3 5 5 4 4 4 1 4 5 5 3 70 70

Validitas Y 0,45 1 0,30 5 0,35 4 0,41 9 0, 23 4 0, 10 3 0,18 3 0, 02 8 0,1 22 -0,2 57 -0,06 8 0,11 2 -0,19 7 0,16 2 0,37 8 0,58 6 0,48 4 0,50 7


(5)

(13)

ANOVA

Karakter Kejujuran

Sum of

Squares

Df

Mean

Square

F

Sig.

Betwee

n

Groups

(Combined)

945.808

25

37.832

2.340

.008

Linearity

Weight

ed

469.084

1

469.084 29.018

.000

Deviati

on

476.724

24

19.863

1.229

.277

Within Groups

630.438

39

16.165

Total

1576.246

64

Descriptive Statistics

N

Mean

Std. Deviation

Perbendaharaan_Cerita

65

56.8000

7.92188

Karakter_Kejujuran

65

34.5846

4.94625

Valid N (listwise)

65

Correlations Nonparametrik

Perbendaharaan

Cerita

Karakter

kejujuran

Spearman's rho

Perbendaharaan

Cerita

Correlation

Coefficient

1.000

.442

**

Sig.

(2-tailed)

.

.000

N

65

65

Karakter kejujuran

Correlation

Coefficient

.442

**

1.000

Sig.

(2-tailed)

.000

.

N

65

65


(6)

(14)

LAMPIRAN 6 : KESELURUHAN DATA VARIABEL X DAN Y

Descriptive Statistics

SUB_X1 SUB_X2 SUB_X3 SUB_X4 SUB_Y1 SUB_Y2 Total_X Total_Y

Total_X

Y

N

Valid

65

1

65

65

65

65

65

65

65

Missing

0

64

0

0

0

0

0

0

0

Mean

10.8000

6.0000 15.8308 25.9077 16.3385 18.2462 66.8000 63.4462 130.2462

Median

10.0000

6.0000 16.0000 26.0000 17.0000 18.0000 68.0000 63.0000 131.0000

Mode

9.00

6.00

17.00

27.00

17.00

18.00

69.00

a

60.00

a

131.00

Std. Deviation

3.48299

2.83708 4.31104 2.76856 2.86155 9.73428 7.23712 14.37884

Variance

12.131

8.049

18.585

7.665

8.188

94.756

52.376

206.751

Range

15.00

.00

16.00

27.00

16.00

17.00

62.00

49.00

98.00

Minimum

5.00

6.00

4.00

7.00

4.00

8.00

26.00

37.00

63.00

Maximum

20.00

6.00

20.00

34.00

20.00

25.00

88.00

86.00

161.00

Sum

702.00

6.00 1029.00 1684.00 1062.00 1186.00 4342.00 4124.00

8466.00


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA SISWA KELAS IV SD KANISIUS PATI Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Siswa Kelas IV SD Kanisius Pati Tahun Pelajaran 2012 / 2013 dengan Menggunakan Media Gambar Seri.

0 2 9

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA SISWA KELAS IV SD KANISIUS PATI Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Siswa Kelas IV SD Kanisius Pati Tahun Pelajaran 2012 / 2013 dengan Menggunakan Media Gambar Seri.

0 0 16

Makna cerita dalam pendidikan Agama Katolik di sekolah.

1 13 100

Peningkatan motivasi belajar siswa melalui pola naratif eksperiensial dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK) di SMP Kanisius Gayam, Yogyakarta.

21 135 136

Pengaruh kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik terhadap minat belajar siswa kelas VI dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco, dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta.

2 36 205

Deskripsi pendampingan orang tua dalam belajar pendidikan agama Katolik siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta.

0 0 155

Partisipasi orang tua dalam pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo - USD Repository

0 0 111

Deskripsi pendampingan orang tua dalam belajar pendidikan agama Katolik siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta - USD Repository

0 0 153

Peranan motivasi belajar terhadap kegiatan belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK) siswa kelas IV di SD Kanisius Temanggung tahun ajaran 2013/2014 - USD Repository

0 2 108

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN KOGNITIF DALAM OPERASI HITUNG CAMPURAN MENGGUNAKAN MEDIA GARIS BILANGAN PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA

0 0 200