Kinerja Merek Mie Instan Goreng di Kota Bandung.

(1)

Universitas Kristen Maranatha i

ABSTRAK

Albert Ariaputra, 2006, Kinerja Merek Mie Instan Goreng di Kota Bandung di bawah bimbingan Surachman Surjaatmadja.

Kinerja merek yang paling tinggi berdasarkan brand value diraih oleh merek Indomie dengan porsi 378,4%. Dalam pembuatan skripsi menggunakan metode deskriptif analisis. Unit analisis sebesar 600 responden di enam wilayah di Kota Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kinerja merek mie instan goreng di Bandung. Kinerja merek dibangun oleh Top Of Mind, Asosiasi, Persepsi Kualitas, Merek Terbaik, Penetrasi, Merek yang digunakan (Merek yang Pernah Digunakan, Merek yang Paling sering Digunakan, Merek yang Paling sering Digunakan Sebelumnya, dan Merek yang Terakhir Kali/Saat Ini Digunakan), Loyalitas Merek, Volume Konsumsi, Kepuasan Terhadap merek, Rekomendasi, Rencana Konsumsi, dan Merek yang akan dibeli.

Kata kunci: Top Of Mind, Asosiasi, Persepsi Kualitas, Penetrasi, Merek yang Paling sering Digunakan, Loyalitas Merek, Volume Konsumsi, Kepuasan Terhadap merek, Rekomendasi, Rencana Konsumsi, dan Merek yang akan dibeli.


(2)

ABSTRACT

Albert Ariaputra, 2006, Brand Performance of Instant Fried Noodle at Bandung City under the supervision of Surachman Surjaatmadja.

The highest brand performance based on brand value is Indomie for 378,4%. The research methods used in the writing of this thesis are Descriptive. The analysis unit for this research is individual unit about 600 at six region Bandung City. The purpose of this thesis is to know how much brand performance instant fried noodle at Bandung City. Brand performance to be woke up by: Top Of Mind, Associations, Perceived Quality, Best Brand, Penetration, Used Brand (Brand Ever Used, BUMO, BUMO Before, dan Brand Used Currently), Brand Loyality, Consumption Volume, Brand Satisfaction, Recommendation, and BUMO Future.

Keyword: Top Of Mind, Associations, Perceived Quality, Best Brand, Penetration, BUMO, Brand Loyality, Consumption Volume, Brand Satisfaction, Recommendation, and BUMO Future.


(3)

DAFTAR ISI

Universitas Kristen Maranatha vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. ABSTRACT……… KATA PENGANTAR ………... DAFTAR ISI ……….. DAFTAR TABEL ……….. DAFTAR GAMBAR……….. DAFTAR GRAFIK ……… BAB I PENDAHULUAN………..……….

1.1 Latar Belakang Penelitian………..………. 1.2 Identifikasi Masalah dan Tujuan .………... 1.3 Tujuan Penelitian………... 1.4 Kegunaan Penelitian………... BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS………. 2.1 Kajian Pustaka...………..………....

2.1.1 Pengertian merek (brand)………... 2.1.2 Kategori Associations Measure……….. 2.1.2.1 Kesadaran Merek (Brand Awareness)………. 2.1.2.2 Asosiasi Merek (Brand Associations)……….. 2.1.3 Persepsi Nilai (Perceived Value)………

i ii iii vi x xv xvi 1 1 5 5 5

6 6 6 14 14 19 22


(4)

DAFTAR ISI

2.1.4 Kepribadian Merek (Brand Personality)……… 2.1.5 Kategori Persepsi Kualitas (Perceived Quality)………..

2.1.5.1Asosiasi Organisasi (Organizational Associations)… 2.1.6 Persepsi Kualitas (Perceived Quality)……… 2.1.7 Kategori Loyalty Measure……….. 2.1.7.1 Kepemimpinan/Popularitas (Leadership/Popularity) 2.1.8 Harga Optimum (Optimum Price)……….. 2.1.9 Kepuasan/Loyalitas Merek (Satisfaction/Brand Loyalty)... 2.1.10 Pangsa Pasar(Market Share)... 2.1.11 Harga Pasar (Market Price)... 2.1.12 Ekuitas Merek (Brand Equity)...

2.2 Kerangka Pemikiran………

2.3 Hipotesis………..

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN….……….

3.1 Objek Penelitian……….……….

3.2 Metode Penelitian yang Digunakan………..……….. 3.2.1. Definisi Operasional Variabel…………..………... 3.2.2. Metode Penarikan Sampel…………...………... 3.2.3. Teknik Pengumpulan Data..………... 3.2.4. Analisis Data………..………. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...

4.1 Top of Mind Merek……….

4.2 Asosiasi Terhadap Merek yang Muncul di TOM……….. 23 23 23 24 27 27 27 28 32 34 35 40 41 42 42 43 43 45 48 49 50 50 53


(5)

DAFTAR ISI

Universitas Kristen Maranatha viii 4.3 Persepsi Terhadap Kualitas Merek (Perceived Quality)………

4.4 Persepsi Merek Terbaik………. 4.5 Alasan Merek Terbaik……… 4.6 Top of Mind Iklan……….. 4.7 Penetrasi Produk………

4.8 Brand Usage………..

4.8.1 Perbandingan Pernah, Paling Sering, Paling Sering Sebelumnya, dan Terakhir Kali Dikonsumsi……….. 4.8.2 Merek-merek yang Pernah Dikonsumsi……….. 4.8.3 Merek-merek yang Paling Sering Dikonsumsi………... 4.8.4 Merek-merek yang Paling Sering Dikonsumsi Sebelumnya.. 4.8.5 Gain Index………... 4.8.6 Perpindahan Merek Mie Instan Goreng……….. 4.8.6.1 Alasan Meninggalkan Merek………... 4.8.6.2 Alasan Menuju Merek Mie Instan Goreng……….. 4.8.6.3 Merek yang Terakhir Kali Dikonsumsi…………... 4.9 Loyalitas Terhadap Merek……….

4.10 Volume Konsumsi……….

4.11 Alasan Loyalitas Terhadap Merek………. 4.12 Kepuasan Terhadap Merek……… 4.13 Alasan Kepuasan Terhadap Merek………

4.14 Rekomendasi Merek………..

4.15 Rencana Pembelian………

54 56 59 60 63 68 68 65 68 70 73 74 75 75 76 79 81 81 82 82 83 84


(6)

DAFTAR ISI

4.16 Merek yang Akan Dibeli………

4.17 Brand Value………... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………

5.1. Kesimpulan ………

5.2. Saran ………..

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

85 88 89 89 90


(7)

DAFTAR TABEL

Universitas Kristen Maranatha x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tingkat Produksi Pertanian di Indonesia……….. Tabel 2.1 Elemen Merek……….. Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel……….. Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Tiap Wilayah di Kota Bandung Tahun 2005.. Tabel 3.3 Penentuan Jumlah Sampel……… Tabel 4.1 Top of Mind Merek Mie Instan Goreng Berdasarkan Wilayah, 2006(%)... Tabel 4.2 Top of Mind Merek Mie Instan Goreng Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin, 2006(%)……….... Tabel 4.3 Top of Mind Merek Mie Instan Goreng Berdasarkan Pekerjaan, 2006(%)……… Tabel 4.4 Top of Mind Merek Mie Instan Goreng Berdasarkan Kelas Sosial, 2006(%)……… Tabel 4.5 Asosiasi Merek, 2006(%)………. Tabel 4.6 Persepsi Kualitas Berdasarkan Merek, 2006(%)……….. Tabel 4.7 Merek Terbaik Mie Instan Goreng Berdasarkan Wilayah, 2006(%)……... Tabel 4.8 Merek Terbaik Mie Instan Goreng Berdasarkan Kelompok Usia

dan Jenis Kelamin, 2006(%)………... Tabel 4.9 Merek Terbaik Mie Instan Goreng Berdasarkan Pekerjaan,

2 12 44 46 47

50

51

52

52 53 55

56


(8)

DAFTAR TABEL

2006(%)……… Tabel 4.10 Merek Terbaik Mie Instan Goreng Berdasarkan Kelas Sosial Ekonomi, 2006(%)..……… Tabel 4.11 Alasan Merek Terbaik Berdasarkan Merek, 2006(%)………… Tabel 4.12 Top Of Mind Iklan Merek Mie Instan Goreng Berdasarkan Wilayah, 2006(%)………... Tabel 4.13 Top Of Mind Iklan Mie Instan Goreng Berdasarkan

Kelompok Usia dan Jenis Kelamin, 2006(%)……… Tabel 4.14 Top Of Mind Iklan Mie Instan Goreng Berdasarkan Pekerjaan,

2006(%)……….. Tabel 4.15 Top Of Mind Iklan Mie Instan Goreng Berdasarkan Kelas Sosial Ekonomi, 2006(%)………... Tabel 4.16 Penetrasi Produk Mie Instan Goreng Berdasarkan Wilayah, 2006(%)……….. Tabel 4.17 Perbandingan Merek Mie Instan Goreng yang Pernah, Paling

Sering, Paling Sering Sebelumnya, dan Terakhir Dikonsumsi, 2006(%)……….. Tabel 4.18 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Pernah Dikonsumsi Berdasarkan Wilayah, 2006(%)……….. Tabel 4.19 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Pernah Dikonsumsi Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin, 2006(%)…... Tabel 4.20 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Pernah Dikonsumsi Berdasarkan Pekerjaan, 2006(%)………...

58

59 59

60

61

62

62

63

64

65

66


(9)

DAFTAR TABEL

Universitas Kristen Maranatha xii Tabel 4.21 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Pernah Dikonsumsi

Berdasarkan Kelas Sosial Ekonomi, 2006(%)……… Tabel 4.22 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Paling Sering

Dikonsumsi Berdasarkan Wilayah, 2006(%)………. Tabel 4.23 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Paling Sering

Dikonsumsi Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin, 2006(%)………... Tabel 4.24 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Paling Sering

Dikonsumsi Berdasarkan Pekerjaan, 2006(%)………... Tabel 4.25 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Paling Sering

Dikonsumsi Berdasarkan Kelas Sosial Ekonomi, 2006(%)…... Tabel 4.26 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Paling Sering

Dikonsumsi Sebelumnya Berdasarkan Wilayah, 2006(%)…… Tabel 4.27 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Paling Sering

Dikonsumsi Sebelumnya Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin, 2006(%)………. Tabel 4.28 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Paling Sering

Dikonsumsi Sebelumnya Berdasarkan Pekerjaan, 2006(%)….. Tabel 4.29 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Paling Sering

Dikonsumsi Sebelumnya Berdasarkan Kelas Sosial Ekonomi, 2006(%)……….. Tabel 4.30 Gain Index berdasarkan BUMO dan BUMO Future, 2006(%).. Tabel 4.31 Perpindahan Merek Mie Instan Goreng, 2006(%)……….

67

68

69

69

70

71

72

72

73 74 74


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.32 Alasan Meninggalkan Merek yang Paling Sering Dikonsumsi Berdasarkan Merek, 2006(%)………. Tabel 4.33 Alasan Munuju Merek yang Paling Sering Dikonsumsi

Berdasarkan Merek, 2006(%)………. Tabel 4.34 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Terakhir Kali

Dikonsumsi Sebelumnya Berdasarkan Wilayah, 2006(%)……. Tabel 4.35 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Terakhir Kali

Dikonsumsi Sebelumnya Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin, 2006(%)………. Tabel 4.36 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Terakhir Kali

Dikonsumsi Sebelumnya Berdasarkan Pekerjaan, 2006(%)….. Tabel 4.37 Merek-Merek Mie Instan Goreng yang Terakhir Kali

Dikonsumsi Sebelumnya Berdasarkan Kelas Sosial Ekonomi,2006(%)………... Tabel 4.38 Loyalitas Terhadap Merek Berdasarkan Merek, 2006(%)……. Tabel 4.39 Volume Konsumsi Berdasarkan Merek, 2006(%)……….. Tabel 4.40 Alasan Loyalitas Terhadap Merek Mie Instan Goreng,

2006(%)………... Tabel 4.41 Kepuasan Terhadap Merek………. Tabel 4.42 Alasan Terhadap Kepuasan Produk Mie Instan Goreng,

2006(%)……….. Tabel 4.43 Rekomendasi Merek Berdasarkan Merek, 2006(%)………….. Tabel 4.44 Rencana Pembelian Mie Instan Goreng Berdasarkan Wilayah,

75

76

76

77

78

78 80 81

81 82

83 83


(11)

DAFTAR TABEL

Universitas Kristen Maranatha xiv 2006(%)………..

Tabel 4.45 Merek Mie Instan Goreng yang Akan Dibeli Berdasarkan Wilayah, 2006(%)………... Tabel 4.46 Merek Mie Instan Goreng yang Akan Dibeli Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin, 2006(%)……… Tabel 4.47 Merek Mie Instan Goreng yang Akan Dibeli Berdasarkan Pekerjaan, 2006(%)……… Tabel 4.48 Mie Instan Goreng yang Akan Dibeli Berdasarkan Kelas Sosial Ekonomi,2006(%)……… Tabel 4.49 Brand Value Mie Instan Goreng, 2006(%)………. Tabel 5.1 Brand Value Mie Instan Goreng, 2006(%)……….

84

85

86

86

87 88 89


(12)

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Piramida Brand Awareness……… Gambar 2.2 Nilai-nilai Kesadaran Merek……….. Gambar 2.3 Nilai Asosiasi Merek……….. Gambar 2.4 Nilai dari Persepsi Kualitas……… Gambar 2.5 Piramida Loyalitas……….. Gambar 2.6 Brand Equity Chain……… Gambar 2.7 Paradigma Penelitian Kinerja Merek Mie Instan Goreng Di

Bandung... 16 18 21 25 31 38


(13)

DAFTAR GRAFIK

Universitas Kristen Maranatha xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Asosiasi Merek……….. Grafik 4.2 Persepsi Kualitas Terhadap Merek Mie Instan Goreng………… Grafik 4.3 Penetrasi Produk………... Grafik 4.4 Loyalitas Terhadap Merek Mie Instan Goreng………. Grafik 4.5 Rencana Pembelian Produk Mie Instan Goreng………...

54 55 64 80 84


(14)

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam kondisi perekonomian yang menuju arah globalisasi, merek yang kuat bukan cuma memberikan daya saing jangka panjang bagi perusahaan. Merek juga memberikan benefit sosial dan ekonomi, bahkan secara makro. Merek yang paling populer belum tentu paling dicari oleh konsumen. Pengelolaan merek yang didukung inovasi terbukti dapat membuat sebuah perusahaan keluar dari kerumunan, produknya lepas dari jebakan komiditisasi, dan karenanya mampu membukukan margin laba yang tinggi. Kendati demikian, bukan berarti perusahaan yang masuk ke industri yang produknya kian menjadi komoditas tak bisa mengibarkan merek. (Prih Saniarto, 2004:1-3). Merek tetap vital di mata konsumen dan dalam jangka panjang memberikan keunggulan kompetitif yang riil. (Cheliotis dalam Saniarto, 2004:2)

Berdasarkan data Susenas 2001 terlihat bahwa sebagian besar penduduk Indonesia lebih banyak menggunakan pengeluarannya untuk makanan. Pada tahun 2002, lebih dari 82% penduduk Indonesia menggunakan lebih dari 61% pengeluarannya untuk makanan. Untuk penduduk miskin, persentase pengeluaran rumah tangga yang digunakan untuk makanan jauh lebih besar. Untuk kelompok penduduk miskin, maka tidak kurang dari 69%-72% dari total pengeluaran digunakan untuk makanan. (Anomim, 2005:3-4). Secara umum pertumbuhan produksi pangan di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup besar dari tahun ke tahun. Pertumbuhan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:


(15)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 2

Tabel 1.1

Tingkat Produksi Pertanian di Indonesia

Tahun

Tepung Jagung (Ton)

Kacang Polong (Ton)

Kacang (Ton)

Kacang Hijau (Ton)

Ubi (Ton)

Kentang Manis

(Ton) 2002 9,654,105 673,056 718,071 288,089 16,913,104 1,771,642 2003 10,886,442 671,600 785,526 335,224 18,523,810 1,991,478 2004 11,225,243 723,483 837,495 310,412 19,424,707 1,901,802 2005 12,523,894 808,353 836,295 320,963 19,321,183 1,856,969 2006*) 12,495,742 783,554 851,133 311,623 20,054,634 1,868,994 Sumber: Badan Pusat Statistik 2006

Salah satu sektor industri pengolahan khususnya makanan di Jawa Barat tidak dapat diabaikan bukan karena sebagai sektor ekonomi yang memberikan kontributor terbesar namun karena industri makanan merupakan salah satu sektor yang memenuhi kebutuhan masyarakat luas secara langsung. (Sudarmadi, 2005)

Akhir-akhir ini konsumsi mie kian meningkat. Hal ini didukung oleh berbagai keunggulan yang dimiliki mie, terurama dalam hal tekstur, rasa, penampakan, dari kepraktisan penggunaannya. Dengan demikian, peluang usaha industri pengolahan mi, baik dalam skala industri kecil maupun industri besar, masih sangat terbuka luas. Tidak diketahui secara pasti bagaimana mi pertama kali dibuat. Namun, mi telah lama dipakai sebagai makanan pokok selain nasi oleh masyarakat Cina. (Astawan, 2006:1)

Mie adalah nama makanan yang terbuat dari tepung terigu yang telah diolah dan dinamakan mie. Makanan ini sebelumnya sangat terkenal di benua Asia, khususnya


(16)

BAB I PENDAHULUAN 3

Cina, Jepang dsb. mie dijadikan makanan favorit di sebagian besar negara-negara asia termasuk di Indonesia.(Anonim

,

2005:1)

Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia membawa pengaruh terhadap pola konsumsi makanan. Makanan jenis instan saat ini banyak digemari terutama mie instan yang bagi sebagian masyarakat Indonesia merupakan makanan substitusi nasi. Fenomena ini sejalan dengan tumbuh kembangnya industri makanan mie instan. (Rarastyasiningrum, 2005:1)

Walaupun pada prinsipnya mie dibuat dengan cara yang sama, tetapi di pasaran dikenal beberapa jenis mie, seperti mi segar/mentah (raw chinese noodle), mi basah (boiled nodle), mie kering (steam and fried noodle), dan mie instan (instant noodle). Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 3551-1994, mie instan didefinisikan sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan makanan yang diizinkan, berbentuk khas mi dan siap dihidangkan setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama 4 menit. Mie instan umumnya dikenal sebagai ramen. Mie ini dibuat dengan penambahan beberapa proses setelah diperoleh mie segar. Tahap-tahap tersebut yaitu pengukusan, pembentukan, dan pengeringan. Bahan baku pembuat mie diantaranya adalah tepung terigu, tepung tapioka, tepung singkong, tepung tempe, air, garam dapur, telur, CMC (Carboksi Metil Celulosa), soda abu (natrium karbonat dan kalium karbonat), zat pewarna, natrium benzoat, minyak goreng. Tahapan pembuatan mie instan melalui tahap diantaranya pengadukan bahan, pelempengan mie, pencetak mie, pemasakan awal, pemotongan awal, penggorengan, pendinginan. Bahan penyerta dalam mi instan, biasanya terdapat tiga atau empat macam komponen, yaitu


(17)

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 4

mie, bumbu, minyak, dan ada yang menambahkan sayuran kering. Bumbu yang menyertai mie instan antara lain terbuat dari garam, gula, monosodium glutamat, hidrolisat protein sayur, penyedap rasa (rasa ayam, sayur, sup buntut, bakso sapi, soto ayam, kalio ayam, udang, rawon, dan lain-lain), bubuk bawang putih, daun bawang kering, bubuk lada, dan bubuk cabai. Komponen minyak biasanya terbuat dari minyak sayur dan bawang merah. Adapun sayuran kering terdiri dari daun bawang, bawang goreng, wortel, jamur, dan lain-lain. Kadar air mie instan umumnya mencapai 5-8 % sehingga memiliki daya simpan yang lama. Berdasarkan proses pengeringan, dikenal dua macam mie instan. Pengeringan dengan cara menggoreng menghasilkan mie instan goreng (instant fried noodle), sedangkan pengeringan dengan udara panas disebut mie instan kering (instant dried noodle). Mie instan goreng mampu menyerap minyak hingga 20% selama penggorengan (dalam proses pembuatan mie) sehingga mie instan goreng memiliki keunggulan rasa dibandingkan mie jenis lain. Namun demikian, mie instan goreng disyaratkan terlebih dahulu agar pada perebusan tidak ada minyak yang terlepas ke dalam air dan hasilnya mie harus cukup kompak dan permukaannya tidak lengket. Agar produk mie insatan tahan lama maka dibutuhkan pengemas primer yang bersifat kedap air, rasa, bau, dan warna. Kemasan primer yang biasa digunakan adalah plastik polypropilen atau polietilen. Kemasan ini bersifat sekali pakai. Dalam penggunaannya, kemasan ini biasanya dilapisi dengan oriented polypropilen (OPP) sehingga tahan terhadap berbagai jenis kerusakan. Setelah dikemas dengan kemasan primer, mie dimasukkan dalam kotak karton sebagai kemasan sekunder. Umumnya, satu kotak karton berisi 40 bungkus mie. (Astawan, 2006:13-38)


(18)

BAB I PENDAHULUAN 5

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar kinerja merek-merek mie instan goreng di Kota Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menghimpun data dan informasi yang diperlukan dalam menjelaskan masalah yang ada dan mendukung pemecahan masalah yang telah dikemukakan di atas.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar kinerja merek mie instan goreng.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, maka akan diharapkan dapat mengetahui kinerja merek-merek mie instan goreng di Kota Bandung.

Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

Kegunaan secara teoritis : Untuk memperkaya pengetahuan dan bahan informasi tambahan dalam pengembangan disiplin ilmu ekonomi manajemen pemasaran khususnya manajemen merek.

Kegunaan secara praktis : penelitian ini dapat memberi masukan kepada perusahaan yang bersangkutan terutama para pengelola merek-merek mie instan goreng agar mengetahui kinerja merek, posisi produk di Kota Bandung dan agar perusahaan dapat memperbaiki produk, dan komunikasi produknya sehingga penjualan dapat ditingkatkan.


(19)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

89 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tabel 5.1

Brand Value Mie Instan Goreng, 2006(%)

Merek To p of Mind Mere k To p of Mind Ik lan Perse p si Mere k Terbai k BUM O BUM O

Before BUM

O

Future Bran

d

Value

Indomie 61,5 70,0 67,7 62,0 58,7 58,5 378,4

Mie Sedaap 21,0 23,3 22,0 23,8 18,7 24,2 133,0

Alhami 0,8 0,5 0,17 1,1 0,8 0,4 3,77

ABC 8,7 3,3 3,5 5,4 5,4 5,6 31,9

Nissin 1,7 0,0 0,0 0,7 1,0 0,0 3,4

SuperMi 6,3 2,2 4,8 4,9 13,3 5,2 36,7

Gaga 100 1,7 0,8 1,3 2,0 1,5 2,1 9,4

Selera Rakyat 0,4 0,0 0,17 0,0 0,2 0,4 1,17 Salam Mie 0,7 0,0 0,17 0,2 0,5 0,0 1,57

Miduo 0,2 0,0 0,17 0,0 0,0 0,2 0,57

Sumber: kuesioner brand performance mie instan goreng 2006

Hasil dari analisis, dapat diambil kesimpulan bahwa Indomie mempunyai brand value yang paling tinggi yaitu 378,4%.

Dimana pada urutan kedua adalah Mie Sedaap dengan 133,0%. Brand value Indomie adalah 2,8x brand value Mie Sedaap.

Dan di urutan ketiga ada SuperMi dengan 36,7%. Brand value Indomie adalah 10,3x brand value SuperMi. Dan brand value Mie Sedaap adalah 3,6x brand value SuperMi.

Di urutan keempat adalah merek ABC dengan brand value 31,9%. Brand value Indomie adalah 11,9x brand value ABC, dan brand value Mie Sedaap adalah 4,2x brand value ABC, brand value SuperMi adalah 1,2x brand value ABC.


(20)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 90

Di urutan kelima ada merek Gaga 100 dengan 9,4%. Brand value Indomie adalah 40,3x brand value Gaga 100, dan brand value Mie Sedaap adalah 14,1x brand value Gaga 100, kemudian brand value SuperMi adalah 4x brand value Gaga 100, dan terakhir brand value ABC adalah 3,4x brand value Gaga 100.

5.2 Saran

Dari hasil yang diperoleh dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Merek Indomie, Alhami, Nissin, dan Salam Mie harus membuat strategi yang lebih efektif untuk mencegah penurunan penjualannya di masa mendatang, misalnya dengan lebih menggencarkan promosi dan memberikan bonus atau discount terhadap pembelian Indomie, atau dengan menambah jenis (pilihan rasa) pada produk mie instan goreng merek Indomie. Penurunan ini terlihat dari Gain Index Indomie yang menunjukkan angka negatif, karena BUMO Future Indomie lebih rendah dari BUMO.

2. Untuk Mie Sedaap, ABC, SuperMi, Gaga 100, Selera Rakyat, dan Miduo, tetap pertahankan posisi saat ini, karena pada Gain Index menunjukkan nilai positif, tetapi tetap saja jangan lalai membaca situasi agar dapat mengambil keputusan pada kondisi yang secara tiba-tiba memburuk.


(21)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Sudarmadi, 2005, Majalah SWA, November 2005

Made Astawan, 2006, Membuat Mi & Bihun, Cetakan 8, Penebar Swadaya: Jakarta. Freddy Rangkuti, 2002, The Power of Brand: Teknik Mengelola Brand Equity dan

Strategi Pengembangan Merek, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Lamb, Charles W., Joseph F. Hair, Carl Mc. Daniel, 2001, Pemasaran, Buku 1, Edisi 1, Terjemahan, oleh David Oktarevia. Salemba Empat: Jakarta.

Darmadi Durianto, Sugiarto, Lie Joko Budiman, 2004, Brand Equity Ten: Strategi Memimpin Pasar, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Teguh Poeradisastra, 2006, Majalah SWA Indonesian Best Brand 2006, Agustus 2006

Hermawan Kartajaya, Yuswohady, Jacky Mussry, Taufik, 2005, Positioning, Diferensiasi, dan Brand, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

A.B. Susanto, dan Hermawan Wijanarko, 2005, Power Branding: Pembangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya, PT Nizan Publika: Jakarta.

Fandy Tjiptono, 2005, Brand Management, ANDI: Yogyakarta. Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta: Bandung. Anonim, 2006, Merek, http://kopisusu.wordpress.com/

Anonim, 2006, Branding Solutions, http://rdjassociates.net/brand.html

Anonim, 2006, Brand Loyalty, http://en.wikipedia.org/wiki/Brand_loyalty

Anonim, 2006, Brand Equity, http://www.netmba.com/marketing/brand/equity/

Anonim, 2006, Brand Equity, http://en.wikipedia.org/wiki/Brand_equity

Anonim, 2005, Awareness, Attitude, and Usage,

http://www.speedback.com/types_of_research.htm#Attitude

Anonim, 2006, Perceived Quality,


(22)

Dolak, Dave, 2006, Building a strong brand: Brand and Branding Basic,

http://www.davedolak.com/articles/dolak4.htm

Arthur Cheng-Hsui Chen, 2001, Using free association to examine the relationship between the characteristics of brand associations and brand equity, ,http://www.emeraldinsight.com/Insight/viewContentItem.do?contentType=Article& contentId=857774

George S. Low, Charles W. Lamb Jr, 2000, The measurement and dimensionality of

brand associations,

http://www.emeraldinsight.com/Insight/viewContentItem.do?contentType=Article&c ontentId=857740

Eva Martínez, José M. Pina2003, The negative impact of brand extensions on parent

brand image ,

http://www.emeraldinsight.com/Insight/viewContentItem.do?contentType=Article&c ontentId=857826

Anonim, 2006, http://www.bps.go.id/sector/agri/pangan/table2.shtml Anonim, 2005, Mie, http://shemut.com/?p=13

Anonim, 2005, Permasalahan Ekonomi yang Menjadi Tantangan Pemerintahan ke Depan, http://www.geocities.com/oomi_yeah/tantanganekonomi05.doc

INEKE RARASTYASININGRUM, 2005, Penerapan Strategi Bisnis Produk Mie Instan Berdasarkan Persepsi Konsumen, http://digilib.its.ac.id/print.php?id=jiptits-gdl-s1-2005-inekeraras-1390&PHPSESSID=ac687d6796d42470888083a0b57665e6


(1)

BAB I PENDAHULUAN 4

mie, bumbu, minyak, dan ada yang menambahkan sayuran kering. Bumbu yang menyertai mie instan antara lain terbuat dari garam, gula, monosodium glutamat, hidrolisat protein sayur, penyedap rasa (rasa ayam, sayur, sup buntut, bakso sapi, soto ayam, kalio ayam, udang, rawon, dan lain-lain), bubuk bawang putih, daun bawang kering, bubuk lada, dan bubuk cabai. Komponen minyak biasanya terbuat dari minyak sayur dan bawang merah. Adapun sayuran kering terdiri dari daun bawang, bawang goreng, wortel, jamur, dan lain-lain. Kadar air mie instan umumnya mencapai 5-8 % sehingga memiliki daya simpan yang lama. Berdasarkan proses pengeringan, dikenal dua macam mie instan. Pengeringan dengan cara menggoreng menghasilkan mie instan goreng (instant fried noodle), sedangkan pengeringan dengan udara panas disebut mie instan kering (instant dried noodle). Mie instan goreng mampu menyerap minyak hingga 20% selama penggorengan (dalam proses pembuatan mie) sehingga mie instan goreng memiliki keunggulan rasa dibandingkan mie jenis lain. Namun demikian, mie instan goreng disyaratkan terlebih dahulu agar pada perebusan tidak ada minyak yang terlepas ke dalam air dan hasilnya mie harus cukup kompak dan permukaannya tidak lengket. Agar produk mie insatan tahan lama maka dibutuhkan pengemas primer yang bersifat kedap air, rasa, bau, dan warna. Kemasan primer yang biasa digunakan adalah plastik polypropilen atau polietilen. Kemasan ini bersifat sekali pakai. Dalam penggunaannya, kemasan ini biasanya dilapisi dengan oriented polypropilen (OPP) sehingga tahan terhadap berbagai jenis kerusakan. Setelah dikemas dengan kemasan primer, mie dimasukkan dalam kotak karton sebagai kemasan sekunder. Umumnya, satu kotak karton berisi 40 bungkus mie. (Astawan, 2006:13-38)


(2)

BAB I PENDAHULUAN 5

1.2Identifikasi Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar kinerja merek-merek mie instan goreng di Kota Bandung?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menghimpun data dan informasi yang diperlukan dalam menjelaskan masalah yang ada dan mendukung pemecahan masalah yang telah dikemukakan di atas.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar kinerja merek mie instan goreng.

1.4Kegunaan Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, maka akan diharapkan dapat mengetahui kinerja merek-merek mie instan goreng di Kota Bandung.

Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

Kegunaan secara teoritis : Untuk memperkaya pengetahuan dan bahan informasi tambahan dalam pengembangan disiplin ilmu ekonomi manajemen pemasaran khususnya manajemen merek.

Kegunaan secara praktis : penelitian ini dapat memberi masukan kepada perusahaan yang bersangkutan terutama para pengelola merek-merek mie instan goreng agar mengetahui kinerja merek, posisi produk di Kota Bandung dan agar perusahaan dapat memperbaiki produk, dan komunikasi produknya sehingga penjualan dapat ditingkatkan.


(3)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tabel 5.1

Brand Value Mie Instan Goreng, 2006(%)

Merek To p of Mind Mere k To p of Mind Ik lan Perse p si Mere k Terbai k BUM O BUM O

Before BUM

O

Future Bran

d

Value

Indomie 61,5 70,0 67,7 62,0 58,7 58,5 378,4 Mie Sedaap 21,0 23,3 22,0 23,8 18,7 24,2 133,0

Alhami 0,8 0,5 0,17 1,1 0,8 0,4 3,77

ABC 8,7 3,3 3,5 5,4 5,4 5,6 31,9

Nissin 1,7 0,0 0,0 0,7 1,0 0,0 3,4

SuperMi 6,3 2,2 4,8 4,9 13,3 5,2 36,7

Gaga 100 1,7 0,8 1,3 2,0 1,5 2,1 9,4

Selera Rakyat 0,4 0,0 0,17 0,0 0,2 0,4 1,17 Salam Mie 0,7 0,0 0,17 0,2 0,5 0,0 1,57

Miduo 0,2 0,0 0,17 0,0 0,0 0,2 0,57

Sumber: kuesioner brand performance mie instan goreng 2006

Hasil dari analisis, dapat diambil kesimpulan bahwa Indomie mempunyai brand value yang paling tinggi yaitu 378,4%.

Dimana pada urutan kedua adalah Mie Sedaap dengan 133,0%. Brand value Indomie adalah 2,8x brand value Mie Sedaap.

Dan di urutan ketiga ada SuperMi dengan 36,7%. Brand value Indomie adalah 10,3x brand value SuperMi. Dan brand value Mie Sedaap adalah 3,6x brand value SuperMi.

Di urutan keempat adalah merek ABC dengan brand value 31,9%. Brand value Indomie adalah 11,9x brand value ABC, dan brand value Mie Sedaap adalah 4,2x brand value ABC, brand value SuperMi adalah 1,2x brand value ABC.


(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 90

Di urutan kelima ada merek Gaga 100 dengan 9,4%. Brand value Indomie adalah 40,3x brand value Gaga 100, dan brand value Mie Sedaap adalah 14,1x brand value Gaga 100, kemudian brand value SuperMi adalah 4x brand value Gaga 100, dan terakhir brand value ABC adalah 3,4x brand value Gaga 100.

5.2 Saran

Dari hasil yang diperoleh dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Merek Indomie, Alhami, Nissin, dan Salam Mie harus membuat strategi yang lebih efektif untuk mencegah penurunan penjualannya di masa mendatang, misalnya dengan lebih menggencarkan promosi dan memberikan bonus atau discount terhadap pembelian Indomie, atau dengan menambah jenis (pilihan rasa) pada produk mie instan goreng merek Indomie. Penurunan ini terlihat dari Gain Index Indomie yang menunjukkan angka negatif, karena BUMO Future Indomie lebih rendah dari BUMO.

2. Untuk Mie Sedaap, ABC, SuperMi, Gaga 100, Selera Rakyat, dan Miduo, tetap pertahankan posisi saat ini, karena pada Gain Index menunjukkan nilai positif, tetapi tetap saja jangan lalai membaca situasi agar dapat mengambil keputusan pada kondisi yang secara tiba-tiba memburuk.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sudarmadi, 2005, Majalah SWA, November 2005

Made Astawan, 2006, Membuat Mi & Bihun, Cetakan 8, Penebar Swadaya: Jakarta. Freddy Rangkuti, 2002, The Power of Brand: Teknik Mengelola Brand Equity dan

Strategi Pengembangan Merek, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Lamb, Charles W., Joseph F. Hair, Carl Mc. Daniel, 2001, Pemasaran, Buku 1, Edisi 1, Terjemahan, oleh David Oktarevia. Salemba Empat: Jakarta.

Darmadi Durianto, Sugiarto, Lie Joko Budiman, 2004, Brand Equity Ten: Strategi Memimpin Pasar, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Teguh Poeradisastra, 2006, Majalah SWA Indonesian Best Brand 2006, Agustus 2006

Hermawan Kartajaya, Yuswohady, Jacky Mussry, Taufik, 2005, Positioning, Diferensiasi, dan Brand, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

A.B. Susanto, dan Hermawan Wijanarko, 2005, Power Branding: Pembangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya, PT Nizan Publika: Jakarta.

Fandy Tjiptono, 2005, Brand Management, ANDI: Yogyakarta. Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta: Bandung. Anonim, 2006, Merek, http://kopisusu.wordpress.com/

Anonim, 2006, Branding Solutions, http://rdjassociates.net/brand.html

Anonim, 2006, Brand Loyalty, http://en.wikipedia.org/wiki/Brand_loyalty

Anonim, 2006, Brand Equity, http://www.netmba.com/marketing/brand/equity/

Anonim, 2006, Brand Equity, http://en.wikipedia.org/wiki/Brand_equity

Anonim, 2005, Awareness, Attitude, and Usage,

http://www.speedback.com/types_of_research.htm#Attitude

Anonim, 2006, Perceived Quality,


(6)

Dolak, Dave, 2006, Building a strong brand: Brand and Branding Basic,

http://www.davedolak.com/articles/dolak4.htm

Arthur Cheng-Hsui Chen, 2001, Using free association to examine the relationship between the characteristics of brand associations and brand equity, ,http://www.emeraldinsight.com/Insight/viewContentItem.do?contentType=Article& contentId=857774

George S. Low, Charles W. Lamb Jr, 2000, The measurement and dimensionality of

brand associations,

http://www.emeraldinsight.com/Insight/viewContentItem.do?contentType=Article&c ontentId=857740

Eva Martínez, José M. Pina2003, The negative impact of brand extensions on parent

brand image ,

http://www.emeraldinsight.com/Insight/viewContentItem.do?contentType=Article&c ontentId=857826

Anonim, 2006, http://www.bps.go.id/sector/agri/pangan/table2.shtml Anonim, 2005, Mie, http://shemut.com/?p=13

Anonim, 2005, Permasalahan Ekonomi yang Menjadi Tantangan Pemerintahan ke Depan, http://www.geocities.com/oomi_yeah/tantanganekonomi05.doc

INEKE RARASTYASININGRUM, 2005, Penerapan Strategi Bisnis Produk Mie Instan Berdasarkan Persepsi Konsumen, http://digilib.its.ac.id/print.php?id=jiptits-gdl-s1-2005-inekeraras-1390&PHPSESSID=ac687d6796d42470888083a0b57665e6