INOVASI DAERAH (REFLEKSI DAN PENGATURAN INOVASI DAERAH DI INDONESIA.
(2)
Magister Hukum Udayana
Jurnal
(3)
Susunan Dewan Redaksi Publikasi Karya Ilmiah
ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana
Jurnal
Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Volume 4 Nomor 4 Desember 2015
PENANGGUNG JAWAB
Dr. N Ketut Supast Dharmawan, SH., M.Hum., LLM. PEMIMPIN REDAKSI
Dr. Ida Bagus Surya Darmajaya, SH., MH. SEKERTARIS PEMIMPIN REDAKSI
Dr. I Ketut Sudantra, SH., MH. DEWAN REDAKSI
Prof. Dr. I Gust Ngurah Warocana, SH., MH Prof. Dr. I Made Arya Utama., SH., M.Hum. PENYUNTING AHLI MITRA BESTARI Prof. Tom Suryo Utomo, SH., LLM., Ph.D (UGM)
Dr. Edmon Makarm, SH., S.Kom., LLM (UI) Prof. Dr. Efa Laela Fakhrah, SH., MH.(UNPAD)
Are Afransyah, SH., M.I.L., Ph.D (UI) PENYUNTING AHLI
Dr. Putu Tun Cakabawa Landra, SH., M.Hum. Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, SH., M.Hum.
Dr. I Wayan Wryawan, SH., MH. Dr. I Gust Ketut Arawan, SH., MH.
Dr. I Gede Yusa, SH., MH. Dr. N Nyoman Sukert, SH., MH. Dr. Desak Putu Dew Kash, SH., M.Hum
Dr. Gde Made Swardhana, SH., MH. Dr. Made Gde Subha Karma Resen, SH., M.Kn
PENYUNTING TEKNIS Cokorde Dalem Dahana, SH., M.Kn
I Made Dedy Pryanto, SH., M.Kn I Nyoman Bagastra, SH., MH.
(4)
SEKRETARIAT Gust Ayu Raka Wratn A.A. Istr Agung Yunana, SE
Made Mustana, SE
Made Dandy Pranajaya, S.Sos., M.AP Alamat Penyuntng dan Sekretarat : Program Stud Magster (S2) Ilmu Hukum Program Pascasarjana Unverstas Udayana
Gedung Pascasarjana Lanta I, Jl. PB. Sudrman Denpasar – Bal Telepon : +62 (361) 246 354
E-Mal: magsterhukumunud@yahoo.co.d http://ojs.unud.ac.d/ndex.php/jmhu
Gambar Cover: Dew Saraswat (Dew Ilmu Pengetahuan).
Foto dambl dar ruang depan gedung Pasca Sarjana Unverstas Udayana
Journal Policy
Udayana Master Law Journal (Jurnal Magister Hukum Udayana) adalah Jurnal Ilmah Hukum yang dtujukan untuk mempublkaskan naskah hasl kajan dan peneltan d bdang hukum dar para penstud (dosen, mahasswa, penelt ), ahl hukum dan prakts yang berkatan dengan Hukum Bsns, Hukum Perdata, Hukum Pemerntahan, Hukum Pdana, Hukum Keparwsataan, HAM serta Hukum & Masyarakat dalam lngkup lokal, nasonal dan nternasonal yang orsnal dan belum pernah dpublkaskan. Proses Review dlakukan dengan Peer Review (Blind Review) terkat substans dan tekns. Udayana Master Law Journal (Jurnal Magister Hukum Udayana) dterbtkan secara online dan eds cetak dalam empat (4) kal setahun (Me, Jul, September dan Desember). Udayana Master Law Journal (Jurnal Magister Hukum Udayana) menuju Jurnal Akredtas Nasonal & saat n terndex pada DOAJ (Drectory of Open Access Journals), Google Scholar, IPI (Indonesan Publcaton Index) dan EBSCO, Journal TOCs, OAJI, ResearchBb, Academc Keys.
(5)
v
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu,
Atas asung wara nugraha Ida Hyang Wdh Wasa / Tuhan Yang Maha Esa mengakhr tahun 2015 n kam dapat menghadrkan Jurnal n kehadapan pembaca. Artkel-artkel yang kam hadrkan pada Volume 4 No. 4 n terdr dar artkel para dosen / pengajar Magster (S2), Dosen Fakultas Hukum dan para mahasswa Magster (S2) Ilmu Hukum Unverstas Udayana.
Mengawal artkel Jurnal n adalah Izzah Amla Fasal dengan artkel Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pariwisata Seksual Anak Di Bali. Putr Kusuma Sanjwan membahas tentang Kewenangan Pemerintah Provinsi Bali Dalam Pembangunan Pelabuhan Pariwisata Sebagai Pendukung Pariwisata Bali.
Selanjutnya dbahas Kewenangan Komisi Kejaksaan oleh Putu Indrawan Ariadi. Implementasi Nilai-Nilai Agama Hindu Terhadap Penyelesaian Tindak Pidana Adat Di Bali
dbahas dalam tulsan Putu Rzky Straputra. Kemudan dsusul dengan tulsan Pluralisme Hukum Dalam Perbuatan Hukum Pengangkatan Anak Di Bali oleh I Gust Agung Ayu Sukma Sanjwan.
Dlanjutkan dengan tulsan para dosen dar Fakultas Hukum UNUD, yatu dar Sr Utar membahas tentang Implementasi Tanggungjawab Negara Terhadap Kewajiban Konstitusional Warga Negara Mengikuti Pendidikan Dasar Di Desa Terpencil Kabupaten Bangli. N Luh Gede Astaryan membahas Kewenangan Pemerntah Dalam Pembentukan Peraturan Kebjakan dan Made Gde Subha Karma Resen mengkaj terkat Inovas Daerah.
Berturut-turut kam sajkan artkel dar Made Somya Putra, Indah Permatasar, Made Gede Arthadana, Kadek Putra Ark Pesona, Anak Agung Ngurah Agung Satrya Dana, I Gede Pranajaya, I Ketut Ngastawa, I Ketut Purna Astha dan kembal tulsan dosen FH UNUD yakn Made Suksma Prjandhn Dev Salan mengambl judul Pengaturan City Hotel Berkarakter Chain Hotel Sebagai Salah Satu Bentuk Usaha Jasa Pariwisata Di Indonesia (Studi Kasus Di Bali).
Sebaga pamungkas dar 18 artkel Volume 4 No. 4 n kam sajkan tulsan dar Kadek Agus Sudarawan yang membahas Transfer Of Undertaking Protection Of Employment (Tupe) Dalam Dunia Ketenagakerjaan Indonesia (Diantara Potensi Dan Hambatan).
Semoga jurnal yang kam hadrkan kal n semakn banyak mengnspras serta menmbulkan kegarahan untuk menuls, terutama bag pembaca krts d kalangan akadems. Saran dan krtk tetap dbutuhkan sebaga upaya penyempurnaan eds jurnal selanjutnya d tahun 2016.
Selamat Tahun Baru 2016 dan selamat membaca. Om Shanti Shanti Shanti Om.
Denpasar, Desember 2015 Redaks
(6)
v
KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... v Pariwisata Seksual Anak : Upaya Perlindungan Anak
Berkaitan dengan Sex Child Tourism ... 626 Izzah Amla Fasal
Kewenangan Pemerintah Provinsi Bali dalam Pembangunan Pelabuhan
Pariwisata sebagai Pendukung Pariwisata Bali ... 634 Putr Kusuma Sanjwan
Kewenangan Komisi Kejaksaan terhadap Tugasnya untuk Melakukan
Pengawasan Khususnya kepada Kewenangan Penuntut Umum ... 645 Putu Indrawan Arad
Implementasi Nilai-nilai Agama Hindu terhadap Penyelesaian
Tindak Pidana Adat di Bali ... 654 Putu Rzky Straputra
Pluralisme Hukum dalam Perbuatan Hukum Pengangkatan Anak di Bali ... 661 I Gust Agung Ayu Sukma Sanjwan
Implementasi Tanggungjawab Negara Berkaitan Dengan Hak Atas Pendidikan Dasar Bagi Warga Negara Di Desa Terpencil Kabupaten Bangli ... 669 N Ketut Sr Utar, I Made Udana
Inovasi Daerah
(Releksi dan Pengaturan Inovasi Daerah di Indonesia) ... 680 Made Gde Subha Karma Resen
Kewenangan Pemerintah dalam
Pembentukan Peraturan Kebijakan ... 688 N Luh Gede Astaryan
Penyelesaian Wicara Melalui Peradilan oleh Majelis Utama Desa
Pakraman (MUDP) Provinsi Bali ... 700 I Made Somya Putra
(7)
v
Kewenangan Menguji Konstitusionalitas
Peraturan Daerah terhadap UUD 1945 ... 713 Indah Permatasar
Peranan Sidik Jari dalam Mengungkap Pelaku Tindak Pidana
di Tingkat Penyelidikan Polda Bali ... 720 Made Gede Arthadana
Konstruksi Sanksi Administratif Peraturan Daerah
Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 ... 729 Kadek Putra Ark Persona
Kewenangan Pemerintah Provinsi Bali dalam Penyelenggaraan Penanaman Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal .... 736 Anak Agung Ngurah Agung Satrya Dana
Pengaturan Pengangkatan Sekretaris Daerah untuk Mewujudkan
Netralitas Pegawai Negeri Sipil Daerah ... 747 I Gede Pranajaya
Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11-017/PUU-I/2003
terhadap Perlindungan Hukum Hak Dipilih ... 757 I Ketut Ngastawa
Kontradiksi Implementasi Pasal 79A Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan di Kota Denpasar ... 770 I Ketut Purna Astha
Pengaturan City Hotel Berkarakter Chain Hotel sebagai Salah Satu
Bentuk Usaha Jasa Pariwisata di Indonesia (Studi Kasus di Bali) ... 783 Made Suksma Prjandhn Dev Salan
Pengaturan Prinsip Transfer of Undertaking Protection of Employment (TUPE) dalam Dunia Ketenagakerjaan Indonesia
(Diantara Potensi dan Hambatan) ... 796 Kadek Agus Sudarawan
(8)
680
I. Pendahuluan
Indonesa yang lebh bak, kalmat tersebut tdak jarang terucap dan tersurat pada momen nasonal, pembertaan d meda, maupun pdato-pdato pemerntah (Pusat/Daerah). Sehngga tmbul pertanyaan, apakah Indonesa belum bak? Apakah tujuan bangsa telah tercapa? Apakah dnamka daerah, nasonal, regonal dan nternasonal dapat terakomodr? Apakah aturan hukum d Indonesa telah efektf? Apakah knerja dar pemerntah pusat dan daerah telah berjalan dengan bak? Lebh khusus lag yang menjad fokus utama pada tulsan n, apakah otonom dan desentralsas telah berjalan sebagamana dcta-ctakan?
Menanggap pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada baiknya menelusuri dan mereleksi pada event terdahulu untuk djadkan acuan dan cermnan bag pelaksanaan otonom daerah dmasa yang akan datang.
Irfan Rdwan Masum mengungkapkan “dar ss ekonom, otonom Daerah justru seolah menjad beban. Ekonom baya tngg muncul akbat penerapan otonom Daerah.”2
Semangat otonom belum berjalan, jka damat dar propors belanja Pusat dan Daerah, belanja Pusat mencapa angka Rp.1. 249 trlun mash jauh lebh besar dar pada belanja Daerah yang besarnya Rp.592 trlun. Ironsnya, separuh dar belanja Pusat,
INOVASI DAERAH
(Releksi dan Pengaturan Inovasi Daerah di Indonesia)
Oleh:
Made Gde Subha Karma Resen1
ABSTRACT
Regional Innovation is an important factor to encourage competitiveness and prosperity
in the region. Innovation is a collaborative process to improve effectiveness and eficiency
in the Region. Innovation cannot run sporadically and partially, particularly at the level of
regulation and governance. Relection on experience shows, government apprehensive to
innovate in the Region. Criminalization of policy, euphoria of corruption eradication causing
poor innovation in the Region, so it should be given the rule that provides the lexibility to
innovate without diminishing accountability or in formulating innovation policy, should be based on the principles in the running of innovation.. Through the juridical analysis of substance of the Law 23/2014, have been set related to regional innovation. There is the possibility of expanding the activities of government, with narrowing of the risk of criminal prosecution.
Key Words: Regional Innovation, Local Government, Regional Innovation System
1 Penuls adalah Staf Pengajar (Dosen) d Fakultas
Hukum Unverstas Udayana. e-mal: subhakarma. skr@gmal.com
2 Irfan Rdwan Masum adalah Ketua Program Pasca
Sarjana Ilmu Admnstras Fakultas Ilmu Sosal dan Poltk Unverstas Indonesa. Lhat dalam: Haran Kompas, “Problem Belum Terjawab: Inkonsistensi Pemerintah Hambat Undang-Undang Pemerintahan Daerah,” Kams 24 Aprl 2014,hlm.2.
(9)
681
sebesar Rp.637 trlun dpergunakan untuk semua kementeran dan lembaga d Pusat.3
Beberapa surve menunjukkan belum terwujudnya plhan rasonal tujuan bernegara dalam kerangka welfare state dan konseps
governance d Indonesa. Berkenaan dengan salah satu su kesejahteraan yang menjad su publk, beberapa tm penelt dar Power,
Welfare and Democracy (PWD) Project,4
memberkan hasl pada peneltannya bahwa terdapat “kernduan” dan kebutuhan terhadap gagasan negara kesejahteraan (welfare state), Negara yang mengurus pelayanan dasar warganegaranya (sepert penddkan dan kesehatan).
Dar aturan hukum terkat dengan otonom daerah (Undang-Undang Pemerntahan Daerah), aturan hukum yang cepat berubah/ damandemen dsatu ss menunjukkan responsvtas terhadap kednamkaan tap ss yang lan menmbulkan prasangka bahwa formulas
substans pengaturannya yang “dangkal” dan tdak futurstk. Permasalahan juga terlhat pada dsharmon produk-produk hukum daerah dengan aturan hukum d atasnya. Dan lebh fatal lag, eufora pemberantasan korups, menmbulkan ketakutan bag penyelenggara pemerntahan untuk melakukan novas-novas d daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerntahan yang lebih efektif, dan lebih eisien dalam rangka menngkatkan dan meramu dametral kesejahteraan dan pertumbuhan pembangunan.5
Dari penekanan-penekanan releksi pada latarbelakang d atas, pentng danalsa dan djabarkan pengaturan novas daerah dalam kerangka penyelenggaraan pemerntahan daerah d Indonesa, sebagamana paradgma novas n djabarkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah. II. PEMBAHASAN
2.1 Penguatan Sistem Inovasi Daerah di Indonesia
Gagasan tentang novas d daerah nampaknya bukanlah hal yang baru, dan telah ada sebelum dundangkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2014. Pada tanggal 3 Me 2012 dundangkannya Peraturan Bersama Menter Negara Rset dan Teknolog Republk Indonesa dan Menter Dalam Neger Republk Indonesa Nomor:
3 Paparan Menter Dalam Neger (Gumawam Faus) dan
Ketua Koms II DPR (Agun Gunandjar Sudarsa) saat semnar nasonal bertajuk “Satu Dekade Implementasi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,” d Jakarta, 23 Aprl 2014. Lhat dalam: Ibd.
4 Power, Welfare dan Democracy (PWD) Project
merupakan kerjasama antara Unverstas Gadjah Mada (Jurusan Poltk dan Pemerntahan) dan Unversty of Oslo. Pengumpulan data melbatkan 117 orang penelt lokal, penelt mengumpulkan data dar 628 nforman yang memlk pengetahuan dan keterlbatan mendalam terhadap su yang dtelt, tersebar d 30 Kabupaten/Kota d 24 Provns d Indonesa. Tujuan dar surve adalah mengevaluas tantangan dan peluang demokras d Indonesa berbass pada kerangka Davd Beetham sebaga
pijakan dasar. Beetham mendeinisikan demokrasi
sebaga “control popular terhadap urusan publk dan polts berbass persamaan hak warga negara”. Surve n telah dlakukan sebanyak 2 (dua) kal 2003/2004 dan 2007. Lhat dalam: Rngkasan Ekseskutf Power, Welfare and Democracy Project, 2014 “Demokrasi di Indonesia: Antara Patronase dan Populisme”,
kerjasama antara Unverstas Gadjah Mada (Jurusan Poltk dan Pemerntahan) dan Unversty of Oslo serta ddukung oleh The Royal Norwegan Embassy, hlm. 2-3.
5 Made Gde Subha Karma Resen dan I Ketut Tjukup,
Planning The Diametrical Growth Of Development And Welfare (Legal Aspects Of Human Capital Investment Towards Quality Improvement Of Indonesian Labor Force), Internatonal Journal of Busness, Economcs and Law, Vol. 6, Issue 4 Aprl 2015. Dapat dakses onlne pada: http://jbel. com/wp-content/uploads/2015/05/Law39_PAID_ IJBEL_KARMA_Plannng-The-Dametral-Growth_ Template-IJBEL-and-SEAJBEL-vol.-6-Apr-2015-Subha-Karma-Tjukup_D39.pdf.
(10)
682
03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sstem Inovas Daerah.
Pertmbangan dar dkeluarkannya peraturan bersama n adalah dalam rangka penngkatan kapastas pemerntahan daerah, daya sang daerah, dan pelaksanaan
masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonom Indonesa 2011-2025.
Dalam peraturan bersama tersebut, novas dmaksud adalah kegatan peneltan, pengembangan, penerapan, pengkajan, perekayasaan, dan pengoperasan yang selanjutnya dsebut keltbangan yang bertujuan mengembangkan penerapan prakts nla dan konteks lmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan lmu pengetahuan dan teknolog yang telah ada ke dalam produk atau proses produks.
Inovas merupakan faktor pentng untuk mendukung daya sang daerah. Langkah-langkah novas merupakan rangkaan elaboratf guna menngkatkan efektiitas dan eisiensi di daerah. Inovasi dsadar tdak dapat berjalan secara sporads dan parsal, harus merupakan kolaboras antar aktor-aktor yang salng bernteraks dalam suatu sstem yang dsebut sebaga sstem novas.
Peraturan bersama tersebut, memberkan pengertan sstem novas daerah sebaga, keseluruhan proses dalam satu sstem untuk menumbuhkembangkan novas yang dlakukan antar nsttus pemerntah, pemerntah daerah, lembaga keltbangan, lembaga penddkan, lembaga penunjang novas, duna usaha, dan masyarakat d daerah.
Keseluruhan proses tersebut, dtuangkan dalam kebjakan-kebjakan pengutan sstem novas daerah, dalam bentuk kebjakan nasonal yang dprakarsa
oleh kementran yang dtuangkan dalam rencana strategs lma tahunan kementran. Pada provns, kabupaten dan kota. Gubernur menetapkan kebjakan pengutan sstem novas daerah d provns dan kabupaten/kota dwlayahnya, sedangkan Bupat/Walkota menetapkan kebjakan pengutan sstem novas daerah d kabupaten/kota. Kebjakan Gubernur, Bupat/Walkota tertuang dalam
roadmap penguatan sstem novas daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk perode 5 (lma) tahun dan Rencana Kerja Pemerntah Daerah (RKPD) untuk perode 1 (satu) tahun.
Pada tahun pertama dundangkannya peraturan bersama n, beberapa daerah telah menjalankan roadmap penguatan sstem novas daerah, sepert Kabupaten Sleman. Inovas darahkan pada 2 (dua) plar yatu sektor pertanan novatf dan pengembangan UMKM berbass klaster.6 Beberapa meda
juga membertakan, lahrnya gagasan-gagasan novas daerah, sepert dgagasnya konsep kota cerdas, pemerntah daerah ddorong untuk melakukan novas dan pembaharuan dalam pelayanan berbass teknolog nformas. Menjad persoalan adalah belum terdapatnya landasan hukum novas daerah dengan menggunakan teknolog nformas, sebagamana secara faktual perstwa n terjad d DKI Jakarta. Penerapan e-budgeting yang dgunakan oleh Gubernur DKI Basuk Tjahaya Purnama dalam penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) 2015.7
6 Roadmap Penguatan Sstem Inovas Daerah (SIDa)
Kabupaten Sleman, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman, 2013.
7 Landasan Hukum Inovas Kota Cerdas, 17 Jun 2015,
dapat dakses pada www.kompasana.com/landasan-hukum-novas-kota-cerdas_552b1588f17e610d6cd6 23d4 dakses pukul 12.54 Wta, Mnggu 03 Januar 2016.
(11)
683
Kekhawatran atas krmnalsas merupakan salah satu faktor penyebab, kecendrungan langkah novas tersebut tdak mendapatkan dukungan penuh.
Menjawab persoalan tersebut, guna memperkuat sstem novas daerah, kementeran dalam neger mula menyapkan rancangan peraturan pemerntah yang dtargetkan tuntas pada November 2016. Empat hal pentng yang sampa saat n belum tersentuh dalam sstem novas daerah yatu; tata kelola pemerntahan, layanan publk, pemberdayaan masyarakat, dan daya sang.8
2.2 Inovasi Daerah Dan Pengaturannya Pada Undang-Undang Pemerintahan Daerah
Inovas daerah, datur dalam Pasal 386, pada ayat 1 datur bahwa, novas yang dapat dlakukan oleh pemerntah daerah merupakan dalam rangka menngkatkan knerja penyelenggaraan pemerntahan daerah. Inovas-novas tersebut merupakan semua bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan pemerntahan daerah. Bentuk-bentuk pembaharuan dapat dlakukan dengan penerapan atas hasl-hasl lmu pengetahuan dan teknolog dan temuan-temuan baru dalam penyelenggaraan pemerntahan. Pengaturan n mempertegas upaya snergstas antara pemerntah daerah dengan berbaga stakeholders dalam rangka penngkatan penyelenggaraan pemerntahan daerah serta daya sang daerah. Pandangan-pandangan pembaharuan n menjauhkan tpe
penyelenggaraan manajeral yang otokratk maupun paternalstk.9 Admnstras dan
manajemen pemerntahan adalah keseluruhan proses penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerntahan dan pembangunan pada semua tngkat dan satuan organsas, ds dengan manusa dan sumber-sumber daya lannya yang harus dmanfaatkan secara optmal, berdaya guna dan berhasl guna.10 Setap
tahapan pentng proses penyelenggaraan tugas-tugas tersebut akan adaptf terhadap perkembangan, jka terbuka peluang adanya pembaharuan dan/atau novas.
Inovas tersebut terumuskan dalam kebjakan-kebjakan, dalam merumuskannya harus mengacu pada prnsp-prnsp, d antaranya; peningkatan eisiensi, perbaikan efektvtas, perbakan kualtas pelayanan, tidak ada konlik kepentingan, berorientasi pada kepentngan umum, dlakukan secara terbuka, memenuh nla-nla kepatutan, dan dapat dpertanggungjawabkan haslnya tdak untuk kepentngan dr sendr. Terdapat 8 (delapan) prnsp sebaga langkah-langkah merumuskan kebjakan novas daerah.
Paradgma Undang-Undang No. 23 Tahun 2014, semakn mengedepankan partspas rakyat dalam mengajukan nsatf, usulan terhadap novas. Hal n dapat dcermat pengaturannya pada Pasal 388, bahwa nsatf novas selan berasal dar kepada daerah, anggota DPRD, aparatur spl negara, perangkat-perangkat daerah, akan tetap juga nsatf tersebut dapat berasal dar anggota masyarakat. Usulan novas yang berasal dar anggota
8 Perkuat Inovas Daerah, Kemendagr Sapkan RPP
UU Pemerntahan Daerah, 21 Desember 2015, dapat dakses pada http://komnfo.jatmprov.go.d/read/ umum/perkuat-novas-daerah-kemendagr-sapkan-rpp-uu-pemerntah-daerah Dakses pukul 01.03 Wta, Mnggu 03 Januar 2016.
9 Sondang P. Sagan, 2014, Filsafat Administrasi, eds
Revisi, Jakarta, Penerbit Sinar Graika Offset, hlm.
34-35.
10 C.S.T Kansl, Crstne S.T. Kansl, J Hanny Posumah,
dan Sad Aneke Rukah, 2009, Hukum Administrasi Daerah, Jakarta, Penerbt Jala Permata Aksara, hlm.63.
(12)
684
masyarakat,dsampakan kepada DPRD dan/ atau kepada pemerntah Daerah.
Berbaga bentuk atau wujud partspas anggota masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerntahan yang telah dpraktekkan beberapa negara, sebagamana drangkum oleh Ahmad Sukard,11 sepert;
pengalaman Negara Flpna pada tahun 1986 pasca rezm otorter Ferdnand Marcos. Langkah sukses dalam reformas sstem pemerntahan daerah, d antaranya: (1) pelmpahan kekuasaan kepada daerah dalam penyedaan pelayanan dasar masyarakat, (2) penngkatan sumber dana bag unt-unt pemerntah daerah, dan (3) yang terpentng adalah pemberan partspas masyarakat dalam berbaga aspek kegatan daerah. Pengalaman d Afrka Selatan juga menunjukkan hal serupa (setelah keruntuhan rezm apartheid), partspas warga menjad faktor determnan dalam mencapa kesuksesan pelaksanaan desentralsas. Dar beberapa contoh tersebut menunjukkan adanya koherens antara partspas anggota masyarakakat dengan penyelenggaraan pemerntahan.
Selanjutnya usulan novas juga dapat dajukan oleh anggota DPRD, usulan tersebut dtetapkan dalam rapat parpurna, usulan tersebut selanjutnya dsampakan kepada kepala daerah untuk dtetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah (Perkada) sebaga novas daerah. Keberadaan Perkada karena, dpersyaratkan bahwa, jens, prosedur dan metode penyelenggaraan pemerntahan daerah yang bersfat novatf dtetapkan dengan Perkada. Selanjutnya novas daerah yang akan dlaksanakan oleh keala daerah, harus d laporkan kepada menter, pelaporan
tersebut melput cara dalam melakukan novas, dokumentas bentuk-bentuk novas serta hasl novas yang kan dcapa. Pelaksanaan novas yang dlakukan oleh daerah-daerah selanjutnya akan dnla oleh Pemerntah Pusat dengan memanfaatkan lembaga-lembaga yang berkatan dengan peneltan dan pengembangan.
Guna menngkatkan “garah” bernovas pemerntah pusat memberkan
rewards dan/atau nsentf kepada pemerntah daerah yang berhasl melaksanakan novas. Begtupun bag ndvdu atau perangkat daerah yang berhasl melakukan novas,
rewards dan/atau nsentf dberkan oleh pemerntah daerah.
Eufora penanganan korups, penyelenggaraan pemerntahan yang bersh dan bebas dar korups, penyelewengan dan berbaga macam maladmnstras, menyebabkan banyak pemerntah daerah d Indonesa tdak “kondusf” menyelenggarakan pemerntahan d tengah suasana paradoks, begtu juga terkat dengan anggaran daerah, APBD tdak terserap optmal, sehngga pemerataan kesejahteraan dan pertumbuhan pembangunan terhambat. Bachrul Amq dalam peneltannya menunjukkan bahwa “…ada hubungan yang kuat antara banyaknya pengungkapan tndak pdana korups dengan fenomena rendahnya penyerapan APBD…Para pejabat pemerntah daerah tdak segan-segan mengaku bahwa para pejabat d lngkungannya takut berurusan dengan hukum.”12 Pemerntah seolah-olah
menjad “safety player” menempatkan dana daerah dalam bentuk deposito, sertiikat Bank Indonesa (SBI).13
11 Akhmad Sukard, 2009, Participatory Governance
Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, Yogyakarta, Penerbt LaksBang PRESSndo, hlm.3-4.
12 Bachrul Amq, 2010, Aspek Hukum Pengawasan
Pengelolaan Keuangan Daerah, Yogyakarta, Penerbt LaksBang PRESSndo, hlm.5.
(13)
685
Bercermin dan mereleksi dari persoalan tersebut, pengaturan novas daerah “dperhalus,” untuk menngkatkan nsatf-nsatf dalam rangka perbakan kualtas penyelenggaraan pemerntahan. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 389 yang menegaskan bahwa “Dalam hal pelaksanaan novas yang telah menjad kebjakan Pemerntah Daerah dan novas tersebut tdak mencapa sasaran yang telah dtetapkan, aparatur spl negara tdak dapat dpdana.” Jamnan tersebut tentu saja ddasarkan pada prnsp akuntabltas, terkat dengan perencanaan, tata kelola serta output dar sasaran yang telah dtetapkan, sejauh tdak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, asas-asas umum pemerntahan yang bak, ddasarkan pada itikad baik, tidak terdapat konlik kepentingan serta dapat dpertanggungjawabkan haslnya tdak untuk kepentngan dr sendr.
Berlakunya Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 jis Undang-Undang No. 2 Tahun 2015 dan Undang-Undang No. 9 Tahun 2015 tentang Pemerntahan Daerah serta Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Admnstras Pemerntahan, dsatu ss telah terjad perluasan wlayah admnstras dalam kebjakan penganggaran dan d ss lannya terjad penyemptan wlayah pdana korups.14 Terjad perubahan
fundamental dengan pendekatan yang tdak hanya terfokus pada kerja atau rutntas dalam penyelenggaraan pemerntahan, akan tetap nampak juga adanya penghargaan serta perlndungan terhadap ponr-ponr yang bernsatf dengan novas-novasnya kearah perbakan. Dalam penjelasan
Undang-Undang Pemerntahan Daerah djelaskan bahwa, “Majunya suatu bangsa sangat dtentukan oleh novas yang dlakukan bangsa tersebut. Untuk tu maka dperlukan adanya perlndungan terhadap kegatan yang bersfat novatf yang dlakukan oleh aparatur spl negara d Daerah dalam memajukan Daerahnya. Perlu adanya upaya memacu kreatvtas Daerah untuk menngkatkan daya sang Daerah. Untuk tu perlu adanya krtera yang obyektf yang dapat djadkan pegangan bag pejabat Daerah untuk melakukan kegatan yang bersfat novatf. Dengan cara tersebut novas akan terpacu dan berkembang tanpa ada kekhawatran menjad obyek pelanggaran hukum.
Inovas daerah semakn mendekatkan pemerntah daerah untuk mencapa tujuan negara dan tujuan otonom, pemerntah daerah lebh “luwes,” dalam perencanaan (planning) sebaga keseluruhan proses pemkran dan penentuan secara akurat tentang kegatan yang akan dlakukan dmasa yang akan datang, untuk pencapaan tujuan yang telah dtentukan, serta dalam tata kelola (governance) dengan pendekatan fungsonal,15 dalam rangka pengelolaan yang
lebih efektif, eisien dan akuntabel. III. PENUTUP
Inovas d daerah sebelumnya terganjal oleh aturan hukum yang belum mengakomodr kebutuhan kebjakan yang mengarah pada novas, praktek-praktek penyelenggaraan pemerntah yang mash rentan adanya paraktek-praktek KKN, sehngga menmbulkan kekhawatran.
15 Made Gde Subha Karma Resen, Government As
An Entrepreneur (Good Governance In Functonal Approach), South East Asa Journal of Contemporary Busness, Economcs and Law, Vol.
14 W. Rawan Tjandra, Inovas, Dskres, dan Korups,
Selasa 22 September 2015, dapat dakses pada http:/ nasonal.kompas.com/read/2015/09/22/16000041/ Inovas.DIskres.dan.Korups?page=all dakses pada pukul 02.39 Wta, Mnggu 03 Januar 2016.
(14)
686
Krmnalsas kebjakan, “Safety player” menjad jargon penyebab matnya nsatf dan upaya novas.
Berlakunya Undang-Undang Pemerntahan Daerah serta Undang-Undang Admnstras Pemerntahan, memungknkan memperluas kegatan pemerntah, termasuk perluasan wlayah admnstras dalam kebjakan penganggaran, dengan penyemptan terhadap rsko pemdanaan (sepert korups yang terkorelas dengan penyelenggaraan pemerntahan).
DAFTAR PUSTAKA
Amq, Bachrul., 2010, Aspek Hukum Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah, Yogyakarta, LaksBang PRESSndo.
Kansl, C.S.T., Kansl, Crstne S.T., Posumah, J Hanny., dan Rukah, Sad Aneke., 2009, Hukum Administrasi Daerah, Jakarta, Jala Permata Aksara. Sukard, Akhmad., 2009, Participatory
Governance Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, Yogyakarta, LaksBang PRESSndo.
Sagan, Sondang P., 2014, Filsafat Administrasi, eds Revs, Jakarta, Penerbit Sinar Graika Offset.
Haran Kompas, “Problem Belum Terjawab: Inkonsistensi Pemerintah Hambat Undang-Undang Pemerintahan Daerah,” Kams 24 Aprl 2014. Rngkasan Eksekutf Power, Welfare and
Democracy Project, 2014 “Demokrasi di Indonesia: Antara Patronase dan Populisme”, kerjasama antara Unverstas Gadjah Mada (Jurusan Poltk dan Pemerntahan) dan Unversty of Oslo serta ddukung oleh The Royal Norwegan Embassy.
Made Gde Subha Karma Resen dan I Ketut Tjukup, Planning The Diametrical Growth Of Development And Welfare (Legal Aspects Of Human Capital Investment Towards Quality Improvement Of Indonesian Labor Force), Internatonal Journal of Busness, Economcs and Law, Vol. 6, Issue 4 Aprl 2015. Dapat dakses onlne pada: http://jbel.com/wp-content/uploads/2015/05/Law39_ PAID_IJBEL_KARMA_Plannng- The-Dametral-Growth_Template- IJBEL-and-SEAJBEL-vol.-6-Apr-2015-Subha-Karma-Tjukup_D39.pdf Made Gde Subha Karma Resen, Government
As An Entrepreneur (Good Governance In Functional Approach), South East Asa Journal of Contemporary Busness, Economcs and Law, Vol. 7, Issue 4 August, hlm, 6-10. Dapat dakses onlne pada: http://seajbel. com/wp-content/uploads/2015/09/ KLIBEL7_Law-103.pdf
Roadmap Penguatan Sstem Inovas Daerah (SIDa) Kabupaten Sleman, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman, 2013.
Landasan Hukum Inovas Kota Cerdas, 17 Jun 2015, dapat dakses pada www.kompasana.com/landasan-h u k u m - n o v a s - k o t a - c e r d a s _ 552b1588f17e610d6cd623d4 dakses pukul 12.54 Wta, Mnggu 03 Januar 2016.
Perkuat Inovas Daerah, Kemendagr Sapkan RPP UU Pemerntahan Daerah, 21 Desember 2015, dapat dakses pada http://komnfo.jatmprov. go.d/read/umum/perkuat-novas-
(15)
daerah-kemendagr-sapkan-rpp-uu-687
pemerntah-daerah Dakses pukul 01.03 Wta, Mnggu 03 Januar 2016. W. Rawan Tjandra, Inovasi, Diskresi,
dan Korupsi, Selasa 22 September 2015, dapat dakses pada http:/nasonal.kompas.com/ read/2015/09/22/16000041/Inovas. D I s k r e s . d a n . K o r u p s ? p a g e = a l l dakses pada pukul 02.39 Wta, Mnggu 03 Januar 2016.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah (Lembaran Negara Republk Indonesa Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republk Indonesa Nomor 5587).
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Admnstras Pemerntahan Peraturan Bersama Menter Negara Rset
dan Teknolog Republk Indonesa dan Menter Dalam Neger Republk Indonesa Nomor: 03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sstem Inovas Daerah. Biodata Penulis
Nama : Dr. Made Gde Subha Karma Resen, SH., M.Kn
Alamat : Jl. Campuhan No. 12 Br. Sash, Batubulan, Sukawat, Ganyar
Pekerjaan : Dosen Fakultas Hukum Unverstas Udayana/ Jl. P. Bal No. 1 Denpasar
No Tlp/HP : 081999912339
(1)
03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sstem Inovas Daerah.
Pertmbangan dar dkeluarkannya peraturan bersama n adalah dalam rangka
penngkatan kapastas pemerntahan
daerah, daya sang daerah, dan pelaksanaan
masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonom Indonesa 2011-2025.
Dalam peraturan bersama tersebut, novas dmaksud adalah kegatan peneltan,
pengembangan, penerapan, pengkajan,
perekayasaan, dan pengoperasan yang
selanjutnya dsebut keltbangan yang
bertujuan mengembangkan penerapan
prakts nla dan konteks lmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan lmu pengetahuan dan teknolog yang telah ada ke dalam produk atau proses produks.
Inovas merupakan faktor pentng untuk mendukung daya sang daerah.
Langkah-langkah novas merupakan
rangkaan elaboratf guna menngkatkan
efektiitas dan eisiensi di daerah. Inovasi
dsadar tdak dapat berjalan secara sporads dan parsal, harus merupakan kolaboras antar aktor-aktor yang salng bernteraks dalam suatu sstem yang dsebut sebaga sstem novas.
Peraturan bersama tersebut,
memberkan pengertan sstem novas daerah sebaga, keseluruhan proses dalam satu sstem untuk menumbuhkembangkan novas yang dlakukan antar nsttus pemerntah, pemerntah daerah, lembaga keltbangan, lembaga penddkan, lembaga penunjang novas, duna usaha, dan masyarakat d daerah.
Keseluruhan proses tersebut,
dtuangkan dalam kebjakan-kebjakan
pengutan sstem novas daerah, dalam bentuk kebjakan nasonal yang dprakarsa
oleh kementran yang dtuangkan dalam rencana strategs lma tahunan kementran. Pada provns, kabupaten dan kota. Gubernur menetapkan kebjakan pengutan sstem novas daerah d provns dan kabupaten/kota dwlayahnya, sedangkan Bupat/Walkota menetapkan kebjakan pengutan sstem novas daerah d kabupaten/kota. Kebjakan Gubernur, Bupat/Walkota tertuang dalam
roadmap penguatan sstem novas daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk perode 5 (lma) tahun dan Rencana Kerja Pemerntah Daerah (RKPD) untuk perode 1 (satu) tahun.
Pada tahun pertama dundangkannya peraturan bersama n, beberapa daerah telah menjalankan roadmap penguatan sstem novas daerah, sepert Kabupaten Sleman. Inovas darahkan pada 2 (dua) plar yatu sektor pertanan novatf dan pengembangan UMKM berbass klaster.6 Beberapa meda juga membertakan, lahrnya gagasan-gagasan novas daerah, sepert dgagasnya konsep kota cerdas, pemerntah daerah ddorong untuk melakukan novas dan pembaharuan dalam pelayanan berbass teknolog nformas. Menjad persoalan adalah belum terdapatnya landasan hukum
novas daerah dengan menggunakan
teknolog nformas, sebagamana secara faktual perstwa n terjad d DKI Jakarta. Penerapan e-budgeting yang dgunakan oleh Gubernur DKI Basuk Tjahaya Purnama dalam penyusunan anggaran pendapatan
dan belanja daerah (APBD) 2015.7
6 Roadmap Penguatan Sstem Inovas Daerah (SIDa)
Kabupaten Sleman, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman, 2013.
7 Landasan Hukum Inovas Kota Cerdas, 17 Jun 2015,
dapat dakses pada www.kompasana.com/landasan-hukum-novas-kota-cerdas_552b1588f17e610d6cd6 23d4 dakses pukul 12.54 Wta, Mnggu 03 Januar 2016.
(2)
Kekhawatran atas krmnalsas merupakan salah satu faktor penyebab, kecendrungan langkah novas tersebut tdak mendapatkan dukungan penuh.
Menjawab persoalan tersebut,
guna memperkuat sstem novas daerah, kementeran dalam neger mula menyapkan rancangan peraturan pemerntah yang dtargetkan tuntas pada November 2016. Empat hal pentng yang sampa saat n belum tersentuh dalam sstem novas daerah yatu; tata kelola pemerntahan, layanan publk, pemberdayaan masyarakat, dan daya sang.8
2.2 Inovasi Daerah Dan Pengaturannya Pada Undang-Undang Pemerintahan Daerah
Inovas daerah, datur dalam Pasal 386, pada ayat 1 datur bahwa, novas yang dapat dlakukan oleh pemerntah daerah merupakan dalam rangka menngkatkan
knerja penyelenggaraan pemerntahan
daerah. Inovas-novas tersebut merupakan
semua bentuk pembaharuan dalam
penyelenggaraan pemerntahan daerah.
Bentuk-bentuk pembaharuan dapat
dlakukan dengan penerapan atas hasl-hasl lmu pengetahuan dan teknolog dan temuan-temuan baru dalam penyelenggaraan pemerntahan. Pengaturan n mempertegas upaya snergstas antara pemerntah daerah dengan berbaga stakeholders dalam rangka penngkatan penyelenggaraan pemerntahan daerah serta daya sang daerah. Pandangan-pandangan pembaharuan n menjauhkan tpe
penyelenggaraan manajeral yang otokratk
maupun paternalstk.9 Admnstras dan
manajemen pemerntahan adalah keseluruhan proses penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerntahan dan pembangunan pada semua tngkat dan satuan organsas, ds dengan manusa dan sumber-sumber daya lannya yang harus dmanfaatkan secara optmal, berdaya guna dan berhasl guna.10 Setap tahapan pentng proses penyelenggaraan tugas-tugas tersebut akan adaptf terhadap perkembangan, jka terbuka peluang adanya pembaharuan dan/atau novas.
Inovas tersebut terumuskan dalam kebjakan-kebjakan, dalam merumuskannya harus mengacu pada prnsp-prnsp, d
antaranya; peningkatan eisiensi, perbaikan
efektvtas, perbakan kualtas pelayanan,
tidak ada konlik kepentingan, berorientasi
pada kepentngan umum, dlakukan secara terbuka, memenuh nla-nla kepatutan, dan dapat dpertanggungjawabkan haslnya tdak untuk kepentngan dr sendr. Terdapat 8 (delapan) prnsp sebaga langkah-langkah merumuskan kebjakan novas daerah.
Paradgma Undang-Undang No. 23 Tahun 2014, semakn mengedepankan
partspas rakyat dalam mengajukan
nsatf, usulan terhadap novas. Hal n dapat dcermat pengaturannya pada Pasal 388, bahwa nsatf novas selan berasal dar kepada daerah, anggota DPRD, aparatur spl negara, perangkat-perangkat daerah, akan tetap juga nsatf tersebut dapat berasal dar anggota masyarakat. Usulan novas yang berasal dar anggota
8 Perkuat Inovas Daerah, Kemendagr Sapkan RPP
UU Pemerntahan Daerah, 21 Desember 2015, dapat dakses pada http://komnfo.jatmprov.go.d/read/ umum/perkuat-novas-daerah-kemendagr-sapkan-rpp-uu-pemerntah-daerah Dakses pukul 01.03 Wta, Mnggu 03 Januar 2016.
9 Sondang P. Sagan, 2014, Filsafat Administrasi, eds Revisi, Jakarta, Penerbit Sinar Graika Offset, hlm.
34-35.
10 C.S.T Kansl, Crstne S.T. Kansl, J Hanny Posumah,
dan Sad Aneke Rukah, 2009, Hukum Administrasi Daerah, Jakarta, Penerbt Jala Permata Aksara, hlm.63.
(3)
masyarakat,dsampakan kepada DPRD dan/ atau kepada pemerntah Daerah.
Berbaga bentuk atau wujud
partspas anggota masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerntahan yang telah dpraktekkan beberapa negara, sebagamana drangkum oleh Ahmad Sukard,11 sepert; pengalaman Negara Flpna pada tahun 1986 pasca rezm otorter Ferdnand Marcos. Langkah sukses dalam reformas sstem pemerntahan daerah, d antaranya: (1) pelmpahan kekuasaan kepada daerah dalam penyedaan pelayanan dasar masyarakat, (2) penngkatan sumber dana bag unt-unt pemerntah daerah, dan (3) yang terpentng adalah pemberan partspas masyarakat dalam berbaga aspek kegatan daerah. Pengalaman d Afrka Selatan juga menunjukkan hal serupa (setelah keruntuhan
rezm apartheid), partspas warga
menjad faktor determnan dalam mencapa kesuksesan pelaksanaan desentralsas. Dar beberapa contoh tersebut menunjukkan adanya koherens antara partspas anggota
masyarakakat dengan penyelenggaraan
pemerntahan.
Selanjutnya usulan novas juga dapat dajukan oleh anggota DPRD, usulan tersebut dtetapkan dalam rapat parpurna, usulan tersebut selanjutnya dsampakan kepada kepala daerah untuk dtetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah (Perkada) sebaga novas daerah. Keberadaan Perkada karena, dpersyaratkan bahwa, jens, prosedur dan
metode penyelenggaraan pemerntahan
daerah yang bersfat novatf dtetapkan dengan Perkada. Selanjutnya novas daerah yang akan dlaksanakan oleh keala daerah, harus d laporkan kepada menter, pelaporan
tersebut melput cara dalam melakukan
novas, dokumentas bentuk-bentuk
novas serta hasl novas yang kan dcapa. Pelaksanaan novas yang dlakukan oleh daerah-daerah selanjutnya akan dnla oleh Pemerntah Pusat dengan memanfaatkan lembaga-lembaga yang berkatan dengan peneltan dan pengembangan.
Guna menngkatkan “garah”
bernovas pemerntah pusat memberkan
rewards dan/atau nsentf kepada pemerntah daerah yang berhasl melaksanakan novas. Begtupun bag ndvdu atau perangkat daerah yang berhasl melakukan novas,
rewards dan/atau nsentf dberkan oleh pemerntah daerah.
Eufora penanganan korups,
penyelenggaraan pemerntahan yang bersh dan bebas dar korups, penyelewengan dan berbaga macam maladmnstras,
menyebabkan banyak pemerntah
daerah d Indonesa tdak “kondusf” menyelenggarakan pemerntahan d tengah suasana paradoks, begtu juga terkat dengan anggaran daerah, APBD tdak terserap optmal, sehngga pemerataan kesejahteraan dan pertumbuhan pembangunan terhambat.
Bachrul Amq dalam peneltannya
menunjukkan bahwa “…ada hubungan yang kuat antara banyaknya pengungkapan tndak pdana korups dengan fenomena rendahnya penyerapan APBD…Para pejabat pemerntah daerah tdak segan-segan mengaku bahwa para pejabat d lngkungannya takut berurusan dengan hukum.”12 Pemerntah seolah-olah menjad “safety player” menempatkan dana
daerah dalam bentuk deposito, sertiikat
Bank Indonesa (SBI).13
11 Akhmad Sukard, 2009, Participatory Governance Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, Yogyakarta, Penerbt LaksBang PRESSndo, hlm.3-4.
12 Bachrul Amq, 2010, Aspek Hukum Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah, Yogyakarta, Penerbt LaksBang PRESSndo, hlm.5.
(4)
Bercermin dan mereleksi dari
persoalan tersebut, pengaturan novas daerah “dperhalus,” untuk menngkatkan nsatf-nsatf dalam rangka perbakan kualtas penyelenggaraan pemerntahan. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 389 yang menegaskan bahwa “Dalam hal pelaksanaan novas yang telah menjad kebjakan Pemerntah Daerah dan novas tersebut tdak mencapa sasaran yang telah dtetapkan, aparatur spl negara tdak dapat dpdana.” Jamnan tersebut tentu saja ddasarkan pada prnsp akuntabltas, terkat dengan perencanaan, tata kelola serta output dar sasaran yang telah dtetapkan, sejauh tdak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, asas-asas umum
pemerntahan yang bak, ddasarkan pada
itikad baik, tidak terdapat konlik kepentingan
serta dapat dpertanggungjawabkan haslnya tdak untuk kepentngan dr sendr.
Berlakunya Undang-Undang No.
23 Tahun 2014 jis Undang-Undang No. 2 Tahun 2015 dan Undang-Undang No. 9 Tahun 2015 tentang Pemerntahan Daerah serta Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Admnstras Pemerntahan, dsatu ss telah terjad perluasan wlayah admnstras dalam kebjakan penganggaran dan d ss lannya terjad penyemptan wlayah pdana korups.14 Terjad perubahan fundamental dengan pendekatan yang tdak hanya terfokus pada kerja atau rutntas dalam penyelenggaraan pemerntahan, akan tetap nampak juga adanya penghargaan serta perlndungan terhadap ponr-ponr yang bernsatf dengan novas-novasnya kearah perbakan. Dalam penjelasan
Undang-Undang Pemerntahan Daerah djelaskan bahwa, “Majunya suatu bangsa sangat dtentukan oleh novas yang dlakukan bangsa tersebut. Untuk tu maka dperlukan adanya perlndungan terhadap kegatan yang bersfat novatf yang dlakukan oleh aparatur spl negara d Daerah dalam memajukan Daerahnya. Perlu adanya upaya memacu kreatvtas Daerah untuk menngkatkan daya sang Daerah. Untuk tu perlu adanya krtera yang obyektf yang dapat djadkan pegangan bag pejabat Daerah untuk melakukan kegatan yang bersfat novatf. Dengan cara tersebut novas akan terpacu dan berkembang tanpa ada kekhawatran menjad obyek pelanggaran hukum.
Inovas daerah semakn mendekatkan pemerntah daerah untuk mencapa tujuan negara dan tujuan otonom, pemerntah daerah lebh “luwes,” dalam perencanaan (planning) sebaga keseluruhan proses pemkran dan penentuan secara akurat tentang kegatan yang akan dlakukan dmasa yang akan datang, untuk pencapaan tujuan yang telah dtentukan, serta dalam tata kelola (governance) dengan pendekatan fungsonal,15 dalam rangka pengelolaan yang
lebih efektif, eisien dan akuntabel. III. PENUTUP
Inovas d daerah sebelumnya
terganjal oleh aturan hukum yang belum mengakomodr kebutuhan kebjakan yang mengarah pada novas, praktek-praktek penyelenggaraan pemerntah yang mash rentan adanya paraktek-praktek KKN,
sehngga menmbulkan kekhawatran.
15 Made Gde Subha Karma Resen, Government As
An Entrepreneur (Good Governance In Functonal Approach), South East Asa Journal of Contemporary Busness, Economcs and Law, Vol.
14 W. Rawan Tjandra, Inovas, Dskres, dan Korups,
Selasa 22 September 2015, dapat dakses pada http:/ nasonal.kompas.com/read/2015/09/22/16000041/ Inovas.DIskres.dan.Korups?page=all dakses pada pukul 02.39 Wta, Mnggu 03 Januar 2016.
(5)
Krmnalsas kebjakan, “Safety player” menjad jargon penyebab matnya nsatf dan upaya novas.
Berlakunya Undang-Undang
Pemerntahan Daerah serta Undang-Undang Admnstras Pemerntahan, memungknkan
memperluas kegatan pemerntah,
termasuk perluasan wlayah admnstras dalam kebjakan penganggaran, dengan penyemptan terhadap rsko pemdanaan (sepert korups yang terkorelas dengan penyelenggaraan pemerntahan).
DAFTAR PUSTAKA
Amq, Bachrul., 2010, Aspek Hukum Pengawasan Pengelolaan Keuangan
Daerah, Yogyakarta, LaksBang
PRESSndo.
Kansl, C.S.T., Kansl, Crstne S.T., Posumah, J Hanny., dan Rukah, Sad Aneke., 2009, Hukum Administrasi Daerah, Jakarta, Jala Permata Aksara.
Sukard, Akhmad., 2009, Participatory
Governance Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, Yogyakarta, LaksBang PRESSndo.
Sagan, Sondang P., 2014, Filsafat
Administrasi, eds Revs, Jakarta,
Penerbit Sinar Graika Offset.
Haran Kompas, “Problem Belum Terjawab:
Inkonsistensi Pemerintah Hambat Undang-Undang Pemerintahan Daerah,” Kams 24 Aprl 2014. Rngkasan Eksekutf Power, Welfare and
Democracy Project, 2014 “Demokrasi di Indonesia: Antara Patronase dan Populisme”, kerjasama antara Unverstas Gadjah Mada (Jurusan
Poltk dan Pemerntahan) dan
Unversty of Oslo serta ddukung oleh The Royal Norwegan Embassy.
Made Gde Subha Karma Resen dan I Ketut Tjukup, Planning The Diametrical Growth Of Development And Welfare (Legal Aspects Of Human Capital Investment Towards Quality Improvement Of Indonesian Labor Force), Internatonal Journal of Busness, Economcs and Law, Vol. 6, Issue 4 Aprl 2015. Dapat dakses
onlne pada:
http://jbel.com/wp-content/uploads/2015/05/Law39_ PAID_IJBEL_KARMA_Plannng- The-Dametral-Growth_Template- IJBEL-and-SEAJBEL-vol.-6-Apr-2015-Subha-Karma-Tjukup_D39.pdf Made Gde Subha Karma Resen, Government
As An Entrepreneur (Good Governance In Functional Approach), South East Asa Journal of Contemporary Busness, Economcs and Law, Vol. 7, Issue 4 August, hlm, 6-10. Dapat dakses onlne pada: http://seajbel. com/wp-content/uploads/2015/09/ KLIBEL7_Law-103.pdf
Roadmap Penguatan Sstem Inovas Daerah (SIDa) Kabupaten Sleman, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman, 2013.
Landasan Hukum Inovas Kota Cerdas, 17 Jun 2015, dapat dakses pada www.kompasana.com/landasan-h u k u m - n o v a s - k o t a - c e r d a s _ 552b1588f17e610d6cd623d4 dakses pukul 12.54 Wta, Mnggu 03 Januar 2016.
Perkuat Inovas Daerah, Kemendagr
Sapkan RPP UU Pemerntahan Daerah, 21 Desember 2015, dapat dakses pada http://komnfo.jatmprov. go.d/read/umum/perkuat-novas-
(6)
daerah-kemendagr-sapkan-rpp-uu-pemerntah-daerah Dakses pukul 01.03 Wta, Mnggu 03 Januar 2016. W. Rawan Tjandra, Inovasi, Diskresi,
dan Korupsi, Selasa 22
September 2015, dapat dakses
pada http:/nasonal.kompas.com/
read/2015/09/22/16000041/Inovas. D I s k r e s . d a n . K o r u p s ? p a g e = a l l dakses pada pukul 02.39 Wta, Mnggu 03 Januar 2016.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerntahan Daerah
(Lembaran Negara Republk Indonesa Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republk Indonesa Nomor 5587).
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Admnstras Pemerntahan Peraturan Bersama Menter Negara Rset
dan Teknolog Republk Indonesa dan Menter Dalam Neger Republk Indonesa Nomor: 03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sstem Inovas Daerah.
Biodata Penulis
Nama : Dr. Made Gde Subha Karma Resen, SH., M.Kn
Alamat : Jl. Campuhan No. 12 Br. Sash, Batubulan, Sukawat, Ganyar
Pekerjaan : Dosen Fakultas Hukum Unverstas Udayana/ Jl. P. Bal No. 1 Denpasar
No Tlp/HP : 081999912339