PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SQUARE BERBANTUAN APLIKASI MICROSOFT POWERPOINT TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 43 Bandung pada Mata Pelajaran Teknologi Informa

(1)

ABSTRAK

Nurlaila Agustiani (1000127). Pengaruh Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square Berbantuan Aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 43 Bandung pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi). Skripsi. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Tahun 2014.

Penelitian ini menyangkut penggunaan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa dilihat dari aspek pengetahuan (C1), aspek pemahaman (C2) dan aspek penerapan (C3) pada mata pelajaran TIK.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 43 Bandung dan sampel yang diambil yaitu kelas VII-4 dengan menggunakan teknik pengambilan sampel cluster random sampling. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes hasil belajar dengan instrumen tes objektif (pilihan ganda).

Berdasarkan gambaran hasil pengolahan data dan analisis yang diperoleh selama penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung. Hal tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata posttest siswa lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata pretest siswa.

Kata kunci : Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square, Aplikasi Microsoft PowerPoint, Hasil Belajar


(2)

ABSTRACT

Nurlaila Agustiani (1000127). The Influence of Cooperative Learning Model Think Pair Square Type Assisted Microsoft PowerPoint Application towards the Improvement of Student’s Learning Outcome (Quasi Experimental Research in Seventh Graders in SMP Negeri 43 Bandung in Information and Communication Technology Subject)

Paper. Major of Curriculum and Education Technology, Faculty of Education, Indonesia University of Education, Year 2014.

This research relates to the use of Cooperative Learning model Think Pair Square

type assisted Microsoft PowerPoint application in Information and

Communication Technology (ICT) subject in seventh graders in SMP Negeri 43 Bandung. The aim of the study is to find out the effect of Cooperative Learning Think Pair Square type assisted Microsoft PowerPoint toward learning outcome in student’s cognitive field, it is seen from several aspects, they are knowledge aspect (C1), understanding (C2), and application (C3).

The method was used in this study was quasi experimental method with one group pretest posttest research design. The population in this study was seventh graders in SMP Negeri 43 Bandung and the sample that was chosen was class VII-4 by using selecting system cluster random sampling. In this research, the technique of collecting data that was used was the test of learning outcome with the test of objective instrument (multiple choices).

According to the result of calculating data and the analyses that was gained during doing research, it could be concluded that Cooperative Learning model Think Pair Square type assisted Microsoft PowerPoint application had the effect in ICT subject in seventh graders in SMP Negeri 43 Bandung. The matter could be seen from the student’s average of posttest score that more higher than the student’s average of pretest score.

Key Words: Cooperative Learning model Think Pair Square type, Microsoft PowerPoint Application, Learning Outcome


(3)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Struktur Organisasi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran ... 10

1. Konsep Belajar ... 10

2. Konsep Pembelajaran ... 11

B. Model Pembelajaran ... 12

C. Model Cooperative Learning ... 13

1. Konsep Model Cooperative Learning ... 13

2. Karakteristik Model Cooperative Learning ... 15

3. Tujuan Model Cooperative Learning ... 16

4. Prinsip-prinsip Model Cooperative Learning ... 17

5. Prosedur Model Cooperative Learning ... 18


(4)

D. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square ... 21

1. Konsep Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square ... 21

2. Keunggulan dan Kelemahan Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square ... 22

E. Media Pembelajaran ... 23

1. Konsep Media Pembelajaran ... 23

2. Fungsi Media Pembelajaran ... 24

3. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 25

F. Multimedia Presentasi ... 26

G. Aplikasi Microsoft PowerPoint ... 27

H. Hasil Belajar ... 28

I. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 32

J. Penelitian Terdahulu ... 33

K. Kerangka Pemikiran ... 34

L. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

1. Lokasi Penelitian ... 40

2. Populasi Penelitian ... 41

3. Sampel Penelitian ... 41

B. Desain Penelitian ... 41

C. Metode Penelitian ... 42

D. Definisi Operasional ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 46

1. Uji Validitas ... 46

2. Uji Reliabilitas ... 50

3. Tingkat Kesukaran Soal ... 51

4. Daya Pembeda ... 52


(5)

H. Teknik Analisis Data ... 54

1. Uji Normalitas ... 54

2. Uji Hipotesis ... 55

I. Prosedur Penelitian ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58

B. Pengujian Hipotesis ... 59

1. Uji Normalitas ... 59

2. Uji Hipotesis ... 60

a. Pengujian Hipotesis Umum ... 60

b. Pengujian Hipotesis Pertama ... 62

c. Pengujian Hipotesis Kedua ... 64

d. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 66

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

1. Pengaruh Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square Berbantuan Aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa pada Mata Pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung ... 68

2. Pengaruh Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square Berbantuan Aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Aspek Pengetahuan pada Mata Pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung ... 71

3. Pengaruh Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square Berbantuan Aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Aspek Pemahaman pada Mata Pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung ... 73

4. Pengaruh Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square Berbantuan Aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Aspek Penerapan pada Mata Pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung ... 76


(6)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Simpulan ... 79

B. Saran ... 80

1. Bagi Pihak Sekolah ... 80

2. Bagi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan ... 81

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan setiap manusia, khususnya pada era globalisasi sekarang ini. Pendidikan yang layak dan bermutu diharapkan akan mencetak generasi penerus yang dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kreativitasnya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB I Pasal 1 Ayat 1 bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan dasar pada hakikatnya adalah pendidikan yang lamanya sembilan tahun dimulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) selama enam tahun sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama tiga tahun. Oleh karena itu, pendidikan minimal yang harus diikuti oleh setiap warga negara Indonesia adalah sampai dengan tingkat SMP. SMP merupakan jenjang pendidikan formal yang termasuk dalam kategori pendidikan dasar dengan tujuan menyiapkan siswa dengan berbekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di tingkat SD.

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru dengan siswa diwujudkan dengan adanya proses pembelajaran. Pembelajaran bukan hanya proses mentransfer pengetahuan dari seorang guru kepada siswanya. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, sehingga tujuan yang diharapkan oleh keduanya akan tercapai. Dalam hal ini pembelajaran harus bisa mengubah kondisi siswa dari yang tidak tahu


(8)

menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham, dan dari perilaku yang kurang baik menjadi lebih baik.

Proses pembelajaran itu sendiri tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada BAB 4 Pasal 19 Ayat 1 dijelaskan bahwa:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Berdasarkan peraturan pemerintah diatas, proses pembelajaran yang berkualitas tergantung juga pada guru itu sendiri. Guru sebagai ujung tombak keberhasilan dalam pembelajaran di sekolah yang terlibat langsung dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Guru harus bisa menciptakan pembelajaran seperti yang tertuang dalam peraturan pemerintah diatas. Dalam proses pembelajaran guru harus melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif, sehingga tidak akan terjadi pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Guru disini bertindak sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan belajar pada siswanya dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta melibatkan seluruh siswanya.

Pembelajaran tidak hanya sebatas mendengarkan penjelasan dari guru saja, karena dengan mendengarkan akan cenderung membuat siswa lebih cepat bosan dan lupa akan materi yang diberikan oleh guru. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu perbedaan tingkat kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan mendengar siswa. Karena kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar.

Kondisi pembelajaran diatas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Melihat fakta di lapangan sekarang ini, masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga pembelajaran hanya bersifat satu arah, tanpa melibatkan siswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.


(9)

Saat ini Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berkembang sangat pesat dan berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan, diantaranya sosial, ekonomi, pemerintahan, bahkan pendidikan. Menurut Rusman (2011:89) perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan direspon oleh Kementrian Pendidikan Nasional dengan memasukan kurikulum yang bernuansa pengenalan seluk beluk teknologi informasi dan komunikasi terutama pada jenjang pendidikan menengah. Oleh karena itu, sejak tahun 2004 pemerintah Indonesia memasukan mata pelajaran TIK kedalam kurikulum sekolah terutama untuk jenjang SMP dan SMA.

Mata pelajaran TIK di SMP dimaksudkan agar siswa dapat memahami

dan menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan

belajar serta dapat menguasai dasar-dasar keterampilan komputer. Mata

pelajaran TIK dipersiapkan untuk mengantisipasi dan mengatasi dampak negatif dari perkembangan teknologi yang berkembang saat ini, sehingga dengan adanya mata pelajaran TIK ini diharapkan siswa mempunyai bekal untuk bisa terjun ke dunia internasional dan bersaing dengan generasi muda dunia lainnya yang lebih melek akan teknologi, informasi, dan komunikasi.

Keberhasilan seorang siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang bersangkutan yaitu setelah mengerjakan tes yang diberikan oleh gurunya. Hasil belajar yang baik tentu sangat diharapkan karena setiap orang menginginkan prestasi belajar yang tinggi. Hasil belajar dapat dilihat dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran yang merupakan acuan dalam menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di SMP Negeri 43 Bandung, KKM untuk mata pelajaran TIK yaitu 75 dan dari siswa kelas VII yang berjumlah 380 orang sebagian besar siswa memperoleh hasil belajar dengan nilai dibawah KKM yaitu 65. Adanya perolehan hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa dapat berupa minat, motivasi, kemampuan siswa, dan sebagainya. Sementara faktor yang berasal


(10)

dari luar diri siswa yaitu kurikulum, sarana, dan model pembelajaran yang digunakan.

Rendahnya hasil belajar siswa tersebut diduga berkaitan pula dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran TIK, dimana seorang guru menyampaikan materi pelajaran dan siswa hanya mendengarkan dan menerima informasi dari guru saja. Dalam menyampaikan materi pelajaran pun guru hanya ceramah di dalam kelas tanpa menggunakan alat bantu untuk lebih memperjelas materi pelajaran tersebut. Karena siswa cenderung pasif, hal tersebut membuat siswa malas dan bosan untuk mengikuti pembelajaran TIK. Selain itu siswa mudah lupa dan kurang paham dengan materi yang disampaikan oleh guru, sehingga mengalami kesulitan ketika menghadapi ujian.

Berdasarkan kenyataan diatas, maka perlu dilakukan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran TIK dengan menggunakan model pembelajaran di kelas yang dapat menjadikan proses pembelajaran yang tidak berpusat pada guru dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satunya dengan menggunakan model Cooperative Learning. Dalam model Cooperative Learning siswa diajak terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil dengan kemampuan yang beragam untuk memecahkan permasalahan maupun mencari informasi sesuai dengan pemahamannya, dan menciptakan suasana aktif dalam pembelajaran. Tujuan dari model Cooperative Learning tidak hanya menuntut siswa untuk berprestasi secara akademik saja, melainkan point utama dari pembelajaran ini adalah bagaimana proses pembelajaran berlangsung dan siswa mampu bekerja sama dalam memahami materi yang telah diajarkan oleh gurunya.

Pada model Cooperative Learning terdapat beberapa variasi jenis model, salah satunya model Cooperative Learning tipe Think Pair Square. Dalam model pembelajaran Cooperative Learning tipe Think Pair Square, guru membagi siswa kedalam kelompok yang terdiri dari empat orang. Sebagai


(11)

kegiatan awal guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah dan meminta siswa untuk berpikir sendiri dulu tentang jawaban dari pertanyaan tersebut. Lalu guru meminta siswa untuk berpasangan dengan salah satu dari teman kelompoknya dan mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan. Setelah itu guru meminta pasangan siswa untuk bergabung dengan pasangan lainnya untuk mendiskusikan kembali pertanyaan atau permasalahan tersebut yang nantinya hasil diskusi dapat dipresentasikan di depan kelas.

Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square menuntut siswa untuk belajar sendiri dan belajar bekerja sama dengan orang lain. Pembelajaran ini sangat mengoptimalkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat mendorong siswa untuk aktif berdiskusi dan memecahkan masalah secara bersama.

Penggunaan model pembelajaran Think Pair Square ini akan berdampak positif pada peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK di SMP. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Achmad Ferdiyan Rustandi (2011) bahwa “terjadi peningkatan penguasaan konsep fisika setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square“. Begitu juga dari hasil

penelitian Ni Made Dwi Tresnayanti, I Wayan Lasmawan dan A.A.I.N Marhaeni (2013) menunjukan bahwa “motivasi berprestasi siswa yang mengikuti model Think Pair Square lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti model konvensional pada mata pelajaran IPS siswa kelas VII SMPN 3 Singaraja”.

Untuk menunjang dalam pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Think Pair Square, maka dibantu dengan menggunakan media pembelajaran. Media mempunyai peranan penting agar tujuan pembelajaran dapat disampaikan dengan baik kepada siswa, karena keberhasilan dalam pelaksanaan tujuan pembelajaran didukung oleh komponen-komponen pembelajaran yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Selain itu penggunaan media dalam pembelajaran mempunyai beberapa manfaat antara lain pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa,


(12)

bahan pelajaran yang disampaikan akan lebih jelas maknanya dan siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar.

Multimedia adalah gabungan dari beberapa media dalam bentuk teks, audio, grafis, animasi dan video untuk menyampaikan informasi. Terdapat beberapa multimedia dalam pembelajaran, salah satunya multimedia presentasi. Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi pembelajaran yang bersifat teoritis. Kelebihan multimedia presentasi ini dapat menggabungkan teks, audio, grafis, animasi dan video dalam kesatuan penyajian. Selain itu multimedia presentasi dapat memfasilitasi siswa yang memiliki tipe belajar yang berbeda sekaligus yaitu tipe belajar visual, auditif dan kinestetik. Untuk menyajikan pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik, maka aplikasi Microsoft PowerPoint sebagai multimedia presentasi dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Microsoft PowerPoint merupakan salah satu aplikasi yang dikembangkan oleh Microsoft untuk membuat presentasi.

Berdasarkan uraian dan beberapa hasil penelitian diatas, penulis tertarik

untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Model

Cooperative Learning Tipe Think Pair Square Berbantuan Aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa“.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditentukan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Penggunaan model pembelajaran di kelas pada mata pelajaran TIK masih

menggunakan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru.

2. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru tidak menggunakan alat bantu

untuk memperjelas materi pelajaran tersebut.

3. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran TIK.

4. Pembelajaran di kelas berjalan hanya satu arah tanpa melibatkan siswa


(13)

5. Siswa cenderung pasif sehingga siswa malas dan bosan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran TIK.

Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus dan tidak meluas penulis membatasi penelitian pada penggunaan model pembelajaran di kelas yaitu dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square

yang dibantu dengan aplikasi Microsoft PowerPoint dalam hal

menyampaikan materi pembelajaran. Penelitian ini difokuskan pada hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran TIK.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

secara umum masalah yang diteliti adalah “ Apakah model Cooperative

Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar ranah

kognitif siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi? ”.

Adapun rumusan masalah khusus dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan

aplikasi Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek pengetahuan (C1) pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi?

2. Apakah model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan

aplikasi Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek pemahaman (C2) pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi?

3. Apakah model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan

aplikasi Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek penerapan (C3) pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model Cooperative


(14)

Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Sedangkan yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh model Cooperative Learning tipe Think Pair Square

berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek pengetahuan (C1) pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

2. Mengetahui pengaruh model Cooperative Learning tipe Think Pair Square

berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek pemahaman (C2) pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

3. Mengetahui pengaruh model Cooperative Learning tipe Think Pair Square

berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek penerapan (C3) pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang pengaruh model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam mata pelajaran TIK.

2. Secara Praktis

a. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi guna meningkatkan mutu pendidikan.


(15)

b. Bagi Guru

Dapat memberikan wawasan baru bagi guru sebagai altenatif model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran TIK.

c. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan berbagi pengetahuan kepada temannya serta membantu siswa yang pasif dalam kegiatan berkelompok menjadi ikut berpartisipasi aktif.

F. Struktur Organisasi

Skripsi ini terdiri dari lima bab dan dari masing-masing bab terdiri dari beberapa subbab. Bab I yaitu pendahuluan, bab ini terdiri dari subbab latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi.

Bab II yaitu kajian pustaka, bab ini terdiri dari subbab kajian pustaka mengenai konsep belajar dan pembelajaran, model pembelajaran, model Cooperative Learning, model Cooperative Learning tipe Think Pair Square, media pembelajaran, multimedia presentasi, aplikasi Microsoft PowerPoint, hasil belajar, mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu, didalam bab II ini terdapat subbab penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

Bab III yaitu metodologi penelitian, bab ini terdiri dari subbab lokasi, populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.

Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan, bab ini terdiri dari subbab deskripsi hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V yaitu simpulan dan saran, bab ini terdiri dari subbab simpulan dan saran.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis mengambil lokasi di SMP Negeri 43 Bandung Jln. Kautamaan Istri No 31 Telp/Fax (022) 4234863 Bandung 40251.

2. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:117), “populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya“. Maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII

SMP Negeri 43 Bandung yang terdiri dari 11 kelas. Tabel 3.1

Gambaran Populasi Penelitian SMP Negeri 43 Bandung

No Kelas Jumlah Siswa

1. VII-1 35

2. VII-2 35

3. VII-3 34

4. VII-4 35

5. VII-5 34

6. VII-6 35

7. VII-7 34

8. VII-8 34

9 VII-9 34

10. VII-10 35

11. VII-11 35


(17)

3. Sampel Penelitian

Sampel menurut Sugiyono (2013:118) adalah “bagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut“. Untuk menentukan sampel

yang akan digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu harus ditentukan teknik sampling yang akan digunakan. Dalam penelitian ini cara pengambilan sampel yang digunakan adalah probability sampling. Masih menurut

Sugiyono (2013:120) “probabililty sampling adalah merupakan teknik

pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur

(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Menurut Arifin (2011:222) “Cluster sampling adalah cara pengambilan sampel yang berdasarkan sekelompok individu dan tidak

diambil secara individu atau perseorangan”. Random yang dimaksud dalam

penelitian ini hanya digunakan untuk membantu dalam pengambilan sampel dimana digunakan untuk mengacak kelasnya saja berdasarkan kelompok yang sudah ada. Untuk menyesuaikan dengan desain penelitian yang digunakan yaitu one group pretest and posttest design, maka sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini hanya satu kelas saja. Langkah dalam pengambilan sampel dilakukan dalam satu tahap, yaitu dengan melakukan undian terhadap populasi yang ada. Maka berdasarkan hasil undian, dari 11 kelas VII yang ada, terpilihlah kelas kelas VII-4 SMP Negeri 43 Bandung yang berjumlah 35 siswa untuk dijadikan sampel dalam penelitian.

B. Desain Penelitian

Salah satu kegiatan dalam penelitian eksperimen adalah menentukan desain eksperimen. Dalam penelitian ini menggunakan desain One-group pretest and posttest design, karena dalam rancangan ini hanya melibatkan satu kelompok yaitu kelompok eksperimen yang diberikan pretest sebelum diberikan perlakuan (treatment) kemudian diberikan posttest setelah diberikan perlakuan (treatment). Desain dapat digambarkan seperti berikut :


(18)

Tabel 3.2

One-group pretest and posttest design

( Arifin, 2011:77) X adalah perlakuan yang diberikan dan dilihat pengaruhnya dalam eksperimen tersebut. Perlakuan yang dimaksud berupa penggunaan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint. O1 adalah tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan (pretest), sedangkan O2 adalah tes yang dilakukan setelah perlakuan diberikan (posttest). Hasil pengukuran yang dilakukan melalui posttest akan dibandingkan dengan hasil pretest untuk mengetahui adakah pengaruh model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran TIK.

C. Metode Penelitian

Sugiyono (2013:3) mengatakan bahwa “secara umum metode penelitian

diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu“. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi

experimental design. Menurut Sugiyono (2013:114) “quasi experimental design digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok

kontrol yang digunakan untuk penelitian”. Oleh karena itu, penelitian ini

hanya akan dilaksanakan pada satu kelompok saja yang dinamakan kelompok eksperimen tanpa adanya kelompok kontrol. Hal ini dikarenakan sulitnya menemukan kelas kontrol yang sebanding dengan kelas eksperimen disebabkan karakteristik siswa yang menjadi subjek penelitian di setiap kelas sangat beragam.

Variabel dalam penelitian eksperimen ini terdiri dari dua jenis yaitu

variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiyono (2013:61) “variabel

bebas merupakan variabel yang mempengaruhi , sedangkan variabel terikat O1 X O2


(19)

merupakan variabel yang dipengaruhi”. Maka variabel dalam penelitian

eksperimen ini meliputi :

1. Variabel bebas yaitu model Cooperative Learning tipe Think Pair Square

berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint.

2. Variabel terikat yaitu hasil belajar ranah kognitif siswa pada aspek

pengetahuan, pemahaman dan penerapan.

Untuk lebih jelasnya sebagai gambaran hubungan variabel penelitian ini dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.3

Hubungan Variabel Penelitian Variabel Terikat

Variabel Bebas

Hasil Belajar Ranah Kognitif

Aspek Pengetahuan

(Y1)

Hasil Belajar Ranah Kognitif

Aspek Pemahaman

(Y2)

Hasil Belajar Ranah Kognitif

Aspek Penerapan (Y3)

Model Cooperative Learning

tipe Think Pair Square

berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint. (X1)

X1Y1 X1Y2 X1Y3

Keterangan :

X1Y1 : Penggunaan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square

berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap hasil belajar ranah kognitif aspek pengetahuan.

X1Y2 : Penggunaan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square

berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap hasil belajar ranah kognitif aspek pemahaman.


(20)

berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint terhadap hasil belajar ranah kognitif aspek penerapan.

D. Definisi Operasional

Variabel-variabel yang telah diidentifikasi dan diklasifikasikan perlu didefinisikan secara operasional agar orang lain yang ingin melakukan penelitian serupa tidak salah menafsirkan konsep variabel yang dilakukan oleh peneliti. Dengan demikian definisi operasional dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square

Dalam penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Think Pair Square didalam proses pembelajaran di kelas sama halnya dengan model Cooperative Learning secara umumnya yaitu guru menyampaikan sekilas

materi terlebih dahulu,kemudian guru membagi siswa kedalam kelompok yang

terdiri dari empat orang. Sebagai kegiatan awal guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah dan meminta siswa untuk berpikir sendiri dulu tentang jawaban dari pertanyaan tersebut. Lalu guru meminta siswa untuk berpasangan dengan salah satu dari teman kelompoknya dan mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan. Setelah itu guru meminta pasangan siswa untuk bergabung dengan pasangan lainnya untuk mendiskusikan kembali pertanyaan atau permasalahan tersebut yang nantinya hasil diskusi dapat dipresentasikan di depan kelas.

2. Aplikasi Microsoft PowerPoint

Microsoft PowerPoint merupakan salah satu program aplikasi komputer yang dikembangkan oleh Microsoft untuk membuat presentasi. Dalam penelitian ini Microsoft PowerPoint digunakan oleh guru dalam menyajikan informasi dan sebagai alat bantu untuk menyampaikan materi pelajaran, sedangkan bagi siswa Microsoft PowerPoint digunakan untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar menunjukan ukuran kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan belajar berlangsung yang mana hasil belajar dalam tiga ranah


(21)

yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini yang akan dikaji penulis adalah pada ranah kognitif berupa aspek pengetahuan (C1), aspek pemahaman (C2) dan aspek penerapan (C3). Hasil belajar dalam penelitian ini berupa skor-skor yang diperoleh siswa dari hasil pretest dan posttest pada mata pelajaran TIK.

4. Mata Pelajaran TIK

Mata pelajaran TIK merupakan salah satu mata pelajaran yang harus ada pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang bertujuan agar siswa memahami teknologi informasi dan komunikasi. Mata pelajaran TIK dalam penelitian ini dikhususkan pada materi perangkat lunak (software) komputer, dimana materi tersebut digunakan sebagai materi pembelajaran untuk kelas VII tingkat SMP.

E. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2013:133) mengungkapkan bahwa “instrument penelitian

digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti”. Dengan demikian instrument dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum dan setelah diberikannya perlakuan yang menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint dalam proses pembelajaran.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang digunakan berupa tes tertulis dengan bentuk tes objektif, karena jawaban dari tes objektif antara benar atau salah dan skornya

antara 1 atau 0. Menurut Arifin (2009:135) “Disebut tes objektif karena

penilaiannya objektif. Siapapun yang mengoreksi jawaban tes objektif

hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti”. Dalam tes objektif siswa dituntut untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna.

Bentuk tes objektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal pilihan ganda (multiple choice) yang mengacu pada kompetensi dasar


(22)

dan indikator yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Menurut Arifin (2009:138) “soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan

untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan

aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi”. Instrumen tes ini dibatasi hanya pada aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan aspek penerapan (C3).

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2013:173), “ instrumen yang valid berarti alat ukur

yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur .

Untuk mengetahui validitas instrumen dalam penelitian ini maka digunakan uji statistik yaitu teknik korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut:

rxy =

(Zainal Arifin, 2009:254) Keterangan

rxy = koefisien korelasi yang dicari

N = jumlah responden

X = jumlah jawaban item

Y = jumlah item keseluruhan

Untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi dapat berpedoman pada tabel berikut:


(23)

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

(Sugiyono, 2013:257) Setelah diperoleh hasil validitas kemudian diuji tingkat signifikannya dengan menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2013:257)

Keterangan t = nilai t hitung r = koefisien korelasi n = jumlah banyak subjek

Dimana jika thitung > ttabel pada taraf signifikansi 0,05 dengan derajat

kebebasan (dk) = n-2, maka soal tersebut valid.

Untuk mengukur kelayakan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian sebelum diberikan kepada kelas eksperimen, maka dilakukan uji coba instrumen terlebih dahulu. Uji coba instrumen dilakukan kepada siswa diluar sampel penelitian yaitu kelas VII-6 SMP Negeri 43 Bandung yang berjumlah 35 orang dengan menggunakan tes objektif bentuk pilihan ganda sejumlah 35 butir soal. Sebelum instrumen di uji cobakan, penulis melakukan


(24)

expert judgement instrumen penelitian kepada guru TIK atau ahli pada mata pelajaran yang di uji cobakan. Setelah hasilnya bagus, maka penulis memberikan instrumen kepada siswa untuk di uji coba. Berdasarkan hasil uji coba dapat diketahui validitas butir soal :

Tabel 3.5 Validitas Butir Soal

No Soal r hitung r tabel Validitas

1 0,433 0,334 Valid

2 0,406 0,334 Valid

3 0,367 0,334 Valid

4 -0,254 0,334 Tidak Valid

5 0,566 0,334 Valid

6 0,403 0,334 Valid

7 0,471 0,334 Valid

8 0,436 0,334 Valid

9 0,115 0,334 Tidak Valid

10 0,228 0,334 Tidak Valid

11 0,459 0,334 Valid

12 0,622 0,334 Valid

13 0,385 0,334 Valid

14 0,399 0,334 Valid

15 0,517 0,334 Valid

16 0,222 0,334 Tidak Valid

17 0,384 0,334 Valid

18 0,395 0,334 Valid

19 0,430 0,334 Valid

20 0,385 0,334 Valid

21 0,342 0,334 Valid

22 0,394 0,334 Valid

23 0,402 0,334 Valid

24 0,612 0,334 Valid

25 0,438 0,334 Valid

26 -0,235 0,334 Tidak Valid

27 0,416 0,334 Valid

28 0,449 0,334 Valid

29 0,586 0,334 Valid

30 0,606 0,334 Valid


(25)

32 0,405 0,334 Valid

33 0,348 0,334 Valid

34 0,383 0,334 Valid

35 0,400 0,334 Valid

Berdasarkan hasil pengujian validitas butir soal dapat diketahui soal yang valid yaitu soal yang memiliki r hitung > r tabel, begitupun sebaliknya soal yang

tidak valid yaitu soal yang memiliki r hitung < r tabel. Dengan demikian dari 35

butir soal yang di uji cobakan kepada siswa di luar sampel terdapat 5 butir soal yang tidak valid yaitu soal no 4, 9, 10, 16 dan 26. Soal yang tidak valid dianggap tidak layak untuk digunakan dalam penelitian. Jadi instrumen yang digunakan dalam penelitian berjumlah 30 butir soal yang akan dijadikan alat ukur hasil belajar ranah kognitif siswa pada saar pretest dan posttest.

Perhitungan validitas alat ukur instrumen dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment,yaitu dengan mengkorelasikan jumlah skor ganjil dengan jumlah skor genap, kemudian diuji tingkat signifikansinya sehingga diperoleh data pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.6

Validitas Alat Ukur Instrumen

rxy Kriteria t-hitung t-tabel Keterangan

0,776 Kuat 7,065 2,035 Valid

Kriteria pengujian adalah jika thitung lebih besar dari ttabel pada taraf

kepercayaan 95 % (0,05) dengan derajat kebebasan (dk) = n-2 maka

instrumen dinyatakan valid atau shahih. Dari perhitungan didapatkan thitung

sebesar 7,065 lebih besar dari ttabel sebesar 2,035. Berdasarkan hasil pengujian

tersebut maka instrumen penelitian dinyatakan valid. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A.


(26)

Menurut Sugiyono (2013:173), “instrumen yang reliable adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama”.

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman Brown (Split half) sebagai berikut:

(Sugiyono, 2013:185)

Keterangan :

ri = reliabilitas internal seluruh instrument

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Apabila nilai reliabilitas lebih besar dari nilai rtabel maka instrumen tersebut

dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil uji coba dapat diketahui reliabilitas instrument sebagai berikut :

Tabel 3.7 Reliabilitas Instrumen

rhitung rtabel Keterangan

0,874 0,334 Reliabel

Instrumen sebagai alat pengumpul data dapat dinyatakan reliabel jika rhitung

> rtabel. Dari tabel diketahui bahwa rtabel pada n = 35 dengan taraf signifikansi

0,05 adalah 0,334. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan Spearman Brown (Split half) diperoleh rhitung sebesar 0,874. Dapat dilihat

bahwa rhitung > rtabel ( 0,874 > 0,334 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa item

instrumen yang digunakan reliabel. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A.


(27)

Perhitungan tingkat kesukaran soal dilakukan untuk mengukur seberapa besar derajat kesukaran soal apakah soal tersebut tergolong mudah atau sulit. Suatu soal dikatakan baik apabila soal tersebut memiliki tingkat kesukaran yang seimbang, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.

Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif dapat menggunakan rumus tingkat kesukaran (TK) :

( Arifin, 2009:266)

Keterangan :

WL = jumlah siswa yang menjawab salah dari kelompok bawah

WH = jumlah siswa yang menjawab salah dari kelompok atas

nL = jumlah kelompok bawah

nH = jumlah kelompok atas

Langkah-langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum menggunakan rumus diatas menurut Arifin (2009:266) yaitu sebagai berikut :

a. Menyusun lembar jawaban siswa dari skor tertinggi sampai dengan skor

terendah.

b. Mengambil 27% lembar jawaban dari atas yang selanjutnya disebut

kelompok atas dan 27% lembar jawaban dari bawah yang selanjutnya disebut kelompok bawah. Sisa sebanyak 46% disisihkan.

c. Membuat tabel untuk mengetahui jawaban (benar atau salah) dari setiap

siswa, baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah.

Adapun kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal menurut Arifin (2009:270) adalah :

a. Jika jumlah persentase sampai dengan 27% termasuk mudah.

b. Jika jumlah persentase 28% - 72% termasuk sedang.

c. Jika jumlah persentase 73% keatas termasuk sukar.

Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran soal pada instrumen yang diuji cobakan dapat diketahui klasifikasi soal tersebut berdasarkan tingkat kesukarannya sebagai berikut :


(28)

Tabel 3.8

Pengelompokkan Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat Kesukaran Soal Nomor Soal Jumlah

Mudah >27 % 9, 16, 21, 22, 23, 27, 32 7

Sedang 28 % - 72 %

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 24, 25, 26,

28, 29, 30, 31, 33, 34, 35 26

Sukar >73 % 10, 19 2

Untuk melihat perhitungan uji tingkat kesukaran soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A.

4. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan siswa yang sudah menguasai kompetensi dasar dengan siswa yang belum menguasai kompetensi dasar.

Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

(Arifin, 2009:273)

Keterangan :

DP = daya pembeda

WL = jumlah siswa yang gagal dari kelompok bawah

WH = jumlah siswa yang gagal dari kelompok atas

N = 27% x N

Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda tersebut dapat digunakan kriteria yang dikembangkan oleh Ebel sebagai berikut :

Tabel 3.9


(29)

Index of discrimination Item Evaluation

0,40 and up Very good items

0,30 – 0,39 Reasonably good

0,20 – 0,29 Marginal items

Below – 0,19 Poor items

( Arifin, 2009:274) Berdasarkan perhitungan daya pembeda maka diperoleh data pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.10

Pengelompokkan Daya Pembeda

Daya Pembeda Nomor soal Jumlah

0,40 and up (very good items)

1, 2, 3, 5, 6, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 24, 25,

28, 29, 30, 31, 34

23

0,30 – 0,39 (reasonably

good)

7, 10, 21, 27, 32, 35

6

0,20 – 0,29 (marginal

items) 16, 23, 33 3

Below – 0,19 (poor items) 4, 9, 26 3

Untuk melihat perhitungan uji daya pembeda selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A.


(30)

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah berupa tes hasil belajar dengan instrumen tes objektif. Tes objektif digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif dalam mengaplikasikan konsep yang telah diberikan sebelum dan setelah pembelajaran. Tes objektif yang digunakan adalah soal tes bentuk pilihan ganda (multiple choice). Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri dari pokok persoalan dan pilihan jawaban.

Kelebihan dan kekurangan tes objektif dengan bentuk soal pilihan ganda menurut Arifin (2009:143) adalah sebagai berikut :

Kebaikan soal bentuk pilihan ganda, antara lain (a) cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan objektif (b) kemungkinan peserta didik menjawab dengan terkaan dapat dikurangi (c) dapat digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam berbagai jenjang kemampuan kognitif (d) dapat digunakan berulang-ulang (e) sangat cocok untuk jumlah peserta tes yang banyak. Adapun kelemahan tes bentuk pilihan ganda, antara lain (a) tidak dapat digunakan untuk mengukur kemampuan verbal dan pemecahan masalah (b) penyusunan soal yang benar-benar baik membutuhkan waktu lama (c) sukar menentukan alternatif jawaban yang benar-benar homogen, logis, dan berfungsi.

Tes dalam penelitian ini dilakukan pada saat pretest untuk mengetahui hasil belajar awal siswa sebelum diberikan perlakuan dan posttest untuk mengetahui hasil belajar akhir siswa setelah diberikannya perlakuan.

H. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu cara untuk memeriksa

keabsahan/normalitas sampel. Uji normalitas dimaksudkan untuk

memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada penelitian ini, uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan program pengolah data SPSS versi 20.0 for Windows melalui uji normalitas one sample Kolmogorov Smirnov. Kriteria pengujiannya adalah apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0.05 maka distribusi adalah tidak normal, sedangkan apabila nilai signifikansi atau nilai probabililtas > 0.05 maka distribusi adalah normal.


(31)

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji paired sample t-test, karena dalam penelitian ini hanya terdapat satu kelompok yaitu kelompok eksperimen. Uji paired sample t-test dilakukan untuk membandingkan rata-rata dari suatu sampel yang berpasangan (paired). Sampel berpasangan yang dimaksud adalah sebuah kelompok sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang

berbeda. Menurut Aripin (2008:21) “kriteria pengujian yang digunakan dalam

uji paired sample t-test yaitu jika nilai prob/signifikansi/p-value < α maka H0

ditolak, jika nilai prob/signifikansi/p-value ≥ α maka H1 ditolak”.

Uji hipotesis dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan program pengolah data SPSS versi 20.0 for Windows yaitu dengan cara memilih paired sample t-test pada data analyze kemudian memasukkan data hasil posttest dan pretest pada aspek pengetahuan, aspek pemahaman dan aspek penerapan. Selanjutnya akan diperoleh hasil skor rata-rata pretest dan posttest, nilai t hitung dan nilai signifikansi.

Selain itu penelitian ini menggunakan uji hipotesis dua pihak. Menurut

Arifin (2011:203) “terima Ho jika t hitung berada diantara – t tabel s/d + tabel

dengan taraf nyata tertentu. Jika diluar harga itu, maka Ho ditolak ”.

I. Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :

1. Memilih Masalah

Memilih penelitian dengan melakukan studi pustaka yang berasal dari beberapa literatur seperti buku bacaan, skripsi, internet dan sebagainya.

2. Studi Pendahuluan

Melakukan studi pendahuluan dengan tiga objek, yaitu paper (skripsi, buku, dan internet), person (konsultasi dengan dosen pembimbing akademik, guru TIK di sekolah dan siswa di sekolah), place (berkunjung ke sekolah terkait melihat pengamatan di kelas, fasilitas belajar dan kondisi laboratorium komputer).


(32)

3. Merumuskan Masalah

Setelah melakukan studi pendahuluan kemudian merumuskan masalah dengan melakukan perumusan judul, membuat desain penelitian sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan diteliti. Kegiatan ini disertai konsultasi dengan dosen pembimbing akademik.

4. Merumuskan Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Setelah menemukan masalah peneliti kemudian merumuskan kerangka pemikiran yang ditindaklanjuti dengan perumusan hipotesis.

5. Memilih Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen yang menggunakan desain One-group experiment dalam bentuk One-group pretest and posttest design.

6. Menentukan Variabel dan Sumber Data

Terdapat dua variabel penelitian yaitu model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint dan hasil belajar. Sumber data didapatkan dari hasil pretest dan posttest.

7. Menentukan dan Menyusun Instrumen

Penentuan dan penyusunan instrument penelitian dilakukan atas kerja sama dengan dosen pembimbing skripsi dan guru mata pelajaran TIK.

8. Mengumpulkan Data

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu dengan menggunakn instrument tes, yang mana kelas eksperimen diberikan pretest sebelum adanya perlakuan, kemudian di kelas eksperimen diberikan perlakuan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint. Setelah kelas eksperimen menerima perlakuan, maka diberikan posttest untuk mengetahui hasil belajar ranah kognitif.

9. Analisis Data

Dalam penelitian ini dilakukan proses analisis data yang terdiri atas uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis.


(33)

10.Menarik Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data dari hasil pretest dan posttest dan kesimpulan dari rumusan masalah dan hipotesis dalam penelitian ini.

11.Membuat Laporan Penelitian

Membuat laporan penelitian dalam bentuk tertulis berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 2013.


(34)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian hasil belajar pada mata pelajaran TIK dengan kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai perangkat lunak program aplikasi, secara umum dapat disimpulkan bahwa model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung. Hasil tersebut dapat terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa setelah adanya perlakuan yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata posttest siswa lebih tinggi daripada nilai pretest. Secara khusus kesimpulan yang ada pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi

Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek pengetahuan pada mata pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung. Pembelajaran yang menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan karena terjadi interaksi yang lebih luas antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, sehingga siswa memperoleh banyak informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan siswa.

2. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi

Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek pemahaman pada mata pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung. Siswa yang menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint lebih memahami materi pelajaran karena adanya diskusi dalam kelompok sehingga saling berbagi


(35)

ilmu untuk mewujudkan pemahaman bersama. Selain itu, pemahaman siswa meningkat pada saat siswa bisa menyampaikan hasil diskusi tersebut kepada kelompok lain dengan dibantu aplikasi Microsoft PowerPoint.

3. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi

Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek penerapan pada mata pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung. Siswa yang menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint lebih memiliki kemampuan menerapkan materi yang sudah dipelajari, karena dengan membuat presentasi dari aplikasi Microsoft PowerPoint, siswa diberikan kesempatan untuk langsung menerapkan pengetahuan yang baru diperolehnya. Selain itu siswa juga diberi kesempatan untuk mempraktikannya secara langsung apabila terdapat materi yang butuh dipraktikkan.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dijelaskan diatas bahwa Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dilihat dari aspek pengetahuan, aspek pemahaman dan aspek penerapan pada mata pelajaran TIK di SMP Negeri 43 Bandung, maka dapat diajukan saran atau rekomendasi sebagai berikut :

1. Bagi Pihak Sekolah

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah hendaknya setiap guru menggunakan model pembelajaran yang bisa meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya yaitu model Cooperative Learning tipe Think Pair Square yang dibantu dengan media presentasi PowerPoint dalam menyampaikan materi pelajaran. Para guru khususnya guru mata pelajaran TIK disarankan untuk menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint demi terciptanya suasana belajar yang menyenangkan, kegiatan pembelajaran


(36)

lebih efektif dan berpusat pada siswa karena melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat tercapai. Akan tetapi dalam implementasinya pembelajaran yang menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint ini terdapat berbagai kendala, diantaranya kendala dalam pemanfaatan waktu dan pengkondisian siswa. Diharapkan kepada guru mata pelajaran TIK dapat mengelola waktu dan siswa semaksimal mungkin agar pelaksanaan pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint ini bisa terlaksana sesuai harapan.

2. Bagi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian keilmuan bagi disiplin ilmu Kurikulum dan Teknologi Pendidikan khususnya bagi konsentrasi Pendidikan Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam mengembangkan model pembelajaran dan media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran seperti model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian mengenai model Cooperative Learning tipe Think Pair Square yang dibantu dengan aplikasi Microsoft PowerPoint dalam menyampaikan materi pelajaran. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menindaklanjuti hasil penelitian ini tidak hanya terbatas pada ranah kognitif aspek pengetahuan, aspek pemahaman, dan aspek penerapan saja akan tetapi dari segala ranah dan aspek hasil belajar.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Aisah, S, H,Ashari dan R. Wakhid Akhdinirwanto. (2013). “ Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair Square Berbantuan Kartu Soal untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII B SMP Negeri 5 Purworejo”. Jurnal Radiasi, 1 (1), hlm. 16-18.

Akhmad Fanari, H. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Think Pair Square untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa Kelas V SD Negeri di Kecamatan Rajeg. (Tesis). Program Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan : Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Aripin, I. (2008). Modul Pelatihan Analisis Data dengan Software Excel dan SPSS. [online]. Tersedia di : www.academia.edu/5043301/modul_spss [diakses 18 Mei 2014]

Baharudin dan Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar- ruz Media.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK. Jakarta : Depdiknas.

Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Isjoni. (2011). Cooperative Learning : Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung : Alfabeta.


(38)

Lie, A. (2008). Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : PT Garasindo.

Made Dwi Tresnayanti, N, I Wayan Lasmawan dan A.A.I.N Marhaeni. (2013). “Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Square Terhadap Motivasi Berprestasi Dan Prestasi Belajar Ips Siswa Kelas Vii Smp Negeri 3 Singaraja”. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 3, hlm. 1-9.

Pietersz, F dan Saragih, H. (2010). “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Pencapaian Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Cisarua”. Prosiding Seminar Nasional Fisika.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Rusman.(2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Rusman, Kurniawan, D dan Riyana, C. (2013). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi : Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Rustandi, AF. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika dan Mengetahui Profil Keterampilan Berkomunikasi Lisan Siswa SMP. (Skripsi). Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Siswanto, J dan Rechana, S. (2011). “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht (Numbered Heads Together) Menggunakan Peta Konsep Dan

Peta Pikiran Terhadap Penalaran Formal Siswa”. JP2F, 2 (2), hlm.


(39)

Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Susilana, R dan Cepi Riyana. (2008). Media Pembelajaran : Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian hasil belajar pada mata pelajaran TIK dengan kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai perangkat lunak program aplikasi, secara umum dapat disimpulkan bahwa model

Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil

belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung. Hasil tersebut dapat terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa setelah adanya perlakuan yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata posttest siswa lebih tinggi daripada nilai pretest. Secara khusus kesimpulan yang ada pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi

Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek pengetahuan pada mata pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung. Pembelajaran yang menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan karena terjadi interaksi yang lebih luas antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, sehingga siswa memperoleh banyak informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan siswa.

2. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi

Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek pemahaman pada mata pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung. Siswa yang menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint lebih memahami materi pelajaran karena adanya diskusi dalam kelompok sehingga saling berbagi


(2)

ilmu untuk mewujudkan pemahaman bersama. Selain itu, pemahaman siswa meningkat pada saat siswa bisa menyampaikan hasil diskusi tersebut kepada kelompok lain dengan dibantu aplikasi Microsoft PowerPoint. 3. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi

Microsoft PowerPoint memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa aspek penerapan pada mata pelajaran TIK di kelas VII SMP Negeri 43 Bandung. Siswa yang menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint lebih memiliki kemampuan menerapkan materi yang sudah dipelajari, karena dengan membuat presentasi dari aplikasi Microsoft PowerPoint, siswa diberikan kesempatan untuk langsung menerapkan pengetahuan yang baru diperolehnya. Selain itu siswa juga diberi kesempatan untuk mempraktikannya secara langsung apabila terdapat materi yang butuh dipraktikkan.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dijelaskan diatas bahwa Model

Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dilihat dari aspek

pengetahuan, aspek pemahaman dan aspek penerapan pada mata pelajaran TIK di SMP Negeri 43 Bandung, maka dapat diajukan saran atau rekomendasi sebagai berikut :

1. Bagi Pihak Sekolah

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah hendaknya setiap guru menggunakan model pembelajaran yang bisa meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya yaitu model Cooperative Learning tipe Think Pair

Square yang dibantu dengan media presentasi PowerPoint dalam

menyampaikan materi pelajaran. Para guru khususnya guru mata pelajaran TIK disarankan untuk menggunakan model Cooperative Learning tipe

Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint demi


(3)

81

lebih efektif dan berpusat pada siswa karena melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat tercapai. Akan tetapi dalam implementasinya pembelajaran yang menggunakan model Cooperative Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi

Microsoft PowerPoint ini terdapat berbagai kendala, diantaranya kendala

dalam pemanfaatan waktu dan pengkondisian siswa. Diharapkan kepada guru mata pelajaran TIK dapat mengelola waktu dan siswa semaksimal mungkin agar pelaksanaan pembelajaran dengan model Cooperative

Learning tipe Think Pair Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint ini bisa terlaksana sesuai harapan.

2. Bagi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian keilmuan bagi disiplin ilmu Kurikulum dan Teknologi Pendidikan khususnya bagi konsentrasi Pendidikan Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam mengembangkan model pembelajaran dan media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran seperti model Cooperative Learning tipe Think Pair

Square berbantuan aplikasi Microsoft PowerPoint yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian mengenai model

Cooperative Learning tipe Think Pair Square yang dibantu dengan

aplikasi Microsoft PowerPoint dalam menyampaikan materi pelajaran. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menindaklanjuti hasil penelitian ini tidak hanya terbatas pada ranah kognitif aspek pengetahuan, aspek pemahaman, dan aspek penerapan saja akan tetapi dari segala ranah dan aspek hasil belajar.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aisah, S, H,Ashari dan R. Wakhid Akhdinirwanto. (2013). “ Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair Square Berbantuan Kartu Soal untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII B SMP

Negeri 5 Purworejo”. Jurnal Radiasi, 1 (1), hlm. 16-18.

Akhmad Fanari, H. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif

dengan Teknik Think Pair Square untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa Kelas V SD Negeri di Kecamatan Rajeg. (Tesis). Program Studi Pengembangan Kurikulum

Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan : Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Aripin, I. (2008). Modul Pelatihan Analisis Data dengan Software Excel dan

SPSS. [online]. Tersedia di : www.academia.edu/5043301/modul_spss

[diakses 18 Mei 2014]

Baharudin dan Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar- ruz Media.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan

Kurikulum Mata Pelajaran TIK. Jakarta : Depdiknas.

Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Isjoni. (2011). Cooperative Learning : Mengembangkan Kemampuan Belajar


(5)

83

Lie, A. (2008). Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Jakarta : PT Garasindo.

Made Dwi Tresnayanti, N, I Wayan Lasmawan dan A.A.I.N Marhaeni. (2013).

“Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Square Terhadap Motivasi

Berprestasi Dan Prestasi Belajar Ips Siswa Kelas Vii Smp Negeri 3

Singaraja”. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan

Ganesha, 3, hlm. 1-9.

Pietersz, F dan Saragih, H. (2010). “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Pencapaian

Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Cisarua”. Prosiding Seminar Nasional Fisika.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Rusman.(2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan

Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Rusman, Kurniawan, D dan Riyana, C. (2013). Pembelajaran Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi : Mengembangkan Profesionalitas Guru.

Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Rustandi, AF. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think

Pair Square untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika dan Mengetahui Profil Keterampilan Berkomunikasi Lisan Siswa SMP.

(Skripsi). Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Siswanto, J dan Rechana, S. (2011). “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht (Numbered Heads Together) Menggunakan Peta Konsep Dan Peta Pikiran Terhadap Penalaran Formal Siswa”. JP2F, 2 (2), hlm.


(6)

Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Susilana, R dan Cepi Riyana. (2008). Media Pembelajaran : Hakikat,

Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: Jurusan

Kurtekpend FIP UPI.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2006). Kurikulum dan


Dokumen yang terkait

Pengaruh model cooperative learning teknik think-pair-share terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem peredaran darah : kuasi eksperimen di smp pgri 2 ciputat

0 11 202

Perbandingan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation (GI) dan think pair share (TPS)

1 5 152

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

Pengaruh Metode Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak (Kuasi Eksperimen di MTs Mathlabussa’adah).

4 60 151

Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta

0 15 161

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SQUARE (TPSq) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA : Studi eksperimen kuasi pada mata pelajaran IPS kelas VIII pokok bahasan memahami penyimpangan sosial di SMPN 1 Saketi-P

0 2 41

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS : Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung.

1 11 49

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA: studi kuasi eksperimen pada mata pelajaran ekonomi kelas XI iis Sma negeri 6 bandung.

0 1 37

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTEKNIK MAKE A MATCHTERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA RANAH PSIKOMOTOR PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI : Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 43 Bandung M

0 3 48

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA E-COMIC TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI :Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandung.

0 2 50