HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGIKUTI SHALAT DZUHUR BERJAMA’AH DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA SMP NEGERI 2 AMPEL TAHUN PELAJARAN 20172018

  

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS

MENGIKUTI SHALAT DZUHUR BERJAMA’AH

  

DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA

SMP NEGERI 2 AMPEL TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

  

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

EKA NURCAHYANI

  

NIM. 114-14-026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  MOTTO

  Artinya:

  ”Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman 13)

  Artinya: Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan itu ada kemudahan.

  Sseungguhnya bersama kesulitan setiap kesulitan ada kemudahan”. (QS. Al Insyirah 5-6)

  PERSEMBAHAN Bismillahirahmanirrahim. Puji syukur alhamdulillah atas karunia Allah

  SWT, karya ini kupersembahkan kepada: 1.

  Kedua orangtuaku tercinta (Bp. Rohadi dan Ibu Rochimah) yang selalu mendukung dalam belajar baik lahir maupun batin, mengorbankan segala-galanya, mendoakan dan mencurahkan perhatian serta kasih sayang kepada penulis.

  2. Suamiku tercinta, Ali Ashadi yang senantiasa mendukung memberikan semangat dan membantu dan memotivasi sampai penulisan skripsi ini selesai.

  3. Bapak dan Ibu mertua ( Bp. Mundayin dan Ibu Maryati atas segala doa dan dukungannya.

  4. Pranaditya Maulana dan Ervinia Mega Prastica atas doa dan dukungannya.

  5. Sahabat SMA (Armi, Sari, Handa, Erlina, Ning, Zuni, Lusi, Wiwit dan Yuli) 6. Teman-teman senasib seperjuangan PAI Ekstensi angkatan 2014.

  7. Dan semua pihak yang membantu dalam terselesainya skripsi ini.

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmanirrahim

  Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat- sahabatnya dan orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.

  Dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Skripsi yang berjudul

  “HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENGIKUTI SHALAT BER JAMA’AH DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 ini disusun

  untuk melengkapi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana (S1) Pendidikan Agama Islam pada Jurusan Tarbiyah di IAIN Salatiga, meskipun bentuknya masih sederhana serta banyak kekurangan.

  Di samping itu ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya dari hati sanubari yang paling dalam kepada Yth:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  5. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku ketua penguji yang telah membantu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  6. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil selaku pengguji 1 dan Bapak Drs.

  Bahroni, M.Pd., selaku penguji 2 yang telah membantu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  7. Kepala sekolah SMPN 2 Ampel beserta guru dan siswa-siswi yang telah membantu pencapaian keberhasilan penelitian ini.

  8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Akhirnya ucap semoga amal baik saudara diberikan yang berlipat ganda serta mendapat Ridho-Nya, hanya kepada Allah jualah kita berserah diri, sambil kulantunkan do’a semoga skripsi ini ada manfa’atnya bagi semua orang. Aamiin Ya Rabbal’alamin

  

ABSTRAK

  Nurcahyani Eka, 2015. Hubungan Antara Intensitas Mengiku

  ti Shalat Berjama‟ah dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa SMPN 2 Ampel Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr.

  Winarno, S.Si., M.Pd

  Kata Kunci: i

  ntensitas shalat berjama’ah, tingkat kedisiplinan Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui tingkat intensitas shalat berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: Pertama, bagaimana intensitas siswa SMP Negeri 1 Ampel dalam mengikuti shalat berjama’ah. Kedua, bagaimana deskripsi tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun 2017/2018. Ketiga, adakah hubungan antara intensitas mengi kuti shalat berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018.

  Metode pengumpulan data pada skripsi ini menggunakan metode angket dan metode dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Ampel kelas VII yang berjumlah 100.

  Temuan riset ini adalah: Pertama, tingkat intensitas mengikuti shalat berjama’ah siswa SMP Negeri 1 Ampel sebagian besar tergolong tinggi sebanyak 87 (87%). Kedua, tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel sebagian besar tergolong sedang sebanyak 65 (65%). Ketiga, setelah dianalisis menggunakan formula product moment. Penulis menemukan korelasi yang signifikan sebesar 0,256. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara intensitas mengikuti shalat ber jama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018.

  

DAFTAR ISI

  SAMPUL ............................................................................................................. i LEMBAR BERLOGO ......................................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................... iii SAMPUL ............................................................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ v MOTTO ................................................................................................................ vi PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii ABSTRAK ............................................................................................................ ix DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv

  BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6 D. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 7 E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7 F. Definisi Operasional ............................................................................. 8 G. Metode Penelitian ................................................................................. 10 H. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................... 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 18 A. Intensitas Shalat Berjama’ah ............................................................... 18 1. Pengertian Shalat Berjama’ah .......................................................... 19 2. Dasar Hukum Shalat Berjama’ah .................................................... 20 3. Hukum Shalat Berjama’ah ............................................................... 21 4. Syarat Shalat Berjama’ah................................................................. 22 5. Anjuran dalam Shalat Berjama’ah ................................................... 26 6. Keutamaan Shalat Berjama’ah......................................................... 29

  7. Indikator Shalat Berjamaah………………………………….…….30 B. Tingkat Kedisiplinan ............................................................................ 31 1.

  Pengertian Kedisiplinan ................................................................... 31 2. Penanaman atau Penegakan Kedisiplinan........................................ 32 3. Membangun Tradisi Didiplin yang Kuat ......................................... 35 4. Macam-macam Disiplin... …………………………………………37 5. Pembinaan Disiplin Peserta Didik…………………………………39 6. Indikator Tingkat Kedisiplinan………………………………...…..44 C. Hubungan Intensitas Shalat Berjamaah dengan Keisiplinan……...…44

  BAB III HASIL PENELITIAN ............................................................................ 48 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 48 1. Identitas Sekolah .............................................................................. 48 2. Letak Geografis................................................................................ 48 3. Visi dan Misi .................................................................................... 48 4. Organisasi Sekolah .......................................................................... 54 5. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan ........................................ 58 6. Data Kesiswaan................................................................................ 60 7. Data Sarana dan Prasarana ............................................................... 61 8. Daftar Responden ............................................................................ 64 B. Penyajian Data ..................................................................................... 66 BAB IV ANALISIS DATA .................................................................................. 77 A. Analisis Pendahuluan ........................................................................... 77 B. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 79 C. Pembahasan .......................................................................................... 85 BAB V PENUTUP................................................................................................ 85 A. Kesimpulan ........................................................................................... 86 B. Saran-saran ........................................................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 Data Pendidik SMPN 2 Ampel ......................................................... 56TABEL 3.2 Data TenagaPendidik SMPN 2 Ampel ............................................. 59TABEL 3.3 Data Siswa SMPN 2 AmpelTahunPelajaran 2017/2018 ................... 60TABEL 3.4 Data Prasarana SMPN 2 Ampel ........................................................ 61TABEL 3.5 Data Sarana SMPN 2 Ampel............................................................. 63TABEL 3.6 Daftar Responden SMPN 2 Ampel ................................................... 63TABEL 3.7 Data Jumlah Nilai Intensitas Shalat

  Berjama’ah Total ..................... 69

TABEL 3.8 Data Jumlah Nilai Tingkat Kedisiplinan Total ................................ 74TABEL 4.1 Interval IntensitasShalatBerjama’ah ................................................. 78TABEL 4.2 Interval Tingkat Kedisiplinan ........................................................... 79TABEL 4.3 Koefisien Hu bungan Antara kedua Variabel…. ............................... 79

  TABEL 4.4Nilai Product Moment ........................................................................ 84

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintahan Indonesia mempunyai Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 yang khusus dibuat guna mengatur sistem pendidikan nasional. Undan-undang tersebut mendefinisikan pendidikan sebagai usaha dasar

  dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Umbara, 2009:60).

  Selain itu, Muhibbin Syah menjelaskan bahwa pendidikan merupakan sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan yang semakin kompleks. Tanpa pendidikan manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode

  • – metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2005:10).

  Pendidikan yang ada di sekolah tidak hanya bertujuan untuk mencetak manusia yang cerdas melainkan juga melahirkan manusia yang cerdas yang sanggup mengendalikan diri dan mempunya karakter mulia. Hal ini sejalan dengan misi yang diemban oleh Rasulullah SAW, bahwa beliau diutus di dunia ini tidak lain hanya untuk menciptakan manusia dengan budi pekertinya.

  Martin Luther King juga mengatakan bahwa kecerdasan dan karakter adalah tujuan yang sebenarnya dari sebuah pendidikan (Majid Handayani, 2012:30). Pendidikan yang bertujuan untuk membentuk karakter bisa dikenal dengan sebutan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat dilakukan dengan berbagai model, salah satunya dengan cara pembiasaan, keteladanan dan pembinaan disiplin. Pembiasaan adalah suatu yang sengaja dilakukan secara berulang

  • – ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pada pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan (Mulyasa, 2012:60).

  Selain pembiasaan untuk berperilaku baik, pendidikan karakter di sekolah juga harus ditunjang dengan keteladanan guru dan kepala sekolah.

  Oleh karena itu, di mana ada pembiasaan di sana ada keteladanan. Selanjutnya adalah proses pembinaan disiplin, menurut Toto Tsamara disiplin adalah perbuatan atau perilaku untuk mentaati peraturan. Disiplin juga merupakan latihan batin dan watak yang erat kaitannya dengan pemerkayaan mentalis individu serta pembentukan sikap dan perilakunya.

  Disiplin bukanlah sebuah latihan tetapi disiplin merupakan hasil dari latihan dan kebiasaan-kebiasaan (Tsamara, 2010:216).

  Dalam rangka mensukseskan pendidikan, guru harus mampu menumbuhkan sikap disiplin pada siswa, terutama disiplin diri. Tumbuhnya sikap disiplin bukanlah peristiwa mendadak. Kedisiplinan pada siswa tidak dapat tumbuh tanpa adanya dorongan dari pendidik.

  Kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua dan orang-orang dewasa di sekitarnya, akan terbawa oleh anak dan akan memberi warna terhadap kedisiplinannya kelak. Latihan-latihan sederhana seperti melaksanakan shalat berjamaah tepat pada waktunya dan sesuai dengan tuntunan yang ada akan membawa dampak positif bagi sikap disiplin siswa.

  Setiap bentuk ibadah yang disyariatkan oleh Islam mengandung makna yang sangat dalam, baik sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan individu maupun sebagai usaha mewujudkan kehidupan sosial yang lebih baik. Shalat berjama’ah tidak semata-mata wujud bakti seorang hamba kepada Allah, tetapi juga mempunyai makna persatuan untuk meningkatkan solidaritas dan persaudaraan sesama muslim. Oleh karena itu, Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan shalat berjama’ah. Allah memberi kedudukan kepada orang yang shalat berjama’ah sebanyak 27 derajat lebih tinggi daripada shalat munfarid (shalat sendirian) Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW: Riwayat hadits yang berasal dari Abdullah bin Umar, bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda: “Shalat berjama’ah nilainya lebih tinggi 27 derajat (tingkatan) ketimbang shalat sendirian”. (HR. Bukhari dan Muslim no. 650 dan no. 249) Inti perintah untuk menjalankan ibadah bagi umat Islam salah satunya adalah untuk melatih kedisiplinan. Dalam sebuah berita yang dimuat di situs online menyebutkan bahwa 25 pelajar dikirim ke Disdikpora Minsel untuk mengikuti pembinaan lantaran mereka kedapatan membolos saat jam pelajaran. Kejadian ini terjadi pada hari senin, tanggal 3 Februari 2006 yang lalu. Razia yang dilakukan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu tersebut berhasil menjaring 3 siswa SMP dan 22 siswa SMA, mereka didapati sedang asyik bermain di luar lingkungan sekolah, seperti di warnet, di jalan

  • – jalan pasar dan di pantai. Kemuadian mereka diberi pembinaan dan teguran serta dikirim kembali ke sekolah, pihak Satpol PP juga memberi peringatan kepada pihak sekolah terkait. Agar lebih tanggung jawan dan waspada terhadap siswa
  • – siswi mereka.

  Dalam penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Heru Sutrisno disebutkan bahwa perilaku yang sering dilakukan siswa disekolah adalah membolos, datang terlambat, melalaikan tugas, catatan tidak lengkap, malas mengikuti pelajaran, acuh tak acuh pada waktu pelajaran, merokok, tidak sopan, mempengaruhi teman untuk melanggar, nongkrong di warung dekat sekolah dan hiperaktif di kelas (Sutrisno, 2009:65). Semua perilaku tersebut adalah perilaku yang melanggar peraturan. Banyaknya kasus pelanggaran yang terjadi di sekolahan menunjukan bahwa kesadaran siswa akan kedisiplinan masih sangat kurang. Banyaknya tugas sekolah dan berbagai macam peraturan yang menurut mereka mengekang, serta kurang perhatiannya orang tua dan orang-orang dewasa di sekitarnya adalah salah satu faktor penyebab siswa tidak disiplin. Pembinaan disiplin, pembiasaan dan keteladanan yang disebut sebagai cara menumbuhkan karakter mulia tidak pernah mereka dapatkan. Semua orang dewasa yang ada di sekitarnya tidak pernah mengingatkan atau mengajarkan tentang pentingnya hidup teratur dan sejalan dengan ajaran yang dianutnya.

  Akhirnya, adalah kewajiban guru dan pihak sekolah menciptakan siswa- siswi yang cerdas dan berkarakter dengan cara melakukan pembiasaan disiplin, baik disiplin waktu, disiplin ibadah maupun disiplin diri.

  Sekolah SMP Negeri 2 Ampel berada pada daerah pedesaan, hal ini secara tidak langsung lingkungannya dapat mempengaruhi pengendalian diri siswa. Oleh karena itu sekolah perlu mengadakan kegiatan yang bisa berpengaruh pada tingkat kedisiplinan siswa dengan mengaktifkan shalat berjama’ah di sekolah maupun di luar sekolah.

  Berangkat dari pemikiran tersebut penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut ke dalam sebuah judul skripsi yang berjudul:

  “Hubungan Antara Intensitas Shalat Dzuhur Berjama’ah

Dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa SMP Negeri 2 Ampel Tahun

Pelajaran 2017/201 ”8

B. Rumusan Masalah

  Bertolak dari hal diatas, suatu pokok permasalahan berkaitan dengan judul tersebut adalah:

  1. Bagaimana variasi data intensitas shalat dzuhur berjamaah siswa di SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018?

  2. Bagaimana variasi data tingkat kedisiplinan siswa di SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018

  3. Adakah hubungan antara intensitas mengikuti shalat dzuhur berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018? C.

   Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui variasi data intensitas mengikuti shalat dzuhur berjama’ah siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018.

  2. Untuk mengetahui variasi data tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2108.

  3. Untuk mengetahui hubungan antara intesitas mengikuti shalat dzuhur berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018.

  D. Hipotesis Penelitian

  Untuk memperoleh jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti, maka perlu dirumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban atau pemecahan masalah sementara yang masih merupakan dugaan yang dihasilkan (Saraswati, 2011: 13).

  Berdasarkan telaah kepustakaan awal, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ada hubungan positif antara intensitas mengikuti shalat berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018.

  E. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan baik bagi pihak peneliti sendiri maupun bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan (secara akademik). Secara lebih rinci kegunaan peneliti ini dapat memberi manfaat sebagai berikut:

  1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang pendidikan akhlak dan pendidikan keagamaan Islam pada sekolah umum dalam kajian shalat berjama’ah. Dan menjadikan motivasi bagi kalangan akademis yang akan mengadakan penelitian dalam meningkatkan shalat berjama’ah.

  2. Manfaat Praktis

  Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh lembaga pendidikan sebagai pijakan untuk pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan digunakan dalam pendekatan keagamaan untuk meningkatkan mutu pendidikan di lembaga masing-masing.

F. Definisi Operasional Variabel dan Indikator Keperilaku

  Agar tidak terjadi salah paham dari pembaca, penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul diatas, yakni:

1. Intensitas Mengikuti Shalat Berjama’ah Intensitas adalah keadaan atau tingkatan atau ukuran intens.

  Intens itu sendiri adalah bergelora, penuh semangat, berapi-api, berkobar-kobar (Depdiknas, 2000: 438).

  Shalat Berjama’ah adalah shalat yang dikerjakan bersama- sama, dipimpin oleh imam shalat dan pengikutnya disebut makmum.

  Jadi, intensitas mengikuti shalat berjama’ah menurut penulis adalah tingkat rutinnya siswa dalam melaksanakan / menjalankan shalat berjama’ah di sekolah, masjid maupun di rumah.

  Adapun indikator intensitas shalat berjama’ah adalah sebagai berikut: a.

  Keteraturan dalam melaksanakan shalat berjama’ah b.

  Perasaan terhadap mengikuti shalat berjama’ah (Ismiyatun, 2012:9).

  2. Tingkat Kedisiplinan Kedisiplinan adalah perbuatan atau perilaku untuk mentaati peraturan. Disiplin juga merupakan latihan batin dan watak yang erat kaitannya dengan pemerkayaan mentalis individu serta pembentukan sikap dan perilakunya. Disiplin bukanlah sebuah latihan tetapi disiplin merupakan hasil dari latihan dan kebiasaan-kebiasaan.

  Adapun indikator kedisiplinan menurut Toto Tasmara (2001:216) adalah sebagai berikut: a.

  Disiplin Diri b.

  Disiplin Beribadah G.

   Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian cenderung menggunakan statistik atau data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang di angka atau (scoring) (Sugiono, 2007:23).

  Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian studi korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menunjukkan apakah ada hubungan antara variabel intensitas mengikuti shalat berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018.

  2. Lokasi dan Waktu Penelitian

  Lokasi waktu penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Ampel yang beralamat: Desa Candi, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.

  Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2017 sampai tanggal 20 Oktober 2017 yang terbagi menjadi beberapa teknis dari proses pengumpulan data hingga proses penulisan laporan.

3. Populasi dan Sampel a.

  Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,

  1996:115). Berdasarkan pendapat diatas, populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh siswa kelas VII, VIII SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018 yang beragama Islam. Jumlah keseluruhan siswa kelas VII, VIII, IX SMP Negeri 2 Ampel adalah 671 siswa.

Tabel 1.1 Daftar Populasi Penelitian

  

No. KELAS JUMLAH SISWA

  1 VII 224

  2 VIII 225

  3 IX 222

  

JUMLAH 671 b.

  Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

  VII A

  VII D

  25 4.

  VII C

  24 3.

  VII B

  26 2.

Tabel 1.2 Data Sampel Penelitian No Kelas Jumlah Siswa yang beragama Islam 1.

  (Arikunto, 1996:117). Penulis akan melakukan penelitian di lapangan, dengan menggunakan teknik purposive sample yaitu teknik dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 1996:127).

  Jenis kelamin proposional antara putra dan putri.

  c.

  Beragama Islam.

  b.

  Yang akan dijadikan sampel yaitu kelas VIII, karena dianggap paling bisa mewakili perkembangan siswa SMP.

  Peneliti bisa menenukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu: a.

  25 Jumlah total 100

  4. Teknik Pengumpulan Data

  Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini baik mengenai intensitas mengikuti shalat berjama’ah maupun mengenai sikap pengendalian diri siswa, maka penulis menggunakan metode-metode pengumpulan data: a.

  Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadi atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 1996:139).

  Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan dana tentang intensitas mengikuti shalat berjama’ah terhadap sikap pengendalian diri siswa.

  b.

  Metode Dokumentasi Dokumentasi, dari kata asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 1996:148).

  5. Instrumen Penelitian

  Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data.

  Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket yang terdapat dalam lampiran. Angket terdiri dari dua yaitu yang pertama tentang intensitas mengikuti shalat berjama’ah dan yang kedua angket tentang tingkat kedisiplinan siswa.

  Angket shalat berjama’ah digunakan untuk mengetahui intensitas shalat berjama’ah siswa. Indikator keperilakuan yang digunakan adalah keteraturan dalam melaksanakan shalat lima waktu dan perasaan terhad ap mengikuti shalat berjama’ah. Angket tingkat kedisiplinan digunakan untuk mengetahui kedisiplinan siswa. Indikator keperilakuan yang digunakan adalah disiplin waktu, disiplin beribadah dan disiplin diri.

6. Analisis Data a.

  Analisis Awal Analisis awal ini untuk mengetahui intensitas shalat berjama’ah dan deskripsi tingkat kedisiplinan siswa. Teknik analisisnya menggunakan teknik analisis statistik deskriptif adalah sebagai berikut:

  Dalam pengumpulan data tentang intensitas shalat berjama’ah, penulis mendistribusikan angket yang berisi 5 item pertanyaan. Setiap soal terdiri dari tiga alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut: a.

  Alternatif jawaban A memiliki nilai 1 b.

  Alternatif jawaban B memiliki nilai 2 c.

  Alternatif jawaban C memiliki nilai 3 Pada tahap yang kedua yaitu tentang tingkat kedisiplinan siswa data yang ada penulis kelompokkan menurut variabel masing-masing kemudian penulis mencacat hasil angket ke dalam table. Perolehan jawaban angket tersebut kemudian dijumlah dan penulis memperoleh total dari jawaban tersebut sesuai kelompok variabelnya. Pengelompokan data tersebut dilakukan dengan menyusun tabel distribusi frekuensi untuk setiap variabel yang terdapat dalam penelitian.

  Perlu disampaikan di sini bahwa untuk merubah data yang bersifat kualitatif menjadi kuantitatif penulis menggunakan standar skor tertentu (scoring). Angket ini menggunakan item favorable, yaitu dengan ketentuan sebagai berikut: a.

  Jawaban responden SS diberi skor 4 b.

  Jawaban responden Sr diberi skor 3 c. Jawaban responden Kdg diberi skor 2 d.

  Jawaban responden Hmp Tdk Pnh diberi skor 1 b. Analisis Lanjutan

  Teknik analisisnya memakai Product Moment sebagai berikut: ∑ ∑ ∑

  √ ∑ ∑ ∑ ∑ Keterangan: Koefisien korelasi X dan Y

  Perkalian X dan Y X :

  Variabel Intensitas Shalat Berjama’ah Y : Jumlah kuadrat variable y

  Jumlah responden Ʃ : Sigma (Jumlah)

  Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya hipotesis yang telah diajukan berdasarkan analisis hipotesis.

  Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara variabel X dan Y atau diperoleh nilai ha (hipotesis alternatif) dikonsultasikan pada tabel pada taraf 5 % atau 1 %.

H. Sistematika Penulisan

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan masalah,

  hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional dan metode penelitian.

  BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini

  berisi deskripsi pengertian shalat berjama’ah, dasar hokum shalat berjama’ah, hokum shalat berjama’ah, syarat shalat berjama’ah, anjuran shalat berjama’ah, keutamaan shalat berjama’ah, indikator shalat berjama’ah, pengertian kedisiplinan, penanaman atau penegakan kedisiplinan, membangun tradisi disiplin yang kuat, macam-macam disiplin, pembinaan disiplin peserta didik, indikator tingkat kedisiplinan serta hubungan intensitas mengikuti shalat berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan.

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN Bab ini menjelaskan data dan gambaran lokasi penelitian dan hasil dari

  penelitian

  BAB IV ANALISI DATA Bab ini berisi analisis dekriptif, pengujian hipotesis dan pembahasan data dari hasil penelitian. BAB V PENUTUP Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan dari penelitian dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Intensitas Shalat Berjama’ah Kata intens berasal dari Bahasa Inggris yaitu intense yang berarti

  semangat, giat (Echols, 1993). Sedangkan menurut Hazim, intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha. Jadi intensitas secara sederhana dapat dirumuskan sebagai usaha yang dilakukan seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan.

  Shalat memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah. Barang siapa yang melakukan ibadah shalat, berarti dia telah memelihara dan mendirikan agamanya. Barang siapa yang meninggalkan shalat, berarti dia telah meruntuhkan agamanya (Fadlun, 2013:15).

  Begitu pentingnya kedudukan ibadah shalat ini sehingga menjadi kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat yang tidak sedang haid dan nifas, baik dalam keadaan di tempat sendiri maupun sedang dalam perjalanan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Hanya ada dua alasan mengapa seorang boleh meninggalkan shalat, yakni ketika terlupa atau tertidur. Seseorang wajib melakukan shalat yang tertinggal tadi ketika sudah teringat atau sudah terbangun (Fadlun, 2013:17).

  Setiap bentuk ibadah yang disyariatkan oleh Islam mengandung makna yang sangat dalam, baik sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan individu maupun sebagai upaya mewujudkan kehidupan sosial yang lebih baik. Shalat berjama’ah tidak semata-mata wujud bakti seorang hamba kepada Allah, tetapi juga mempunyai makna persatuan untuk meningkatkan solidaritas dan persaudaraan sesama muslim. Oleh karena itu, Rasulullah Saw sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan shalat berjama’ah. Allah memberi kedudukan kepada orang yang shalat berjama’ah sebanyak 27 derajat lebih tinggi daripada shalat munfarid (shalat sendirian) (Fadlun, 2013:84).

1. Pengertian Shalat Berjama’ah

  Secara b ahasa shalat adalah do’a atau pujian. Sedang menurut definisi shalat adalah upacara ritual menghadap Allah Swt Yang Maha Suci, yang harus berlangsung secara hikmat dengan penghayatan penuh dan bermodalkan ikhlas (semata-mata hanya dipersembahkan kepada Allah Swt dan demi mengarapkan Ridha- Nya) dan shalatbukan sekedar gerakan-gerakan dan ucapan lahiriah semata melainkan gerakan dan ucapan lahir dan batin secara serempak (Khalil, 2004:29)

  Menurut Fadlun (2013:84- 85) shalat berjama’ah ialah shalat yang dikerjakan secara bersama- sama. Shalat berjama’ah paling sedikit dikerjakan dua orang, seorang berlaku sebagai imam dan seorang lagi menjadi makmumnya. Pelaksanaannya yaitu bagi yang mengikuti imam wajib berniat menjadi makmum, sedangkan imam tidak wajib (sunnah) berniat menjadi imam.

  Sedangkan menurut Fachrozzy (2001:69) yang dimaksud shalat berjama’ah ialah shalat yang dilakukan oleh orang banyak bersama-sama sekurangnya dua orang, yang fasih bacaannya dan lebih mengerti tentang hukum Islam di pilih menjadi imam. Dia di depan dan lainnya berdiri di belakangnya sebagai makmum.

2. Dasar Hukum Shalat Berjama’ah a.

  Al-Qur’an Firman Allah Swt dalam Al-

  Qur’an surat An-Nisa ayat 102: Artinya:

  “Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu mau hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (Salat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang salat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serekaat, Maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang beum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atas meletakkan

  senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang- orang kafir itu.” (Depag RI, 2005:95)

  Menurut para ahli tafsir dan fikih, ayat ini mengandung perintah untuk mendirikan shalat berjama’ah dalam keadaan takut di medan perang. Kalau dalam keadaan perang diperintahkan untuk mendirikan shalat berjama’ah, tentu lebih diperintahkan lagi mendirikannya dalam keadaan aman.

  Dengan demikian, seorang muslim tidak boleh meninggalkan shalat berjama’ah kecuali ada uzur atau halangan.

  b.

  Hadits Artinya:

  “Dari Abdullah bin Umar, bahwasanya Rasulullah Saw pernah bersabda: “Shalat berjama‟ah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan 27 derajat” (HR. Bukhari dan Muslim no. 650 dan no.

  249) Hadits di atas menerangkan bahwa shalat berjama’ah lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian.

  Berdasarkan ayat dan hadits di atas, ulama sepakat mengatakan bahwa shalat berjama’ah disyariatkan dan lebih utama dari shalat sendirian.

  3. Hukum Shalat Berjama’ah

  Mengenai hukum shalat berjama’ah, terjadi ikhtilaf diantara para ulama. Khusus mengenai shalat jum’at, semua ulama sepakat bahwa berjama’ah hukumnya adalah fardhu „ain. Yang diperselisihkan adalah jama’ah dalam shalat-shalat fardhu lainnya (Aunullah, 2008:191).

  Ulama madzhab Hanafi dan madzhab Maliki berpandangan bahwa hukum shalat berjama’ah dalam shalat fardhu selain shalat jum’at adalah sunnah muakkad bagi laki-laki yang balig, berakal, merdeka, dan mampu menghadirinya tanpa kesulitan yang sangat.

  Adapun ma dzhab Syafi’i menyatakan bahwa shalat berjama’ah adalah fardhu kifayah bagi laki-laki yang balig, merdeka dan bukan musafir. Dengan demikian, dalam suatu kawasan harus didirikan setidaknya satu shalat berjama’ah di tempat umum seperti masjid sehingga tampak adanya syiar (tanda aktivitas keagamaan) Islam.

  Sementara itu, Mazhab Hambali berpendapat bahwa berjama’ah dalam shalat fardhu hukumnya adalah fardhu

  „ain bagi orang yang

  tidak memiliki uzur. Namun demikian, berjama’ah bukanlah syarat sahnya shalat (Aunulah, 2008:192).

  4. Syarat Shalat Berjama’ah

  Shalat berjama’ah dapat dilakukan untuk laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan atau laki-laki dengan perempuan. Untuk menertibkan jama’ah, harus diusahakan meluruskan shafnya karena kelurusan shaf menjadi kesempurnaan shalat berjama’ah. Shaf di belakang imam hendaknya diisi oleh orang dewasa (bukan anak kecil) agar lebih tertib (Fadlun, 2013:85).

  Imam dan makmum adalah sebutan bagi orang mukmin yang mengerjakan shalat secara berjama’ah. Shalat yang dilakukan secara bersama-sama membutuhkan tata aturan, supaya pelaksanaan sesuai dengan ajaran Islam. Umat Islam wajib mengambil hukum ibadah sesuai dengan Al-

  Qur’an dan Hadits yang shahih. Sabda Rasulullah Saw “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (Zainu, 1998:66).

  Amal ibadah menjadi sah dan tertib jika didasarkan pada perintah ajaran dalam Islam dan sesuai tata tertib, sehingga di harapkan tujuan dan makna ibadah tersebut dapat dicapai, maka tata ter tib mendirikan jama’ah harus diketahui, baik tata tertib sebagai imam dan makmum. Tata tertib shalat jama’ah menyangkut sifat imam, adab imam dan sikap makmum.

  a.

  Syarat-syarat Imam Seseorang boleh dijadikan imam jika memiliki syarat- syarat sebagi berikut:

  1) Islam Orang kafir tidak sah menjadi imam, karena shalatnya tidak sah.

  2) Berakal

  Orang gila tidak sah menjadi imam, karena shalatnya sendiri tidak sah.

  3) Baligh

  Jumhur ulama’ berpendapat bahwa anak kecil termasuk yang sudah mumazis tidak sah menjadi imam bagi orang yang telah baligh. 4)

  Laki-laki sejati bagi makmum laki-laki dan banci Wanita tidak sah menjadi imam bagi makmum laki-laki dan banci.

  5) Suci dari hadas dan najis

  Orang yang berhadas atau terkena najis tidak boleh menjadi imam.

  6) Menguasai rukun dan bacaan shalat dengan baik

  Jumhur ulama’ berpendapat bahwa orang yang tidak pandai membaca al-fatihah dan rukun bacaan lainnya tidak sah menjadi imam

7) Orang yang adil (Nurkholis, 1995:27).

  b.

  Syarat-syarat makmum

  Makmum adalah orang yang mengikuti imam dalam shalat. Makmum dalam shalat berjama’ah hendaknya memiliki perasaan senang dan ikhlas kepada imam (Fadlun, 2013:86).

  Makmum terbagi menjadi dua, yaitu makmum

  

muwaffiq dan makmum masbuq. Makmum muwaffiq yaitu

  orang yang cukup untuk membaca Al-Fatihah bersama imam, sedangkan makmum masbuq yaitu orang yang tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk membaca Al- Fatihah beserta imam (Abdurrahman & Bakhri, 2006:148).

  Berikut ini adalah beberapa syarat sah menjadi makmum dan mendapatkan pahala saat shalat berjama’ah, yaitu: 1) Niat mengikuti imam. 2) Mengikuti gerakan imam. 3)

  Mengetahui segala yang dikerjakan imam baik melihat langsung maupun sebagian shaf yang melihat imam, mendengar suara imam, atau suara pengeras suara imam.

  4) Shalat makmum yang sesuai dengan dengan shalat imam.

  5) Imam dan makmum harus berada di satu tempat.

  6) Makmum tidak boleh bertentangan dengan imam dalam aktifitas sunnah, seperti bila imam mengerjakan sujud tilawah, maka makmum wajib mengerjakannya.

  7) Posisi makmum tidak lebih ke depan dari posisi imam. 8) Shalatnya imam sah menurut keyakinan makmum. 9)

  Tidak bermakmum kepada orang yang berkewajiban mengulangi sahalat, seperti orang yang bertayamum karena dingin, atau bertayamum karena tidak ada air di tempat yang biasa ada air.

  10) Imam bukan orang yang ikut (makmum). 11)

  Orang laki-laki tidak boleh bermakmum kepada perempuan atau orang banci. Orang banci juga tidak boleh bermakmum kepada orang perempuan. (Syaiful & Bakhri, 2006:145-146).

5. Anjuran dalam Shalat Berjama’ah

  Berikut ini adalah beberapa anjuran dalam melaksanakan shalat berjama’ah: a.

  Mandi Mandi adalah salah satu hal yang dianjurkan sebelum melaksanakan shalat berjama’ah. Hal ini bertujuan agar shalat yang dikerjakan bisa khusyuk dan tidak menganggu jama’ah yang lainnya akibat bau keringat dari tubuh kita. Selain itu, mandi juga bisa membuat tubuh menjadi bersih dari berbagai kotoran dan najis (Musbikin, 2007:100).

  b.

  Menggosok gigi Menggosok gigi atau membersihkan mulut adalah anjuran bagi siapa saja yang hendak melaksanakan shalat berjama’ah, sebab bila mulut tidak dibersihkan dan berbau menyengat, maka dapat menganggu konsentrasi shalat, baik dirinya sendiri maupun jama’ah yang lainnya (Musbikin, 2007:115).

  c.

  Memakai pakaian yang sebaik-baiknya Allah Swt memerintahkan kepada setiap orang yang ingin melaksanakan shalat agar memakai pakaian yang sebaik-baiknya. Tujuan utama orang yang akan melaksanakan shalat adalah untuk menghadap Allah Swt.

  Oleh sebab itu, tidaklah pantas bila seseorang menghadap Allah Swt dengan menggunakan pakaian yang tidak baik atau tidak bersih (Musbikin, 2007:137).

  d.

  Memakai harum-haruman Memakai harum- haruman dalam shalat berjama’ah diharapkan bisa mempengaruhi jiwa, sehingga menghantarkan seorang untuk menggapai kekhusyukan.

  Sebab dengan bau harum, akan bisa menghilangkan bau keringat yang tak jarang bisa menganggu jama’ah lain (Musbikin, 2007:139).

  e.

  Menjaga kesopanan Shalat berjama’a adalah shalat yang dilakukan lebih dari satu orang. Karena itu agar yang dilakukan bisa menghantarkan pada kesempurnaan dan kekhusyukan, maka antara jama’ah yang satu dengan yang lain harus terjalin hubungan yang baik, salah satu caranya adalah dengan menjaga kesopanan (Musbikin, 2007:153).

  f.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TUMIJAJAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 8 61

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN SISWA DAN PERSEPSI SISWA TENTANG CARA MENGAJAR GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KECAMATAN WONOSARI GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 20132014

0 1 8

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SHALAT FARDHU MELALUI JAMAAH SHALAT DZUHUR PADA SISWA KELAS VI SD KALIBEJITUNTANG SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008 - Test Repository

0 0 87

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA MIN KECANDRAN SALATIGA TAHUN 20082009

0 7 193

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA MIN KECANDRAN SALATIGA TAHUN 20082009

0 0 91

PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI AKTIVITAS KEPRAMUKAAN TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA SD BUGEL 0 2 KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA

0 3 106

PENGARUH BIMBINGAN KEAGAMAAN TERHADAP INTENSITAS IBADAH SHALAT FARDHU SISWA SMP NEGERI 2 TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN 2014 - Test Repository

0 0 98

HUBUNGAN PERSEPSI SANTRI TENTANG KEWIBAWAAN KYAI DAN TINGKAT KEDISIPLIN PENGURUS DENGAN INTENSITAS SHALAT BERJAMA’AH SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN SUNAN GIRI KOTA SALATIGA TAHUN 20152016 SKRIPSI

0 4 135

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN BERIBADAH DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20162017

0 1 99

HUBUNGAN INTENSITAS MENGIKUTI SHOLAT DHUHA BERJAMA’AH DENGAN KEDISIPLINAN MENTAATI TATA TERTIB SEKOLAH PADA KELAS IX MTS NU SALATIGA TAHUN AJARAN 2017/2018 - Test Repository

0 0 130