KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA (KAJIAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM) SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA (KAJIAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN

  ISLAM) SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: ERYN FEBRIANA NIM. 111-12-055 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

  Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si Dosen IAIN Salatiga

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Eryn Febriana NIM : 111-12-055 Judul : “KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA

  (KAJIAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN

  ISLAM)”

  Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, 1 Januari 2017 Pembimbing,

  Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si NIP.196608141991032003

KEMENTERIAN AGAMA RI

  Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Websit

  

SKRIPSI

“KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA (KAJIAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM)”

  Oleh:

  

ERYN FEBRIANA

NIM. 111-12-055

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut

  Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 6 Januari 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd).

  Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Suwardi, M. Pd Sekretaris Penguji : Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si Penguji I : Imam Mas Arum, M. Pd Penguji II : Prof. Dr. Mansur. M. Ag

  Salatiga, 20 Februari 2017 Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga,

  Suwardi, M.Pd NIP. 19670121 199903 10002

  

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN

PUBLIKASI

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Eryn Febriana Nomor Induk Mahasiswa : 111-12-055 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Dan saya menyatakan kesediaan apabila skripsi ini dipublikasikan.

  Salatiga, 20 Februari 2017 Penulis,

  Eryn Febriana NIM. 111-12-055

  

MOTTO

“Perfectness is the first thing i always think when i do a job.”

  

(Kesempurnaan adalah hal pertama yang selalu saya pikirkan

ketika saya melakukan suatu pekerjaan)

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah ‘ala kulli hal , atas limpahan kasih sayang Sang Maha

Rahmaan dan Rahiim yang telah mengantarkan penulis pada kesempatan

  istimewa ini. Penulis persembahkan karya kecil ini sebagai kado bukti keseriusan kepada orang-orang terkasih yang Allah titipkan untuk mendampingi hingga penghujung awal perjuangan.

  1. Terimakasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, sang pemberi kasih tak berkesudahan. Semoga Allah memberikan balasan setimpal Surga Firdaus kepadanya.

  2. Adik kandungku, Aditya Dwi Laksana, yang telah memberikan pelajaran berharga dalam hidup.

  3. Embah Kakung dan Embah Putri, terimakasih atas dekapan kasih sayangnya yang tulus.

  4. Ponakan-ponakan kecilku, yang selalu memberikan warna-warni keceriaan setiap harinya.

  5. Segenap keluarga besar, yang senantiasa mendukung dalam setiap langkah.

  6. Seluruh anggota Lembaga Dakwah Kampus (LDK) “Fathir Ar-Rasyid” IAIN Salatiga. Semoga ukhuwah yang telah terjalin erat menjadi washilah untuk mengantarkan ke SurgaNya kelak.

  7. Teman-teman Kelas PAI B serta seluruh teman-teman PAI Angkatan 2012

  IAIN Salatiga. Kebersamaan yang terajut telah menciptakan canda, tawa, tangis, bahagia, dan sejuta pengalaman yang terukir dalam bingkai kenangan manis.

KATA PENGANTAR

  Dengan menyebut asmaa Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji syukur hanya layak dan pantas dipersembahkan kepada Sang Pemilik Keagungan, Allah swt. Atas takdirNyalah, dijadikannya manusia sebagai “akhsani taqwiim” , yang senantiasa berfikir, berilmu dan beriman.

  Lantunan shalawat serta salam terhaturkan kepada Nabi akhir zaman, Nabi penyampai mau’idzah khasanah, Nabi penyempurna akhlak manusia, Dialah Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa salam. Atas wahyu yang Ia sampaikan kepada umatnya, telah mengantarkan manusia pada ketaqwaan kepada Allah swt.

  Skripsi ini terselesaikan bukan atas jerih payah penulis sendiri, melainkan atas bantuan dan kebaikan dari orang-orang hebat. Maka dari itu, atas bimbingan dan arahannya, penulis ucapkan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga.

  4. Ibu Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak Jaka Siswanta, M. Pd., selaku dosen pembimbing akademik.

  6. Bapak/Ibu dosen IAIN Salatiga, yang telah mendidik, mengarahkan dan memotivasi dari awal hingga akhir perkuliahan.

  7. Segenap civitas akademika IAIN Salatiga, dan seluruh pihak yang telah membantu hingga skipsi ini selesai.

  Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Saran dan kritik konstruktif sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini. Jazaakumullah akhsanal jazaa’.

  Salatiga, 20 Februari 2017 Penulis,

  Eryn Febriana NIM. 111-12-055

  ABSTRAK

Febriana, Eryn. 2017 . ”Konsep Pendidikan Seksual bagi Remaja (Kajian

dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si.

  Kata Kunci: Pendidikan Seksual, Remaja, Pendidikan Islam.

  Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan eksplorasi lebih lanjut tentang problem dinamika perkembangan seksual remaja. Remaja banyak terjerumus dalam perilaku seksual menyimpang. Hal ini disebabkan minimnya pengetahuan mengenai pendidikan seksual secara umum dan khususnya pendidikan seksual sesuai syari’at Islam.

  Penulis menggunakan jenis penelitian library research atau penelitian kepustakaan untuk memperoleh data ilmiah. Metode ini digunakan untuk mencari data melalui sumber utama hukum Islam yaitu al-Qur’an dan hadits serta buku, jurnal, majalah, artikel, surat kabar terkait pendidikan seksual secara umum dan pendidikan seksual dalam perspektif Islam sebagai pelengkapnya.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam konsep pendidikan seksual perspektif pendidikan Islam terdapat etika dan kaidah yang lebih menyeluruh dan terperinci dibandingkan konsep umum, meliputi kebersihan dan kesehatan tubuh, akil baligh, pemahaman tentang mahram, aurat dan adab berpakaian, pergaulan sesama jenis dan lawan jenis, adab tidur dan bercengkrama dengan keluarga, etika bergaul dengan lawan jenis dan anjuran mengelola dorongan seksual. Pendidikan seksual perspektif Islam menekankan sisi moral kesantunan sebagai upaya mengembalikan fitrah manusia.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

NOTA PEMBIMBING ........................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI .. iv

MOTTO ................................................................................................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6 D. Penegasan Istilah ........................................................................................ 7 E. Hasil Penelitian Terdahulu ......................................................................... 9 F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11 G. Metode Penelitian....................................................................................... 12 H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 14

x

  BAB II DESKRIPSI UMUM PENDIDIKAN SEKSUAL A. Pengertian Pendidikan Seksual .................................................................. 16 B. Tujuan Pendidikan Seksual ........................................................................ 19 C. Materi Pendidikan Seksual ......................................................................... 20 D. Metode Pendidikan Seksual ....................................................................... 31 BAB III REMAJA DAN DINAMIKA PERKEMBANGAN SEKSUALNYA A. Pengertian Remaja ..................................................................................... 34 B. Karakteristik Remaja .................................................................................. 35 C. Perkembangan Remaja ............................................................................... 37 D. Tugas Perkembangan Remaja .................................................................... 42 E. Dinamika Perkembangan Seksual Remaja ................................................ 45 F. Penyimpangan Seksual............................................................................... 50 G. Fenomena Pacaran pada Remaja ................................................................ 56 BAB IV PENDIDIKAN SEKSUAL DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ......... 60 B. Dasar Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ................. 62 C. Prinsip Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ............... 67 D. Tujuan Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ............... 68 E. Materi Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ................ 72 F. Metode Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam .............. 87

xi

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................ 89 B. Saran .......................................................................................................... 91 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Lembar Konsultasi Skripsi 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Surat Keterangan Kegiatan (SKK) 4. Daftar Riwayat Hidup

  xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbincangan mengenai seksual bagi orang awam masing dianggap sebagai sesuatu yang tabu, terlebih bila dibicarakan di kalangan remaja. Seksual merupakan bagian integral dalam kehidupan manusia. Tidak

  hanya berhubungan dengan reproduksi, seksual juga berkaitan dengan masalah kebiasaan atau adat istiadat, agama, seni, moral dan hukum.

  Kenyataan dalam masyarakat muslim menunjukkan, bahwa sebagian cenderung menolak membicarakan persoalan seksual, namun hal tersebut tidak dapat menghindari keingintahuannya tentang seksual, khususnya remaja. Sebab, bagaimanapun juga persoalan seksual adalah alami. Relatif banyak kaum remaja yang pada akhirnya memenuhi keingintahuannya tentang seksual melalui media internet yang sering kali tanpa sensor hingga budaya vulgar dibelahan dunia barat terkadang dipahami dan diadopsi secara apa adanya. Padahal, watak sosiologis suatu kebudayaan tertentu manakala diterapkan, mempunyai implikasi signifikan bagi kehidupan lainnya.

  Masa remaja merupakan suatu masa di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada masa tersebut ia sudah tidak tampak sebagai kanak-kanak, namun juga belum tampak sebagai orang dewasa, baik jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Dalam ranah kognitif, kapasitas remaja untuk mengambil keputusan sering kali masih dalam masa pertumbuhan dan dalam situasi rangsangan yang tinggi. Di samping itu, perilaku seksual di kalangan remaja mungkin terjadi dalam konteks- konteks yang beresiko, yang dilakukan tanpa pertimbangan yang baik, atau benar-benar berbahaya.

  Pengetahuan seksual remaja pada umumnya diperoleh dari pergaulan teman sebaya, atau dari bacaan-bacaan yang mengungkapkan masalah tersebut. Dari teman sebayanya yang sering memperbincangkan lelucon yang cenderung kotor, sehingga tak jarang akan menimbulkan sesuatu yang bersifat negatif.

  Pemahaman remaja tentang seksual sering kali kurang memadai, orang sekitar terutamanya orang tua, kurang membantu menunjang pemahaman terhadap masalah seksual remaja. Demikian pula di sekolah, lembaga pendidikan formal juga kurang memberikan pendidikan seksual secara memadai bagi remaja di Indonesia termasuk di beberapa negara barat.

  Alasan yang dijadikan dasar untuk menyelenggarakan pendidikan seksual adalah banyaknya kasus kehamilan dan melahirkan di usia muda.

  Kerana hamil dan melahirkan pada usia muda memiliki resiko tinggi (tidak sehat atau mati), maka perlu dicegah. Cara untuk mencegahnya adalah dengan mendidiknya, maka dipilihlah pendidikan seksual untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang masalah seksual guna menghindari perilaku seksual menyimpang. Namun kenyataan yang ada saat ini pendidikan seksual belum terselenggara secara baik dan tepat.

  Akibarnya, perilaku seks bebas remaja yang masif dan terjadi di manapun saat ini sudah sangat berbahaya.

  Hasil penelitian yang ada di Indonesia, tepatnya di kota Semarang dengan jumlah kasus AIDS terbesar di Jawa Tengah yaitu sampai dengan tanggal 30 September 2011, ditemukan kasus AIDS sebanyak 195 dan HIV sebanyak 769 kasus. Kasus ini meningkat drastis, karena pada tahun sebelumnya jumlah kasus AIDS hanya 111 kasus, dan HIV sebanyak 491 kasus. Fenomena kasus HIV/AIDS adalah seperti gunung es, sehingga diperkirakan jumlah penderita ini akan terus bertambah sejalan dengan perilaku beresiko yang dilakukan oleh masyarakat seperti perilaku seksual, penggunaan Napza suntik, dan sebagainya.

  Penelitian lain yang dilakukan oleh Unnes Sex Care Community

  

(USeCC) suatu organisasi mahasiswa peduli kesehatan reproduksi remaja

  pada tahun 2009, menyebutkan bahwa kebiasaan pacaran mahasiswa disebuah Universitas di Semarang dilakukan dengan aktivitas kissing 43%,

  

necking 17%, petting 15%, dan sebanyak 5% mengaku pernah melakukan

intercourse (hubungan seksual) sebelum menikah (Azinar, 2013: 154-

  155).

  Berdasarkan norma yang ada di barat, hubungan seksual di luar pernikahan dianggap biasa terjadi, karena diyakini bahwa yang terpenting dalam melakukan hubungan seksual adalah sehat. Upaya yang biasa dilakukan adalah dengan memakai alat kontrasepsi agar tidak terjadi kehamilan dan sebagai alasan kesehatan. Pendidikan seksual secara secara umum hanya mengajarkan tentang bagaimana upaya menjalin relasi yang sehat antar lawan jenis.

  Hal tersebut sangat bertentangan dengan norma-norma Islam, seperti yang ada di Indonesia, sebagai mayoritas penganut agama Islam.

  Islam mengajarkan bahwa zina merupakan perbuatan keji yang dilarang sama sekali. Mendekati saja tidak diperbolehkan, apalagi sampai melakukannya. Salah satu hal yang dapat mendekatkan seseorang pada perbuatan zina adalah pacaran, yang justru tengah menjadi fenomena di kalangan remaja saat ini.

  Dari berbagai penelitian tersebut, dapat dilihat sumber yang menjadikan maraknya seks bebas di kalangan remaja adalah karena tidak adanya norma-norma kesantunan yang diterapkan. Misalnya seperti pergaulan antar lawan jenis, hal sederhana ini banyak sekali hikmah dan manfaatnya, karena jika dapat diterapkan dengan baik akan menjadi benteng terjadinya zina. Islam melarang untuk menyalurkan hasrat seksualnya dengan perbuatan tercela. Selanjutnya, untuk melakukan hubungan seksual secara sah, seorang muslim harus sudah dalam ikatan pernikahan.

  Oleh karena itu, penting adanya menjadikan pendidikan seksual sesuai ajaran Islam karena agama Islam adalah salah satu agama yang mengajarkan kesantunan dalam mempelajari pengetahuan apapun, terlebih soal seksual. Banyaknya informasi tentang seksual oleh remaja muslim yang demikian apa adanya, mendorong pendidikan dalam dunia Islam untuk merumuskan pendidikan seksual, dengan demikian diharapakan mereka mampu membedakan dengan jelas dan tegas, mana pendidikan seksual yang mencakup nilai-nilai Islam dengan pendidikan seksual secara umum dan terkadang cenderung menafikan kaidah kesantunan yang ada dalam nilai-nilai ajaran agama Islam. QS. Al-Mu’minuun: 12-13

                

Artinya:”Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu

saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).”

  Surah Al-Mu’minuun ayat 12-13 menjelaskan tentang asal mula kejadian diciptakannya manusia. Manusia diciptakan dari sari pati (tanah), kemudian disimpan di tempat yang kokoh yaitu rahim seorang ibu. QS. Al-Israa’: 32

           

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu

adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”

  Surah Al-Israa’ ayat 32 menjadi gambaran jelas bahwa seorang manusia dilarang mendekati perbuatan zina. Karena sesungguhnya zina merupakan perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk. Pelarangan zina tentu akan meninggalkan hikmah yang sangat agung.

  Islam adalah adalah agama yang universal yang mengatur segala sesuatu secara rinci dan berlaku untuk semua umatnya, dengan maksud memberikan tuntunan ke jalan yang benar. Segala persoalan yang dialami manusia dikembalikan kepada ajaran Islam. Demikian masalah seksual.

  Islam sudah mengatur sedemikian rupa sejak seribu empat ratus tahun yang lalu. Islam juga memberikan konsep bagaimana cara mengendalikan dorongan seksual, yaitu dengan menikah, namun bila belum mampu dianjurkan untuk berpuasa.

  Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkajinya dengan mengambil judul “KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA (KAJIAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM).” B.

   Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana konsep pendidikan seksual secara umum? 2. Bagaimana dinamika perkembangan seksual remaja? 3. Bagaimana konsep pendidikan seksual bagi remaja dalam perspektif pendidikan Islam?

C. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui konsep pendidikan seksual secara umum.

  2. Untuk mengetahui dinamika perkembangan seksual remaja.

  3. Untuk mengetahui konsep pendidikan seksual bagi remaja dalam perspektif pendidikan Islam.

D. Penegasan Istilah 1.

  Konsep Pendidikan Seksual Pendidikan seksual secara umum merupakan upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis dan psikososial sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan manusia.

  Menurut Hurlock (1996), pendidikan seksual penting untuk remaja dikarenakan untuk memupuk konsep tentang peran laki-laki dan perempuan yang sesungguhnya.

  Teori pendidikan seksual menjelaskan tujuan yang dipakai dalam penyelenggaraan pendidikan seksual, disajikan pula berbagai metode pendidikan seksual yang dapat dipakai seorang guru, psikolog, atau orang tua dalam mendidik anak, serta materi pendidikan seksual seperti pubertas pada remaja, perkembangan dan pertumbuhan remaja, kontrasepsi, sistem reproduksi pada manusia, menstruasi dan mimpi basah, penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, dan lain sebagainya.

  Teori-teori tersebut disampaikan guna membekali pengetahuan seksual pada remaja dan sebagai perlindungan terhadap perilaku seksual menyimpang serta berbagai akibat yang akan muncul.

2. Perkembangan Seksual Remaja

  Menurut Fathurrofiq (2014: 63), perkembangan merupakan suatu perubahan yang bersifat kualitatif. Sedangkan, seksual remaja berhubungan dengan anatomi tubuh atau fisiologi yang ada pada diri remaja.

  Perkembangan remaja meliputi berbagai aspek, diantaranya adalah aspek perkembangan kepribadian, identitas diri, sosial, kognitif, moral, seksual, dan sebagainya. Pada perkembangan seksual, masa remaja diawali masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan- perubahan fisik yang meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh serta fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual) (Desmita, 2010: 193).

  Menurut Hurlock (1996: 230), remaja pada perkembangannya mulai belajar memainkan peran seksual sesuai tugas perkembangan yang dilalui pada tahap tersebut. Remaja mulai belajar menjalin relasi dengan lawan jenis, tugas perkembangan ini dirasa lebih sulit bagi remaja perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

3. Perspektif Pendidikan Islam

  Secara sederhana perspektif berarti cara pandang terhadap sesuatu. Islam adalah agama Allah. Agama artinya jalan. Agama Allah berarti jalan menuju kepada-Nya dan bersumber pada-Nya (Zuhairini, 1998: 35).

  Pendidikan merupakan proses transfer ilmu pengetahuan, yang umumnya dilakukan dengan lisan, tulisan/gambar, dan perbuatan (perilaku/sikap). Pendidikan juga diartikan sebagai sega usaha yang dilakukan untuk mengarahkan manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya (Muchtar, 2008: 14).

  Pendidikan seksual dalam perspektif pendidikan Islam mengajarkan manusia untuk menjaga kemaluannya, salah satunya dengan tidak sedikitpun mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (Al-Israa: 32). Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan etika bergaul dengan lawan jenis, menutup aurat, menundukkan pandangan, cara tersebut merupakan langkah awal untuk menghindari terjadinya zina mata yang berujung pada zina yang sesungguhnya.

  Pendidikan seksual secara umum merupakan penerangan atau pengajaran berkaitan dengan upaya menjaga dan merawat organ reproduksi dengan baik agar terhindar dari jenis penyakit seksual serta mengajarkan tentang bagaimana upaya menjalin relasi yang sehat antar lawan jenis. Pendidikan seksual secara umum hanya mengajarkan cara-cara sehat berkaitan dengan kehidupan seksual.

  Berbeda dengan pendidikan seksual perspektif Islam yang menekankan sisi moral kesantunan sebagai upaya mengembalikan

  fithrah manusia.

E. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian tentang pendidikan seksual telah dilakukan sebelumnya.

  Penelitian ini sebagai lanjutan atas penelitian sebelumnya. Pada penelitian Masikun (2007), dengan judul Pendidikan Seksual bagi Remaja dalam

  Kajian Pendidikan Islam, pembahasan pendidikan seksual ditinjau dari kacamata pendidikan Islam. Deskripsi umum pendidikan seksual dan pendidikan seksual dalam Islam dibahas secara bersama-sama. Pada bab ke empat, pembahasan analisis pendidikan seksual direlevansikan dengan pendidikan Islam. Selanjutnya ditemukan korelasi antara keduanya, yaitu pendidikan seksual yang ada harus mengacu pada pendidikan Islam.

  Penelitian selanjutnya oleh Hafidoh (2007) deskripsi pendidikan seksual ditinjau dari kitab Uqudulujain karya Syekh Muhammad bin Umar Nawawi yang memaparkan sekilas tentang kitab Uqudulujain dan muatan pendidikan seksual di dalamnya. Inti dari pembahasan pendidikan seksual dalam penelitian tersebut mengacu pada aplikasi dalam kehidupan berumah tangga ditinjau dari kitab Uqudulujain, pada bab berikutnya pembahasan dikaitkan dengan bagaimana Islam mengatur mengenai pendidikan seksual.

  Penelitian Saputri (2009) membahas mengenai pendidikan seksual bagi remaja dalam perspektif pendidikan Islam. Tinjauan pada penelitian hampir sama dengan penelitian Masikun (2007). Pada bab ketiga, penelitian difokuskan pada deskripsi perkembangan remaja.

  Sedangkan, pada penelitian pembahasan ini pendidikan seksual secara umum dan pendidikan seksual dalam Islam dibahas secara terpisah, dikarenakan keduanya memiliki ruang lingkup yang berbeda. Deskripsi perkembangan seksual remaja dibahas lebih luas dan kekinian, karena dilengkapi dengan pembahasan mengenai fenomena pacaran pada remaja dan hasil penelitian beberapa tahun terakhir tentang penyimpangan- penyimpangan seksual yang erat kaitannya dengan perilaku seks bebas remaja masa kini. Pada bab keempat, pendidikan seksual dalam Islam dibahas secara terperinci dan mendalam yang diperkuat dengan dasar pendidikan seksual sesuai al-Qur’an dan Hadits.

  Pendidikan seksual telah menjadi aspek penting dalam pendidikan Islam. Pendidikan seksual yang ada seharusnya mengacu pada pendidikan seksual dalam Islam. Pendidikan seksual sesuai syari’at Islam diharapkan dapat membekali kehidupan remaja di masa depan menjadi pribadi yang bermoral.

F. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta sumbangan bagi pengembangan dalam dunia pendidikan Islam umumnya, khususnya bagi remaja untuk memperkaya khasanah pendidikan seksual sesuai syariat Islam.

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi Remaja Penelitian ini diharapkan dapat menggugah kesadaran remaja tentang pentingnya mendapatkan pengetahuan seksual secara lengkap agar dapat berupaya menjadi makhluk sosial yang baik. b.

  Bagi Orang tua Bagi orang tua, diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam menanamkan pendidikan seksual pada anaknya, sehingga tercipta generasi yang sehat dan produktif.

  c.

  Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat meluruskan persepsi masyarakat yang masih menganggap seksual sebagai sesuatu yang tabu menjadi sebuah pengetahuan yang penting untuk dipelajari.

G. Metode Penelitian

  Pengumpulan data dan informasi bersumber pada al-Qur’an dan hadits serta bermacam-macam material yang terdapat di perpustakaan, baik berupa buku-buku yang berhubungan dengan pendidikan, agama Islam, pendidikan seksual dan bacaan-bacaan lain yang dapat digunakan sebagai pelengkap.

1. Jenis Penelitian

  Data ilmiah dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan jenis penelitian Library research atau Penelitian kepustakaan, metode ini digunakan untuk mencari data dengan buku dan tulisan terkait lainnya yang menjadi sumber dalam penyusunan tulisan ini.

  Tujuan dari jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang mengungkapakan gejala secara menyeluruh melalui pengumpulan data mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Data-data mengenai hasil penelitian mengenai fakta perilaku menyimpang pada remaja masa kini menjadi fokusnya.

  Penulis berusaha memahami beragam perilaku seksual di kalangan remaja yang dipaparkan dalam berbagai penelitian terdahulu maupun terbaru, serta menganalisisnya berdasarkan teori yang ada.

  2. Sumber Data Sumber data kepustakaan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu berbagai literatur yang berhubungan serta relevan dengan objek penelitian. Penulis mengambil sumber data yang berasal dari al-Qur’an dan hadits serta kumpulan berbagai artikel, buku dan internet yang berkaitan dengan seksual remaja demi memperkaya kajian dan analisis.

  3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini, digunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal- hal atau variabel, berupa buku, catatan, surat kabar, majalah dan lain sebagainya. Data-data yang telah dikumpulkan, selanjutnya dideskripsikan secara komprehensif (Hikmat, 2011).

  Penulis mengumpulkan beragam jenis dokumen, seperti artikel, surat kabar, jurnal yang berisi hasil penelitian kasus perilaku seksual remaja, buku terkait teori pendidikan seksual secara umum, dan buku- buku lain tentang pendidikan seksual dalam Islam pada khususnya.

4. Analisis Data

  Metode yang digunakan dalam analisis data kulitatif untuk membahas sekaligus sebagai kerangka berfikir pada penelitian ini adalah metode Analisis deskriptif, yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun data, kemudian dianalisis dan interpretasi atau penafsiran terhadap data-data tersebut.

  Penulis berusaha menganalisis susunan data yang telah terkumpul secara menyeluruh, sekaligus menafsirkan data-data tersebut.

H. Sistematika Penulisan

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II DESKRIPSI UMUM PENDIDIKAN SEKSUAL Bab ini berisi teori pendidikan seksual secara umum, seperti pengertian pendidikan seksual, tujuan pendidikan seksual, materi pendidikan seksual, dan metode pendidikan seksual.

  BAB III REMAJA DAN DINAMIKA PERKEMBANGAN SEKSUALNYA Bab ini berisi pengertian remaja, perkembangan remaja, tugas perkembangan remaja, dinamika perkembangan seksual remaja yang berisi fakta-fakta problema seksual remaja masa kini seperti hasil penemuan data tentang penyimpangan seksual remaja. Serta bentuk-bentuk penyimpangan seksual dan cara pencegahan perilaku menyimpang seksual pada remaja, dan fenomena pacaran pada remaja.

  BAB IV PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Bab ini berisi pengertian pendidikan seksual dalam perspektif pendidikan Islam, tujuan pendidikan seksual dalam perspektif pendidikan Islam, prinsip pendidikan seksual dalam perspektif pendidikan Islam, materi pendidikan seksual dalam perspektif pendidikan Islam dan metode pendidikan seksual dalam perspektif pendidikan Islam.

  BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

BAB II DESKRIPSI UMUM PENDIDIKAN SEKSUAL A. Pengertian Pendidikan Seksual Menurut Dariyo (2004: 87), kata seks berati jenis kelamin, segala

  sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin disebut dengan seksualitas.

  Menurut Gunarsa (2012: 63), istilah umum seksualitas sering disamakan dengan seks. Seksualitas memiliki arti yang lebih luas, seksualitas tidak hanya berkaitan dengan jenis kelamin saja, namun berkaitan dengan perbedaan segi psikis, biologis dan fisiologis yang menandakan ciri khusus laki-laki dan perempuan.

  Menurut Depkes RI (2002) dalam Marmi (2014: 344), seksualitas adalah karakteristik biologis-anatomisal (khususnya sistem reproduksi dan hormonal) diikuti dengan karakteristik fisiologis tubuh yang menentukan seseorang disebut laki-laki atau perempuan.

  Sedangkan, menurut Sulistyo (1977: 19) sexual instruction adalah penerangan mengenai anatomi dan biologi dari reproduksi, termasuk pembinaan keluarga dan metode-metode kontrasepsi. Sedangkan

  education in sexuality meliputi bidang-bidang etik, moral fisiologi,

  ekonomi dan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang dibutuhkan seseorang untuk dapat memahami dirinya sendiri sebagai individu, serta untuk mengadakan hubungan interpersonal yang baik.

  Menurut Sarwono (1997), pendidikan seksual merupakan pengajaran yang berhubungan dengan perilaku seksual, perkawinan, psikososial masyarakat, aspek-aspek kesehatan seksual, perkembangan seksual, serta sistem reproduksi pada manusia. Pendidikan seksual juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seksual, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang akan muncul, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, serta depresi sebagai dampak psikologisnya.

  Pendidikan seksual meliputi bidang-bidang sebagai berikut: 1. Biologi dan fisiologi, mengenai fungsi reproduksi.

  2. Etik, yang menyangkut kebahagiaan seseorang.

  3. Moral, yaitu menjalin relasi dengan orang lain misalnya dengan parternya atau anak-anaknya.

  4. Sosiologi, yaitu mengenai pembentukan keluarga.

  Sex Instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan

promiscuity (seks menyimpang) serta hubungan-hubungan seksual yang

  tidak bertanggung jawab. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rusia dan Swedia, pendidikan seksual berkaitan dengan tanggung jawab dari aktivitas seksual terhadap masyarakat sulit diajarkan di sekolah-sekolah, tanpa adanya latar belakang keluarga yang bahagia.

  Berdasarkan teori psikoanalisa dari Sigmund Freud, pendidikan seksual sudah dimulai sejak seorang bayi lahir, yaitu sejak adanya hubungan pertama antara anak dengan orang tuanya, dan yang paling menentukan adalah keadaan serta lingkungan yang dialami si bayi pada dua tahun pertama dari kehidupannya. Tahun-tahun permulaan ini menentukan sifat-sifat seorang bayi dan juga menjadi dasar bagi interpersonal relationshipnya dikemudian hari.

  Menurut Goble (1994: 109), jelas bahwa seorang anak yang mendapatkan kasih sayang yang cukup semasa kecil, lebih mudah tumbuh sehat (fisik dan mental) dibandingkan yang tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup.

  Bukti yang menunjukkan bahwa anak yang dibesarkan dalam keluarga yang bahagia, dikemudian hari dapat membentuk perkawinan dan keluarga yang bahagia pula, yang dapat diberikan di sekolah ialah sex in

  

instruction disertai pendidikan mengenai moral, etik, kejujuran, tanggung

  jawab, perlunya mempertimbangkan perasaan orang lain dalam setiap tindakan (Sulistiyo, 1997: 20).

  Jadi, pendidikan seksual secara umum adalah upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis dan psikososial sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dengan kata lain, pendidikan seksual pada dasarnya merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan komitmen agar tidak terjadi “penyalahgunaan” organ reproduksi.

  Remaja harus mulai diberikan informasi pendidikan seksual yang benar, karena jika tidak, remaja akan memperoleh informasi dari berbagai sumber, seperti teman-teman yang sama-sama tidak tahu, buku-buku porno, tayangan film dan lain sebagainya.

B. Tujuan Pendidikan Seksual

  Munculnya hormon seksualitas pada remaja menyebabkan dorongan-dorongan seksual tertentu. Gejala ini menimbulkan kebingungan, remaja belum tentu tahu tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana mengelolanya. Untuk itu perlu informasi yang tepat, perlu bimbingan yang bijaksana, diperlukan pendidikan seksual sehingga kehidupan remaja bisa berjalan dengan baik.

  Matangnya organ reproduksi pada remaja menyebabkan gairah seksualnya semakin kuat. Ditengah banyaknya media cetak dan elektronik yang menyampaikan informasi secara bebas, remaja memahami secara apa adanya pula. Menurut Piaget dalam Dariyo (2004: 39), walaupun remaja telah mencapai kematangan secara kognitif, namun pada kenyataannya belum mampu mengolah informasi yang diterima secara benar. Akibatnya perilaku seksual remaja sering tidak terkontrol, menyebabkan maraknya pacaran hingga seks bebas di kalangan remaja.

  Berdasarkan hal tersebut, maka disinilah peran pendidikan seksual. Tujuan dari pendidikan seksual secara umum tidak hanya mencegah dampak negatif dari perilaku seksual diusia dini, tetapi lebih menekankan pada kebutuhan akan informasi yang benar dan luas tentang perilaku seksual yang sehat serta berusaha memahami seksualitas sebagai bagian penting dari kepribadian yang menyeluruh.

  Pendidikan seksual membantu remaja mengetahui tentang penyakit-penyakit yang akan timbul akibat hubungan seksual tidak sehat sekaligus upaya pencegahannya. Selain itu, menurut Hurlock (1996: 230), pendidikan seksual perlu diketahui remaja untuk mengetahui peran seksual sebagai salah satu tugas perkembangannya. Ia perlu menjalin relasi dengan lawan jenis, dan berperilaku lurus sejalan dengan jenis kelaminnya.

  Menurutnya, banyak remaja yang mendapatkan tekanan dari lingkungannya untuk memerankan hal tersebut secara berlawanan.

  Tujuan penting lainnya adalah untuk menghindari aktivitas seksual yang tidak sehat, prematur, hubungan seksual yang tidak aman, kekerasan dan pelecehan seksual dan juga untuk mensosialisasikan pandangan positif tentang seksual. Memahami seksual secara positif bukan berarti menginginkan untuk melakukan hubungan seksual tetapi lebih pada bagaimana mempunyai pemahaman dan sikap positif terhadap seksual.

C. Materi Pendidikan Seksual

  Materi pendidikan seksual sangat beragam, berbeda-beda satu dengan lain. Menurut Wahyudi (2000) umumnya meteri pendidikan seksual adalah sebagai berikut: 1.

  Pubertas Menurut Hurlock (1996: 184), kata pubertas berasal dari bahasa

  Latin yang berarti usia kedewasaan. Kata ini menunjuk pada perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu bereproduksi.

  Menurut Santrock (1999) dalam Dariyo (2004), mendefinisikan pubertas sebagai masa pertumbuhan dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja. Pubertas adalah masa perkembangan fisik yang cepat ketika reproduksi seksual pertama kali terjadi. Dengan kata lain, pubertas merupakan pertama kali seorang laki-laki dan seorang perempuan mampu bereproduksi secara fisik. Umumnya istilah pubertas dan remaja digunakan untuk maksud yang sama. Istlilah yang lebih tepat digunakan adalah pubertas, ketika membicarakan tentang beberapa perubahan fisik yang terjadi selama masa pra remaja dan masa remaja.

  Pada masa kanak-kanak, baik laki-laki maupun perempuan, kelenjar yang mempengaruhi organ seksual (hopotalamus, hipofise) tidak aktif. Pada saat memasuki kematangan seksual, hipotalamus menstimulasi kelenjar hipofise untuk menghasilkan hormon.

  Selanjutnya, hormon tersebut akan menstimulasi produksi hormon seksual pada ovarium maupun testis. Masa dimana ovarium maupun testis sudah menghasilkan hormon yang dikenal sebagai masa puber

  

(puberty period), masa dimana organ seksual laki-laki dan perempuan

mulai berfungsi (Windhu, 2009: 2).

  Perubahan tanda-tanda seksualitas yang terlihat secara fisik yang terjadi pada remaja terbagi menjadi 3 yaitu primer, sekunder dan tertier. Seorang guru atau psikolog dapat menjelaskan secara rinci mengenai tanda-tanda seksualitas tersebut kepada remaja, agar ia mengetahui dan mempersiapkan psikisnya dengan perubahan fisiknya yang akan atau sedang terjadi.

2. Sistem Reproduksi Manusia

  Sistem reproduksi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan organ-organ tubuh manusia yang memiliki dua fungsi utama yaitu menjalankan berbagai macam aktivitas seksual dan mengandung (hamil) yang menyebabkan kelahiran.

  Salah satu hal yang dibahas dalam reproduksi manusia adalah memahami anatomi dan fungsi organ reproduksi. Organ reproduksi adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi dalam melanjutkan keturunan. Menurut Windhu (2009: 12), organ-organ reproduksi pada perempuan adalah sebagai berikut: a.

  Tuba Falopi (saluran indung telur), yaitu saluran sel telur yang menghubungkan ovarium dengan rahim.

  b.

  Vulva, yaitu bagian luar dari organ reproduksi wanita yang dapat diraba dan dilihat.

  c.

  Vagina, berfungsi sebagai penghubung antara rahim dan bagian luar dari alat kelamin.

  d.

  Uterus (rahim), yaitu organ yang memiliki lapisan otot tebal dan terletak di dalam rongga panggul di antara kandung kemih dan rectum.

  e.

  Cervix (leher rahim), yaitu bagian bawah rahim. f.

  Ovarium (indung telur), yaitu organ bagian kiri dan kanan rahim di ujung saluran fimbrae (umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul.

  g.

  Mulut Vagina, merupakan rongga penghubung rahim dangan bagian luar tubuh.

  h.

  Klitoris, yaitu sebuah benjolan kecil yang banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. i.

  Bibir Vagina, yang terdiri dari labia mayora dan labia minora. j.

  Tulang Kemaluan, yaitu tulang yang terletak di depan kandung kemih. k.

  Rambut Kemaluan, yang berfungsi untuk menyaring kotoran agar tidak langsung masuk ke dalam. l.

  Kandung Kemih, yaitu tempat penampungan sementara air seni yang berasal dari ginjal. m.

  Uretra (saluran kencing), yaitu saluran untuk mengeluarkan air seni. n.

  Mulut Uretra, yaitu saluran akhir dari kencing/uretra. o.

  Rectum, yaitu bagian akhir dari usus besar yang terletak di atas anus. p.

  Anus, yaitu tempat keluarnya kotoran. q.

  Selaput Dara (hymen), yaitu selaput tipis yang terdapat di muka vagina.

  Sedangkan organ-organ reproduksi pada laki-laki adalah sebagai berikut: a.

  Penis, yaitu organ yang berbentuk silindris dan didalamnya terdapat saluran kencing.

  b.

  Testis, yaitu alat reproduksi priayang menggantung di pangkal batang penis.

  c.

  Glans, yaitu kelenjar yang terletak di belakang saluran sperma.

  d.

  Vesikula seminalis, yaitu kantung kecil di bawah prostat yang menghasilkan cairan yang disebut “semen”.

  e.

   Foreskin (preputium), yaitu kulit yang menutupi bagian glans.

  r.

  Kandung Kemih, yaitu tempat penampungan sementara air seni yang berasal dari ginjal.

  f.

  Uretra (saluran kencing), yaitu saluran untuk mengeluarkan air seni dan air mani.

  g.

  Mulut Uretra, yaitu awal dari saluran kencing/uretra.

  h.

  Kelenjar Prostat, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan yang berisi zat makanan untuk menghidupi sperma. i.

  Vas deferens (saluran sperma), yaitu saluran yang menyalurkan sperma dari testis menuju vesicle seminalis. j.

  Epidydimis, yaitu saluran-saluran yang lebih besar dan berkelok- kelok yang membentuk bangunan seperti topi. k.

  Scrotum, yaitu kantung kulit yang melindungi testis. l.

  Tulang Kemaluan, yang terletak didepan kandung kemih. m.

  Rambut Kemaluan, yang berfungsi untuk menyaring kotoran agar tidak langsung masuk ke dalam. n.

  Rectum, yaitu bagian akhir dari usus besar yang terletak di atas anus. o.

  Anus, yaitu tempat keluarnya kotoran.

  3. Kontrasepsi Remaja juga perlu mengenal dan memahami kontrasepsi, terutama terkait dengan bekal dalam menempuh kehidupan berkeluarga dimasa yang akan datang. Kontrasepsi menggunakan ilmu pengetahuan dan metode pencegahan konsepsi, yaitu mencegah kehamilan. Kontrasepsi juga sebagai kontrol kelahiran.

  Metode kontrasepsi terdiri dari jenis hormonal dan non- hormonal. Alat kontrasepsi non hormonal, seperti kondom, spermisida, dan AKDR. Sedangkan kontrasepsi hormonal seperti pil, suntikan dan susuk. Masing-masing alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu dibutuhkan ahli, dokter atau petugas KB untuk membantu memilihkan alkon yang sesuai dengan penggunanya.

  4. Menstruasi dan Mimpi Basah a.