PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DALAM

PERSPEKTIF ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

   (S.Pd)

Oleh

SITI ISMIYATI

  

NIM: 111-12-025

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2016

  

MOTTO

.......

       

..........dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan" (Q.S

Thaha: 114).

  ِدْحَّللا ىَلِا ِدْهَمْلا َنِم َمْلِعْلااوُبُلْطُا [ ربلا دبع نبا هاور ]

Artinya: “Tuntutlah ilmu mulai sejak buaian hingga ke liang lahat” (H.R. Ibn. Abd. Bar).

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi rabbil’alamin, dengan izin Allah SWT skripsi ini telah selesai.

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

  1. Keluargaku tercinta Bapak dan Ibu yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang serta selalu memberikan motivasi, semangat dan doa, terimakasih sudah menjadi orang tua terhebatku.

  2. Seluruh keluargaku terimakasih atas dorongan dan doa serta motivasinya.

  3. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi serta pengarahan sampai selesainya skripsi ini.

  4. Kepada sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat memotivasi serta memberikan bantuan dalam segala hal dan terima kasih atas doa kalian semua.

  5. Kepada seluruh sahabat-sahabat PAI A 2012 terima kasih telah memberikan banyak kenangan yang indah dan teman-teman seperjuanganku yang telah memberikan dukungan semangat dan doa sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

  6. Kepada teman-teman PPL, KKN 2016 yang telah memberikan banyak pelajaran apa artinya kebersamaan dan kekeluargaan.

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masih jauh dari kata sempurna. Sholawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. sebagai suri tauladan, panutan kita semua sehingga kita dapat mencapai kebahagiaan ketentraman dunia dan akhirat.

  Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini berkat motivasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  4. Bapak Mufiq, S.Ag, M.Phil. selaku dosen pembimbing yang bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan dan memberikan bimbingan di sela waktu sibuknya.

  5. Bapak Agus Ahmad Su’aidi, Lc., M.A. selaku dosen pembimbing akademik.

  

ABSTRAK

Ismiyati, Siti. 2016. Pendidikan Sepanjang Hayat dalam Perspektif Islam. Skripsi.

  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S. Ag., M.Phil.

  Kata Kunci: Pendidikan, Sepanjang Hayat, Perspektif Islam

  Penulis meneliti tentang konsep pendidikan sepanjang hayat dalam perspektif Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan sepanjang hayat dalam perspektif Islam. Dalam hal ini pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah 1. Bagaimana konsep pendidikan sepanjang hayat dalam perspektif Islam. 2. Bagaimana implikasi pendidikan sepanjang hayat perspektif Islam dalam kehidupan sehari-hari.

  Untuk menjawab penelitian tersebut penulis menggunakan penelitian

  

library research yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sumber-

  sumber literatur perpustakaan. Objek penelitian digali lewat beragam informasi kepustakaan berupa Al- Qur’an, hadits, buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah, dan dokumen. Setelah data terkumpul penulis menggunakan lima metode yaitu: 1. Metode deduktif, yaitu apa saja yang dipandang benar pada suatu peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku juga untuk semua peristiwa yang termasuk di dalam jenis itu. 2. Metode induktif, yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkret, kemudian dari peristiwa- peristiwa yang khusus itu ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum. 3.

  Holistic, cara pendekatan terhadap suatu masalah atau gejala dengan memandang masalah atau gejala itu sebagai suatu kesatuan yang utuh. 4. Heuristik adalah teori yang dipergunakan sebagai alat untuk menemukan sumber yang berkenaan dengan gejala atau fakta tertentu dalam penelitian sejarah. 5. Hermeneutik, yaitu metode untuk mencari penjelasan arti atau makna teks (nash) dalam rangka memahami jalan pikiran pengarang atau sesuatu yang disebut dalam teks.

  Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1. Konsep pendidikan sepanjang hayat dalam perspektif Islam adalah pendidikan atau proses belajar yang dilakukan secara terus-menerus berkesinambungan sejak anak dalam kandungan sampai meninggal dunia untuk memperoleh kehidupan yang makmur dan bahagia di dunia dan di akhirat. 2. Implikasi pendidikan sepanjang hayat perspektif Islam dalam kehidupan sehari-hari meliputi pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan di lingkungan masyarakat. Dan banyak lembaga-lembaga pendidikan formal, informal, non-formal, maupun program-program pendidikan di masyarakat yang mendukung pelaksanaan pendidikan sepanjang hayat.

  

DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................. i

LOGO .................................................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. v

MOTTO .............................................................................................................. vi

PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

ABSTRAK ........................................................................................................... x

DAFTAR ISI....................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7 E. Definisi Operasional ............................................................................ 8 F. Metode Penelitian .............................................................................. 11 G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 14 BAB II PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pendidikan Islam menurut Tokoh ..................................... 16 B. Dasar Pendidikan Islam...................................................................... 30 C. Tujuan Pendidikan Islam .................................................................... 36 BAB III KONSEP PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT A. Pengertian Umum .............................................................................. 41 1. Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat ....................................... 41 2. Alasan-alasan adanya Pendidikan Seumur Hidup ......................... 44 3. Makna Pendidikan Seumur Hidup ................................................ 54

  4. Strategi Pendidikan Seumur Hidup ............................................... 56 B. Pendidikan Sepanjang Hayat dalam Perspektif Islam ......................... 60 1.

  Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat dalam Perspektif Islam .. 61 2. Landasan Pendidikan Sepanjang Hayat dalam Perspektif Islam .... 65 3. Tahap-tahap Pendidikan Sepanjang Hayat dalam

  Perspektif Islam ........................................................................... 74

  

BAB IV PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DALAM PERSPEKTIF

ISLAM DAN IMPLIKASINYA A. Pendidikan Sepanjang Hayat dalam Perspektif Islam ......................... 89 B. Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat Perspektif Islam

  dalam Kehidupan Sehari-hari ........................................................... 100

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 111 B. Saran-saran ...................................................................................... 113 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sempurna yang diciptakan Allah SWT. Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Setelah dilahirkan

  maupun masih dalam kandungan manusia membutuhkan suatu pengajaran atau pendidikan untuk menghadapi kehidupan di dunia. Pendidikan tergantung dari keluarga, karena keluargalah yang paling dekat dari seorang anak untuk memberi pendidikan.

  Karena manusia tidak lepas dari pendidikan (mendidik maupun dididik). Pendidikan menurut Islam mempunyai kedudukan yang tinggi, dengan dibuktikan wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. yang menyuruh baginda membaca dalam keadaan ummi.

  Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003, pendidikan adalah segala daya upaya dan semua usaha untuk membuat masyarakat dapat mengembangkan potensi manusia agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Pendidikan juga dapat dikatakan suatu aktifitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya berlangsung dalam kelas, akan tetapi juga berlangsung diluar kelas. Pendidikan tidak hanya bersifat formal, akan tetapi mencakup pula pendidikan yang bersifat non-formal.

  Pendidikan baik sengaja maupun tidak, akan mampu membentuk kepribadian manusia yang matang dan wibawa secara lahir dan batin, menyangkut keimanan, ketakwaan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan tanggung jawab. Pendidikan mempunyai fungsi dan peran yang besar dalam segi kehidupan manusia, terlebih lagi pendidikan agama mempunyai pengaruh lebih besar daripada pendidikan yang lain pada umumnya, apa lagi yang hanya menitik beratkan pada aspek kognitif semata (Zuhairini, 1995: 149).

  Pada prinsipnya pendidikan adalah usaha memanusiakan manusia. Sebab, hanya dengan pendidikanlah manusia itu dapat menemukan jati diri kemanusiaannya. Sejarah lahirnya pendidikan itu sebenarnya setua manusia (Uhbiyati, 2009: 1).

  Di dalam Al- Qur’an dijelaskan bahwa:

  

         

         

           

          

  

        

 

  Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha BijaksanaAllah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (Q.S Al-Baqarah: 31-33). Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Nabi Adam as. mengajarkan nama yang diajarkan Tuhan kepada malaikat. Mengajar bukanlah pekerjaan yang mudah, sebab terdapat berbagai persoalan yang harus diketahui, seperti faktor pendidik, peserta didik, metode dan alat, materi pendidikan, dan lain-lain (Uhbiyati, 2009: 2).

  Dari uraian di atas pendidikan mempunyai peranan penting bagi manusia. Istilah pendidikan dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah

  

tarbiyah yang berakar dari kata rabba, berarti mendidik. Dengan

  demikian, tarbiyah islamiyah diterjemahkan dengan pendidikan Islam. Al- Ashfahani mengatakan bahwa al-rabb berarti tarbiyah menunjukkan kepada arti menumbuhkan perilaku secara bertahap hingga mencapai batasan kesempurnaan (Achmadi, 1992: 14).

  Jadi pendidikan menurut Islam ialah suatu proses terus menerus untuk merubah, melatih, dan mendidik akal jasmani, dan rohani manusia dengan berasaskan nilai-nilai Islam untuk melahirkan insan yang bertaqwa dan mengabdikan diri kepada Allah SWT, agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

  Islam memandang pendidikan sebagai proses yang terkait dengan upaya mempersiapkan menusia untuk mampu memikul taklif (tugas hidup) sebagai khalifah Allah di muka bumi. Untuk maksud tersebut, manusia diciptakan lengkap dengan potensinya berupa akal dan kemampuan belajar (Noer Aly, 2003: 11).

  Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa Rasulullah bersabda:

  ] هجام نبا هاور [ ٍةَمِلْسُمَو ٍمِلْسُم ِّلُك ىَلَع ٌةَضْيِرَف ِمْلِعْلا ُبَلَط

  Artinya: “Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap orang Islam, laki- laki atau perempuan” (H.R Ibnu Majah, no. 224) (dalam kitab Sunan Ibnu Majah: 220). Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim baik laki- laki maupun perempuan. Ini merupakan suatu perintah dari ajaran Islam bagi setiap muslim untuk selalu menuntut ilmu karena menjadi suatu kewajiban.

  Hadits lain menjelaskan;

  ] ربلا دبع نبا هاور [ ِدْحَّللا ىَلِا ِدْهَمْلا َنِم َمْلِعْلااوُبُلْطُا

  A rtinya: “Tuntutlah ilmu mulai sejak buaian hingga ke liang lahat” (H.R Ibn. Abd. Bar) (Jami ’ Bayan al-ilmi wa Fadhlihi: 25).

  Hadits di atas sejalan dengan konsep pendidikan sepanjang hayat (long life education). Konsep belajar sepanjang hayat sesungguhnya telah lama ada dalam ajaran Islam yang sesuai dengan hadits di atas. Aktivitas belajar sepanjang hayat memang telah menjadi bagian dan kehidupan kaum muslimin.

  Sedangkan secara umum, gerakan belajar sepanjang hayat itu baru dipublikasikan di sekitar tahun 1970, ketika UNESCO menyebutnya sebagai tahun Pendidikan Internasional (International Education Year). Gerakan ini untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang ada di masyarakat seluruh dunia dan negara berkembang pada khususnya.

  UNESCO dan lembaga internasional lainnya mulai melihat problem- problem ketertinggalan, kemiskinan hanya dapat diatasi dengan pendidikan dalam format yang menyesuaikan kebutuhan dan dikenakan pada berbagai kelompok umur termasuk orang dewasa (Cropley, 2000: 32).

  Karena Islam memandang penting pendidikan bagi setiap umatnya, dari sejak lahir sampai ke liang lahat. Ada yang menyatakan pendidikan juga bisa dilakukan sejak dalam kandungan. Jadi pendidikan sepanjang hayat bisa dilakukan oleh orang tua kepada anak dari sejak dalam kandungan dan pendidikan dapat dilakukan seumur hidup sampai ke liang lahat. Pendidikan tidak memandang usia, pendidikan tidak hanya di dapat dari pendidikan formal saja tetapi juga dari pendidikan keluarga dan non formal seperti pendidikan lingkungan atau luar sekolah.

  Oleh karena itu pendidikan sangat penting bagi manusia, dan setiap manusia wajib memperoleh pendidikan dari lahir sampai ke liang lahat yang bertujuan untuk memperoleh wawasan yang luas, pengetahuan untuk menghadapi kehidupan dan mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat.

  Berdasarkan deskripsi di atas maka penulis ingin melakukan penelitian tentang hal tersebut dengan judul

  “PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM.” B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka permasalahan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pendidikan sepanjang hayat dalam perspektif

  Islam? 2. Bagaimana implikasi pendidikan sepanjang hayat perspektif Islam dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui konsep pendidikan sepanjang hayat dalam perspektif Islam.

  2. Untuk mengetahui implikasi pendidikan sepanjang hayat perspektif Islam dalam kehidupan sehari-hari.

D. Manfaat Penelitian

  Adapun penelitian atau pembahasan terhadap masalah di atas mempunyai manfaat sebagai berikut:

  1. Manfaat teoritis a.

  Sebagai salah satu sumbangan pemikiran bagi khasanah keilmuan pendidikan di Indonesia secara umum dan pendidikan Islam secara khususnya.

  b.

  Menambah pengetahuan tentang pendidikan sepanjang hayat dalam perspektif Islam.

  2. Manfaat praktis a.

  Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pendidikan sepanjang hayat, supaya dapat diaplikasikan dalam kehidupan, serta dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia sampai di akhirat kelak.

  b.

  Mendorong kepada pembaca, untuk lebih mendalami peranan penting pendidikan sepanjang hayat dalam perspektif Islam.

  c.

  Bagi orang tua, penelitian ini dapat dijadikan panduan dalam mendidik anak dan remaja begitu pentingnya menuntut ilmu sepanjang hayat.

  d.

  Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan panduan bahwa pendidikan sepanjang hayat memiliki peranan yang penting dalam kehidupan.

E. Definisi Operasional 1.

  Pendidikan Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidikan adalah perbuatan, hal, cara, dan sebagainya (Poerwadarminta, 2006: 291).

  Pendidikan berasal dari kata didik. Kata didik mendapat awalan “me” sehingga menjadi “mendidik”, berarti memelihara dan memberi latihan. Kemudian pengertian pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha pengajaran dan pelatihan (Islamuddin, 2012: 3).

  Dalam bahasa Inggris, pendidikan adalah education dan kata

  education berasal dari kata educate berarti memberi peningkatan dan

  mengembangkan. Namun, education dalam pengertian yang sempit berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Sedangkan pendidikan dalam arti yang luas dapat diartikan sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga individu memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Islamuddin, 2012: 3-4).

  Istilah pendidikan dalam bahasa Arab dikenal dengan kata

  tarbiyah , diambil dari akar kata (rabba, yarubbu, tarbiyah) yang

  artinya memperbaiki, menguasai, mengasuh, menuntun, menjaga, mengatur dan memelihara kelestarian maupun eksistensinya. Jadi pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha sadar untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengatur kehidupan peserta didik, agar ia dapat survive lebih baik dalam kehidupannya (Mujtahid, 2011: 3).

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengatur kehidupan peserta didik, dengan metode-metode tertentu sehingga individu memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

  2. Sepanjang hayat Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, sepanjang adalah sejauh, selama, seluruh (Poerwadarminta, 2006: 838). Sedangkan hayat adalah hidup, ilmu pengetahuan mengenai keadaan dan sifat makhluk hidup, pemberian tanda jika masih hidup, selama di kandung badan, selama masih hidup (Poerwadarminta, 2006: 412).

  Jadi sepanjang hayat dapat diartikan selama hidup, seumur hidup, atau dari lahir sampai meninggal dunia.

  3. Pendidikan sepanjang hayat Istilah pendidikan sepanjang hayat dapat juga dikatakan pendidikan seumur hidup atau dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah long life education.

  Pendidikan seumur hidup adalah suatu tujuan atau ide yang memuat prinsip-prinsip organisasi persekolahan untuk membantu proses belajar seumur hidup, dan untuk mempengaruhinya sesuai dengan tujuan dan ide khusus (Cropley, 2000: 54). Gagasan dasar pendidikan seumur hidup adalah bahwa pendidikan harus dikonsepkan secara formal sebagai proses yang terus-menerus dalam kehidupan individu, mulai masa kanak-kanak sampai dewasa (Cropley, 2000: 23). Pokok dalam pendidikan seumur hidup adalah seluruh individu harus memiliki kesempatan yang sistematik, terorganisir untuk “instruction”, “study”, dan “learning” di setiap kesempatan sepanjang hidup mereka (Cropley, 2000: 31).

  Pendidikan seumur hidup (long life education) atau dalam istilah Arab dikenal dengan sebutan Utlubul

  ‘Ilma minal mahdi ilallahdi adalah proses pendidikan yang dilakukan oleh setiap orang

  secara berkesinambungan, atau secara terus menerus sampai akhir hayatnya. Pendidikan seumur hidup berlangsung melalui pendidikan sekolah, dan pendidikan luar sekolah yang dilembagakan dan yang tidak dilembagakan.

4. Perspektif Islam

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perspektif diartikan dengan sudut pandang atau pandangan (Salim, 1991: 1146).

  Sedangkan Islam berarti agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw., berpedoman pada kitab suci Al-

  Qur’an yang diturunkan melalui malaikat Jibril (Poerwadarminta, 2006: 454). Jadi perspektif Islam adalah sudut pandang menurut agama Islam atau ajaran Islam yang berpedoman pada Al-

  Qur’an, Sunnah, dan Ijtihad.

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber literatur perpustakaan. Objek penelitian digali lewat beragam informasi kepustakaan berupa buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah, dan dokumen (Zed, 2004: 89).

2. Sumber data

  Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur- literatur. Pengumpulan data-data dengan cara mempelajari, mendalami dan mengutip teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah literatur baik buku, jurnal, majalah, koran ataupun karya tulis lainnya yang relevan dengan topik penelitian.

  Sumber data primer adalah Al- Qur’an dan hadits. Sedangkan data sekundernya berupa buku-buku yang relevan dengan penelitian, yaitu pendidikan islam, long life education (pendidikan sepanjang hayat), pendidikan seumur hidup, mendidik anak dalam kandungan, konsep pendidikan luar sekolah, mendidik anak yang kaffah, dan lain- lain.

  3. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi data mengenai hal-hal berupa catatan, buku, surat kabar, mejalah dan sebagainya (Suharismi, 1998: 236).

  Karena objek dalam penelitian adalah Islam, maka penulis mengumpulkan data dari sumber hukum Islam yaitu Al- Qur’an, hadits, dan kesepakatan ulama. Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

  4. Teknik analisis data Yaitu penanganan terhadap suatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai halnya.

  Macam-macam metode yang digunakan dalam menganalisis masalah adalah sebagai berikut: a.

  Deduktif Yaitu apa saja yang dipandang benar pada suatu peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku juga untuk semua peristiwa yang termasuk di dalam jenis itu (Hadi, 1981: 36).

  Metode ini digunakan penulis untuk menganalisa data tentang pendidikan yang diperoleh masyarakat di sekitar kita, baik pendidikan yang diperoleh anak-anak sejak kecil, pendidikan di sekolah, di lingkungan masyarakat sampai pendidikan yang diperoleh orang dewasa.

  b.

  Induktif Yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa- peristiwa yang kongkret, kemudian dari peristiwa-peristiwa yang khusus itu ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1981: 42).

  Metode ini penulis gunakan untuk menganalisa buku- buku yang berkaitan dengan pendidikan sepanjang hayat, hadits-hadits dan ayat-ayat Al-

  Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan sepanjang hayat, sehingga dapat diketahui pendidikan-pendidikan apa saja yang harus diperoleh manusia dari lahir sampai ke liang lahat, guna ditarik kesimpulan dan dicari relevansinya dengan pendidikan saat ini.

  c.

  Holistik Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, holistik diartikan sebagai cara pendekatan terhadap suatu masalah atau gejala dengan memandang masalah atau gejala itu sebagai suatu kesatuan yang utuh (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 406).

  Metode ini digunakan penulis untuk menganalisa masalah atau gejala tentang pendidikan yang dilakukan semenjak anak dalam kandungan sampai meninggal dunia atau dewasa. d.

  Heuristik Heuristik adalah teori yang dipergunakan sebagai alat untuk menemukan sumber yang berkenaan dengan gejala atau fakta tertentu dalam penelitian sejarah (Zed, 2004: 86).

  Metode ini digunakan penulis untuk menganalisa teori tentang sejarah pendidikan sepanjang hayat.

  e.

  Hermeneutik Hermeneutik berasal dari kata Yunani: hermeneus, artinya penerjemah atau penafsiran, suatu bentuk metode untuk mencari penjelasan arti atau makna teks (nash) dalam rangka memahami jalan pikiran pengarang atau sesuatu yang disebut dalam teks (Zed, 2004: 86).

  Metode ini digunakan penulis untuk menganalisa tafsir ayat Al-

  Qur’an yang mendukung atau landasan adanya pendidikan sepanjang hayat.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan yang dimaksud oleh penulis di sini adalah gambaran singkat tentang subtansi pembahasan secara garis besar. Agar dapat memberi gambaran yang lebih jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi, maka penulis membagi sistematika ke dalam lima bab sebagai berikut:

  BAB I berisi tentang pendahuluan yang memuat: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  BAB II berisi tentang konsep pendidikan Islam menurut para tokoh, dasar pendidikan Islam, dan tujuan pendidikan Islam. BAB III berisi tentang pendidikan sepanjang hayat yang meliputi: pendidikan sepanjang hayat (long life education) secara umum dan dalam perspektif Islam.

  BAB IV berisi tentang analisis pendidikan sepanjang hayat dalam perspektif Islam dan implikasinya dalam kehidupan sehari-hari. BAB V berisi tentang penutup yang meliputi: kesimpulan dan saran-saran.

BAB II PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pendidikan Islam Menurut Tokoh Untuk memperoleh jawaban mengenai definisi pendidikan Islam,

  para pakar pendidikan Islam berbeda pendapat dalam cara menginterprestasikan pendidikan tersebut. Di antara mereka ada yang mendefinisikan dengan mengkonotasikan berbagai peristilahan bahasa, ada juga yang melihat dari keberadaan dan hakekat kehidupan manusia di dunia ini, ada pula yang melihat dari segi proses kegiatan yang dilakukan dalam penyelenggaraan pendidikan (Ahid, 2010: 7).

  Karena banyak tokoh-tokoh yang mendefinisikan pengertian tentang pendidikan Islam berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda, di sini penulis memaparkan penjelasan pendidikan Islam dari beberapa tokoh, antara lain:

1. Zakiah Daradjat

  Zakiah Daradjat berserta kawan-kawan dalam buku ilmu pendidikan Islam, menjelaskan pengertian pendidikan yang dirumuskan berdasarkan pengertian bahasa dan istilah sebagai berikut: a.

  Pengertian Bahasa Dari segi bahasa, kata “pendidikan” yang umum digunakan, dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah” dengan kata kerja

  “rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya “alama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah wa ta’lim”, sedangkan “pendidikan Islam” dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah

  islamiyah ” (Daradjat, 1996: 25).

  Kata kerja rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad Saw. seperti terlihat dalam ayat Al-

  Qur’an dan Hadits Nabi. Dalam ayat Al-

  Qur’an kata ini digunakan dalam susunan sebagai berikut:

       

  Artinya: “Ya Tuhan, sayangilah keduanya (ibu bapakku) sebagaimana mereka telah mengasuhku (mendidik) sejak kecil” (Q.S. Al- Isra’: 24). Dalam bentuk kata benda, kata “rabba” ini digunakan juga untuk “Tuhan”, mungkin karena Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara, dan menciptakan (Daradjat, 1996: 26).

  Dalam ayat lain kata “rabba” digunakan dalam susunan berikut:

  

          

  Artinya: “Berkata (Fir’aun kepada Nabi Musa), bukankah kami telah mengasuhmu (mendidikmu) dalam keluarga kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu (Q.S Asy-Syu

  ’ara’: 18). Kata lain yang mengandung arti pendidikan adalah .

  َبّدَا

  Dan “ta’lim” dengan kata kerjanya “allama” juga sudah digunakan pada zaman Nabi. Baik dalam Al-

  Qur’an, Hadits atau pemakaian sehari-hari, kata ini lebih banyak digunakan daripada kata “tarbiyah”. Dari segi bahasa, perbedaan arti dari kedua kata itu cukup jelas. Perbandingan dalam ayat berikut:

  ......     

  Artinya: “Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya” (Q.S Al-Baqarah: 31).

  Firmannya lagi: ....

  ....        

  Artinya: “Berkata Sulaiman: Wahai manusia, telah diajarkan kepada kami pengertian burung” (Q.S An-Naml: 16).

  Pada Q.S Al-Baqarah: 31 k ata “allama” artinya mengajarkan dan pada Q.S An-Naml: 16 kata “ullimna” (diajarkan kepada kami) berasal dari kata “allama” yang artinya juga mengajarkan. Kedua ayat di atas mengandung pengertian sekedar memberitahu atau memberi pengetahuan, tidak mengadung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan membina kepribadian Nabi Sulaiman melalui burung, atau membina kepribadian Nabi Adam melalui nama-nama benda. Lain halnya dengan pengertian “rabba”, “addaba”. Di situ jelas terkandung kata pembinaan, pimpinan, pemeliharaan dan sebagainya (Daradjat, 1996: 26-27).

  b.

  Pengertian Istilah Pengertian pendidikan yang lazim dipahami sekarang belum terdapat di zaman Nabi. Tetapi Nabi telah melakukan usaha dan kegiatan dalam menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial untuk membentuk pribadi muslim. Kegiatan tersebut telah mancakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang. Orang Arab Mekah dahulu menyembah berhala, musyrik, kafir, kasar dan sombong. Dengan usaha dan kegiatan Nabi mengislamkan mereka, tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah SWT, mukmin, muslim, lemah lembut dan hormat kepada orang lain. Mereka telah berkepribadian muslim sebagaimana yang dicita-citakan oleh ajaran Islam. Dengan demikian, Nabi telah mendidik, membentuk kepribadian muslim dan Nabi Muhammad Saw. adalah seorang pendidik yang berhasil.

  Apa yang beliau lakukan dalam membentuk manusia, sekarang dirumuskan dengan pendidikan Islam. Cirinya ialah perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya. Dengan demikian, secara umum dapat dikatkan bahwa pendidikan Islam itu adalah pembentukan kepribadian muslim (Daradjat, 1996: 27-28).

  Dari satu segi, pendidikan Islam lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat (Daradjat, 1996: 28).

2. Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas

  Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas mendefinisikan pengertian pendidikan Islam dengan mempertentangkan peristilahan “Tarbiyah, Ta’lim, dan Ta’dib” (Ahid, 2010: 7).

  Al-Attas berpendapat bahwa, istilah tarbiyah bukanlah istilah yang tepat dan bukan pula istilah yang benar untuk mendefinisikan pendidikan dengan pengertian Islam. Karena istilah yang dipergunakan harus membawa gagasan yang benar tentang pendidikan dan segala yang terlibat dalam proses pendidikan (Al-Attas, 1994: 35).

  Menurut pendapatnya, istilah tarbiyah yang diambil dari kata yang kemudian diartikan dengan “rabbaa” ) ( dan “rabba” ) (

  اّبر ّبر

  memberi makan, memelihara dan mengasuh, yaitu akar “ghadza” yang mempunyai arti mengasuh,

  ) ( atau “ghodzaw” ) (

  اذغ وذغ

  menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara dan membesarkan (Al-Attas, 1994: 66).

  Istilah tarbiyah pada dasarnya juga menyangkut gagasan “pemilikan”, seperti pemilikan keturunan oleh orang tuanya.

  Pemikiran yang dimaksud di sini hanya jenis “relasional”, mengingat kepemilikan yang sebenarnya yang ada pada Allah SWT. Jadi manusia hanya meminjam pemilikan atau milik yang dipinjami dari Allah SWT (Al-Attas, 1994: 67).

  Di dalam Al- Qur’an disebutkan:

  

        

   

  Artinya: “Dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (Q.S Al-Isra’ : 24). Maka istilah “rabbayani” di situ mempunyai arti “rahman” yaitu ampunan atau kasih sayang, yang berarti pemberian makanan dan kasih sayang, pakaian, dan tempat berteduh, serta perwatakan. Tarbiyah masdar dari rabbaituhu maknanya sama dengan

  ) (

  هتيّبر rahmah atau ampunan. Dengan demikian, pengertian utama “ar-rabb” adalah “at-tarbiyah” yang mempunyai makna membawa sesuatu kepada keadaan kelengkapan secara berangsur, sebagai tindakan rahmah dan bukan melibatkan pengetahuan (Al-Attas, 1994: 70-71).

  , Istilah “ta’dib” ) ( berasal dari akar kata “addaba” ) (

  بيدأت بّدأ

  yang berarti disiplin tubuh, jiwa dan roh. Disiplin yang menegaskan pengenalan dan pengakuan tempat yang berhubungan dengan kemampuan dan potensi jasmaniah, intelektual dan rohaniah. Pengenalan dan pengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hirarki sesuai dengan berbagai tingkat dan derajatnya.

  Dalam definisi ini terkandung “ilmu” dan “amal”, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. sebagai berikut:

  يِبِدأَت َنَسْحَأَف ىِبَر ىِنَبَّدَأ

  Artinya: “Tuhanku telah mendidikku, dan dengan demikian menjadikan pendidikan yang terbaik” (HR. Ibn Masud dalam al- Jami’ al- Shaghir). menurut Ibn Manzzhur merupakan

  Kata “addab” ) (

  بّدأ

  مّلع 1994: 60).

  . Masdar addaba adalah padanan kata “allama” ) ( ta’dib (Al-Attas,

  Dengan demikian, istilah “ta’dib” lebih tepat dipakai untuk pendidikan daripada “ta’lim” atau “tarbiyah” yang dipakai sampai sekarang. Hal ini dikemukakan oleh Syed Muhammad Al-Naquib Al- Attas sebagai berikut:

  Bahwa tarbiyah dalam pengertian aslinya dan dalam penerapan dan pemahamannya oleh orang Islam pada masa-masa yang lebih dini tidak dimaksudkan untuk menunjukkan pendidikan maupun proses pendidikan. Penonjolan kualitatif pada konsep tarbiyah adalah kasih sayang (rahmah) dan bukannya pengetahuan (

  ‘ilm), pengajaran

  (

  ta’lim) dan pengasuhan yang baik (attarbiyah). Karenanya, tidak

  perlu lagi untuk mengacu kepada konsep pendidikan dalam Islam sebagai tarbiyah,

  ta’dib merupakan istilah yang paling tepat dan

  cermat untuk menunjukkan pendidikan dalam arti Islam (Al-Attas, 1994: 74-75).

  Dengan dipakainya istilah “ta’dib” dalam pendidikan Islam, maka menurut pendapatnya, pendidikan Islam adalah : pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia. Sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat-tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian (Al-Attas, 1994: 61).

3. Ahmad D. Marimba

  Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba, 1989: 19).

  Dalam pendidikan terdapat unsur-unsur sebagai berikut: a. Usaha (kegiatan); usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar.

  b.

  Ada pendidik atau pembimbing, atau penolong.

  c.

  Ada yang dididik.

  d.

  Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan.

  e.

  Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan (Marimba, 1989: 19).

  Di dalam dunia pendidikan terdapat beberapa istilah pendidikan yaitu: pendidikan dalam arti sempit dan pendidikan dalam arti luas.

  Yang dimaksud dengan pendidikan dalam arti sempit, ialah bimbingan yang diberikan kepada anak-anak sampai ia dewasa.

  Pendidikan dalam arti luas, ialah bimbingan yang diberikan sampai mencapai tujuan hidupnya: bagi pendidikan Islam, sampai terbentuknya kepribadian muslim. Jadi, pendidikan Islam berlangsung sejak anak dilahirkan sampai mencapai kesempurnaannya atau sampai akhir hidupnya (Marimba, 1989: 31).

  Sebenarnya kedua jenis pendidikan ini (arti sempit atau arti luas) satu adanya. Bagi pendidikan umum terutama yang diberikan tidak dalam rangka pendidikan keagamaan, pendidikan dibatasi pada jenis yang sempit. Ini bukan berarti bahwa setelah proses kedewasaan pendidikan tidak ada lagi. Pembatasan ini dimaksudkan ialah bahwa sebagai pertolongan terhadap anak, pendidikan (dari orang lain) telah selesai bila anak telah mencapai kedewasaan (rohaniah). Kalaupun terjadi pendidikan sesudahnya, itu adalah pendidikan-sendiri, dengan kata lain titik berat pertanggungjawab terletak pada peserta didik sendiri. Jadi pendidikan umum telah merasa puas jika anak-anak didik telah mencapai kedewasaan. Pendidikan selanjutnya adalah tanggungjawab peserta didik sendiri atau pendidikan sendiri (Marimba, 1989: 32).

Dokumen yang terkait

REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 1 122

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANIS DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 132

KONSEP ETOS KERJA ISLAMI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 221

PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM BUKU CARA NABI MENDIDIK ANAK KARYA MUHAMMAD IBNU ABDUL HAFIDH SUWAID SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 79

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM (ANALISIS KITAB I’DHOTUN NASYIIN KARANGAN SYEIKH MUSTHAFA AL-GHALAYAINI) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 4 123

KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA PERSPEKTIF ZAKIAH DARADJAT SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 88

NILAI-NILAI SPIRITUAL DALAM NOVEL SYAHADAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 3 168

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 138

KONSEP HATI PERSPEKTIF AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYA’ ULUMUDDIN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 111

NILAI-NILAI AKHLAK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13) SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

1 1 91