Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Awak Mobil Tangki (AMT) di PT. "X" Bandung.

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Judul penelitian adalah “Studi Deskriptif mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan Awak Mobil Tangki (AMT) di PT.”X” Bandung”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai derajat OCB yang ditinjau dari kelima dimensi yang dimiliki oleh AMT..

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survey dan alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang di adaptasi dan dimodifikais oleh peneliti dari alat ukur Organizational Citizenship Behavior dari Podsakoff, Mackenzie, Moorman dan Fetter dalam Organ, 2006. Kuesioner terdiri dari 50 item setelah validasi menjadi 47 item dengan nilai validasi berkisar diantara 0,343 sampai 0,452 dan nilai reliabilitas 0.821 disertai dengan data penunjang yang berisi 14 pertanyaan. Subjek penelitian terdiri dari 52 responden

Berdasarkan pengolahan data secara statistic, maka diperoleh hasil bahwa dari keseluruhan responden AMT yang memiliki derajat OCB tinggi sebanyak 36,5 % dan AMT yang memiliki OCB rendah lebih banyak yaitu 63,5%. Tinggi rendahnya OCB responden dapat ditinjau dari kelima dimensi OCB tersebut. Responden dengan derajat OCB yang tinggi nampak pada seluruh dimensi yang juga memiliki derajat yang tinggi nampak pada seluruh dimensi yang juga memiliki derajat yang tinggi begitu juga sebaliknya, responden dengan derajat OCB yang rendah terlihat dari seluruh dimensi yang juga memiliki derajat yang rendah.derajat OCB juga berkaitan dengan factor internal yaitu personality. Pada responden AMT ini terlihat bahwa personality trait yang dominan adalah extraversion dan agreeableness.

Peneliti mengajukan saran bagi AMT dan perusahaan untuk lebih mengembangkan derajat OCB di sertai dengan dimensi OCB lainnya, melakukan training motivasional atau pelatihan yang sesuai dengan skill yang dibutuhkan untuk untuk mengoptimalkan kinerja para AMT masing-masing agar dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi perusahaan.


(2)

v Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

The title of this study was the descriptive study of organizational citizenship behsvior on the oil tanker truck crew in pt “X” Bsndung. This study was an descriptive study, with a goal of gaining a description of the OCB from the five dimension that the AMT has

The method of the study as an descriptive study, with survey technique and measurement formed form adaptated snd modificated by the researcher from the OCB measurement thst had been developed by Podsakoff, Mackenzie, Moorman dan Fetter in Organ, 2006. The questionare was consisted 50 items, sfter the validation was consisted 47 item, with validity value from .343 to .452, and reliability of .821. the subject was 52 crews of the oil tsnker truck.

From the statistic analysis, The crew with high OCB score was 36,5% from the respondens, and the low OCB score was 63,5% of the population. The high and low score of the respondent was measured from the five dimension of OCB. When the respondent has an high OCB score, the dimension was high as well, and vice-versa. The OCB on the respondent, was influenced by internal factor, such as personality traits. On this study, it was perceived that on the AMT crew, the dominant personality trait was extraversion and agreeableness.

The researcher suggest that the AMT have to develop OCB level further, by motivationl training or work-skill training that has been needed by the company to develop the performance of the AMT, to further enrich the effectivity and efficiency of the compsny.


(3)

vi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR ORISINALITAS... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 12

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 12

1.3.1 Maksud penelitian... 12

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Kegunaan Penelitian... 13

1.4.1 Kegunaan Teoritis... 13

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 13

1.5 Kerangka Pemikiran ... 14


(4)

vii Universitas Kristen Maranatha

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Organizational Citizenship Behavior (OCB) ... 36

2.1.1 Definisi OCB ... 36

2.1.2 Dimensi-Dimensi OCB ... 37

2.1.3 Faktor-Faktor Internal dan Eksternal dalam OCB ... 48

2.1.4 Pengaruh OCB terhadap Evaluasi dan Penilaian Unjuk Kerja. 50 2.1.5 Manfaat OCB bagi Organisasi atau Perusahaan ... 52

2.2 Dewasa Awal dan Dewasa Madya ... 56

2.3.1 Dewasa Awal ... 56

2.3.2 Dewasa Madya ... 57

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 63

3.2 Variable Penelitian, Definisi Konseptual dan Operasional ... 64

3.2.1 Variabel Penelitian ... 64

3.2.2 Definisi Konseptual ... 64

3.2.3 Definisi Operasional... 64

3.3 Alat Ukur ... 66

3.3.1 Alat Ukur OCB ... 66

3.3.2 Prosedur Pengisian ... 68

3.3.3 Sistem Penilaian ... 68

3.3.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 69


(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

3.4.1 Validitas Alat Ukur ... 70

3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 72

3.5 Populasi, Teknik Penarikan Sample dan Karakteristik Sample ... 73

3.6 Teknik Analisis Data ... 73

BAB IV. PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 75

4.2 Hasil Penelitian ... 76

4.2.1 Hasil Pengolahan Data ... 76

4.3 Pembahasan ... 78

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

DAFTAR RUJUKAN... 95 LAMPIRAN


(6)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran... 33 Bagan 3.1. Bagan Rancangan Penelitian ... 63


(7)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Penyebaran Item Alat Ukur OCB. ... 67

Tabel 3.2. Skor Jawaban Alat Ukur OCB ... 68

Tabel 3.3. Kriteria Validitas ... 71

Tabel 3.4. Kriteria Reliabilitas ... 72

Tabel 4.1 Gambaran Responden berdasarkan Usia... 75

Tabel 4.2 Gambaran Responden berdasarkan Lama Kerja ... 76

Tabel 4.3 Gambaran Derajat OCB ... 77


(8)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : KISI-KISI ALAT UKUR OCB LAMPIRAN 2 : KATA PENGANTAR ALAT UKUR

LAMPIRAN 3 : ANGKET IDENTITAS DAN DATA PENUNJANG LAMPIRAN 4 : KUESIONER OCB

LAMPIRAN 5 : VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR LAMPIRAN 6 : SKOR SELURUH DIMENSI

LAMPIRAN 7 : HASIL PENELITIAN LAMPIRAN 8 : DISTRIBUSI FREKUENSI LAMPIRAN 9 : HASIL TABULASI SILANG LAMPIRAN 10 : PROFIL PERUSAHAAN


(9)

(10)

LAMPIRAN 1

Aspek Indikator Item

1. Altruism

-Definisi Konseptual : Perilaku AMT yang dilakukan atas kehendaknya sendiri (discretionary) dengan tujuan membantu rekan kerja lain dalam menghadapi masalah yang terkait dengan pekerjaan.

-Definisi Operasional: Seberapa sering AMT menampilkan perilaku menolong atas kehendaknya sendiri ditujukkan kepada rekan kerja lainnya yang berkaitan dengan maasalah dalam pekerjaan

 Memberikan pertolongan kepada rekan kerja yang membutuhkan bantuan

 Membantu mengingatkan rekan kerja mengenai aturan dan tata kerja yang benar.

1. saya berinisiatif untuk membantu rekan kerja yang kesulitan tanpa diminta, walaupun saya sendiri merasa kurang mampu melakukannya

2. saya tidak diam saja ketika melihat rekan kerja sedang mengalami kesulitan karena alat/fasilitas yang digunakan sedang rusak

3. saya berusaha untuk menolong rekan kerja saya setelah saya menyelesaikan tugas saya

4. saya mengingatkan rekan kerja saya akan bahaya jika ia merokok atau menggunakan HP dalam lingkungan kerja 5. saya akan menggantikan jadwal teman saya, pada saat ia

sedang sakit

6. saya memeriksa kembali kelengkapan surat dan mobil tangki sebelum berangkat

7. Saya membantu anak baru untuk lebih mengenal aktivitas dan kegiatan di lingkungan kerja.

8. Saya mengingatkan rekan kerja yang sering ditegur oleh atasan agar tidak kena SP

9. saya merasa bersalah jika saya tidak dapat membantu rekan kerja saya dalam waktu kerja

10. Saya bekerja sama dengan rekan kerja dalam kegiatan pengisian BBM, pengiriman maupun di SPBU


(11)

2. Conscientiousness

-Definisi Konseptual : Perilaku AMT yang dilakukan atas kehendaknya sendiri dimana perilaku tersebut melebihi standart dari peraturan organisasi dalam hal kedisiplinan terhadap kehadiran, waktu kerja dan lain sebagainya.

-Definisi Operasional: Seberapa sering AMT melakukan hal yang menguntungkan perusahaan yang melebihi standar minimum yang ditujukkan dalam perilaku disiplin kerja dab kualitas kerja yang dimiliki

 Mematuhi peraturan yang berlaku dalam lingkungan kerja

 Menjaga kehadiran dan absen sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam lingkungan kerja

11. Saya mematuhi peraturan kerja di dalam maupun di luar lingkungan perusahaan walaupun tidak ada yang mengawasi

12. saya tidak merasa terbebani terhadap peraturan kerja di perusahaan tempat saya bekerja

13.

saya berusaha untuk tidak terlambat datang ke tempat kerja 14. saya melakukan apa saja yang harus saya lakukan untuk tetap

mentaati peraturan di kantor

15. saya berusaha untuk datang ke kantor, meskipun saya sedang merasa sakit

16. saat saya tidak bisa masuk kerja, saya akan tetap memantau pekerjaan yang digantikan oleh teman saya

17. Saya memperhitungkan kemungkinan jalan macet yang dapat membuat keterlambatan pengiriman BBM ke SPBU

18. Saya bekerja sesuai dengan penetapan jam kerja yang ditetapkan perusahaan tidak kurang

19. Saya memberi kabar dan mencari pengganti terlebih dahulu jika saya berhalangan masuk kerja

20. Saya memperbaiki kesalahan saya saat bekerja tanpa menunggu ditegur pengawas


(12)

3. Sportsmanship

-Definisi Konseptual: Kesediaan AMT untuk mentoleransi kondisi yang kurang ideal tanpa mengeluh, berkecil hati, marah dan merasa sakit hati karena sesuatu yang terjadi dalam lingkungan kerja dan tidak membesar-besarkan masalah.

-Definisi Operasional:Seberapa sering Amt dapat mentoleransi situasi dan suasana kerja tanpa disertai keluhan disaat kondisi sedang bermasalah.

 Tidak mengeluh akan keadaan lingkungan kerja yang dimiliki

 Tetap optimis dalam memandang berbagai permasalah yang terjadi dalam lingkungan kerja dan tidak membesarkan masalah kepada orang lain yang tidak memiliki hak untuk tahu

31.

saya tidak pernah mengatakan kepada orang lain mengenai masalah yang saya hadapi di perusahaan saya

32.

keluarga saya tidak pernah mengetahui masalah apa saja yang harus saya selesaikan di kantor

33.

saya merasa optimis bahwa permasalahan yang terjadi dalam lingkungan kerja dapat terselesaikan dengan baik

34. Saya dan rekan kerja berusaha mencari alternatif cara lain apabila terjadi kemacetan diperjalanan saat pegiriman BBM tanpa mengeluh.

35. saya mengambil jalan tengah saat terjadi kesalahpahaman dalam tim saat bekerja

36.

saya bertanggungjawab menjaga rahasia perusahaan saya 37. Ketika saya kekurangan perlatan yang saya butuhkan di

lingkungan kantor, saya tidak pernah mengeluh

38. saya berusaha untuk tidak membawa masalah saya keluar dari lingkungan kantor

39. saya berusaha sebaik mungkin untuk tidak membawa masalah pribadi saya ke dalam lingkungan kantor

40. saya tetap menyelesaikan pekerjaan dalam satu tim kerja meskipun rekan kerja saya sulit untuk diajak kerjasama


(13)

4. Courtesy

-Definisi Konseptual: Perilaku AMT yang dilakukan atas kehendaknya sendiri guna menghindari terjadinya masalah dengan rekan kerja lainnya maupun atasan.

-Definisi Operasional: seberapa sering AMT menampilkan perilaku mencegah terjadinya masalah dalam pekerjaan yang berkaitan dengan rekan lain, ditujukkan dalam perilaku menghindari konflik yang dapat terjadi dalam pekerjaan.

 Menjaga hubungan baik dengan rekan kerja dan menghargai atasan langsung dan perusahaan secara umum

 Berusaha menjaga nama baik perusahaan di dalam dan di luar lingkungan kerja

21. saya menghindari diri dari membuat masalah dengan rekan kerja lainnya

22. saya berusaha untuk memilih kata-kata yang saya ucapkan dalam lingkungan kerja agar tidak menyinggung rekan lain 23. saya dapat bercengkrama/bercanda dengan rekan kerja saya 24. Saya mencoba untuk meredakan emosi rekan saat ia sedang

marah karena diperlakukan tidak adil oleh atasan

25. Saya memberikan masukan dengan cara yang sopan kepada rekan yang melakukan kesalahan agar tidak menyinggung perasaannya

26. Saat dalam perjalanan pengiriman BBM, saya

mengemudikan mobil tangki dengan kecepatan seharusnya dan mematuhi rambu lalulintas.

27. Saya tidak pernah membicarakan keburukan rekan kerja dalam lingkungan kantor

28. saya menjaga nama baik perusahan saya dengan bepakaian rapi dan sopan

29. saya bersikap sopan pada atasan saya

30. Jika ada masalah di saat pengiriman BBM, saya berdiskusi terlebih dahulu dengan pengawas untuk mengambil

keputusan atau tindakan sebelum melakukan sesuatu. 5. Civic Virtue

-Definisi Konseptual: Perilaku AMT

 Memiliki kepedulian terhadap perkembangan perusahaan atau

41.

saya memberikan usulan/ide kepada rekan kerja agar pekerjaan menjadi lebih mudah


(14)

yang menunjukkan rasa tanggung jawab dan kesediaan berpartisipasi serta peduli terhadap perusahaan.

-Definisi Operasional: Seberapa sering AMT menampilkan perilaku yang menggambarkan kepedulian terhadap perusahaan dengan ditujukkan dalam keterlibatan pada kegiatan-kegiatan perusahaan

member kontribusi lebih bagi perkembangan perusahaan

 Ikut serta dalam berbagai aktivitas (di luar kerja) yang disediakan oleh perusahaan

42.

Saya mengecek ulang alat/fasilitas perusahaan agar selalu berfungsi dengan baik dan tidak menghambat pekerjaan saya 43.

saya merasa nyaman ikut serta dalam berbagai kegiatan di perusahaan saya

44.

saya merasa, saya adalah bagian tak terpisahkan dari perusaan saya

45.

Saya merasa wajib ikut serta mengikuti berbagai kegiatan dalam perusahaan saya

46.

saya mengikuti pelatihan yang di adakan perusahaan untuk meningkatkan keterampilan saya walaupun tidak di wajibkan 47.

saya merasa bangga untuk dapat mengerjakan kegiatan yang saya lakukan atas nama perusahaan

48.

saya ingin ikut serta dalam mengembangkan perusahaan 49.

Saya merasa antusias untuk memberikan usulan dalam meningkatkan kegiatan operasional

50.

saya tetap berkumpul dengan rekan kerja, meskipun kami sedang cuti atau tidak bertugas


(15)

LAMPIRAN 2

KATA PENGANTAR

Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung, saat ini saya sedang mengumpulkan data untuk melengkapi penelitian saya pada Awak Mobil Tangki (AMT) di PT”X”.

Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon bantuan dan kerjasamanya saudara untuk meluangkan waktunya dalam mengisi kuesioner ini. Data yang saudara berikan sangat bermanfaat bagi saya dalam melaksanakan tugas penelitian saya. Saya sangat mengharapkan saudara bersungguh-sungguh mengisi kuesioner ini sesuai dengan kenyataan yang ada serta menggambarkan keadaan diri saudara yang sebenarnya.

Data dan identitas yang saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan dalam penelitian ini. Atas kesediaan dan bantuannya saya ucapkan terima kasih

Hormat saya,

Peneliti


(16)

LAMPIRAN 3

DATA PRIBADI DAN DATA PENUNJANG a) Identitas

Isikanlah identitas saudara di tempat yang sudah disediakan:

 Nama (Inisial) :……….

 Usia :……….(Tahun)

 Lama Kerja :………..(Tahun)

b) Data Penunjang

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan mengenai lingkungan kerja anda. Di bawah setiap pernyataan terdapat pilihan jawaban. Pilihlah salah satu pilihan jawaban yang sesuai dengan diri anda dengan memberi tanda silang (X).

1. Saya puas dengan pekerjaan saya selama bekerja di perusahaan ini. ( morale-satisfaction)

a) ya b) tidak

2. Saya diperlakukan adil selama bekerja di perusahaan ini.(morale-fairness) a) ya

b) tidak

3. Saya memiliki keterikatan batin dengan perusahaan sehingga saya merasa terlibat dengan kegiatan informal yang dilakukan perusahaan. ( morale-affective commitment)

a) ya b) tidak

4. Atasan saya memperhatikan hasil kerja saya selama bekerja. (morale-leader consideration)

a) ya b) tidak


(17)

5. Saya diberikan kebebasan bertindak dalam mengambil keputusan jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan dalam aktifitas pekerjaan. (karakteristik

tugas-task autonomy) a) ya

b) tidak

6. Pekerjaan yang saya lakukan merupakan sesuatu yang penting karena memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan perusahaan. (task significant)

a) Ya b) Tidak

7. Hasil kerja yang saya peroleh memberikan gambaran mengenai sejauh mana kemampuan saya dalam bekerja (task feedback)

a) Ya b) Tidak

8. Tugas yang saya kerjakan saling berkaitan dengan pekerjaan rekan kerja lain. (task interdependence)

a) Ya b) Tidak

9. Peraturan yang ada dalam perusahaan jelas dan tegas.(karakteristik organisasi) a) Ya

b) Tidak

10. Hubungan saya dengan atasan akan mempengaruhi perilaku kerja saya. (perilaku kepemimpinan)

a) Ya b) Tidak

11. Kinerja tim dalam aktifitas kerja sudah cukup efektif. (group potency) a) Ya


(18)

12. Rekan kerja menghargai kontribusi hasil pekerjaan saya dan peduli akan keberadaan saya di perusahaan (karakteristik kelompok-perceived team support PTS)

a) Ya b) Tidak

13. Saya memiliki kepercayaan diri dan komitmen yang tinggi dengan rekan kerja sehingga memudahkan saya dalam bekerjasama dengan tim.(karakteristik kelompok –team member exchange TMX)

a) Ya b) Tidak

14. Saya memiliki keakraban dengan rekan kerja lain sehingga saling memudahkan dalam bekerja (karakteristik kelompok-group cohesiveness)

a) Ya b) Tidak


(19)

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Setiap pernyataan terdapat beberapa pilihan jawaban yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pilihlah setiap pernyataan berdasarkan kesan pertama anda dan sesuai dengan diri anda sendiri dengan memberi tanda silang (X).

NO Pernyataan SS S TS STS

1. Saya tidak tertarik pada hal-hal yang bersifat abstrak (khayalan, imajinasi, ide-ide)

2. Saya orang yang mudah khawatir

3. Saya sering kali bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu 4. Saya mudah percaya dengan orang lain

5. Saya suka menghabiskan waktu dengan teman saya 6. Saya mempunyai imajinasi yang hidup

7. Saya mudah merasa marah

8. Saya berusaha melakukan sesuatu dengan sempurna

9. Saya cenderung menyetujui pendapat orang lain daripada berdebat 10. Saya tidak banyak bicara

11. Saya seringkali mendapatkan ide yang cemerlang 12. Mood saya sering berubah

13. Saya menyukai keteraturan

14. Saya lebih baik dari kebanyakan orang

15. Saya sering merasa lemas atau kurang bertenaga 16. Saya sulit memahami ide-ide yang abstrak (imajinatif) 17. Saya mudah mendapatkan stress

18. Saya tidak suka melakukan suatu hal tanpa direncanakan terlebih dahulu 19. Saya tidak menganggap diri saya ramah


(20)

LAMPIRAN 4

KUESIONER OCB

Dalam kuesiner ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai perilaku anda dalam situasi-situasi kerja yang anda alami di perusahaan. Jawablah setiap pernyataan dengan jujur.

Saudara diminta untuk memberi tanda cek () pada kotak di belakang pernyataan tersebut yang paling sesuai dengan kondisi saudara pada saat saudara melaksanakan kegiatan kerja sehari-hari, terdapat empat alternatif jawaban sebagai berikut:

Pernyataan SS S JR SJ

1 Saya mudah merasa ngantuk saat bekerja

 Jika saudara merasa pernyataan tersebut SANGAT SERING dilakukan oleh saudara, maka berilah tanda di bawah kolom SS

 Jika saudara merasa pernyataan tersebut SERING dilakukan oleh saudara, maka berilah tanda di bawah kolom S

 Jika saudara merasa pernyataan tersebut JARANG dilakukan oleh saudara, maka berilah tanda di bawah kolom JR

 Jika saudara merasa pernyataan tersebut SANGAT JARANG dilakukan oleh saudara, maka berilah tanda di bawah kolom SJ

 Jika saudara ingin meralat jawaban saudara, coretlah jawaban yang saudara anggap salah (), kemudian beri tanda cek () di bawah jawaban yang saudara anggap lebih benar

Pernyataan-pernyataan dibawah ini adalah perilaku yang tidak tertulis secara formal dalam Job Description anda. Silahkan anda bayangkan dan hayati perilaku yang ada dalam pernyataan dibawah.

Kerjakanlah kuesioner di bawah ini dengan teliti dan jangan sampai ada nomor yang terlewat. Isilah sesuai dengan hal yang biasa saudara rasakan, dan bukan apa yang saudara anggap benar/di anggap baik oleh masyarakat

Terima Kasih atas partisipasi anda. Selamat mengerjakan 


(21)

NO

PERNYATAAN

SS S

J SJ

1. Saya berinisiatif untuk membantu rekan kerja yang kesulitan tanpa diminta, walaupun saya sendiri merasa kurang mampu melakukannya

2. Saya tidak diam saja ketika melihat rekan kerja sedang mengalami kesulitan karena alat/fasilitas yang digunakan sedang rusak

3. Saya berusaha untuk menolong rekan kerja saya setelah saya menyelesaikan tugas saya

4. Saya mengingatkan rekan kerja saya akan bahaya jika ia merokok atau menggunakan HP dalam lingkungan kerja

5. Saya akan menggantikan jadwal teman saya, pada saat ia sedang sakit 6. Saya memeriksa kembali kelengkapan surat dan mobil tangki sebelum

berangkat

7. Saya membantu anak baru untuk lebih mengenal aktivitas dan kegiatan di lingkungan kerja.

8. Saya mengingatkan rekan kerja yang sering ditegur oleh atasan agar tidak kena SP

9. Saya merasa bersalah jika saya tidak dapat membantu rekan kerja saya dalam waktu kerja

10. Saya bekerja sama dengan rekan kerja dalam kegiatan pengisian BBM, pengiriman maupun di SPBU

11. Saya mematuhi peraturan kerja di dalam maupun di luar lingkungan perusahaan walaupun tidak ada yang mengawasi

12. Saya tidak merasa terbebani terhadap peraturan kerja di perusahaan tempat saya bekerja

13. Saya berusaha untuk tidak terlambat datang ke tempat kerja

14. Saya melakukan apa saja yang harus saya lakukan untuk tetap mentaati peraturan di kantor

15. Saya berusaha untuk datang ke kantor, meskipun saya sedang merasa sakit 16. Saat saya tidak bisa masuk kerja, saya akan tetap memantau pekerjaan yang

digantikan oleh teman saya

17. Saya memperhitungkan kemungkinan jalan macet yang dapat membuat keterlambatan pengiriman BBM ke SPBU

18. Saya bekerja sesuai dengan penetapan jam kerja yang ditetapkan perusahaan tidak kurang

19. Saya memberi kabar dan mencari pengganti terlebih dahulu jika saya berhalangan masuk kerja

20. Saya memperbaiki kesalahan saya saat bekerja tanpa menunggu ditegur pengawas

21. Saya menghindari diri dari membuat masalah dengan rekan kerja lainnya di SPBU

22. Saya berusaha untuk memilih kata-kata yang saya ucapkan dalam lingkungan kerja agar tidak menyinggung rekan lain


(22)

24. Saya mencoba untuk meredakan emosi rekan saat ia sedang marah karena diperlakukan tidak adil oleh atasan

25. Saya memberikan masukan dengan cara yang sopan kepada rekan yang melakukan kesalahan agar tidak menyinggung perasaannya

26. Saat dalam perjalanan pengiriman BBM, saya mengemudikan mobil tangki dengan kecepatan seharusnya dan mematuhi rambu lalulintas.

27. Saya tidak pernah membicarakan keburukan rekan kerja dalam lingkungan kantor

28. Saya menjaga nama baik perusahan saya dengan bepakaian rapi dan sopan 29. Saya bersikap sopan pada atasan saya

30. Jika ada masalah di saat pengiriman BBM, saya berdiskusi terlebih dahulu dengan pengawas untuk mengambil keputusan atau tindakan sebelum melakukan sesuatu.

31. Saya tidak pernah mengatakan kepada orang lain mengenai masalah yang saya hadapi di perusahaan saya

32. Keluarga saya tidak pernah mengetahui masalah apa saja yang harus saya selesaikan di kantor

33. Saya merasa optimis bahwa permasalahan yang terjadi dalam lingkungan kerja dapat terselesaikan dengan baik

34. Saya dan rekan kerja berusaha mencari alternatif cara lain apabila terjadi kemacetan diperjalanan saat pegiriman BBM tanpa mengeluh.

35. Saya mengambil jalan tengah saat terjadi kesalahpahaman dalam tim saat bekerja

36. Saya bertanggungjawab menjaga rahasia perusahaan saya

37. Ketika saya kekurangan perlatan yang saya butuhkan di lingkungan kantor, saya tidak pernah mengeluh

38. Saya berusaha untuk tidak membawa masalah saya keluar dari lingkungan kantor

39.

Saya berusaha sebaik mungkin untuk tidak membawa masalah pribadi saya ke dalam lingkungan kantor

40. Saya tetap menyelesaikan pekerjaan dalam satu tim kerja meskipun rekan kerja saya sulit untuk diajak kerjasama

41. Saya memberikan usulan/ide kepada rekan kerja agar pekerjaan menjadi lebih mudah

42. Saya mengecek ulang alat/fasilitas perusahaan agar selalu berfungsi dengan baik dan tidak menghambat pekerjaan saya

43.

Saya merasa nyaman ikut serta dalam berbagai kegiatan di perusahaan saya 44.

Saya merasa, saya adalah bagian tak terpisahkan dari perusaan saya

45. Saya merasa wajib ikut serta mengikuti berbagai kegiatan dalam perusahaan saya

46. Saya mengikuti pelatihan yang di adakan perusahaan untuk meningkatkan keterampilan saya walaupun tidak di wajibkan


(23)

47. Saya merasa bangga untuk dapat mengerjakan kegiatan yang saya lakukan atas nama perusahaan

48.

Saya ingin ikut serta dalam mengembangkan perusahaan

49. Saya merasa antusias untuk memberikan usulan dalam meningkatkan kegiatan operasional

50. Saya tetap berkumpul dengan rekan kerja, meskipun kami sedang cuti atau tidak bertugas


(24)

LAMPIRAN 5

VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR VALIDITAS

Dimensi OCB NO. ITEM SKOR STATUS

Altruism item_01 .421 TERIMA

item_02 .375 TERIMA

item_03 .405 TERIMA

item_04 .423 TERIMA

item_05 .445 TERIMA

item_06 .415 TERIMA

item_07 .343 TERIMA

item_08 .388 TERIMA

item_09 .430 TERIMA

item_10 .368 TERIMA

Conscientiousness item_11 .414 TERIMA

item_12 .452 TERIMA

item_13 .367 TERIMA

item_14 .290 TOLAK

item_15 .374 TERIMA

item_16 .359 TERIMA

item_17 .447 TERIMA

item_18 .364 TERIMA

item_19 .421 TERIMA

item_20 .376 TERIMA

Sportmanship item_21 .386 TERIMA

item_22 .386 TERIMA

item_23 .392 TERIMA

item_24 .439 TERIMA

item_25 .398 TERIMA

item_26 .395 TERIMA

item_27 .434 TERIMA

item_28 .359 TERIMA

item_29 .450 TERIMA

item_30 .392 TERIMA

Courtesy item_31 .420 TERIMA

item_32 .414 TERIMA

item_33 .400 TERIMA

item_34 .353 TERIMA

item_35 .419 TERIMA

item_36 .249 TOLAK

item_37 .427 TERIMA

item_38 .424 TERIMA

item_39 .365 TERIMA

item_40 .415 TERIMA

Civic Virtue item_41 .438 TERIMA

item_42 .348 TERIMA

item_43 .278 TOLAK

item_44 .365 TERIMA

item_45 .415 TERIMA

item_46 .428 TERIMA

item_47 .411 TERIMA

item_48 .428 TERIMA

item_49 .449 TERIMA


(25)

RELIABILITAS

--- Reliabilitas Tinggi

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items


(26)

LAMPIRAN 6

SKOR SELURUH DIMENSI

R Altruism Consciousness Courtesy Sportmanship Civic Virtue OCB

1. 19 25 21 20 13 96

2. 21 14 17 17 16 98

3. 27 23 12 25 22 113

4. 19 23 17 22 16 87

5. 20 25 12 18 27 94

6. 18 17 23 18 19 94

7. 20 19 23 19 18 83

8. 20 24 23 16 28 112

9. 15 26 21 25 14 109

10. 23 23 27 25 27 118

11. 21 18 18 22 27 105

12. 17 14 14 20 18 105

13. 16 14 26 19 22 81

14. 20 26 13 22 15 95

15. 19 18 15 16 14 88

16. 27 25 22 23 29 122

17. 27 27 24 24 29 112

18. 22 26 14 24 17 130

19. 21 27 16 22 19 90

20. 29 26 22 26 22 127

21. 27 21 27 27 20 116

22. 28 20 21 29 26 127

23. 18 24 17 22 13 85

24. 22 25 27 23 29 126

25. 29 25 21 22 27 133

26. 24 21 17 27 15 89

27. 14 14 14 19 14 94

28. 26 27 23 24 29 120

29. 24 18 15 18 17 80

30. 18 21 17 25 26 78

31. 18 25 24 23 13 113

32. 15 14 14 21 15 87

33. 23 25 23 29 26 119

34. 14 17 14 17 13 92

35. 20 17 24 20 28 95

36. 29 28 22 20 19 99

37. 25 18 17 17 13 97

38. 18 17 20 21 15 96

39. 18 14 12 16 26 83

40. 16 15 13 18 17 104

41. 16 28 17 16 21 93

42. 17 21 13 18 19 77

43. 21 29 20 21 15 92

44. 28 26 27 22 28 114

45. 24 23 14 27 23 120

46. 17 17 24 16 17 91

47. 21 29 14 19 15 78

48. 20 20 18 19 27 101

49. 20 28 17 21 15 85

50. 26 20 22 25 28 126

51. 29 18 21 25 27 124


(27)

LAMPIRAN 7

HASIL PENELITIAN

R Altruism Consciousness Courtesy Sportmanship Civic Virtue OCB

1. Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah

2. Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

3. Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi

4. Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah

5. Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah

6. Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah

7. Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah

8. Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi

9. Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi

10. Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

11. Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah

12. Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

13. Rendah Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah

14. Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah

15. Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

16. Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

17. Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

18. Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi

19. Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah

20. Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

21. Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi

22. Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

23. Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah

24. Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

25. Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi

26. Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah

27. Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

28. Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

29. Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

30. Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah

31. Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi

32. Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

33. Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

34. Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

35. Rendah Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah

36. Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah

37. Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

38. Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

39. Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah

40. Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

41. Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah

42. Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

43. Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah

44. Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

45. Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi

46. Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah

47. Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah

48. Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah

49. Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah

50. Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

51. Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi


(28)

LAMPIRAN 8

DISTRIBUSI FREKUENSI

Altruism

Frequency Percent Valid Rendah 32 61.5

Tinggi 20 38.5 Total 52 100.0

Consciousness

Frequency Percent Valid Rendah 26 50.0

Tinggi 26 50.0 Total 52 100.0

Courtesy

Frequency Percent Valid Rendah 29 55.8

Tinggi 23 44.2 Total 52 100.0

Sportmanship

Frequency Percent Valid Rendah 32 61.5

Tinggi 20 38.5 Total 52 100.0

Civic_Virtue

Frequency Percent Valid Rendah 30 57.7

Tinggi 22 42.3 Total 52 100.0

BIG5_dominan Frequency Percent Valid extraversion 17 32.7

agreeableness 11 21.2 neuroticism 8 15.4 conscientiousness 11 21.2 openess to exp 5 9.6 Total 52 100.0


(29)

LAMPIRAN 9 – TABULASI SILANG

Tabel 1 Tabulasi silang derajat OCB dengan data penunjang usia

Altruism Consciousness Courtesy Sportmanship Civic_Virtue OCB

Total rendah tinggi rendah tinggi rendah tinggi rendah tinggi rendah tinggi rendah tinggi

usia 21-35 tahun Count 14 11 12 13 16 9 13 12 14 11 14 11 25

Row total N % 26.90% 21.20% 23.10% 25.00% 30.80% 17.30% 25.00% 23.10% 26.90% 21.20% 26.90% 21.20% 48.10%

36-55 tahun Count 18 9 14 13 13 14 19 8 16 11 19 8 27

Row total N % 34.60% 17.30% 26.90% 25.00% 25.00% 26.90% 36.50% 15.40% 30.80% 21.20% 36.50% 15.40% 51.90%

Total Count 32 20 26 26 29 23 32 20 30 22 33 19 52

Row total N % 61.50% 38.50% 50.00% 50.00% 55.80% 44.20% 61.50% 38.50% 57.70% 42.30% 63.50% 36.50% 100.00% Tabel 2 Tabulasi silang derajat OCB dengan data penunjang lama kerja

Altruism Consciousness Courtesy Sportmanship Civic_Virtue OCB

Total rendah tinggi rendah tinggi rendah tinggi rendah tinggi rendah tinggi rendah tinggi

lama_kerja 1-3 tahun Count 14 11 9 16 15 10 14 11 13 12 15 10 25 Row total N % 26.90% 21.20% 17.30% 30.80% 28.80% 19.20% 26.90% 21.20% 25.00% 23.10% 28.80% 19.20% 48.10%

4-6 tahun Count 14 9 13 10 11 12 14 9 14 9 14 9 23

Row total N % 26.90% 17.30% 25.00% 19.20% 21.20% 23.10% 26.90% 17.30% 26.90% 17.30% 26.90% 17.30% 44.20%

7-10 tahun Count 4 0 4 0 3 1 4 0 3 1 4 0 4

Row total N % 7.70% 0.00% 7.70% 0.00% 5.80% 1.90% 7.70% 0.00% 5.80% 1.90% 7.70% 0.00% 7.70%

Total Count 32 20 26 26 29 23 32 20 30 22 33 19 52

Row total N % 61.50% 38.50% 50.00% 50.00% 55.80% 44.20% 61.50% 38.50% 57.70% 42.30% 63.50% 36.50% 100.00% Tabel 3 Tabulasi silang derajat OCB dengan data penunjang personality

Altruism Consciousness Courtesy Sportmanship Civic_Virtue OCB

Total rendah tinggi rendah tinggi rendah tinggi rendah tinggi rendah tinggi rendah tinggi

BIG5_domina n

extraversion Count 12 5 6 11 8 9 11 6 9 8 10 7 17

% within BIG5_dominan

23.10% 9.60% 11.50% 21.20% 15.40% 17.30% 21.20% 11.50% 17.30% 15.40% 19.20% 13.50% 32.70%

agreeableness Count 7 4 5 6 9 2 8 3 8 3 9 2 11

% within BIG5_dominan

13.50% 7.70% 9.60% 11.50% 17.30% 3.80% 15.40% 5.80% 15.40% 5.80% 17.30% 3.80% 21.20%

neuroticism Count 5 3 6 2 3 5 4 4 5 3 5 3 8

% within BIG5_dominan

9.60% 5.80% 11.50% 3.80% 5.80% 9.60% 7.70% 7.70% 9.60% 5.80% 9.60% 5.80% 15.40%

conscioustioun ess

Count 6 5 8 3 6 5 6 5 5 6 6 5 11

% within BIG5_dominan

11.50% 9.60% 15.40% 5.80% 11.50% 9.60% 11.50% 9.60% 9.60% 11.50% 11.50% 9.60% 21.20%

openess to ecperience

Count 2 3 1 4 3 2 3 2 3 2 3 2 5

% within BIG5_dominan

3.80% 5.80% 1.90% 7.70% 5.80% 3.80% 5.80% 3.80% 5.80% 3.80% 5.80% 3.80% 9.60%

Total Count 32 20 26 26 29 23 32 20 30 22 33 19 52

% within BIG5_dominan


(30)

LAMPIRAN 10

PROFIL PERUSAHAAN

PT. ‘X’ adalah suatu perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang pengusahaan pertambangan minyak serta gas bumi dan berkantor pusat di Jakarta,

PT. ‘X’ merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dibentuk

berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1971 yang bergerak dalam bidang pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi yang meliputi eksplorasi, pemurnian, pengolahan, dan penjualan. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan minyak di Indonesia sejalan dengan pencarian minyak itu sendiri. Kenyataan bahwa negeri ini pernah mengalami masa penjajahan yang cukup lama yang menyebabkan perkembangan perusahaan perminyakan di negeri ini tidak dapat terlepas dari pengaruh keadaan tersebut.

Tujuan dari setiap perusahaan bisnis selalu berakhir dengan profit oriented. Namun dalam PT PT. ‘X’ keprofesionalan kerja, kejujuran, serta komunikatif menjadi bagian lain yang mutlak dimiliki oleh setiap staff dan karyawannya. Visi PT. ‘X’ adalah menjadikan unit pemasaran terkemuka dengan layanan kelas dunia.

Misi PT. ‘X’ adalah:

1. Memasarkan produk minyak, gas, dan hasil olahannya dengan mengutamakan etika, keramahannya, kecepatan, dan berwawasan lingkungan.

2. Mengelola usaha dengan berorientasi pada pencapaian kinerja terbaik.

3. Menjadikan aset unggulan bagi perusahaan, pemerintah, pekerja, dan masyarakat.

Motto PT. ‘X’ adalah kepuasan anda kami utamakan. Tata Nilai PT. ‘X’ adalah:

1. Fokus yaitu menggunakan secara optimum berbagai kompetensi perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan.

2. Integritas yaitu mampu mewujudkan kemitraan ke dalam tindakan nyata. 3. Visionary (berwawasan jauh ke depan) yaitu mengantisipasi lingkungan usaha

yang berkembang saat ini maupun yang akan datang untuk dapat tumbuh dan berkembang.

4. Excellence (unggulan) yaitu menampilkan yang terbaik dalam semua pengelolaan usaha.

5. Mutual Respect (kesetaraan dan kesederajatan) yaitu menempatkan keseluruh pihak yang terkait secara setara dan sederajat dalam kegiatan usaha.

Tujuan perusahaan ini adalah membangun dan melaksanakan Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, permurnian dan pengolahan, pengangkutan, dan penjualan dalam arti seluas-luasnya untuk menciptakan kemakmuran rakyat dan negara serta ketahanan Republik Indonesia. Dalam UU No. 44/RPR Tahun 1960, terdapat tujuan PT. ‘X’ yaitu:


(31)

1. Mencukupi kebutuhan Minyak dan Gas Bumi dalam negeri yang terus meningkat sebagai akibat pertambahan penduduk dan pelaksanaan pembangunan nasional.

2. Memenuhi kebutuhan dana dan devisa untuk pembangunan nasional.

3. Melaksanakan pertimbangan yang menguntungkan antara konsumsi dalam negeri dan ekspor.

4. Mempertahankan kedudukan Indonesia dalam pasar dunia.

5. Memperbesar pendapatan negara yang berasal dari minyak dan gas bumi. 6. Turut memecahkan masalah pengangguran.

7. Turut meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

PT PT. ‘X’ Cabang Bandung merupakan unit kerja yang memiliki misi melayani kebutuhan Bahan Bakar Minyak dan Non Bahan Bakar Minyak (pelumas dan elpiji) produksi PT. ‘X’ bagi masyarakat di wilayah kerja cabang Bandung. Wilayah kerja cabang Bandung meliputi: Kotamadya Bandung, Kabupaten Bandung, Kotamadya Cimahi, Kabupaten Sumedang, Kotamadya Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Banjar, dan Kabupaten Ciamis.

Aspek kegiatan ini dilakukan bukan semata-mata untuk mendapatkan laba, tetapi lebih untuk melayani pemasaran dan pendistribusian produk BBM dan non BBM sesuai dengan quota yang telah ditetapkan oleh pemerintah di wilayah kerja cabang Bandung agar tidak terjadi kelangkaan/ kekurangan di lingkungan masyarakat. PT. ‘X’ sebagai BUMN mengemban tugas mencari sumber minyak dan gas bumi, mengelola, menyediakan, dan menyalurkan bahan bakar di Indonesia, yang meliputi:

a. Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamax Plus

Pertamax Premium Avtur

Bahan bakar khusus untuk motor 2 langkah (BB2L) Misicool Refrigerant

Bahan bakar gas (BBG) Minyak tanah

Minyak solar Minyak diesel Minyak bakar

b. Non Bahan Bakar Minyak (Non BBM)

 Elpiji


(32)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Kehidupan modern tidak pernah dapat dilepaskan akan kebutuhan terhadap energi yang terus menerus. Dari bidang Industri, perdagangan, bahkan jasa akan terus menerus membutuhkan pasokan energi yang digunakan untuk dapat melakukan berbagai aktivitas, terutama dalam hal produksi dan distribusi barang dan jasa. Karena itu dari waktu ke waktu, ketergantungan perekonomian akan pasokan energi yang terus menerus merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari lagi. Kebutuhan energi di Indonesia dibedakan atas beberapa sektor pengguna energi seperti industri, rumah tangga, transportasi, pemerintahan, dan komersial. Kebutuhan energi final terbesar pada tahun 2009 adalah sektor industri, yaitu sebesar 188,14 ribu Setara Barel Minyak (SBM) kemudian disusul sektor transportasi sebesar 185,90 ribu dan sektor rumah tangga sebesar 114,97 ribu. Sedangkan besarnya kebutuhan energi final per jenis energi pada tahun tersebut, adalah Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 329,82 ribu, gas bumi sebesar 63,82 ribu, listrik 55,48 ribu, batubara sebesar 31,13 ribu, dan LPG sebesar 8,767 ribu (www.migas.esdm.go.id, 2010). Hal ini menggambarkan, bahwa kebutuhan energi pada masyarakat merupakan hal yang terus


(33)

2

Universitas Kristen Maranatha

menerus mengalami peningkatan.

Kebutuhan yang terus meningkat ini menggambarkan, bahwa Industri energi memegang peranan yang penting dari proses produksi dan distribusi berbagai barang dan jasa (Tempointeraktif.com, 2010) Oleh karena itu, maka perekonomian dan industri akan membutuhkan adanya pihak yang dapat menyediakan energi dalam jumlah yang besar untuk menjawab kebutuhan ini. Berbagai perusahaan yang bertujuan untuk melakukan pengelolaan sumber-sumber energi, seperti bahan bakar, merupakan bidang industri yang harus berkembang dengan sangat pesat seiring peningkatan kebutuhan energi.

Salah satu perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang cukup besar di

Indonesia adalah PT. ‘X”, yang telah berdiri sejak tahun 1957. Perusahaan ini

bergerak dalam pengelolaan pertambangan energi, pengolahan dan produksi bahan bakar, dan distribusi berbagai bentuk bahan bakar pada pihak Industri dan masyarakat umum. Sebagai salah satu perusahaan besar dalam bidang minyak bumi dan gas di

Indonesia, PT. “X” memiliki tujuh kilang minyak di seluruh Indonesia dengan kapasitas total 1.051,7 ton, pabrik petrokimia dengan kapasitas total 1.507.950 ton per tahun dan pabrik LPG (Liquid Petroleum Gas) dengan kapasitas total 102,3 juta

ton per tahun. Hal ini membuat PT. “X” menjadi salah satu dari perusahaan besar yang mengelola distribusi bahan bakar dan energi bagi perekonomian dan masyarakat. PT. “X” memiliki salah satu pusat operasi distribusi di kota Bandung. Pusat operasi distribusi yang dinamakan depot ini memfasilitasi kebutuhan akan


(34)

3

Universitas Kristen Maranatha

energi di kota Bandung dan sekitarnya dalam bentuk pendistribusian bahan bakar cair (Solar, Bensin, Gas dan bahan bakar industri lainnya). Selain itu juga menjadi pusat distribusi untuk produk oli dan pelumas. PT. “X” dipercaya untuk mengelola distribusi energi dengan memiliki beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan menyediakan kebutuhan bahan bakar untuk industri (Solar, Bensin, dan berbagai bahan bakar bebas subsidi lain) di berbagai titik di kota Bandung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Operational Head, dengan adanya

berbagai kegiatan distribusi BBM, maka di PT.”X” dibentuklah tim khusus

pendistribusian BBM. Tim ini terdiri dari beberapa bagian yaitu site supervisor, pengawas operasi, dispatcher, customer care, pemeliharaan, pengawas administrasi, pengawas Sumber daya Manusia (SDM), dan Awak Mobil Tangki Awak Mobil Tangki atau sopir (AMT). Peneliti bermaksud untuk meneliti bagian Awak Mobil Tangki (AMT) ini dikarenakan AMT merupakan salah satu bagian terpenting dari PT.“X” karena mereka menjadi ujung tombak perusahaan dalam mendistribusikan

BBM, yang merupakan komoditas yang diperjual belikan oleh PT “X” kepada

masyarakat. Sebagai bagian yang menangani pengiriman bahan bakar, AMT memiliki jumlah karyawan yang paling besar dibandingkan staf-staf lain. Awak Mobil Tangki (AMT) harus selalu siaga dalam setiap kesempatan ketika proses distribusi terjadi. Mereka harus selalu memenuhi panggilan tugas dan target operasi diluar resiko yang cukup tinggi dalam lingkungan kerja. Profesi ini membutuhkan keterampilan yang cekatan dengan beberapa pelatihan dan pendidikan yang


(35)

4

Universitas Kristen Maranatha

disediakan perusahaan. Awak Mobil Tangki (AMT) berjumlah 78 orang dengan kelompok yang bertugas secara bergantian. Dalam kegiatan kerjanya Awak Mobil Tangki (AMT) bekerja berpasangan (partner). Penetapan masa bekerja mereka adalah 8 jam, 5 hari kerja dan libur 2 hari. AMT tidak memiliki hari libur selain ketika mereka tidak mendapat jadwal jaga. Hari minggu, hari raya, atau pada saat hari libur nasional lainnya mereka tetap harus bertugas.

Tugas utama AMT adalah pelaksanaan kegiatan mengemudikan angkutan mobil tangki, melakukan kegiatan operasi transportasi yang meliputi proses pengisian, pengiriman, dan pembongkaran BBM dari depot pengisian BBM sampai ke tujuan SPBU yang sudah ditentukan, sehingga kepuasan pelanggan tercapai dan kebutuhan masyarakat luas terpenuhi. Berdasarkan hasil wawancara dengan Site Supervisor, dapat diketahui bahwa Job description AMT adalah menyediakan operasi mobil tangki yang layak pakai dan siap operasi untuk melakukan tugas pengangkutan BBM. Proses administrasi validasi in yaitu melengkapi data-data : surat pengantar , nomor segel, nilai jumlah, volume, jam validasi serta proses pengisian BBM di

Filling Shed. Kegiatan proses pengiriman BBM sesuai dokumen dan prosedur dari depot sampai ke tempat tujuan sesuai rute normatif yang sudah ditentukan. Pengawalan muatan BBM dan mobil tangki oleh rekan kerja satu tim dari depot pengisian sampai diterima di tujuan. Proses penerimaan BBM ke tempat pelanggan

(SPBU) berdasarkan dokumen yang sah dari PT.”X”, serta pelaksanaan pencatatan


(36)

5

Universitas Kristen Maranatha

dapat dievaluasi oleh petugas pengolahan data dan kinerja di lokasi depot.

AMT memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam menekan resiko terjadinya kecelakaan. Serta menjamin terlaksananya program pelayanan kepada pelanggan yang zero komplain yaitu, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu dan tepat tujuan. Pada saat bongkar muat BBM, maka mereka harus memastikan tidak ada minyak atau bahan bakar yang menetes di sekitar areal bongkar muat, mengunci

quick coupling mobil Tangki, mematikan mesin pada saat pengisian, memasang rem, mengecek alat pemadam kebakaran, kabel arde, menutup knalpot, dan memastikan selang pemindah BBM tidak sobek, sesuai SOP yang sudah ditentukan. Karena itu, semua karyawan yang berada di areal bongkat muat BBM dilarang keras untuk menyalakan rokok, korek api, maupun menyalakan telepon genggam. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya percikan api dan ledakan dalam lingkungan SPBU dan Depot, yang akan memunculkan kerugian finansial dan kecelakaan yang berakibat kematian bagi seluruh staff yang ada di areal juga bagi perusahaan.

Menurut hasil wawancara dengan 12 orang AMT diperoleh bahwa, dalam praktek kerja ternyata kegiatan Awak Mobil Tangki (AMT) tidak hanya sekedar memenuhi job description yang sesuai dengan Standart Operational Procedure

(SOP), tetapi juga aktifitas diluar job description. AMT dan site supervisor

mengharapkan aktivitas di luar job description ini dapat dilakukan para Awak Mobil Tangki (AMT) agar tercapai sasaran kerja terbaik bagi perusahaan dan meningkatkan


(37)

6

Universitas Kristen Maranatha

efektifitas perusahaan. Sebagian besar kegiatan yang dilakukan Awak Mobil Tangki (AMT) cukup berbahaya karena hampir semua aktivitas dalam lingkungan kerja berkaitan dengan bahan bakar cair dan gas yang sangat mudah terbakar. Kegiatan kerja tersebut, terutama loading bahan bakar dari dan ke mobil tangki merupakan salah satu pekerjaan yang paling beresiko. Setiap kesalahan prosedur yang terjadi dapat beresiko fatal bagi keselamatan dan kesehatan karyawan juga bagi PT.”X”. Karena itu karyawan diharapkan untuk dapat saling berkontribusi, terutama mengingatkan satu dengan yang lain, jika ada rekan kerjanya yang melakukan kegiatan yang berpotensi mengancam keselamatannya. Aktivitas di luar Job Description yang diharapkan yaitu seperti sikap responsif dan inisiatif. Seperti membantu rekan kerja yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan kerja. AMT harus siaga untuk dapat mengirim BBM saat dibutuhkan walaupun tugas serta jam kerja sudah selesai, dapat menggantikan rekan kerja yang tidak dapat melakukan tugasnya, mengingatkan rekan kerja yang melakukan kesalahan kerja, dapat berespon cepat jika terjadi hal-hal seperti kecelakaan, mobil mogok, rekan mengalami sakit diperjalanan, pencurian BBM saat diperjalanan. Cepat tanggap dan siaga di saat hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti mengambil alih posisi pada saat rekan kerja mengantuk saat menyupir, mencoba memperbaiki atau mencari bengkel terdekat pada saat mobil tangki mogok dan tidak hanya menunggu montir atau pengawas datang ke lokasi. Menentukan rute alternative bila rute yang telah ditentukan mengalami hambatan (terjadi kecelakaan, macet atau jalan di tutup), menghentikan pengisian di


(38)

7

Universitas Kristen Maranatha

ruang yang bernama filling shed, pengangkutan dan pengiriman BBM bila terjadi kebocoran pada kompartemen mobil tangki, menghentikan atau menolak menjalankan mobil tangki jika kondisi mobil tidak aman untuk di operasikan, missal ban gundul, kanvas rem sudah rusak, tidak membawa alat pemadam dan sebagainya sesuai ketentuan SOP, menghentikan pembongkaran BBM di SPBU terkait jika terjadi kebocoran pada selang bongkar muat dan tangki pendam.

Para AMT mengungkapkan, sebetulnya mereka sangat mengharapkan, bahwa setiap karyawan dapat memiliki kepedulian satu sama lain dan berkontribusi positif dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan aman. Namun, pada kenyataannya, ada banyak karyawan yang ternyata tidak memunculkan sikap yang positif sehubungan dengan masalah ini. Masalah yang sangat sering muncul adalah banyaknya karyawan yang terlambat ketika masuk ke dalam lingkungan kerja pada saat pagi hari atau setelah istirahat, sehingga mengganggu jadwal keberangkatan truk tangki ke tempat tujuan, terjadi keterlambatan pengiriman BBM dan pelanggan memberikan komplain. Ada pula yang mengeluh, bahwa karyawan dalam timnya menggunakan telepon genggam dalam lingkungan depot, yang dapat memicu kebakaran dan merugikan perusahaan. Tidur pada saat jam kerja, merokok pada saat mengemudikan truk tangki, mengemudi dalam keadaan mengantuk, keterlambatan pengantaran karena jam istirahat terlalu lama, pencurian BBM pada saat di perjalanan sehingga mengakibatkan complain dari SPBU kepada perusahaaan karena suplai yang tidak sesuai jumlah, serta kecelakaan seperti pada saat pengisian BBM, selang


(39)

8

Universitas Kristen Maranatha

pengisian tidak dilepas terlebih dahulu sedangkan mobil tangki sudah melaju hal ini mengakibatkan selang terputus dan BBM banyak yang terbuang di lokasi. Berbagai perilaku tersebut memiliki resiko potensial untuk dilakukan, yang dapat memunculkan kerugian bukan hanya bagi para pelakunya, namun juga bagi perusahaan. Para Awak Mobil Tangki (AMT) mengharapkan adanya sikap yang positif dari para karyawan dalam melaksanakan aturan-aturan yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, saling mengingatkan, dan dapat mendorong terciptanya suasana kerja yang lebih nyaman dan aman bagi seluruh karyawan.

Pihak perusahaan sebenarnya sudah mengingatkan dan menjelaskan resiko kecelakaan dan kerugian yang akan diterima jika karyawan melanggar aturan dan tidak mengikuti SOP yang ada. Adanya sangsi yang akan diterima oleh AMT jika melanggar aturan perusahaan dan membahayakan staf serta perusahaan. Sangsi yang dikenakan berupa peringatan, pengurangan bonus gaji dan jika sudah sangat fatal maka perusahaan akan melakukan pemecatan bagi karyawan tersebut. Pihak perusahaan juga sudah menanamkan pada AMT untuk melakukan berbagai hal yang bertujuan untuk mengamankan dirinya dari resiko yang dapat terjadi dalam lingkungan kerja.Salah satunya adalah dengan melakukan safety talk yaitu penjelasan mengenai alat-alat keselamatan kerja dan kegiatan rutin tanggap darurat. Selain itu, para karyawan (AMT) juga menerima berbagai bentuk training, yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerja. Meskipun tidak rutin diadakan, beberapa training seperti peningkatan kepribadian, kedisplinan, simulasi pemadaman


(40)

9

Universitas Kristen Maranatha

kebakaran dan tata kerja merupakan kegiatan yang harus diikuti oleh para AMT. Implementasi dari beberapa hal ini, kemudian diukur efektivitasnya oleh tim audit, dimana pihak perusahaan mengobservasi dan mendata kebutuhan-kebutuhan keselamatan dan kinerja kerja sesuai dengan perkembangan di lapangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan manager unit, hal ini masih belum cukup untuk dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan AMT dalam lingkungan kerja. Diperlukan usaha dari masing-masing individu untuk memperhatikan keselamatan diri mereka sendiri , rekan kerja dan lingkungan kerja atau bagian kerja lain yang terkait, seperti bagian kebersihan , mekanik dan dispatch dalam lingkungan depot.

Kerjasama, keterlibatan dan kepedulian antar karyawan dalam melaksanakan kegiatan kerjanya merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diterapkan oleh karyawan dalam lingkungan kerja. Tanpa adanya implementasi yang baik dalam bentuk kerjasama, maka dikhawatirkan semua informasi yang diberikan oleh perusahaan hanya menjadi sekedar wacana tanpa pelaksanaan di lingkungan kerja, dan resiko potensial yang dimiliki terus menerus terjadi. Karena itu, dalam organisasi dibutuhkan usaha untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan kerja AMT dengan cara melakukan aktivitas lebih dari Job Description yang telah ditentukan. Dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi, perilaku ini disebut sebagai

Organizational Citizenship Behavior (OCB). Organ (2006) mengungkapkan, bahwa

OCB merupakan perilaku individu yang dilakukan atas kehendaknya sendiri, tidak secara langsung berkaitan dengan sistem reward formal, namun akan berdampak


(41)

10

Universitas Kristen Maranatha

pada meningkatnya efisiensi serta efektifitas dari fungsi organisasi jika dilakukan bersama-sama oleh anggota organisasi.

Dengan OCB yang diterapkan oleh individu, maka seseorang akan dapat mendorong perilaku yang lebih efektif dan efisien dalam bekerja. OCB memiliki 5 Dimensi yaitu Altruism, Concientiousness, Sportmanship, Courtesy dan Civic virtue

(Poddssakoff, MacKenzie, Moorman dan Fetter, 1990 dalam Organ 2006;81) .Dalam perilaku kerja di lingkungan PT.“X”, altruism dapat terlihat dari perilaku para karyawan yang sering menampilkan perilaku membantu, mengingatkan atas kehendaknya sendiri tanpa diminta ditujukan kepada rekan kerja lainnya yang berkaitan dalam menghadapi masalah pekerjaan dalam suatu organisasi. Dari hasil wawancara dengan 12 orang AMT, diperoleh bahwa pada saat ini masih ada beberapa AMT yang tidak mengingatkan rekan kerja mengenai aturan dan tata kerja yang benar, kurangnya kerjasama dan kepedulian sesama rekan kerja dalam melakukan kegiatan di lingkungan kerja. Conscientiousness, dimana para AMT bersedia untuk menerapkan perilaku yang melebihi persyaratan minimal dari peraturan perusahaan dalam hal kehadiran, kepatuhan terhadap peraturan, tata tertib dan lain sebagainya. AMT masih mengeluhkan beberapa rekan kerja yang sering bertindak seenaknya dalam lingkungan kantor, seperti datang terlambat dari jam kerja yang telah ditentukan. Tidur melebihi jam istirahat yang ditentukan, sehingga tidak mengawasi rekan kerja yang bertugas mengisi BBM yang akan diantarkan olehnya. AMT tidak memberi kabar jika tidak masuk kerja sehingga pengawas harus mencari sendiri AMT


(42)

11

Universitas Kristen Maranatha

yang sedang libur pada hari tersebut yang bersedia untuk menggantikan rekan kerjanya. Pengiriman BBM akan mengalami keterlambatan waktu dikarenakan hal tersebut. Hal ini menggambarkan dimensi concientiousnes yang bervariasi.

Sportmanship dimana AMT bersedia untuk mentoleransi kondisi dan situasi yang kurang ideal tanpa mengeluh, berkecil hati, marah, merasa sakit hati dan tidak membesar-besarkan masalah. Dari hasil wawancara ditemukan bahwa bebrapa AMT mudah mengeluh karena keterbatasan fasilitas yang ada dalam lingkungan kerja, mengeluh ketika perjalanan macet dan tidak berusaha untuk mencari alternatif jalan lain. Hal ini, menggambarkan, adanya dimensi Sportmanship. Courtesy adalah perilaku yang dilakukan atas kehendak sendiri untuk menghindari terjadinya masalah dengan rekan keja lainnya maupun dengan atasan, perilaku ini dapat ditemukan para para AMT, yaitu para karyawan akan berusaha untuk menjaga kesopanan, menghindari pertikaian dengan sesama rekan kerja saat muncul masalah, dan menghargai keputusan dari atasan dalam kegiatan kerja. Civic Virtue merupakan perilaku yan gmenunjukkan rasa tanggung jawab dan kesediaan untuk berpartisipasi serta peduli terhadap perusahaan, artinya apra karyawan akan berusaha untuk dapat memberikan kinerja yang baik untuk membantu kemajuan perusahaan, mereka juga bersedia untuk mengikuti aktivitas-aktivitas yang diadakan oleh perusahaan, seperti koperasi, acara kebersamaan, dan acara-acara lain yang memang tidak bekaitan langsung dengan tugas-tugas sebagai seorang AMT. Berbagai informasi tersebut, menggambarkan, bahwa peneliti dapat menemukan adanya dimensi-dimensi OCB


(43)

12

Universitas Kristen Maranatha

dalam lingkungan perusahaan “X”

Dari bagian yang telah diungkapkan sebelumnya, peneliti menemukan, bahwa tidak semua AMT menerapkan kerjasama dan saling kepedulian satu dengan yang lain. Sedangkan, dengan tanggung jawab mereka yang sangat vital bagi perusahaan, dan dengan pekerjaan yang bersiko tinggi, maka akan membutuhkan kejrasama dan kesediaan untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai gambaran mengenai Organizational Citizenship Behavior pada Awak Mobil Tangki (AMT) di

lingkungan Perusahaan “X”, Bandung.

1.2. Identifikasi masalah

Dalam penelitian ini, ingin diteliti, Seperti apakah gambaran mengenai OCB pada Awak Mobil Tangki (AMT) di PT. “X” , Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Penelitan ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai OCB pada Awak Mobil Tangki (AMT) di PT “X” , Bandung


(44)

13

Universitas Kristen Maranatha

1.3.2. Tujuan Penelitian

Penelitan ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai OCB pada Awak Mobil Tangki (AMT) di PT “X” , Bandung dan kaitannya dengan berbagi faktor -faktor yang memunculkan OCB dalam diri karyawan

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoretis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Ilmu pengetahuan Psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi mengenai OCB pada para

Awak Mobil Tangki (AMT) di PT. “X” , Bandung.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian mengenai OCB pada karyawan.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Penelitan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak manajemen PT. “X” Bandung, agar dapat meningkatkan OCB dalam lingkungan kerjanya, terutama pada Awak Mobil Tangki (AMT )


(45)

14

Universitas Kristen Maranatha

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Operational Head beserta divisi-divisi yang dibawahinya di lingkungan kerja PT “X” Bandung, agar dapat mendukung munculnya OCB yang tinggi pada para karyawan yang mereka supervisi

1.5. Kerangka Pemikiran

PT “X” adalah suatu perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang pengusahaan pertambangan minyak serta gas bumi dan berkantor pusat di Jakarta. PT

”X” dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1971 yang bergerak dalam bidang pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi yang meliputi eksplorasi, pemurnian, pengolahan, dan penjualan. PT”X” mendistribusikan produk minyak, gas, dan hasil olahannya dengan mengutamakan etika, keramahannya, kecepatan, dan berwawasan lingkungan. Mengelola usaha dengan berorientasi pada pencapaian kinerja terbaik. Menjadikan aset unggulan bagi perusahaan, pemerintah, pekerja, dan masyarakat. . PT.”X” Bandung memiliki pusat distribusi dengan nama lain depot, dengan adanya berbagai kegiatan distribusi BBM, maka dibentuklah tim khusus pendistribusian BBM. Tim ini terdiri dari beberapa bagian yaitu site supervisor, pengawas operasi, dispatcher, customer care, pemeliharaan, pengawas administrasi, pengawas SDM, dan Awak Mobil Tangki Awak Mobil Tangki (AMT).


(46)

15

Universitas Kristen Maranatha

adalah tingkatan karyawan yang berurusan langsung dengan kegiatan kerja yang menjadi sasaran utama dari organisasi atau pekerjaan. Para karyawan operasional mengerjakan tugas-tugas yang sifatnya teknis, membutuhkan tenaga dan keterampilan, biasanya menempati jumlah karyawan paling banyak dalam suatu organisasi.

Sebagai tingkatan yang paling bawah dari struktur kepemimpinan, karyawan pelaksana berkerja dibawah arahan supervisor untuk menerima berbagai tugas (pekerjaan) dan tanggung jawab. Dalam pelaksanaan berbagai tugasnya, karyawan pelaksana biasanya harus memiliki suatu keahlian atau kompetensi tertentu, dan biasanya diisyaratkan dalam bentuk kecakapan fisik seperti mengoperasikan mesin-mesin atau pengawasan seperti quality control tertentu. Tugas-tugas yang dimiliki oleh para karyawan operasional biasanya lebih sederhana dan tidak menuntut kemampuan analisa atau berpikir yang mendalam. Karenanya, level operasional biasanya dapat diisi oleh orang-orang yang tidak berpendidikan tinggi, namun memiliki keahlian yang memadai untuk melakukan tugasnya. (Sitorus, (1992)

Awak Mobil Tangki (AMT) merupakan bagian yang secara langsung turun di lapangan dalam bekerja. Seorang AMT harus cekatan dan terampil dalam melakukan pekerjaannya. AMT diberi pelatihan dan pendidikan yang disediakan perusahaan. Awak Mobil Tangki (AMT) berjumlah 78 orang dengan kelompok yang bertugas secara bergantian. Job Description AMT adalah melaksanakan kegiatan mengemudikan angkutan mobil tangki, serta kegiatan operasional transportasi yang


(47)

16

Universitas Kristen Maranatha

meliputi proses pengisian, pengiriman, dan pembongkaran BBM dari depot pengisian BBM sampai ke tujuan SPBU yang sudah ditentukan, sesuai dokumen berdasarkan prosedur yang ditetapkan dengan mengutamakan dimensi manajemen mutu dan keselamatan kesehatan kerja lindungan lingkungan (K3LL) agar tercapai sasaran kerja terbaik bagi perusahaan. Untuk dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan diharapkan Awak Mobil Tangki (AMT) dapat menunjukkan perilaku kerja yang lebih dari Job Description. Perilaku kerja yang lebih dari Job Description

adalah datang lebih pagi dari jam kerja guna menghindari keterlambatan waktu keberangkatan dan jadwal keberangkatan mobil tangki ke tempat tujuan, memiliki inisiatif untuk mencari pengganti jika berhalangan masuk atau sakit dan tetap memantau pekerjaan pengganti. Memeriksa mobil tangki kembali sebelum melakukan pengiriman walaupun sudah tersedia bagian mekanik. Mengingatkan rekan lain untuk tidak menggunakan telepon genggam pada saat pengisian BBM. Menentukan rute alternatif bila rute yang telah ditentukan mengalami hambatan (terjadi kecelakaan atau jalan ditutup sementara). Menghentikan pengisian di filling shed, pengangkutan dan pengiriman BBM bila terjadi kebocoran pada kompartemen mobil tangki. Menghentikan pembongkaran BBM di tempat pelanggan (SPBU) apabila terjadi kebocoran pada selang bongkar dan tangki pendam. Menghentikan atau menolak menjalankan mobil tangki jika kondisi mobil tangki tidak aman untuk dioperasikan, misal : ban gundul, rem kurang atau tidak berfungsi, tidak membawa alat pemadam, dan sebagainya sesuai ketentuan SOP.


(48)

17

Universitas Kristen Maranatha

Perilaku yang tidak tertulis secara formal namun dapat berkaitan dengan efisiensi dan efektifitas fungsi organisasi disebut sebagai Organizational Citizenship Behavior (OCB). Organ (2006) mengungkapkan, bahwa OCB merupakan perilaku individu yang dilakukan atas kehendaknya sendiri, tidak secara langsung berkaitan dengan sistem reward formal, namun akan berdampak pada meningkatnya efisiensi serta efektifitas dari fungsi organisasi.

Kemunculan OCB, sama seperti semua perilaku manusia pada umumnya disebabkan oleh berbagai motivasi yang bervariasi. Disaat seseorang membantu orang lain, ada berbagai motivasi yang mendasarinya. Motivasi karyawan untuk melakukan OCB dapat dilihat dari seberapa besar karyawan merasa bahwa mereka seharusnya melakukan perilaku tersebut. Karyawan mungkin ingin melakukan OCB untuk kepentingannya sendiri, untuk kepentingan rekan kerja (atasan atau teman sejawat) atau untuk kepentingan perusahaan.

Ada berbagai alasan pribadi, mengapa karyawan melakukan OCB, ada yang merasa puas saat melakukan OCB karena perilaku tersebut menaikkan self esteem

mereka, atau dengan melakukan OCB mereka akan lebih didengar oleh rekan kerjanya dan bisa memiliki kaitan pada perusahaan. Adapula yang berpikir dengan melakukan OCB mereka akan dikenal, lebih disukai oleh rekan-rekannya dan mendapat berbagai bentuk penghargaan. Ada juga yang menampilkan OCB karena menganggap itu sebagai kewajiban moral sesuai dengan norma sosial, yang memang seharusnya dilakukan. Akan tetapi motivasi disini disebutkan hanya untuk


(49)

18

Universitas Kristen Maranatha

menjelaskan anteseden terjadinya OCB, bukan untuk mendefinisikannya. Pada Awak

Mobil Tangki (AMT) di PT. “X” Bandung, OCB akan diperlukan untuk menunjang efektivitas dan efisiensi kerja. Para pekerja dengan OCB yang tinggi, akan memunculkan komitmen terhadap organisasinya dan menghasilkan kinerja organisasi yang stabil (Organ, 2006). Dampak dari OCB apabila dilakukan oleh Awak Mobil Tangki AMT di PT. “X” salah satunya adalah kerjasama, kepedulian antar karyawan yang didasari ketulusan individu sehingga dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas individu yang secara langsung dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi perusahaan.

Perilaku OCB memiliki 5 dimensi yaitu Altruism, Conscientiousness, Sportmanship, Courtesy, Civic Virtue (Poddssakoff, MacKenzie, Moorman, dan Fetter, 1990, dalam Organ 2006). Kelima dimensi ini menjadi bagian dari OCB dalam lingkungan individu, sehingga OCB yang tinggi dapat muncul apabila kelima dimensi ini sering muncul dalam diri individu.

Altruism adalah perilaku individu yang bertujuan untuk membantu rekan kerja yang nampak sedang mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah yang terkait dengan lingkungan kerja, tanpa menuntut adanya timbal baik dari orang yang dibantu. AMT di PT. “X” Bandung yang memiliki altruism yang tinggi akan membantu rekan kerja tanpa paksaan, meski tidak berkaitan dengan tanggung jawabnya (job description). Mereka secara spontan akan membantu rekan kerja tanpa pamrih dalam lingkungan kerjanya.


(50)

19

Universitas Kristen Maranatha Conscientiousness yaitu perilaku karyawan yang melebihi persyaratan minimal dari yang disyaratkan oleh perusahaan, misalnya pemanfaatan waktu dalam kehadiran, waktu istirahat, absen, kepatuhan terhadap peraturan dan berbagai hal tata tertib lainnya, yang muncul dari kehendak individu sendiri. AMT di PT. “X” yang menunjukkan perilaku ini akan berusaha untuk datang lebih pagi guna menghindari keterlambatan pengiriman, mengerjakan berbagai tugasnya sampai tuntas, dan bersedia mematuhi berbagai tata tertib yang diberikan oleh perusahaan.

Sportsmanship yaitu perilaku karyawan untuk mentoleransi kondisi-kondisi yang kurang ideal tanpa mengeluh, berkecil hati (sedih), marah dan merasa sakit hati karena hal-hal yang dihayati kurang baik yang terjadi dalam lingkungan kerja. Para karyawan yang memiliki sportmanship akan tetap mengerjakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab meski menghadapi keterbatasan dalam berbagai hal dalam lingkungan kerjanya, tidak mengeluh jika diberi tambahan jam kerja, tidak mengungkapkan hal-hal negatif kepada rekan kerja maupun di luar lingkungan kerja mengenai hal tersebut

Courtesy yaitu perilaku yang dilakukan guna menghindari terjadinya masalah kerja dengan rekan kerja dan atasan. Dengan kesadaran sendiri, karyawan tidak saling membicarakan kejelekan rekan kerja ataupun atasannya, bertegur sapa dengan tidak memandang senioritas dan jabatan, menghargai setiap keputusan atasan. Para AMT yang memiliki Courtesy yang tinggi akan berusaha untuk menjaga kesopanan dan keramahan dalam berelasi dengan rekan kerja dan atasan.


(51)

20

Universitas Kristen Maranatha Civic virtue adalah perilaku yang menunjukkan kesediaan berpartisipasi dan kepedulian terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Bersikap loyal membela nama baik perusahaan dengan ikut serta pada berbagai kegiatan kebersamaan, menjaga nama baik, dan mau berusaha memberikan kontribusi yang baik untuk perkembangan perusahaan. Para AMT yang memiliki Civic Virtue yang tinggi akan berusaha untuk memunculkan kepedulian terhadap perusahaan yang ditujukan dengan keterlibatan pada kegiatan-kegiatan di perusahaan.

Organizational citizenship behavior yang dimiliki setiap Awak Mobil Tangki (AMT) di PT. “X” Bandung dapat berbeda-beda. OCB juga berkaitan dengan faktor internal . Faktor yang dapat berkaitan dengan tinggi rendahnya OCB adalah karakteristik individu yang merupakan faktor internal. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin untuk mendapatkan karyawan yang memunculkan

OCB, diantaranya adalah memilih karyawan yang memang mempunyai kemampuan bawaan (faktor internal) untuk menampilkan OCB, yang kondusif untuk memunculkan OCB, seperti memberikan pelatihan, menerapkan perilaku kepemimpinan dan membuat sistem organisasi, serta memberikan teladan berbagai bentuk OCB.

Dalam diri individu (faktor internal), OCB dapat dimunculkan oleh kepribadian individu. Kepribadian yang ada dalam diri individu ini terbentuk karena kecenderungan internal yang ada di dalam diri, dan berhubungan dengan relasi di lingkungannya. Kepribadian individu akan menentukan seperti apa perilaku dan


(52)

21

Universitas Kristen Maranatha

reaksi yang ditampilkan oleh AMT pada saat ia berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan kerjanya. Organ (2006) banyak melakukan penelitian mengenai hubungan antara OCB dengan kepribadian, menggunakan teori Big Five Personality. Dalam Konsep Big Five personality, setiap individu memiliki 5 komponen utama dalam kepribadian, yaitu Extroversion, Agreeableness, Consciousness, Openess to experience, dan emotional stability (neuroticism).

Faktor internal personality pertama adalah openness to experience. openness, merupakan kepribadian dimana seseorang mempunyai rasa ingin tahu, ingin merasakan berbagai pengalaman, tidak melawan dengan adanya perubahan aturan yang terjadi di perusahaan. Para AMT yang memiliki komponen kepribadian ini akan mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru, dapat bersikap lebih terbuka terhadap perubahan yang diadakan perusahaan, cepat tanggap dengan lingkungannya. Namun, menurut Organ (2006), trait ini tidak memiliki relasi yang dapat dijelaskan secara tepat dengan OCB. Faktor kedua adalah conscientiousness, yaitu komponen kepribadian dimana AMT dapat diandalkan, terencana, disiplin diri, dan ketekunan. Mereka cenderung menampilkan perilaku OCB yang terkait dengan

conscientiousness dan civic virtue. Bila karyawan pelaksana (AMT) berhati-hati (counscientious) pada peraturan, seperti memiliki ketetapan waktu, riwayat absensi yang baik dan taat pada peraturan maka akan berpotensi meningkatkan dimensi

conscientiousness. Apabila hal tersebut dilakukan untuk kepentingan perusahaan maka tentu juga meningkatkan dimensi civic virtue.


(53)

22

Universitas Kristen Maranatha

Faktor ketiga yaitu extraversion, yaitu karakter bersemangat, mencari stimulasi, menikmati kebersamaan dengan orang lain, senang bicara, dan responsive terhadap lingkungan. Namun menurut Organ (2006), trait extraversion tidak berelasi secara langsung dengan komponen OCB dalam diri para karyawan. Faktor keempat

agreeableness berupa kepribadian yang bersahabat, disenangi oleh orang, dan juga mudah menjalin relasi yang hangat dengan orang lain. Para AMT dengan mudah menawarkan bantuan kepada rekan kerjanya yang membutuhkan bantuan serta dapat mengkompromikan kepentingannya dengan kepentingan orang lain demi tetap terjalinnya relasi yang hangat dengan rekan kerja . Komponenan kepribadian terakhir dari personality adalah neuroticism (emotional stability), yaitu kecenderungan memiliki emosional yang negatif seperti kecemasan, kemarahan, perasaan bersalah, dan terpaku pada masalahnya sendiri. AMT yang mempunyai emosi yang tidak stabil akan terpaku pada masalahnya sendiri, dengan demikian dapat mengurangi peluang munculnya OCB. Namun, komponen emotional stability tidak berelasi secara langsung dengan dimensi OCB (Organ, 2006).

Faktor Internal berikutnya yaitu karakteristik individu yang dimaksud sebagai

morale oleh Organ (2006) adalah kesatuan dari dimensi-dimensi sikap kerja (satisfaction, fairness, affective commitment dan leader consideration). Dalam kegiatan kerja, morale merupakan motivator dasar yang tercermin di dalam sikap kerja seseorang dalam organisasi. Apabila karyawan AMT merasa diperlakukan dengan adil (fairness), mereka akan memiliki kepuasan kerja (satisfaction), maka


(54)

23

Universitas Kristen Maranatha

kinerja yang diperlihatkan akan mengalami peningkatan dan cenderung konsisten. Dalam diri individu, morale juga terkait dengan affective commitment yang mengarah kepada keterikatan emosional, identifikasi, dan juga keterlibatan seseorang terhadap organisasi. Morale dapat meningkatkan kinerja seseorang. Leader consideration

merupakan pertimbangan pemimpin terhadap sikap kerja seseorang. Team leader

akan melihat sikap kerja AMT apakah menguntungkan perusahaan atau tidak, dengan pertimbangannya team leader dapat memberikan reward atau punishment terhadap bawahannya.

Faktor eksternal pertama yang dapat berkaitan dengan OCB disaat individu melakukan tugas adalah karakteristik tugas, terdiri dari task autonomy, task significance, task interdependence dan task feedback. Task autonomy merupakan derajat keleluasaan dan kebebasan bertindak yang dimiliki individu dalam melaksanakan tugas, untuk menjadwalkan tugas dan menentukan prosedur yang akan digunakannya (Hackman and Lawler, 1971 dalam Organ, 2006). Apabila karyawan AMT merasa memiliki tanggung jawab dengan adanya keleluasaan untuk melaksanakan tugasnya dan menentukan prosedur maka dapat meningkatkan OCB.

Task significance akan berkaitan dengan OCB melalui peningkatan persepsi akan rasa berarti dari pekerjaannya (Hackman and Oldham, 1976 dalam Organ, 2006), AMT akan merasa bahwa dirinya menjadi bagian dari perusahaan. Task feedback adalah derajat kejelasan dan diperolehnya informasi secara langsung mengenai seberapa efektif seseorang melakukan pekerjaannya (Hackman and Oldham, 1976 dalam


(1)

35

Universitas Kristen Maranatha

memiliki kesadaran sosial yang tinggi, kurang menghayati bahwa kegiatan kerja yang dilakukannya memiliki kesesuaian dengan dirinya, kurang dapat mengidentifikasikan diri dengan tugas secara optimal sehingga merasa tidak puas, tidak adanya fleksibilitas ketika bekerja.


(2)

91 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dalam peneliitan ini, diketahui bahwa lebih banyak AMT di lingkungan PT “X” Bandung memiliki OCB yang rendah

2. OCB yang rendah para karyawan AMT terkait karena dimensi Altruism, Sportmansip , conscientiousness, courtesy dan Civic Virtue yang rendah. Responden dengan derajat OCB yang rendah terlihat pada seluruh dimensi yang juga memiliki derajat yang rendah dan juga sebaliknya, responden dengan derajat OCB yang tinggi terlihat pada seluruh dimensi yang juga memiliki derajat yang tinggi.

3. Rendahnya OCB berkaitan pada faktor internal yaitu personality yang dominan, yaitu Agreeableness dan Extraversion. AMT lebih banyak yang memiliki kepribadian mudah bersemangat, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan rekan baru, senang berbicara, responsive terhadap lingkungan, menikmati kebersamaan , mudah menyetujui pendapat orang lain.


(3)

92

Universitas Kristen Maranatha

5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoretis

1. peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian menyangkut faktor-faktor internal dan eksternal untuk lebih mendalami pemahaman tentang pembentukan OCB dalam lingkungan kerja 2. Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat memperbanyak

jumlah kuesioner data penunjang, untuk dapat mendapakan gambaran yang lebih utuh dan mendalam tentang OCB itu sendiri.

5.2.2. Saran Guna Laksana

- Peneliti menyarankan kepada atasan langsung para karyawan AMT untuk dapat memberikan aturan dan jam kerja yang lebih tegas dan jelas, pada para karyawan AMT, dengan harapan akan dapat meningkatkan OCB individu dalam lingkungan kerja.

- Peneliti menyarankan kepada pihak perusahaan untuk dapat melakukan training motivasional atau pelatihan yang sesuai untuk meningkatkan dimensi-dimensi OCB yang rendah.


(4)

93

Universitas Kristen Maranatha

dan kebijakan yang lebih baik untuk mendorong karyawan dalam mengembangkan diri dan perilaku kerjanya dengan lebih baik dalam aturan dan norma-norma atau prosedur yang berlaku.


(5)

94 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W.2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo

Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Gramedia

Kaplan, Robert. M dan Sacuzzo, Denois. P. 2005. Psychological Testing: Principal, Application and Issues, Cengage Learning Publications.

Nazir, Moh. 2005. MetodePenelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia

Organ, Dennis W., Podsakoff, Philip M., MacKenzie, Scott B. 2006. Organizational

Citizenship Behavior: It’s Nature, Antecendents, and Consequences.

California: sage Publications, Inc

Robins, Stephen. P, Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Buku 1 edisi keempat. Jakarta: Salemba Empat

Santrock, John W. 2002. life – Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Jilid 2, versi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama. Sitepu, Nirwana S. K. 1995. Analisis Korelasi. Bandung : Fakultas MIPA Universitas

Padjajaran.


(6)

95 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Anna, Yuliana. 2009. Studi Deskriptif mengenai Organizational Citizenship Behavior pada Karyawan Divisi Perencanaan & Divisi Operasi PT.”X” Purwakarta. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

www.kompasonline.com http://kompasiana.com

www.PT.”X”.com

Website Ditjen Migas