Studi deskriptif perilaku asertif perawat terhadap pasien di rumah sakit.

(1)

ABSTRAK

PERILAKU ASERTIF PERAWAT TERHADAP PASIEN

DI RUMAH SAKIT

Maria Ina Widianingrum

029114120

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan perilaku asertif

perawat terhadap pasien di rumah sakit.

Subjek dalam penelitian ada lah perawat yang bertugas di ruang rawat inap

Rumah sakit Panti Rapih dan Panti Nugroho, dengan jumlah subjek keseluruhan

adalah 115 perawat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

kuantitatif yaitu penelitian yang dibuat untuk memperoleh informasi tentang per ilaku

asertif pada perawat dengan cara menyebarkan skala perilaku a sertif pada perawat.

Data yang diperoleh dari skala perilaku asertif akan diolah secara statistik dengan

menggunakan program

SPSS for window 12.

Uji reliabilitas menggunakan teknik

Cronbach Alpha , koefesien reliabilitas yang dihasilkan sebesar 0, 965.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa secara umum

perawat memiliki perilaku asertif yang baik. Hal ini tampak dari perolehan mean

empirik lebih besar dari mean teoritik (198, 27 > 155). Apabila dilihat dari setiap

indikator, pada umumnya termasuk dalam kategori tinggi dengan mean empirik lebi h

besar dari mean teoritik.


(2)

ABSTRACT

NURSES’ ASSERTIVE BEHAVIOR TO PATIENTS IN THERAPEUTIC

COMMUNICATION AT THE HOSPITAL

Maria Ina Widianingrum

029114120

The aim of this research is to describe nurses’ assertive behaviour to patients

at the hospital.

The subject in the research were 115 nurses in the nursing ward at Panti Rapih

and Panti Nugroho hospitals. The technique applied in this research was the

descriptive quantitative technique which was made to gain information about nurses’

assertive behavior by distributing assertive behavior scales to the nurses. The data

that were collected from the assertive behavior scales were processed using SPSS for

window 12 program. Cronbach Alpha technique was used to test the reliability, and

the result of reliability coefficient was 0,965.

Based on the result of the data analysis, it can be concluded that in general,

nurses have a good assertive behavior. It can be seen from the empiric mean result

which is higher than the theoretic mean (198, 27 > 155). Generally, each indicator has

a high category where the empiric mean is higher than the theoretic mean.


(3)

i

STUDI DESKRIPTIF PERILAKU ASERTIF PERAWAT

TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu

Pada Program Studi Psikologi

Oleh

Maria Ina Widianingrum

029114120

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

SKRIPSI

STUDI DESKRIPTIF PERILAKU ASERTIF PERAWAT

TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT

Oleh

Maria Ina Widianingrum

029114120

Telah Disetujui oleh

Dosen Pembimbing

ML. Anantasari, S.Psi, M.Si

Tanggal...


(5)

SKRIPSI

STUDI DESKRIPTIF PERILAKU ASERTIF PERAWAT

TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Maria Ina Widianingrum

029114120

Telah Dipertahankan di depan Panitia Penguji

Pada Tanggal 19 April 2007

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap

Tanda Tangan

Ketua : ML. Anantasari, S.Psi., M.Si.

...………

Sekretaris : Dra. L. Pratidarmanastiti, MS.

………

Anggota : MM. Nimas Eki S, S.Psi., Psi.

………

Yogyakarta, ………

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan

P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si


(6)

PERSEMBAHAN

Kadang aku tahu harus mengucapkan apa Berterimakasih atas semua yang kau lakukan

Tapi semua kata terbang entah kemana Bagaimana aku bisa cukup berterimakasih

Pada orang yang membuat aku lengkap Pada orang yang memberikan anugerah Yang membuat jiwaku terbentuk mantap

Orang yang menyelimutiku tiap malam Orang yang menghentikan tangisanku

Orang yang bersedia berkorban U ntuk selalu mendahulukanku Yang membiarkanku menguji sayap patahku

Meski menyakitkan bagimu

Karena tak pernah putus asa padaku Walaupun sudah kehilangan akalmu

Karena selalu bangga padaku Karena menjadi sahabatku

Cara apa untuk berterimakasih Bagi hatimu, keringatmu, airmatamu

Bagi sepuluh ribu hal kecil Bagi kerelaanmu berubah bers ama

Menerima semua kelemahanku


(7)

Tidak mencintai karena terpaksa Tapi mencintai dengan setulus hati

Dan karena itu aku sadar Satu-satunya cara mengatakan Satu-satunya terimakasih yang bukan sekedar

Hanya jelas dalam ungkapan

Terimakasih atas semua anugerahmu U ntuk semua ynag kau lakukan

Terimakasih Tuhan Terimakasih Pak… ..Mah… . Karena membuat mimpi jadi kenyataan

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada : Tuhan Yesus Kristus ya ng selalu memberkatiku Bapak dan mamah yang kucintai dan kusayangi

Adekku Dessy dan Dian kukasih i Dhanny yang kusayangi

Serahkanlah perbuatanmu kepada TU HAN,

Maka terlaksanalah segala rencanamu

(Amsal, 16:3)


(8)

MOTTO

S e gala ses uat u yang dij umpai t anganmu unt uk diker j akan,

Ker j akanlah it u s ekuat t enaga,

Kar ena t ak ada peker j aan, per t imbangan, penge t ahuan

dan hikmat dalam dunia or ang mat i,

Ke mana e ngkau akan per gi

(Pe ngkot bah, 9: 1 0 )

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk

mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,

Yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah

(Roma, 8:28)


(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta 19 Juni 2007

Penulis

Maria Ina Widianingrum


(10)

ABSTRAK

PERILAKU ASERTIF PERAWAT TERHADAP PASIEN

DI RUMAH SAKIT

Maria Ina Widianingrum

029114120

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan perilaku asertif

perawat terhadap pasien di rumah sakit.

Subjek dalam penelitian ada lah perawat yang bertugas di ruang rawat inap

Rumah sakit Panti Rapih dan Panti Nugroho, dengan jumlah subjek keseluruhan

adalah 115 perawat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

kuantitatif yaitu penelitian yang dibuat untuk memperoleh informasi tentang per ilaku

asertif pada perawat dengan cara menyebarkan skala perilaku a sertif pada perawat.

Data yang diperoleh dari skala perilaku asertif akan diolah secara statistik dengan

menggunakan program

SPSS for window 12.

Uji reliabilitas menggunakan teknik

Cronbach Alpha , koefesien reliabilitas yang dihasilkan sebesar 0, 965.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa secara umum

perawat memiliki perilaku asertif yang baik. Hal ini tampak dari perolehan mean

empirik lebih besar dari mean teoritik (198, 27 > 155). Apabila dilihat dari setiap

indikator, pada umumnya termasuk dalam kategori tinggi dengan mean empirik lebi h

besar dari mean teoritik.


(11)

ABSTRACT

NURSES’ ASSERTIVE BEHAVIOR TO PATIENTS IN THERAPEUTIC

COMMUNICATION AT THE HOSPITAL

Maria Ina Widianingrum

029114120

The aim of this research is to describe nurses’ assertive behaviour to patients

at the hospital.

The subject in the research were 115 nurses in the nursing ward at Panti Rapih

and Panti Nugroho hospitals. The technique applied in this research was the

descriptive quantitative technique which was made to gain information about nurses’

assertive behavior by distributing assertive behavior scales to the nurses. The data

that were collected from the assertive behavior scales were processed using SPSS for

window 12 program. Cronbach Alpha technique was used to test the reliability, and

the result of reliability coefficient was 0,965.

Based on the result of the data analysis, it can be concluded that in general,

nurses have a good assertive behavior. It can be seen from the empiric mean result

which is higher than the theoretic mean (198, 27 > 155). Generally, each indicator has

a high category where the empiric mean is higher than the theoretic mean.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Yesus Kristus atas segala kasih,

rahmat, lindungan, bimbingan, dan karunianya yang telah diberikan kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“ PERILAKU

ASERTIF PADA PERAWAT TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT “.

Tujuan penulisan ini guna memberikan gambaran mengenai

perilaku asertif yang dimiliki oleh perawat pada saat sedang memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien di rumah sakit yang sesungguhnya. Adapun tujuan lain dari

penulisan skripsi ini adal ah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa

keberhasilan skripsi ini tidak lepas dari peran serta, keterlibatan, dukungan, bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan kerendahan dan ketulusan hati, penulis

menyampaikan banyak terimakasih kepada :

1.

Bpk. P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah berkenan memberi kan ijin dan

membantu selama mel akukan penelitian ini.

2.

Ibu ML. Anantasari, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak memberikan masukan, bimbingan, dukungan, support, dan kesabaran

selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Ibu makasi h banyak ya….

3.

Ibu Drs. L. Pratidarmanastiti, MS selaku dosen penguji 1

x


(13)

4.

Ibu MM. Nimas Eki S, S.Psi., Psi selaku dosen penguji dua

5.

Para dosen di Fakultas Psikologi yang telah banyak membantu, memberikan

dorongan, pengetahuan dan bimbingan selama penulis menempuh studi di

Fakultas Psikologi.

6.

Dr.Sudharmadji, Sp. Rad, selaku Direktur rumah sakit Bethesda, Pak Ipung

selaku ketua Pusmarsa, Bu Lis selaku kepala perawat. Terimakasih atas ijin dan

bantuan yang diberikan sehingg a peneliti dapat melakukan penelitian di rumah

sakit Beteshda.

7.

Dr. Wibowo Soerahjo, MMR, selaku Direktur rumah sakit Panti Rini, Pak Yoseph

selaku personalia, Suster sebagai kepala perawat. Terimakasih atas ijin dan

bantuan yang diberikan sehingga penel iti dapat melakukan penelitian di rumah

sakit Panti Rini.

8.

Ns.Sr.Constansia CB, Skep, selaku Direktur rumah sakit Panti Rapih, Pak Riszat

selaku personalia, Pak Jarwo selaku kepala perawat. Terimakasih atas ijin dan

bantuannya yang diberikan sehingga pe neliti dapat melakukan penelitian di rumah

sakit Panti Rapih.

9.

Dr. Teddy Jonang, M.Kes, selaku direktur rumah sakit Panti Nugroho, Mba Rici

selaku personalia. Terimakasih atas ijin dan bantuannya yang diberikan sehingga

peneliti dapat melakukan penel itian di rumah sakit Panti Nugroho.

10. Seluruh perawat. Terimakasih atas kerjasama dan bantuannya dalam meluangkan

waktu untuk mengisi skala yang disebarkan oleh peneliti. Lia, Tri, Mba Lia


(14)

(walaupun kalian sedang sibuk tapi mau bantuin aku cari bahan..ma kasih banyak

ya!)

11. Mba Nani, Mas Gandung, Mas Muji dan Pak Gi yang telah membantu kelancaran

studi penulis dalam kelancaran administrasi maupun praktikum.

12. Seluruh staf dan karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

di paingan dan mri can. Terimakasih atas bantuan dan pinjaman buku -bukunya.

13. Bapak dan Mamah. Pak…Mah…makasih atas segala cinta, perhatian, kasih,

kesabaran, doanya setiap malam dan jerih payahnya selama ini yang diberikan

demi keberhasilanku. Aku sayang Bapak dan Mamah…..

14. Adekku Dessy dan Dian. De….makasih atas semuanya ya! kebersamaan kita

selama ini, semoga kita tetap rukun ya! Belajar yang benar ya…

15. Mamah Syfa. Mah….makasih atas doanya selama aku mengerjakan skripsi

sehingga bisa berjalan dengan lancar dan sup portnya sehingga aku punya

kekuatan untuk menyelesaikan skripsi sampai tuntas.

16. Michael Dhanny. Makasih atas kesetiaanmu selama ini yang selalu menemaniku

dalam suka dan duka. Kamu selalu memberikan aku support, perhatian dan cinta.

17. Keluarga besar di kuningan. Nenek, Kakek, Om dan Tante semua yang sudah

memberikan semangat, doa sehingga aku bisa menyelesaikan skripsi ini.

18. Sahabat-sahabatku. Mimin (kamu adalah sahabat yang aku paling sayangi,

makasih sudah mau menjadi sahabatku. Kamu pasti bisa m elewati itu semua….),

Andreas (makasih mau dengerin semua ceritaku dan selalu memberikan aku

support), Eko (makasih dah mau bantuin aku cari bahan dan menjadi teman


(15)

ceritaku. Kapan traktir makannya?ditunggu loh…..), Imas (kok masalah kita sama

ya…jangan sedih ya, pasti kita bisa mengatasinya, ayo semangat kerjain

skripsinya).

19. Sahabat kuliah. Yanti dan Nining (makasih ya kalian sudah mau menjadi

sahabatku, kalian selalu memberikan aku support dan mau mendengarkan keluh

kesahku. Ayo tetap semangat ngerjain skripsi!)

20. Anak-anak kost Wisma Goreti. Tita, Shinta, Clare, Vivin, Spadic, Friska (Untuk

semuanya makasih ya…kalian selalu memberikan kecerian dikost.).

21. Teman kost lama. Mba Pipit, Echa, Dewi, Donat, Mba Dora (Tahu ga sih….aku

kangen ngobrol dan jalan ma kalian lagi…makasih atas perhatian kalian ma aku

selama ini)

22. Teman-teman seperjuangan. Ajeng, Iput, Ira, Dian, Uchi, Bona, Sutri, Tanti. Ayo

semangat terus ngerjain skripsi dan bimbingan sama bu Ari, jangan mudah putus

asa!pasti kalian bisa me nyelesaikan skripsi dengan hasil yang memuaskan.

23. Teman-teman KKN. Bona, Thomas, Andi, Teddy, Arum, Asti, Upi, Yusta, Santi.

Kebersamaan dan pengalaman kita hidup bersama tidak akan pernah aku lupakan,

kalian adalah teman -teman baikku. Kapan kita masak bareng lagi?

24. Teman-teman angkatan 2002. Nanut, Lia, Lisna, Mita, Ntri, Siska, Dewi Vanlith,

Donat, Echa, Dewi Stero, Diah, Ria, Irna, Elvin, Meme, Vincent, Dina, Katherin,

Tina, Lita, dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu

persatu….makasih atas bantuan, perhatian dan dukungannya.


(16)

25. Teman asisten kogn itif. Bona, Mia, Obeth, Sadel, Bolot. Makasih kerjasamanya

selama menjadi asisten kognitif, aku senang bisa bekerjasama dengan kalian.

Sukses ya buat semua…….

26. Teman-teman asisten P2TKP . Mba Etik, Mas Kobo, Mas Adi, Desta, Lisna,

Kathrine, Iput, Tita, Elvin, Otik, Abe, Obeth. Semoga kita tetap kompak ya!

Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penul is mengaharpkan

kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga dengan selesainya skripsi ini,

dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta,…………

Penulis

xiv


(17)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

...

...

...

i

HALAMAN PERSETUJUAN

...

...

... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...

...

... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

...

...

... iv

HALAMAN MOTTO

...

...

...

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

...

...

vii

ABSTRAK ...

...

...

... viii

ABSTRACT

...

...

...

... ix

KATA PENGANTAR ...

...

...

x

DAFTAR ISI

...

...

...

... xv

DAFTAR SKEMA

...

...

...

. xx

DAFTAR TABEL ...

...

...

... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ...

...

... xxii

BAB I. PENDAHULUAN ...

...

... 1

A.

Latar Belakang ...

...

... 1

B.

Rumusan Masal ah ...

...

... 7

C.

Tujuan Penelitian ...

...

... 7

D.

Manfaat Penelitian ...

...

... 7

1.

Manfaat Teoritis ...

...

... 7

2.

Manfaat Praktis ...

...

... 8

xv


(18)

BAB II. LANDASAN TEORI

...

...

... 9

A.

Perilaku Asertif ...

...

... 9

1. Pengertian Perilaku Asertif ...

...

9

2. Ciri-ciri Perilaku Asertif ...

...

10

3. Tujuan Perilaku Asertif ...

...

.. 15

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Asertif ... 15

B.

Perawat dibagian Rawat Inap ...

...

18

1. Pengertian Perawat ...

...

... 18

2. Tugas dan Tanggung jawab Perawat di bagian Rawat Inap ... 19

3. Sifat-sifat yang mendasari dedikasi seorang Perawat ... 23

4. Ciri-ciri Kepribadian seorang Perawat ...

... 24

C.

Perilaku Asertif Perawat ...

...

.... 29

BAB III. METODE PENELITIAN ...

...

...

36

A.

Jenis Penelitian ...

...

... 36

B.

Variabel Penelitian ...

...

... 37

C.

Definisi Operasional Penelitian ...

...

37

D.

Subjek ...

...

...

... 39

E.

Alat Pengumpulan Data ...

...

... 40

1. Instrumen ...

...

...

40

2. Skala ...

...

...

40

3. Blue Print ...

...

...

42


(19)

4. Pertanggungjawaban Mutu ...

...

44

a. Validitas ...

...

...

44

b. Seleksi Item ...

...

... 46

c.

Reliabilitas ...

...

... 47

F.

Analisis Data ...

...

...

48

G.

Prosedur Penelitian ...

...

... 49

1. Try Out ...

...

...

49

2. Penelitian ...

...

...

50

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

.. 51

A.

Persiapan Penelitian ...

...

... 51

1. Orientasi Kancah Penelitian ...

...

51

a.

Rumah Sakit Panti Rapih ...

...

51

b.

Rumah Sakit Panti Nugroho ...

... 52

2. Perijinan Penelitian ...

...

... 54

3. Uji Coba Alat Penelitian ...

...

55

4. Estimasi Validitas ...

...

... 56

5. Estimasi Reliabilitas ...

...

... 56

6. Hasil Uji Coba Alat Penelitian ...

...

57

B.

Pelaksanaan Penelitian ...

...

... 59

C.

Deskripsi Subjek Penelitian ...

...

60

1.

Rumah Sakit Panti Rapih ...

...

61

a. Subjek berdasarkan Lama Bekerja ...

... 61

xvii


(20)

b. Subjek Berdasarkan Usia ...

...

61

c. Subjek berdasarkan Tingkat Pendidikan ...

61

2. Rumah Sakit Panti Nugroho ...

...

62

a. Subjek berdasarkan Lama Bekerja ...

... 62

b. Subjek Berdasarkan Usia ...

...

62

c. Subjek berdasarkan Tingkat Pendidikan ...

62

H.

Hasil Penelitian ...

...

... 64

1.

Deskripsi Data Penelitian ...

...

64

2.

Hasil Penelitian Kategorisasi Perilaku Asertif ...

66

I. Pembahasaan Hasil Penelitian ...

...

69

BAB V. PENUTUP ...

...

...

. 75

A.

Kesimpulan ...

...

... 75

B.

Saran ...

...

...

.... 75

1.

Rumah Sakit ...

...

... 75

2.

Perawat ...

...

... 76

3.

Peneliti Lain ...

...

... 76

DAFTAR PUSTAKA ...

...

...

78


(21)

DAFTAR SKEMA

1. Skema perilaku asertif perawat terhadap pasien di rumah sakit ...

35


(22)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban ...

...

42

Tabel 2. Blue Print Skala Perilaku Asertif ...

...

43

Tabel 3. Distribusi Item Uji coba skala Perilaku Asertif menurut

Indikator dan sifat Favorable dan Unfavorable ...

... 44

Tabel 4. Distribusi Item setelah Uji coba yang Sahih dan Gugur ...

58

Tabel 5. Distribusi item skala yang sahih ...

...

58

Tabel 6. Distribusi item skala penelitian ...

...

. 59

Tabel 7. Gambaran subjek penelitian ...

...

... 61

Tabel 8. Deskripsi data penelitian ...

...

... 64

Tabel 9. Tabel kategorisasi norma ...

...

... 67

Tabel 10. Kategorisasi perilaku asertif ...

...

.... 67


(23)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pelayanan kesehatan pada masa kini merupakan industri jasa kesehatan

yang dibutuhkan oleh semua orang. Rumah sakit merupakan salah satu pusat

pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab memberikan pelayanan jasa

kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan

ditentukan oleh nilai -nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut.

Kretartho (Gunarsa, 1995) menegaskan bahwa kualitas pela yanan menjadi

faktor yang menentukan bagi kelangsungan hidup sebuah rumah sakit karena baik

buruknya penilaian masyarakat terhadap sebuah rumah sakit didasarkan pada

kualitas pelayanan yang diberikan.

Topik yang penting dan banyak dibahas dalam perawatan dan pelayanan

kesehatan adalah interaksi antara pasien dengan tenaga kesehatan. Sifat hubungan

ini sangat penting karena merupakan faktor utama yang menentukkan hasil

konsultasi medis, seperti rasa puas pasien, ketaatan aturan medis dan hasil

kesehatannya (Smet, 1994). Salah satu faktor yang terpenting dalam memberikan

kepuasan terhadap konsultasi medis adalah komunikasi antar tenaga kesehatan

dan pasien (Smet, 1994).

Smet (1994) mengemukakan bahwa para ahli pelayanan medis atau tenaga

kesehatan yang dimaksud dalam konteks pelayanan di rumah sakit adalah dokter,


(24)

perawat, paramedis, apoteker, dan psikolog. Masing-masing tenaga kesehatan

mempunyai tugas dan bentuk pelayanan yang berbeda -beda. Salah satu profesi

atau tenaga kesehatan yang disoroti oleh banyak pihak dalam pelayanan di rumah

sakit adalah perawat. Perawat merupakan tulang punggung dan ujung tombak

pelayanan yang ikut menentukan kinerja rumah sakit secara keseluruhan. Tugas

pokok

seorang

perawat

adalah

mempercepat

proses

penyembuhan

(Gunarsa,1995). Berdasarkan intensitas dan durasi waktu, perawat adalah tenaga

kesehatan yang paling intens dan lama dalam memberikan pelayanan dan

berkomunikasi dengan pasi en. Perhatian perawat tidak saja berpusat pada fungsi

biologis pasien, namun meluas pada as pek psikososial pasien sebagai individu

(Corbet, dalam Ellis dkk, 1995).

Tim Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus (Prabowo,2000)

menyatakan bahwa dalam keperawatan, komunikasi merupakan pendekatan

terencana yang dipakai dengan sadar untuk m empengaruhi pasien dalam

mencapai kesejahtera annya atau kesembuhan. Masalah komunikasi yang harus

diperhatikan dalam pemberian pelayanan kesehatan (MacLeod Clark dalam

Abraham, 1997). Seorang pasein merasa nyaman atau tidak dengan pelayanan

yang diberikan, ditentukan oleh kemampuan perawat dalam berinteraksi dan

berkomunikasi dengan pasien. Perawat

yang mempunyai kemampuan

berkomunikasi dapat membantu perawat dalam mengenal kebutuhan pasien dan

menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebu tuhan

tersebut (Purwanto, 1994). Namun, kurang berkembangnya kemampuan


(25)

interpersonal yang dimiliki oleh perawat menyebabkan komunikasi kurang

efektif. Permasalahan ini yang sering muncul dalam hubungan interpersonal

antara perawat dan pasien. Masih banyak keluhan dari pasien maupun keluarga

pasien terhadap tenaga kesehatan berkaitan dengan kurangnya informasi yang

diberikan dan kurangnya keterbukaan terhadap masalah kesehatan pasien. Para

pasien dan keluarganya merasa tidak tahu apa yang boleh atau tidak boleh

dilakukan saat menjalani perawatan, pasien pun tidak tahu secara pasti mengenai

kondisi kesehatannya dan tidak adanya kesempatan yang diberikan kepada pasien

untuk berpartisipasi dalam percakapan yang berhubungan dengan masalah

kesehatannya. Perawat cenderung lebih fokus terhadap tugasnya daripada

mengenali kecemasan dan pandangan -pandangan pasien (Ellis dkk, 1995).

Perawat kurang terbuka dan jujur mengenai perasaan, pikiran maupun ide -idenya

terhadap pasien. Adanya ketakutan perawat untuk menolak permintaan pasien dan

bersikap tegas terhadap pasien karena takut menyinggung perasaan pasien.

Kurangnya

keterbukaan

perawat

terhadap

pasien,

akan

menyebabkan

ketidaknyaman antara perawat dan pasien serta dapat menimbulkan

ketidakpuasan, kekecewaan dan kepercayaan yang rendah dari para pasien

terhadap perawat.

Permasalahan ini, menuntut perawat untuk dapat melakukan pelayanan

yang maksimal terhadap pasiennya dengan meningkatkan kemampuan

interpersonalnya dalam berinteraksi. Perawat harus dapat meng ungkapkan

pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan ide-idenya pada pasien tanpa menyakiti


(26)

perasaan pasien. Salah satu kemampuan interpersonal seorang perawat yang harus

dikembangkan adalah kemampuan berperilaku asertif (Prabowo, 2002). Perilaku

asertif akan muncul pada saat orang melakukan hubungan i nterpersonal dengan

orang lain, terutama dalam konteks komunikasi (Sheridan & Radmacher, 1992).

Kemampuan seseorang dalam berperilaku asertif sangat berguna sekali dalam

mengatasi

berbagai

permasalahan

yang

lebih

menyangkut

hubungan

interpersonal. Seseorang akan lebih mampu untuk mengatakan tidak untuk hal -hal

yang bersifat negatif dan tidak diinginkan, bereaksi secara positif serta mampu

mengekspresikan emosinya secara benar tanpa harus menjadi agresif (Heiberg

dan Montmogeri dalam Santosa, 1999).

Orang asertif mempunyai ciri utama yaitu mampu mengekspresikan

haknya tanpa mengganggu orang lain. Perilaku asertif yang dimaksud berarti,

bahwa orang tersebut mempunyai

self-respect,

toleran, mampu mempercayai

orang lain seperti orang lain mempercayai dan menyukainya, mampu

menghormati orang lain, dan bertanggung jawab (Townend, 1993). Adams (1995)

menyatakan bahwa bersikap asertif membutuhkan keterbukaan terhadap dir i

sendiri secara j ujur sehingga mampu berkomunikasi secara terbuka dan

mengekspresikan perasaanya secara langsung tanpa perasaan cemas.

Kemampuan perilaku asertif seseorang dapat membantu dalam

menyelesaikan perma salahan yang sedang dihadapinya, karena kemampuan

berperilaku asertif memungkinkan seseorang untuk mengemukakan apa yang

diinginkannya secara langsung dimana hal tersebut akan membuat orang memberi


(27)

penilaian positif (Alberti & Emmons, 2002). Perilaku asertif dapat membuat

seseorang lebih mampu mengekspresikan ide -ide yang ada dalam pikiranya

sehingga

jika

mengalami

suatu

hambatan

dalam

pekerjaan

dapat

menyelesaikannya. Ide -ide tersebut yang membantu dalam menemukan jalan

keluar dari permasalahan yang dihadapi.

Dengan sikap asertif membuat orang lain mendapat gambaran jelas

mengenai perasaan dan keinginan kita serta tetap merasa dihormati dan dihargai

(Adams, 1995). Seorang perawat yang mempunyai kemampuan berperilaku

asertif, ditunjukkan dengan sikap tegas, tidak ragu-ragu dalam melaksanakan dan

memenuhi kebutuhan pasien (Gunarsa, 1995). Perawat secara terbuka

mengemukakan ide -ide maupun pikirannya kepada pasien berkaitan dengan

masalah kesehatan pasien serta tidak ada kecemasan ketika menegur pasien yang

tidak mau mengikuti prosedur dari dokter. Sikap perawat yang terbuka akan

mendapat respon yang positif dari pasien , karena semakin positif dan asertif

pendekatan seseorang terhadap orang lain maka akan semakin positif dan asertif

pula respon yang mungkin diterimanya (Alberti & Emmons, 2002). Hal ini akan

menciptakan kondisi kerja atau lingkungan yang men dukung dalam pelaksanaan

tugas perawat.

Seorang perawat yang terbuka selama menjalankan tugasnya di ruang

rawat inap dapat memberikan keuntungan terhadap pasien maupun terhadap

perawat sendiri, untuk menunjukkan seberapa b anyak perawat memahami

perasaan dan pikiran pasien (Smet, 1995). Hal tersebut dapat membangkitkan


(28)

pasien untuk jujur, terus terang, tidak khawatir ataupun memahami tentang tujuan

terapinya. Pasien yang terdorong melalui komunikas i yang terbuka tidak akan

kehilangan kebebasannya, pasien akan merasa bebas untuk mengekspresikan

perasaannya dan menghargai perawat sehingga menjadikan perawat sebagai nara

sumber yang dapat dipercaya oleh pasiennya (Abraham, 1997). Dalam hubungan

ini, maka pihak yang satu merasa nyaman dan pihak lain juga merasa nyaman

(Townend, 1993). Hal ini menciptakan komunikasi yang asertif akan efektif

karena adanya kenyamanan bagi pihak perawat maupun pasien selama melakukan

interaksi.

Sebaliknya, seseorang yang t idak asertif berarti tidak mampu menyatakan

pikiran, perasaan, kebutuhan, keinginan, pendapat kepada orang lain dan tidak

mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kurang menghargai pribadi

lain (Adams, 1995). Hal ini akan menyebabkan pasien menjad i bingung karena

tidak tahu apa yang harus dilakukan dan pasien menjadi tidak percaya terhadap

pelayanan yang diberikan oleh perawat. Kurangnya keterbukaan perawat

menyebabkan p asien menjadi tidak nyaman ketika menjalani perawatan dan

secara psikis pasien menjadi tertekan. Perawat pun merasa tidak nyaman dengan

sikap yang ditunjukkan pasien sehingga komunikasi antara perawat dan pasien

tidak efektif.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti melihat bahwa keterbukaan,

ketegasan, kejujuran, ketulusan,

self respect,

mempertahankan hak tanpa

menyakiti orang lain sangat penting dimiliki oleh para perawat untuk mendasari


(29)

seseorang dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, teruta ma

pasien. Kemampuan asertif perawat dapat membantu dalam menyelesaikan

permasalahan yang sedang dihadapinya dan dapat memberikan kenyamanan bagi

pihak pasien maupun perawat sendiri. Melalui penelitian ini, peneliti ingin

mencari gambaran lebih lanjut mengenai perilaku asertif yang dimiliki oleh

perawat pada saat menjalankan tugasnya di bagian rawat inap rumah sakit.

B.

Rumusan Masalah

Pada penelitian ini, ingin menggambarkan “ Bagaimana perilaku asertif

perawat terhadap pasien di rumah sakit ? ”

C.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menggambarkan

perilaku asertif perawat terhadap pasien di rumah sakit.

D.

Manfaat Penelitian

1.

Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi ilmu

psikologi mengenai perilaku ase rtif. Selain itu, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan literatur untuk penelitian yang relevan di masa yang

akan datang.


(30)

2 . Manfaat praktis

Bagi pihak rumah sakit, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan

informasi mengenai perilaku asertif perawat dalam memberikan pelayanan

kesehatan terhadap pasien sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

refleksi bagi piha k rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah

sakit.

Bagi para perawat, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan

gambaran mengenai pentingnya perilaku asertif perawat terhadap pasien

sehingga dapat digunakan sebagai wacana untuk refleksi bagi p erawat dalam

melakukan komunikasi dengan pasien dan mampu memberikan pelayanan

kesehatan yang baik.

Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengetahuan teoritis yang dapat dipergunakan di kemudian hari dengan

mencoba menghub ungkan teori yang ada dengan kehidupan sehari -hari.


(31)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Perilaku Asertif

1. Pengertian Perilaku Asertif

Cawood ( 1997) menyatakan bahwa perilaku asertif adalah ekspresi

yang langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan

atau hak-hak tanpa kecemasan yang tidak beralasan. Ekspresi yang langsung

dimaksudkan sebagai perilaku yang tidak berputar -putar, pesan jelas dan

terfokus serta tidak menghakimi. Ekspresi jujur dim aksudkan sebagai perilaku

yang selaras, isyarat-isyaratnya cocok, kata-kata, gerak-gerik, dan perasaan

yang semuanya mengatakan hal yang sama.

Llyod (1991) mendefinisikan perilaku asertif bersikap langsung, jujur,

dan penuh

respect

ketika berinteraksi dengan orang lain. Keasertifan

diperlukan untuk hubungan yang jujur dan sehat.

Berperilaku asertif berarti mengerti apa yang diperlukan dan inginkan,

menjelaskan ini pada orang lain, bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan

sendiri dan tetap menunjukkan hormat pada orang lain (Adams, 1995).

Bersikap asertif membutuhkan keterbukaan terhadap diri sendiri secara jujur,

bergaul dengan jujur dan langsung menyatakan perasaan, kebutuhan

-kebutuhan, ide -ide, serta mempertahankan hak mereka tetapi dengan cara

sedemikian r upa sehingga tidak melanggar hak dan kebutuhan orang lain.


(32)

Adams ( 1995) menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan sikap

jujur, jelas, mengkomunikasikan yang benar tentang diri sendiri dan tetap

mampu menghormati orang lain. Perilaku asertif merupakan p erilaku yang

mampu menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah

tindakan yang layak atau benar (Corey, 1988).

Sumintardja (Prabowo, 2000) mengemukakan bahwa perilaku asertif

merupakan perilaku yang menampilkan keberanian untuk secara ju jur dan

terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan pikiran -pikiran apa adanya

tanpa menyakiti orang lain.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa

perilaku

asertif

merupakan

sikap

terbuka,

jujur

dalam

mengkomunikasikan tentan g diri sendiri , menghargai ketika berinteraksi

dengan orang lain dan mampu menyatakan secara langsung pikiran, perasaan,

kebutuhan serta mempertahankan haknya tanpa melanggar hak dan kebutuhan

orang lain.

2. Ciri-ciri perilaku asertif

Lazarus (Rakos, 1991) mengemukakan empat komponen dalam

perilaku asertif, yaitu :

a.

Kemampuan berkata “tidak”.


(33)

c.

Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan -perasaan yang positif

maupun negatif secara wajar.

d.

Kemampuan untuk memulai percakapan secara langsung dan berhasil

menyelesaikan percakapan tersebut.

Kanfer dan Goldstain (Santoso, 1999) menjelaskan bahwa ciri -ciri

perilaku asertif, yaitu :

a.

Dapat menguasai diri sesuai dengan situasi yang ada.

b.

Dapat memberikan respon dengan wajar pada hal -hal yang sangat

disukainya.

c.

Dapat menyatakan kasih sayang dan cintanya kepada seseorang secara

terus terang dan wajar.

Selanjutnya Alberti dan Emmons (1987) menjelaskan ciri -ciri perilaku

asertif lebih terperinci yaitu :

a.

Mengembangkan keseteraan dalam hubungan interpersonal dimana kedua

belah pihak berdiri diatas dasar yang sama, dengan menyeimbangkan

kekuatan sehingga tidak ada pihak yang menang atau kalah.

b.

Berbuat menurut kepentingan yang dianggap baik, s eperti :

1)

Meyakini penilaian

2)

Membuat keputusan pribadi mengenai jabatan, hubungan, gaya hidup

dan jadwal kerja.

3)

Mengambil inisiatif untuk memulai percakapan dan menyusun

kegiatan.


(34)

4)

Meminta bantuan orang lain

5)

Berpartisipasi dalam kegiatan sosial.

c.

Mempertahankan hak pribadi

1)

Berani berkata tidak

2)

Menetapkan batasan-batasan waktu

3)

Merespon terhadap kritikan

4)

Mengekspresikan dukungan atau bantahan terhadap suatu pendapat.

d.

Mengekspresikan perasaan secara terbuka dan dengan perasaan senang.

1)

Menunjukkan ketidaksetujuan, amarah, afeksi, atau rasa bersahabat.

2)

Mengakui ketakutan atau kecemasan.

3)

Mengekspresikan kesetujuan atau dukungan.

4)

Spontan tanpa merasa cemas.

e.

Menggunakan hak-hak pribadi sebagai warganegara, konsumen, anggota

organisasi, sekolah, kelompok kerja, partisipan dalam

even public

untuk

menyampaikan pendapat, perubahan kerja tanpa memungkiri bahwa orang

lain juga mempunyai hak -hak yang sama.

f.

Tidak menyangkal kebenaran dari orang lain.

Selain itu, Alberti dan Emmons (1987) menyebutkan sepuluh kunci

tentang perilaku asertif, yaitu : a) pengekspresian diri, b) hormat terhadap

hak-hak orang lain, c) jujur, d) langsung, e) kesejajaran yang menguntungkan

kedua belah pihak dalam satu hubungan, f) secara verbal, meliputi isi pesan

seperti pendapat, permohonan, pembatasan, perasaan, g) secara non verbal,


(35)

meliputi gaya dalam penyampaian pesan seperti kontak mata, suara, ekspresi

wajah, jarak, h) sesuai untuk orang–orang tertentu dalam situasi-situasi

tertentu pula, i) dapat diterima masyarakat, j) dipelajari dan bukan sifat

bawaan.

Adams (1995) menyatakan mengenai ciri -ciri perilaku asertif terdiri

dari :

b.

Bergaul dengan jujur dan langsung.

c.

Mampu menyatakan perasaan, kebutuhan -kebutuhan dan ide -ide

d.

Terbuka dan apa adanya.

e.

Mampu bertindak demi kepentingan sendiri dan mengambil inisiatif demi

memenuhi kebutuhannya.

f.

Mampu meminta informasi dan bantuan dari orang lain bilamana

membutuhkannya .

g.

Jika berkonflik dengan orang lain maka mereka bersedia mencari

penyelesaian yang dapat memuaskan kedua belah pihak.

Dari berbagai ciri yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa yang menjadi ciri -ciri perilaku asertif adalah :

a.

Kemampuan untuk berkata “tidak”. Ada keberanian dalam diri untuk

mengatakan “tidak” jika tidak sesuai dengan pikiran dan perasaannya

tanpa menyinggung perasaan orang lain. Mereka mampu menolak

permintaan orang lain tanpa menyinggung perasaan orang lain dan tanpa

disertai rasa cemas atau takut.


(36)

b.

Kemampuan untuk meminta pertolongan atau bantuan kepada orang lain

jika sedang membutuhkannya. Adanya keterbukaan, apa adanya atau

langsung dan kejujuran terhadap orang lain untuk meminta pertolongan

ketika sedang terjadi konflik dengan orang lain sehingga mereka bersedia

untuk mencari penyelesaian yang dapat memuaskan kedua belah pihak.

c.

Kemampuan untuk menyatakan atau mengekspresikan perasaan dan

ide-ide baik yang positif maupun negatif secara wajar kepada orang lain.

Mereka mau mengungkapkan semua yang ada dalam pikirannya maupun

yang sedang dirasakannya, dengan menunjukkan ketidaksetujuan atau

kesetujuan secara terbuka dan langsung tanpa menyakiti perasaan orang

lain.

d.

Kemampuan mengambil inisiatif unt uk memulai percakapan dan

mengakhiri percakapan secara langsung tanpa disertai rasa cemas atau

keragu-raguan sehingga dapat memenuhi kebutuhannya.

e.

Kemampuan mempertahankan hak -hak pribadi sebagai warganegara untuk

menyampaikan pendapat tanpa memungkiri bahwa orang lain juga

mempunyai hak -hak yang sama dan tetap hormat terhadap hak-hak orang

lain.


(37)

3. Tujuan perilaku asertif

Cawood (1997) menjelaskan bahwa ada dua tujuan utama perilaku

asertif, yaitu :

a.

Menjaga proses komunikasi agar tetap lancar

Dengan menggunakan keterampilan asertif, dapat menjaga dialog

tetap terbuka, membiarkan informasi baru dan pikiran -pikiran serta

perasaan-perasaan yang jujur mengalir.

b.

Membangun sikap saling menghormati

Dengan bersikap asertif diharapkan semakin perca ya diri, harga

dirinya bertambah dan mempunyai rasa hormat terhadap diri sendiri

sehingga orang juga bisa menghormati orang lain.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku asertif

Santosa (1999), menjelaskan bahwa perilaku asertif pada seseorang

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pola asuh orang tua

Ada tiga macam pola asuh orang tua, yaitu :

1)

Pola asuh otoriter

Orang tua mendidik anak secara keras, penuh dengan disiplin yang

tidak dapat diterima anak tetapi dipaksakan, penuh dengan aturan dan

larangan yang membatasi ruang kehidupan anak sehingga menjadi


(38)

remaja yang permisif, inferior, bergantung pada orang lain dan mudah

mengalami kekecewaan.

2)

Pola asuh demokratis

Orang tua mengasuh anak dengan penuh kasih sayang tanpa

memanjakan mereka. Hal ini akan menjadikan anak yang mempunyai

kepercayaan diri yang besar, mempunyai pengertian yang benar

tentang apa yang menjadi hak mereka, dapat mengkomunikasikan

segala keingina nnya secara wajar dan tidak memaksakan kehendak

mereka dengan cara menindas hak orang lain.

3)

Pola asuh permisif

Orang tua mendidik anak tanpa adanya batasan atau aturan yang

bersifat mengikat, bahkan terkesan bebas. Orang tua lebih

memperbolehkan seg ala keinginan anak tanpa adanya persyaratan atau

tuntutan tertentu sehingga anak dapat dengan cepat dan mudah dalam

mendapatkan segala sesuatu. Namun, apabila tidak mendapatkan yang

diinginkannya maka akan mudah kecewa dan menjadi marah sehingga

menjadi su lit dikendalikan.

b. Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai peran yang besar dalam mendidik perilaku asertif

(Rakos,1991). Hal ini disesuaikan dengan norma masyarakat atau

lingkungan sekitar dimana individu tinggal.


(39)

c. Usia

Buhrmester (1990) berpendapat bahwa usia merupakan salah satu faktor

yang turut menentukkan munculnya perilaku asertif. Pada masa dewasa,

perilaku asertif menjadi lebih berkembang karena struktur kognitif yang

memungkinkan mereka menyatakan apa yang diinginkan dengan bahasa

yang verbal dan jelas.

d. Jenis Kelamin

Perbedaan antara pria dan wanita dalam perilaku asertif bukan sesuatu

yang bersifat konstan. Adanya pengaruh globalisasi yang membawa

kearah norma yang ada dan kesadaran mengenai persamaan gender,

membuat wanita sekarang cender ung memiliki sifat mandiri, percaya diri

dan asertif.

e. Strategi Coping

Strategi

coping

adalah suatu bentuk penyesuaian diri yang melibatkan

unsur-unsur kognisi dan afeksi dari seseorang untuk mengatasi suatu

permasalahan yang datang pada dirinya. Individu yang menggunakan

mekanisme

coping

yang efektif dan adaptif dalam menyelesaikan masalah

akan lebih asertif.


(40)

B. Perawat di bagian rawat inap

1. Pengertian Perawat

Gunarso (1995) perawat adalah seseorang yang telah dipersiapkan

melalui pendidikan untuk turut serta merawat dan menyembuhkan orang sakit,

usaha rehabilitasi dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan secara mandiri

atau dibawah pengawasan dan supervisi dok ter atau suster kepala.

Benyamin (1989) menjelaskan bahwa perawat adalah seseorang yang

melaksanakan kegiatannya dan penggilan untuk merawat orang sakit maupun

menolong orang sehat mempertahankan kesehatannya.

Departement kesehatan RI (Yuliarto,2005) menjelaskan bahwa

perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan suatu program

pendidikan dasar dan diberi wewenang oleh pemerintah serta memenuhi

syarat untuk memberikan pelayanan perawatan yang bermutu dan penuh

tanggung jawab.

Ony (1987) menyatakan bahwa perawat adalah orang yang terampil

memberikan pelayanan atau perawatan dengan kasih sayang baik terhadap

orang sakit maupun terhadap orang sehat sehingga orang tersebut tidak mudah

terkena penyakit.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat adalah seseorang

yang telah dipersiapkan melalui pendidikan dasar serta diberi wewenang oleh

pemerintah untuk memberikan pelayanan perawatan yang bermutu dan

bertanggung jawab serta merawat orang sakit maupun terhadap orang sehat


(41)

dengan penuh kasih sayang y ang dilaksanakan secara mandiri atau dibawah

pengawasan dokter sehingga orang tersebut dapat mempertahankan

kesehatannya. Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah perawat di

bagian rawat inap rumah sakit yaitu perawat yang bertugas memberikan

pelayana n kesehatan dan merawat pasien yang sakit di rawat inap.

2. Tugas dan Tanggung jawab Perawat di bagian rawat inap

Perawat sebagai tokoh utama dalam pelayanan di rumah sakit, perawat

dibagian rawat inap memiliki tugas dan tanggung jawab y ang besar. Yuliarto

(2005) menyatakan bahwa secara umum perawat di bagian rawat inap memiliki

tugas untuk memberikan pelayanan perawatan secara sederhana kepada

pasiennya, misalnya mempersiapkan pasien untuk melakukan pemeriksaan dan

mendampingi dokter pem eriksa dengan mencatat suhu, kecepatan denyut

jantung dan pernafasan pasien, memberikan obat yang dianjurkan dokter pada

jam-jam yang telah ditentukkan.

Departemen kesehatan (1994), menguraikan tugas -tugas perawat di

bagian rawat inap rumah sakit, yaitu :

a.

Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya.

b.

Menerima pasien baru sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.

c.

Memelihara peralatan perawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap


(42)

d.

Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang ruang perawatan

dan lingkungannya, peraturan atau tata tertib yang berlaku, fasilitas yang

ada dan cara penggunaannya, serta kegiatan rutin yang dilakukan

sehari-hari.

e.

Menciptakan hubungan kerja sama yang baik dengan pasien dan

keluarganya.

f.

Mengkaji hubungan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang meliputi

: mengamati keadaan pasien, melaksanakan pemeriksaan tentang riwayat

penyakit pasien dan melakukan pemerikasaan fisik.

g.

Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya .

h.

Melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan dan

batas kemampuannya, antara lain : melaksanakan tindakan pengobatan

sesuai program pengobatan, memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien

dan keluarganya mengenai penyakitnya.

i.

Berperan serta melaksanakan latihan mobilisasi pada pasien agar dapat

segera mandiri.

j.

Membantu merujuk pasien kepada petugas kesehatan atau institusi

pelayanan kesehatan lain yang lebih mampu untuk menyelesaikan masalah

kesehatan yang tidak dapat ditanggulangi.

k.

Melakukan pertolongan pertama kepada pasien dalam keadaan darurat

secara tepat dan benar sesuai kebutuhan. Selanjutnya segera melaporkan


(43)

tindakan yang telah dilakukan kepada dokter ruang rawat/dokter

penanggung jawab ruangan.

l.

Melaksanakan evalua si tindakan keperawatan sesuai batas kemampuannya.

m.

Memantau dan menilai kondisi pasien. Selanjutnya melakukan tindakan

yang tepat berdasarkan hasil pemantauan tersebut sesuai batas

kemampuannya.

n.

Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang bai k dengan

anggota tim kesehatan (dokter, ahli gizi, analis, pekarya kesehatan, pekarya

rumah tangga dan lain-lain).

o.

Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan

upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

p.

Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai

jadwal dinas.

q.

Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antar pasien dan

keluarganya sehingga tercipta ketenangan.

r.

Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh Kepala Ruang Rawat.

s.

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan, antara

lain : melalui pertemuan ilmiah dan penetaran.

t.

Melaksankan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang

tepat dan benar sehingga tercipta sistem informasi rumah sakit yang dapat

dipercaya (akurat).


(44)

u.

Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan

maupun tertulis pada saat pergantian dinas.

v.

Menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi :

1)

Menyediakan formulir untuk penye lesaian administratif, seperti :

a)

Surat izin pulang.

b)

Surat keterangan istirahat sakit.

c)

Petunjuk diet.

d)

Resep obat untuk di rumah, jika diperlukan.

e)

Surat rujukan atau pemeriksaan ulang.

f)

Surat keterangan lunas pembayaran dan lain -lain.

2)

Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya sesuai

dengan keadaan dan kebutuhan pasien, mengenai :

a)

Diet.

b)

Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara penggunaannya.

c)

Pentingnya pemeriksaan ulang di rumah sakit, Puskesmas atau

institusi pelayanan kesehatan lain.

d)

Cara hidup sehat, seperti pengaturan istirahat, makanan yang bergizi

atau bahan pengganti sesuai dengan keadaan sosial ekonomi.

3)

Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan, seperti :

a)

Rollstoel.

b)

Tongkat penyangga

c)

Protesa


(45)

4)

Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan si rumah

sakit, misalnya :

a)

Merawat luka.

b)

Melatih anggota gerak.

5)

Mengantar pasien yang akan pulang sampai pintu keluar ruang rawat.

3. Sifat-sifat yang mendasari dedikasi seorang perawat

Menurut Gunarsa (1995), menjelaskan sifat -sifat yang mendasari dedikasi

seorang perawat, yaitu :

a. Minat terhadap orang lain

Perawatan yang efektif hanya mungkin, bilamana seorang perawat

menaruh minat terhadap orang lain tanpa menghiraukan umur, jenis kelamin,

latar belakang dan status sosio ekonominya. Seorang perawat seyogianya

menyenangi orang lain, mengerti apa yang diperlukan, mengha dapi dengan

sikap yang sama dan meyakinkan pasien -pasien bahwa yang diutamakan

adalah kesejahteraan dan kesembuhan mereka.

b. Derajat Sensitivitas

Seorang perawat yang selalu menghadapi aneka ragam kepribadian,

tentunya perlu memiliki kepekaan dan dapat m embedakan setiap orang yang

dihadapinya. Demikian juga, tidak semua pasien dihadapi dan ditangani

dengan cara dan sikap yang sama. Oleh karena itu perlu memiliki kemampuan

untuk mengenal dengan cepat perbedaan -perbedaan antara pasien dan


(46)

penyebab perbedaan itu, serta mengatasi reaksi sendiri terhadap

perbedaan-perbedaan tersebut.

c. Menghargai hubungan -hubungan

Keberhasilan dalam perawatan, disamping oleh pengetahuan yang

luas, juga ditentukan oleh kemampuan mengadakan penyesuaian -penyesuaian

yakni hubungan dan ikatan-ikatan kemanusiaan yang diperlukan dalam

menangani orang yang sehat dan sakit.

d. Sikap terhadap mereka yang berkedudukan tinggi

Sebagai kelanjutan dari penghargaan terhadap hubungan -hubungan

antar pribadi yang perlu diingat maka sikap perawat juga perlu disesuaikan

dengan hubungan -hubungan dan kedudukan mereka. Tentunya diantara

perawat ada juga perawat yang sudah lama berkecimpung dalam bidang

perawatan dan lebih ahli dalam bidang -bidang tertentu. Seorang perawat yang

bekerja dengan perawat senior atau dokter selalu perlu mengingat bahwa pada

pengambilan

keputusan

dan

tindakan -tindakan

yang

baru

perlu

mempertimbangan sesuai pendapat perawat supervisor atau dokter yang

merawat pasien tersebut.

4. Ciri-ciri kepribadian seorang perawat

Seorang perawat harus bisa mengenal perbedaan -perbedaan pada pasien,

teman sejawat, supervisor, instructor, teman dan keluarganya dan harus

mengetahui bahwa diri nya sendiri juga memiliki perbedaan serta menyadari


(47)

bahwa ciri-ciri khas tertentu dapat memudah kan usaha untuk mencapai interaksi

pasti dengan orang lain. Gunarsa (1995) menjelaskan beberapa ciri khas yang

perlu dimiliki seorang perawat, yaitu :

a.

Keadaan fisik dan kesehatan

Mengingat pekerjaan seorang perawat yang penuh dinamika maka

perlu memil iki kondisi badan yang baik, sehat dan mempunyai energi yang

banyak. Apabila kurang stamina, kurang ketahanan fisik maka akan mudah

patah semangat jika suatu saat mengalami tekanan fisik, mental maupun

ketegangan emosi. Keletihan tubuh dapat mempengaruhi s ecara negatif

segala keputusan yang akan diambil dan kemampuan untuk berkonsentrasi.

Seorang yang lelah mudah terganggu konsentrasinya sehingga tidak dapat

memusatkan pikirannya terhadap pekerjaan atau pasien yang sedang

dihadapinya.

b.

Penampilan yang m enarik

Seorang yang sakit dan dirawat di rumah sakit, pada umumnya

adalah pasien yang menderita penyakit agak berat atau sungguh -sungguh

berat. Keadaan pasien yang menderita penyakit yang berat bisa

menimbulkan perasaan -perasaan yang tidak enak dan dapat menyebabkan

tekanan jiwa yang mengakibatkan perasaan putus asa dan sedih. Keadaan

dalam diri pasien sebisa mungkin dibantu dengan hiburan dan keadaan luar

pasien yang dapat mengangkat perasaan pasien supaya tidak mengalami

tekanan lagi. Mengenai hal ini se orang perawat dapat ikut mengambil


(48)

peranan dalam mengubah suasana hati pasien yakni dengan penampilan

yang bersih, seragam yang bersih, penampilan yang segar dalam melakukan

tugas-tugas perawatan.

c.

Kejujuran

Setiap orang ingin merasa aman dengan adanya orang lain

disekitarnya. Perasaan aman dan tenang akan diperolehnya apabila tidak

merasa terancam oleh orang lain sehingga sebagi individu tidak perlu curiga

terhadap orang lain. Sehubungan dengan perawat, seorang pasien harus

yakin bahwa seorang perawat melakukan tugasnya dengan jujur. Pasien

harus yakin bahwa sikap perawat sepenuhnya berasal dari minat pengabdian

yang murni untuk kesejahteraan manusia dan bukan harapan untuk

memperoleh hadiah dengan bersikap pura -pura.

d.

Keriangan

Seorang perawat sebaiknya dapat menghadapi situasi yang penuh

kesulitan dan kekecewaan tanpa memperlihatkan kesulitan, kekecewaan

terhadap orang lain tetapi menghadapi situasi dengan senyuman, memberi

salam dengan ramah, optimis dan percaya diri.

e.

Berjiwa sportif

Dalam pekerjaannya, seorang perawat harus berjiwa sportif yaitu

mau mengakui kekurangan diri sendiri bila ternyata ada orang lain yang

lebih unggul. Apabila dalam pelaksanan tugas ternyata ada perawat yang


(49)

lebih unggul maka seorang perawat harus jujur, tetap berusaha memperbaiki

cara-cara perawatan dan mengikuti teknik perawatan yang lebih efektif.

f.

Rendah hati

Kerendahan hati dalam tingkah laku merupakan tanda kebesaran

hati. Seorang perawat harus dapat meninggalkan kesan pada orang lain

melalui perbuatan dan tindakannya yang lebih memuji dirinya karena dapat

membuat pasien atau teman sejawatnya merasa jemu deng an cerita-cerita

mengenai diri sendiri tetapi lebih menunjukkan minat terhadap cerita

mereka.

g.

Murah hati

Seseorang yang murah hati, bukan berarti sering memberikan hadiah

pada orang lain tetapi memberikan pertolongan ataupun bantuan.

Kemurahan hati seo rang perawat perlu dijaga supaya pasien tidak meminta

pertolongan secara berlebih -lebihan.

h.

Dapat dipercaya

Seseorang akan merasa nyaman dengan orang lain apabila percaya

penuh akan maksud dan itikad baik orang lain. Kita harus dapat dipercaya

oleh orang lain dan dapat mempercayai orang lain. Terutama kepercayaan

akan diri sendiri, akan ketulusan, kejujuran dan ada itikad untuk berusaha

sebaik mungkin.


(50)

i.

Pandai bergaul

Seseorang akan disenangi oleh orang lain apabila pandai bercerita,

bercakap dengan menarik, memiliki pengetahuan yang luas dan menjadi

seorang pendengar yang baik. Pada umumnya lebih enak bergaul dengan

orang yang mempunyai pekerjaan dan keahlian yang sama tetapi kita juga

perlu menghormati dan menghargai mereka yang berbeda keahlian, s eperti

halnya pasien.

j.

Pandai menimbang perasaan

Seorang perawat yang pintar dan cekatan dalam perawatan maupun

kerapihan pekerjaan, perlu dapat menimbang perasaan pasien maupun

teman sepekerjaan. Kita perlu mempertimbangkan dan menjaga supaya

ucapan kita tidak menyakiti, menimbulkan kejengkelan maupun iri hati pada

orang lain tetapi dapat diterima orang lain.

k.

Rasa humor

Setiap orang perlu memiliki rasa humor, dengan rasa humor seorang

perawat dapat mengurangi ketegangan dalam suatu situasi yang

mengganggu. Pasien akan senang apabila seorang perawat dapat membawa

suasana humor tanpa disertai keramaian atau keributan yang mengganggu.

l.

Sikap sopan santun

Seorang perawat dalam tingkah laku dan tata bicara terhadap pasien

atau orang lain harus menunjuk kan kesopanan. Perlu mengetahui tatakrama,

memahami nilai -nilai kebudayaan masyarakat sekelilingnya. Seorang


(51)

perawat yang memiliki sikap sopan santun. Pasti akan berhasil dan menjadi

perawat yang menjadi teladan bagi teman -teman sejawatnya.

m.

Keramahan, simpati, dan kerjasama

Pada umumnya diharapkan dapat menunjukkan perhatian, minat,

simpati terhadap peristiwa -peristiwa yang dialami. Keberhasilan dan

kebahagian hidup kita bersandar pada kehidupan bersama dengan orang lain

yang bersedia dan mampu berk erjasama, dimana sikap kooperatif disertai

dengan sikap yang jujur.

Gunarso (1995) menjelaskan bahwa pada umumnya seorang perawat

akan disenangi oleh pasien apabila:

a. Perawat nampak bertingkah laku sederhana dengan cara berbicara yang biasa.

b. Perawat ramah dan mudah tersenyum.

c. Perawat memperlihatkan sikap menaruh minat, mendengarkan, dengan penuh

perhatian apa yang dikemukakan atau dikeluhkan pasien.

C. Perilaku Asertif Perawat di Rumah sakit

Perawat adalah ujung tombak dari pelayanan rumah sakit. Perawat

memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk mengambil langkah -langkah

yang diperlukan guna kesembuhan pasien (Wahyuni, 2004). Kemampuan seorang

perawat berkomunikasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain merupakan hal

yang mendasar dan penting b agi penyelenggaraan proses keperawatan (Tamsuri,

2006). Interaksi antara perawat dan pasien merupakan faktor utama karena yang


(52)

menentukkan hasil konsultasi medis, seperti rasa puas pasien, ketaatan aturan

medis, dan hasil kesehatan (Smet, 1994). Terutama perawat yang bertugas di

ruang inap, Amriyati (2003) menyatakan bahwa perawat harus berada di dekat

pasien selama 24 jam untuk membantu kebutuhan pasien yang tidak dapat

dipenuhi sendiri selama sakit.

Perawat harus bisa mendengarkan pasien sepenuhnya sehingga pasien

menjadi sadar bahwa perawat memahami perasaannya, menerima haknya untuk

membuat keputusan dan membantu pasien untuk mengembangkan strategi

-strategi terhadap perubahan yang positif (Autheir, dalam Ellis, 2000). Pasien yang

terdorong melalui komunikasi terbuka tidak akan kehilangan kebebasannya tetapi

mereka mendapatkan kebebasan untuk menghargai pandangan dan cara -cara baru

(Abraham, 1997). Pandangan terhadap perawat berubah setelah dua decade

terakhir, pengadilan banding di New York pada tahun 1985 mempunyai

pandangan modern terhadap perawat, bahwa perawat bukan lagi sebagai petugas

kesehatan

yang

pasif

tetapi

penyedia

jasa

kesehatan

yang

asertif

(www.kompas.com, 2001).

Seorang perawat akan melakukan cara yang adaptif dalam merawat pasien

yaitu dengan bersikap asertif, komunikasi yang terbuka dan tidak bermusuhan

atau mengkritik pasien (Nasution, 2003). Kemampuan asertif pada perawat sangat

dibutuhkan karena untuk mendukung kesembuhan pasiennya, perilaku asertif

merupakan sesuatu yang memberikan banyak manfat dalam dunia kerja. Dengan

kemampuan yang asertif, seseorang dapat mengekspresikan diri, mengungkapkan


(53)

emosinya dengan bebas, langsung, dan tanpa tekanan tetapi tidak mengabaikan

kepentingan serta perasaan orang lain. Perilaku asertif memungkinkan terciptanya

suatu kondisi kinerja yang efektif dan mampu menyesuaikan diri terhadap

lingkungan dengan baik (Widanarti, 2003).

Seseorang yang terbuka bagi orang lain berarti menunjukkan bahwa kita

menaruh perhatian pada perasaannya terhadap kata-kata atau perbuatan kita

(Supratiknya, 1995). Keterbukaan seorang perawat terlihat pada saat seorang

perawat itu memberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan dan sikapnya

sendiri untuk memfasilitasi kerjasama, pros es belajar, katarsis atau dukungan

pada pasien (Depkes Indonesia, 2000). Seorang perawat harus dapat menimbang

perasaan orang lain dan perlu mempertimbangkan apakah ucapannya dapat

menimbulkan luka hati atau dapat diterima dengan senang hati oleh pasien

(Gunarsa,1995).

Sikap asertif membutuhkan keterbukaan terhadap diri sendiri secara jujur

sehingga membuat orang lain mendapat gambaran jelas mengenai perasaan dan

keinginan kita, tetapi tetap merasa dihormati dan dihargai (Adams, 1995).

Seseorang yang mampu membina hubungan akrab dengan orang lain,

berkomunikasi secara terbuka dan efektif lebih mudah mencapai tujuan dirinya

karena adanya kemampuan untuk menyatakan perasaannya dan pikirannya pada

orang lain secara langsung dan tidak berbelit -belit sehingga orang lain mudah

untuk memahami keinginannya (Widanarti, 2003). Seorang perawat yang terbuka

akan menunjukkan sikap hormat pada pasien, perawat akan memperlakukan


(54)

pasien sebagai orang yang berharga yang diterima tanpa syarat (Depkes

Indonesia, 2000). Sikap membuka diri perawat dapat memberikan keuntungan

pasien, untuk menunjukkan seberapa banyak perawat mengerti pasien karena

adanya persamaan pikiran, perasaan dan pengalaman (Nurjanah, 2005).

Widanarti (2003) menjelaskan bahwa pada dasarnya kemampuan asertif

bukan merupakan suatu perilaku bawaan atau suatu karakter yang secara

kebetulan dimiliki oleh seseorang, tetapi merupakan kemampuan yang dapat

dipelajari dan dipengaruhi oleh berbagai faktor dari luar diri seseorang sehingga

membentuk tingkat asertifitas yang berbeda-beda. Seorang individu tidak akan

menjadi asertif dengan sendirinya, ada sebab -sebab atau faktor yang

mempengaruhi terbentuknya perilaku asertif. Santosa (1999) menjelaskan bahwa

perilaku asertif seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa fakto r, yaitu pola

asuh orang tua, kebudayaan, usia, jenis kelamin, strategi coping.

Seorang individu akan tumbuh menjadi asertif tergantung dari pola asuh

dan kebudayaan disekitarnya. Pola asuh dan kebudayaan mempunyai peranan

besar dalam mendidik perilaku as ertif (Santosa, 1999). Pada anak kecil perilaku

asertif belum terbentuk tetapi dengan bertambahnya usia perilaku asertif menjadi

lebih berkembang. Faktor yang lain adalah jenis kelamin. Rakos (1991)

mengatakan bahwa pria lebih asertif dibandingkan dengan w anita karena adanya

tuntutan masyarakat yang menjadikan pria lebih agresif, mandiri dan kompetitif

sedangkan wanita pada umumnya pasif dan tergantung. Namun, dengan adanya

pengaruh globalisasi yang membawa pengaruh pada norma -norma setempat dan


(55)

adanya kesadaran mengenai persamaan gender membuat wanita sekarang

cenderung memiliki sifat mandiri, percaya diri, rasional dan asertif (Santosa,

1995). Seorang perawat akan melakukan penyesuaian diri untuk mengatasi suatu

permasalahan yang datang pada dirinya saat m elakukan interaksi dengan pasien.

Bentuk penyesuaiannya adalah melakukan strategi

coping

. Individu yang

menggunakan strategi coping yang efektif dan adaptif dalam menyelesaikan suatu

permasalahan akan lebih asertif (Santosa, 1995).

Faktor-faktor inilah yang mempengaruhi bagaimana seorang perawat

berperilaku asertif dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien.

Seorang yang asertif mampu untuk berkata tidak, meminta bantuan dan

permintaan tertentu, mengekspresikan perasaan positif dan negatif, kemam puan

untuk berinisiatif dan mengakhiri percakapan (Rakos, 1991). Smith (Townend,

1993) menyatakan bahwa konsepnya tentang perilaku asertif adalah berani

mengatakan ”tidak” dan melakukan apa yang diinginkannya. Dalam perawatan

seorang perawat harus menunjukkan sikap tegas, tidak boleh ragu-ragu dalam

melaksanakan dan memenuhi kebutuhan pasien. Seorang perawat harus tegas dan

yakin dalam melaksanakan tugas -tugasnya tetapi tidak boleh bersikap bahwa

dirinya paling benar (Gunarsa, 1995).

Orang yang asertif mempunyai kepercayaan diri dan harga diri yang

cukup, ia menghargai dirinya dan orang lain (Townend dalam Prabowo, 2000).

Perawat merupakan tenaga kesehatan profesional sehingga perawat mempunyai

hak sebagai tenaga kerja (Priharjo, 1995). Individu yang berpe rilaku asertif dapat


(56)

mempertahankan hak -haknya tetapi tetap harus menghormati hak -hak yang

dimiliki oleh individu lain (Alberti & Emmons, 1987). Peningkatan keterbukaan

antara perawat dengan pasien akan menurunkan tingkat kecemasan perawat

dengan pasien (S tuart dan Sundeen, 1998). Dengan bersikap asertif akan

menye nangkan orang lain karena dapat bekerjasama dan membantu orang lain

sehingga mendapat kepercayaan dari orang lain. Perawat yang asertif akan

mendapat kepercayaan dari pasien sehingga pasien merasa nyaman dalam

melakukan peneriksaan dan hal ini berdampak pula terhadap kenyaman perawat

dalam me laksanakan tugasnya.


(57)

Perawat

Memberikan pelayanan kesehatan

Faktor-faktor Sikap perawat dalam komunikasi

* Pola asuh dengan pasien

* Kebudayaan

* Usia

Perilaku asertif

* Jenis kelamin

* Strategi coping

* Berani berkata ”tidak”

* Mampu meminta pertolongan

* Mengekspresikan perasaan

* Memulai percakapan

* Mepertahankan hak

Perilaku asertif efektif

Pasien dan perawat merasa nyaman


(58)

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu

jenis penelitian yang mencoba untuk memberikan gambaran atau mengungkapk an

mengenai perilaku asertif di Rumah Sakit. Sugiyono (1997) menjelaskan bahwa

penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan

atau memberi gambaran terhadap satu objek yang diteliti melalui data sampel atau

populasi sebagai mana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan

yang berlaku secara umum.

Berdasarkan penjelasan dari teori, data yang digunakan adalah data

kuantitatif mengenai variabel, yang diperoleh melalui analisis skor jawaban

subjek pada skala sebagai mana adanya. Hal ini ditunjukkan untuk

menggambarkan dan mengetahui sejauh mana perilaku asertif para perawat pada

saat menjalankan tugas di ruang rawat inap dan membuat kesimpulan secara

umum tentang perilaku asertif yang dimiliki subjek penelitian berdas arkan skor

setiap item pada skala perilaku asertif yang disusun peneliti sehingga akan

diperoleh gambaran tentang perilaku asertif para perawat yang menjadi subjek

penelitian.


(1)

74 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan perolehan data menunjukkan bahwa subjek memiliki perilaku asertif dalam kategori sangat tinggi adalah 48 subjek (41,74 %), kategori tinggi adalah 66 subjek (57,39 %), kategori sedang adalah 1 subjek (9,87 %) dan tidak ada subjek yang termasuk dalam kategori rendah dan sangat rendah. Dari perolehan mean empirik lebih besar dari mean teoritik (198,27 > 155). Hal ini dapat dikatakan bahwa secara umum subjek mempunyai kemampuan perilaku asertif yang tinggi. Perilaku asertif yang tinggi memliki arti bahwa perawat dapat melakukan komunikasi yang terbuka dengan pasien.

B. Saran

1. Bagi Rumah sakit

Hasil ini menunjukkan bahwa perawat di Rumah sakit Panti Rapih dan Panti Nugroho memiliki kemampuan perilaku asertif yang baik terhadap pasiennya. Maka disarankan agar pihak rumah sakit tetap mempertahankan kemampuan komunikasi perawatnya dan untuk tetap mempertahankan kemampuan perawatnya, disarankan melak ukan pengembangan komunikasi interpersonal. Misalnya melalui pelatihan atau training komunikasi interpersonal terutama pelatihan asertif secara berkala dan teratur.


(2)

2. Bagi Perawat

Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perawat mempunyai perilaku asertif yang baik. Diharapkan para perawat tetap mempertahankan kemampuan perilaku asertif di lingkungan kerjanya terutama pada saat memberikan pelayanan terhadap pasien dengan mengga li informasi lebih banyak tentang komunikasi interpersonal yang baik dan tetap melatih diri dalam komunikasi interpersonal baik dengan atasan, teman sejawat maupun pasien sehingga dapat menciptakan kondisi yang mendukung dalam memberikan pelayanannya sesua i dengan visi dan misi dari rumah sakit.

3. Bagi Peneliti lainnya

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan alat ukur berupa skala psikologis sehingga untuk memperkaya hasil penelitian selanjutnya disarankan menambahkan alat ukur yang lain yaitu metode wawancara atau observasi.

Berkaitan dengan topik penelitian, diharapkan pada penelitian -penelitian selanjutnya mengenai perilaku asertif diteliti tingkat asertifitasnya berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti konsep diri, lama bekerja, jenis pekerjaan, sehingga bisa menjadi acuan dalam pengembangan dan peningkatan program pelatihan asertif bagi lembaga atau instansi guna


(3)

meningkatkan sumber daya manusia yang lebih efektif dan produktif dalam dunia kerja.

Terkait dengan subjek peneliti an, dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah perawat di rumah sakit swasta. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya disarankan melakukan penelitian mengenai perilaku asertif di rumah sakit non swasta untuk membandingkan kinerja perawat di rumah sa kit.


(4)

77

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, C. & Shanley, E. (1997). Psikologi sosial untuk perawat. Jakarta : Penerbit buku kedokteraan EGC.

Adams, L. & Lenz, E. (1995). Be your best. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Alberti, Robert. & Michael, E. (1987). Your perfect right. San luis Obis California : Impact.

(2002). Penerjemah : Buditjahya. U. Your perfect right. Hidup lebih bahagia dengan mengungkapkan hak. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Amriyati, Sumarni, Sutoto. (2003). Kinerja perawat di tinjau dari lingkungan kerja dan karakteristik inidividu. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan , volume 06, no 01.

Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta : Pustaka pelajar Offset.

Benyamin, L. (1989). Perawat: citra, peran dan fungsi. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Cawood, D. (1997). Manajer yang asertif. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Corey, G. (1988). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : PT Refika Aditama.

Depkes Indonesia. (2000). Keperawatan jiwa. Jakarta.

Depkes RI. (1994). Pedoman uraian tugas tenaga kesehatan keperawatan di rumah sakit. Jakarta : Persatuan Perawatan Nasional Indonesia, Direktorat rumah


(5)

sakit umum dan pendidikan direktorat jenderal pelayanan Medik departemen kesehatan RI.

Ellis, Robert. B. (2000). Komunikasi Interpersonal dalam keperawatan “teori dan praktek”. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.

Gunarsa, S. & Gunarsa, Y. (1995). Psikologi perawat. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Hadi, S. (1991). Analisis Butir. Yogyakarta : Andi offset.

Llyod, S. R. (1991). Mengembangkan perilaku asertif yang positif. Jakarta : Binarupa Aksara.

Nasution, S. (2003). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan perubahan sensori persepsi: halusinasi. Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. http://www.google.com.Up date 20/06/05.

Nurjanah, Intansari. (2005). Komunikasi keperawatan. Yogyakarta : Penerbit MocoMedika.

Onny, B. C. (1987). Etika perawatan. Jakarta : Bharatara Karya Aksara.

Prabowo, Sumbodo. (2000). Membangun perilaku asertive pada komunikasi antara perawat dan pasien. Jurnal Psikodimensia, volume 1, no 1.

Purwanto, Heri. (1994). Komunikasi untuk keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rakos, R. F. (1991). Assertive Behavior : Theory, Reserach, and Training. New York : Routledge, Chapman and Hall Inc.


(6)

Santosa, Jaka. (1999). Peran orang tua mengajarkan asertivitas pada remaja. Anima, Indonesia psychology journal, vol 15, 83-91.

Smet, Bart. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta : PT Grasindo.

Stuart, G & Sundeen, S. (1998). Keperawatan Jiwa. Jakarta : Buku Kedokteran.

Sugiyono. (1999). Statistika nonparametik untuk penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antarpribadi. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Tamsuri, Anas. (2006). Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.

Townend, A. (1993). Developing assertiveness. London : Routledge.

Wahyuni, I. & Ancok, D. (2004). Hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan sistuasional dan efektivitas komunikasi interpersonal dengan komitmen kerja . Jurnal sosiosains, 17(2).

Widanarti, Lusia. (2003). Pebedaan kemampuan asertif antara guru laki -laki dan guru perempuan SD dan SLTP Fransiskus Tanjung Karang Bandar Lampung. Skripsi sarjana : tidak diterbitkan, Universitas Sanata Dharma.

Yuliarto, Fajar. (2005). Hubungan antara dimensi kepribadian big five dengan stress kerja pada perawat dibagian rawat inap Rumah Sakit Panti Rapi Yogyakarta. Skripsi sarjana : tidak diterbitkan, Universitas Sanata Dharma.

http://www.kompas.com. (2001). Kasus malpraktik bisa dikenakan pada perawat. Up Date 11/08/05.