SKRIPSI Pengaruh Metode SQ3R Terhadap

SKRIPSI PENGARUH METODE SQ3R TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN 6 PENGADANGAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Skripsi ini Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S1)

SULAEMAN MS NPM 13110031 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS HAMZANWADI 2017/2018

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan Metode SQ3R terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN 6 Pengadangan Tahun Pelajaran 2017/2018. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah Quasy Experimental Design, dengan bentuk Posttest-Only Control, pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dipilih secara random, dimana kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan penggunaan Metode SQ3R sedangkan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV/A SDN 6 Pengadangan dengan jumlah 24 siswa yang menjadi kelas eksperimen dan siswa kelas IV/B SDN 6 Pengadangan dengan jumlah 24 siswa menjadi kelas kontrol. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah tes essay. Data dianalisis menggunakan uji-t dua pihak dengan metode sampel related varian. Kemudian dari pengujian hipotesis dengan uji t didapat t hitung ≥ t tabel (6,126 > 2,012) maka hipotesis Ho ditolak dan hipotesis Ha diterima yang artinya ada pengaruh penggunaan Metode SQ3R terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN 6 Pengadangan Tahun Pelajaran 2017/2018.

Kata Kunci: Metode SQ3R, Hasil Belajar Siswa

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the effect of the use of SQ3R Method on student learning outcomes in science subjects class IV SDN 6 Inflammatory Lesson 2017/2018. The experimental design used is Quasy Experimental Design, with Posttest-Only Control form, in this design the experimental group and the control group were chosen randomly, where the experimental group was treated with the use of the SQ3R Method while the control group used the conventional learning model. The sample in this research is the students of grade IV/A SDN 6 Pengadangan with the number of 24 students who become experimental class and students of grade IV/B SDN 6 Pengadangan with the number of 24 students into the control class. The technique used for data collection is an essay test. Data were analyzed using two-t test with sample-related method variant. Then from the hypothesis testing with t-test obtained t count ≥ t tab1e (6,126> 2.012) then the hypothesis Ho rejected and the hypothesis Ha accepted which means there is influence the use of SQ3R Method on student learning outcomes on science subjects class IV SDN 6 Inflammation Lesson 2017/2018.

Keywords: SQ3R Method, Student Learning Results

Persembahan: Persembahan:

Kupersembahkan skripsi ini untuk: Kupersembahkan skripsi ini

Kedua orang tuaku tercinta, atas do’a, motivasi dan kasih sayang yang tiada Kedua orang tuaku tercinta, atas do’a, motivasi dan kasih sayang yang tiada Kedua orang tuaku tercinta, atas do’a, motivasi dan kasih sayang yang tiada terhingga. . . Hidayati MS, Muhammad Alhakki MS, Novitasari Herawati MS, saudara Hidayati MS, Muhammad Alhakki MS, Novitasari Herawati MS, saudara Hidayati MS, Muhammad Alhakki MS, Novitasari Herawati MS, saudara- saudariku tercinta yang menjadi sebab dan alasan kenapa aku berjuang. saudariku tercinta yang menjadi sebab dan alasan kenapa aku berjuang. saudariku tercinta yang menjadi sebab dan alasan kenapa aku berjuang. Fantastic Four (Aprial Hamidi, Lalu Wiraharja, Sada Marianto Wibowo, Fantastic Four (Aprial Hamidi, Lalu Wiraharja, Sada Marianto Wibowo, Fantastic Four (Aprial Hamidi, Lalu Wiraharja, Sada Marianto Wibowo, Khaerul Roziki) yang selalu Khaerul Roziki) yang selalu siap sedia dalam keadaan apapun dan Teman siap sedia dalam keadaan apapun dan Teman- teman seperjuanganku Kelas A. teman seperjuanganku Kelas

Untuk yang masih menjadi rahasiaNya, semoga kita sama-sama sedang Untuk yang masih menjadi rahasiaNya, semoga kita sama sama sedang memperbaiki diri sehingga dipertemukan dalam keadaan benar-benar siap kelak. memperbaiki diri sehingga dipertemukan dalam keadaan benar benar siap kelak. Almamaterku tercinta UNIVERSITAS HAMZANWADI. Almamaterku tercinta UNIVERSITAS

MOTTO

Jika Kebahagiaan Membuat Kita Tersenyum, Maka Ujian Akan Membuat Kita Menangis Agar Bisa Tersenyum Lebih Lebar.

Karena Allah Menyimpan Kebahagiaan di

balik Kesulitan.

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode SQ3R Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA kelas IV SDN 6 Pengadangan Tahun Pelajaran 2017/2018” dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarga, sahabat dan pengikutnya.

Dalam menulis skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan sebagainya yang turut memberi motivasi kepada penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd selaku Rektor Universitas Hamzanwadi.

2. Muhammad Sururuddin, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

3. Mijahamuddin Alwi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I.

4. Arif Rahman Hakim, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II.

5. Seluruh Dosen dan karyawan/wati Universitas Hamzanwadi terutama di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), atas segala dukungannya hingga Proposal ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, tanpa ada kendala yang terlalu berat.

6. Orang tua dan saudara-saudariku yang selama ini mendukung.

7. Teman-teman dan segenap pihak yang tidak dapat saya utarakan satu persatu, semoga segala yang telah dilakukan pada saya tercatat sebagai amal ibadah disisi Allah SWT serta mendapat ganjaran yang setimpal dari-Nya. Amin Yaa Rabbal A’lamiin

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri dan semoga Proposal ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Rempung, Agustus 2017 Penulis,

SULAEMAN MS NPM. 13110031

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus Lampiran 2A : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Lampiran 2B : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Lampiran 3 : Kisi-kisi Soal Lampiran 4 : Instrumen Soal Lampiran 5 : Lembar Validitas Lampiran 6 : Daftar Nama Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Lampiran 7A : Hasil Posttest Siswa Kelas Eksperimen Lampiran 7B : Hasil Posttest Siswa Kelas Kontrol Lampiran 8A : Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen Lampiran 8B : Uji Normalitas Data Kelas Kontrol Lampiran 9 : Uji Homogenitas Lampiran 10 : Uji Hipotesis Lampiran 11 : Tabel Nilai Chi Kuadrat Lampiran 12 : Tabel (t) Lampiran 13 : Tabel Luas Lengkungan Kurva Normal dari 0 s/d Z

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang mempermudah siswa untuk terlibat langsung dan menemukan sendiri pengetahuan mengenai sesuatu karena hakikat IPA secara garis besar mempunyai tiga komponen, yaitu proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses ilmiah meliputi mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang, dan melaksanakan eksperimen. Produk ilmiah berupa fakta, prinsip, konsep, hukum dan teori. Sikap ilmiah berupa rasa ingin tahu, hatihati, objektif, dan jujur. Maka siswa harus memiliki keterampilan untuk mengkaji peristiwa-peristiwa alam yang ada dengan cara-cara ilmiah untuk memperoleh pengetahuan.

Ilmu Pengetahuan Alam disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah. Untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan penelitian sederhana. Di samping itu, pentahapan pengembangannya disesuaikan dengan tahapan dari suatu proses penelitian atau eksperimen, yang meliputi: observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi, hipotesis, mengendalikan variabel, merencanakan dan melaksanakan penelitian, inferensi, aplikasi, dan komunikasi.

Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar sampai saat ini masih jauh dari apa yang kita harapkan. Hal ini disebabkan oleh penggunaan metode dan media pembelajaran yang belum maksimal, terlebih pada mata pelajaran IPA. Mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang bergantung pada alam sekitar, oleh sebab itu pembelajaran IPA harus menggunakan metode yang cocok agar siswa dapat berinteraksi langsung dengan alam, baik secara langsung maupun melalui teks bacaan.

Berdasarkan hasil observasi di SDN 6 Pengadangan, penyebab kurangnya hasil belajar siswa adalah sarana dan prasarana yang minim dapat mempengaruhi aktifitas belajar menjadi tidak kondusif seperti penggunaan media yang kurang tepat dan tidak menarik serta faktor lingkungan yang belum tercukupi sepenuhnya. Hal ini akan menimbulkan berbagai macam keluhan seperti malas belajar, membosankan (jenuh), kurang bergairah, tidak menarik, semuanya akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Ini merupakan suatu permasalahan dasar yang harus segera diatasi.

Melihat keadaan yang seperti ini, jika terus berlanjut maka akan menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap hasil belajar anak, dan pada akhirnya prestasi belajar yang dicapai oleh anak kurang maksimal. Dalam proses belajar- mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggungjawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas yang berkaitan dengan kesulitan belajar siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan sebuah upaya perbaikan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan penerapan suatu metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pernyataan tersebut, metode yang sesuai untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan Metode SQ3R.

Metode SQ3R merupakan sebuah sistem yang diterapkan dalam melakukan aktivitas membaca atau belajar berupa Survei ( Survey), Bertanya (Question), Membaca (Read), Menceritakan kembali (Recite), dan Mereviu (Review)-SQ3R. SQ3R dikatakan system, bagiannya saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga harus dilalui oleh pembaca apabila apabila hendak memperoleh pemahaman yang maksimal itu. Pengajaran dengan metode suatu tertentu, akan memberikan hasil yang lebih baik,apabila dibandingkan dengan pengajaran tanpa metode. Metode membaca yang termasuk paling awal pengembangannya dan metode yang paling popular ialah metode SQ3R yang dikembangkan oleh robinson. Metode ini dirancang menurut jenjang yang memberi kemungkinan kepada para siswa untuk belajar secara sistematis dalam menghadapi berbagai bahan yang berupa buku teks atau tugas dengan bantuan teknik-teknik atau strategi-strategi membaca yang dianggap lebih efisien.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian mengangkat judul skripsi tentang “Pengaruh Metode SQ3R Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN 6 Pengadangan Tahun Pelajaran 2017/2018”.. Pemilihan judul ini dimaksudkan untuk melihat apakah metode SQ3R efektif jika diterapkan pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang menjadi penyebab kurangnya hasil belajar siswa, antara lain:

1. Sarana dan prasarana yang minim, hal ini dapat mempengaruhi aktifitas belajar menjadi tidak kondusif seperti penggunaan media yang kurang tepat dan tidak menarik serta faktor lingkungan yang belum tercukupi sepenuhnya.

2. Penggunaan media dan metode yang tidak bervariasi Hal ini akan membuat pembelajaran menjadi monoton.

3. Gairah belajar siswa kurang, sehingga siswa kurang memperhatikan pelajaran dan lebih memilih untuk bermain

4. Penggunaan media yang kurang tepat sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik.

C. Pembatasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang terindentifikasi dibandingkan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka peneliti merasa perlu memberi batasan terhadap masalah yang akan di kaji agar lebih terarah dan jelas, masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada “Pengaruh Penggunaan Metode SQ3R Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN 6 Pengadangan Tahun Pelajaran 2017/2018”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Pengaruh Penggunaan Metode SQ3R Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN 6 Pengadangan Tahun Pelajaran 2017/2018”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Metode SQ3R Terhadap Hasil Belajaar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN 6 Pengadangan.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik secara praktis maupun teoritis.

1. Manfaat Praktis:

a. Bagi Siswa:

1) Meningkatkan proses dan hasil belajar.

2) Menjadikan siswa lebih aktif di dalam kegiatan pembelajaran dan memberikan rasa berani serta percaya diri pada siswa.

b. Bagi Penulis dan Guru:

1) Memperbaiki pembelajaran, meningkatan, dan mengembangkan profesionalisme diri.

2) Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya terutama sumber informasi tentang pengaruh penggunaan Metode SQ3R Terhadap Hasil Belajaar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA

c. Bagi Sekolah:

1) Membantu meningkatkan mutu pendidikan dan reputasi sekolah.

2) Sebagai bahan masukan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, terutama dalam suatu pokok bahasan tertentu.

d. Bagi Kepala sekolah

1) Membantu kepala sekolah untuk memperbaiki kinerja guru.

2) Sebagai sumber informasi mengenai proses pembelajaran.

2. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian dapat bermanfaat bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor penyebab timbulnya masalah belajar yang telah teridentifikasi dan belum diteliti dalam rangka pengembangan pembelajaran IPA

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran

a) Hakikat Pembelajaran

Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Adapun humanistik mendeskripsikan pembelajaran sebagai memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Sugandi, 2004: 9).

Menuurut Gagne (dalam Kusmayanti, 2014: 2) Pembelajaran adalah perubahan atau kemampuan seseorang yang dapat dikekalkan tetapi tidak disebabkan oleh pertumbuhan. Perubahan yang dipanggil pembelajaran diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku; dengan membandingkan tingkah laku seseorang individu sebelum dan setelah pembelajaran.

Darso (dalam Hamdani, 2011: 23) aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar berpikir mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Guru harus bisa memancing rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran agar siswa dapat berperan aktif di dalamnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan pembelajaran sebagai serangkaian proses kegiatan belajar antara guru Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan pembelajaran sebagai serangkaian proses kegiatan belajar antara guru

b) Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan- tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (dalam jurnal Kurniyanti, 2014: 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Faktor Kecerdasan

Faktor kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan berfikir yang bersifatnya rumit dan abstrak. Tingkat kecerdasan dari masing-masing tidak sama. Ada yang tinggi, ada yang sedang dan ada pula yang rendah. Namun, tingginya kecerdasan seseorang bukanlah suatu jaminan bahwa ia akan berhasil menyelesaikan pendidikan dengan baik, karena keberhasilan dalam belajar bukan hanya ditentukan oleh kecerdasan saja tetapi juga oleh faktor-faktor lainnya.

2) Faktor Belajar

Faktor belajar adalah semua segi kegiatan belajar, misalnya kurang dapat memusatkan perhatian kepada pelajaran yang sedang dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah yang berkaitan sehingga tidak Faktor belajar adalah semua segi kegiatan belajar, misalnya kurang dapat memusatkan perhatian kepada pelajaran yang sedang dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah yang berkaitan sehingga tidak

3) Faktor Sikap

Banyak pengaruh faktor sikap terhadap kegiatan dan keberhasilan siswa dalam belajar. Sikap dapat menentukan apakah seseorang akan dapat belajar dengan lancar atau tidak, tahan lama belajar atau tidak, senang pelajaran yang di hadapinya atau tidak dan banyak lagi yang lain. Diantara sikap yang dimaksud di sini adalah minat, keterbukaan pikiran, prasangka atau kesetiaan. Sikap yang positif terhadap pelajaran merangsang cepatnya kegiatan belajar.

4) Faktor Kegiatan

Faktor kegiatan ialah faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan, kesegaran jasmani dan keadaan fisik seseorang. Sebagaimana telah diketahui, badan yang tidak sehat membuat konsentrasi pikiran terganggu sehingga menganggu kegiatan belajar.

5) Faktor Emosi dan Sosial

Faktor emosi seperti tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial seperti persaingan dan kerja sama sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar. Ada diantara faktor ini yang sifatnya mendorong terjadinya belajar tetapi ada juga yang menjadi hambatan terhadap belajar efektif.

6) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ialah keadaan dan suasana tempat seseorang belajar. Suasana dan keadaan tempat belajar itu turut juga menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar. Kebisingan, bau busuk dan nyamuk yang menganggu pada waktu belajar dan keadaan yang serba kacau di tempat belajar sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Hubungan yang kurang serasi dengan teman dapat menganggu kosentrasi dalam belajar.

7) Faktor Guru

Kepribadian guru, hubungan guru dengan siswa, kemampuan guru mengajar dan perhatian guru terhadap kemampuan siswanya turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Guru yang kurang mampu dengan baik dalam mengajar dan yang kurang menguasai bahan yang diajarkan dapat menimbulkan rasa tidak suka kepada yang diajarkan dan kurangnya dorongan untuk menguasainya dipihak siswa. Sebaliknya guru yang pandai mengajar yang dapat menimbulkan pada diri siswa rasa menggemari bahan yang diajarkannya sehingga tanpa disuruh pun siswa banyak menambah pengetahuannya dibidang itu dengan membaca buku-buku, majalah dan bahan cetak lainnya. Guru dapat juga menimbulkan semangat belajar yang tinggi dan dapat juga mengendorkan keinginan belajar yang sungguh-sungguh. Siswa yang baik berusaha mengatasi kesulitan ini dengan memusatkan perhatian kepada bahan pelajaran, bukan kepada kepribadian gurunya.

c) Langkah-langkah Pembelajaran

Menurut Piaget (dalam Dimyati, 2010: 14) pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut: (1) Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri. Penentuan

topik tersebut dapat dibimbing dengan beberapa pertanyaan, sebagai berikut: (a) Pokok bahasan yang manakah yang cocok untuk eksperimentasi?

(b) Topic manakah yang cocok untuk pemecahan masalah dalam

situasi kelompok? (c) Topik manakah yang dapat disajikan pada tingkat manipulasi

secara fisik sebelum verbal? (2) Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut.

Hal ini dibimbing dengan pertanyaan seperti:

(a) Apakah aktivitas itu member kesempatan untuk melakasanakan

metode eksperimen? (b) Dapatkah kegiatan itu menimbulkan pertanyaan siswa?

(c) Dapatkah siswa membandingkan berbagai cara bernalar dalam

mengikuti kegiatan di kelas? (d) Apakah masalah tersebut merupakan masalah yang tidak dapat dipecahkan atas dasar pengisyaratan perseptual? (e) Apakah aktivitas itu dapat menghasilkan aktivitas fisik dan kognitif

(f) Dapatkah kegiatan siswa itu memperkaya konstruk yang sudah

dipelajari?

(3) Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah. Bimbingan pertanyaan berupa: (a) Pertanyaan lanjut yang memancing berfikir seperti “bagaimana

jika”? (b) Memperbandingkan materi apakah yang cocok untuk menimbulkan

pertanyaan spontan? (4) Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan

melakukan revisi. Bimbingan pertanyaan seperti: (a) Segi kegiatan apakah yang menghasilkan minat dan keterlibatan

siswa yang besar? (b) Segi kegiatan manakah yang tak menarik dan apakah alternatifnya?

(c) Apakah aktivitas itu memberi peluang untuk mengembangkan sifat baru untuk penelitian atau meningkatkan siasat yang sudah dipelajari?

2. Metode SQ3R

a) Pengertian Metode SQ3R

Metode SQ3R merupakan sebuah sistem yang diterapkan dalam melakukan aktivitas membaca atau belajar berupa Survei ( Survey), Bertanya ( Question), Membaca (Read), Menceritakan kembali (Recite), dan Mereviu (Review). SQ3R dikatakan system, bagiannya saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga harus dilalui oleh pembaca apabila apabila hendak memperoleh pemahaman yang maksimal itu. Nuriadi ( 2008: 177)

Metode SQ3R adalah salah satu metode membaca untuk memahami isi bacaan yang menggunakan langkah-langkah secara sistematis dalam pelaksanaannya. Membaca dengan cara SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri atas lima langkah, yaitu survey, question, read, recite (recall), review. Soedarso (dalam Aniatul Hidayah, 2012 :75). Lima langkah tersebut bermaksud untuk membangun pemikiran siswa agar siswa menjadi lebih aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran.

Metode SQ3R merupakan metode yang di awali dengan membangun gambaran umum tentang bahan yang akan atau sedang dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari judul atau sub judul suatu bab, dilanjutkan dengan membaca jawaban dari pertanyaan tersebut ( Listiyanto, 2010 :65). Serangkaian kegiatan tersebut dilakukan secara runtun sebagaimana sintaks pembelajaran metode SQ3R.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Metode SQ3R meupakan metode membaca yang sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional yang memilik lima tahapan, yaitu survey, question, read, recite, dan review, yang di awali dengan membangun gambaran umum tentang bahan yang akan atau sedang dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari judul atau sub judul suatu bab, dilanjutkan dengan membaca jawaban dari pertanyaan tersebut.

b) Langkah-langkah Penerapan Metode SQ3R

Metode membaca SQ3R terdiri dari lima tahapan sistematis. Dalam penjelasan Nuriadi (2008: 178), metode SQ3R memliki lima langkah yaitu Survey, Queation, Read, Recite dan Review.

1) Survey (tinjau)

Survey ialah langkah membaca untuk mendapatkan gambaran keseluruhan tentang apa yang terkandung di dalam bahan yang dibaca. Keuntungan tahap survey adalah mendorong pembaca merasakan materi secara umum, menemukan ide yang terkandung dalam teks. survey dilakukan bertujuan untuk:

(1) Mempercepat menangkap arti

(2) Mendapatkan abstrak

(3) Mengetahui ide-ide penting

(4) Melihat sususnan (organisasi) bahan bacaan tersebut

(5) Mendapat minat perhatian yang saksama terhadap bacaan

(6) Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah

2) Question (soal atau Tanya)

Question (soal atau Tanya) ialah langkah yang memerlukan pembaca dalam menangkap satu inti permasalahan dalam teks. Setelah mendapat teks tersebut berkaitan dengan informasi yang diperlukannya. Masalah-masalah tersebut menunjukkan keinginan pembaca tentang informasi yang ingin diperoleh dari bahan tersebut, yang kemudian menjadi panduan atau pedoman pada kegiatan membaca.

Selanjutnya. Pembaca akan mencoba mencari jawaban atas persoalan-persoalan tersebut. Langkah question, yaitu langkah yang dilakukan siswa dengan mempertanyakan detil teks, dengan Selanjutnya. Pembaca akan mencoba mencari jawaban atas persoalan-persoalan tersebut. Langkah question, yaitu langkah yang dilakukan siswa dengan mempertanyakan detil teks, dengan

3) Read (baca)

Read (baca) ialah membaca bahan atau teks tersebut secara aktif serta mencoba mendapatkan segala jawaban atas persoalan-persoalan yang disampaikan sebelumnya. Ketika membaca, seorang pembaca mungkin juga akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan tambahan, berdasarkan perkembangan pemahaman dan keinginannya selama membaca. Pembaca mungkin juga mempersoalkan pendapat atau informasi yang terdapat dalam buku atau teks tersebut.

Membaca merupakan langkah yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang sudah dibuat. Langkah ini juga sebagai bentuk memastikan apakah pertanyaan yang dibuat sudah mewakili dan mencakup seluruh materi yang ada pada teks. Membaca juga untuk memperdalam materi, sehingga dapat ditemukan hal-hal yang belum lengkap yang ada pada teks. Kesadaran akan informasi yang kurang lengkap mendorong pembaca mencari informasi lebih lanjut yang relevan dengan materi pada teks.

4) Recite (menceritakan kembali)

Setelah selesai membaca, seorang pembaca mencoba menceritakan kembali apa yang telah dibaca dan meneliti segala hal yang telah diperolehnya lalu. Pemilihan informasi disesuaikan dengan yang dibutuhkannya. Pembaca juga boleh mencoba menjawab Setelah selesai membaca, seorang pembaca mencoba menceritakan kembali apa yang telah dibaca dan meneliti segala hal yang telah diperolehnya lalu. Pemilihan informasi disesuaikan dengan yang dibutuhkannya. Pembaca juga boleh mencoba menjawab

5) Review (Mengulang atau melihat kembali kembali)

Langkah terakhir dari model SQ3R adalah review, yaitu langkah yang dilakukan untuk melihat kembali materi yang terkandung dalam teks. Pada bagian ini pembaca akan membaca bagian-bagian buku atau teks tertentu yang dipilih untuk mendukung jawaban-jawaban atas persoalan-persoalan yang dibuatnya pada langkah ketiga. Pada bagian ini, pembaca juga memastikan tidak ada informasi yang terlewat. Membuat rangkuman atas bacaan, catatan pengembangan yang diperlukan sehingga dapat mengidentifikasi informasi relevan yang harus dicari kemudian. Pada tahap ini juga dilakukan pemetaan konsep dan materi. Pengorganisasian materi/topik dilakukan untuk memastikan bahwa terdapat relevansi dan keterkaitan antar materi.

c) Kelebihan dan Kekurangan Metode SQ3R

1) kelebihan metode SQ3R antara lain:

(a) Dapat mempercepat siswa menangkap isi bacaan, mendapatkan abstrak, mengetahui ide-ide yang penting, melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut, mendapatkan minat perhatian yang saksama terhadap bacaan, dan memudahkan mengingat lebih banyak serta memahami lebih mudah

(b) Membuat cara membaca siswa menjadi lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada daripada kalau hanya asal membaca

(c) Membuat siswa fokus menemukan gagasan utama bacaan dan dapat menjawab pertanyaan yang telah disusunnya (d) Siswa mampu mengingat lebih lama poin penting bacaan yang telah dibacanya dengan mengungkapkan kembali isi bacaan dengan bahasanya sendiri

(e) Membantu siswa mendapatkan hal-hal penting sebagai hasil dari

kegiatan membaca..

2) kelemahan metode SQ3R antara lain:

(a) siswa saat menempuh kelima prosedur pada metode SQ3R pada awalnya akan dirasa berbelit-belit apalagi jika belum terbiasa

(b) tidak dapat diterapkan pada pengajaran prosedural, seperti pada

mata pelajaran keterampilan. (c) memakan waktu yang banyak

(d) bisanya pembaca enggan mengikuti secara lengkap langkah-

langkah metode SQ3R

3. Hasil Belajar

a) Hakikat Hasil Belajar

Suprijono (2009: 7) merumuskan hasil belajar sebagai perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. Hasil belajar yang dimaksud Suprijono (2009: 5) berupa informasi vebal dan intelektual, serta informasi kognitif, motorik, dan afektif.

Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2009: 6), hasil belajar mencakup tiga kemampuan yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif meliputi knowledge (pengetahuan, ingatan); comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh); application (menerapkan); analysis (menguraikan, menentukan hubungan); synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru); dan evaluation (menilai). Kemampuan afektif meliputi receiving (sikap menerima); responding (memberikan respon); valuing (nilai); organization (organisasi); dan charaterization (karakterisasi). Kemampuan psikomotor mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar . hasil belajar bisa dilihat dari prilaku secara positif serta kemampuan yang dimilii siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan menganar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.

b) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor

1) Faktor Internal

(a) Faktor fisiologis.

Secara umum kondisi umum kondisi fisiologis seperti, kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.

(b) Faktor Psikologis

Setiap individu dalam hal ini pada dasarnaya memiliki kondisi psikologis yang berbeda. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik.

2) Faktor Eksternal

(a) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosia. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari pada ruangan yang kurang sirkulasi udara akan sangat berpengaruhdan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hariyang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.

(b) Faktor Instrumental.

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru.

4. Pembelajaran IPA SD

a. Hakikat Pembelajaran IPA

Wasih (2016: 17) Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti pengetahuan. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).

Fowler (dalam Djojosoediro 2016: 17) Ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi”. Ilmu Pengetahuan Alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu di mana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dan di mana pun. Orang yang menekuni bidang ilmu pengetahuan alam disebut sebagai Saintis.

Iskandar (2001, 2) Ilmu pengetqahuan alam merupakan mata pelajaran di sekolah dasar yang tmempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada alam. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode Ilmiah.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum- hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

b. Karakteristik Pembelajaran IPA

Sebagai ilmu, IPA memiliki karakteristik yang membedakannya dengan bidang ilmu lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini:

1) IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah

dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh: nilai ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat dikembalikan ke sifat benda dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh: nilai ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat dikembalikan ke sifat benda

2) IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” ( working scientifically), nilai dan “sikapi lmiah” (scientific attitudes).

3) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain

4) IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan baganbagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut.

5) IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap.

Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan

c. TujuanPembelajaran IPA SD

Adapun tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa:

1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat.

2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari.

4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari

5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran yang lain

6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Mengahargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari.

d. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

Ruang llingkup materi pelajaran ipa yang berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai berikut:

1) Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interkasinya dengan lingkungan serta kesehatan.

2) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah bumi, tata surya dan benda- benda langit lainnya.

Berdasarkan ruang likup mata pelajran ipa tersebut, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dalam pembelajaran IPA dikembangkan konsep ilmiah dalam memahami sikap dan nilai keilmiahan, selain itu dalam ruang lingkup pembelajaran IPA juga dikembangkan suatu pemahaman terhadap mahluk hidup.

e. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam kurikulum KTSP dituliskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penugasan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses pene muan.

Pendidian IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek Pendidian IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

Pada tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diharapkan pada pengalaman belajar untuk merancang suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Salah satu tujuan IPA dalam Kurikulum tahun 2006 ada lah mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran dan tujuan IPA yang khususnya di SD/M I dalam kurikulum KTSP ini tentunya mengacu pada hakikat belajar, cirri-ciri belajar, dan prinsip-prinsip belajar. Di mana peserta didik bukan hanya mengetahui, melainkan mengalami sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara tersirat maupun tersurat KTSP ini memberikan sinyal daam pengimpelementsiannya menggunakan staregi dengan menekankan pada aspek kinerja siswa. Jadi dalam hal ini peranan guru hanya sebagai mediator, siswa lebih aktif untuk merumuskan sendiri tentang fenomena yang berkaitan dengan fokus kajian secara kontekstual bukan tekstual.

5. Materi

a. Standar Kompetensi (SK) :

1 . Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsi nya, serta pemeliharaannya.

b. Kompetensi Dasar (KD) :

1.1 Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya

c. Rangkuman Materi :

1) Kerangka Tubuh Manusia dan Fungsinya

Gambar 1 : Kerangka Tubuh Manusia

Tubuh manusia dapat berdiri tegak karena ada bagian tubuh yang menegakkannya. Bagian tubuh tersebut adalah tulang. Tulang merupakan bagian tubuh yang paling keras. Tulang terdiri dari sel-sel hidup, mineral, dan sejenis protein. Mineral penyusun tulang adalah Tubuh manusia dapat berdiri tegak karena ada bagian tubuh yang menegakkannya. Bagian tubuh tersebut adalah tulang. Tulang merupakan bagian tubuh yang paling keras. Tulang terdiri dari sel-sel hidup, mineral, dan sejenis protein. Mineral penyusun tulang adalah

Rangka (skelet) merupakan rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi organ tubuh yang lunak. Tulang satu dengan tulang yang lain dihubungkan oleh persendian (artikulasi). Sistem rangka yang terletak di dalam tubuh dan dilindungi oleh kulit dan otot disebut endoskeleton

2) Bagian-Bagian Rangka Manusia

Rangka yang menyusun tubuh kita dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:

a) Rangka Kepala (Tengkorak)

(tengkorak) berfungsi untuk melindungi organ penting yang ada di bagian kepala, antara lain otak.

b) Rangka Badan

Gambar 2 : Bagian-bagian Rangka

Susunan tulang yang disebut dengan bagian rangka badan pada rangka manusia ialah mulai dari leher sampai dengan panggul.

c) Rangka anggota gerak

Rangka anggota gerak adalah susunan tulang yang membantu kita untuk bergherak

3) Bentuk-bentuk Tulang Rangka Manusia

Berdasarkan bentuknya, tulang dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

a) Tulang pipih

Karena bentuknya pipih atau gepeng maka disebut tulang pipih. Contohnya tulang belikat, tulang dada,

tulang rusuk, tulang panggul, dan tulang-

Gambar 3 : Tulang Belikat

tulang tengkorak

b) Tulang pendek

Tulang pendek bentuknya bulat

pendek. Contohnya tulang pergelangan

tangan, tulang pergelangan kaki, ruasruas

tulang belakang, dan tulang

tempurung lutut. Gambar 4 : Tulang

Tempurung Lutut

c) Tulang pipa

Disebut tulang pipa karena

bentuknya seperti pipa, bulat panjang dan

di bagian pusatnya terdapat rongga besar. Gambar 5 : Tulang Paha Contoh: tulang lengan, tulang paha, dan tulang ruas jari.

4) Fungsi rangka :

Rangka yang kita miliki berfungsi :

a) Memberi bentuk tubuh, menahan, dan menegakkan tubuh

b) Melindungi alat-alat tubuh yang vital Contoh : (1) otak dilindungi oleh tengkorak

(2) paru-paru dan jantung dilindungi oleh tulang-tulang rusuk dan

tulang dada

c) Tempat pembentukan sel-sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah. Hal ini terjadi pada tulang pipa, sebagai tempat pembentukan sumsum merah

d) Sebagai alat gerak pasif, karena tulang yang sebenarnya tidak bergerak, yang melakukan gerakan sebenarnya adalah otot yang melekat pada tulang

e) Tempat melekatnya otot (otot rangka)

f) Tempat penyimpanan mineral terutama fosfor dan kalsium.

B. Penelitian Yang Relevan

Peneliti yang berhasil menggunakan metode SQ3R ini dalam pembelajaran yaitu:

1. Rohman (2011). Tujuan penelitian yang dilakukan peneliti bermaksud untuk melihat apakah minat belajar siswa meningkat ketika menggunakan metode SQ3R. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas V SD dengan menerapkan metode SQ3R pada judul “Penerapan Metode SQ3R untuk Meningkatkan Minat Belajar Mata pelajaran IPA Pokok Bahasan Bumi 1. Rohman (2011). Tujuan penelitian yang dilakukan peneliti bermaksud untuk melihat apakah minat belajar siswa meningkat ketika menggunakan metode SQ3R. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas V SD dengan menerapkan metode SQ3R pada judul “Penerapan Metode SQ3R untuk Meningkatkan Minat Belajar Mata pelajaran IPA Pokok Bahasan Bumi

2. Wahyuni (2010). Peneliti bertujuan untuk melihat Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model SQ3R dengan LKS Terstruktur dan Tidak Terstruktur Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Indera Pengelihatan. Penerapan metode pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa berdasarkan nilai pengujian tes awal dan tes akhir siswa. Tes awal dan tes akhir siswa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel 13,723 > 20,211 artinya metode pembelajaran SQ3R dengan LKS terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan pada LKS tidak terstruktur nilai t-hitung juga lebih besar dari nilai t-tabel 14,345>20,195 yang artinya Metode Pembelajaran dengan LKS Tidak terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Penelitian oleh (Sri, 2009) dengan judul Upaya meningkatkan hasil belajar Mapel SKI dengan menggunakan metode SQ3R Materi Pokok Dinasti Al- Ayyubiah pada siswa kelas VIII A MTs NU Nuruh Huda. Didapatkan Hasil terjadinya peningkatan hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R. ini dibuktikan dengan pra siklus 47,82% dan rata-rata 69.14 meningkat pasa siklus 1 menjadi 69,56% dan rata-rata 69,98 dan siklus 2 menjadi 86,95% dan rata-rata 76,21.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode SQ3R terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaan penelitian-penelitian di atas dengan penlitian ini adalah terletak pada jenjang pendidikan dan mata pelajaran tempat diterapkannnya metode SQ3R. Metode ini biasanya digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indoenesia, namun kali ini peneliti mencoba menerapkannya pada mata pelajaran IPA.

C. Kerangka Pikir

Keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh berbagai komponen, yaitu guru, siswa, suasana kelas, serta metode pembelajaran. Seorang guru diharapkan profesional dalam menyampaikan pembelajaran serta kreatif agar siswa lebih memahami konsep-konsep yang diajarkan. Penyajian pembelajaran secara kreatif ini tidak terlepas dari bagaimana seorang guru memilih metode pembelajaran.

Guru seharusnya dapat mengguanakan metode yang mampu melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan guru tentunya harus dapat membuat siswa aktif di kelas agar pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru melainkan kepada siswa sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Metode yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi aktivitas siswa dan hasil belajarnya.

Hasil belajar memiliki kedudukan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan suatu proses pembelajaran. Dengan hasil belajar, guru dapat mengetahui apakah siswa sudah mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan. Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai seseorang setelah melalui proses Hasil belajar memiliki kedudukan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan suatu proses pembelajaran. Dengan hasil belajar, guru dapat mengetahui apakah siswa sudah mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan. Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai seseorang setelah melalui proses

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang mempermudah siswa untuk terlibat langsung dan menemukan sendiri pengetahuan mengenai sesuatu karena hakikat IPA secara garis besar mempunyai tiga komponen, yaitu proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses ilmiah meliputi mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang, dan melaksanakan eksperimen. Produk ilmiah berupa fakta, prinsip, konsep, hukum dan teori. Sikap ilmiah berupa rasa ingin tahu, hatihati, objektif, dan jujur. Maka siswa harus memiliki keterampilan untuk mengkaji peristiwa-peristiwa alam yang ada dengan cara-cara ilmiah untuk memperoleh pengetahuan.

Melihat kondisi awal pada siswa kelas IV SDN 6 Pengadangan mempunyai hasil belajar yang tergolong masih rendah. berdasarkan hasil observasi penyebab kurangnya hasil belajar siswa adalah sarana dan prasarana yang minim dapat mempengaruhi aktifitas belajar menjadi tidak kondusif seperti penggunaan media yang kurang tepat dan tidak menarik serta faktor lingkungan yang belum tercukupi sepenuhnya. Hal ini akan menimbulkan berbagai macam keluhan seperti malas belajar, membosankan (jenuh), kurang bergairah, tidak menarik, semuanya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.