PERANAN GERAKAN SAMIL TERHADAP KEBANGKITAN NASIONALISME KOREA TAHUN 1919-1945.

(1)

Peranan Gerakan Samil Dalam Kebangkitan

Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh

Mochamad Ikhsan 0806991

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

NASIONALISME KOREA TAHUN 1919-1945

Mochamad Ikhsan (0806991)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: PEMBIMBING I

Dr. Erlina Wiyanarti, M.Pd NIP. 19620718 198601 2 001

PEMBIMBING II

Yeni Kurniawati, S.Pd, M.Pd NIP. 19770602 200312 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP:19570408 198403 1 003


(3)

Sidang Sarjana Pendidikan, Jurusan Pendidikan Sejarah Sebagai Berikut:

Ketua : Prof.Dr.H.Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

Sekretaris : Prof.Dr.H.Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003

Anggota : 1. Dr.Hj.Elly Malihah, M.Si NIP. 19660425 199203 2 002 2. Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum NIP. 19710101 199903 1 003

Penguji : 1. Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001 2. Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum NIP. 19600529 198703 2 002 3. Dra. Lely Yulifar, M.Pd NIP. 19641204 199001 2 002


(4)

Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945 adalah sepenuhnya karya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Oktober 2012

Yang Membuat Pernyataan


(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945”. Masalah utama yang dikaji dalam skripsi ini adalah “Bagaimana Gerakan Samil berpengaruh terhadap Gerakan kemerdekaan nasional Korea tahun 1919-1945?”. Masalah utama tersebut dibagi menjadi tiga pertanyaan penelitian, yaitu: 1) Apa faktor-faktor yang menjadi latar belakang terjadinya Gerakan Samil?. 2) Bagaimanakah perkembangan kehidupan sosial dan politik di Korea setelah terjadinya Gerakan Samil?. 3) Bagaimanakah pengaruh Gerakan Samil terhadap berdirinya pemerintahan pengasingan Korea tahun 1919-1945?. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode historis dengan menggunakan empat langkah penelitian, yaitu heuristik sebagai upaya pencarian sumber, kritik terhadap sumber, interpretasi atau analisis terhadap sumber, dan historiografi atau penulisan sejarah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh temuan sebagai berikut: kemenangan Jepang dalam memperebutkan Semenanjung Korea dari dua pesaing utamanya, yakni Cina dan Rusia berdampak terhadap kondisi sosial, politik dan ekonomi di Korea. Kemenangan tersebut menyebabkan Jepang semakin leluasa untuk menjalankan imperialismenya di Korea. Berbagai kebijakan reformasi mulai dijalankan sejak ditandatanganinya Perjanjian Aneksasi Jepang-Korea pada tahun 1910 yang menjadikan Jepang-Korea secara resmi sebagai bagian dari wilayah jajahannya. Dari penjajahan tersebut, berbagai kebijakan yang menindas mulai dikeluarkan pemerintah, sehingga penderitaan rakyat Korea akan segera memunculkan persatuan bangsa. Kesimpulan yang diperoleh dari penjajahan Jepang tersebut adalah berbagai kebijakan, seperti survei tanah, akulturasi budaya, pemaksaan agama Shinto dan dipersulitnya akses pendidikan bagi rakyat Korea merupakan satu diantara banyak kebijakan yang menindas dilakukan imperialis Jepang. Pada tahun 1919 sebagai akibat dari kematian Raja Kojong serta adanya tuntutan hak memerintah sendiri (self determination) setelah berakhirnya Perang Dunia I telah membulatkan rakyat Korea untuk bersatu, yang kemudian dimanifestasikan melalui unjuk rasa Gerakan Samil. Dampak dari adanya Gerakan Samil tersebut adalah munculnya solidaritas bangsa yang kemudian berkembang menjadi semangat nasionalisme rakyat Korea, dimana segenap bangsa Korea bersatu melawan Jepang tanpa memandang golongan, marga (clan), serta agama seperti sebelumnya. Munculnya nasionalisme tersebut dapat terlihat dari banyaknya organisasi-organisasi modern yang muncul setelah Gerakan Samil serta berpengaruh terhadap perlawanan bangsa Korea dalam menghadapi Jepang hingga kemerdekaan tercapai pada tahun 1945. Salah satu dari organisasi penting yang muncul setelah Gerakan Samil adalah lahirnya Republik Korea dengan nama Pemerintahan Pengasingan Korea (Taehan Minguk Imsi Chongbu) pada bulan April 1919. Rekomendasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber penunjang mengenai Sejarah Asia Timur, terutama bagi pembelajaran sejarah di kelas XI dan XII dengan dikaitkan pada SKKD yang sesuai dengan penelitian.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR……… ii

UCAPAN TERIMAKASIH……….. iv

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL………. ix

DAFTAR PETA………... x

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1Latar Belakang Masalah Penelitian……….1

1.2Rumusan dan Batasan Masalah………. 6

1.3Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian……….… 7

1.3.1 Tujuan Penelitian………. 7

1.3.2 Manfaat Penelitian………...………… 7

1.4Definisi Judul………. …... 8

1.5Sistematika Penulisan………...………… 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………27

3.1 Persiapan Penelitian 3.1.1 Penentuan Tema dan Pengajuan Topik………... 29

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian………. 30

3.1.3 Konsultasi………... 32

3.2 Pelaksanaan Penelitian……….. 32


(7)

3.2.2 Kritik Sumber………. 35

3.2.2.1 Kritik Esktern………. 35

3.2.2.2 Kritik Intern……….... 36

3.2.3 Interpretasi……….. 38

3.2.4 Penulisan Laporan Penelitian (Historiografi)………. 39

BAB IV GERAKAN SAMIL SEBAGAI SIMBOL KEBANGKITAN NASIONALISME KOREA TAHUN 1919-1945………. 41

4.1 Masuknya Jepang dan Pertarungan Antar Tiga Kekuatan di Semenanjung Korea……… 42

4.1.1 Perjanjian Protektorat Jepang-Korea Tahun 1905 dan Hilangnya Kedaulatan Negara……….. 58

4.2 Latar Belakang Terjadinya Gerakan Samil………... 64

4.2.1 Kebijakan Kolonialisme Jepang Pada Fase Pertama Penjajahan Tahun 1910-1919………... 64

4.2.2 Terjadinya Gerakan Samil dan Simbol Bersatunya Rakyat Korea……… 78

4.3 Perubahan Sosial Politik Korea Setelah Terjadinya Gerakan Samil……….. 96

4.3.1 Kebijakan “Cultural Policy” Jepang Setelah Gerakan Samil……… 98

4.3.2 Perjuangan Bangsa Korea Dalam Menentang Imperialisme Jepang Tahun 1920-1945………. 103


(8)

4.3.2.1 Perjuangan Untuk Meraih Kemerdekaan di Luar

Negeri………... 104

4.3.2.2 Perjuangan Untuk Meraih Kemerdekaan Dari Dalam Negeri………. 114

4.4 Terbentuknya Pemerintahan Pengasingan Korea Serta Arti Pentingnya Dalam Perjuangan Memperoleh Kemerdekaan………. 123

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……… 138

5.1 Kesimpulan………. 138

5.2 Rekomendasi……….. 141

DAFTAR PUSTAKA………. 143

LAMPIRAN ………... 146


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1……… 70

Tabel 2……… 85


(10)

DAFTAR PETA


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan, 1979: 5) ”Nasionalisme merupakan suatu perpaduan antara perasaan emosional berlebih dari dua fenomena, yakni kebangsaan dan patriotisme”. Kebangsaan merujuk pada kelompok suatu masyarakat yang memiliki persamaan bahasa, memiliki persamaan sejarah di masa lampau, dan saling menganggap bahwa mereka memiliki kesamaan budaya. Sedangkan patriotisme adalah kecintaan terhadap tanah air dan merupakan awal dari kebangsaan.

Nasionalisme di setiap bangsa atau wilayah akan berbeda satu sama lain, hal ini disebabkan perbedaan kondisi yang dihadapi oleh suatu bangsa. “Konsep nasionalisme itu sendiri pertama kali muncul di Eropa pada abad ke-19 sebagai jawaban untuk menentukan nasib sendiri yang semata-mata hanya berorientasi kepada kesamaan etnik, bahasa dan budaya (Tn.1992: 5).” Dampak dari munculnya nasionalisme di Eropa bukan saja melahirkan bangsa-bangsa baru akan tetapi juga memunculkan imperialisme modern, dimana bangsa Eropa mulai berlomba untuk memperluas wilayah jajahannya ke Asia, Afrika dan Amerika. Dari imperialisme itulah maka nasionalisme Asia, dimana penulis akan meneliti salah satu nasionalisme


(12)

Negara Asia, akan muncul persatuan dan kesatuan sebagai jawaban untuk menentang kekuasaan asing yang telah dianggap menyengsarakan bangsanya. Nasionalisme di Asia sebagaimana diungkapkan di atas berbeda dengan nasionalisme di Eropa yang berorientasi kepada persamaan etnik, budaya dan bahasa untuk menentukan nasib sendiri, sebab nasionalisme Asia mengandung kehendak untuk menghapuskan ketidakadilan dan ketimpangan yang ada antara penjajah asing dan rakyat pribumi, terutama ketimpangan dalam hal kekuasaan dan kesejahteraan.

Ketimpangan sosial serta penindasan yang dilakukan oleh pihak asing terhadap bangsanya telah menimbulkan kesadaran nasional serta pada tahap selanjutnya kebangkitan nasional. Gambaran umum nasionalisme Asia barangkali dapat dilihat dari pendapat yang dikemukakan Smith (2003: 7) mengenai dua konsep nasionalisme, yaitu “nasionalisme dapat terjadi karena adanya suatu sentimen yang ditandai dengan kesadaran memiliki bangsa bersangkutan, serta suatu gerakan sosial dan politik demi bangsa bersangkutan.” Kebangkitan nasionalisme di banyak Negara Asia memang sangat lazim dengan kedua pendapat Smith tersebut yang dimanifestasikan melalui pemberontakan serta perlawanan terhadap pihak imperialis. Chavan (1973: 63) memandang:

Kebangkitan nasionalisme di Asia selalu digambarkan dari pemberontakan yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan di Negara-negara Asia, dimana hampir diseluruh wilayah Asia ciri kebangkitannya digambarkan dengan perjuangan dan pemberontakan untuk menentang pihak kolonial. Perlawanan terhadap kolonial ini merupakan jawaban dari sifat sewenang-wenang pihak imperialis yang menguasai dan menjajah tanah air mereka.


(13)

Salah satu dari bangsa di Asia yang muncul nasionalismenya akibat imperialis asing adalah Korea. Penulis merasa tertarik untuk mempelajari nasionalisme Korea sebab penulis melihat bagaimana saat ini kemajuan ekonomi bangsa Korea (Korea Selatan) dapat menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia, terlebih ketika membaca di suatu artikel bahwa kemajuan ekonomi Korea Selatan tersebut merupakan sebuah representasi dari wujud nasionalisme rakyatnya. Wujud nasionalisme yang dimaksud disini adalah semangat anti-Jepang yang telah menjajah tanah air mereka dengan tujuan untuk menyaingi bangsa Jepang dalam bidang Ekonomi. (Pikiran Rakyat, 12 Januari 2012). Hal ini berkaitan dengan kekejaman penjajahan Jepang yang masih membekas di lintas generasi bangsa Korea saat ini.

Sejarah mengenai perjuangan bangsa Korea dalam menghadapi imperialis Jepang dimulai ketika masuknya bangsa Jepang pada paruh terakhir abad ke-19. Semenanjung Korea sebelum kedatangan Jepang merupakan Negara kerajaan yang menutup segala hubungan dari dunia luar, khususnya bangsa barat. Setelah Jepang berhasil mengalahkan lawan-lawannya untuk memperebutkan wilayah Korea melalui perang dengan Rusia dan China, Jepang secara resmi menganeksasi Semenanjung Korea pada tahun 1910 dan menjadikan Semenanjung Korea sebagai wilayah jajahannya dengan mengangkat seorang Gubernur Jenderal sebagai wakil pemerintah Jepang di Semenanjung Korea. Woo Keun (1970: 465) mengemukakan:

Setelah berhasil menguasai Semenanjung Korea, Jepang melakukan berbagai reformasi khususnya di bidang pertanian dengan memodernisasi kepemilikan tanah di Korea dan bahkan merampas tanahnya. Modernisasi di berbagai bidang ini telah menghasilkan banyak keuntungan, akan tetapi keuntungan tersebut bukan untuk bangsa Korea melainkan untuk kepentingan Jepang sendiri.


(14)

Bangsa Korea sendiri dalam menghadapi imperialis Jepang pada awalnya masih terpecah menurut golongan, klan, dan kepercayaan. Nasionalisme Korea yang akan menyatukan segenap bangsa Korea baru terilhami melalui suatu peristiwa di tahun 1919, yang disebut sebagai Gerakan Samil. Gerakan Samil sendiri secara harfiah berarti gerakan tiga dan satu, yang berarti menandakan waktu gerakan ini berlangsung, yaitu tanggal 1 Maret, sehingga gerakan ini biasa disebut juga sebagai Gerakan 1 Maret. Melalui Gerakan Samil inilah usaha untuk melawan Jepang yang sebelumnya selalu dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu dengan berbagai tujuan mulai dihilangkan. Sebelum adanya Gerakan Samil, semua bentuk gerakan untuk menentang imperialis Jepang belum menunjukkan adanya persatuan dan kesatuan serta belum terbentuk unsur gerakan modern. Tetapi dengan adanya Gerakan Samil ini telah membawa semangat kepada semua golongan dan usia untuk bersatu melawan Jepang. Disamping itu deklarasi kemerdekaan yang dilakukan di hari Samil ini telah menggambarkan modernitas yang ingin dicapai, yakni Negara merdeka dengan pemerintahan demokratis. Dari gerakan inilah loyalitas sebagai warga Negara untuk meraih kebebasan tidak akan padam meskipun terus-menerus berada dalam tekanan Jepang (Woo Keun, 1970: 477 ).

Sebagaimana diungkapkan di atas bahwa Gerakan Samil ini telah memunculkan modernitas yang ingin dicapai, maka bentuk perjuangan bangsa Korea kini mengarah kepada terbentuknya organisasi modern. Hal ini terbukti dengan banyaknya organisasi yang bermunculan, dimana salah satu yang paling penting adalah terbentuknya pemerintahan pengasingan Korea (Taehan Min’guk Imsi


(15)

Chongbu) pada tanggal 9 April 1919. Pemerintahan Pengasingan Korea tersebut merupakan wujud dari persatuan dan kesatuan bangsa Korea melalui organisasi modern dalam melawan Jepang, dimana tugas utamanya adalah untuk mengkoordinasikan berbagai organisasi pergerakan Korea serta meletakkan dasar-dasar negara modern. Melalui pemerintahan pengasingan inilah cita-cita bangsa Korea untuk menentukan nasib bangsanya sendiri tanpa intervensi bangsa asing mulai ditegakkan. Bangsa Korea sudah tidak lagi memikirkan pemerintahan monarki, kini dibenak segenap hati bangsa Korea adalah pemerintahan Republik Korea yang demokratis. Oleh karena itu jelaslah bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang diakibatkan oleh Gerakan Samil terhadap nasionalisme bangsa Korea.

Ketertarikan peneliti untuk mengkaji Gerakan Samil lebih mendalam bermula ketika peneliti membaca beberapa buku serta artikel mengenai sejarah Korea yang selalu menyebutkan Gerakan Samil sebagai Gerakan Nasionalisme dan kebangkitan bangsa Korea untuk memperoleh kemerdekaan atas pendudukan bangsa Jepang. Disamping itu dijadikannya Gerakan Samil sebagai Hari Nasional (annual day) di Korea Selatan membuat penulis bertanya-tanya untuk mengetahui sejauh mana Gerakan Samil ini berperan terhadap nasionalisme di Korea pada umumnya serta Korea Selatan pada khususnya, sehingga bagaimana nasionalisme bangsa Korea itu masih menggelora dalam jiwa generasi muda Korea saat ini dalam semangat membangun bangsanya. Maka dari itu disini penulis merasa tertarik untuk mencoba meneliti Gerakan Samil ini sebagai karya ilmiah yang akan diteliti. Adapun judul


(16)

yang akan diteliti itu adalah Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945. Disamping itu, belum adanya tulisan karya ilmiah atau skripsi tentang Gerakan Samil di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia membuat penulis merasa perlu menelitinya sebagai tulisan karya ilmiah.

Sulitnya mendapatkan buku-buku mengenai Sejarah Korea yang kalaupun ada berbahasa Inggris dan merupakan buku sejarah umum Korea juga telah memberikan peneliti pemikiran untuk mengangkat dan meneliti tema mengenai Sejarah Korea yang lebih spesifik. Oleh karena itu diharapkan tulisan karya ilmiah ini dapat dijadikan sumber bacaan mengenai Sejarah Korea. Hal tersebut dirasa perlu, karena paling tidak masyarakat dapat mengetahui sejarah perjalanan bangsa Korea yang tidak hanya Sejarah Perang Korea-nya saja, tetapi juga terdapat sejarah penting lainnya yang membangkitkan nasionalisme bangsa Korea sehingga kita dapat Korea (Korea Selatan) saat ini yang maju dan makmur.

1.2Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan pokok pemikiran di atas, terdapat suatu permasalahan utama yang akan menjadi kajian utama dari penulisan ini yaitu “Bagaimana Gerakan Samil berpengaruh terhadap Gerakan kemerdekaan nasional Korea tahun 1919-1945?”

Sementara itu agar permasalahan yang akan dikaji lebih jelas, terarah dan hanya bertitik pada satu tema, maka penulis membatasi pokok permasalahan dengan merumuskan pokok permasalahannya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:


(17)

1. Apa faktor-faktor yang menjadi latar belakang terjadinya Gerakan Samil? 2. Bagaimanakah perkembangan kehidupan sosial dan politik di Korea setelah

terjadinya Gerakan Samil?

3. Bagaimanakah pengaruh Gerakan Samil terhadap berdirinya pemerintahan pengasingan Korea tahun 1919-1945?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan hal utama yang meyebabkan seseorang melakukan tindakan. Begitupun dalam penulisan ini penulis memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penulisan ini ialah:

1. Mendeskripsikan latar belakang kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya bangsa Korea yang mengakibatkan terjadinya Gerakan Samil.

2. Menganalisis perkembangan Gerakan Samil terhadap kondisi sosial dan politik di Korea.

3. Menganalisis pengaruh Gerakan Samil terhadap berdirinya pemerintahan Korea tahun 1919-1945.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dalam kaitannya dengan kesejarahan penelitian ini sangat diharapkan dapat menambah khazanah pembaca, baik untuk para akademisi ataupun pembaca umum mengenai sejarah PAN asia raya Jepang di luar Indonesia, sebab selama ini mungkin


(18)

Pan Asia raya yang dilakukan Jepang hanya terkonsentrasi mengenai Indonesia saja. melalui penelitian ini diharapkan memberikan cakupan yang lebih luas dari politik invasi Jepang yang tidak hanya terkonsentrasi pada pendudukan Jepang di Indonesia, melainkan pada kawasan lain yang lebih dahulu diduduki Jepang sebelum akhirnya masuk ke Indonesia.

1.4Definisi Judul

Judul penelitian dalam mengkaji permasalahan ini adalah Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945. Pengertian gerakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Wiranata, 2008: 143) berasal dari kata dasar gerak, yang berarti peralihan tempat atau kedudukan. Kata gerakan sendiri berarti perbuatan, usaha, atau kegiatan di lapangan sosial, politik dan sebagainya. Pengertian gerakan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau usaha yang dilakukan untuk merubah keadaan dari kedudukan semula yang dianggap tidak cocok ke dalam tatanan yang lebih baik, dimana biasanya gerakan ini erat kaitannya dalam masalah sosial atau politik.

Gerakan Samil adalah suatu gerakan unjukrasa di Korea yang merupakan titik awal kebangkitan nasionalisme Korea. Gerakan Samil secara harfiah berarti gerakan tiga dan satu, yang berarti menandakan gerakan ini berlangsung, yakni tanggal 1 Maret. Sementara itu, Kebangkitan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata bangkit yang artinya adalah berdiri, hidup kembali timbul ataupun terbit.


(19)

Kebangkitan memiliki makna sebagai sesuatu yang telah bangkit untuk melakukan reaksi perlawanan terhadap kekuasaan musuh.

Pengertian nasionalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Wiranata, 2008: 262) adalah kesadaran keanggotaan di suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan. Adapun pengertian lainnya yakni, paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan Negara sendiri atau sifat kenasionalan. Konsep nasionalisme sendiri didefinisikan secara berbeda-beda oleh para tokoh. Hans Kohn menyebutkan bahwa nasionalisme merupakan suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara dan bangsa. Definisi serupa diungkapkan Smith (2003: 10) yang menyatakan “nasionalisme sebagai suatu ideologi yang meletakkan bangsa di pusat masalahnya den berupaya mempertinggi keberadaannya.” Sementara itu Hayes (Chavan, 1979: 5) berpendapat lain, bahwa nasionalisme merupakan suatu perpaduan antara perasaan emosional berlebih dari dua fenomena, yakni kebangsaan dan patriotisme.

Jadi penjelasan dari definisi judul Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945 adalah suatu kajian mengenai peranan Gerakan Samil sebagai simbol kebangkitan Gerakan Nasionalisme Korea. Gerakan Samil ini merupakan suatu peristiwa sejarah bagi bangsa Korea dalam membangkitkan kesadaran nasionalnya dalam menentang imperialis Jepang. Rentang waktu yang digunakan untuk mengkaji penelitian nasionalisme Korea ini adalah


(20)

tahun 1919-1945, dimana membahas mengenai peristiwa-peristiwa setelah terjadinya Gerakan Samil hingga berakhirnya penguasaan Jepang atas Korea.

1.5Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan karya ilmiah yang akan dilakukan oleh peneliti adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan mengenai tinjauan pustaka dalam berpikir untuk mengembangkan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian. Adapun konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah suatu konsep yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diangkat yakni tentang Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti memaparkan bagaimana teknik mencari keotentikan suatu sumber yang berkaitan dengan kajian peneliti. Dimana, metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang digunakan adalah studi literatur.


(21)

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini merupakan sebuah pemaparan dari hasil penelitian mengenai Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945.

BAB V KESIMPULAN

Pada bab ini merupakan pembahasan terakhir dimana peneliti memberikan suatu kesimpulan dari hasil interpretasi terhadap kajian yang menjadi bahan penelitian. Interpretasi peneliti ini disertai dengan analisis peneliti dalam membuat kesimpulan atas jawaban-jawaban dari permasalahan-permasalahan yang dirumuskan dalam suatu rumusan masalah. Selain itu, dalam bab ini juga berisikan saran dari peneliti yang diajukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945. Metode merupakan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti (Sjamsuddin, 2007:12). Oleh karena itu, metode merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian, sebab melalui metode inilah penulis akan memulai langkah-langkah penelitiannya. Adapun metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengkaji penelitian ini adalah metode historis, dimana tugas peneliti adalah untuk merekonstruksi ulang peristiwa yang terjadi di masa lampau. Seperti yang diungkapkan oleh Ismaun (2005: 35) bahwa “metode ilmiah di dalam sejarah bertujuan untuk memastikan dan memaparkan kembali fakta masa lampau berdasarkan bukti dan data yang diperoleh sebagai peninggalan masa lampau”.

Di dalam metode historis yang akan digunakan ini terdapat langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan untuk mendapatkan sumber-sumber penelitian yang akan digunakan. Langkah-langkah tersebut menurut Sjamsuddin (2007: 85-157) adalah:


(23)

1. Heuristik adalah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah.

2. Kritik merupakan tahap lanjutan dari heuristik, yaitu melakukan proses penyelidikan terhadap sumber dan data yang telah diperoleh sebelumnya dengan menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber-sumber pertama, agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya, langkah-langkah inilah yang disebut kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap substansi (isi) sumber.

3. Interpretasi yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap objektif. Kalaupun dalam hal tertentu bersikap subjektif, harus subjektif rasional, jangan subjektif emosional. Rekonstruksi peristiwa sejarah harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran.

4. Historiografi adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar – benar tampak, karena kedua hal itu merupakan bagian dari ciri karya ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu.

Oleh karena penelitian ini merupakan sejarah kawasan atau non-Indonesia, maka dalam hal teknik pengumpulan data penulis hanya melakukan studi kepustakaan dengan mencari serta mengumpulkan buku-buku serta literatur atau artikel yang relevan dan sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji dalam


(24)

penelitian ini. Peneliti tidak melakukan teknik penelitian lainnya oleh karena keterbatasan dana untuk melakukan penelitian langsung ke negara Korea sesuai dengan judul penelitian ini yang telah dibahas sebelumnya.

3.1 Persiapan Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu harus melaksanakan tahapan awal, yakni persiapan penelitian. Persiapan penelitian ini merupakan awal dalam melaksanakan penelitian yang akan dikaji, dimana terdapat beberapa langkah yang akan dilaksanakan oleh penulis.

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Topik

Sebelum lebih jauh melangkah untuk melaksanakan penelitiannya, peneliti terlebih dahulu melakukan penentuan topik terkait penelitian yang akan dikajinya. Dalam hal pengajuan topik pada penelitian ini peneliti mengangkat topik mengenai sejarah nasionalisme bangsa Korea dengan judulnya Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945. Alasan dari penentuan topik ini dijadikan penelitian adalah dikarenakan rasa ketertarikan serta kekaguman peneliti sejak SMA mengenai kemajuan ekonomi bangsa Korea (Korea Selatan) saat ini terlebih ketika peneliti membaca buku Sejarah perang Korea saat itu. Dalam benak peneliti, mengapa bangsa yang terpecah akibat perang saudara dapat menjadi “Macan Asia” saat ini. Rasa ketertarikan peneliti berlanjut ketika peneliti berhasil masuk jurusan Pendidikan Sejarah di Universitas Pendidikan Indonesia


(25)

(UPI). Ketertarikan untuk menulis Sejarah Korea khususnya mengenai Gerakan Samil ini sendiri berawal ketika penulis melakukan kunjungan ke Museum Konferensi Asia-Afrika dan membaca beberapa buku-buku tentang sejarah Korea yang selalu mengaitkan nasionalisme Korea akibat penjajahan Jepang itu berawal dalam peristiwa ini.

Setelah fakta-fakta telah diperoleh untuk menulis topik tersebut, peneliti mengajukannya untuk dijadikan skripsi ke Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah. Judul awal yang penulis ajukan ketika itu adalah Dampak Gerakan Samil Terhadap Gerakan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945. Setelah mendapatkan persetujuan dari TPPS, peneliti mulai melakukan penyusunan rancangan penelitian dalam bentuk proposal.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Pada tahapan ini peneliti mulai melaksanakan pencarian beberapa sumber-sumber yang relevan dengan topik yang akan dikaji oleh penulis, yakni mengenai Gerakan Samil. Pencarian sumber yang dimaksud adalah sumber-sumber buku-buku mengenai Sejarah Korea yang berkaitan atau paling tidak memuat mengenai peristiwa Gerakan Samil ini. Setelah berhasil mengumpulkan data-data awal mengenai Gerakan Samil tersebut, kemudian penulis menyusunnya dalam bentuk proposal dan mengumpulkan kepada TPPS dan disetujui dengan surat ketetapan dari ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dengan No. 013/TPPS/JPS/2012. Setelah keluar ketetapannya, maka peneliti mendapatkan calon pembimbing I dan calon pembimbing II serta


(26)

mempresentasikan hasil penelitian awal proposal didepan para calon pembimbing serta dosen lainnya pada tanggal 4 April 2012. Didalam seminar tersebut, peneliti mendapatkan banyak masukan-masukan, terutama dari calon dosen pembimbing I untuk mengganti judul awal, yaitu dari Dampak Gerakan Samil Terhadap Gerakan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945 menjadi Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945. Alasan penggantian judul ini dikarenakan makna dampak pada judul awal seolah telah mengetahui pokok permasalahan topik ini, dan benar-benar berdampak sehingga tidak diperlukan lagi penelitian. Selain itu dalam seminar tersebut juga mendapatkan masukan, terutama dalam rumusan masalah dan manfaat penelitian yang dianggap kurang tepat oleh dewan penguji proposal. Sistematika yang digunakan oleh peneliti dalam penulisan proposal ini sendiri telah sesuai dengan yang terdapat dalam buku panduan penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia yang digunakan. Adapun sistematika yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Judul Penelitian

b. Latar Belakang Masalah c. Perumusan Masalah d. Tujuan Penelitian e. Tinjauan Pustaka

f. Metode dan Teknik Penelitian g. Sistematika Penulisan


(27)

3.1.3 Konsultasi

Proses selanjutnya setelah peneliti melakukan seminar proposal adalah melakukan konsultasi dengan revisi sesuai dengan apa yang telah diarahkan pada saat seminar. Pada tahap ini revisi proposal diberikan bersamaan dengan surat keputusan (SK) penunjukan pembimbing dari TPPS yang telah disetujui oleh ketua Jurusan Pendidikan Sejarah. Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti dibimbing oleh Dr. Erlina Wiyanarti M.Pd. selaku pembimbing I dan Yeni Kurniawati, S.Pd, M.Pd. selaku pembimbing II. Proses bimbingan atau konsultasi dilakukan empat hingga lima kali dalam satu bulan, dimana setiap hasil penelitian yang dilakukan dikonsultasikan kepada pembimbing I dan pembimbing II dengan tujuan untuk mendapatkan masukkan dari setiap pembimbing terkait hasil penelitian yang telah dilakukan.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Pada tahapan ini peneliti mulai melakukan penelitian dengan melakukan pencarian serta pengumpulan sumber-sumber yang dibutuhkan dengan melakukan seleksi. Kemudian, setelah tahapan pengumpulan sumber selesai dilakukan peneliti melakukan tahapan selanjutnya, yakni tahapan kritik (ekstern dan intern), interpretasi, historiografi dan hingga pada tahap penelitiannya.


(28)

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Heuristik adalah suatu tahapan dimana peneliti mulai melaksanakan tahapan-tahapan penelitian dengan mencari serta mengumpulkan sumber-sumber terkait dengan penelitian yang akan dibahasnya. Tahapan heuristik ini merupakan tahap yang sangat penting bagi peneliti dalam kapasitasnya untuk mengembangkan penelitiannya, sebab tanpa adanya tahapan heuristik maka peneliti tidak akan mungkin dapat melakukan penelitian oleh karena tidak adanya sumber informasi yang didapat dari permasalahan yang akan dikaji. Menurut Sjamsuddin (2007: 96) bahwa:

Sumber-sumber sejarah adalah alat-alat (means, tools), bukan tujuan-tujuan itu sendiri bagi sejarawan. Sejarawan hanya tertarik pertama-tama kepada isi dari sumber-sumber, dalam kesaksian (testimoni) atau informasi yang ditemukan dalam sumber-sumber itu. Tetapi pertama-tama ia harus menemukan lebih dahulu sumber-sumber itu untuk mendapatkan kesaksian. Demikianlah pengetahuan tentang sumber-sumber dan ilmu-ilmu bantu (auxiliary sciences) yang membantu sejarawan untuk menemukan, mengetahui dan memahami sumber-sumber itu adalah mutlak perlu.

Pada pengumpulan sumber penelitian ini, peneliti menggunakan sumber tertulis dengan melakukan pencarian sumber terlebih dahulu. Hal itu dilakukan dengan mengunjungi beberapa tempat yang terdapat sumber mengenai sejarah Korea yang memang sangat sulit didapatkan. Pencarian sumber sendiri ditujukan untuk mendapatkan buku-buku sumber terkait lainnya yang dapat dijadikan referensi. Adapun beberapa lokasi yang didatangi oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), di perpustakaan ini pertama kali peneliti mendapatkan sumber-sumber mengenai sejarah Korea,


(29)

diantaranya buku karya Kim Yong Won yang berjudul Korea:it’s peole and culture, buku Han Woo Keun yang berjudul The History of Korea, buku Takashi Hatada yang berjudul a History of Korea dan buku Beasley yang berjudul Japanese Imperialisme 1894-1945.

2. Perpustakaan Museum Konferensi Asia-Afrika, di perpustakaan ini peneliti banyak mendapatkan buku-buku sumber yang sangat penting dalam penelitian ini, sebab buku-buku yang didapatkan sangat lengkap seperti buku karya Lee Ki-baik yang berjudul a new History of Korea, buku karya Sohn Pow-key et.al yang berjudul The History of Korea, dan buku Kim Han-gil yang berjudul Modern History of Korea.

3. Perpustakaan Laboratorium Sejarah, dalam pencarian di perpustakaan ini peneliti mendapatkan satu judul buku yang relevan dengan penelitian, yaitu buku karya Carter J Eckert yang berjudul Korea, Old and New History.

4. Toko-toko buku, seperti Gramedia, Toga Mas, Istana Buku dan Rumah Buku. Hanya saja, karena jarangnya penulisan mengenai Sejarah Korea, maka di tempat-tempat tersebut peneliti tidak menemukan satu pun buku yang relevan dengan penelitian.

Selain mencari sumber ke tempat-tempat yang disebutkan di atas, sebetulnya peneliti sendiri telah mengunjungi beberapa lokasi lain untuk mencarinya, akan tetapi di tempat-tempat tersebut juga peneliti tidak mendapatkan sumber yang relevan dengan penelitian. Lokasi-lokasi yang didatangi diantaranya adalah perpustakaan


(30)

UNPAD, perpustakaan daerah (pusda) Provinsi Jawa Barat, dan perpustakaan Batu Api.

1.2.2 Kritik Sumber

Kritik sumber dilakukan setelah peneliti melakukan langkah heuristik. Sumber-sumber yang telah didapatkan kemudian dinilai secara intern maupun ekstern. Ismaun (2005: 49) menyatakan bahwa mendapatkan kebenaran dalam sumber sejarah harus dilakukan dengan menyelidiki apakah sumber tersebut merupakan sumber otentik, berapa banyak keotentikan sumber tersebut, kemudian diadakan seleksi atau penyaringan data untuk menyingkirkan bagian-bagian yang tidak dapat dipercaya. Tujuannya adalah agar sumber yang didapatkan oleh peneliti itu benar-benar dapat dipercaya, baik isi maupun penulisnya dapat dipertanggungjawabkan.

1.2.2.1Kritik Ekstern

Kritik ekstern atau kritik luar adalah kritik untuk mengetahui apakah sumber yang kita gunakan tersebut otentik untuk dapat kita jadikan sumber penelitian. Dalam pelaksanaannya, langkah-langkah kritik eksternal ini harus melakukan verifikasi sumber dengan ketat agar sumber yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya. Menurut Sjamsuddin (2007: 132) bahwa pemeriksaan yang ketat ini mempunyai alasan yang kuat sehubungan dengan beberapa sumber telah dibuktikan palsu;dalam penelitian (investigasi) yang dilakukan telah ditemukan bahwa


(31)

sumber-sumber itu telah dipalsu atau dibuat-buat (fabricated). Berbicara mengenai ke-otentikan sumber, sumber yang otentik tidak mesti harus sama dengan sumber dan isi tulisan dalam dokumen aslinya. Kritik eksternal yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melihat asal-usul sumber-sumber tersebut. Peneliti melakukan pemilihan terhadap buku-buku yang digunakan, apakah buku yang digunakan tersebut relevan dengan permasalahan yang dikaji. Buku yang digunakan peneliti dilihat terlebih dahulu apakah buku tersebut mencatumkan nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tempat diterbitkannya buku tersebut. Dicantumkannya hal-hal tersebut dapat membuktikan bahwa buku tersebut dapat dipertanggungjawabkan sebagai sumber literatur yang relevan.Hasil dari tahapan ini peneliti uraikan pada bab II.

3.2.2.2 Kritik Intern

Ketika tahap penelitian ekstern telah selesai, maka tahapan penelitian selanjutnya adalah kritik intern atau kritik dalam. Maksud kritik dalam ini adalah kritik yang diarahkan kepada isi (content) sumber yang digunakan oleh peneliti. Kritik terhadap isi ini dimaksudkan untuk mengetahui keaslian isi sumber, kemampuan serta tanggung jawab penulis sumber yang akan digunakan dalam penelitian tersebut. Pada tahapan ini seorang peneliti dihadapkan kepada perbandingan isi sumber sejenis yang dianggap relevan dengan mencoba membuktikan kebenaran dari apa yang telah disampaikan oleh penulis-penulis terdahulu serta memahami setiap maksud dari perkataan yang disampaikan oleh para penulis tersebut mengenai satu peristiwa tertentu. Sebagai contoh, mengenai peristiwa


(32)

Samil, peneliti dihadapkan pada sejumlah fakta dari buku Ki-baik (1984) dan Eckert (1990) yang menjelaskan mengenai korban peristiwa Samil yang berbeda. Agar mendapatkan fakta yang lebih kredibel, maka peneliti menggunakan sumber lainnya untuk memperoleh angka pasti dari jumlah korban peristiwa tersebut dengan mengkaji buku lainnya, seperti Pow-key (1970), Yong-won (1970), dan Woo-keun (1970).

Setelah diketahui mengenai jumlah korban Peristiwa Samil dari semua sumber, maka peneliti menarik kesimpulan mengenai jumlah korban tersebut berdasarkan beberapa sumber yang memang mencantumkan jumlah yang sama. Akan tetapi untuk memudahkan penelitian, maka peneliti menggunakan satu penulis saja, dengan melihat kompetensi penulis yang lebih dapat dipercaya. Seorang peneliti dalam mendapatkan kasus semacam ini harus benar-benar jeli dengan tentu saja tidak melupakan kredibilitas fakta tersebut. Sebagaimana diungkapkan oleh Sjamsuddin (2007: 153) bahwa justru jika terdapat kesesuaian atau kecocokan yang sempurna diantara sumber-sumber itu maka perlu dicurigai akan adanya kerja sama dalam melakukan pemalsuan. Jadi maksudnya adalah wajar jika peneliti dihadapkan kepada perbedaan pendapat antara sumber yang satu dengan yang lainnya, dan tugas peneliti adalah menguji serta mendapatkan jawaban inti dari pendapat-pendapat yang berbeda tersebut. Pada tahapan selanjutnya hasil dari kritik intern yang dilakukan oleh peneliti tersebut diuraikan pada bab II penelitian.


(33)

1.2.3 Interpretasi

Tahap ini merupakan tahap penafsiran terhadap sumber-sumber buku dan literatur yang telah disaring dan diidentifikasi melalui proses kritik ekstern dan intern yaitu berupa fakta. Fakta yang telah didapatkan tersebut kemudian disusun, diolah, dan ditafsirkan oleh peneliti sehingga peneliti dapat menguji kebenarannya. Setelah kebenaran didapatkan, maka peneliti menggabungkan atau merekonstruksi fakta tersebut menjadi sebuah satu kesatuan yang dibantu dengan “historical thinking”. Hal tersebut dilakukan dengan memikirkan kembali masa lalu seolah-olah peneliti mengalami dan menjadi pelaku pada peristiwa yang terjadi pada masa lalu tersebut. Sehingga peneliti dapat memperoleh gambaran tentang permasalahan yang dikaji. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh Sjamsuddin (2007: 158) yang menyatakan bahwa terdapat dua dorongan utama yang menggerakan sejarawan ketika menulis, yakni mencipta ulang (re-create) dan menafsirkan (interpret).

Merekonstruksi serta melakukan penafsiran yang dilakukan oleh peneliti dalam mengkaji penelitiannya ini adalah untuk mereka ulang peristiwa dan menafsirkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah melalui proses kritik sebelumnya. Hal tersebut penting terutama untuk mengkaji masalah objektivitas/subjektivitas serta kekurangpahaman dalam mengkaji peristiwa yang akan dikaji peneliti. Sjamsuddin (2007: 156) menyatakan bahwa:

Ketika sejarawan memasuki tahap menulis, maka ia mengerahkan seluruh daya pikirannya, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan


(34)

catatan-catatan, tetapi yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya karena ia pada akhirnya harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi.

Mengenai pikiran-pikiran kritis dari hasil penafsiran sumber-sumber yang diperoleh, peneliti menafsirkan Gerakan Samil yang diperoleh dari beberapa penulis berdasarkan kebangsaannya. Oleh karena peristiwa Samil ini membahas mengenai penjajahan Jepang di Korea, maka peneliti mencoba menafsirkan pendapat antara penulis berkebangsaan Korea dan Jepang dengan menarik kesimpulan atas informasi yang diperoleh dari penulis kedua negara tersebut. Penafsiran terhadap sumber dari penulis yang berasal dari dua negara tersebut, tentu saja dilakukan dengan kajian yang mendalam agar peneliti terhindar dari subjektivitas isi sumber.

1.2.4 Penulisan Laporan Penelitian (Historiografi)

Tahapan ini merupakan langkah penyusunan dari apa yang telah peneliti dapatkan pada tahapan-tahapan sebelumnya. Tahapan ini merupakan tujuan inti dari penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan permasalahan yang dikaji dalam bentuk eksplanasi. Menurut Ismaun (2005: 28), “Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang telah lalu yang disebut sejarah.” Sementara itu menurut Helius Sjamsuddin (2007: 236) “historiografi merupakan paparan penyajian, persentasi atau penampilan (eksposisi)

yang sampai kepada atau dibaca oleh para pembaca atau pemerhati sejarah.” Pada


(35)

berbagai sumber dengan mengungkap fakta-fakta yang didapatkan sehingga peneliti dapat menjawab permasalahan penelitian.

Fakta yang didapatkan oleh peneliti tidak hanya ketika melakukan penelitian saja, namun peneliti juga mendapatkannya ketika penulisan laporan ini sedang disusun. Fakta baru ini memberikan informasi dan kontribusi yang penting sehingga penulisan laporan ini menjadi lebih baik lagi. Fakta baru juga dicari peneliti ketika merasa ada yang kurang dalam penelitian ini. Penulisan laporan penelitian ini dirangkai dengan menggunakan sistematika skripsi yang berlaku di jurusan Pendidikan Sejarah dengan menggunakan ejaan yang disempurnakan. Penulisan dalam laporan ini mengacu pada buku pedoman karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2011. Penulisan ini ditujukan sebagai salah satu tugas akhir akademis yang harus ditempuh oleh mahasiswa dalam jurusan Pendidikan Sejarah untuk menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana.


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil pembahasan tentang Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945 yang telah dilakukan di Bab IV. Disamping kesimpulan, dari hasil penelitian tersebut juga penulis sertakan rekomendasi hasil penelitian ini bagi kepentingan akademik, terutama sebagai bahan pengembangan isi atau materi pada pembelejaran sejarah di sekolah. Adapun kesimpulan dan rekomendasi yang diperoleh oleh penulis dipaparkan pada bagian berikut.

5.1 Kesimpulan

Pertama eksploitasi sumber daya ekonomi yang dilakukan Jepang setelah aneksasi Korea tahun 1910 dilakukan secara besar-besaran, sehingga menyebabkan penderitaan bagi bangsa Korea. Eksplotasi tersebut dilakukan dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya alam Korea bagi kebutuhan industri Jepang yang sedang tumbuh pesat. Selain melakukan eksploitasi, pemerintah imperialis Jepang juga melakukan tindakan diskriminatif serta menindas dengan mengeluarkan peraturan akulturasi, yakni larangan serta penggantian nama, bahasa dan budaya Korea dengan budaya Jepang. Dalam keadaan yang tertindas tersebut, rakyat Korea telah beberapa kali mengadakan upaya pemberontakan, namun karena belum munculnya semangat persatuan diantara rakyat menyebabkan upaya pemberontakan tersebut selalu


(37)

berakhir dengan kegagalan. Persatuan diantara rakyat Korea untuk melawan tindakan Jepang yang telah menyengsarakan mereka baru terwujud ketika pada tahun 1919 terjadi peristiwa penting, yaitu tewasnya Raja Kojong serta adanya semangat self determination pasca Perang Dunia I. Adanya semangat menuntut hak memerintah sendiri berdasarkan self determination serta tewasnya raja tersebut telah membulatkan rakyat Korea untuk melakukan suatu gerakan yang lebih nyata. Gerakan tersebut kemudian dimanifestasikan melalui sebuah gerakan unjuk rasa damai rakyat Korea yang kemudian disebut dengan Gerakan Samil. Terjadinya Gerakan Samil yang telah menyatukan segenap rakyat tersebut telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap kehidupan bangsa Korea, yakni munculnya semangat nasionalisme bangsa Korea untuk menuntut kemerdekaan dari tangan penjajah Jepang.

Kedua munculnya semangat nasionalisme bangsa Korea tersebut telah merubah tatanan sosial dan politik di Korea kearah yang lebih pasti untuk mencapai kemerdekaan. Pada bidang sosial perubahan yang terjadi setelah Gerakan Samil dapat digambarkan dengan dihapuskannya status istimewa setiap marga (clan) yang selama ini menyebabkan sulitnya rakyat Korea untuk bersatu. Selain itu, perubahan lainnya terlihat dari adanya semangat untuk memperoleh pendidikan dengan mendirikan sekolah swadaya masyarakat menggantikan sekolah tradisional (sodang). Sementara itu, perubahan yang terjadi pada bidang politik ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi modern seperti Pemerintahan Pengasingan Korea, Sinminhoe,


(38)

Singanhoe, Uibyong, dan Kukmuwon dan lainnnya. Satu hal yang pasti dari terbentuknya organisasi modern ini adalah, kuatnya kerjasama mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan, sehingga berbeda dengan kelompok terdahulu yang mudah dihancurkan Jepang. Sementara itu, keberadaan organisasi-organisasi tersebut juga memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap perjuangan bangsa Korea untuk memperoleh kemerdekaan. Hal ini dikarenakan strategi perjuangan yang mereka lakukan sangat efektif, yakni dengan melakukan perjuangan melalui jalur diplomasi oleh Pemerintahan Pengasingan Korea serta perang gerilya yang dilakukan oleh banyak organisasi semi-militer.

Ketiga pengaruh Gerakan Samil terhadap berdirinya Pemerintahan Pengasingan Korea adalah banyaknya organisasi yang terbentuk setelah Gerakan Samil sehingga memerlukan satu simbol persatuan diantara mereka dalam bentuk kelembagaan. Hal ini dimaksudkan agar kelompok-kelompok perjuangan tersebut memiliki wadah untuk saling mengkoordinasikan perjuangannya, baik antara pejuang yang berada di dalam maupun di luar negeri. Didasarkan atas kondisi tersebut, maka pada tanggal 9 April 1919 dibentuklah Pemerintahan Pengasingan Korea (Taehan Minguk Imsi Chongbu) di Shanghai, serta Seoul, Pyong’an, Kando dan Vladivostok sebagai cabangnya. Terbentuknya pemerintahan pengasingan tersebut, memiliki arti penting terhadap perjuangan bangsa Korea, sebab organisasi tersebut menjalankan perjuangan melalui jalan diplomasi untuk mendapat pengakuan dari negara asing


(39)

termasuk dengan mengikuti konferensi-konferensi internasional, salah satunya yang paling penting adalah Konferensi Kairo.

5.2 Rekomendasi

Skripsi berjudul Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945 ini diharapkan dapat menambah khazanah pembaca, baik untuk para akademisi ataupun pembaca umum mengenai sejarah Pan asia raya Jepang di luar Indonesia, sebab selama ini mungkin Pan Asia raya yang dilakukan Jepang hanya terkonsentrasi mengenai Indonesia saja. Melalui penelitian ini, diharapkan memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai politik invasi Jepang yang tidak hanya terkonsentrasi pada pendudukan Jepang di Indonesia, melainkan pada kawasan lain yang lebih dahulu diduduki Jepang.

Selain itu dalam kaitannya dengan pembelajaran sejarah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber penunjang materi pelajaran sejarah di kelas XI dengan Standar Kompetensi menganalisis perkembangan Bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang. Adapun Kompetensi Dasar yang sesuai adalah menganalisis proses interaksi Indonesia-Jepang dan dampak pendudukan militer Jepang terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Selain dapat menunjang materi kelas XI, penelitian ini juga dapat digunakan untuk materi pembelajaran sejarah kelas XII dengan Standar Kompetensi menganalisis


(40)

perkembangan Sejarah Dunia sejak Perang Dunia II sampai dengan perkembangan mutakhir. Adapun Kompetensi Dasar yang sesuai adalah menganalisis Sejarah Dunia dan posisi Indonesia di tengah perubahan politik dan ekonomi internasional setelah Perang Dunia II sampai dengan berakhirnya Perang Dingin.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Beasley, W.G. (1987). Japanese Imperialism 1894-1945. London: Clarendon Press Chavan R.S. (1973). Nationalism in Asia. New Delhi: Sterling Publishers Pvt. Ltd Chi Ho,Yi. et al. (1960). Korea:its land, people, and culture of all ages. Seoul:

Hakwon-SA, LTD.

Duus, Peter. (1998). Modern Japan. Boston: Houhton Miffin Company.

Eckert J. Carter. et al. (1990). Korea, Old and New a History. Seoul: Ilchokak Publishers.

Gottschalk, Louis. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.

Government Information Agency. (1973). Facts About Korea. Seoul: Namyeondo Co, Ltd.

Hatada, Takashi. (1969). A History of Korea. California: ABC-Clio Press.

Han-gil, Kim. (1979). Modern History of Korea. Pyongyang: Foreign Languages Publishing House.

Ho-chan, Eom et al (Eds) (2009). The Foreseen and The Unforeseen In Historical Relations Between Korea and Japan. Seoul: North East asian Foundation.

Hung-ha, Tae. (1962). Korea Fourty Three Centuries. Seoul: Yunsei University Press.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.

Ki-baik, Lee. (1984). A New History of Korea. Seoul: Ilchokak Publishers.

Ministry of Culture and Information. (1978). A Handbook of Korea. Seoul: Samhwa Printing Co, Ltd.

Ministry of education of Korea. (1995). National Institute for International Education Development. Seoul: Radio Korea International, KBS.

Myers, H.R, dan Peatie, M.R. (Eds) (1983). The Japanese Colonial Empire 1895-1945. New Jersey: Princeton University.


(42)

Pow-key, Sohn et al. (1970). The History of Korea. Seoul: Korean National Commission for UNESCO

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Smith, D. (2003). Nasionalisme: Teori, Ideologi, Sejarah. Jakarta: Erlangga publisher.

Susanto, S. Astrid. (1983). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: PT. Binacipta.

Toynbee, Arnold. (1976). Sejarah Umat Manusia: Uraian Analitis, Kronologis, dan Komparatif. Yohyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Universitas Merdeka Malang. (1992). Seminar Nasionalisme Dalam Menyongsong Era Kebangkitan Nasional kedua. Malang: Universitas Merdeka Malang.

Universitas pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Won-yong, Kim. (1970). Korea: its people and culture. Seoul: Hakwon-SA,LTD.

Woo-keun, Han. (1970). The History of Korea. Seoul: The eul Yoo Publishing Co, LTD.

Sumber Internet:

Beck, Sanderson. (2006). Korea 1800-1949. [Online]. Tersedia: http://www.san.beck.org./21-6-Korea.html-114k. [8 Juni 2012].

Bina Nusantara. (2007). Gerakan Sosial Pertemuan 08. [Online]. Tersedia: http://: www.repository.binus.ac.id/.../O004266595.pp [5 Oktober 2012].

King, Pamela. (2004). March First Independence Movement. [Online]. Tersedia: http://:www.kimsoft.com/2004/samil-declaration.htm. [8 Juni 2012].

D o n g - n a m , L e e . ( 2 0 0 9 ) . History of Korea.

[ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / w w w . p r k o r e a . c o m / e n g l i s h / h i s t o r y / h i s 8 - 0 2 . h t m . [ 8 J u n i 2 0 1 2 ] .

U n i v e r s i t a s D i p o n e g o r o . ( 2 0 0 9 ) . K u l i a h S 2 : N a s i o n a l i s m e d a n K a r a k t e r B a n g s a .


(43)

[ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . s t a f f . u n d i p . a c . i d / . . . / n a s i o n a l i s m e

-k a r a -k t e r [ 1 9 S e p t e m b e r 2 0 1 2 ] .

W i k i p e d i a . ( 2 0 1 2 ) . I t o H i r o b u m i . [ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / I t o _ H i r o b u m i . [ 5 O k t o b e r 2 0 1 2 ] .

W i k i p e d i a . ( 2 0 1 2 ) . K a i s a r G o j o n g . [ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / K a i s a r _ G o j o n g . [ 5 O k t o b e r 2 0 1 2 ] .

W i k i p e d i a . ( 2 0 1 2 ) . K i m K u . [ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . e n . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / K i m _ G u . [ 5 O k t o b e r 2 0 1 2 ] .

W i k i p e d i a . ( 2 0 1 2 ) . P e n j a j a h a n J e p a n g d i K o r e a . [ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / P e n j a j a h a n

_ J e p a n g _ d i _ K o r e a . [ 5 O k t o b e r 2 0 1 2 ] .

W i k i p e d i a . ( 2 0 1 2 ) . S a i t o M a k o t o . [ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . E n . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / S a i t o _ M a k o t o . [ 5 O k t o b e r 2 0 1 2 ] .

W i k i p e d i a . ( 2 0 1 2 ) . S y n g m a n R h e e . [ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / S y n g m a n _

R h e e . [ 5 O k t o b e r 2 0 1 2 ] .

W i k i p e d i a . ( 2 0 1 2 ) . T e r a u c h i M a s a t a k e [ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . e n . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / T e r a u c h i _


(44)

(1)

141

Mochamad Ikhsan, 2013

Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945

termasuk dengan mengikuti konferensi-konferensi internasional, salah satunya yang paling penting adalah Konferensi Kairo.

5.2 Rekomendasi

Skripsi berjudul Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan

Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945 ini diharapkan dapat menambah khazanah

pembaca, baik untuk para akademisi ataupun pembaca umum mengenai sejarah Pan asia raya Jepang di luar Indonesia, sebab selama ini mungkin Pan Asia raya yang dilakukan Jepang hanya terkonsentrasi mengenai Indonesia saja. Melalui penelitian ini, diharapkan memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai politik invasi Jepang yang tidak hanya terkonsentrasi pada pendudukan Jepang di Indonesia, melainkan pada kawasan lain yang lebih dahulu diduduki Jepang.

Selain itu dalam kaitannya dengan pembelajaran sejarah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber penunjang materi pelajaran sejarah di kelas XI dengan Standar Kompetensi menganalisis perkembangan Bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang. Adapun Kompetensi Dasar yang sesuai adalah menganalisis proses interaksi Indonesia-Jepang dan dampak pendudukan militer Jepang terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Selain dapat menunjang materi kelas XI, penelitian ini juga dapat digunakan untuk materi pembelajaran sejarah kelas XII dengan Standar Kompetensi menganalisis


(2)

142

perkembangan Sejarah Dunia sejak Perang Dunia II sampai dengan perkembangan mutakhir. Adapun Kompetensi Dasar yang sesuai adalah menganalisis Sejarah Dunia dan posisi Indonesia di tengah perubahan politik dan ekonomi internasional setelah Perang Dunia II sampai dengan berakhirnya Perang Dingin.


(3)

Mochamad Ikhsan, 2013

Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Beasley, W.G. (1987). Japanese Imperialism 1894-1945. London: Clarendon Press Chavan R.S. (1973). Nationalism in Asia. New Delhi: Sterling Publishers Pvt. Ltd Chi Ho,Yi. et al. (1960). Korea:its land, people, and culture of all ages. Seoul:

Hakwon-SA, LTD.

Duus, Peter. (1998). Modern Japan. Boston: Houhton Miffin Company.

Eckert J. Carter. et al. (1990). Korea, Old and New a History. Seoul: Ilchokak Publishers.

Gottschalk, Louis. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.

Government Information Agency. (1973). Facts About Korea. Seoul: Namyeondo Co, Ltd.

Hatada, Takashi. (1969). A History of Korea. California: ABC-Clio Press.

Han-gil, Kim. (1979). Modern History of Korea. Pyongyang: Foreign Languages Publishing House.

Ho-chan, Eom et al (Eds) (2009). The Foreseen and The Unforeseen In Historical Relations Between Korea and Japan. Seoul: North East asian Foundation.

Hung-ha, Tae. (1962). Korea Fourty Three Centuries. Seoul: Yunsei University Press.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.

Ki-baik, Lee. (1984). A New History of Korea. Seoul: Ilchokak Publishers.

Ministry of Culture and Information. (1978). A Handbook of Korea. Seoul: Samhwa Printing Co, Ltd.

Ministry of education of Korea. (1995). National Institute for International Education Development. Seoul: Radio Korea International, KBS.

Myers, H.R, dan Peatie, M.R. (Eds) (1983). The Japanese Colonial Empire 1895-1945. New Jersey: Princeton University.


(4)

Pow-key, Sohn et al. (1970). The History of Korea. Seoul: Korean National Commission for UNESCO

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Smith, D. (2003). Nasionalisme: Teori, Ideologi, Sejarah. Jakarta: Erlangga publisher.

Susanto, S. Astrid. (1983). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: PT. Binacipta.

Toynbee, Arnold. (1976). Sejarah Umat Manusia: Uraian Analitis, Kronologis, dan Komparatif. Yohyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Universitas Merdeka Malang. (1992). Seminar Nasionalisme Dalam Menyongsong Era Kebangkitan Nasional kedua. Malang: Universitas Merdeka Malang.

Universitas pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Won-yong, Kim. (1970). Korea: its people and culture. Seoul: Hakwon-SA,LTD.

Woo-keun, Han. (1970). The History of Korea. Seoul: The eul Yoo Publishing Co, LTD.

Sumber Internet:

Beck, Sanderson. (2006). Korea 1800-1949. [Online]. Tersedia: http://www.san.beck.org./21-6-Korea.html-114k. [8 Juni 2012].

Bina Nusantara. (2007). Gerakan Sosial Pertemuan 08. [Online]. Tersedia: http://: www.repository.binus.ac.id/.../O004266595.pp [5 Oktober 2012].

King, Pamela. (2004). March First Independence Movement. [Online]. Tersedia: http://:www.kimsoft.com/2004/samil-declaration.htm. [8 Juni 2012].

D o n g - n a m , L e e . ( 2 0 0 9 ) . History of Korea.

[ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p :

/ / w w w . p r k o r e a . c o m / e n g l i s h / h i s t o r y / h i s 8 - 0 2 . h t m . [ 8 J u n i 2 0 1 2 ] .

U n i v e r s i t a s D i p o n e g o r o . ( 2 0 0 9 ) . K u l i a h


(5)

Mochamad Ikhsan, 2013

Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

[ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . s t a f f . u n d i p . a c . i d / . . . / n a s i o n a l i s m e

-k a r a -k t e r [ 1 9 S e p t e m b e r 2 0 1 2 ] .

W i k i p e d i a . ( 2 0 1 2 ) . I t o H i r o b u m i .

[ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / I t o _ H i r o b u m i . [ 5 O k t o b e r 2 0 1 2 ] .

W i k i p e d i a . ( 2 0 1 2 ) . K a i s a r G o j o n g .

[ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / K a i s a r _ G o j o n g . [ 5 O k t o b e r 2 0 1 2 ] .

W i k i p e d i a . ( 2 0 1 2 ) . K i m K u . [ O n l i n e ] .

T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . e n . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / K i m _ G u .

[ 5 O k t o b e r 2 0 1 2 ] .

W i k i p e d i a . ( 2 0 1 2 ) . P e n j a j a h a n J e p a n g d i

K o r e a . [ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / P e n j a j a h a n

_ J e p a n g _ d i _ K o r e a . [ 5 O k t o b e r 2 0 1 2 ] .

W i k i p e d i a . ( 2 0 1 2 ) . S a i t o M a k o t o .

[ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . E n . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / S a i t o _ M a k o t o . [ 5 O k t o b e r 2 0 1 2 ] .

W i k i p e d i a . ( 2 0 1 2 ) . S y n g m a n R h e e .

[ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / S y n g m a n _

R h e e . [ 5 O k t o b e r 2 0 1 2 ] .

W i k i p e d i a . ( 2 0 1 2 ) . T e r a u c h i M a s a t a k e

[ O n l i n e ] . T e r s e d i a : h t t p : / / :

w w w . e n . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / T e r a u c h i _


(6)