PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BAHAN AJAR BERPROGRAMA TIPE BRANCHING DAN TIPE LINEAR TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA :Penelitian Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Pasundan 4

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….…… i

KATA PENGANTAR………...….… ii

UCAPAN TERIMA KASIH………... iii

DAFTAR ISI………..……...…... vi

DAFTAR TABEL………..……….. xi

DAFTAR BAGAN………...……….…..…. xiii

DAFTAR GAMBAR……….... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian………. 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah……… 7

C. Tujuan Penelitian……….. 7

D. Manfaat Penelitian……….…… 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran………... 10

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran………. 10

2. Prinsip-prinsip dalam Belajar………. 12

3. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Belajar………. 14

B. Sumber Belajar………. 16

1. Pengertian Sumber Belajar………. 16

2. Jenis-jenis Sumber Belajar………. 17

3. Bentuk-bentuk Sumber Belajar……….. 20


(2)

1. Pengertian Bahan Ajar……… 22

2. Fungsi Bahan Ajar……….. 23

3. Tujuan Pembuatan Bahan Ajar……….…………. 25

4. Manfaat Pembuatan Bahan Ajar……… 25

5. Prinsip-prinsip Pemilihan Bahan Ajar……… 26

6. Penggunaan Bahan Ajar dalam Kegiatan Pembelajaran…….… 27

7. Bentuk-bentuk Bahan Ajar………. 28

8. Kelebihan dan Kekuranagn Bahan Ajar Cetak……….. 29

D. Bahan Ajar Berprograma………. 30

1. Latar Belakang Bahan Ajar Berprograma………. 30

2. Tipe Bahan Ajar Berprograma……….. 32

3. Teknik Penyusunan Pengajaran Berprograma……….. 38

4. Evaluasi Bahan Ajar Berprograma……… 42

5. Penggunaan Bahan Ajar Berprograma……….. 43

6. Kekebihan dan Kekurangan Bahan Ajar Berprograma………. 44

E. Hakikat Belajar Mandiri……….. 45

F. Hasil Belajar……… 47

1. Hasil Belajar Kognitif……… 48

2. Hasil Belajar Afektif………. 52

3. Hasil Belajar Psikomotorik………... 53

G. Hipotesis……….. 55

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian, Populasi, dan Sampel……… 58


(3)

2. Populasi……….. 58

3. Sampel……… 59

B. Metode dan Desain Penelitian……….. 60

1. Metode Penelitian………... 60

2. Desain Penelitian……… 62

C. Definisi Operasional……… 63

D. Instrumen Penelitian………. 65

E. Pengembangan Instrumen……… 66

1. Uji Validitas……… 66

2. Uji Reliabilitas……… 68

3. Tingkat Kesukaran Soal………. 69

4. Daya Pembeda……… 71

F. Teknik Pengumpulan Data……….. 72

G. Analisis Data……… 74

1. Uji Normalitas………... 74

2. Uji Homogenitas……….... 75

3. Uji Hipotesis……….…. 75

H. Prosedur Penelitian……….. 77

I. Alur Peneliatian……… 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….….. 82

1. Hasil Uji Coba Instrumen……….… 82

a. Uji Validitas ………... 82


(4)

2) Validitas Butir Soal………. 83

b. Uji Reliabilitas………. 85

c. Uji Tingkat Kesukaran Soal……… 85

d. Uji Daya Beda……….….... 87

2. Deskripsi Hasil Penelitian………. 89

1. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Umum……..…. 93

2. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Khusus Pertama……….…... 95

3. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Khusus Kedua………...….. 97

B. Pengujian Hipotesis……….…. 99

1. Uji Normalitas……… 99

2. Uji Homogenitas……… 101

3. Uji Hipotesis……….……. 104

a. Hipotesis Umum……….. 104

b. Hipotesis Pertama……….... 106

c. Hipotesis Kedua……….. 108

C. Pembahasan Hasil Penelitian……… 110

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan………. 117

B. Saran……… 119

DAFTAR PUSTAKA………... 121


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Gambaran Populasi………..……….. 59

Tabel 3.2 Sampel……… 60

Tabel 3.3 Hubungan Antar Variabel………….……… 62

Tabel 3.4 Pretest and Posttest Group……….... 63

Tabel 4.1 Validitas Alat Ukur Instrumen………... 83

Tabel 4.2 Validitas Butir Soal……… 84

Tabel 4.3 Reliabilitas Instrumen……… 85

Tabel 4.4 Tingkat Kesukaran Soal………. 86

Tabel 4.5 Tabel Pengelompokan Tingkat Kesukaran Soal………. 87

Tabel 4.6 Uji Daya Beda………... 87

Tabel 4.7 Uji Signifikansi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen Branching dan Kelompok Eksperimen Linear…...….. 91

Tabel 4.8 Uji Signifikansi Hasil Postest Kelompok Eksperimen Branching dan Kelompok Eksperimen Linear…….….. 92

Tabel 4.9 Gain Total Kelompok Eksperimen Branching dan Kelompok Eksperimen Linear ..……….…... 94

Tabel 4.10 Gain Aspek Ingatan………..………... 96

Tabel 4.11 Gain Aspek Pemahaman………...………... 98

Tabel 4.12 Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen Branching .. 100

Tabel 4.13 Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen Linear……. 101

Tabel 4.14 Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen Branching dan Linear ………... 102

Tabel 4.15 Uji Homogenitas Aspek Ingatan Kelompok Kelompok Eksperimen Branching dan Linear…………. 103

Tabel 4.16 Uji Homogenitas Aspek Pemahaman Kelompok Eksperimen Branching dan Linear….………. 103

Tabel 4.17 Uji Hipotesis Umum………. 105

Tabel 4.18 Uji Hipotesis Aspek Ingatan………. 107


(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Model Petunjuk Bingkai Tipe Linear……… 34 Bagan 2.2 Model Petunjuk Bingkai Tipe Branching………. 37


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Bingkai Tipe Linear……….. 32 Gambar 2.2 Gambar Bingkai Tipe Branching……… 36 Gambar 2.3 Hierarkhis Jenis Perilaku dan Kemampuan Kognitif

Menurut Taxonomi Bloom………. 51

Gambar 2.4 Hierarkhis Jenis Perilaku dan Kemampuan Afektif

Menurut Taxonomi Krathwohl dan Bloom……… 53 Gambar 2.5 Hierarkhis Jenis Perilaku dan Kemampuan Motorik

Menurut Taxonomi Simpson……….. 55

Gambar 3.1 Alur Penelitian……….………... 81

Gambar 4.1 Rata-rata Hasil Pretes Kelompok Eksperimen

Branching dan Eksperimen Linear ………. 90

Gambar 4.2 Rata-rata Hasil Postest Kelompok Eksperimen

Branching dan Eksperimen Linear……..……….…….. 92

Gambar 4.3 Rata-rata Gain Kelompok Eksperimen Branching dan

Eksperimen Linear………... 94

Gambar 4.4 Gain Aspek Ingatan……….. 96

Gambar 4.5 Gain Aspek Pemahaman……….. 98

Gambar 4.6 Daerah Penolakan H0 Aspek Keseluruhan (Ingatan dan

Pemahaman)……….. 105

Gambar 4.7 Daerah Penolakan H0 Aspek Ingatan……….... 107


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pengembangan diri bagi tenaga pendidik sangat penting dilakukan, tidak hanya pada aspek fisik semata, seperti peningkatan jenjang pendidikan, banyaknya sertifikat pelatihan, ataupun sertifikat profesi pendidik (sebagai tanda atau bukti pendidik profesional). Akan tetapi, pengembangan diri mestinya juga merambah hingga pada ranah non fisik, meliputi cara pandang, paradigma berpikir, sikap, kebiasaan, profesionalisme, maupun perilaku dalam mengajar. Pengembangan diri yang disebut terakhir inilah yakni perilaku dalam mengajar yang tampak masih kurang berkembang dalam diri pendidik kita saat ini.

Dampak dari kemiskinan pengembangan diri itu adalah banyak pendidik, baik guru maupun dosen yang tidak mampu menyelenggarakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Keadaan ini salah satunya tidak terlepas dari kurang dikembangkannya bahan ajar yang inovatif. Para pendidik pada umumnya hanya menyediakan bahan ajar yang monoton, pokoknya yang sudah tersedia dan tinggal pakai, serta tidak perlu harus bersusah payah membuatnya. Sehingga pada akhirnya, yang harus menjadi korban adalah para peserta didik. Peserta didik akan merasa bosan mengikuti proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi tidak efektif dan efisien dan hasil belajarpun menjadi tidak maksimal.


(9)

Dalam rangka meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, perbaikan dan penyempurnaan sistem pengajaran merupakan upaya yang paling langsung dan paling realistis. Upaya tersebut diarahkan kepada kualitas pengajaran sebagai suatu proses yang diharapkan dapat menghasilkan hasil belajar dan motivasi yang tinggi dalam mengkuti proses pembelajaran oleh para siswa. Upaya meningkatkan kualitas dan hasil pendidikan senantiasa dicari, diteliti, dan diupayakan melalui berbagai komponen pendidikan diantaranya dengan pengembangan bahan ajar kepada siswa oleh guru mata pelajaran.

Seperti yang tertera dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar.

Dengan demikian, guru diharapkan dapat mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar. Dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus bisa mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pembelajaran yang menarik, efektif, dan efisien itu membutuhkan bahan ajar yang tidak cukup hanya seperti itu. Seorang pendidik dituntut kreatifitasnya untuk mampu menyusun bahan ajar yang inovatif, variatif, menarik,


(10)

kontekstual, dan sesuai dengan tingkat kebutuhan peserta didik. Sehingga kegiatan pembelajaran pun tidak membosankan dan tidak menjemukan, dengan kondisi pembelajaran yang menyenangkan, secara otomatis dapat memicu terjadinya proses pembelajaran yang efektif.

Dalam realitas pendidikan di lapangan, banyak pendidik yang masih menggunakan bahan ajar konvensional, yaitu bahan ajar yang tinggal pakai, tinggal beli, instan, serta tanpa upaya merencakanan, menyiapkan, dan menyusunnya sendiri. Dengan demikian resikonya sangat dimungkinkan jika bahan ajar yang dipakai itu tidak kontekstual, tidak menarik, monoton, dan tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Bentuk bahan ajar konvensional biasanya seperti buku-buku teks pelajaran yang diperjual belikan di toko buku, buku sumbangan dari pemerintah atau LKS (lembar kerja siswa) yang dibeli melalui para penyalur yang sering datang ke sekolah, sehingga para siswa terkadang merasa jenuh dan enggan untuk mempelajarinya, oleh karena itu perlu ada inovasi-inovasi baru dalam pengembangan bahan ajar agar bisa menarik motivasi belajar para siswa itu sendiri sehingga akan terjadi peningkatan hasil belajar.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah salah satu mata pelajaran keterampilan yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara terpisah atau bersama-sama dengan mata pelajaran keterampilan lainnya. Mata pelajaran ini perlu diperkenalkan, dipraktikkan dan dikuasai peserta didik sedini mungkin agar mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan global yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat. Biarpun


(11)

mata pelajaran TIK tidak ada dalam Ujian Nasional namun mata pelajaran TIK sangat dibutuhkan bagi seluruh siswa agar siswa bisa mengikuti perkembangan teknologi yang semakin pesat agar tidak tertinggal dengan negara-negara lain yang telah jauh meninggalkan kita. Namun pada kenyataannya, meskipun penting tetap saja nilai TIK siswa masih jauh di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Pada umumnya siswa malas mempelajari materi TIK yang bersifat teori, padahal pada kenyataannya teori dalam TIK juga sangat penting. Banyak siswa yang berpendapat bahwa TIK itu lebih bersifat praktek, namun pada kenyataanya TIK tidak mencakup yang bersifat praktek, namun juga bersifat teoritis.

Kenyataan di lapangan, saat pelajaran TIK, jika guru menyampaikan teori, para siswa itu banyak yang merasa malas dan tidak ada semangat untuk belajar, tapi jika praktek para siswa bersorak dan langsung bergegas menuju laboratorium untuk praktek.

Untuk memperkuat latar belakang penelitian berikut peneliti tambahkan rekap nilai ulangan harian siswa kelas VII F dan VII G SMP Pasundan 4 Bandung yang beralamat di Jalan Kebon Jati No. 30 Kota Bandung, mata pelajaran TIK pokok bahasan perangkat keras komputer (hardware). Dengan rata-rata nilai kelas VII F = 57,4 dan kelas VII G = 52,5. Dari rata-rata nilai dapat diketahui bahwa hasil belajar yang diperoleh belum maksimal, masih jauh dari KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran TIK yaitu 70,00.


(12)

Berdasarkan uraian di atas, terlihat jelas bahwa nilai TIK siswa masih jauh diatas rata-rata, ini merupakan permasalahan yang harus dicari solusinya, salah satu solusinya yaitu dengan menggunakan sumber belajar yang berbeda, yang dapat menarik minat siswa untuk belajar, salah satunya yaitu dengan menggunakan bahan ajar berprograma.

Menurut Nasution (2010:108-109), pembelajaran berprograma ciptaan Skinner disebut program linear, sedangkan Norman Crowder yang menciptakan mesin belajar dengan program bercabang.

Pembelajaran dengan menggunakan branching dan linear ini menyuguhkan bagian-bagian bahan pelajaran atau frame yang disertai dengan pertanyaan-pertanyaan. Pada branching apabila respon siswa dari pertanyaan itu benar maka siswa akan melanjutkan materi, tetapi apabila respon salah maka siswa kembali mempelajari materi sebelumnya. Respon yang tepat memberi rasa puas dan senang dan karena itu akan memberi motivasi belajar yang lebih besar. Sedangkan pada linear, siswa mempelajari bingkai secara berurutan, dari bingkai pertama, kedua dan seterusnya. Tipe ini merupakan garis lurus dari bingkai pertama hingga bingkai terakhir, disebut juga tipe garis lurus. Itulah sebabnya maka bingkai dibuat sedemikian rupa sehingga lebih dari 90% harapan bahwa anak akan memberi respon yang tepat. Meteri pelajaran dibuat menjadi unit-unit kecil yang dapat dipelajari siswa dengan kemampuannya sendiri, sehingga siswa lebih mudah untuk memahami materi tanpa mengesampingkan tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu juga, branching dan linear dibuat dengan tampilan semenarik mungkin, disertakan


(13)

dengan gambar, tampilan warna yang bervariasi, dihiasi dengan bingkai yang menarik pada setiap lembarnya, dengan demikian menjadikan daya tarik tersendiri bagi siswa, bisa menjadi modal awal untuk menambah motivasi belajar mereka agar hasil belajar menjadi lebih baik.

Perlu diketahui bahwa fasilitas pendidikan di Indonesia belum merata, seperti yang dikatakan ketua DPR RI Marzuki Ali dalam harianmetronews.com bahwa kualitas pendidikan di Indonesia sudah menuju ke arah perbaikan, namun masih jauh dari harapan, karena masih banyak persoalan-persoalan yang belum dapat diselesaikan, contohnya yaitu fasiitas pendidikan yang belum merata yang disebabkan tidak samanya keberpihakan Kepala Daerah terhadap dunia pendidikan dan mahalnya biaya pendidikan yang masih belum bisa dijangkau oleh seluruh masayarakat Indonesia. Melihat hal tersebut, maka dari itu peneliti memilih untuk menggunakan bahan ajar cetak agar bisa digunakan di seluruh sekolah di Indonesia dan tidak terkendala oleh sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk malakukan

penelitian mengenai “Perbandingan Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar Berprograma Tipe Branching dan Tipe Linear Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa.”


(14)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Secara umum masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut : “Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe branching dengan siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe linear pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi?

Secara khusus masalah penelitian tersebut dapat dibagi ke dalam 2 bagian, yakni :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar aspek ingatan yang signifikan antara siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe branching dengan siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe linear pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar aspek pemahaman yang signifikan antara siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe branching dengan siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe linear pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar dalam ranah kognitif antara siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe branching dengan siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe linear pada mata pelajaran


(15)

Teknologi Informasi dan Komunikasi tentang peranan TIK dalam berbagai bidang kehidupan.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perbedaan hasil belajar aspek ingatan antara siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe branching dengan siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe linear pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

2. Mengetahui perbedaan hasil belajar aspek pemahaman antara siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe branching dengan siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe linear pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, di antaranya:

1. Bagi Praktisi Pendidikan (Guru)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru kepada guru dalam mengembangkan bahan ajar di sekolah, memberikan motivasi kepada guru untuk lebih kreatif lagi dalam menyampaikan materi di sekolah dengan menggunakan bahan ajar baru yang inovatif.

2. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan peran aktif siswa dalam belajar dikelas atau student center,


(16)

dan meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam aspek kognitifnya sesuai dengan penelitian ini.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatu pembelajaran. Karena pada penelitian ini, peneliti dapat mengaplikasikan segala pengetahuan yang didapat selama perkuliahan maupun di luar perkuliahan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai masukan untuk pembuatan skripsi atau karya ilmiah selanjutnya, yang ingin mengembangkan lebih dalam lagi mengenai perbedaan branching dan linear, serta penggunaan branching dan linear terhadap peningkatan hasil belajar siswa SMP pada mata pelajaran TIK.

5. Bagi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Sebagai referensi/contoh terkait dengan mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar (PBA).

6. Bagi Dunia Pendidikan

Sebagai bentuk sumbangan bahan ajar branching dan linear untuk digunakan pada Mata Pelajaran TIK


(17)

59

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Pasundan 4 Bandung, dengan alamat Jalan Kebon Jati No. 30 Kota Bandung. Sekolah ini terdiri atas 7 rombongan belajar kelas VII, 7 rombongan belajar kelas VIII, dan 7 rombongan belajar kelas IX.

2. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:61). Dalam melakukan penelitian, adakalanya peneliti menjadikan keseluruhan unit obyek untuk diteliti, adakalanya hanya mengambil sebagian dari seluruh obyek yang diteliti, sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Meskipun demikian yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap “sebagian obyek” tersebut dapat mencakup dan berlaku bagi “seluruh obyek”, keseluruhan obyek penelitian sebagimana diuraikan diatas, disebut dengan populasi penelitian (Ali, 1982 : 54).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Pasundan 4 Bandung Kelas VII yang terdiri atas 7 kelas.


(18)

Tabel 3.1 Gambaran Populasi

Siswa Smp Pasundan 4 Kelas VII

No Kelas Jumlah Siswa

1 VII A 48 siswa

2 VII B 49 siswa

3 VII C 47 siswa

4 VII D 47 siswa

5 VII E 49 siswa

6 VII F 39 siswa

7 VII G 37 siswa

Jumlah Total 316 siswa

3. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009 : 118). Sedangkan pengertian sampel menurut Ali (1982 : 54) adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu.

Teknik yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi disebut dengan teknik sampling (Ali, 1982 : 54). Cara penarikan sampel dalam penelitian ini adalah cara memberi peluang atau probability sampling yaitu memberikan peluang yang sama bagi semua populasi untuk


(19)

60

dijadikan sampel, dengan teknik penarikan sampel kelas atau cluster random sampling dilakukan dengan menggunakan kelompok yang tersedia sebagai sampel sehingga peneliti tidak mengambil sampel dari anggota populasi secara individu akan tetapi dalam bentuk kelas yang tersedia dan pengacakannya hanya pada kelasnya saja yang bisa digunakan yang mana tidak pada individu atau siswa. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memilih dua kelas yang akan dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu kelas VII F dan VII G, pada saat studi pendahuluan dilakukan, kelas tersebut memenuhi kebutuhan penelitian, dengan rincian pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2 Sampel

No Kelas Jumlah Kelompok

1 VII F 39 Siswa Branching

2 VII G 37 Siswa Linear

B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen atau penelitian eksperimen semu. Alasannya karena dalam desain eksperimen sejati, kontrol terhadap variabel ekstra dilakukan secara penuh agar memenuhi validitas internal, sehingga menghasilkan hasil eksperimen


(20)

yang dapat diandalkan. Dalam prakteknya eksperimen sejati yang melakukan kontrol sedemikian ketat mungkin hanya bisa dilakukan di laboratorium.

Praktek pendidikan dengan para siswa dikelas/ruangan dalam situasi interaksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, pengontrolan yang ketat sulit dilakukan. Demikian pula perlakuan yang diberikan dalam eksperimen secara teratur, melakukan acak, pengukuran variabel dan lain-lain tidak selalu dapat dilaksanakan. Situasi kelas sebagai tempat mengkondisi perlakuan tidak memungkinkan pengontrolan yang demikian ketat seperti dikehendaki dalam eksperimen sejati. Oleh sebab itu perlu dicari atau dilakukan desain eksperimen dengan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang ada (situasional), desain ini disebut desain eksperimen semu (Sudjana dan Ibrahim, 2009 : 43 – 44).

Adapun langkah-langkah pada penelitian ini adalah dengan membagi kelompok penelitian menjadi dua kelompok eksperimen, yaitu :

1. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang belajar dengan menggunakan bahan ajar berprograma tipe branching.

2. Kelompok kedua adalah kelompok eksperimen yang belajar dengan menggunakan bahan ajar berprograma tipe linear.

Variabel pada penelitian ini terdiri atas 2 variabel, pertama variabel bebas/independen yaitu penggunaan bahan ajar berprograma tipe branching dan linear, kedua variabel terikat atau dependen yaitu hasil belajar siswa aspek ingatan dan aspek pemahaman.


(21)

62

Untuk melihat hubungan antar variabel yang akan diteliti, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3

Hubungan Antar Variabel Variabel Bebas

Variabel Terikat

Branching

(X1)

Linear

(X2)

Hasil Belajar Aspek Ingatan (Y1)

X1Y1 X2Y1

Hasil Belajar

Aspek Pemahaman (Y2)

X1Y2 X2Y2

Hubungan antar variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

X1Y1 : Hasil belajar aspek ingatan dengan menggunakan bahan ajar berprograma tipe branching.

X1Y2 : Hasil belajar aspek pemahaman dengan menggunakan bahan ajar berprograma tipe branching.

X2Y1 : Hasil belajar aspek ingatan dengan menggunakan bahan ajar berprograma tipe linear.

X2Y2 : Hasil belajar aspek pemahaman dengan menggunakan bahan ajar

berprograma tipe linear.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pretest and posttes group design. Desain penelitian yang digunakan digambarkan


(22)

Tabel 3.4

Pretest and Posttest Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan

(variabel bebas)

Posttest (variabel terikat)

KE Branching O1 X1 O2

KE Linear O1 X2 O2

Keterangan :

KE Branching = Kelompok eksperimen branching

KE Linear = Kelompok eksperimen linear

X1 = Perlakuan dengan menggunakan bahan ajar berprograma tipe

branching.

X2 = Perlakuan dengan menggunakan bahan ajar berprograma tipe

linear.

O1 = Pemberian pretest

O2 = Pemberian posttes

Di dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (O1) disebut pretest, dan observasi sesudah eksperimen

(O2) disebut posttest. Perbedaan antara O1 dan O2 yakni O2– O1 diasumsikan

merupakan efek dari perlakuan atau eksperimen.

C. Definisi Operasional

Menurut Narbuko dan Achmadi (2010 : 61 - 62) definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi), sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.


(23)

64

Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap judul penelitian maka peneliti mencantumkan definisi operasional yang terkandung dalam judul penelitian, sebagai berikut:

1. Bahan ajar berprograma tipe branching

Branching merupakan bahan ajar yang sifatnya mandiri atau individualisasi, terdiri atas bingkai - bingkai yang menyuguhkan bagian-bagian bahan pelajaran atau frame yang disertai dengan pertanyaan-pertanyaan. Apabila respon dari pertanyaan itu benar maka siswa akan melanjutkan materi, tetapi apabila respon salah maka siswa akan kembali mempelajari materi sebelumnya, hingga siswa benar-benar paham tentang apa yang dipelajarinya, barulah siswa bisa melanjutkan materi berikutnya. 2. Bahan ajar berprograma tipe linear

Linear adalah bahan pengajaran berprograma yang terdiri atas beberapa bagian kecil yang disebut dengan frame atau bingkai. Bahan itu disusun dari yang paling mudah sampai yang paling sulit. Tiap bingkai mengandung tiga unsur, yaitu (a) informasi yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau diajarkan kepada murid, (b) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab atau direspon oleh murid, dan (c) respons yang berfungsi sebagai kunci jawaban. Murid mempelajari bahan pelajaran mulai dari bingkai pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, sampai bingkai yang paling akhir yang disebut dengan bingkai terminal. Tipe ini merupakan garis lurus dari bingkai pertama sampai bingkai terakhir. Dengan demikian, tipe ini disebut juga tipe linear atau garis lurus.


(24)

3. Hasil belajar

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitf, yaitu aspek ingatan (C1) dan aspek pemahaman (C2), yang di ukur dengan tes hasil belajar yakni pre-test dan post-test.

4. Materi atau pokok bahasan

Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi TIK SMP kelas VII yaitu peranan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan, materi ini hanya berisikan tentang teori, kebanyakan siswa tidak memiliki motivasi yang tinggi jika mempelajari TIK tentang teorinya saja tanpa ada praktek, maka dari itu perlu bahan ajar yang berbeda agar siswa tetap termotivasi untuk belajar sehingga terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat pengumpul data dalam sebuah penelitian. Keberhasilan sebuah penelitian banyak ditentukan oleh istrumen yang digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrument. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul – betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghsilkan data empiris sebagaimana adanya. Data yang salah atau tidak menggambarkan data empiris bisa menyesatkan peneliti, sehingga kesimpulan penelitiaan yang ditarik/dibuat peneliti bisa keliru, (Sudjana dan Ibrahim. 2009 : 97).


(25)

66

Alat ukur yang harus dimiliki oleh sebuah instrument penelitian adalah validitas dan reliabilitas. Untuk mengetahuinya, terlebih dahulu instrument harus diuji cobakan. Uji coba instrument penelitian dilakukan diluar kelas sampel, yakni dilaksanakan di kelas VII E SMP Pasundan 4 Bandung. Dengan pertimbangan karakteristik siswa kelas uji coba dengan kelas sampel tidak jauh berbeda. Data yang diperoleh dari uji coba intrumen akan diolah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrument yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument mengenai materi pelajaran TIK berupa tes hasil belajar. Bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif dengan bentuk pilihan ganda.

E. Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2011 : 64), ketentuan penting dalam evaluasi adalah hasilnya harus sesuai dengan keadaan yang di evaluasi. Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebut dengan data valid. Agar diperoleh data yang valid, instrument atau alat mengevaluasinya harus valid. Dengan kata lain, instrument evaluasi dipersyaratkan valid agar hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi valid.

Oleh karena itu instrument yang telah diujicobakan kepada siswa harus di uji validitasnya agar dinyatakan valid. Adapun definisi dari validitas itu sendiri menurut Arikunto (2011 : 64) adalah suatu ukuran


(26)

yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrument yang digunakan dalam penelitian ini dapat atau tidak mengukur tingkat ketepatan tes yaitu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas empiris, menurut Arifin (2012 : 249) validitas empiris biasanya menggunakan teknik statistik, yaitu analisis korelasi. Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dengan suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolak ukur di luar tes yang bersangkutan. Namun, kriteria itu harus relevan dengan apa yang akan di ukur.

Untuk menguji validitas empiris dapat digunakan jenis statistika korelasi product – moment, sebagai berikut :

(Arifin, 2012 : 254)

dimana :

rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang

dikorelasiakan N = Jumlah responden X = Skor item tes Y = Skor responden

Untuk menginterprestasikan koefisien korelasi yang telah diperoleh adalah dengan melihat tabel nilai r product moment. Untuk


(27)

68

menginterprestasikan tingkat validitasnya, maka koefisien korelasinya dikategorikan pada kriteria nilai berikut:

 Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi

 Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi

 Antara 0,400 sampai dengan 0,600: sedang

 Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah

 Antara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah

Setelah diperoleh hasil validitas tersebut kemudian diuji juga tingkat signifikansinya dengan menggunakan rumus:

(Sudjana dan Ibrahim, 2009 : 149) Nilai thitung kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel dengan taraf

signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = n - 2. Apabila thitung>ttabel,

berarti korelasi tersebut signifikan atau berarti.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto (2011 : 86), reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah – ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Sedangkan menurut Arifin


(28)

(2012 : 258), reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrument.

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunaka rumus Spearman Brown sebagai berikut:

(Arikunto, 2010 : 223)

Keterangan :

r1/21/2 = Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

r11 = Reliabilitas instrumen

Apabila nilai reliabilitas lebih besar dari nilau rtabel pada taraf nyata

0,05 maka instrumen dinyatakan reliabel. Sebaliknya, jika nilai reliabilitas lebih kecil dari nilai rtabel maka instrumen dinyatakan belum reliabel.

3. Tingkat Kesukaran Soal

Menurut Sudjana (2009 : 135), asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, disamping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proporsional.

Menurut Arifin (2012 : 266), perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu


(29)

70

dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah.

Cara menghitung tingkat kesukaran pada penelitian ini yaitu menggunakan proporsi menjawab benar (proportion correct), cara ini banyak digunakan karena dianggap lebih mudah. Caranya adalah jumlah peserta didik yang menjawab benar pada soal yang dianalisis dibagi dengan jumlah peserta didik. Persamaan yang digunakan untuk menentukan proportion correct (p) adalah :

(Arifin, 2012 : 272) Keterangan :

P = tingkat kesukaran

∑B = jumlah peserta didik yang menjawab benar N = jumlah peserta didik

Untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut, dapat digunakan kriteria sebagai berikut :

p > 0,70 = mudah

0,30 ≤ p ≤ 0,70 = sedang P < 0,30 = sukar


(30)

4. Daya Pembeda

Menurut Arifin (2012 : 273) perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi.

Sedangkan menurut Arikunto (2011 : 213) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :

(Arikunto, 2011 : 213)

dimana :

J : jumlah peserta tes

: banyaknya peserta kelompok atas : banyaknya peserta kelompok bawah

: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar


(31)

72

: banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

: proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Adapun klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :

D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)

D : 0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory) D : 0,40 – 0,70 : baik (good)

D : 0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent)

D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar bentuk objektif. Soal-soal bentuk objektif banyak digunakan untuk menilai hasil belajar ranah kognitif, seperti yang disebutkan dalam Arifin (2012 : 135), bahwa : “Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti mengingat, mengenal, pengertian, penerapan prinsip-prinsip”.

Menurut Arikunto (2011 : 164), tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30 – 40 buah soal.


(32)

Dalam penelitian ini bentuk tes objektif yang digunakan yaitu bentuk tes pilihan ganda (PG). Alasannya karena menurut Arifin (2012 : 138) adalah : “Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan unntuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sisntesis, dan evaluasi.”

Menurut Sudjana (2009 : 48), soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Soal pilihan ganda mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangannya menurut Sudjana (2009 : 49) adalah sebagai berikut :

Kelebihan :

 Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan.

 Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban.

 Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilaiannya bersifat objektif.

Kelemahan :

 Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar.  Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.

Mengenai jumlah alternatif jawaban, menurut Arifin (2012 : 138) tidak ada aturan baku, peneliti bisa membuat 3, 4, atau 5 alternatif jawaban. Semakin banyak semakin bagus. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi


(33)

74

Soal-soal diberikan pada saat pretest dan posttest. Pretest diberikan dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa di kedua kelompok eksperimen. Sedangkan posttest diberikan untuk melihat perbandingan hasil belajar siswa pada kedua kelompok eksperimen setelah menggunakan branching dan linear.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan melalui instrument penelitian selanjutnya diolah dan dianalisis, dengan maksud untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis sehingga dapat menggambarkan apakah hipotesis penelitian tersebut diterima atau ditolak.

Dari pengolahan data tersebut peneliti akan melakukan analisis yang digunakan untuk melihat perbedaan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang mengggunakan branching dan linear terhadap ranah kognitif aspek ingatan dan pemahaman siswa dalam proses belajar. Dalam mengolah data peneliti menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 20, untuk mempermudah pengolahan data, adapun langkah-langkah uji statistik yang digunakan yaitu;

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Pengujian normalitas ini dilakukan apabila belum ada teori yang menyatakan bahwa variabel yang diteliti adalah normal. Dalam penelitian ini akan digunakan uji normalitas


(34)

data dengan menggunakan software SPSS versi 20 dengan uji normalitas one sample Kolmogrov smirnov. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Jika nilai Sig. (Signifikansi) < 0.05, maka distribusi adalah tidak normal.

2. Jika nilai Sig. (Signifikansi) > 0.05, maka distribusi adalah normal. (Santoso, 2009 : 186)

b. Uji Homogenitas

Disamping pengujian terhadap normal tidaknya distribusi data pada sampel, perlu kiranya peneliti melakukan pengujian terhadap kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya variansi sampel – sampel yang diambil dari populasi yang sama. Pada penelitian ini, uji homogenitas menggunakan software SPSS versi 20 dengan uji Levene, dengan kriteria pengujiannya sebagai berikut :

1. Jika nilai Sig. (Signifikansi) < 0.05, maka data tersebut mempunyai variansi yang tidak sama.

2. Jika nilai Sig. (Signifikansi) > 0.05, maka data tersebut mempunyai variansi yang sama. (Santoso, 2009 : 186)

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t. Uji t digunakan ketika informasi mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak diketahui. Uji t adalah salah satu uji yang digunakan untuk


(35)

76

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan dari dua buah mean sampel (dua buah variabel yang dikomperasikan).

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t independen dua arah (t-test independent). Uji ini digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata dari 2 populasi yang bersifat independen, dimana peneliti tidak memiliki informasi mengenai ragam populasi. Ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan pada uji t – independen dua arah ini yaitu dilakukan pada satu sampel (setiap elemen dua pengamatan), data kuantitatif (interval–rasio) dan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk menguji signifikansi perbedaan rata-rata (mean) dilakukan dengan software SPSS versi 20. Uji hipotesis dalam penelitian ini yaitu membandingkan gain skor posttest dengan pretest antara kedua kelompok eksperimen, baik dilakukan secara keseluruhan ataupun setiap aspek (aspek ingatan dan aspek pemahaman).

Penelitian ini menggunakan uji dua ekor. Oleh karena itu daerah penolakan hipotesis terdapat pada daerah negatif dan positif dengan batas ttabel. Berdasarkan jumlah sampel penelitian sebanyak

60, maka dapat diketahui bahwa ttabel dengan dk 58 (n-2) dan tingkat

kepercayaan 95% sebesar 2,002. Kriterianya apabila –ttabel < thitung <


(36)

H. Prosedur Penelitian

Menurut Arikunto (2010 : 61) langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan Rancangan Penelitian a. Memilih Masalah

Peneliti memilih masalah penelitian dengan melakukan studi pustaka yang berasal dari beberapa literatur seperti buku bacaan, internet, skripsi, dan sebagainya.

b. Studi Pendahuluan

Dilakukan dengan 3 objek, yaitu paper (skripsi, buku, dan internet), person (konsultasi dengan dosen pembimbing akademik dan guru yang mengajar Teknologi Informasi dan Komunikasi/TIK), place (berkunjung ke sekolah yang terkait, melihat kondisi kelas, fasilitas belajar dan kapasitas laboratorium komputer).

c. Merumuskan Masalah

Dengan melakukan perumusan judul, membuat desain penelitian sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan diteliti. Kegiatan ini disertai dengan konsultasi dengan dosen Pembimbing Akademik. d. Merumuskan Anggapan Dasar dan Hipotesis

Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitiannya, (Arikunto, 2010 : 63). Setelah menemukan masalah peneliti kemudian


(37)

78

merumuskan asumsi dasar penelitian yang ditindaklanjuti oleh perumusan hipotesis. Jika anggapan dasar merupakan dasar pikiran yang memungkinkan penelitian tentang permasalahan, maka hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan, dites, atau diuji kebenarannya.

e. Memilih Pendekatan

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ekperimental dengan metode kuasi ekperimen.

f. Menentukan Variabel dan Sumber Data

Terdapat dua variabel penelitian, pertama pembelajaran dengan menggunakan branching dan linear, kedua hasil belajar. Sumber data berasal dari tes hasil belajar yaitu pretest dan posttest.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Menentukan dan Menyusun Instrumen

Dilakukan atas kerjasama dengan dosen pembimbing skripsi dan guru mata pelajaran TIK. Dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Melakukan observasi, wawancara dengan guru mata pelajaran untuk menentukan materi dan waktu pelaksanaan penelitian yang sesuai.

2) Menelaah silabus mata pelajaran TIK.

3) Membuat Rancangan Persiapan Pembelajaran (RPP). 4) Membuat kisi-kisi instrumen penelitian.


(38)

6) Melakukan uji coba instrumen kepada kelas di luar sampel.

7) Melakukan olah data hasil uji coba untuk menentukan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda instrumen. b. Mengumpulkan Data

Diawali dengan penentuan dua kelas eksperimen. Kemudian melakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal sebelum diberi perlakuan dengan menggunakan branching dan linear, setelah itu menyampaikan materi mengenai pemanfaatan TIK dalam berbagai bidang kehidupan, kelas eksperimen pertama diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan bahan ajar berprograma tipe branching dan kelas eksperimen kedua diberi perlakuan pembelajaran menggunakan bahan ajar berprograma tipe linear. Setelah diberi perlakuan kedua kelas diberi posttest, untuk mengetahui hasil belajarnya.

c. Melakukan Analisis Data d. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan dengan melakukan pengolahan data berdasarkan hasil pretest dan posttest dan menyimpulkan hasilnya sesuai hipotesis.


(39)

80

3. Pembuatan Laporan Penelitian

Menulis laporan dalam bentuk tertulis sesuai dengan kaidah - kaidah penulisan karya ilmiah yang ada pada buku pedoman penulisan karya ilmiah UPI 2011.

Kegiatan penelitian menuntut agar hasilnya disusun, ditulis dalam bentuk laporan penelitian agar hasilnya diketahui orang lain, serta prosedurnya pun diketahui orang lain pula sehingga dapat mengecek kebenaran pekerjaan penelitian tersebut.


(40)

I. Alur Penelitian

(Arikunto, 2010 : 62)

Gambar 3.1

Memilih Masalah

Studi Pendahuluan

Merumuskan Masalah

Merumuskan Anggapan Dasar

Memilih Pendekatan

Menentukan Variabel Menentukan Sumber Data

Menentukan dan Menyusun Instrumen

Mengumpulkan Data

Analisis Data

Menarik Kesimpulan

Menyusun Laporan

Merumuskan Hipotesis


(41)

82


(42)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Simpulan Umum

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang perbandingan efektivitas penggunaan bahan ajar berprograma tipe branching dan tipe linear terhadap peningkatan hasil belajar siswa, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah kognitif antara siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe branching dengan siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe linear pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMP Pasundan 4 Bandung. Hal ini ditunjukkan dari hasil belajar siswa pada kelas branching lebih tinggi dibandingkan dengan siswa pada kelas linear.

2. Simpulan Khusus

Secara rinci, kesimpulan penelitian dapat diuraikan bahwa:

a. Terdapat perbedaan hasil belajar aspek ingatan yang signifikan antara siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe branching dengan siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe linear pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

b. Terdapat perbedaan hasil belajar aspek pemahaman yang signifikan antara siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe


(43)

branching dengan siswa yang menggunakan bahan ajar berprograma tipe linear pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Sesuai dengan simpulan di atas, maka dapat dikatakan bahwa penggunaan bahan ajar berprograma tipe branching memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar siswa, hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada ranah kognitif aspek ingatan dan aspek pemahaman pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pokok bahasan peranan TIK dalam berbagai bidang kehidupan.

Pembelajaran yang menggunakan branching dan linear, proses belajarnya sama-sama berpusat pada siswa, artinya proses belajar lebih didominasi oleh peran aktif siswa, perbedaannya yaitu terdapat pada langkah-langkah pembelajarannya. Pada branching siswa belajar seperti bermain games, jika ia bisa menjawab pertanyaan dengan benar maka ia boleh melanjutkan ke materi selanjutnya, tetapi jika ia tidak bisa menjawab pertanyaan dengan benar maka ia harus kembali mempelajari materi sebelumnya, respon yang diberikan pada tiap pertanyaan membuat siswa menjadi semangat dan merasa tertantang untuk membaca materi tersebut sampai akhir. Sedangkan pada linear, langkah pembelajaran dibuat secara garis lurus, jika ia bisa atau tidak menjawab pertanyaan maka siswa boleh melanjutkan ke materi selenjutnya, hal ini membuat siswa merasa bosan karena proses pembelajarannya sama dengan


(44)

buku-buku kebanyakan, siswa menjadi tidak termotivasi dan malas untuk membacanya.

B. Saran

Berdasarkan simpulan dari penelitian ini bahwa penggunaan bahan ajar berprograma tipe branching dapat meningkatkan hasil belajar siswa ranah kognitif aspek ingatan dan aspek pemahaman pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMP, adapun saran yang diajukan peeneliti, antara lain:

1. Bagi Pihak Sekolah a. Siswa

Siswa diharapkan dapat mengikuti setiap materi pelajaran yang bersifat teori dengan baik menggunakan bahan ajar berprograma khususnya pada mata pelajaran TIK. Karena TIK itu sendiri bukan hanya praktek saja, namun harus dipelajari juga dengan teori-teorinya. Dengan menggunakan bahan ajar berprograma aktivitas belajar siswa tidak monoton dan menjenuhkan dan diharapkan setiap tujuan pembelajaran akan tercapai.

b. Guru

Para Guru khususnya guru TIK disarankan untuk mengembangkan kreatifitas dengan menggunakan bahan ajar berprograma sebagai bahan ajar. Karena dengan menggunakan bahan ajar berprograma dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Lepas dari persoalan tipe mana yang paling baik, dalam


(45)

praktek sebaiknya tipe branching dan linear digunakan secara bersama-sama, karena bila bahan pelajaran disajikan dengan satu tipe saja dikhawatirkan akan timbul rasa bosan pada siswa, lagipula mungkin ada bahan yang cocok disajkan menggunakan branching, ada pula yang cocok disajikan dengan menggunakan linear..

2. Bagi Pihak Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi disiplin ilmu Teknologi Pendidikan khususnya bagi Konsentrasi Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pengembangan bahan ajar berprograma yang bisa digunakan sebagai sumber belajar di sekolah-sekolah seluruh Indonesia guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

3. Bagi peneliti Selanjutnya

Hasil peneltian ini dapat dijadikan sebagai studi pustaka bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian tentang pengembangan bahan ajar khusunya bahan ajar berprograma terhadap hasil belajar siswa ranah kognitif. Penggunaan bahan ajar berprograma dapat diterapkan pada mata pelajaran lain tidak hanya Mata Pelajaran TIK.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1982). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa.

Ali, M. (1984). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Arifin, Zaenal. (2012). Evaluasi Pembelajaran.Bandung : Rosda karya.

Arikunto, Suharsimi. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta.

Budiyanto. dkk. (2010). Mengenal Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta : Pusat Perbukuan Kemendiknas RI.

Darmawan, Deni. (2007). Teknologi Informasi dan Komunikasi.Bandung: Arum Mandiri Press.

Dewi, Laksmi. (2012). Prinsip-prinsip Pengajaran Berprograma. [online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._kurikulum_dan_tek._pendidikan/19770

6132001122-laksmi_dewi/bahan_kuliah_pba/prinsip-prinsip_pengajaran_berprograma.pdf [25 Juli 2012].

Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Hernawan, Asep Herry. (2012). Bahan Belajar Berprogram. [online]. Tersedia: http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._kurikulum_dan_tek._pendidikan/19620

2071987031-asep_herry_hernawan/mata_kuliah/pengembangan_bahan_ajar/bahan_bela jar_berprogram.pdf [25 Juli 2012].


(47)

Hernawan, Asep Herry. (2012). Pengembangan Bahan Ajar. [online]. Tersedia: http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._kurikulum_dan_tek._pendidikan/19620

2071987031-asep_herry_hernawan/mata_kuliah/pengembangan_bahan_ajar/pengemba ngan_bahan_ajar.pdf [25 Juli 2012].

Ibrahim. dkk. (2010). Terampil Berkomputer TIK. Jakarta : Pusat Perbukuan Kemendiknas RI.

Kartadinata, Sunaryo. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah .Bandung: UPI.

Kismiantini. (2010). Dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi SMP kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Kemendiknas RI.

Kurniawan, Deni. (2011). Pembelajaran Terpadu. Bandung : CV. Pustaka Cendekia Utama.

Kurniawan. dkk. (2010). Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta : Pusat Perbukuan Kemendiknas RI.

Mariyanti, Yanti. (2011). Pembelajarani Mandiri. [online]. Tersedia : http://pelangipsikologi.wordpress.com/2011/12/02/pembelajaran-mandiri/ [25 Juli 2012].

Miarso, Y. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Munadi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran. Bandung : GP Press

Narbuko dan Achmadi. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara.

Nasution, S. (1994). Teknologi Pendidikan. Bandung: Sinar baru.

Pramono. dkk. (2010). Pembelajaran TIK. Jakarta : Pusat Perbukuan Kemendiknas RI.

Prastowo. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Bandung : DIVA press.


(48)

Purnasari, M. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Quantum dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI: tidak diterbitkan

Rahmawati, F. (2006). Strategi Pencapaian kualitas Pembelajaran. [online]. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Strategi%20Pencapaian%20Kualita s%20Pembelajaran.pdf [1 Maret 2012].

Reynold. dkk. (2010). Cerdas dan Terampil TIK 1. Jakarta : Pusat Perbukuan Kemendiknas RI.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Bandung : Rajawali Press

Sadiman, A.S. dkk (1996). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT.Raya Grafindo Persada.

Santoso, Singgih. (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS. Jakarta : PT. Elex Media.

Siswanto. dkk. (2010). Satelit TIK. Jakarta : Pusat Perbukuan Kemendiknas RI.

Sofana. dkk. (2010). Membuka cakrawala TIK. Jakarta : Pusat Perbukuan Kemendiknas RI

Sudjana dan Ibrahim. (2009). Penelitian dan Penelitian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.


(49)

Sujiono, Yuliani Nuarni. Dkk. (2004).Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.

Wijaya. dkk. (1990). Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Yayan. (2010). Belajar Mandiri. [online]. Tersedia : http://yans.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_6.pdf [25 Juli 2012].

__________. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Tekstual. [online]. Tersedia : http://blog.tp.ac.id/pengembangan-bahan-ajar-tekstual[25 Juli 2012].


(1)

buku kebanyakan, siswa menjadi tidak termotivasi dan malas untuk membacanya.

B. Saran

Berdasarkan simpulan dari penelitian ini bahwa penggunaan bahan ajar berprograma tipe branching dapat meningkatkan hasil belajar siswa ranah kognitif aspek ingatan dan aspek pemahaman pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMP, adapun saran yang diajukan peeneliti, antara lain:

1. Bagi Pihak Sekolah a. Siswa

Siswa diharapkan dapat mengikuti setiap materi pelajaran yang bersifat teori dengan baik menggunakan bahan ajar berprograma khususnya pada mata pelajaran TIK. Karena TIK itu sendiri bukan hanya praktek saja, namun harus dipelajari juga dengan teori-teorinya. Dengan menggunakan bahan ajar berprograma aktivitas belajar siswa tidak monoton dan menjenuhkan dan diharapkan setiap tujuan pembelajaran akan tercapai.

b. Guru

Para Guru khususnya guru TIK disarankan untuk mengembangkan kreatifitas dengan menggunakan bahan ajar berprograma sebagai bahan ajar. Karena dengan menggunakan bahan ajar berprograma dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Lepas dari persoalan tipe mana yang paling baik, dalam


(2)

praktek sebaiknya tipe branching dan linear digunakan secara bersama-sama, karena bila bahan pelajaran disajikan dengan satu tipe saja dikhawatirkan akan timbul rasa bosan pada siswa, lagipula mungkin ada bahan yang cocok disajkan menggunakan branching, ada pula yang cocok disajikan dengan menggunakan linear..

2. Bagi Pihak Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi disiplin ilmu Teknologi Pendidikan khususnya bagi Konsentrasi Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pengembangan bahan ajar berprograma yang bisa digunakan sebagai sumber belajar di sekolah-sekolah seluruh Indonesia guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

3. Bagi peneliti Selanjutnya

Hasil peneltian ini dapat dijadikan sebagai studi pustaka bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian tentang pengembangan bahan ajar khusunya bahan ajar berprograma terhadap hasil belajar siswa ranah kognitif. Penggunaan bahan ajar berprograma dapat diterapkan pada mata pelajaran lain tidak hanya Mata Pelajaran TIK.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1982). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa.

Ali, M. (1984). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Arifin, Zaenal. (2012). Evaluasi Pembelajaran.Bandung : Rosda karya.

Arikunto, Suharsimi. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta. Budiyanto. dkk. (2010). Mengenal Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta :

Pusat Perbukuan Kemendiknas RI.

Darmawan, Deni. (2007). Teknologi Informasi dan Komunikasi.Bandung: Arum Mandiri Press.

Dewi, Laksmi. (2012). Prinsip-prinsip Pengajaran Berprograma. [online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._kurikulum_dan_tek._pendidikan/19770

6132001122-laksmi_dewi/bahan_kuliah_pba/prinsip-prinsip_pengajaran_berprograma.pdf [25 Juli 2012].

Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Hernawan, Asep Herry. (2012). Bahan Belajar Berprogram. [online]. Tersedia: http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._kurikulum_dan_tek._pendidikan/19620

2071987031-asep_herry_hernawan/mata_kuliah/pengembangan_bahan_ajar/bahan_bela jar_berprogram.pdf [25 Juli 2012].


(4)

Hernawan, Asep Herry. (2012). Pengembangan Bahan Ajar. [online]. Tersedia: http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._kurikulum_dan_tek._pendidikan/19620

2071987031-asep_herry_hernawan/mata_kuliah/pengembangan_bahan_ajar/pengemba ngan_bahan_ajar.pdf [25 Juli 2012].

Ibrahim. dkk. (2010). Terampil Berkomputer TIK. Jakarta : Pusat Perbukuan Kemendiknas RI.

Kartadinata, Sunaryo. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah .Bandung: UPI. Kismiantini. (2010). Dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi SMP kelas VII.

Jakarta : Pusat Perbukuan Kemendiknas RI.

Kurniawan, Deni. (2011). Pembelajaran Terpadu. Bandung : CV. Pustaka Cendekia Utama.

Kurniawan. dkk. (2010). Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta : Pusat Perbukuan Kemendiknas RI.

Mariyanti, Yanti. (2011). Pembelajarani Mandiri. [online]. Tersedia : http://pelangipsikologi.wordpress.com/2011/12/02/pembelajaran-mandiri/ [25 Juli 2012].

Miarso, Y. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Munadi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran. Bandung : GP Press

Narbuko dan Achmadi. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. Nasution, S. (1994). Teknologi Pendidikan. Bandung: Sinar baru.

Pramono. dkk. (2010). Pembelajaran TIK. Jakarta : Pusat Perbukuan Kemendiknas RI.

Prastowo. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Bandung : DIVA press.


(5)

Purnasari, M. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Quantum dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI: tidak diterbitkan

Rahmawati, F. (2006). Strategi Pencapaian kualitas Pembelajaran. [online]. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Strategi%20Pencapaian%20Kualita s%20Pembelajaran.pdf [1 Maret 2012].

Reynold. dkk. (2010). Cerdas dan Terampil TIK 1. Jakarta : Pusat Perbukuan Kemendiknas RI.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Bandung : Rajawali Press

Sadiman, A.S. dkk (1996). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT.Raya Grafindo Persada.

Santoso, Singgih. (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS. Jakarta : PT. Elex Media.

Siswanto. dkk. (2010). Satelit TIK. Jakarta : Pusat Perbukuan Kemendiknas RI. Sofana. dkk. (2010). Membuka cakrawala TIK. Jakarta : Pusat Perbukuan

Kemendiknas RI

Sudjana dan Ibrahim. (2009). Penelitian dan Penelitian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.


(6)

Sujiono, Yuliani Nuarni. Dkk. (2004).Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.

Wijaya. dkk. (1990). Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Yayan. (2010). Belajar Mandiri. [online]. Tersedia :

http://yans.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_6.pdf [25 Juli 2012].

__________. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Tekstual. [online]. Tersedia : http://blog.tp.ac.id/pengembangan-bahan-ajar-tekstual[25 Juli 2012].


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TIPE LEARNING COMMUNITY

0 7 172

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SQUARE BERBANTUAN APLIKASI MICROSOFT POWERPOINT TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 43 Bandung pada Mata Pelajaran Teknologi Informa

1 4 39

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA E-COMIC TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI :Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandung.

0 2 50

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MULTIMEDIA PRESENTASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI :Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI Di Sekolah Menengah Atas Negeri 18 Bandung.

0 0 44

PENGARUH PEMANFAATAN VIDEO DIGITAL STORYTELLING TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK): Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bandung.

2 5 51

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR AFEKTIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI :Kuasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Laboratorium Percontohan UPI pada Materi Pen

0 1 40

PENERAPAN MODEL MIND MAP DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI :Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Kuningan.

0 0 51

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BERPROGRAM TIPE BRANCHING MELALUI APLIKASI FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.

2 10 60

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FILM PENDEK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS :Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VII di SMP Pasundan 4 Bandung.

0 0 42

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BAHAN AJAR MODUL DIGITAL BERBASIS E-LEARNING XHTML EDITOR TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI:Kuasi Ekperimen pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandung.

0 1 40