Studi deskriptif kecenderungan perilaku asertif pada remaja akhir di Yogyakarta - USD Repository

  

KECENDERUNGAN PERILAKU ASERTIF

PADA REMAJA AKHIR

DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  

Oleh:

  Anastasia Mira Erlinawati Nim : 019114150

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

APA YANG TIDAK MUNGKIN BAGI

MANUSIA, MUNGKIN BAGI ALLAH

(LUKAS 18:27)

  

“ Apa saja yang kamu minta & doakan,

percayalah bahwa

kamu telah menerimanya,

maka hal itu akan diberikan kepada mu”

  

(Markus, 11 : 24)

Everything is Possible, when I believe in GOD

  

Karya ku yang sederhana ini,

ku persembahkan kepada :

 Tuhan Yesus Kristus,,,Juru Selamat & sumber Kekuatan ku  Ayah & Bunda ku Tercinta......

  ♥♥ Terima kasih banyak ♥♥  Saudara ku Tercinta,,,Mas Wisnu.

   Sahabat & kekasih ku,,,Kak Yos.  Dan semua rekan & sahabat-sahabat ku terkasih....

  Terima kasih untuk semua cinta, doa, dukungan yang telah diberikan kepada ku,,,,I love you..... ☺☻

  

ABSTRAK

KECENDERUNGAN PERILAKU ASERTIF

PADA REMAJA AKHIR

DI YOGYAKARTA

  Anastasia Mira Erlinawati Fakultas Psikologi

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  2009 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan perilaku asertif pada remaja akhir di Yogyakarta. Perilaku asertif adalah kemampuan untuk mengungkapkan pendapat-pendapat, perasaan-perasaan, hak-hak serta kebutuhan- kebutuhan tanpa menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain, antara lain dengan memberikan dan menerima afeksi, memberi pujian, mampu memberi dan menerima kritik, memberi atau menolak permintaan, kemampuan mendiskusikan masalah, beragumentasi, serta berorganisasi.

  Subjek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 50 orang remaja akhir yang tersebar di beberapa tempat di Yogyakarta yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi di Yogyakarta. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Metode analisis data adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil yang diperoleh nilai mean teoritis sebesar 125 dan nilai mean empiris sebesar 134,5. Hasil kategorisasi data menunjukkan bahwa perilaku asertif remaja akhir di Yogyakarta termasuk dalam kategorisasi tinggi.

  Kata kunci : perilaku asertif, remaja akhir

  

ABSTRACT

THE TENDENCY

OF ASSERTIVE BEHAVIOUR OF ADOLESCENTS

  

IN YOGYAKARTA

Anastasia Mira Erlinawati

Faculty of Psychology

Sanata Dharma University

  

Yogyakarta

2009

  This study was purposed to recognized the tendency of assertive behaviour of adolescents in Yogyakarta. Assertive behaviour is the skill to express personal opinions, feeling, rights, and also nees without irritating or hurting the feeling of the others, i.e. through giving and receiving affection, giving appreciation, ability to receive and accept critics, rejecting or granting request, ability to discussing problems, argument delivery, and also organization.

  The study was conducted on 50 adolescents in Yogyakarta. The used measurement tool is the questionaire of which validity and reliability have been tested. The data analysis method is quantitative descriptive analysis. The obtained result in this study are theoritical mean value of 125 and empirical mean value of 134,5. The result of the data categorization indicates that the assertive behaviour of adolescents in Yogyakarta is of high level category.

  Keywords: assertive behaviour, adolescents.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur pada Tuhan Yesus Kristus atas kesempatan, berkat dan kasihNya yang selalu memberikan kekuatan dan semangat baru sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “KECENDERUNGAN PERILAKU

  

ASERTIF PADA REMAJA AKHIR DI YOGYAKARTA”. Skripsi ini

  diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi, Program Studi Psikologi.

  Skripsi ini tersusun atas bantuan serta dukungan berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis menghaturkan terimakasih yang tak terhingga dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

  1. Tuhan Yesus Kristus, sumber semangat dan kekuatan dalam setiap nafasku.

  2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  3. Ibu M.L. Anantasari, S. Psi, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sabar membimbing, membantu, mendukung dan selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak bu...

  4. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari, S. Psi., M.Si. selaku Dosen Penguji II.

  5. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi selaku Dosen Penguji III.

  6. Segenap dosen di Fakultas Psikologi yang sudah mau berbagi pengetahuan. serta Pak Gie yang selalu menebar senyumnya dan membantu demi kelancaran skripsi ini.

  7. Ayah bunda ku tercinta… Terima kasih atas cinta, ketulusan, doa, dukungan dan pengorbanan yang sudah diberikan dan tidak pernah bosan untuk selalu memberikan yang terbaik untukku. Semoga karya ku yang sederhana ini dapat membuat Ayah dan Bunda tersenyum bangga dan bahagia. I love you…

  8. Saudara ku tercinta,,,Mas Wisnu. Terima kasih untuk semua masukan, dukungan, bantuan terjemahannya dan penghiburannya.

  9. Keluarga besar di Dekso. Om Agus, Bulek Herni, Mbah Mangun, Mbah Parto, Pakde Tupan, Alm. Budhe Sam, dek Astri, Arma, Ivan, Mas Agung dan semua saudara-saudara ku,,,terima kasih untuk doa dan dukungannya.

  10. Bapak dan Ibu Lagiman, Dek Tuti dan Brian, terima kasih untuk penghiburannya, doa dan dukungannya selama ini.

  11. Dek Tuti dan Brian, terima kasih untuk terjemahannya yang super kilat ya…

  12. Teman-teman Lonchie “the cutey”. Vera, Ita, Tyas, Ul-ul, Anita, Yayack dan Alm. Cinthya,,,Puji Tuhan…akhirnya aku menyusul kalian juga…!!! Terima kasih untuk doa dan support kalian, semua cinta dan kebersamaan kita selama ini. Teristimewa untuk alm.Cinthya,,,smoga diri mu tenang bersama Bapa di surga & bisa bahagia melihat keberhasilan ku ini. I’ll alwz miss u,,, I love u all

  sist.....

  13. Maria, Pudel, Nyit-nyit dan Rini Cimute… Kelar juga bok… Makasih ya dah mensupport dan mendoakan aku selalu. Miss u girls…

  14. Andini. Mbak,,,makasih sudah mengingatkan aku untuk menyelesaikan skripsi, mensupport dan menemani aku lembur. Thanx a lot ya......

  15. Mbak Shinta. Makasih untuk pinjaman buku-bukunya, support dan ejekannya,,,semua sangat membantu ku untuk menyelesaikan skripsi.

  16. Ibnu, Anggie, Tya, mb’Indah, mb’Shinta, mb’Dini, Citra, Sony….thanx a lot guys… Kalian telah mengisi hari-hari ku yang sepi ini menjadi lebih berwarna…

  17. Adik2 di Kost Candi Indah,,,Mytha, Nican, Tina,,,makasih sudah meneman, membantu dan mendukung aku selalu. Walaupun kti baru kenal, tapi kalian sangat berarti untuk ku. Makasih adik2ku yang maniest…

  18. Tompel. Terima kasih buat semuanya jeleeeeeeex… Dengan dukungan, hinaan dan ejekan mu..aku bisa tetap semangat buat menyelesaikan skripsi ku.

  19. Kelurga TALAIA, Bapa Gaspar, Mama Dethe, Kak Pater, Adek Suster, Oncu Tori, Kak Dis, Kak Leni, Kak Yanto dan semua keluarga besar di Lewotana.

  Makasih untuk semua doa dan dukungannya…

  20. Teman-teman angkatan 2001. Rika, Jelly, Yayack, Rini, Aris, Aconk, Silva, Seto, Annas, Sius, Sony, Dion, Etha, Rani, Tumbur, dkk. Makasih untuk kebersamaan kita selama ini,,,sudah saling mengingatkan, mendukung dan mendoakan. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk masa depan kita. GOD bless Us….

  21. Semua pihak, teman atau kenalan yang telah banyak membantu namun tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima ksaih untuk semuanya…

  22. Dan terakhir, seseorang yang sangat berarti di dalam hidup ku.

  Kak Yos. Terima kasih untuk semua cinta, kesabaran mu, doa dan dukungan yang selalu membuat aku kuat dan tegar menjalani semua ini. Semoga karya sederhana ku ini juga dapat membuat mu bangga.

  ♥♥Thanx for all honey…♥♥ Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi setiap pembaca.

  Yogyakarta, 28 Oktober 2009 Anastasia Mira Erlinawati

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

  HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian .....................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ................................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian .................................................................................

  6 D. Manfaat Penelitian ...............................................................................

  6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

  A. Perilaku Asertif .................................................................................... 8 1. Pengertian Perilaku Asertif .......................................................

  8

  2. Aspek-aspek Perilaku Asertif.................................................... 9

  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perialku Asertif................... 13

  B. Remaja Akhir ....................................................................................... 15

  1. Pengertian masa Remaja ........................................................... 15

  2. Tugas Perkembangan Remaja ................................................... 18

  C. Perilaku Asertif Pada Remaja Akhir ………......................................... 19

  BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian..................................................................................... 22 B. Identifikasi Variabel Penelitian............................................................. 22 C. Definisi Operasional............................................................................. 22 D. Subjek Penelitian.................................................................................. 24 E. Metode Pengumpulan Data................................................................... 24 F. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................ 26

  2. Reliabilitas................................................................................ 26

  G. Uji Coba Penelitian .............................................................................. 27

  1. Pelaksanaan Uji Coba ............................................................... 27

  2. Hasil Uji Coba .......................................................................... 27

  H. Metode Analisis Data ........................................................................... 29

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 30 B. Deskripsi Subyek Penelitian ................................................................. 31

  1. Jenis Kelamin ........................................................................... 31

  2. Usia .......................................................................................... 31

  C. Deskripsi Data Penelitian ..................................................................... 32

  D. Analisis Data dan Hasil Penelitian........................................................ 33

  E. Kategorisasi skor Skala ........................................................................ 34

  F. Pembahasan ......................................................................................... 35

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 39 B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 39 C. Saran-saran .......................................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 40 LAMPIRAN .................................................................................................... 42

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Spesifikasi Skala Perilaku Asertif...................................................... 25 Tabel 2. Distribusi Item Skala Perilaku Asertif pada saat Uji Coba....................28 Tabel 3. Distribusi Item Skala Perilaku Asertif Setelah Uji Coba ..................... 29 Tabel 4. Deskripsi Jenis Kelamin Responden ................................................... 31 Tabel 5. Deskripsi Usia Responden.................................................................. 32 Tabel 6. Tabel Deskripsi Data Penelitian.......................................................... 32 Tabel 7. Ringkasan Uji Normalitas .................................................................. 33 Tabel 8. Kategorisasi Skor pada Skala Perilaku Asertif .................................... 34

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia

  yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja atau masa adolesence merupakan masa yang menarik untuk diungkap dalam kehidupan manusia, karena pada masa ini setiap remaja tengah mengalami peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa peralihan ini remaja mendapatkan tugas-tugas baru yang harus diselesaikan, sebelum remaja melangkah ke tahap perkembangan berikutnya (Hurlock, 1999).

  Remaja yang tengah memasuki masa peralihan, seakan-akan telah berada pada dua kutub yang berbeda, yaitu kutub yang lama (masa kanak- kanak) yang akan ditinggalkan dan kutub yang baru (masa dewasa) yang akan dimasuki. Kedua kutub yang mengelilingi remaja ini telah memberikan situasi dilematis bagi remaja, di mana di satu sisi remaja masih diperlakukan seperti anak-anak tetapi di sisi lain remaja telah dituntut untuk dapat bersikap dewasa.

  Status remaja yang membingungkan ini akan menimbulkan banyak masalah bagi remaja, karena belum memiliki kemampuan yang baik untuk beradaptasi dengan status barunya tersebut.

  Remaja pada umumnya takut apabila ia mengalami penolakan dalam akan mengakibatkan remaja menjadi frustasi dan kecewa, akibatnya remaja mengorbankan kepentingan dirinya agar tetap dapat diterima oleh teman- temannya. Remaja tidak dapat bersikap asertif karena remaja tidak mampu untuk berkata tidak kepada hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan pribadinya.

  Lingkungan pendidikan merupakan tempat remaja bersosialisasi dengan teman sebaya. Ketika bersosialisasi dengan teman sebaya, remaja yang tidak mampu untuk berkata tidak kepada setiap ajakan temannya akan mudah mengikuti arus pergaulan remaja bahkan kearah perilaku yang negatif.

  Apabila remaja mampu berterus terang dan mampu menolak setiap ajakan teman-temannya kearah negatif remaja dapat terselamatkan dari perilaku yang negatif. Kemampuan untuk jujur dan terbuka ini dalam istilah psikologi disebut sebagai asertif.

  Menurut Setiono & Pramadi (2005) berperilaku asertif antara lain adalah dengan memberikan dan menerima afeksi, memberi pujian, mampu memberi dan menerima kritik, memberi atau menolak permintaan, kemampuan mendiskusikan masalah, beragumentasi, serta berorganisasi.

  Kebanyakan orang enggan bersikap asertif karena takut mengecewakan orang lain, takut jika akhirnya dirinya tidak lagi disukai ataupun diterima. Selain itu alasan untuk mempertahankan kelangsungan hubungan juga sering menjadi alasan karena salah satu pihak tidak ingin membuat pihak lain sakit hati.

  Padahal, dengan membiarkan diri untuk bersikap non-asertif justru akan merasa dimanfaatkan oleh pihak lain (http://www.e- psikologi.com/dewasa/assertif.htm).

  Banyak remaja yang melakukan hal-hal yang akhirnya mempengaruhi masa depan dan jalan hidup karena ikut-ikutan temannya. Penelitian yang dilakukan oleh Family and Consumer Science di Ohio, Amerika Serikat, menunjukkan fakta bahwa remaja kebanyakan remaja memulai merokok karena dipengaruhi oleh temannya, terutama sahabat yang sudah lebih dahulu merokok. Remaja yang bergaul erat dengan sebayanya yang merokok akan lebih mudah untuk ikutan merokok, terutama bila remaja tadi rentan terhadap tekanan sebaya. Hal yang sama juga terjadi pada penggunaan alkohol dan NAPZA, bahkan berhubungan seks dengan pacar (http://www.glorianet.org/mau/kliping/klipaser.html).

  Fenomena yang terjadi pada remaja Indonesia saat ini, terlihat bahwa banyak remaja yang tidak memiliki sikap asertif. Media cetak memberitakan tentang remaja yang ramai-ramai melakukan konvoi untuk merayakan kelulusan, serta mencorat-coret baju seragam yang dimiliki (Liputan 6 SCTV,

  16 Juni 2008) Walaupun remaja telah mengetahui bahwa konvoi dan mencorat-coret baju adalah perilaku yang kurang bermanfaat, akan tetapi remaja masih tetap melakukan karena teman-teman sekolahnya melakukan hal tersebut, remaja tidak berani menolak, kecuali jika pihak guru ikut campur dalam melarang remaja melakukan aktivitas demikian.

  Sikap asertif akan mendorong remaja untuk jujur dalam berelasi remaja merasakan bahwa relasi pertemanan atau persahabatan yang dibangun sudah tidak sehat. Remaja perlu meningkatkan asertifnya dalam berelasi karena pengaruh teman dalam pergaulan atau kelompok lebih kuat daripada norma yang berlaku dalam keluarga. Sikap asertif perlu dibangun untuk menghindarkan remaja dari pengaruh buruk teman.

  Perilaku asertif bukan bawaan ataupun muncul secara kebetulan pada tahap perkembangan individu, namun merupakan pola-pola yang dipelajari sebagai reaksi terhadap situasi sosial dalam kehidupannya. Menurut Alberti & Emmons, perilaku asertif lebih adaptif daripada submisif atau agresif, asertif menimbulkan harga diri yang tinggi dan hubungan interpersonal yang memuaskan. Kemampuan asertif memungkinkan orang untuk mengemukakan apa yang diinginkan secara langsung dan jelas sehingga menimbulkan rasa senang dalam diri dan orang lain menilai baik.

  Bagi para remaja terutama yang berumur di antara 13-18 tahun, sikap dan perilaku asertif sangatlah penting. Sikap dan perilaku asertif akan memudahkan remaja tersebut bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan seusianya maupun di luarnya lingkungannya secara efektif.

  Kemampuan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan diinginkannya secara langsung, maka para remaja bisa menghindari munculnya ketegangan dan perasaan tidak nyaman akibat menahan dan menyimpan sesuatu yang ingin diutarakannya. Menurut Sikone (Setiono & Pramadi, 2005) sikap asertif akan membuat para remaja dapat dengan mudah mencari solusi dan secara efektif, sehingga permasalahan itu tidak akan menjadi beban pikiran yang berlarut-larut. Asertivitas akan membantu para remaja untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya, memperluas wawasannya tentang lingkungan, dan tidak mudah berhenti pada sesuatu yang tidak diketahuinya (memiliki rasa keingintahuan yang tinggi). Asertif terhadap orang lain yang bersikap atau berperilaku kurang tepat bisa membantu remaja yang bersangkutan untuk lebih memahami kekurangannya sendiri dan bersedia memperbaiki kekurangan tersebut.

  Beberapa manfaat yang telah dijelaskan tersebut mengindikasikan perlunya sikap ini ditanamkan sejak dini bagi para remaja karena asertivitas bukan merupakan sesuatu yang lahiriah tetapi lebih merupakan pola sikap dan perilaku yang dipelajari sebagai reaksi terhadap berbagai situasi sosial yang ada di lingkungan. Perilaku asertif ini dalam kenyataannya berkembang sejalan dengan usia seseorang, sehingga penguasaan sikap dan perilaku pada periode-periode awal perkembangan akan memberikan dampak yang positif bagi periode-periode selanjutnya.

  Kemampuan remaja untuk mampu jujur dan mengatakan tidak pada ajakan negatif dari teman sebaya dapat mencegah remaja terjerumus kedalam perilaku negatif, oleh karena itu, perilaku asertif perlu ditumbuhkan pada remaja sejak dini. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja akhir yang berdomisili di Yogyakarta karena Yogyakarta adalah Kota Pelajar, kota yang memiliki jumlah pelajar terbanyak di Indonesia dan peneliti memilih kota Yogyakarta karena adanya remaja yang bervariasi. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut kecenderungan perilaku asertif pada remaja akhir di Yogyakarta.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ”Bagaimana kecenderungan perilaku asertif pada remaja akhir di Yogyakarta?”

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kencederungan perilaku asertif pada remaja akhir di Yogyakarta.

  D. Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini secara garis besar adalah sebagai berikut:

  1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya atau menambah khasanah Ilmu Pengetahuan Psikologi, khususnya di bidang psikologi perkembangan.

  2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan berarti kepada perilaku asertif pada remaja akhir di Yogyakarta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Asertif

1. Pengertian Perilaku Asertif

  Lloyd (1990) menyatakan bahwa perilaku asertif sebagai gaya wajar yang tidak lebih dari sikap langsung, jujur dan penuh respek ketika berinteraksi dengan orang lain. Individu mencoba untuk mengkomunikasikan kesan respek kepada diri sendiri dan juga kepada orang lain. Dengan bersikap asertif, individu memandang keinginan, kebutuhan dan hak orang lain. Ini berbeda dengan perilaku agresif. Perilaku agresif lebih komplek, dapat aktif atau pasif, langsung atau tidak langsung, jujur atau tidak-tetapi selalu mengkomunikasikan suatu kesan superioritas dan tidak adanya respek.

  Cawood (1997) mendefinisikan perilaku asertif sebagai kemampuan seseorang untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, kebutuhan dan hak pribadinya tanpa kecemasan, mampu bersikap jujur dan langsung serta memperhitungkan hak-hak sendiri tanpa meniadakan hak orang lain. Ekspresi yang langsung dimaksudkan sebagai perilaku yang tidak berputar-putar, pesan jelas dan terfokus serta tidak menghakimi. Ekspresi jujur dimaksudkan sebagai perilaku yang selaras, isyarat-isyaratnya cocok, kata-kata, gerak-gerik dan perasaan yang semuanya mengatakan hal yang sama.

  Bersikap asertif berarti tegas dan berani menyatakan pendapat mengungkapkan perasaan (misalnya untuk menerima dan mengungkapkan perasaan marah, hangat, dan seksual); mampu mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka (mampu menyuarakan pendapat, menyatakan ketidaksetujuan dan bersikap tegas, meskipun secara emosional sulit melakukan ini dan bahkan sekalipun kita mungkin harus mengorbankan sesuatu); dan mampu untuk mempertahankan hak-hak pribadi (tidak membiarkan orang lain mengganggu dan memanfaatkan kita).

  Townend (1991) mengemukakan bahwa bersikap asertif merupakan perilaku yang mampu menampilkan kepercayaan diri, yang mempunyai sikap positif, jujur dan menghargai diri sendiri dan orang lain. Bersikap asertif juga berarti terbuka terhadap pandangan orang lain walaupun berbeda, dapat mengekspresikan diri secara jelas dan dapat berkomunikasi secara efektif.

  Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif kemampuan untuk mengungkapkan pendapat-pendapat, perasaan-perasaan, hak-hak serta kebutuhan-kebutuhan tanpa menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain, antara lain dengan memberikan dan menerima afeksi, memberi pujian, mampu memberi dan menerima kritik, memberi atau menolak permintaan, kemampuan mendiskusikan masalah, beragumentasi, serta berorganisasi.

2. Aspek-aspek Perilaku Asertif

  Alberti & Emmons (1986) mengungkapkan bahwa perilaku asertif terdiri dari enam elemen dasar, antara lain : a. To promote equality in human relationship (untuk memajukan persamaan dalam hubungannya dengan manusia).

  Untuk menempatkan kedua belah pihak dalam posisi yang sama, untuk memperbaiki keseimbangan kekuasaan dengan memberikan kekuatan pribadi pada “pihak yang lemah”, sehingga setiap orang dapat memperoleh dan tidak ada yang kalah.

  b. To act in your own best interests (melakukan apa yang menjadi minat) Untuk bertindak sesuai dengan minat yang paling Anda sukai, berhubungan dengan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri tentang karir, hubungan, gaya hidup dan penjadwalan waktu, berinisiatif memulai pembicaraan dan mengatur kegiatan, percaya pada keputusan sendiri, menetapkan tujuan dan bekerja untuk mencapainya, untuk meminta pertolongan dari orang lain, dan untuk ikut serta dalam kegiatan masyarakat.

  c. To stand up for yourself (berdiri diatas diri sendiri) Termasuk sikap seperti berkata tidak, menetapkan batasan waktu dan energi, menanggapi kritikan atau marah, mengekspresikan atau mendukung atau mempertahankan sebuah pendapat.

  d. To express feeling honestly and comfortably (untuk mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman) Berarti kemampuan untuk tidak setuju, menunjukkan kemarahan, menunjukkan kasih sayang atau persahabatan, mengakui ketakutan atau spontan – semuanya tanpa kegelisahan yang menyiksa.

  e. To exercise personal rights (mengekspresikan hak-hak pribadi) Menggunakan hak-hak pribadi yang berhubungan dengan wewenang sebagai warga negara, konsumen dan anggota dalam sebuah organisasi atau sekolah atau kerja kelompok, sebagai peserta dalam sebuah event rakyat untuk mengemukakan pendapat, untuk melakukan perubahan, untuk memberi tanggapan terhadap pelanggaran hak-hak seseorang atau orang lain.

  f. To not deny the rights of others (tidak melanggar hak-hak orang lain) Untuk menyempurnakan pernyataan-pernyataan perorangan tanpa mengkritik orang lain dengan tidak adil, tanpa sikap yang menyakiti orang lain, tanpa memanggil nama, tanpa intimidasi (gertakan), tanpa manipulasi, tanpa mengatur orang lain.

  Ahli yang lain berpendapat bahwa ciri-ciri perilaku asertif adalah : (a) bergaul dengan jujur dan langsung, (b) mampu menyatakan perasaan, (c) terbuka dan apa adanya, (d) mampu bertindak demi kepentingan sendiri dan mengambil inisiatif demi memenuhi kebutuhannya, (e) mampu meminta informasi dan bantuan dari orang lain bilamana mereka membutuhkannya, (f) bila berkonflik dengan orang lain mereka bersedia mencari penyelesaian yang memuaskan kedua belah pihak (Adams, 1995)

  Dari teori Alberti & Emmons (1986) dan Adams (1995) tersebut, peneliti menarik sebuah garis besar pemikiran yang mengacu pada aspek-aspek perilaku perilaku asertif, sehingga dapat digunakan untuk mengukur perilaku asertif dalam penelitian ini. Namun tidak menutup kemungkinan adanya tambahan pemaknaan dari pakar-pakar lainnya.

  Aspek-aspek dari perilaku asertif antara lain :

  a. Kemampuan berkata ”tidak” Merupakan keberanian dalam diri untuk mengatakan “tidak” jika tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan, tanpa menyinggung perasaan orang lain. Mampu menolak permintaan orang lain tanpa disertai rasa cemas atau takut.

  b. Kemampuan untuk meminta pertolongan atau bantuan pada orang lain jika sedang membutuhkannya Merupakan sikap terbuka, apa adanya atau sikap jujur terhadap orang lain tanpa basa-basi untuk meminta pertolongan ketika sedang terjadi konflik dengan orang lain sehingga mereka bersedia untuk mencari penyelesaian yang dapat memuaskan kedua belah pihak c. Kemampuan mengungkapkan perasaan

  Merupakan kemampuan untuk mengungkapkan semua yang ada dalam pikirannya maupun yang sedang dirasakannya, dengan menunjukan ketidak setujuan atau kesetujuan secara terbuka dan langsung tanpa menyakiti perasaan orang lain.

  d. Kemampuan memulai pembicaraan dan mengakhirinya Merupakan kemampuan komunikasi dari mengawali pembicaraan e. Kemampuan mempertahankan hak-hak pribadi sebagai warganegara Merupakan hak untuk menyampaikan pendapat dan menghargai pendapat-pendapat orang lain. Hak sebagai warganegara meliputi mengajukan pendapat, melakukan perubahan dan memberi tanggapan terhadap pelanggaran hak seseorang.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Asertif

  Perilaku asertif seseorang tidak muncul dengan sendirinya, ada empat faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku asertif seseorang yaitu: a. Pola Asuh Orang Tua. Ada tiga macam pola asuh orang tua, yaitu : 1) Pola asuh otoriter

  Orang tua tidak memberi kebebasan pada anak untuk mengekpresikan pendapatnya akan membuat anak terbiasa memendam sesuatu sehingga anak akan sulit bersikap asertif. 2) Pola asuh demokratis

  Pola asuh yang demokratis memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pendapatnya, sehingga anak akan lebih terbiasa terbuka dan tidak takut dalam berpendapat. Dahulu orang tua menuntut agar anak laki-laki lebih bisa bersikap spontan, mandiri, kompetitif, kuat, berorientasi pada personal sehingga pria lebih mempunyai perasaan percaya diri yang lebih tinggi dari pada wanita dan masyarakat pun lebih bisa menghargai sifat-sifat lemah, mudah emosional tetapi pada saat ini, wanita juga telah memiliki jenjang pendidikan yang lebih baik dan secara logis hal itu akan berpengaruh pada cara berfikir dan kemampuannya dalam berkomunikasi. 3) Pola asuh permisif

  Pada pola asuh permisif anak diberikan kebebasan sepenuhunya tanpa arahan yang ketat, sehingga anak akan mampu terbuka akan tetapi kurang terarah dalam bersifat terbuka

  b. Usia Usia menurut Burhmester (1990) merupakan salah satu faktor yang turut menentukan munculnya perilaku asertif. Pada anak kecil perilaku asertif ini belum terbentuk. Struktur kognitif yang ada belum memungkinkan mereka untuk menyatakan apa yang diinginkan dengan bahasa verbal yang baik dan jelas. Sebagian dari mereka bersifat pemalu dan pendiam, sedang yang lain justru bersikap agresif dalam menyatakan keinginannya. Pada masa remaja dan dewasa perilaku asertif ini menjadi lebih berkembang, sedang pada usia tua tidak begitu jelas perkembangan atau penurunannya.

  b. Jenis Kelamin Perbedaan antara pria dan wanita dalam perilaku asertif bukan sesuatu yang konstan (Banawiratma, 1997). Adanya pengaruh globalisasi yang membawa pengaruh pada norma-norma setempat dan adanya kesadaran mengenai persamaan gender membuat wanita sekarang cenderung memiliki sifat mandiri, percaya diri, rasional dan asertif. c. Strategi Coping Strategi coping adalah suatu bentuk penyesuaian diri yang melibatkan unsur-unsur kognisi dan afeksi dari seseorang guna mengatasi suatu permasalahan yang datang pada dirinya. Menurut Massong (Santosa, 1999) strategi coping di gunakan oleh remaja, dapat mempengaruhi tingginya tingkat keasertivan mereka. Dengan kata lain remaja yang menggunakan mekanisme coping yang efektif dan adaptif dalam menyelesaikan suatu permasalahan akan lebih asertif di banding dengan remaja yang menggunakan mekanisme coping seperti penyangkalan (denial) dan proyeksi.

  d. Sosial ekonomi dan pendidikan Penelitian Schwart dan Gottman (1976) menemukan bahwa faktor sosial, ekonomi dan intelegensi beperngaruh pada perilaku asertif. Individu yang mempunyai status sosial ekonomi dan intelegensi tinggi maka pada umumnya akan tinggi pula perilaku aserifnya. Pendidikan menentukan apakah seseorang dapat melakukan tugas-tugas pada masa hidupnya.

B. Remaja Akhir

1. Pengertian masa remaja

  Menurut Stanley Hall (Dariyo, 2004) masa remaja dianggap sebagai masa topan badai dan stres (storm and stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Kalau terarah dengan jawab, tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tidak memiliki masa depan baik.

  Masa remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Pendapat yang sama juga dikemukakan Neidhart (dalam Gunarsa, 1986) yang mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dan ketergantungan pada masa anak ke masa dewasa, dimana ia harus dapat berdiri sendiri.

  Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia atau WHO (World Health

  

Organization) remaja didefinisikan secara konseptual dengan menggunakan

tiga kriteria, yaitu biologik, psikologik, dan sosial ekonomi (Sarwono, 2000).

  Definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

  a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

  b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

  c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

  Masa remaja merupakan masa peralihan. Dalam setiap periode peralihan status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan (Hurlock, 1994). Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Remaja telah memiliki keinginan bebas namun belum mempunyai kemampuan yang mendukung karena sepanjang masa kanak-kanak, masalah sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru- guru. Karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.

  Ditinjau dari segi perkembangan biologis, yang dimaksud masa remaja adalah mereka yang berusia 12 sampai dengan 21 tahun (Zulkifli, 1992). Usia 12 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang gadis, yang disebut remaja kalau mendapat menstruasi (datang bulan) yang pertama. Sedangkan 13 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang pemuda ketika ia mengalami mimpi basah yang pertama, yang tanpa disadarinya mengeluarkan sperma.

  Penggolongan masa remaja menurut Thornburg (Dariyo, 2004) terbagi dalam tiga tahap, yaitu: a. Remaja awal, berusia antara 13-14 tahun

  b. Remaja tengah, berusia antara 15-17 tahun c. Remaja akhir, berusia antara 18-21 tahun.

  Masa remaja awal umumnya individu telah memasuki pendidikan di bangku sekolah menengah tingkat pertama (SLTP), sedangkan masa remaja tengah, individu sudah duduk di sekolah menengah atas (SMU). Kemudian, mereka yang tergolong remaja akhir, umumnya sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau lulus SMU dan mungkin sudah bekerja.

  Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan subyek penelitian fisik telah mengalami penyempurnaan kematangan yang penuh, namun perkembangan sosial dan perkembangan psikis (termasuk emosi di dalamnya) terus menerus terjadi hingga dewasa awal (Sri Rumini & Siti Sundari, 2004). Selain itu dalam masa remaja akhir merupakan masa periode kritis atau

critical period dalam berbagai hal yaitu; sosial, pribadi, dan moral.

  Perkembangan yang telah dimiliki sejak masa remaja awal akan dimantapkan menjadi dasar memandang diri dan lingkungannya untuk masa selanjutnya.

2. Tugas perkembangan pada masa remaja

  Tugas-tugas perkembangan (development tasks), yakni tugas- tugas/kewajiban yang harus dilalui oleh setiap individu sesuai dengan tahap perkembangan individu itu sendiri. Dari sejak di kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, sampai dewasa akhir, setiap individu harus melakukan tugas itu (Dariyo, 2004).

  Tugas-tugas perkembangan juga merupakan petunjuk-petunjuk yang memungkinkan seseorang mengerti dan memahami apa yang diharapkan atau di tuntut oleh masyarakat dan lingkungan lain terhadap seseorang dalam usia- usia tertentu (Mappiare, 1982). Selain itu juga merupakan petunjuk bagi seseorang tentang apa dan bagaimana yang diharapkan daripadanya pada masa yang akan dating, jika dia kelak telah mencapainya.

  Tugas-tugas perkembangan dalam masa remaja menurut Robert Havighurst (Sarlito, 2000) adalah sebagai berikut : a. Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif. b. Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang mana pun.

  c. Menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki atau perempuan).

  d. Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya.

  e. Mempersiapkan karir ekonomi.

  f. Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.

  g. Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab.

  h. Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya.

  Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa (Hurlock, 1994).

C. Perilaku Asertif Pada Remaja Akhir

  Salah satu persoalan yang dialami remaja adalah banyak para remaja masih merasa takut, malu untuk mengemukakan pendapatnya secara terbuka.

  Para remaja lebih cenderung untuk mengambil sikap diam dan duduk manis daripada mau berdialog, berdebat dengan guru ataupun teman-temannya.

  Bagi para remaja sikap dan perilaku asertif sangatlah penting karena beberapa alasan sebagai berikut: pertama, sikap dan perilaku asertif akan memudahkan remaja tersebut bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan seusianya maupun di luarnya lingkungannya secara efektif. Kedua, diinginkannya secara langsung, terus terang maka para mahasiswa bisa menghindari munculnya ketegangan dan perasaan tidak nyaman akibat menahan dan menyimpan sesuatu yang ingin diutarakannya. Ketiga, dengan memiliki sikap asertif, maka para mahasiswa dapat dengan mudah mencari solusi dan penyelesaian dari berbagai kesulitan atu permasalahn yang dihadapinya secara efektif, sehingga permasalahan itu tidak akan menjadi beban pikiran yang berlarut-larut. Keempat, asertivitas akan membantu para siswa untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya, memperluas wawasannya tentang lingkungan, dan tidak mudah berhenti pada sesuatu yang tidak diketahuinya (memiliki rasa keingintahuan yang tinggi). Kelima, asertif terhadap orang lain yang bersikap atau berperilaku kurang tepat bisa membantu remaja yang bersangkutan untuk lebih memahami kekurangannya sendiri dan bersedia memperbaiki kekurangan tersebut.

  Perlunya perilaku asertif ini ditanamkan sejak dini bagi para remaja karena asertivitas bukan merupakan sesuatu yang lahiriah tetapi lebih merupakan pola sikap dan perilaku yang dipelajari sebagai reaksi terhadap berbagai situasi sosial yang ada di lingkungan. Perlaku asertif ini dalam kenyataannya berkembang sejalan dengan usia seseorang, sehingga penguasaan sikap dan perilaku pada periode-periode awal perkembangan akan memberikan dampak yang positif bagi periode-periode selanjutnya.

  Beberapa ciri yang bisa dilihat dari seorang individu yang asertif antara lain (Alberti & Emmons): pertama, mengembangkan kesetaraan dalam sama, dengan menyeimbangkan kekuatan sehingga tidak ada pihak yang menang atau kalah. Kedua, berbuat menurut kepentingan yang dianggap baik.

  Ketiga, mempertahankan hak pribadi. Keempat, mengekspresikan perasaan secara terbuka dan dengan perasaan senang. Kelima, menggunakan hak-hak pribadi sebagai warganegara, konsumen, anggota organisasi, sekolah, kelompok kerja, partisipan dalam even public untuk menyampaikan pendapat, perubahan kerja tanpa memungkiri bahwa orang lain juga mempunyai hak-hak yang sama. Keenam, tidak menyangkal kebenaran dari orang lain.

  Jadi, p erilaku asertif adalah kemampuan untuk mengungkapkan pendapat, perasaan, hak-hak serta kebutuhan tanpa menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain, antara lain dengan memberikan dan menerima afeksi, memberi pujian, mampu memberi dan menerima kritik, memberi atau menolak permintaan, kemampuan mendiskusikan masalah, beragumentasi, serta berorganisasi.

  Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui “Bagaimana Kecenderungan Perilaku Asertif pada Remaja Akhir di Yogyakarta?”

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2006) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

  mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap suatu objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagai mana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Penelitian ini akan mengungkap perilaku asertif pada remaja akhir untuk mengetahui berapa besar tingkat perilaku asertif berdasarkan skor setiap aitem pada skala perilaku asertif yang disusun sendiri oleh peneliti.

  B. Identifikasi Variabel Penelitian

  Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu variabel perilaku asertif.

  C. Definisi Operasional

  Perilaku asertif adalah kemampuan untuk mengungkapkan pendapat- pendapat, perasaan-perasaan, hak-hak serta kebutuhan-kebutuhan tanpa menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain, antara lain dengan memberikan dan menerima afeksi, memberi pujian, mampu memberi dan mendiskusikan masalah, beragumentasi, serta berorganisasi.

  Kecenderungan perilaku asertif dalam penelitian akan diungkap dengan skala perilaku asertif yang disusun berdasarkan aspek-aspek perilaku asertif yang meliputi:

  a. Kemampuan berkata ”tidak” Merupakan keberanian dalam diri untuk mengatakan “tidak” jika tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan, tanpa menyinggung perasaan orang lain. Mampu menolak permintaan orang lain tanpa disertai rasa cemas atau takut.

  b. Kemampuan untuk meminta pertolongan atau bantuan pada orang lain jika sedang membutuhkannya.

  Merupakan sikap terbuka, apa adanya atau sikap jujur terhadap orang lain tanpa basa-basi untuk meminta pertolongan ketika sedang terjadi konflik dengan orang lain sehingga mereka bersedia untuk mencari penyelesaian yang dapat memuaskan kedua belah pihak c. Kemampuan mengungkapkan perasaan

  Merupakan kemampuan untuk mengungkapkan semua yang ada dalam pikirannya maupun yang sedang dirasakannya, dengan menunjukan ketidak setujuan atau kesetujuan secara terbuka dan langsung tanpa menyakiti perasaan orang lain.