STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA ISLAM DI DESA KARANGREJO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA ISLAM DI DESA

KARANGREJO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

  

Oleh

MOHAMAD NURUL FAHMI

NIM 11112242

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

  

STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA ISLAM DI DESA

KARANGREJO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

  

Oleh

MOHAMAD NURUL FAHMI

NIM 11112242

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

  

MOTTO

SATU TELADAN JAUH LEBIH BAIK

DARIPADA SERIBU NASIHAT

(Andika Wisnu) PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1.

  Keluargaku tercinta, yang tanpanya penulis bukanlah apa-apa. Orang tuaku, Ba pak Mu‟ti, Ibu Supaati, serta adikku M Asrul Lutfi.

  2. Teman-teman se-angkatan, yaitu PAI 2012 yang senantiasa menghiasi rutinitas di kampus menjadi menyenangkan, terutama sekali keluarga besar PAI kelas G 2012, yang sudah seperti keluarga sendiri, yang banyak sekali menghabiskan waktu bersama semasa perkuliahan.

  3. Teman-temanku Dita, Wildan, Aqil, Aklis, Azka, Rifki, Anis teman seperjuangan yang susah senang bersama.

  4. Saudara Andika Wisnu S.Pd yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Seluruh warga Ds Karangrejo Kec. Pucakwangi Kab. Pati 5.

KATA PENGANTAR

  Atas segala rahmat Allah SWT yang tercurahkan kepada seluruh mahluk yang telah ia ciptakan, sepantasnya kita untuk lebih banyak bersyukur, serta selalu mengingat akan kuasa Allah yang begitu luas akan segala sesuatu, yang atas ridhanya, penulis telah dimudahkan segala urusannya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Strategi Pembentukan Karakter Remaja Islam di Desa Karangrejo Kec. Pucakwangi Kab. Pati. Selain sebagai tugas wajib untuk memperoleh gelar sarjana, skripsi ini dibuat dengan tujuan dapat menjadi strategi untuk menanamkan remaja sebuah karakter yang terpuji sebagai jawaban atas krisis moral, serta degradasi mental yang sedang melanda bangsa indonesia sekarang ini. Harapan penulis bahwa pencak silat sebagai budaya asli indonesia dapat berperan serta memajukan dan memproduksi sumber daya manusia yang berbudi luhur.

  Rasa hormat penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan membantu dalam pembuatan skripsi ini. Terima kasih sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan FTIK.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan PAI.

  4. Bapak Mukti Ali M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing Akademik.

  5. Bapak Dr. Muh Saerozi M,Ag. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu menjadi teman menyenangkan ketika membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

  6. Seluruh Warga Desa Karangrejo Kecamatan Pucawangi Kabupaten Pati.

  Semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah membantu penulis sebaik- baiknya kebaikan, yaitu surga atas mereka.

  Masih banyak kekurangan yang terdapat dalam tulisan ini, penulis sendiri pun juga mengakui sebagai permohonan maaf yang mendalam, kritik dan saran sangatlah masih penulis butuhkan untuk kedepannya.

  Salatiga, 14 Maret 2017 Penulis

  M Nurul Fahmi 11112242

  

ABSTRAK

  Fahmi, Mohamad Nurul. 2017.Strategi Pembentukan Karakter Remaja Islam di Desa

  Karang rejo Kec. Pucakwangi Kab. Pati Tahun 2017. Skripsi. Fakultas

  Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muh Saerozi, M.Ag.

  Kata kunci: Strategi Pembentukan Karakter, remaja Islam Penelitian ini membahas tentang Strategi Pembentukan Karakter Remaja Islam di Desa

Karangrejo Kec. Pucakwangi Kab. Pati Tahun 2017. Rumusan masalah yang dikaji dalam

penelitian ini adalah bagaimana karakter remaja Islam di Desa Karangrejo dan bagaimana

stratategi pembentukan karakter agar mempunyai karakter yang lebih baik.

   Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif dan jenis penelitiannya lapangan (field

research). Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Subyek dalam penelitian ini adalah remaja Desa Karangrejo

yang mempunyai karakter kurang baik.

  Hasil penelitian yang diperoleh bahwa: (1) Ada beberapa remaja yang di Desa

Karangrejo yang memiliki karakter kurang baik dan perlu di bina agar mereka mempunyai

karakter yang baik (2) Strategi pembentukan karakter remaja Desa Karangrejo menggunakan

motede yaitu: metode perbaikan dengan praktek nyata, metode pujian, metode memberi

kepuasan dengan dialog, metode peringatan keras, dan metode teguran dan hukuman.

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ iv HALAMAN MOTTO.............................................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. vi KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii ABSTRAK.............................................................................................................. ix DAFTAR ISI ........................................................................................................... x DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

  BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1 B. Fokus Penelitian .......................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5 E. Penegasan Istilah ......................................................................................... 6 F. Metode Penelitian ........................................................................................ 9 G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 14 BAB II LANDASAN TEORI................................................................................ 16 A. Remaja Dalam Kajian Islam ...................................................................... 16 B. Remaja Dalam Kajian Psikologi................................................................ 21 C. Karakter ..................................................................................................... 32 D. Krisis Akhlak ............................................................................................. 33 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .............................. 41 A. Gambaran Umum Desa Karangrejo .......................................................... 41 B. Penyajian Data ........................................................................................... 46 C. Hambatan Proses Pembentukan Karakter Remaja Islam Desa Karangrejo49 BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 54 A. Strategi Pembentukan Karakter Metode dan Hambatan............................ 54 B. Refleksi Teoritis ........................................................................................ 62 BAB V PENUTUP ................................................................................................ 73 A. Kesimpulan ................................................................................................ 73 B. Saran .......................................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 77 LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 80

  DAFTAR TABEL Tabel 1 Jumlah Penduduk Desa Karangrejo............................................................................ 41 Tabel 2 Jumlah Masjid/Mushalla ............................................................................................ 43 Tabel 3 Kegiatan Mengaji Harian ........................................................................................... 43 Tabel 4 Jamaah Dzibaan .......................................................................................................... 43 Tabel 5 Pekerjaan Masyarakat Desa Karangrejo ..................................................................... 45 Tabel 6 Lembaga Pendidikan Formal dan Non Formal .......................................................... 47 Tabel 7 Karakter dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari ........................................ 47 Tabel 8 Realitas Karakter Remaja, Hambatan, dan Strategi ................................................... 54

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 menyebutkan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Hidayatullah, 2009: 12).

  Pemerintah pun sejak tahun 2010 yang lalu mencanangkan Pendidikan Karakter guna meminimalisir permasalahan sosial yang mungkin timbul di masa yang akan datang. Kehidupan masyarakat Indonesia sekarang sudah cukup mengkhawatirkan, banyaknya tawuran antar pelajar dimana-mana, banyak juga pelajar yang “hobi” membolos sekolah, pergaulan bebas, dan lain sebagainya.

  Masalah-masalah tersebut merupakan beberapa contoh telah membuktikan mulai lunturnya nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

  Bangsa Indonesia sendiri tidak hanya mengalami krisis dalam bidang materil tetapi juga krisis dalam bidang moril. Dahulu bangsa Indonesia terkenal dengan sikapnya yang ramah, saling membantu, peduli terhadap lingkungan namun sekarang karakter baik itu sudah mulai luntur dan berubah menjadi sikap yang kurang terpuji, mementingkan diri sendiri, mencari kesalahan pihak lain, tidak bersahabat, yang muda tidak menghormati orang yang lebih tua dan lain sebagainya.

  Menurut Suyanto (2010), karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas setiap individu unuk hidup dan bekerrja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berakter baik adalah individu yang siap membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan ia buat. Sementara, pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.

  Samani (2013: 45) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kabaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

  Remaja sendiri, menurut Hurlock (1990: 184) adalah usia 13-21 tahun, yang di bagi dalam dua tahap, remaja awal yaitu usia 13/14 sampai umur 17 tahun dan remaja akhir 17 tahun sampai 21 tahun. Pada masa itu remaja sedang mencari identitas dirinya, oleh karena itu, remaja harus mendapatkan pendidikan karakter agar dapat mengarahkan minatnya kepada hal yang positif.

  Dalam pengertian umum masyarakat, remaja yaitu adalah anak-anak yang masih berada di bangku SMP dan SMA. Pemerintah seperti yang penulis sebutkan sebelumnya sedang genjar dengan pendidikan karakter, serta banyak sekali tokoh-tokoh pendidikan dan agama yang menawarkan banyak teori tentang bagaimana karakter dapat ditanamkan.

  Islam sendiri mempunyai tiga nilai utama atau nilai yang dijadikan pilar dalam pendidikan karakter dalam Islam, yaitu akhlak, adab, dan keteladanan. Akhlak merujuk kepada tugas dan tanggung jawab selain syari‟ah dan ajaran Islam secara umum. Adab merujuk kepada sikap yang dihubungkan dengan tingkah laku yang baik. Sedangkan keteladanan merujuk kepada kualitas karakter yang ditampilkan oleh seorang muslim yang baik yang mengikuti keteladanan Nabi Muhammad saw (Majid, 2013: 58).

  Dapat disimpulkan bahwa semua usaha dari mulai pemerintah, tokoh pendidikan, dan tokoh Agama sudah cukup maksimal, namun sayangnya hal ini belum berdampak banyak terhadap perilaku masyarakat khususnya remaja dimana mereka masih banyak yang berperilaku menyimpang.

  Penulis merasa perlu untuk melakukan sebuah penelitian mengenai hal tersebut, dimana terjadi fenomena yang menurut penulis sangat menarik yang terjadi di lingkungan penulis sendiri di Desa Karangrejo. Perilaku remaja di lingkungan penulis beraneka ragam. Ada yang benar- benar “alim”, yang biasa- biasa saja, dan ada juga yang mereka dari pesantren dan sekolah madrasah.

  Seperti terjadi di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Di mana sebagian para remajanya mempunyai karakter yang kurang baik akibat era globalisasi. Sebagian besar masyarakat Desa Karangrejo para remajanya merantau ke Jakarta. Jakarta merupakan kota metropalitan yaitu kota besar di mana di Jakarta kehidupannya yang berbagai macam. Ketika mereka tidak mempunyai pengetahuan agama yang kurang sehingga membuat mereka mudah ikut-ikutan gaya hidup orang Jakarta. Dan gaya hidup tersebut di bawa pulang oleh mereka di Desa yang mengakibatkan degradasi moral dan merubah karakter mereka yang dulunya baik menjadi tidak baik.

  Bukan dari itu saja, sebagian juga yang mengubah perilaku mereka adalah media sosial seperti televisi, internet dan sebagainya, dan ketika mereka tidak bisa menyaring mana yang baik dan buruk sehingga membuat mereka terpengaruh dan membuat moral mereka berubah.

  Dengan mengetahui fakta yang terjadi di lapangan, penulis berasumsi bahwa dari perbedaan perilaku remaja satu dengan yang lain pasti terdapat sebuah proses pembentukan karakter yang berbeda-beda pula, sehingga menghasilkan perilaku semacam itu. Sudah barang tentu ada perbedaan strategi dalam membentuk karakter mereka mulai dari orang tua, guru, kyai, dan juga lingkungan sosial.

  Dari beberapa uraian tersebut, penulis merasa perlu melakukan penilitian lebih mendalam mengenai “Strategi Pembentukan Karakter Remaja Islam di Desa Karang Rejo Kecamatan Pucak Wangi Kabupaten Pati Tahun 2017” dalam proses pembentukkan karakter. B.

  Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang menjadi pembahasan, di antaranya:

  1. Bagaimana karakter remaja Islam di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Tahun 2017 ? 2. Bagaimana strategi pembentukan karakter remaja Islam di Desa Karangrejo

  Kecamatan Pucak Wangi Kabupaten Pati Tahun 2017 ? C. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui karakter remaja Islam di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

  2. Untuk mengetahui bagaimana strategi pembentukan karakter remaja Islam di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

  D.

  Manfaat Penilitian 1.

  Manfaat Teoretis Memberi kontribusi ilmiah terhadap referensi ilmu pendidikan, Islam khususnya dalam pendidikan karakter remaja yang mana menjadi alternatif pilihan dalam menerapkan strategi pembentukan karakter.

  2. Manfaat Praktis Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat khususnya pada Desa Karangrejo Kecamatan

  Pucakwangi Kabupaten Pati. E.

  Penagasan Istilah 1.

  Strategi Strategi menurut Stephanie K. Marrus seperti yang dikutip oleh

  Sukristono, “Strategi didefenisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai (Husein, 2001: 31)

  Dalam KBBI Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai; 2 ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan: 3 rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus; 4 tempat yang baik menurut siasat perang Diakses tanggal 24 November 2017 jam 17.44 wib).

  Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun . Di akses tanggal 24 November 2017 jam 19.38 wib).

  Sedangkan dalam kamus psikologi, strategi adalah Prosedur yang di terima dan dipakai dalam sesuatu upaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti pemecahan suatu masalah. Suatu metode untuk memecahkan suatu permasalahan-permasalahan (Kartono, 2000: 488).

  Jadi kesimpulannya menurut penulis strategi adalah pendekatan yang dilakukan tehadap masalah-masalah, perencanaan atau usaha untuk mencapai sebuah sasaran yang tepat.

2. Karakter Remaja

  Karakter adalah sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun tidakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit di hilangkan (Munir, 2013: 3)

  Thomas Licokna dalam Agus Wibowo (2012: 32) karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya.

  Pendidikan karakter adalah usaha yang di sangaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.

  Kemendiknas (2010) karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasional, produktif dan kreatif.

  Sedangkan remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk menuju kedewasaan usia 13-14 tahun (Rusmini dan Sundari, 2014: 53).

  Remaja adalah suatu masa dari umur manusia, yang palin banyak mengalami perubahan sehingga membawanya pindah dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa. Perubahan-perubahan yang terjadi itu, meliputi segala segi kehidupan manusia, yaitu jasmani, rohani, pikiran perasaandan sosial. Biasanya di mulai dengan perubahan jasmani yang menyangkut segi-segi seksual, biasanya terjadi pada umur antara 13 dan 14 tahun, perubahan itu di sertai atau diiringi oleh perubahan-perubahan lain. Yang berjalan sampai umur 20 tahun karena itulah msa remaja dianggap terjadi mulai umur 13 sampai 20 tahun (Drajat, 1978: 35).

  WHO remaja adalah suatu masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menuju dewasa, batasan umur remaja menurut WHO adalah remaja awal 10 sampai 14 tahun dan remaja akhir 15 sampai 20 tahun.

  Jadi kesimpulannya menurut penulis, karakter remaja adalah ciri khas meliputi kriteria sikap, perbuatan dan tingkah laku yang di miliki dan tertanam pada remaja dengan kriteria umur 13/14 tahun sampai 20/21 tahun.

3. Desa Karangrejo

  Desa karangrejo adalah sebuah Desa yang teletak di daerah Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Desa Karangrejo terbagi menjadi 2 RW, 12 RT dengan luas wilayah adalah 180 Ha. Luas sawah +144 Ha, lain-lain (sungai, jalan, makam, dan sebagainya) 3,5 Ha dan dukuhnya terdiri 2 dukuh. Dan jumlah penduduk totalnya adalah 1.206 orang.

  F.

  Metode Penelitian 1.

  Pendekatan Penelitian Pendekatan dari penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif dapat membantu peneliti untuk memperoleh jawaban atas suatu gejala, fakta, dan realita yang dihadapi, sekaligus memberikan pemahaman dan pengertian baru atas masalah tersebut sesudah menganalisis data yang ada (Raco, 2010: 33).

  Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan, seperti dilingkungan masyarakat, lembaga-lembaga, organisasi kemasyarakatan dan lembaga pemerintahan (Sarjono, 2004: 21).

2. Lokasi Penelitian dan Penulis

  Penelitian ini berlokasi di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Peneliti merupakan warga asli Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Dan peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data

  3. Sumber Data Sumber data diperoleh dari informan kunci (key informan) yaitu informan yang dipandang sangat mengetahui aspek-aspek dari yang akan diteliti. Adapun informan kunci dari penelitian ini antara lain adalah para remaja, baik yang bersekolah, yang tidak sekolah, remaja yang tinggal di pondok pesantren.

  4. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara (Sugiyono, 2010: 193).

  a.

  Metode Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian.

  Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan observasi partisipatif, yakni peneliti terlibat langsung dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2010: 204).

  Objek observasi dalam penelitian kualitatif terdapat tiga komponen, yakni place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas) (Sugiyono, 2010: 314). Adapun aktivitas yang diobservasi adalah realitas karakter remaja di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

  b.

  Metode Wawancara (interview) Wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan remaja dan perilakunya. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat di perlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden.

  Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur (structured interview) dan wawancara semi berstruktur (semi structured interview). Wawancara terstruktur digunakan dalam studi pendahuluan (pre-research) guna untuk mengetahui gambaran umum tentang karakter remaja di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

  Wawancara terstruktur dan wawancara semi terstruktur digunakan untuk mendapatkan data mengenai perilaku para remaja di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati dan untuk mengkaji lebih dalam tentang karakter para remaja yang ada di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

  c.

  Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 135).

  Dokumentasi ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data seperti profil desa Karangrejo terutama pada karakter remajanya, arsip-arsip, peta atau gambar, serta dokumen yang relevan untuk membantu menganalisis data.

5. Anilisis Data

  Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Pemahaman diperoleh melalui analisis berbagai keterkaitan dari partisipan dan melalui penguraian pemaknaan partisipan tentang situasi dan peristiwa (Sukmadinata, 2009: 94).

  Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010: 34) analisis data kualitatif terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut: a.

  Reduksi Data (Data reduction) Reduksi data dilakukan untuk memfokuskan data pada hal-hal yang penting dari sekian banyak data yang diperoleh dari data hasil observasi, wawancara, dan catatan lapangan yang tidak terpola. Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

  b.

  Penyajian Data (Data display)

  Setelah data direduksi maka data yang diperoleh didisplay, yakni dengan menyajikan sekumpulan data dan informasi yang sudah tersusun dan memungkinkan untuk diambil sebuah kesimpulan.

  c.

  Penarikan Kesimpulan (Conclusion drawing /Verification) Prosedur penarikan kesimpulan didasarkan pada data informasi yang tersusun pada bentuk yang terpola pada penyajian data. Melalui informasi tersebut peneliti dapat melihat dan menentukan kesimpulan yang benar mengenai objek penelitian karena penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penggambaran yang utuh dari objek penelitian (Sugiyono, 2010: 336-337).

6. Pengecekan Keabsahan data

  Dalam menguji keabsahan data diperlukan teknik triangulasi agar data yang didapatkan dalam penelitian valid dan reliabel. Jenis teknik triangulasi yang digunakan antara lain: a.

  Triangulasi sumber Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Aparatur Desa, Tokoh Masyarakat, dan para remaja itu sendiri.

  b.

  Triangulasi teknik Pengumpulan data untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam hal penelitian ini dimana peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi pada seorang sumber dengan data permasalahan yang sama.

  c.

  Triangulasi waktu Pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara dalam waktu yang berbeda dan telah ditentukan.

  G.

  Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam penulisan ini memuat 5 (lima) bab, yang antara bab satu dengan bab berikutnya mempunyai keterkaitan yang saling mengisi terhadap subtansi yang ada. Adapun rincian sistematis penulisan ini sebagai berikut:

  Bab I, berisi tentang pendahuluan. Merupakan uraian umum latar belakang penelitian. Pada bab ini dibahas beberapa sub bab, yakni: latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  Bab II, berisi tentang landasan teori dari penelitian, pada bagian ini di kemukakan teori-teori dan kajian, pada bagian ini berisi tentang kajian teori remaja islam, psikologi remaja dan akhlak.

  Bab III, penulis menyajikan hasil penelitian tentang temuan penelitian dan penyajian data, yaitu gambaran umum tentang realitas remaja di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati, serta hasil wawancara yang dilakukan peneliti guna mengumpulkan data.

  Bab IV, Pada bab ini, penulis akan memaparkan analisis atas variabel penelitian yaitu tentang strategi pembentukan karakter dengan metode-metode.

  Bab V, merupakan penutup. Pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah dan saran dari penulis sendiri.

  BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja dalam Kajian Islam Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari masa anak-anak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan masa remaja adalah perpanjangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa (Zakiah, 1990: 69).

  Masa remaja merupakan periode dimana individualisme semakin menampakkan wujudnya, pada masa tersebut memungkinkan mereka untuk menerima tanggung jawab atas perilaku mereka sendiri dan menjadi sadar terlibat pada perkara hal, keinginan, cita-cita yang mereka pillih. Masa muda merupakan tahap yang penting dalam pertumbuhan religius (Robert, 1994: 23)

  Islam mempunyai tiga nilai utama atau nilai yang dijadikan pilar dalam pendidikan karakter dalam Islam, yaitu akhlak, adab,dan keteladanan.

  Akhlak merujuk kepada tugas dan tanggung jawab selain syari ‟ah dan ajaran

  Islam secara umum. Adab merujuk kepada sikap yang dihubungkan dengan tingkah laku yang baik. Sedangkan keteladanan merujuk kepada kualitas karakter yang ditampilkan oleh seorang muslim yang baik yang mengikuti keteladanan Nabi Muhammad Saw (Majid, 2013: 58).

  Implementasi akhlak dalam Islam tersimpul dalam karakter pribadi Rasulullah saw. Bersama nilai-nilai akhlak yang agung dan mulia (Majid, 2013: 59).

  Islam membagi manusia menjadi kelompok anak dan dewasa. hal itu terkait dengan taklif (beban atau tanggung jawab) syariat atas manusia. Anak- anak belum dibebankan kewajiban syariat sampai ia berakal dan baligh. sedangkan berakal dan baligh itulah yang membuat anak-anak dianggap dewasa. Menurut Islam kalau sudah aqil baligh meskipun baru usia 12 tahun, sudah wajib melakukan syariat agama Islam.

  Sebagian besar ulama Ushul Fiqh mengatakan bahwa dasar adanya taklif (pembebanan hukum) terhadap seorang mukallaf adalah akal (

  مقعنا) dan pemahaman ( ىهفنا). Seorang mukallaf dapat dibebani hukum apabila ia telah berakal dan dapat memahami taklif secara baik yang ditujukan kepadanya. Oleh karena itu, orang yang tidak atau belum berakal tidak dikenai taklif karena mereka dianggap tidak dapat memahami taklif dari al-

  Syari’. Termasuk ke

  dalam kategori ini adalah orang yang sedang tidur, anak kecil, gila, mabuk, khilaf dan lupa. Pendapat ini berdasarkan pada hadis Nabi Muhammad Saw: “Beban hukum diangkat dari umatku apabila mereka khilaf, lupa dan terpaksa” (Haroen, 1997 :305).

  Dari sini, ulama Ushul Fiqh memberi kesimpulan bahwa syarat seseorang itu dikenai taklif atau masuk sebagai predikat mukallaf terdapat dua syarat: 1.

  Orang tersebut harus mampu memahami dalil-dalil taklif. Ini dikarenakan

  taklif itu adalah khitab, sedangkan khitab orang yang tidak memiliki akal dan

  tidak faham itu jelas tidak mungkin ( لاحي). Sifat baligh itu adalah tempat pemikiran akal yaitu mengetahui baik, buruk, manfaat, dan bahaya. Maka orang yang gila dan anak kecil tidak termasuk mukallaf karena tidak memiliki kemampuan akal yang mencukupi untuk memahami dalil taklif. Begitu juga dengan orang yang lupa, tidur, dan mabuk seperti hadis yang di atas.

  2. Seseorang telah mampu bertindak hukum mempunyai kecakapan hukum (

  تيههأ). Secara istilahi, ahliyyah didefinisikan sebagai “Kepatutan seseorang untuk memiliki beberapa hak dan melakukan beberapa transaksi” (Wahbah al-Zuhaylî, 1986: 156).

  Agama Islam mengatur berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain : fiqih, aqidah, muamalah, akhlaq, dan lain-lain. Seorang muslim bisa dikatakan sempurna apabila mampu menguasai dan menerapkan aspek-aspek tersebut sesuai dengan Al-

  Qur‟an dan Hadist. Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, seseorang mampu menilai perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur kata dan bertingkah laku. Akhlak, moral, dan etika masing-masing individu berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu.

  Urgensi fase pemuda Islam merujuk pada sejumlah karakterisrik sebagai berikut :

  1. Pemuda : Awal Permulaan Taklif Fase pemuda adalah fase mengimpun ilmu pengetahuan dan kemampuan menunaikan beban syariat.

  Mana kala fase pemuda adalah titik tolak dalam menempuh jalan ibadah yang bersifat pilihan dan bersumber dari diri sendiri, penapun telah digerakkan untuknya guna mencatat amal kebaikan dan amal keburukan. Maka seseorang pemuda mesti mendapat perhatian khusus guna membantunya memulai menapaki jalan ibadah, menjelaskan rambu- rambunya, menundukkan rintangan-rintangannya, dan menjelaskan perbekalannya. Sehingga si pemuda berjalan menuju Rabbnya dengan aman dan tenang, berdasarkan petunjuk dan kesadaran (Al-Qohthani, 2013: 191).

  2. Pemuda : Fase Kekuatan Di dalam kehidupannya manusia melewati beberapa fase dengan tingkat kekuatan dan kelemahan beragam. Ia hadir di dunia dengan bentuk fisik kecil dan lemah serta tidak mengetahui apapun. Kemudian sedikit demi sedikit ia menjadi besar, tubuhnya menjadi kuat, inderanya berkembang, kecerdasan dan pengetahuannya bertambah, hingga ia menjadi dewasa. Kekuaatan pada fase ini mencakup segala sisi, kekuatan fisik, kekuatan indera, kekuatan untuk bekerja dan berusaha, dan kekuatan untuk mencari ilmu.Sebagaimana fase pemuda adalah fase kekuatan untuk belajar, ia juga fase kekuatan untuk mengajar. Mengingat fase pemuda juga merupakan fase kekuatan fase

  syahwat seksual, maka mesti ada perhatian terhadap fase ini dan melindungi

  para pemuda agar tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan. Untuk itulah Rasulallah Saw. begitu serius dalam melindungi para generasi muda generasi sahabat (Al-Qohthani, 2013: 191-195).

  3. Pemuda : Fase Usia yang Paling Utama Kembalinya keutamaan pada fase usia muda ini mengingat di dalamnya terhimpun kekuatan dan semangat seseorang yang tidak bisa ditemukan pada fase lain. Juga karena pada fase ini dipenuhi kesempurnaan indera kemampuan untuk belajar dan bekerja. Akan tetapi keutamaan ini bersifat mutlak berlaku bagi setiap orang, tetapi bisa jadi bagi sementara orang fase lain lebih utama dari fase pemuda. Itu terjadi bila pada fase-fase lain tersebut terwujud kekuatan iman dan kesinambungan hubungan dengan Allah Swt.

  Pada kondisi ini kesempurnaan hakiki terwujud, kemudian keutamaan menjadi sempurna ketika fase pemuda betemu dengan kekutan iman.

  Pada umumnya kenyamanan dan kebahagaian hidup hanya bisa dinikmati pada masa muda. Ia adalah masa yang mana anak-anak yang mendamba bisa sampai kepadanya dan orang tua berangan-angan bisa kembali kepadanya (Al-Qohthani, 2013: 195-196).

4. Pemuda : Fase Usia Terpanjang

  Jika umur manusia sekarang berkisar antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun bagi mereka yang dipanjangkan Allah umurnya, sebagaimana disebutkan dalam hadist Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Umur umatku antara enam puluh tahun hingga tujuh puluh tahun, sangat sedikit diantara me reka yang melampaui usia itu.” Maka rata-rata umur manusia adalah 65 tahun. Juga bila masa anak-anak dihitung dari kelahiran hingga usia muda.

  Usia muda adalah antara empat belas tahun pada umumnya hingga empat puluh tahun, sesuai dengan definisi diatas, Kemudian fase setengah baya dimulai dari berakhirnya fase muda hingga genap lima puluh tahun (Al- Qohthani, 2013: 197).

  B.

  Remaja dalam Kajian Psikologi

  Menurut Sigmund Freud dalam Sunaryo (2004: 44), mengatakan bahwa fase remaja yang berlangsung dari usia 12-13 tahun hingga 20 tahun. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa kanak- kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua.

1. Tahap Perkembangan Remaja

  Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja sampai dengan fase remaja akhir berdasarkan pendapat Sullivan (1892-1949). Pada fase- fase ini terdapat beragam ciri khas pada masing-masing fase.

  a.

  Fase Pra Remaja Periode transisi antara masa kanak-kanak dan adolesens sering sikenal sebagai praremaja oleh profesional dalam ilmu perilaku

  (Potter&Perry, 2005). Fase pra remaja ini ditandai dengan kebutuhan menjalin hubungan dengan teman sejenis, kebutuhan akan sahabat yang dapat dipercaya, bekerja sama dalam melaksanakan tugas, dan memecahkan masalah kehidupan, dan kebutuhan dalam membangun hubungan dengan teman sebaya yang memiliki persamaan, kerja sama, tindakan timbal balik, sehingga tidak kesepian (Sunaryo, 2004: 56).

  Tugas perkembangan terpenting dalam fase pra remaja yaitu,belajar melakukan hubungan dengan teman sebaya dengan cara berkompetisi, berkompromi dan kerjasama.

  b.

  Fase Remaja Awal (early adolescence)

  Fase remaja awal merupakan fase yang lanjutan dari pra remaja. pada fase ini ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak. Sehingga, remaja mencari suatu pola untuk memuaskan dorongan genitalnya.

  Menurut Steinberg (dalam Santrock, 2002: 42) mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak.

  Sunaryo (2004:56) berpendapat bahwa, hal terpenting pada fase ini, antara lain: 1) Tantangan utama adalah mengembangkan aktivitas heteroseksual. 2) Terjadi perubahan fisiologis. 3)

  Terdapat pemisahan antara hubungan erotik yang sasarannya adalah lawan jenis dan keintiman dengan jenis kelamin yang sama.

  4) Jika erotik dan keintiman tidak dipisahkan, maka akan terjadi hubungan homoseksual.

  5) Timbul banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual, keamanan dan keakraban.

  6) Tugas perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dan melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda.

  c.

  Fase Remaja Akhir Fase remaja akhir merupakan fase dengan ciri khas aktivitas seksual yang sudah terpolakan. Hal ini didapatkan melalui pendidikan hingga terbentuk pola hubungan antar pribadi yang sungguh-sungguh matang. Fase ini merupakan inisiasi ke arah hak, kewajiban, kepuasan, tanggung jawab kehidupan sebagai masyarakat dan warga negara.

  Sunaryo (2004: 57) mengatakan bahwa tugas perkembangan fase remaja akhir adalah economically, intelectually, dan emotionally self

  sufficient .

2. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja a.

  Perkembangan Biologi Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52).

  Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu; perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara. Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.

  Potter & Perry (2005: 535) juga mengatakan bahwa setelah pertumbuhan awal jaringan payudara, puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini sebagian dikontrol oleh hereditas, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet dalam usia 10 tahun. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut bisa terjadi secara spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh.

  Perry&Potter (2005: 690) mengungkapkan bahwa empat fokus utama perubahan fisik adalah: Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan visera Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebah pinggul Perubahan distribusi otot dan lemak Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder.

  Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan kelenjarhypothalamus. Kedua kelenjar itu masing- masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002:94).

  b.

  Perkembangan Kognitif Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002: 15) pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun.

  Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri biologis. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam.

  Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis.

  Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.

  Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja c. Perkembangan Sosial

  Potter & Perry (2005: 535) mengatakan bahwa perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sama dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi penghargaan masyarakat.

Dokumen yang terkait

PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI DI DESA PENGGALANGAN KECAMATAN SEI BAMBAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

0 0 12

PENDIDIKAN ISLAM BAGI ANAK DALAM KELUARGA BURUH TANI DI DESA SELOPAJANG BARAT KECAMATAN BLADO KABUPATEN BATANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 124

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BOYONGAN RUMAH DI DESA NGENDEN KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 4 119

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 99

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT IZATUL ISLAM GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 120

PEMBINAAN AKHLAK ANAK PADA ORANGTUA PEKERJA PABRIK DI DUSUN NGUMPUL DESA KEDUNGUMPUL KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 93

PERAN WANITA KARIER DALAM MEMBINA RELIGIUSITAS ANAK DI DESA MEDAYU KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 169

MODEL PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN TARBIYYATUL MUBALIGHIN DESA REKSOSARI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 20016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 81

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-FALAH SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 132

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMP ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 189