PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN DALAM TABLET MERK “X” DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK SKRIPSI

  PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN DALAM TABLET MERK “X” DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi oleh: Maria Angelina Ratna Kumalasari Adipranoto

  NIM : 068114065

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

  PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN DALAM TABLET MERK “X” DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi oleh: Maria Angelina Ratna Kumalasari Adipranoto

  NIM : 068114065

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

  PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN DALAM TABLET MERK “X” DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

  Yang diajukan oleh : Maria Angelina Ratna Kumalasari Adipranoto

  NIM : 068114065 telah disetujui oleh :

  

Halaman persembahan

Terjadilah pada ku menurut

perkataanMu

  Omnia tampus habent Our greatest glory is not never falling,,,, But in rising everytime we fall

  Kupersembahkan karyaku ini untuk: Alm. Simbah Uti ku tersayang,

  Bapak Ignatius Antyo A., Ibu Suzana Suparyatun Th.M.Indra, V.David Sony

  Sahabatku Almamaterku

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Maria Angelina Ratna Kumalasari Adipranoto Nomor Mahasiswa : 068114065

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

“PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN

DALAM TABLET MERK “X”

DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

FASE TERBALIK”

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada), dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 15 Maret 2010 Yang menyatakan

  (Maria Angelina Ratna Kumalasari Adipranoto)

  

PRAKATA

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Optimasi Pemisahan Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi.

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendorong, memotivasi dan memberi saran hingga selesainya skripsi ini, terutama kepada:

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis, memberikan masukan, dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.

  3. Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku penguji yang ikut mengarahkan penulis, memberikan masukan, dan memberikan dukungan selama penyusunan skripsi serta besedia menguji skripsi ini.

  4. Dra. MM. Yetty Tjandrawati,M.Si. selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran untuk skripsi ini.

  5. Yohanes Dwiatmaka, S.Si., M.Si. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  6. Seluruh staf laboratorium di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terutama Mas Ottok, Mas Bimo, Pak Parlan, dan Mas Kunto yang telah membantu dan mendukung kelangsungan skripsi ini.

  7. Keluarga St. S. Tartono, mba Ita, mas Haksoko, dek Citra, Icang, mba Rani, mba Rini, keluarga Munawar ‘Krengseng’ Batang.

  8. Teman seperjuanganku, Pungki dan Micell atas kebersamaan dalam menyelesaikan skripsi.

  9. Yoki, Aang, Tony dan Boim atas dukungan dan kebersamaannya selama penelitian di laboratorium.

  10. Teman-temanku Rudi, Pita, Ulan, Jati, Chuey, Dani ndut, Jimmy, Tumplink, Octav terima kasih atas warna warni kehidupan yang telah diberikan.

  11. Teman-teman FST angkatan 2006 atas kebersamaan yang tak kan terlupakan.

  12. Orang-orang yang telah memberikan inspirasi hidup.

  13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk membantu penulis dalam perkembangan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi pembaca.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 24 Maret 2010 Penulis Maria Angelina Ratna Kumalasari A.

  

INTISARI

  Saat ini banyak obat yang dikemas dalam suatu bentuk sediaan tablet dengan kombinasi beberapa zat aktif untuk memperbaiki efek terapinya. Salah satu kombinasi ini adalah campuran parasetamol dan ibuprofen merk ”x”. Obat ini termasuk ke dalam obat yang dijual bebas dipasaran. Perlu dilakukan analisis untuk mengetahui kebenaran kadar campuran parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk ”x” yang tertera dalam kemasan tersebut dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik Menurut FI IV (1995), tablet parasetamol atau ibuprofen mengandung parasetamol atau ibuprofen tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera dari etiket.

  Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Kadar campuran parasetamol dan ibuprofen dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik dengan fase diam kolom oktadesilsilan (C

  18 ); perbandingan fase gerak metanol: aquabidest (90:10, pH 4,0); kecepatan alir 1,5 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 230 nm.

  Kadar parasetamol dan ibuprofen adalah 350,412 – 371,495 mg/tablet dan 195,978 – 203,428 mg/tablet. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kadar parasetamol dan ibuprofen masuk dalam rentang persyaratan tablet 90-110% dari yang tertera dalam etiket.

  Kata kunci : parasetamol, ibuprofen, KCKT fase terbalik

  

ABSTRACT

  Today, there are a lot of drug that combine in any dosage form design to improve theurapetic effect. One of the combination is tablet of paracetamol and ibuprofen. This drug is used free in the market. Therefore analysed quantatively to get the truth of the content in the tablet with high performance liquid chromatography (HPLC) reversed phase method. According to FI IV (1995), tablet of paracetamol or ibuprofen contains no less than 90% and not more than 110% paracetamol or ibuprofen from quantity that mention on label.

  This study is a non experimental descriptive. This research use HPLC reversed phase method with static phase oktadesilsilan (C

  18 ), mobile phase methanol

  : aquabidest (90:10 v/v) with added asetic acid until pH 4,0, flow rate 1,5 ml/minute, UV detector at 230 nm

  Result of the research is tablet of paracetamol and ibuprofen contain parsetamol 350,412 – 371,495 mg/tablet and ibuprofen 195,978 – 203,428 mg/tablet. The result showed amount of paracetamol and ibuprofen still in a range 90-110% from quantity that mention on label.

  Key words : Paracetamol, Ibuprofen, HPLC reversed phase

  DAFTAR ISI

  Hal HALAMAN JUDUL................................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................. v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................................... vi PRAKARTA............................................................................................................ vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................. ix

  INTISARI................................................................................................................ x

  

ABSTRACT ............................................................................................................... xi

  DAFTAR ISI............................................................................................................ xii DAFTAR TABEL.................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR............................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xviii BAB I. PENGANTAR.............................................................................................

  1 A. Latar Belakang............................................................................................

  1 1. Permasalahan..........................................................................................

  3 2. Keaslian penelitian.................................................................................

  3 3. Manfaat penelitian..................................................................................

  3 B. Tujuan Penelitian........................................................................................

  4 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.....................................................................

  5

  A. Tablet …...................................................................................................

  5 B. Parasetamol................................................................................................

  9 C. Ibuprofen....................................................................................................

  11 D. Penelitian Terdahulu..................................................................................

  12 E. Spektrofotometri UV..................................................................................

  12 F. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi..............................................................

  15 1. Definisi dan instrumentasi......................................................................

  15 2. Kromatografi partisi................................................................................

  18 3. Waktu tambat dan resolusi......................................................................

  20 4. Analisis kualitatif dan kuantitatif............................................................

  22 G. Landasan Teori...........................................................................................

  23 H. Hipotesis.....................................................................................................

  24 BAB III. METODE PENELITIAN..........................................................................

  25 A. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................................

  25 B. Variabel Penelitian....................................................................................

  25 C. Definisi Operasional..................................................................................

  25 D. Bahan Penelitian........................................................................................

  26 E. Alat Penelitian...........................................................................................

  26 F. Tata Cara Penelitian...................................................................................

  27 1. Pembuatan fase gerak.............................................................................

  27 2. Pembuatan larutan baku parasetamol dan ibuprofen..............................

  27

  3. Optimasi metode.....................................................................................

  27

  4. Penetapan kadar campuran parasetamol dan ibuprofen dalam tablet

  29 merk “x”………………………………………………………………..

  G. Analisis Hasil............................................................................................

  29 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................

  31 A. Pemilihan Sampel.....................................................................................

  31 B. Pembuatan Fase Gerak.............................................................................

  32 C. Pembuatan Larutan baku..........................................................................

  34 D. Penetapan Panjang Gelombang Pengamatan Parasetamol dan

  34 Ibuprofen dengan Spektrofotometer uv..................................................

  E. Pembuatan Kurva Baku Parasetamol dan Ibuprofen................................

  37 F. Penetapan Kadar Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dalam Tablet

  39 Merk “x”………………….....................................................................

  1. Analisis kualitatif..................................................................................

  40 2. Analisis kuantitatif................................................................................

  46 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................

  48 A. Kesimpulan..............................................................................................

  48 B. Saran.......................................................................................................

  48 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

  49 LAMPIRAN........................................................................................................... 52 BIOGRAFI PENULIS............................................................................................

  90

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I Persyaratan keseragaman bobot tablet .........………………………

  8 Tabel II Indeks polaritas beberapa pelarut…………………………………..

  17 Tabel III Keseragaman bobot tablet merk ”x”..……………………………...

  32 Tabel IV Konsentrasi parasetamol vs AUC................…………………….....

  38 Tabel V Konsentrasi ibuprofen vs AUC.……………………………………

  39 Tabel VI Data waktu retensi baku parasetamol, ibuprofen dan sampel...........

  42 Tabel VII Hasil penetapan kadar campuran parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk “x”.......................................................................

  47

  

DAFTAR GAMBAR

  34 Gambar 10. Gugus kromofor dan auksokrom pada parasetamol.............................

  44 Gambar 17. Interaksi parasetamol dengan fase gerak..............................................

  44 Gambar 16. Interaksi ibuprofen dengan fase diam..................................................

  43 Gambar 15. Interaksi parasetamol dengan fase diam...............................................

  41 Gambar 14. Bagian non-polar ibuprofen dan parasetamol.......................................

  36 Gambar 13. Kromatogram pemisahan dari campuran parasetamol dan ibuprofen dengan fase gerak metanol : aquabidest (90:10 v/v) pH 4,0 kecepatan alir 1,5 ml/menit....................................................................................

  35 Gambar 12. Spektra serapan gabungan parasetamol dan ibuprofen.........................

  35 Gambar 11. Gugus kromofor pada ibuprofen...........................................................

  21 Gambar 9. Reaksi kolom oktadesilsilan dengan asam klorida...............................

  Hal Gambar 1. Rumus struktur parasetamol.................................................................

  20 Gambar 8. Pemisahan dua senyawa.......................................................................

  19 Gambar 7. Reaksi pembuatan kolom oktadesilsilan...............................................

  18 Gambar 6. Reaksi silanisasi....................................................................................

  16 Gambar 5. Mekanisme pemisahan kromatografi partisi………………………….

  13 Gambar 4. Peralatan KCKT..............................…………………………………..

  11 Gambar 3. Tingkat energi elektronik molekul...............……………….................

  10 Gambar 2. Rumus struktur ibuprofen.....................................................................

  45

  Gambar 18. Interaksi ibuprofen dengan fase gerak..................................................

  45

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Hal Lampiran 1. Sertifikat analisis parasetamol.............................................................

  53 Lampiran 2. Sertifikat analisis ibuprofen................................................................

  54 Lampiran 3. Data penimbangan baku parasetamol dan ibuprofen..........................

  55 Lampiran 4. Spektra panjang gelombang pengamatan……………………………

  56 Lampiran 5. Kromatogram fase gerak dan metanol…………………...........…….

  57 Lampiran 6. Kromatogram peak ibuprofen mengekor pada pH 5,0 ……………..

  59 Lampiran 7. Kromatogram peak ibuprofen pada pH 4,0.......................................

  60 Lampiran 8. Kromatogram baku parasetamol…………………………….……....

  61 Lampiran 9. Kromatogram baku ibuprofen.............................................................

  70 Lampiran 10. Contoh perhitungan resolusi pemisahan campuran parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk “x”........................................................

  79 Lampiran 11. Kromatogram sampel campuran parasetamol dan ibuprofen dalam

  80 tablet merk”x”....................................................................................

  Lampiran 12. Contoh perhitungan konsentrasi baku parasetamol…..……………..

  85 Lampiran 13. Contoh perhitungan konsentrasi baku ibuprofen…..…………….....

  85 Lampiran 14. Data persamaan kurva baku parasetamol dan ibuprofen…………....

  86 Lampiran 15. Data penimbangan bobot rata-rata 20 tablet………..........……….....

  86 Lampiran 16. Data penimbangan bobot sampel……………………………………

  87 Lampiran 17. Data kadar parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk”x”…….… 87 Lampiran 18. Contoh perhitungan kadar parasetamol dan ibuprofen dalam sampel

  88

  Lampiran 19. Contoh perhitungan CV parasetamol dan ibuprofen dalam sampel....

  89 Lampiran 20. Contoh perhitungan range parasetamol dan ibuprofen 90-110%

  89

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini banyak obat yang dikemas dalam suatu bentuk sediaan dengan

  kombinasi beberapa zat aktif. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan efek terapi yang lebih baik. Salah satu kombinasi ini adalah campuran parasetamol dan ibuprofen.

  Parasetamol diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri, dan demam. Sedangkan ibuprofen diindikasikan untuk nyeri dan radang pada penyakit reumatik, gangguan otot skelet lainnya, dan demam. Kombinasi ini dikemas dalam sediaan tablet merk ”x” yang mengandung 350 mg parasetamol dan 200 mg ibuprofen dan diindikasikan untuk pengobatan nyeri muskuloskeletal. Tablet merk ”x” dengan kombinasi tersebut tergolong dalam obat bebas, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian tentang penetapan kadar kedua komponen untuk menjamin kualitas obat tersebut.

  Dalam menetapkan kadar kedua komponen tersebut, diperlukan suatu metode analisis yang tepat untuk mengontrol kualitas obat dalam rangka pengawasan mutu.

  Hal ini ditujukan agar kadar yang diperoleh memenuhi persyaratan yang ditentukan. Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV, tablet parasetamol mengandung parasetamol C

8 H

  9 NO 2 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari

  jumlah yang tertera pada etiket. Tablet ibuprofen mengandung ibuprofen C H O ,

  13

  18

  2

  tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera dalam dosis merupakan hal yang penting dalam suatu sediaan obat. Jika kadar parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk”x” kurang dari dosis yang tertera dalam etiket, maka efek terapi yang dihasilkan kurang optimum. Sedangkan jika kadar melebihi dosis yang tertera, maka dapat menyebabkan overdosis dan merugikan pasien.

  Salah satu metode analisis yang dapat untuk menetapkan kadar parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk ”x” adalah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Kelebihan dari metode KCKT adalah memiliki sensitivitas yang tinggi dan dapat memperoleh pemisahan yang baik dalam waktu singkat.

  Penelitian ini mengacu dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Prabowo (2010) tentang Optimasi pemisahan campuran parasetamol dan ibuprofen dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik. Pada penelitian tersebut, hasil yang paling optimum adalah dengan menggunakan fase gerak campuran metanol:aquabidest (90:10, pH 4,0) sedangkan fase diam yang digunakan adalah oktadesilsilan(C

  18 ) dengan kecepatan alir 1,5 ml/menit dan diperoleh nilai relosusi

  yaitu 6,7. Nilai 6,7 ini menunjukkan bahwa pemisahan campuran parasetamol dan ibuprofen terjadi secara sempurna dan efisien. Hal tersebut yang mendasari penelitian penetapan kadar campuran parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk ”x” dengan metode KCKT fase terbalik.

  1. Permasalahan

  a. Apakah metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) menggunakan fase gerak campuran metanol:aquabidest (90:10, pH 4,0) dapat digunakan untuk menetapkan kadar parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk ”x”?

  b. Apakah kadar parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk ”x” yang ditetapkan kadarnya dengan metode KCKT menggunakan fase gerak campuran metanol:aquabidest (90:10, pH 4,0) sesuai dengan yang tertera pada label dalam kemasan?

  2. Keaslian Penelitian

  Metode KCKT fase terbalik telah banyak digunakan untuk menetapkan kadar campuran obat. Penelitian mengenai campuran parasetamol dan ibuprofen dengan metode KCKT pernah dilakukan oleh Prasanna (2009) menggunakan fase gerak asetonitril:buffer fosfat (60:40 v/v, pH 7,0). Namun metode KCKT dengan menggunakan fase gerak metanol:aquabidest (90:10, pH 4,0) belum pernah dilakukan untuk menetapkan kadar campuran parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk ”x”.

  3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan tentang metode KCKT dapat digunakan untuk menetapkan kadar campuran parasetamol dan ibuprofen. b. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa metode KCKT fase terbalik dengan fase gerak metanol:aquabidest (90:10, pH 4,0) dapat digunakan untuk menetapkan kadar parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk”X”.

  c. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi apakah kadar parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk”X” sesuai dengan label pada kemasan.

B. Tujuan penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada tujuan penelitian ini sebagai berikut:

  1. Mengetahui bahwa metode KCKT menggunakan fase gerak campuran metanol:aquabidest (90:10, pH 4,0) dapat digunakan untuk menetapkan kadar parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk ”x”.

  2. Mengetahui bahwa kadar parasetamol dan ibuprofen dalam tablet merk ”x” yang di tetapkan kadarnya dengan metode KCKT menggunakan fase gerak campuran metanol:aquabidest (90:10, pH 4,0) sesuai dengan yang tertera pada label dalam kemasan.

  

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Tablet Tablet merupakan sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau

  tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, tablet digolongkan menjadi tablet cetak dan tablet kempa. (Anonim, 1995). Pada umumnya, tablet mengandung bahan tambahan yang memiliki fungsi yang berbeda-beda. Bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur, dan bahan pelicin.

  Bahan pengisi diperlukan jika jumlah zat aktif tidak cukup memenuhi massa tablet. Selain itu bahan pengisi juga ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi, sehingga dapat memacu aliran dan dapat dikempa langsung. Bahan pengisi yang biasa digunakan adalah laktosa, amilum, sukrosa (Voigt, 1995).

  Bahan pengikat ditujukan untuk meningkatkan kohesifitas antar partikel serbuk, sehingga memberikan kekompakan dan daya tahan tablet (Voigt, 1995).

  Penambahan ini dimaksudkan agar tablet kompak dan tidak mudah pecah. Bahan pengikat yang umum digunakan adalah cairan amilum, gelatin, gom arab, tragakan, dan derivat selulosa.

  Bahan penghancur ditujukan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet dalam medium air atau cairan lambung sehingga pecah menjadi granul atau partikel penyusunnya dan dapat memberikan efek terapetik yang diharapkan. Bahan penghancur yang umum digunakan adalah pati (Lachman, 1976).

  Bahan pelicin ditujukan untuk memudahkan pengeluaran tablet dari ruang kempa melalui pengurangan gesekan antara dinding dengan permukaan sisi tablet.

  Bahan pelicin juga ditujukan untuk memperbaiki sifat alir granul dan mencegah massa tablet yang melekat pada dinding ruang kempa. Bahan pelicin yang sering digunakan adalah magnesium stearat, talk, dan polietilenglikol (Voigt, 1995).

  Bahan-bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan tablet adalah amilum manihot, gelatin, dan magnesium stearat.

  Amilum manihot (pati singkong). Pati singkong diperoleh dari umbi akar

Manihot utilissima . Amilum manihot merupakan serbuk halus dan berwarna putih.

  Kelarutan praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol (Anonim, 1995).

  Gelatin merupakan zat yang diperoleh dari hidrolisa parsial kolagen dari kulit. Gelatin berupa lembaran, kepingan atau potongan, atau serbuk kasar sampai halus, kuning lemah atau coklat terang. Larutan berbau lemah seperti kaldu. Kelarutan, tidak larut dalam air dingin, mengembang dan lunak bila dicelup dalam air, menyerap air secara bertahap sebanyak 5 sampai 10 kali beratnya, larut dalam air panas, dalam asam asetat 6 N dan dalam campuran panas gliserin dan air, tidak larut dalam etanol dalam kloroform, dalam eter, dan dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.

  Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam- asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% Magnesium Oksida (MgO). Magnesium stearat merupakan serbuk halus, putih dan voluminus, bau khas lemah, mudah melekat dikulit, bebas dari butiran. Kelarutannya tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter.

  Tablet merupakan suatu bentuk sediaan yang banyak digunakan saat ini. Keuntungan dari bentuk tablet antara lain relatif murah dan relatif mudah digunakan pada masyarakat. Kebanyakan tablet digunakan dengan pemberian secara oral, dan kebanyakan ditambahkan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis. Tablet juga dapat digunakan secara sublingual, bukal, atau melalui vaginal. Tablet dapat berbeda-beda dalam bentuk, ukuran, berat, kekerasan, ketebalan, dan waktu hancur tergantung cara pemakaian dan pembuatannya (Ansel, 1985).

  Kualitas tablet dapat dilihat dari evaluasi sifat fisik tablet (Aulton and Summer, 1994). Evaluasi kualitas tablet meliputi penampilan tablet, keseragaman ukuran tablet, keseragaman bobot dan kandungan, waktu hancur, kekerasan, kerapuhan, dan keseragaman kandungan.

  Penampilan tablet sangat mempengaruhi penerimaan konsumen tentang mutu suatu obat. Pengontrolan penampilan ini, melibatkan pengukuran keseragaman ukuran, bentuk, permukaan, warna, ada tidaknya bau, rasa, dan cacat fisik dari tablet (Lachman, 1976).

  Menurut Farmakope Indonesia edisi III, keseragaman ukuran tablet dinyatakan bahwa diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tabletnya (Anonim, 1979).

  Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot, jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari tablet dan jika uji keseragaman bobot cukup mewakili keseragaman kandungan. Keseragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian kecil dari tablet (Anonim, 1995). Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi III, untuk tablet tidak bersalut, harus memenuhi syarat keseragaman bobot, yaitu dengan menimbang 20 tablet dan menghitung bobot rata-rata tablet. Jika ditimbang satu per satu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari dari kolom A dan tidak ada tablet yang menyimpang dari kolom B. Untuk tablet tidak bersalut yang memiliki bobot lebih dari 300 mg, tidak lebih dari 2 tablet yang menyimpang 5% dari bobot rata-rata dan tidak boleh ada tablet yang meyimpang 10% dari bobot rata-rata.

  

Tabel I. Persyaratan keseragaman bobot tablet

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam % A B 25 mg atau kurang 15% 30% 26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20% 151mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15% Lebih dari 300 mg 5% 10%

  Waktu hancur, tablet dinyatakan hancur jika terlarut atau hancur menjadi partikel dalam suatu medium penguji, yaitu air bersuhu tertentu (misal 37°C) (Voigt, 1994). Berdasarkan Farmakope Indonesia, untuk tablet tidak bersalut waktu hancur tidak lebih dari 15 menit sedangkan untuk tablet bersalut tidak lebih dari 60 menit (Anonim, 1995).

  Kekerasan, dikehendaki tablet yang cukup keras agar tidak pecah saat distribusi, tetapi tidak terlalu keras agar tablet dapat hancur dan menimbulkan efek.

  Kekerasan tablet minimum yang sesuai dalam bidang industri farmasi adalah 4 kg (Ansel, 1989).

  Kerapuhan, benturan-benturan pada proses pengemasan dan pengangkutan tidak cukup kuat untuk memecahkan tablet, tetapi dapat menghilangkan beberapa partikel obat dari permukaan tablet (Aulton and Summer, 1994).

  Keseragaman kandungan, berdasarkan United State Pharmacopeia, 10 unit dosis ditetapkan kadarnya sesuai dengan monografi yang tercantum. Jika tidak dicantumkan dalam monografi, harus memenuhi persyaratan dalam rentang 85%- 115% dari kandungan yang tertera pada label dan memiliki standar deviasi kurang dari 6 % (Allen and Popovich, 2005).

B. Parasetamol

  Parasetamol dengan nama lain asetaminofen atau 4`-hidroksiasetanilida dengan rumus molekul C H NO memiliki bobot molekul 151,6 gram/mol.

  8

  9

2 Pemerian berupa serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit. Parasetamol

  larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N; mudah larut dalam etanol (Anonim, 1995).

  H C 3 O

HO HN

Gambar 1. Rumus struktur parasetamol

  Satu bagian parasetamol larut dalam 70 bagian air, 20 bagian air panas, 7 bagian etanol, dan 50 bagian kloroform. Parasetamol tidak larut dalam eter.

  Parasetamol memiliki serapan maksimum pada daerah ultraviolet, pada panjang

  1%

  gelombang 245 nm (A 1 cm = 900). Parasetamol memiliki nilai pKa 9,51 (Clarke, 1969).

  Parasetamol diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri muskuloskeletal sementara, dismenor, dan demam. Parasetamol tidak memiliki aktivitas antiinflamasi yang berarti dan parasetamol kurang mengiritasi lambung. Dosis oral : 0,5-1 gram tiap 4-6 jam hingga maksimum 4 gram sehari. Kelebihan dosis parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati, pendarahan pada bagian perut, dan gangguan pada ginjal (Anonim, 2000).

  Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV, tablet parasetamol mengandung parasetamol C H NO tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari

  8

  9

  2 jumlah yang tertera pada etiket (Anonim, 1995).

C. Ibuprofen

  Ibuprofen dengan nama lain (±)-2-(p-Isobutilfenil) asam propionat dengan rumus molekul C H O memiliki bobot molekul 206,28 g/mol. Pemerian berupa

  13

  18

  2

  serbuk hablur, putih hingga hampir putih; berbau khas lemah. Kelarutannya praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalam aseton, dan dalam kloroform; sukar larut dalam etil asetat (Anonim,1995). Ibuprofen memiliki serapan maksimum pada daerah ultraviolet panjang gelombang serapan maksimum ± 223 nm (Clarke, 1969). Ibuprofen memiliki pKa 4,3 (Anonim, 2010)

  O

H H

H C H C C OH 3 C C 2 CH CH 3 3 Gambar 2. Rumus struktur ibuprofen

  Ibuprofen berkhasiat sebagai antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. Obat ini memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) lainnya. Dosis ibuprofen 1,6 – 2,4 g sehari yang diperlukan untuk rheumatoid arthritis. Kelebihan dosis dari ibuprofen, dapat menyebabkan pendarahan, tukak, gangguan pendengaran, dan gagal ginjal (Anonim, 2000).

  Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV, tablet ibuprofen mengandung ibuprofen C

  13 H

  18 O 2 , tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera dalam etiket (Anonim, 1995).

D. Penelitian Terdahulu

  Penelitian tentang penetapan kadar campuran parasetamol dan ibuprofen pernah dilakukan oleh Battu dan Prasanna (2009). Penelitian ini menggunakan fase gerak campuran asetonitril:buffer fosfat (60:40) pH 7,0 dengan fase diam kolom Oktadesilsilan (Use Inertsil C

  18 , 5m , 150 mm x 4.6 mm) dengan kecepatan alir

  0,8ml/menit dan panjang gelombang 260 nm. Hasil recovery yang diperoleh untuk parasetamol adalah 98,90±0,815% dan untuk ibuprofen adalah 96,01±.0,580%, koefisien korelasi 0,999 dan 0,998; nilai resolusi 1,30 dan 1,30; nilai Limit of

  

Detection (LOD) 6 ng/ml dan 10 ng/ml; dan nilai Limit of Quantitation (LOQ) 15

ng/ml dan 25 ng/ml.

  Selain itu juga pernah dilakukan penelitian oleh Prabowo (2010) tentang optimasi pemisahan campuran parasetamol dan ibuprofen dengan metode KCKT.

  Pada penelitian tersebut, hasil yang paling optimum adalah dengan menggunakan fase gerak campuran metanol:aquabidest (90:10, pH 4,0) sedangkan fase diam yang digunakan adalah oktadesilsilan(C ) dengan kecepatan alir 1,5 ml/menit dan

  18 diperoleh nilai relosusi yaitu 6,7.

E. Spektrofotometri Ultraviolet

  Spektrofotometri adalah suatu teknik analisis fisika kimia yang mengamati interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM). Spektrofotometri ultraviolet adalah suatu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).

  Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet dan terlihat tergantung dari struktur elektronik molekul (Sastrohamidjojo, 2002 b). Apabila suatu molekul dikenai oleh REM maka akan terjadi eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai orbital elektron antiikatan. Ada empat tipe transisi elektronik yang mungkin terjadi yaitu

  σ → σ* , π → π*, n → π*, n → σ*. Eksitasi elektron ( σ → σ*) memberikan energi yang terbesar dan terjadi pada daerah ultraviolet jauh yang diberikan oleh ikatan tunggal, misalnya alkana. Eksitasi elektron

  π → π* diberikan oleh ikatan rangkap dua dan rangkap tiga, juga terjadi pada daerah ultraviolet jauh. Sedangkan eksitasi elektron (n → σ*) terjadi pada gugus karbonil yang terjadi pada ultraviolet jauh (Mulja dan Suharman, 1995).

  

Gambar 3. Tingkat energi elektronik molekul (Skoog et al., 1998)

  Suatu molekul dapat menyerap radiasi elektromagnetik jika memiliki kromofor, yaitu gugus penyerap dalam molekul yang berupa ikatan rangkap selang- seling. Pada senyawa organik dikenal pula gugus auksokrom yaitu gugus yang tidak menyerap radiasi namun bila terikat bersama kromofor dapat meningkatkan penyerap oleh kromofor atau menggeser puncak ke panjang gelombang yang lebih panjang (Christian, 2004).

  Spektrofotometer ultraviolet digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Pada analisis kuantitatif, selalu melibatkan pembacaan absorban radiasi elektromagnetik oleh molekul, atau radiasi elektromagnetik yang diteruskan, yang disebut absorban (A) tanpa satuan dan transmitan dengan satuan persen (%T).

  Formula matematik yang dibuat Bouger, Lambert, dan Beer tentang hubungan antara transmitan atau absorban terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat yang dianalisis dan tebal larutan yang mengabsorbsi sebagai berikut:

     

  Keterangan : T = persen transmitan

  o

  I = intensitas radiasi yang datang

  t

  I = intesitas radiasi yang diteruskan

  • 1 -1

  .cm ) ε= daya serap molar (Liter.mol c = konsentrasi (mol/Liter) A = serapan (Mulja dan Suharman, 1995) Ikatan konjugasi merupakan ikatan rangkap yang berselang-seling dengan satu ikatan tunggal. Dalam orbital molekul, elektron

  π mengalami delokalisasi lanjut dengan adanya ikatan terkonjugasi. Adanya efek delokalosasi ini akan menyebabkan penurunan tingkat energi

  • dan memberikan pengurangan karakter antiikatan.

  π

  Sebagai konsekuensinya, panjang gelombang molekul yang mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi akan mengalami pergeseran batokromik (Rohman dan Gandjar, 2007).

F. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 1. Definisi dan instrumentasi

  Kromatografi adalah prosedur pemisahan senyawa campuran zat-zat kimia yang berdasarkan perbedaan migrasi dari masing-masing komponen campuran yang terpisah pada fase diam di bawah pengaruh pergerakan fase yang bergerak. Kromatografi bertujuan untuk memisahkan komponen dari matriks sampel dan tetap dibiarkan dalam fase diam kemudian ditentukan untuk dianalisis (Mulja dan Suharman, 1995).

  Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu metode kromatografi cair yang fase geraknya dialirkan secara cepat dengan bantuan tekanan dan hasil yang diperoleh dideteksi dengan instrumen (Willard et al., 1988). KCKT memiliki sistem pompa tekanan tinggi dan detektor yang sensitif telah menyebabkan perubahan kromatografi kolom cair menjadi suatu sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi (Anonim, 1995). Gambar peralatan KCKT adalah sebagai berikut:

  Gambar 4. Peralatan KCKT

  (Kazakevich and Nair, 1996) Variabel-variabel yang harus diperhatikan dalam KCKT adalah fase gerak, fase diam, dan detektor.

  Fase gerak pada KCKT sangat berpengaruh terhadap tambatan dan pemisahan senyawa (Munson, 1984). Fase gerak untuk analisis secara KCKT harus murni untuk mencegah adanya peak penggangu yang dapat tumpang tindih dengan peak analit, tidak bereaksi atau mempengaruhi kolom, dapat melarutkan analit, memiliki titik

  o

  didih 20-50 C di atas temperatur kolom, viskositasnya rendah (tidak lebih dari 50 cP) dan memungkinkan untuk memperoleh kembali analit dengan mudah, tidak mudah terbakar dan toksisitasnya rendah, memiliki harga yang wajar (Skoog et al., 1985). Fase gerak KCKT juga harus bebas dari gas terlarut karena dapat mempengaruhi respon detektor sehingga memunculkan sinyal palsu dan akan mempengaruhi kolom (Gritter et al., 1985). Maka fase gerak perlu di degassing untuk menghilangkan gas terlarut (Dean, 1995).

  Berikut ini tabel beberapa nilai indeks polaritas pelarut yang sering digunakan:

  Tabel II. indeks polaritas beberapa pelarut

  ( Snyder et al., 1997) Fase diam dari KCKT berupa kolom kromatografi yang merupakan bagian penting karena pemisahan komponen-komponen sampel terjadi di dalam kolom.

  Keberhasilan pemisahan komponen-komponen sampel sangat bergantung pada keadaan kolom sehingga pemilihan kolom yang tepat sangatlah penting (Mulja dan

  C

  Suharman, 1995). Oktadesilsilan ( 18 ) merupakan fase diam yang paling banyak dipakai karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi (Rohman dan Gandjar, 2007).

  Detektor yang baik untuk KCKT memiliki kepekaan tinggi, rentang respon liniernya lebar, tidak dipengaruhi perubahan suhu dan aliran, memberikan hasil keterulangan yang baik. Detektor UV didasarkan pada penyerapan radiasi ultraviolet oleh spesies analit yang mempunyai struktur atau gugus kromoforik (Rohman dan Gandjar, 2007).

2. Kromatografi partisi

  Prinsip kromatografi partisi adalah partisi analit diantara 2 fase yang tidak saling campur, karena adanya perbedaan koefisien distribusi dari masing-masing senyawa (Johnson and Stevenson, 1978). Pada kromatografi partisi digunakan fase gerak dan fase diam dengan polaritas yang berbeda. Jika fase gerak bersifat polar dan fase diam non polar, dikenal dengan fase terbalik (Anonim, 1995). Mekanisme pemisahan pada kromatografi partisi dapat digambarkan sebagai berikut:

  Gambar 5. Mekanisme pemisahan kromatografi partisi (Munson, 1984)

  Kecepatan migrasi analit dalam fase diam ditentukan oleh perbandingan distribusinya (K) yang tergantung pada afinitas analit pada fase diam dan fase gerak. Di dalam kromatografi, K didefinisikan sebagai perbandingan konsentrasi analit dalam fase diam(Cs) dan fase gerak (Cm) (Rohman dan Gandjar, 2007).

  Kolom yang biasa digunakan dalam kromatografi partisi fase terbalik adalah kolom dengan kemasan fase terikat yang memiliki sifat stabil karena fase diamnya terikat secara kimia pada penyangga, sehingga tidak mudah terbawa oleh fase gerak. Penyangga pada kemasan fase terikat biasanya terbuat dari silika yang sudah diseragamkan, berpori, dan umumnya partikel mempunyai diameter 3,5 atau 10 µm (Skogg et al., 1998).

  Pada KCKT partisi fase terbalik biasanya mengandung bagian organik yang terikat secara kimia dengan gugus silanol pada permukaan silika. Bagian organik tersebut umumnya hidrokarbon rantai panjang, sehingga fase gerak umumnya polar. Gugus silanol permukaan dapat direaksikan dengan berbagai cara menempelkan berbagai jenis gugus organik. Kemasan fase terikat dengan tipe ikatan siloksan (Si-O- Si-O) dibuat dengan mereaksikan organoklorosilan dengan gugus silanol pada permukaan silika gel. Reaksi silanasi sebagai berikut:

  HCl

  • OH Si(CH ) R O Si(CH

    3 )
  • 2 R Si Cl Si + 3 2 Gambar 6. Reaksi silanisasi

      Reaksi tersebut digunakan untuk membuat isian kolom oktadesilsilan (ODS) gugus silanol dan oktadesilklorosilan sebagai berikut :

      

    Si Cl O Si (CH ) CH

    2 17 3 Si 2 17 3

    • OH Si (CH ) CH
    • HCl

      Gambar 7. Reaksi pembuatan kolom oktadesilsilan