PENDAHULUAN Formulasi dan Evaluasi Fisik Fast Dissolving Tablet Aloe vera (Aloe barbadensis Miller).

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aloe vera merupakan spesies aloe yang paling banyak dijual dan
diproses. Di industri makanan, aloe vera digunakan sebagai sumber makanan
fungsional, bahan produk makanan lain, dan produk minuman kesehatan yang
mengandung bulir (Madan et al., 2009).
Penelitian aloe vera dibuat dalam bentuk sediaan fast dissolving tablet.
Fast dissolving tablet (FDT) disebut juga tablet melarut dalam mulut,
orodispersible tablet, rapidmelt, tablet poros, dan quick dissolving tablet. Fast
dissolving tablet ketika diletakkan dalam mulut langsung melarut dan melepaskan
obatnya. Obat yang lebih cepat larut, akan lebih cepat terabsorbsi dan cepat
berefek. Bioavailabilitas obat dalam bentuk FDT lebih baik daripada tablet
konvensional (Kumar, 2011). Keuntungan lain bentuk sediaan FDT yaitu enak di
mulut dan merupakan kesempatan bisnis baru karena berbeda (Madan et al.,
2009).
Fast dissolving tablet digunakan untuk pasien pediatri, geriatri,
bedridden, atau pasien cacat mental yang mungkin sulit menelan tablet
konvensional atau kapsul. Fast dissolving tablet juga digunakan untuk lokal

dalam mulut seperti bius lokal untuk sakit gigi, sariawan, dan sakit saat tumbuh
gigi (Madan et al., 2009).
Sediaan fast dissolving tablet, dalam pembuatannya perlu penambahan
eksipien utama yaitu disintegrant dan eksipien dasar yaitu gula. Secara prinsip,
penambahan disintegrant dapat mempengaruhi kecepatan disintegrasi dan
disolusi. Sebagai bulking agent, pemberi rasa manis dan sensasi dingin dalam
mulut digunakan manitol. Manitol memiliki

kelarutan tinggi dalam air dan

rasanya manis, sehingga menutupi rasa tidak enak di mulut (Kumar, 2011).
Penelitian ini dilakukan untuk memformulasi dan mengevaluasi fisik
sediaan fast dissolving tablet Aloe vera. Alasan dilakukannya penelitian ini karena
belum banyak sediaan fast dissolving tablet Aloe vera di pasaran, padahal banyak
1

2

sekali manfaat aloe vera, antara lain sebagai stimulan imun, antiinflamasi,
antibakteri, antivirus, antijamur, antidiabetik, antineoplastik, dan antioksidan

(Hamman, 2008). Alasan kedua yaitu untuk mengetahui pengaruh jumlah
disintegrant yaitu mikrokristalin selulosa (MCC) yang ditambahkan ke dalam fast
dissolving tablet terhadap waktu hancurnya.
Penelitian ini menggunakan superdisintegrant mikrokristalin selulosa
(MCC) karena pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Madan et al. (2009),
tablet yang menggunakan superdisintegrant MCC menunjukkan kecepatan
disintegrasi dan pembasahan yang paling baik dibanding disintegrant lain. MCC
mempunyai absorbsi yang baik. Ada banyak jenis superdisintegrant dengan
mekanismenya masing-masing. Kebanyakan suatu superdisintegrant digunakan
dalam kadar yang sangat kecil dihitung terhadap bobot tablet. Sebagai contoh
mikrokristalin selulosa (MCC) digunakan sebagai disintegrant dalam pembuatan
FDT dalam range 8,2-9,1% (Sharma, 2008).

B. Perumusan Masalah
Bagaimana pengaruh perbedaan jumlah mikrokristalin selulosa sebagai
superdisintegrant terhadap waktu hancur fast dissolving tablet ?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jumlah
mikrokristalin selulosa sebagai disintegrant tablet terhadap waktu hancur fast

dissolving tablet.

D. Tinjauan Pustaka
1. Aloe vera
Aloe vera (L.) Burm.f. merupakan tanaman xerofit yang berair banyak,
yang mempunyai jaringan penyimpan air dalam daunnya untuk bertahan hidup
pada daerah kering atau daerah yang jarang turun hujan. Bagian dalam daun
bening, lembut, lembab dan jaringannya licin yang terdiri dari sel parenkim yang
dindingnya luas dan tipis yang mana airnya membentuk mucilago kental. Oleh

3

karena itu, daunnya yang padat tidak hanya berisi dinding sel karbohidrat seperti
selulosa dan hemiselulosa tetapi juga penyimpan karbohidrat seperti mannan terasetilasi (Hamman, 2008).
Aloe emodin atau 3-hydroxymethylchrysazin, berupa jarum berwarna
orange dan memiliki rumus molekul C15H10O5 dalam bentuk bebas terkandung
dalam Aloe Sp. (lidah buaya), Rheum Sp. (kelembak) dan Cassia Sp. (daun Senna
& ketepeng). Hasil rekristalisasi toluen dengan titik lebur 223-224oC dan akan
menyublim dalam lingkungan gas CO2. Bahan ini sangat mudah larut dalam
alkohol panas, eter, benzena dengan membentuk larutan warna kuning, larut

dalam ammonia, air dan asam sulfat dengan membentuk crimson (Sudarsono,
1996).
Senyawa aktif dari Aloe vera atau lidah buaya tidak dianjurkan untuk
wanita hamil, karena adanya efek pemicu peristaltik pada uterus, dikhawatirkan
akan mengakibatkan keguguran janin. Juga tidak dianjurkan diberikan pada
wanita menyusui, karena bentuk bebas dari aglikon larut dalam ASI, sehingga
menyebabkan bayi menjadi diare (Sudarsono, 1996).

2. Fast Dissolving Tablet
Fast dissolving tablet disebut juga tablet meleleh dalam mulut,
orodispersible tablet, rapid melt, tablet poros, quick dissolving tablet. Fast
dissolving tablet ketika diletakkan dalam mulut langsung rusak dan melepaskan
obatnya yang terlarut atau terdispersi dalam saliva. Obat lebih cepat larut, lebih
cepat terabsobsi dan cepat berefek. Beberapa obat diabsorbsi dari mulut, faring,
dan esofagus melalui saliva masuk dalam perut. Bioavailabilitas obat lebih baik
daripada tablet konvensional (Kumar, 2011).
Fast dissolving tablet yang ideal seharusnya mudah melarut dalam mulut
dalam beberapa detik, mempunyai rasa enak dalam mulut, rasanya mampu
menutupi sifat obat yang tidak enak, keras namun mudah rapuh, sedikit atau tidak
meninggalkan residu dalam mulut, sensitifitas rendah terhadap kondisi lingkungan

(suhu dan kelembaban), dalam pembuatannya boleh menggunakan proses dan
pengemasan tablet konvensional (Kumar, 2011).

4

Pada pembuatan FDT Aloe vera ini, dipilih metode granulasi basah.
Granulasi basah merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam industri
farmasi yang melibatkan penambahan larutan cairan ( dengan atau tanpa pengikat)
ke dalam serbuk diikuti dengan pencampuran untuk membentuk suatu massa
basah dan selanjutnya pengeringan untuk memperoleh ukuran granul yang
diinginkan. Keuntungan metode ini yaitu meningkatkan sifat alir dan
kompresibilitas

dari

bahan,

bioavailabilitas

meningkatkan,


meningkatkan

homogenitas bentuk sediaan dengan konten aktif rendah. Namun metode ini juga
memiliki kekurangan, antara lain, melibatkan beberapa langkah pengolahan,
resiko hilangnya material tinggi, tidak cocok untuk kelembaban sensitif,
thermolabil, dan bahan yang tidak kompatibel (Saikh, 2013).
Sediaan ini memiliki kelebihan antara lain stabilitas yang baik, ketepatan
dosis, dan praktis dibawa. Namun sediaan ini memiliki kekurangan, antara lain
tablet memiliki kekerasan/ kekuatan mekanik yang kecil. Oleh karena itu, hati-hati
dalam penanganannya. Tablet mungkin meninggalkan rasa tidak enak dan atau
berpasir dalam mulut jika tidak diformulasi dengan benar (Kumar, 2011).

3.

Deskripsi Bahan

a. Freeze dried Aloe vera
Freeze dried Aloe vera yang didapatkan berbentuk padat, seperti
kapas, warna putih kekuningan, ringan, sulit diserbukkan, rasa agak asam.

b. Mikrokristal selulosa
Avicel® merupakan produk merk dagang dari dari FMC Biopolymer
yang komponen penyusunnya mikrokristalin selulosa. Avicel® biasa
digunakan sebagai adsorben, agen pensuspensi, pengisi tablet atau kapsul, dan
dapat juga bersifat sebagai disintegrant. Pada pembuatan tablet, Avicel® tidak
hanya berfungsi sebagai bahan pengisi namun juga dapat berfungsi sebagai
bahan pengikat (filler binder). Avicel berupa partikel putih, tidak berbau, dan
tidak berasa. Mikrokristalin selulosa ((C6H10O5)n) berwarna putih, serbuk yang
mengalir bebas. Secara kimiawi, merupakan zat inert, tidak terdegradasi selama
proses pencernaan. Dalam jumlah banyak dapat menyebabkan efek pencahar.

5

Beberapa penelitian menyebutkan pada kadar tertentu terhadap bobot
tablet, Avicel® akan mampu berfungsi sebagai filler binder. Selain akan
memperbaiki sifat kekerasan dan kerapuhan dari tablet.
Di perdagangan, Avicel dikelompokkan berdasarkan ukuran partikel,
perbedaan ukuran partikel ini akan menyebabkan perbedaan dari sifat alirnya.
Sebagai contoh, Avicel 101 memiliki sifat alir lebih buruk dibanding Avicel
PH 102. Oleh karena itu, Avicel PH 101 lebih sering digunakan pada metode

granulasi basah (Fudholi & Hadisoewignyo, 2013).
c. Manitol
Manitol memiliki rumus molekul C6H14O6, bobot molekul 182,17 Da,
serta mempunyai nama lain manna sugar, D-mannite, mannite, dan
mannitolum. Manitol merupakan serbuk hablur atau granul mengalir bebas,
putih, tidak berbau, rasa manis. Manitol dalam tablet berfungsi sebagai
pemanis (Priyadi, 2012).
Manitol dapat digunakan pada pembuatan tablet dengan metode
kempa langsung maupun granulasi basah. Serbuk manitol bersifat kohesif
sedangkan granulnya mudah mengalir. Manitol stabil dalam bentuk kering
maupun larutan, namun dalam penyimpanannya manitol harus disimpan di
tempat kering dan di dalam wadah tertutup rapat. Granul manitol dapat
mengalir dengan baik dan dapat memperbaiki sifat alir dari material yang lain.
Namun, biasanya manitol digunakan dengan konsentrasi tidak lebih dari 25%
dari bahan yang terkandung dalam satu formula. Manitol biasa digunakan
sebagai pengisi pada pembuatan formula tablet kunyah karena memberikan
sensasi dingin, rasa manis.
d. Talkum
Talkum adalah magnesium silikat anhidrat alam, kadang-kadang
mengandung sedikit aluminium silikat. Pemerian serbuk hablur, sangat halus,

licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih
kelabu. Talkum digunakan sebagai zat tambahan (Departemen Kesehatan RI,
1979). Dalam pembuatan tablet, talkum digunakan sebagai lubricant.

6

e. Magnesium stearat
Magnesium stearat mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak
lebih dari 8,5% MgO dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian
serbuk halus, putih, licin dan mudah melekat pada kulit, bau lemah khas. Mg
stearat digunakan sebagai zat tambahan (Departemen Kesehatan RI, 1979).
Dalam pembuatan tablet, Mg Stearat digunakan sebagai bahan pelicin tablet.

4. Evaluasi Fisik Fast Dissolving Tablet
Uji fisik untuk evaluasi tablet yang dilakukan antara lain:
a. Uji keseragaman bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan timbangan analitik. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui keseragaman bobot tablet yang dibuat agar tidak
menyimpang dari nilai yang ditetapkan menurut Farmakope Indonesia edisi III.
Dibutuhkan 20 tablet untuk melakukan uji keseragaman bobot.

b. Uji kekerasan tablet
Uji kekerasan tablet dilakukan menggunakan Hardness tester. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui kekerasan suatu tablet. Dibutuhkan 5 tablet untuk
melakukan uji kekerasan tablet.
c. Uji kerapuhan tablet
Sampel 20 tablet untuk uji kerapuhan menggunakan friabilator. Dua
puluh tablet dirotasi pada 25 rpm selama 4 menit. Tablet ditimbang lagi setelah
uji kerapuhan dan dihitung persentase berat yang hilang. Uji ini bertujuan
untuk mengetahui persentase berat tablet yang hilang karena rapuh.
d. Uji waktu hancur
Uji ini menggunakan 5 tablet. Untuk uji waktu hancur, tablet
ditempatkan di tengan cawan petri (diameter dalam 10 cm) yang berisi 10 ml
air dan dicatat waktu hancurnya seluruh tablet. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui waktu hancur tablet.

7

E. Landasan Teori
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Madan et al. (2009),
digunakan empat macam disintegran yaitu mikrokristalin selulosa, sodium

kroskarmelosa, sodium starch glycolate, dan crospovidone dalam empat formula
yang berbeda. Tablet yang mengandung mikrokristal selulosa (MCC) paling cepat
terdisintegrasi dan terbasahi dengan konsentrasi optimal kurang dari 12%,
kemudian diikuti sodium kroskarmelosa, crospovidon, dan sodium starch.
Penelitian sebelumnya yaitu optimasi fast dissolving tablet (FDT) Aloe
vera yang menggunakan mikrokristalin selulosa sebagai disintegran diperoleh
kekerasan tablet yaitu 3,55 kg/cm2, persen berat yang hilang pada uji kerapuhan
tablet 0,56 %, dan waktu hancurnya 36,5 detik (Madan et al, 2009).

F. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas digunakan mikrokristalin selulosa yang
terbukti sebagai disintegran terbaik. Diharapkan semakin tinggi kandungan
mikrokristalin selulosa, waktu hancur FDT Aloe vera semakin cepat.

Dokumen yang terkait

FORMULASI SEDIAAN SKIN CREAM ALOE VERA (Aloe barbadensis): EVALUASI FISIK DAN Formulasi Sediaan Skin Cream Aloe Vera (Aloe Barbadensis): Evaluasi Fisik Dan Stabilitas Fisik Sediaan.

0 2 11

PENDAHULUAN Formulasi Sediaan Skin Cream Aloe Vera (Aloe Barbadensis): Evaluasi Fisik Dan Stabilitas Fisik Sediaan.

4 23 8

FORMULASI SEDIAAN Skin Cream ALOE VERA (Aloe barbadensis): EVALUASI FISIK DAN Formulasi Sediaan Skin Cream Aloe Vera (Aloe Barbadensis): Evaluasi Fisik Dan Stabilitas Fisik Sediaan.

0 6 16

FORMULASI DAN EVALUASI FISIK FAST DISSOLVING TABLET Formulasi dan Evaluasi Fisik Fast Dissolving Tablet Aloe vera (Aloe barbadensis Miller).

1 12 11

FORMULASI DAN EVALUASI FISIK FAST DISSOLVING Formulasi dan Evaluasi Fisik Fast Dissolving Tablet Aloe vera (Aloe barbadensis Miller).

0 2 11

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN FAST DISSOLVING TABLET LIDAH BUAYA ( Aloe vera (L.) Webb.) DENGAN BAHAN OPTIMASI FORMULA SEDIAAN FAST DISSOLVING TABLET LIDAH BUAYA ( Aloe vera (L.) Webb.) DENGAN BAHAN PENGHANCUR CROSPOVIDONE DAN BAHAN PENGISI SORBITOL.

0 0 16

PENDAHULUAN OPTIMASI FORMULA SEDIAAN FAST DISSOLVING TABLET LIDAH BUAYA ( Aloe vera (L.) Webb.) DENGAN BAHAN PENGHANCUR CROSPOVIDONE DAN BAHAN PENGISI SORBITOL.

1 9 22

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN FAST DISSOLVING OPTIMASI FORMULA SEDIAAN FAST DISSOLVING TABLET LIDAH BUAYA ( Aloe vera (L.) Webb) DENGAN BAHAN PENGHANCUR SODIUM STARCH GLYCOLATE DAN BAHAN PENGISI SORBITOL.

1 2 17

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN FAST DISSOLVING TABLET LIDAH BUAYA Aloe vera ( L.) Webb. DENGAN BAHAN OPTIMASI FORMULA SEDIAAN FAST DISSOLVING TABLET LIDAH BUAYA Aloe vera ( L.) Webb. DENGAN BAHAN PENGHANCUR SODIUM CROSCARMELLOSE DAN BAHAN PENGISI SORBITOL.

0 0 19

PENDAHULUAN OPTIMASI FORMULA SEDIAAN FAST DISSOLVING TABLET LIDAH BUAYA Aloe vera ( L.) Webb. DENGAN BAHAN PENGHANCUR SODIUM CROSCARMELLOSE DAN BAHAN PENGISI SORBITOL.

1 3 21