Analisis efektivitas hasil pemungutan pajak parkir di kota surakarta gilar

(1)

commit to user

i

ANALISIS EFEKTIVITAS HASIL PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DI KOTA SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan

Oleh :

Gilar Hargi Prabandaru F3409037

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii ABSTRACT

ANALISIS EFEKTIFITAS HASIL PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DI KOTA SURAKARTA

Gilar Hargi Prabandaru F3409037

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keefektivitasan penerimaan pajak parkir yang ada di Kota Surakarta. Apakah sesuai dengan apa yang telah ditargetkan ataukah tidak. Yang dilakukan pertama kali adalah mencari tahu bagaimana sistem penarikan pajak parkir yang digunakan apakah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah atau belum. Dalam penelitian tersebut ditemukan berbagai hal yang menarik, diantaranya tingkat kesadaran para Wajib Pajak yang meningkat dan sangat menguntungkan pemerintah daerah disisi penerimaan pajak daerah. Sedangkan kesimpulan yang dapat ditulis berdasarkan penelitian tersebut adalah jumlah peningkatan penerimaan pajak parkir tidak lepas dari berkembangnya pengetahuan Wajib Pajak dalam memandang masalah pajak yang mereka tanggung. Tetapi dengan berkembangnya pengetahuan mereka, DPPKA harus mengimbangi dengan melengkapi fasilitas-fasilitas yang diperlukan agar pembayaran pajak lebih maksimal lagi.


(3)

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS EFEKTIFITAS HASIL

PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DI KOTA SURAKARTA” telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan guna mencapai derajat Ahli Madya Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Surakarta, Juli 2012

Disetujui dan diterima oleh

Pembimbing

Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak. NIP. 19661028 199203 1 001


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

HALAMAN PENGESESAHAN

Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Tugas Akhir Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Perpajakan.

Surakarta, Juli 2012 Tim Penguji Tugas Akhir

1. Arum Kusumaningdyah Adiati, SE., MM

NRP. 340700002 Penguji

(……….)

2. Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak

NIP. 19661028 199203 1 001 Pembimbing


(5)

commit to user

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Jangan pernah menganggap remeh kemampuan seorang manusia, karena Tuhan pun tidak pernah”

“Whether you believe you can or whether you believe you can’t, you’re absolutely right”

“you’re the driver, not a passenger in your life”

Penulis persembahkan kepada:

1. Allah SWT

2. Bapak dan Ibu

3. Almamater


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Efektifitas Hasil Pemungutan Pajak Parkir di Surakarta” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Ahli Madya Perpajakan pada Program Diploma III Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret.

2. Bapak Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi DIII Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret dan juga Dosen Pembimbing tugas Akhir yang telah memberikan pengarahan

3. Bapak-Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang sudah memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan.


(7)

commit to user

vii

4. Ibu Maya Pramita, SH, M. Hum. selaku Sub. Bag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan DPPKA Kota Surakarta yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian.

5. Bapak, ibu, serta keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, semangat serta do’a.

6. Teman-teman DIII Perpajakan 2009, kelas A dan B terima kasih atas dukungan, bantuan, candaan, dan contekan selama kuliah.

7. Laely Alfiah terima kasih atas semangatnya yang sudah diberikan.

8. Teman – teman Rumah Karnaval Indonesia, tim RedBatik Solo dan Blusukan Solo, Nino, Dicky, Adi, Mas Kurnia, Mas Danu, Mas Agung, Mas Arief “cute”, Stevi, Ovi, Mbak Mey, Annisa, Farah, Mas Boni, Happy, Mbak Tasya, Mbak Indah, Mas Fendy, Mbak Mariska, Azi, dan yang lain terima kasih atas pengalaman menemukan “keluarga”

9. Teman – teman SMA mamat, novi, putri, nico, octa, ryan, arizal, terima kasih semuanya.


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

Harapan saya selaku penulis adalah Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan dalam penelitian selanjutnya.

Surakarta, Juli 2012


(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRACT ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Surakarta... 1

B. Latar Belakang Masalah ... 18

C. Rumusan Masalah ... 22

D. Tujuan Penelitian ... 22

E. Manfaat Penelitian ... 23

BAB II : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. LANDASAN TEORI 1. Pengertian Pajak ... 24


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

3. Pengertian Pajak Parkir ... 28 4. Penarikan Pajak Parkir ... 33

B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Tata Cara Pemungutan Pajak Parkir ... 35 2. Evaluasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir ... 38 3. Efektivitas Pemungutan Pajak Parkir di Kota Surakarta ... 40

BAB III : TEMUAN

A. Kelebihan…………... ... 43 B. Kelemahan ………... ... 44

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 45 B. Rekomendasi ... 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran………47


(13)

commit to user

ii ABSTRACT

AN ANALYSIS ON THE EFFECTIVENESS OF PARKING TAX COLLECTION RESULT IN SURAKARTA CITY

Gilar Hargi Prabandaru F3409037

The writer’s objective in conducting this research is to find out the effectiveness of parking tax revenue existing in Surakarta City, whether or not it has been consistent with the target. What the writer does first is to see how the parking tax collection system is used, whether or not it has been consistent with the Local Regulation Number 4 of 2011 and Act No. 28 of 2009 about local tax. In this research, some interesting findings were found, including the taxpayer’s increased consciousness level that was favorable to the local government in local tax revenue are. Meanwhile, the conclusion that could be drawn based on the research was that the improvement of parking tax revenue could not be apart from the development of Taxpayers’ knowledge in seeing the problem of tax they assumed. With the development of their knowledge, DPPKA should compensate it by completing the facilities needed in order to make the tax payment more maximum.


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

1. Sejarah dan Perkembangan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Sejarah dibentuknya Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta tidak luput dengan sejarah kota Surakarta sebagai wilayah pemerintahan otonom. Setelah adanya proklamasi pada tahun 1945, di Surakarta mengalami konflik tentang pendapat mengenai Daerah Istimewa. Kasus ini dapat diredam sementara oleh pemerintah dengan mengeluarkan Surat Penetapan Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor 16/S-D yang menetapkan Daerah Surakarta untuk sementara sebagai daerah karesidenan dan dibentuk Daerah Baru dengan nama Kota Surakarta.

Peraturan yang sudah ada kemudian disempurnakan dengn

dikeluarkannya Undang – Undang Nomor 16 Tahun 1947 yang

menetapkan Kota Surakarta menjadi Haminte Kota Surakarta. Pelaksana teknis pemerintahan Haminte Kota Surakarta terdiri atas jawatan – jawatan. Jawatan yang dimaksud antara lain Jawatan Sekretariat Umum, Pekerjaan Umum, Sosial, Kesehatan, Perusahaan, P&K, pamong Praja,


(15)

commit to user

dan Jawatan Perekooomian. Jawatan Keuangan ini yang mengurusi Penerimaan Pendapatan Daerah yang antara lain Pajak Daerah.

Menurut keputusan DPRDS Kota Besar Surakarta No 4 Tahun 1956 tentang Perubahan Struktur Pemerinta, maka Jawatan Sekretariat

Umum diganti menjadi Dinas Pemerintahan Umum. Dinas

Pemerintahan Umum terdiri dari urusan – urusan dan setiap urusan – urusan ini ada bagian – bagian.

Pada perubahan tersebut dapat dilihat bahwa untuk penanganan pajak sebagai pendapatan daerah yang sebelumnya masuk dalam Jawatan Keuangan kini ditangani khusus oleh Urusan Pajak. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya Surakarta tanggal 23 Februari 1970 No. 259/ X. 10/KP. 70 tentang Struktur Organisasi Pemerintahan Kotamadya Surakarta. Urusan – urusan dari Dinas – dinas di Kotamadya Surakarta termasuk Dinas Pemrintahan Umum diganti menjadi bagian, dan bagian itu membawahi urusan – urusan sehingga dalam Dinas Pemerintahan Umum, Urusan Pajak diganti menjadi Bagian Pajak.

Pada tahun 1972, bagian Pajak dihapus berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya Surakarta tanggal 30 Juni 1972 No. 163/ Kep/ Kdh. IV. KP. 72 tentang penghapusan Bagian Pajak dari Dinas Pemerintahan Umum karena berikatan dengan pembentukan Dinas Baru. Dinas Baru tersebut adalah Dinas Pendapatan Daerah yang biasa disebut Dipenda. Dinas Pendapatan Daerah dipimpin langsung oleh


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Kepala Dinas yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Walikota.

Tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah pada saat itu adalah sebagai pelaksana Walikota di bidang perencanaan, penyelenggaraan dan kegiatan di bidang pengelolaan sektor – sektor merupakan sumber pendapatan daerah. Sumber pendapatan daerah tersebut antara lain pajak daerah, retribusi, leges, dan lain – lain. Berdasarkan Undang – Undang Darurat No. 11 Tahun 1957 tentang Pajak Daerah, terdapat 13 macam Pajak daerah di Kota Surakarta yang wewenang pemungutan dan pengelolaannya ada pada Dipenda. Tetapi pada saat itu baru terdapat 4 macam Pajak Daerah yang sudah dijalankan dan telah ditetapkan pada Peraturan Daerah, yaitu:

a. Pajak Pertunjukan yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1992.

b. Pajak Reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 11 Tahun

1971.

c. Pajak Anjing yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 54 Tahun 1953.

d. Pajak Penjualan Minuman Keras yang diatur dalam Peraturan

Daerah No. 12

Disamping adanya Pajak Daerah, DIPENDA juga mengelola Pajak Negara yang diserahkan kepada daerah, antara lain:

a. Pajak Potong Burung yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1959.


(17)

commit to user

b. Pajak Pembangunan I yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 8 Tahun 1960.

c. Pajak Bangsa Asing yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1970.

d. Pajak Radio yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1957.

Terbitnya Surat Menteri Dalam Negeri No KUPD 7/ 12/ 41-101 tahun 1978 yang mengatur Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Derah Kabupaten / Kotamadya Daerah Tingkat II makin memperjelas keberadaan Dipenda. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah disesuaikan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri melalui Perda No 23 tahun 1981. Sistem dan prosedur tersebut dikenal dengan MAPADA (Manual Pendapatan Daerah). Sistem ini diterapkan di kotamadya Surakarta dengan terbitnya peraturan daerah No. 6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II.

Banyak perubahan yang ada di tata Pemerintahan Kota Surakarta

baik perubahan maupun perbaikan. berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan peraturan daerah No. 6 Tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II dirubah menjadi Peraturan Daerah No. 6 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Yang mana pada peraturan tersebut memutuskan Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) berubah


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

menjadi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA). Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada walikota melalui sekretaris daerah. Saat ini Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset atau DPPKA dibagi kedalam beberapa bagian atau bidang yang dipimpin langsung oleh seorang kepala bagian yang dalam menjalankan tugasnya langsung dibawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.

2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi DPPKA

Adapun kedudukan, tugas pokok, dan fungsi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah sebagai berikut.

a. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam

melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada walikota melalui Sekretaris Daerah.

b. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset mempunyai

tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah.

c. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset menyelenggarakan fungsi :


(19)

commit to user

2) Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan

pelaporan.

3) Menyelenggarakan pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak

dan Wajib Retribusi.

4) Pelaksanaan perhitungan, penetapan angsuran pajak dan

retribusi.

5) Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi serta pendapatan lain.

6) Pelaksanaan penagihan keterlambatan pajak, retribusi dan pendapatan lain.

7) Penyelenggaraan pengelolaan anggaran, perbendaharaan dan akutansi.

8) Pengelolaan aset barang daerah.

9) Penyiapan penyusunan, perubahan dan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

10) Penyelenggaran administrasi keuangan daerah.

11) Penyelenggaraan sosialisasi.

12) Pembinaan jabatan fungsional.


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

3. Struk 4.


(21)

commit to user 3. Struktur Organisasi DPPKA Surakarta

Adapun susunan organisasi DPPKA Surakarta menurut Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 Perubahan Perda nomor 6 tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta yang terlampir terdiri dari:

a. Kepala

Kepala Dinas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang pendapatan. Uraian tugas seorang kepala dinas adalah sebagai berikut:

1) Menyusun rencana strategis dan rencana kerja dinas.

2) Memberikan petunjuk,arahan dan mendistribusikan tugas

bawahan.

3) Memperlajari, menelaah peraturan perundang – undangan, keputusan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan dinas sesuai dengan bidang tugas.

4) Menyelenggarakan sintem pengendalian intern pelaksanaan

kegiatan agar efektif dan efisien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

5) Menerapkan standar pelayanan minimal.

6) Menyelanggarakan pengelolaan kesekretariatan meliputi

perencanaan, evaluasi, pelaporan, keuangan, umum, dan kepegawaian.


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

7) Menyusun kebijakan teknis di bidang pendaftaran, pendataan, dan dokumentasi.

8) Menyusun kebijakan teknis dibidang penetapan, penagihan, anggaran, perbendaharaan, akuntansi, dan aset.

b. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris, sekretaris mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

1) Menyusun rencana kerja Sekretariat berdasarkan rencana

strategis dan rencana kerja dinas.

2) Mengkoordinasikan penyusunan rencana strategis dan rencana

kerja dinas.

3) Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada

bawahan.

4) Merumuskan kebijakan teknis, pembinaan dan

pengkoordinasian penyelenggaraan urusan kesekretariatan. 5) Mengelola administrasi perencanaan, evaluasi dan pelaporan. 6) Mengelola administrasi keuangan.


(23)

commit to user

7) Mengelola administrasi umum.

8) Mengelola administrasi kepegawaian. Sekretariat, membawahi:

a) Subbagian Perencanaan, Evaluasi, Pelaporan

Kepala Subbagian Perencanaan, Evaluasi, Pelaporan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian

penyelenggaraan tugas secara terpadu di bidang

perencanaan, evaluasi, dan pelaporan.

b) Subbagian Keuangan

Kepala subbagian keuangan mempunyai tugas melakukan pengelolaan administrasi keuangan. Seperti melakukan penyusunan rencana kerja subbagian keuangan berdasarkan rencana kerja sekretariat, menyiapkan bahan usulan perubahan anggaran dan perhitungan anggaran.

c) Subbagian Umum dan Kepegawaian

Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan pengelolaan administrasi Umum dan Kepegawaian. Seperti melakukan administrasi surat menyurat dan perjalanan dinas, mengurus peralatan dan perlengkapan kantor, pendokumentasian informasi hukum serta kearsipan dan perpustakaan.


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

c. Bidang Pendaftaran, Pendataan, Dokumentasi

Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi mempunyai tugas pokok melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang pendaftaran dan pendataan serta dokumentasi dan pengelolaan data seperti melaksanakan kegiatan pendataan wajib dan obyek pajak daerah serta wajib dan obyek retribusi daerah yang dikelola oleh Dinas, melaksanakan pengelolaan Dokumentasi wajib dan obyek pajak daerah serta wajib dan obyek retribusi daerah yang dikelola oleh Dinas. Bidang pendaftaran, pendataan dan dokumentasi membawahi seksi-seksi sebagai berikut.

1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan

Kepala Seksi Pendaftaran dan Pendataan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pendaftaran dan pendataan meliputi pendaftaran, pendataan, dan pemeriksaan di lapangan terhadap Wajib Pajak Daerah (WPD) dan Wajib Retribusi Daerah (WRD).

2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data

Kepala seksi Dokumentasi dan Pengolahan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di

bidang dokumentasi dan pengolahan data meliputi

menghimpun, mendokumentasi, menganalisa dan mengolah data wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah.


(25)

commit to user d. Bidang Penetapan

Bidang Penetapan bertugas melaksanakan penyiapan

perumusan kebijakan teknis di bidang perhitungan dan penerbitan surat ketetapan. Seperti melaksanakan penetapan pajak dan retribusi daerah, melaksanakan perhitungan jumlah Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan jumlah ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang penagihannya dilimpahkan kepada daerah berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dan Daftar Himpunan Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan (DHKP PBB). Bidang Penetapan membawahi seksi-seksi sebagai berikut.

1) Seksi Perhitungan

Kepala Seksi Perhitungan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang perhitungan, meliputi perhitungan dan penetapan besarnya pajak dan retribusi daerah.

2) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan

Kepala Seksi Penerbitan Surat Ketetapan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Penerbitan Surat Ketetapan, meliputi menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD), dan surat-surat ketetapan pajak daerah dan retribusi daerah lainnya.


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

e. Bidang Penagihan

Kepala Bidang Penagihan mempunyai tugas melakukan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang penagihan dan keberatan dan pengelolaan penerimaan sumber pendapatan lain. Seperti melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugasi. Bidang Penagihan membawahi seksi-seksi sebagai berikut.

1) Seksi Penagihan dan Keberatan

Kepala Seksi penagihan dan keberatan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang penagihan dan keberatan, meliputi penagihan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan sumber pendapatan lainnya serta melayani permohonan keberatan dan penyelesaiannya.

2) Seksi Pengurangan Pajak Daerah

Kepala Seksi Pengurangan Pajak Daerah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pengurangan pajak daerah, meliputi mengumpulkan dan mengolah data sebab-sebab pengurangan pajak daerah dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

3) Seksi Penagihan dan Keberatan

Kepala Seksi penagihan dan keberatan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di


(27)

commit to user

bidang penagihan dan keberatan, meliputi penagihan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan sumber pendapatan lainnya serta melayani permohonan keberatan dan penyelesaiannya.

4) Seksi Pengurangan Pajak Daerah

Kepala Seksi Pengurangan Pajak Daerah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pengurangan pajak daerah, meliputi mengumpulkan dan mengolah data sebab-sebab pengurangan pajak daerah dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

f. Bidang Anggaran

Kepala Bidang Anggaran mempunyai tugas pokok

melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang anggaran.

Bidang Anggaran terdiri dari dua seksi yang merupakan satu kesatuan tim kerja.

1) Seksi Anggaran I

Kepala Seksi Anggaran I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang anggaran I.


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2) Seksi Anggaran II

Kepala Seksi Anggaran II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang anggaran II.

g. Bidang Perbendaharaan

Kepala Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengelolaan perbendaharaan I dan II. Bidang Perbendaharaan terdiri dari dua Seksi.

1) Seksi Perbendaharaan I

Kepala Seksi Perbendaharaan I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang perbendaharaan I, seperti melakukan penyiapan bahan perumusan penetapan Uang Persediaan (UP) dari semua SKPD, melakukan penyiapan bahan pembuatan Daftar Gaji Pegawai Negeri Sipil, melakukan penyiapan bahan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).

2) Seksi Perbendaharaan II

Kepala Seksi Perbendaharaan II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang perbendaharaan II, seperti melakukan penyiapan bahan perumusan penetapan Uang Persediaan (UP) dari semua


(29)

commit to user

SKPD, melakukan penyiapan bahan pembuatan Daftar Gaji Pegawai Negeri Sipil, melakukan penyiapan bahan penerbitan Surat Perintah Pencaran Dana (SP2D).

h. Bidang Akuntansi

Kepala Bidang Akutansi mempunyai tugas pokok

melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang akutansi, seperti merumuskan laporan realisasi anggaran Pemerintah Kota Surakarta secara keseluruhan. Bidang Akuntansi membawahi seksi-seksi sebagai berikut.

1) Seksi Akuntansi I

Kepala Seksi Akuntansi I mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang akuntansi I, seperti melakukan penyiapan bahan perumusan laporan arus kas Pemerintah Kota Surakarta secara keseluruhan.

2) Seksi Akuntansi II

Kepala Seksi Akuntansi II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang akuntansi II, seperti melakukan penyiapan bahan perumusan laporan arus kas Pemerintah Kota Surakarta secara keseluruhan.


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

i. Bidang Aset

Kepala Bidang Aset mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perencanaan aset dan pengelolaan aset, seperti menginventarisasi data barang milik daerah. Bidang Aset membawahi seksi-seksi sebagai berikut.

1) Seksi Perencanaan Aset

Kepala Seksi Perencanaan Aset mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan aset, seperti memproses pengadaan tanah.

2) Seksi Pengelolaan Aset

Kepala Seksi Pengelolaan Aset mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan aset, seperti melakukan pengawasan barang milik daerah.

j. Unit Pelaksana Teknis Dinas

UPTD bertugas untuk memungut dan mengelola Pajak Retribusi Daerah Kota Surakarta.

k. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok ini bertugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas pada Cabang Dinas di Kecamatan.


(31)

commit to user 4. Visi dan Misi DPPKA

a. Visi DPPKA

Terwujudnya peningkatan pendapatan daerah yang optimal dalam rangka menjamin likuiditas keuangan daerah untuk mendukung pembangunan daerah.

b. Misi DPPKA

1) Pengembangan dan pola intensifikasi dan ekstensifikasi

pengelolaan pendapatan daerah

2) Peningkatan kualitas pelayanan yang bertumpu pada standar pelayanan

3) Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional

4) Menciptakan sistem pengawasan yang efektif.

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Sesuai dengan Undang – undang No. 32 tahun 2004 yang merupakan

pembaharuan dari Undang – undang No. 22 tahun 1999 memutuskan

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban suatu daerah otonom untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan dan

pembangunan setempat sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang

berlaku.

Dalam usaha menjalankan pemerintahan dan pembangunan setempat, sekarang ini diperlukan usaha yang cukup keras agar bisa menunjang pembangunan daerah. Diantaranya mengumpulkan semua potensi dari


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

sumber – sumber penerimaan daerah. Berdasarkan Undang – undang No. 33 tahun 2004 disebutkan bahwa sumber penerimaan daerah adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD).

b. Dana Perimbangan.

c. Pendapatan lain – lain.

Sedangkan dalam Pendapatan Asli Daerah ada unsur yang berpengaruh besar pada prosentase pendapatan daerah, yaitu Pajak.

Pemerintah memberi kebijaksanaan dengan ditetapkannya Undang – Undang No. 28 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang – Undang Republik Indonesia No. 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang mengandung maksud bahwa pajak daerah dan retribusi daerah juga merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan agar pemerintah daerah dapat mengurusi kepentingan daerahnya dengan otonomi daerah. Dalam rangka peningkatan PAD, pajak daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Pajak daerah ditempatkan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan yang merupakan sarana peran serta pembiayaan dalam pembangunan daerah yang nyata, dinamis, dan bertanggung jawab dengan titik berat pada kota/ kabupaten. Salah satunya adalah dengan peningkatan pendapatan dari sector pajak.

Pajak parkir merupakan salah satu unsur dari pajak daerah yang memberikan kontribusi yang besar bagi pandapatan daerah. Pajak parkir di


(33)

commit to user

Kota Surakarta termasuk pajak baru yang mulai dipungut pada tahun 2003 oleh Dinas Pendapatan Daerah yang sekarang menjadi DPPKA, yang sebelumnya penerimaan pajak parkir digabung dengan retribusi parkir yang dikelola oleh Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Perpakiran dari Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Potensi dari pajak parkir sangat besar, setiap tahunnya realisasi pendapatan dari pajak parkir selalu melapaui target yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan Kota Surakarta yang mengalami perkembangan yang sangat pesat akhir – akhir ini, dan semakin banyak pula investor yang menjalankan usahanya di Kota Surakarta. Hal ini sangat terlihat dalam pembukaan mall, hotel, apartment dan sarana yang lain. Sarana – sarana tersebut juga memberikan fasilitas yang dapat menambah kenyamanan bagi para konsumennya terutama kenyamanan dalam tempat parkir atas kendaraan para konsumen. Hal ini membuat permintaan atas lahan parkr akan semakin banyak, tetapi dengan meningkatnya permintaan lahan parkir tersebut tidak diimbangi dengan kesadaran para Wajib Pajak untuk membayar pajak sesuai dengan peraturan yang ada sehingga dapat menimbulkan pelanggaran – pelanggaran baik yang dilakukan Wajib Pajak maupun fiskus yang dapat mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah.

Pajak parkir diatur dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 11 tahun 2002. Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor,


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

tidak bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Adapun penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum dilakukan dengan memperhatikan:

1. Rencana umum dan tata ruang kota.

2. Keselamatan dan kelancaran arus lalu lintas. 3. Kelestarian lingkungan.

4. Kemudahan bagi pengguna jasa

Atas dasar latar belakang yang telah diuraikan di atas, aka penulis tertarik

untuk mengambil judul “ANALISIS EFEKTIVITAS HASIL


(35)

commit to user C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah sistem pemungutan pajak parkir di Kota Surakarta?

2. Apakah pelaksanaan pajak parkir di Kota Surakarta sudah sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku?

3. Bagaimanakah tingkat efektifitas pemungutan pajak parkir di Kota Surakarta?

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan dari latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sistem pemungutan pajak parkir di Kota Surakarta 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pajak parkir di Kota Surakarta sudah

sesuai dengan peraturan yang berlaku atau belum.

3. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pemungutan pajak parkir di Kota Surakarta.


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

E. MANFAAT PENELITIAN

Suatu penelitian akan lebih bernilai jika memberi manfaat bagi beberapa pihak. Adapun manfaat yang ingin diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis

Sebagai sarana untuk mempraktekan ilmu perpajakan yang diperoleh selama masa perkuliahan khususya dibidang pajak parkir.

2. Bagi obyek penelitian

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi DPPKA Kota Surakarta agar dapat meningkatkan efektivitas penerimaan pajak parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta.

3. Bagi pihak lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaca sebagai bahan masukan untuk penelitiann sejenis di masa yang akan datang.


(37)

commit to user

24 BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. LANDASAN TEORI 1. Pengertian Pajak

Ada beberapa definisi dan pendapat mengenai pengertian pajak, yaitu sebagai berikut:

a. Menurut Dr. P. J. A Andriani dalam buku Akutansi Perpajakan (Sukrisno : 2010), Pajak adalah iuran kepada kas negara (yang dapat dipisahkan) yang terutang oleh wajib pajak yang membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintah.

b. Menurut Mr. Dr. N.J. Fieldman (Ilyas dan Waluyo, 2002:4) pajak adalah prestasi yang dapat dipaksakan oleh sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma – norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestsi dan semata – mata digunakan untuk menutup pengeluaran – pengeluaran secara umum.

c. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S. H. (Mardiasmo, 2003:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari definisi – definisi diatas pengertian pajak diatas dapat disimpulkan bahwa ciri – ciri pajak secara garis besar, yaitu:

1. Iuran rakyat kepada negara.

2. Pembayaran pajak harus sesuai dengan Undang – undang. 3. Tidak adanya kontraprestasi secara langsung.

4. Dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun daerah. 5. Sifatnya dipaksakan.

6. Digunakan untuk membiayai keperluan pemerintah (rutin dan

pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.

Dalam Undang – undang No. 28 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang – undang No. 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, disebutkan bahwa Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib pajak kepada Daerah yang terutang oleh orang

pribadai maupun badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang –

undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam definisi Pajak Daerah tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pajak Daerah mempunyai ciri-ciri:

1. Pajak daerah merupakan Pajak Negara yang diserahkan kepada Daerah


(39)

commit to user

3. Hasil pungutan pajak digunakan untuk penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah.

Dengan demikian, menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 terdapat 2 macam jenis pajak, yaitu:

1) Jenis Pajak Provinsi, terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Air Permukaan

e. Pajak Rokok

2) Jenis Pajak Kabupaten/Kota, terdiri atas:

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

g. Pajak Parkir

h. Pajak Air Tanah

i. Pajak Sarang Burung Walet

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

2. Pengertian Sistem dan Prosedur

Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan (Mulyadi, 1993:6). Menurut Nugroho Widjajanto (2001:2) sistim adalah suatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui tiga tahapan yaitu input, proses, dan output. Menurut Mardiasmo (2006:5) ada tiga macam sistem pemungutan pajak, yaitu:

a. Official Assesment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak

b. Self Assesment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

c. With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Prosedur mempunyai suatu unsur dari sistem. Yang dimaksud dengan prosedur adalah urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu department atau lebih, yang dibuat untuk


(41)

commit to user

menjamin penanganan secara seragam atas transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 1993:6)

Sistem pemungutan pajak yang digunakan untuk memungut Pajak Parkir adalah Self Assesment System karena sistem pemungutan pajak ini memberi wewenang penuh kepada Wajib Pajak yang menghitung, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya hutang pajak. Dalam sistem ini Wajib Pajak sendirilah yang bergerak aktif, sedangkan fiskus tidak ikut campur dalam penentuan besarnya pajak yang terutang, kecuali Wajib Pajak melanggar ketentuan yang berlaku.

3. Pengertian Pajak Parkir

Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2011 tentang pajak Parkir, yang dimaksud dengan Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor, tidak bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Sedangkan pengertian retribusi parkir adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sehubungan dengan jasa pelayanan parkir di tepi badan jalan umum sesuai dengan peraturan yang berlaku.


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

a. Dasar Hukum Pajak Parkir

Yang menjadi dasar hukum dari pelaksanaan pajak parkir

1) Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2) Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 4 Tahun 2011 tentang Pajak Parkir

b. Wajib Pajak, Obyek Pajak, Subyek Pajak, Dasar Pengenaan Pajak,

dan Tarif Pajak Parkir.

1) Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir diatas tanah/ lahan milik pribadi.

2) Obyek pajak Parkir adalah kegiatan penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

3) Subyek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir

4) Dasar Pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran yang seharusnya dibayarkan atas penggunaan tempat parkir 5) Tarif Pajak Parkir ditetapkan 25% (dua puluh lima persen)


(43)

commit to user

c. Masa Pajak dan Saat Pajak Terutang

1) Masa Pajak Parkir adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan dalam 1 (satu) tahun takwim

2) Pajak Terutang terjadi pada saat terjadinya/ berlangsung saat penyelenggaraan parkir.

d. Tata Cara Pemungutan Pajak parkir

1) Pajak Parkir dipungut disemua daerah tempat parkir berlokasi 2) Pajak Parkir dibayar sendiri oleh Wajib Pajak atau dipungut sesuai dengan penetapan Walikota atau pejabat yang telah ditunjuk

e. Pembayaran dan Sanksi Administrasi

1) Pembayaran Pajak dilakukan pada Kas Daerah atau tempat yang telah ditunjuk sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam STPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan SPPD.

2) Pembayaran dilakukan sekaligus atau iuran paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah berakhirnya masa pajak.

3) Apabila Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) tidak dibayar

setelah lewat waktu 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

f. Ketentuan Umum

1) Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang

menyelenggarakan tempat/ usaha parkir diatas tanah milik sendiri.

2) Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang

merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya. Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan, lembaga, organisasi massa, oganisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

3) Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dalam

urusan perpajakan daerah sesuai dengan peraturan

Perundang-undangan yang berlaku

4) Kendaraan adalah setiap kendaraan baik yang bermotor maupun yang tidak bermotor yang tergolong kendaraan umum, dinas maupun perorangan.

5) Usaha Parkir adalah usaha pengelolaan tempat/ lahan parkir dengan menarik sejumla uang untuk pengganti jasa.


(45)

commit to user

6) Fasilitas Parkir Di Luar Badan Jalan adalah adalah fasilitas parkir kendaraan yang dibuat khusus berupa taman parkir atau gedung parkir.

7) Fasilitas Parkir untuk Umum adalah fasilitas parkir diluar badan-badan jalan berupa taman parkir atau gedung parkir yang diusahakan sebagai kegiatan usaha yang berdiri sendiri dengan menyediakan jasa pelayanan parkir

8) Surat Pemberitahuan Tagihan Pajak Daerah (SPTPD) adalah

surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/ atau pembayaran pajak, obyek pajak dan/ atau bukan obyek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pajak daerah

9) Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk menyetorkan pajak terutang ke Kas Daerah atau tempat-tempat pembayaran lain yang telah ditunjuk.

10) Surat Keterangan Pajak Daerah (SKPD) adalah surat

ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak.

11) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB)

adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

12) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan

(SKPDKBT) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah tambahan atas pajak yang ditetapkan

13) Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar Tambahan

(SKPDLBT) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak terutang atau tidak seharusnya terutang.

14) Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

15) Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/ atau sanksi administrasi berupa bunga dan/ atau denda.

4. Penarikan Pajak Parkir

Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan perubahan atas Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang dimaksud dengan penarikan adalah suatu kegiatan mulai dari menghimpun data subyek dan obyek pajak daerah.


(47)

commit to user

Agar supaya penarikan pajak daerah dapat berjalan lancar, maka penarikan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Mardiasmo, 2003:2).

a. Penarikan pajak harus adil (syarat keadilan)

Adalah suatu syarat yang mengusahakan agar penarikan diselenggarakan secara umum dan merata, yang dimaksud secara umum dan merata adalah bahwa penarikan harus diselenggarakan dengan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh tekanan yang sama atas seluruh rakyat.

b. Penarikan harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis) Hukum pajak harus dapat memberikan jaminan hukum yang perlu untuk menyatakan hukum yang tegas, baik untuk Negara maupun untuk rakyat.

c. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi)

Penarikan pajak seharusnya diselenggarakan agar supaya tidak mengganggu jalannya perekonomian, baik dalam bidang produksi maupun perdagangan dan jangan sampai merugikan kepentingan umum.

d. Penarikan pajak harus efisien (syarat finansiil)

Dalam melaksanakan penarikan pajak hendaknya tidak menelan biaya yang besar dalam penarikan pajak.


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

e. Sistem penarikan pajak hendaknya sederhana

Untuk mencapai efisiensi dalam penarikan pajak serta untuk memudahkan warga masyarakat dalam menghitung dan memperhitungkan pajaknya, maka harus ditetapkan sistem pajak yang sederhana yang mudah untuk dilaksanakan sehingga masyarakat tidak terganggu dengan permasalahan pajak yang sulit.

B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Tata Cara Pemungutan Pajak Parkir

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 4 tahun 2011 tentang Pajak Parkir, pajak parkir dipungut diseluruh wilayah daerah tempat parkir berlokasi. Pelaksanaan penarikan Pajak Parkir di Surakarta berdasarkan Peraturan Daerah sebagai berikut:

a. Wajib pajak menghitung, memperhitungkan, membayar dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang ke DPPKA dengan mengisi Surat Pemberitahuan Tagihan Pajak Daerah (SPTPD)

b. SPTPD harus disampaikan kepada Walikota paling lambat 10

(sepuluh) hari setelah berakhirnya masa pajak.

c. Berdasarkan SPTPD, Walikota menetapkan pajak terutang dan

menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah

d. Apabila SKPD tidak atau kurang bayar setelah jangka waktu paling lama 30 hari sejak SKPD diterima, Wajib Pajak dikenai sanksi


(49)

commit to user

administrasi sebersar 2% (dua persen) setiap bulan dan ditagih dengan menerbitak Surat Tagiha Pajak Daerah (STPD)

e. Surat peringatan atau Surat Teguran sebagai awal tindakan

pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran pajak.

f. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat Lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi pajak terutang. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana yang telah ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat Lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa. g. Apabila setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum juga

melunasi hutang pajaknya setelah jangka waktu 10 (sepuluh) hari sejaktanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada kepala Kantor Lelang Negara.

h. Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita segera memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak.

Pelaksanaan pemungutan pajak parkir di DPPKA Kota Surakarta dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

a. Penyelenggaraan Pendaftaran dan Pendataan Wajib Pajak Parkir

Untuk mendapatkan data Wajib Pajak, dilaksanakan pendaftaran dan pendataan secara langsung ke lapangan terhadap Wajib Pajak yang memiliki obyek pajak di wilayah kota Surakarta. Diawali dengan pengisian formulir pendaftaran dan pendataan berupa Surat Pemberitahuan Tagihan Pajak Daerah (SPTPD) oleh Wajib Pajak dengan jelas, lengkap, dan benar, serta ditandatangani oleh Wajib Pajak. Kemudian, petugas pajak mencatat data Wajib Pajak kedalam Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang kemudian digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD). b. Penghitungan Penetapan Pajak Parkir

Wajib Pajak yang telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD), setiap awal masa pajak harus mengisi Surat Pemberitahuan Tagihan Pajak Daerah (SPTPD) harus segera diserahkan kepada Walikota selambat-lambatnya sepuluh (10) hari setelah berakhirnya masa pajak. Data yang sudah masuk akan disimpan kedalam berkas atau kartu data yang merupakan hasil akhir untuk memperhitungkan besarnya tagihan pajak dengan menerbitkan SKPD.

c. Pembayaran

Seluruh Wajib Pajak datang sendiri ke kantor DPPKA untuk membayar tagihan pajak. Dengan itu DPPKA mulai tahun 2008 membangun sendiri loket/tempat pembayaran khusus untuk Wajib


(51)

commit to user

Pajak membayar seluruh pajak daerah yang diberlakukan di Surakarta dan harus tepat waktu jika Wajib Pajak tidak ingin dibebani sanksi atas keterlambatan pembayaran.

d. Sanksi Pembayaran

Apabila SKPD yang dimaksud tidak atau kurang bayar setelah lewat waktu 30 hari sejak SKPD diterima, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah. Sanksi yang dulu kurang digerakkan karena banyak anggota DPPKA masih melakukan proses pendekatan terhadap Wajib Pajak, mulai sekarang sudah mulai dihilangkan dan sanksi administrasi berlaku secara tegas.

2. Evaluasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Parkir

Menurut perbandingan antara prosedur pemungutan pajak parkir menurut Peraturan Daerah yang berlaku, dengan pelaksanaan yang ada dilapangan, maka dapat diketahui hasil evaluasi sebagai berikut:

a. Menurut Peraturan Daerah, Wajib Pajak yang menghitung,

melaporkan, dan membayar sendiri pajak yang terhutang ke DPPKA disinyalir terjadinya manipulasi data agar pajak yang terhutang tidak terlalu tinggi. Sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) karena penerimaan pendapatan disektor pajak parkir menjadi berkurang.


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

b. Manipulasi tidak hanya terjadi jika Wajib Pajak menghitung sendiri pajaknya, tetapi jika Wajib Pajak mempercayakan perhitungan kepada pihak ketiga. Pihak ketiga dapat melakukan kecurangan dengan mengurangi omset yang diterima oleh Wajib Pajak sehingga pajak yang terhutang lebih sedikit. Dengan demikian pihak ketiga dapat meraup keuntungan yang lebih banyak karena dinilai Wajib Pajak berhasil mengurangi pajak yang terhutang. Disini peran audit lapangan sangat dibutuhkan agar kecurangan-kecurangan seperti ini bisa diminimalkan atau bisa dihilangkan.

c. Wajib Pajak Parkir sudah lebih sadar akan membayar pajak parkir yang terhutang ke kantor DPPKA dengan menyediakan loket pembayaran khusus (teller) digedung DPPKA agar memudahkan para Wajib Pajak bisa melakukan sistem self assesment sehingga anggota DPPKA tidak lagi mendatangi para Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban mereka membayar pajak parkir.

d. Adanya sistem audit yang akan dilakukan oleh anggota DPPKA jika ada salah satu Wajib Pajak dalam membayar pajaknya tidak terlalu tinggi tetapi potensi pajak parkirnya dinilai sangat tinggi dengan alasan menerbitkan SKPDKB (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar).

Pemberitahuan Peraturan Daerah yang dinilai sudah cukup untuk memberikan dan menyadarkan para Wajib Pajak parkir untuk


(53)

commit to user

menghitung, melaporkan, membayar sendiri pajak mereka sendiri. Sehingga bisa terlaksana dengan baik.

Kesimpulan dari evaluasi diatas, adalah kinerja DPPKA dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sehingga sistem self assesment yang diterapkan oleh pemerintah daerah kepada Wajib Pajak Daerah dinilai mulai menunjukan perkembangan yang positif dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku

.

3. Efektifitas Pemungutan Pajak Parkir di Kota Surakarta

Untuk mengukur tingkat keefektivitasan pajak parkir di Surakarta,

penulis akan menghitung/membandingkan tingkat keefektifitasan

penerimaan pajak parkir dari tahun 2009 - 2011 dengan cara,

Target pajak parkir adalah target yang seharusnya dicapai oleh DPPKA dalam mengumpulkan pajak parkir. Target ditentukan oleh DPPKA melalui berbagai macam pertimbangan. DPR juga ikut menentukan target yang harus dicapai agar nantinya dapat menambah PAD. Selain itu faktor kondisi/lokasi tempat parkir Wajib Pajak, kemampuan bayar Wajib Pajak dan perilaku Wajib Pajak juga dapat memengaruhi penentuan target yang diberlakukan nantinya. Sedangkan

Realisasi Pajak Parkir Target Pajak Parkir


(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

realisasi pajak parkir berupa hasil yang diperoleh DPPKA dalam pembayaran pajak parkir oleh Wajib Pajak.

Berikut ini penulis akan menyajikan data Target dan Realisasi Pajak Parkir di Kota Surakarta periode 2009 – 2011, sebagai berikut:

Tabel II.I

Laporan Target dan Realisasi Pajak Parkir di Kota Surakarta

Thn. TARGET REALISASI SELISIH %

2009 Rp 945.000.000 Rp 972.577.200 Rp 27.577.200 105,92%

2010 Rp 1.000.000.000 Rp 1.059.479.750 Rp 59.479.750 105,95%

2011 Rp 1.100.000.000 Rp 1.384.195.616 Rp 284.195.616 125,84%

Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Berdasarkan tabel II.I diatas dapat kita lihat bahwa tingkat efektivitas pendapatan pajak parkir di Kota Surakarta semakin membaik, ditandai dengan meningkatnya target dan realisasi pajak parkir dari tahun ke tahun. Pejelasan dari tabel diatas adalah:

a. Pada tahun 2009, pihak DPPKA menargetkan penerimaan pajak parkir

ditahun ini sebesar Rp 945.000.000, tetapi dalam realisasinya target tersebut dapat dicapai dengan jumlah pendapatan sebersar Rp


(55)

commit to user

972.577.200 yang mengalami selisih Rp 27.577.200 atau dengan prosentase efektivitas sebesar 105,92%

b. Pada tahun 2010, dengan melihat penerimaan pajak parkir tahun 2009

DPPKA menaikan target menjadi Rp 1.000.000.000 dan dapat direalisasikan sebesar Rp 1.059.479.750 dengan prosentase efektivitas 105,95%.

c. Pada tahun 2011, DPPKA menaikan kembali target pajak parkir sebesar Rp 1.100.000.000 dan dapat direalisasikan sebesar Rp 1.384.5195.616 atau dengan prosentase efektivitas sebesar 125,84% Dari hasil yang telah dicapai dari ketiga tahun tersebut dapat disimpulkan bahwa Pajak Parkir merupakan salah satu pendukung Pendapatan Asli Daerah yang mempunyai tingkat keefektivitasan yang cukup bagus.


(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

BAB III

TEMUAN

A. KELEBIHAN

Dari penelitian/data diatas, penulis menemukan kelebihan dari sistem pemungutan pajak yang berlaku menunjukan bahwa Wajib Pajak mulai mengerti akan adanya self assesment system yang diberlakukan pemerintah daerah kepada wajib pajak. Dengan adanya sosialisasi dan panduan langsung terhadap wajib pajak yang baru mendaftar ataupun wajib pajak yang sudah lama mendaftar tetapi belum paham dengan prosedur yang berlaku sangat bermanfaat oleh wajib pajak agar lebih mengerti tentang sistem pemungutan yang berlaku. Sistem memungut, melapor, serta membayar sendiri pajak yang terhutang lambat laun akan terlakasana sendiri jika tingkat pengetahuan dan sosialisasi terhadap wajib pajak didapatkan dengan jelas oleh petugas – petugas yang bersangkutan. Dengan pengetahuan wajib pajak yang berkembang DPPKA harus berusaha menyediakan fasilitas – fasilitas yang menunjang untuk wajib pajak mengurus kewajiban wajib pajak dalam pembayaran pajak terhutang.


(57)

commit to user B. KELEMAHAN

Dari penelitian/data yang disajikan diatas penulis menemukan sejumlah kelemahan yang ada di DPPKA dalam penarikan pajak parkir. 1. Proses penentuan target untuk penerimaan target pajak parkir dinilai

kurang, karena terlalu banyak pertimbangan yang dilakukan. Sehingga dari tahun ke tahun target yang ditentukan tidak mengalami perubahan yang cukup drastis.

2. Kurangnya pegawai dalam melayani Wajib Pajak dibidang pembayaran yang kurang, karena semua pajak daerah dilakukan dalam satu loket dengan anggota yang kurang memadai.

3. Sanksi yang diberikan masih kurang tegas dalam penyampaian, sehingga Wajib Pajak kurang merasa membayar pajak adalah suatu kewajiban mereka sebagai Wajib Pajak yang harus menaati peraturan. Walaupun jumlah Wajib Pajak yang membayar tepat waktu meningkat, tetap masih dinilai kurang maksimal.


(58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penulis dapat menyimpulkan bahwa sistem pemungutan pajak parkir yang berada di Kota Surakarta ini kian tahun kian meningkat. Terbukti dengan naiknya pendapatan disegi pajak parkir tersebut. Dengan meningkatnya kesadaran para wajib pajak serta usaha para anggota DPPKA untuk menyadarkan wajib pajak mulai menunjukan hasil yang maksimal. Dengan aturan yang diberlakukan oleh pemerintah, para Wajib Pajak pun telah mengikuti prosedur – prosedur yang ada dalam pembayaran pajak parkir. Sistem self assesment yang dari dulu telah diberlakukan mulai menunjukan hasilnya. Prosedur – prosedur sudah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh peraturan daerah yang berlaku.

Tingkat keefektivitasan pemungutan pajak ini juga menujukan perkembagan yang signifikan. Bisa dilihat pada tahun 2009 – 2011 yang menunjukan target serta realisasi pendapatannya meningkat. Tidak dengan jumlah yang sedikit, melainkan menurut penulis menunjukan jumlah yang cukup besar, tidak heran jika pajak parkir di Kota Surakarta menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Surakarta.


(59)

commit to user B. REKOMENDASI

Dari penelitian diatas, penulis dapat menyarankan kepada petugas

terkait untuk lebih memaksimalkan kembali kinerjanya. Seiring

berkembangnya pengetahuan Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya fasilitas yang disediakan agar lebih ditingkatkan. Loket-loket yang disediakan dinilai kurang memadai terutama pada masa pembayaran pajak, dengan banyaknya Wajib Pajak dan jenis pajak yang harus dilayani. Karena tidak hanya pajak parkir yang harus dilayani di DPPKA tetapi pajak restoran, pajak hotel, pajak reklame, dll.

Proses audit yang diberlakukan mulai menunjukan hasilnya, tetapi dinilai kurang tegas. Masih banyak Wajib Pajak yang bersikap tidak jujur dalam menghitung pajaknya. Dengan adanya sanksi-sanksi yang diberlakukan seharusnya Wajib Pajak lebih sadar dengan kewajiban mereka sebagai Wajib Pajak yang harus menaati peraturan pajak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.


(1)

commit to user

realisasi pajak parkir berupa hasil yang diperoleh DPPKA dalam pembayaran pajak parkir oleh Wajib Pajak.

Berikut ini penulis akan menyajikan data Target dan Realisasi Pajak Parkir di Kota Surakarta periode 2009 – 2011, sebagai berikut:

Tabel II.I

Laporan Target dan Realisasi Pajak Parkir di Kota Surakarta

Thn. TARGET REALISASI SELISIH % 2009 Rp 945.000.000 Rp 972.577.200 Rp 27.577.200 105,92% 2010 Rp 1.000.000.000 Rp 1.059.479.750 Rp 59.479.750 105,95% 2011 Rp 1.100.000.000 Rp 1.384.195.616 Rp 284.195.616 125,84%

Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Berdasarkan tabel II.I diatas dapat kita lihat bahwa tingkat efektivitas pendapatan pajak parkir di Kota Surakarta semakin membaik, ditandai dengan meningkatnya target dan realisasi pajak parkir dari tahun ke tahun. Pejelasan dari tabel diatas adalah:

a. Pada tahun 2009, pihak DPPKA menargetkan penerimaan pajak parkir ditahun ini sebesar Rp 945.000.000, tetapi dalam realisasinya target tersebut dapat dicapai dengan jumlah pendapatan sebersar Rp


(2)

commit to user

972.577.200 yang mengalami selisih Rp 27.577.200 atau dengan prosentase efektivitas sebesar 105,92%

b. Pada tahun 2010, dengan melihat penerimaan pajak parkir tahun 2009 DPPKA menaikan target menjadi Rp 1.000.000.000 dan dapat direalisasikan sebesar Rp 1.059.479.750 dengan prosentase efektivitas 105,95%.

c. Pada tahun 2011, DPPKA menaikan kembali target pajak parkir sebesar Rp 1.100.000.000 dan dapat direalisasikan sebesar Rp 1.384.5195.616 atau dengan prosentase efektivitas sebesar 125,84% Dari hasil yang telah dicapai dari ketiga tahun tersebut dapat disimpulkan bahwa Pajak Parkir merupakan salah satu pendukung Pendapatan Asli Daerah yang mempunyai tingkat keefektivitasan yang cukup bagus.


(3)

commit to user

43

BAB III

TEMUAN

A. KELEBIHAN

Dari penelitian/data diatas, penulis menemukan kelebihan dari sistem pemungutan pajak yang berlaku menunjukan bahwa Wajib Pajak mulai mengerti akan adanya self assesment system yang diberlakukan pemerintah daerah kepada wajib pajak. Dengan adanya sosialisasi dan panduan langsung terhadap wajib pajak yang baru mendaftar ataupun wajib pajak yang sudah lama mendaftar tetapi belum paham dengan prosedur yang berlaku sangat bermanfaat oleh wajib pajak agar lebih mengerti tentang sistem pemungutan yang berlaku. Sistem memungut, melapor, serta membayar sendiri pajak yang terhutang lambat laun akan terlakasana sendiri jika tingkat pengetahuan dan sosialisasi terhadap wajib pajak didapatkan dengan jelas oleh petugas – petugas yang bersangkutan. Dengan pengetahuan wajib pajak yang berkembang DPPKA harus berusaha menyediakan fasilitas – fasilitas yang menunjang untuk wajib pajak mengurus kewajiban wajib pajak dalam pembayaran pajak terhutang.


(4)

commit to user B. KELEMAHAN

Dari penelitian/data yang disajikan diatas penulis menemukan sejumlah kelemahan yang ada di DPPKA dalam penarikan pajak parkir. 1. Proses penentuan target untuk penerimaan target pajak parkir dinilai

kurang, karena terlalu banyak pertimbangan yang dilakukan. Sehingga dari tahun ke tahun target yang ditentukan tidak mengalami perubahan yang cukup drastis.

2. Kurangnya pegawai dalam melayani Wajib Pajak dibidang pembayaran yang kurang, karena semua pajak daerah dilakukan dalam satu loket dengan anggota yang kurang memadai.

3. Sanksi yang diberikan masih kurang tegas dalam penyampaian, sehingga Wajib Pajak kurang merasa membayar pajak adalah suatu kewajiban mereka sebagai Wajib Pajak yang harus menaati peraturan. Walaupun jumlah Wajib Pajak yang membayar tepat waktu meningkat, tetap masih dinilai kurang maksimal.


(5)

commit to user

45

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penulis dapat menyimpulkan bahwa sistem pemungutan pajak parkir yang berada di Kota Surakarta ini kian tahun kian meningkat. Terbukti dengan naiknya pendapatan disegi pajak parkir tersebut. Dengan meningkatnya kesadaran para wajib pajak serta usaha para anggota DPPKA untuk menyadarkan wajib pajak mulai menunjukan hasil yang maksimal. Dengan aturan yang diberlakukan oleh pemerintah, para Wajib Pajak pun telah mengikuti prosedur – prosedur yang ada dalam pembayaran pajak parkir. Sistem self assesment yang dari dulu telah diberlakukan mulai menunjukan hasilnya. Prosedur – prosedur sudah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh peraturan daerah yang berlaku.

Tingkat keefektivitasan pemungutan pajak ini juga menujukan perkembagan yang signifikan. Bisa dilihat pada tahun 2009 – 2011 yang menunjukan target serta realisasi pendapatannya meningkat. Tidak dengan jumlah yang sedikit, melainkan menurut penulis menunjukan jumlah yang cukup besar, tidak heran jika pajak parkir di Kota Surakarta menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Surakarta.


(6)

commit to user B. REKOMENDASI

Dari penelitian diatas, penulis dapat menyarankan kepada petugas terkait untuk lebih memaksimalkan kembali kinerjanya. Seiring berkembangnya pengetahuan Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya fasilitas yang disediakan agar lebih ditingkatkan. Loket-loket yang disediakan dinilai kurang memadai terutama pada masa pembayaran pajak, dengan banyaknya Wajib Pajak dan jenis pajak yang harus dilayani. Karena tidak hanya pajak parkir yang harus dilayani di DPPKA tetapi pajak restoran, pajak hotel, pajak reklame, dll.

Proses audit yang diberlakukan mulai menunjukan hasilnya, tetapi dinilai kurang tegas. Masih banyak Wajib Pajak yang bersikap tidak jujur dalam menghitung pajaknya. Dengan adanya sanksi-sanksi yang diberlakukan seharusnya Wajib Pajak lebih sadar dengan kewajiban mereka sebagai Wajib Pajak yang harus menaati peraturan pajak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.