PETUALANGAN KESEJARAHAN DALAM DUA NOVEL
PETUALANGAN KESEJARAHAN DALAM DUA NOVEL DAN BROWN:
SEBUAH PENDEKATAN MIMETIK
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiksi, yang Diampu oleh
Prof. Dr. Burhan Nurgiyantoro, M.Pd. Tahun 2013
Oleh
Rony Kurniawan Pratama
11201244043
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
A.
Pendahuluan
Sejatinya, karya fiksi merupakan dunia dalam kata. Karya fiksi
diciptakan oleh manusia dengan menggunakan segenap kreativitas
estetisnya. Proses kreatif itulah yang menjadikan pengarang karya fiksi,
“menelurkan” segenap gagasan, ide, maupun pemikirannya dalam setiap
kata-kata. Oleh karenanya, melalui media bahasa itulah pengarang
menyampaikan “pesan moral” yang dikandung oleh karya fiksi itu kepada
pembaca.
Banyaknya karya fiksi yang dihasilkan oleh pengarang, menuntut
para akademisi, kritikus karya sastra, ataupun pembaca pada umumnya
untuk melakukan sebuah usaha pengkajian fiksi. Sebab, pesan atau
substansi yang terkandung dalam karya fiksi, haruslah tersampaikan secara
baik kepada pembaca, sehingga pembaca dapat menyerap pesan yang
disampaikan kepada pengarang melalui karya fiksi itu sendiri. Dengan
demikian, usaha pengkajian fiksi itu sangat perlu demi membantu untuk
mengetahui
pesan
yang
terkandung
dalam
karya
fiksi
secara
komprehensif.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengkaji tentang dua novel
karya Dan Brwon yang berjudul The da Vinci Code dan Angels and
Demons. Novel yang mendapatkan legitimasi publik sebagai novel best
seller tersebut, pernah “mengguncangkan” iman Kristiani. Selain itu, Dan
Brown juga menyisipkan kalimat dalam pembuka novelnya dengan,
“Semua referensi mengenai benda-benda seni, beberapa makam,
terowongan, dan arsitektur di Roma adalah betul-betul nyata (tepat sesuai
dengan tempatnya) dan dapat disaksikan hingga kini. Persaudaraan
Illuminati juga nyata” (Angels and Demons). Sedangkan di dalam
pembukaan novel (The da Vinci Code), tertulis “Semua deskripsi karya
seni, arsitektur, dokumen, dan ritus rahasia dalam novel ini adalah akurat”.
Novel-novel Dan Brown juga terkenal sebagai fiksi ilmiah.
Artinya, ada bukti empiris yang dapat dipertanggungjawabkan secara data
maupun bukti faktualnya. Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji novel
tersebut dengan pendekatan mimetik (tiruan kehidupan). Selain itu, penulis
ingin mengkaji secara komprehensif tentang petualangan sejarah, fakta
historis sisa-sisa peninggalan arsitektur, ritus rahasia pada lintasan abad
abad kegelapan, abad pertengahan, maupun zaman renaisans, dalam novel
Dan Brown.
B.
Landasan Teori
1. Pendekatan Pengkajian Sastra
Karakteristik karya sastra yang bersifat multidimensional,
menarik pembaca atau pengkaji karya sastra untuk memfokuskan
perhatiannya pada aspek-aspek tertentu saja. Aspek-aspek tertentu
yang dimaksudkan adalah tentang estetika, psikologi, masyarakat, dan
sebagainya. Dengan demikian, untuk mempermudah mengkaji sebuah
karya sastra yang bersifat multidimensional itu, perlu adanya sebuah
pendekatan.
Seiring dengan perkembangan pendekatan karya sastra dari
masa ke masa yang cenderung maju, tetapi secara garis besar
pendekatan pengkajian sastra itu menurut Abrams (1981) dasarnya
yaitu, (1) mimetik, (2) ekspresif, (3) pragmatik, dan (4) objektif. Akan
tetapi, dari keempat pendekatan pengkajian sastra tersebut mengalami
perkembangan hingga muncul pendekatan struktural, resepsi sastra,
semiotik, moral, psikologi sastra, dan sosiologi sastra.
2. Pendekatan Mimetik
Karya sastra dikenal sebagai dunia dalam kata. Adanya realitas
atau kenyataan dalam karya sastra itu, adalah sebuah kencenderungan
pengarang dalam proses kreatif untuk membangun dunia dalam kata.
Pendekatan yang mengkaji tentang karya sastra sebagai tiruan
kehidupan yang nyata disebut sebagai pendekatan mimetik.
Kata mimetik berasal dari kata mimesis (bahasa Yunani) yang
berarti tiruan. Dalam pendekatan tersebut, karya sastra dianggap
sebagai tiruan alam atau kehidupan (Abrams, 1981). Pendekatan
mimetik ini, merupakan pendekatang yang pertama kali lahir di dalam
dunia kritik sastra. Pendekatan tersebut diawali oleh kritik yang
dilontarkan oleh Plato dan Aristoteles terhadap karya sastra (Pradopo,
1994).
Menurut pendapat Plato (via Luxembrug dkk, 1984) karena
karya seni dan sastra hanya menyajika mimesis (tirauan) dari
kenyataan, maka nilai karya seni lebih rendah dari kenyataan. Berbeda
halnya dengan Aristoteles (via Luxembrug dkk, 1984) melihat mimesis
yang dilakukan para seniman tidak berarti semata-mata menjiplak
kenyataan, melainkan merupakan sebuah proses kreatif. Artinya,
sambil berdasar pada kenyataan, penyair menciptakan kembali
kenyataan secara kreatif.
Ketika mengimplementasikan pendekatan mimetik dalam
mengkaji dan memahami karya sastra, dibutuhkan data yang akurat
serta berrelevansi dengan realitas yang ada di luar karya sastra. Karena
pendekatan mimetik menghubungkan karya sastra dengan realitas,
maka muncullah berbagai anggapan mengenai karya sastra. Karya
sastra itu sendiri dianggap sebagai refleksi atau cermin realitas.
C.
Petualangan Kesejarahan dalam Dua Novel Dan Brown: Sebuah
Pendekatan Mimetik
1. Ke Dua Novel Dan Brown dan Realitas Historis
Dan Brown dikenal sebagai penulis novel detektif. Kedua
Novelnya yang berjudul Angels & Demons dan The da Vinci Code,
merupakan bukti otentik fiksi yang sekaligus terdapat unsur-unsur
fakta. Karya Dan Brown ini tak ubahnya seperti penelitian empiris
yang dibalut dengan cerita fiksi. Sebab, setting tempat, bangunan
arsitektur, serta dasar historis yang diuraikan dalam novelnya, benarbenar ada.
Keberadaan faktual tersebut, sebetulnya dikemukakan Dan
Brown ke dalam pengantar novelnya. Seperti yang dikemukakan
dalam pengantar novel Angels and Demons, “Semua referensi
mengenai benda-benda seni, beberapa makam, terowongan, dan
arsitektur di Roma adalah betul-betul nyata (tepat sesuai dengan
tempatnya) dan dapat disaksikan hingga kini. Persaudaraan Illuminati
juga nyata”. Sedangkan di dalam pembukaan novel (The da Vinci
Code), tertulis “Semua deskripsi karya seni, arsitektur, dokumen, dan
ritus rahasia dalam novel ini adalah akurat”.
Melihat realitas yang demikian, ke dua novel Dan Brown
tersebut dapat pula disebut sebagai “novel petualangan sejarah”.
Karena pijakan logika cerita, setting tempat, sosial, maupun waktu di
dalam novelnya, dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu bukti
empirisnya adalah persaudaraan Illuminati, Freemason, Opus Dei,
serta ritus-ritus rahasia yang seringkali dilakukan oleh kelompok
misterius pada abad pertengahan. Dengan demikian, membaca ke dua
novel Dan Brown akan mengantarkan pembaca kepada lintasan
sejarah Eropa.
2. Mimetik (Tiruan Kehidupan) dalam Ke Dua Novel Dan Brown
Novel Dan Brown adalah wujud realitas tentang adanya dunia
dalam kata beserta tiruan kehidupan. Tiruan kehidupan ini, disajikan
Dan Brown melalui pesona setting tempat, waktu, dan sosial dalam
novelnya. Secara garis besar, novel Dan Brown yang berjudul Angels
& Demons dan The da Vinci Code berlatar budaya di benua Eropa.
Khusunya novel The da Vinci Code berfokus di negara Prancis
(Museum Louvre, L’Eglise de Saint-Sulpice, Rue Haxo, Le Chateau de
Villette) dan di Skotlandia (Gereja kuno Kapel Rosslyn). Sedangkan
novel Dan Brown yang berjudul Angels & Demons, berfokus di Roma
Italia (sekitar kompleks Gereja Vatikan).
Sedangkan bukti mimetik lainnya adalah fondasi cerita yang
merujuk pada historisitas keeropaan. Seperti halnya dengan karyakarya esoteris Leonardo Da Vinci (meliputi peninggalan lukisan serta
misteri pascakematiannya), gereja kuno (yang dulunya ketika abad
pertengahan Eropa seringkali digunakan praktik rahasia kelompok
Freemason), menjadi fondasi faktual di dalam ke dua novel Dan
Brown.
a. Unsur Mimetik dalam The da Vinci Code
Awal mula peluncuran Novel The da Vinci Code, pada
tahun 2003 oleh Doubleday New York. Sedangkan terjemahan ke
dalam bahasa Indonesia pada Juli 2004 oleh penerbit PT Serambi
Ilmu Semesta. Kedatangan novel tersebut ke masyarakat dunia
menuai kontroversi, terutama bagi kaum Kristiani. Sebab, novel ini
mengungkapkan rahasia di balik sejumlah lukisan Da Vinci seperti
pada Monalisa, Virgin of Rock, Madonna of the Rocks ataupun The
Last Supper, yang mengarah pada kesimpulan bahwa Yesus telah
menikah dengan Maria Magdalena, mempunyai anak bernama
Sarah dan kemudian melahirkan keturunan yang menjadi dinasti
raja-raja Prancis. Tentu saja hal ini menyerang keimanan Kristiani.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Robert Langdon,
seorang dosen simbol di Universitas Harvard. Dengan ditemani
seorang kriptolog yang bernama Sophie Neveu, petualangan
memecahkan simbol-simbol Da Vinci pun dimulai. Unsur mimetik
dalam novel ini begitu jelas, tatkala Robert Langdon dan
partnernya mencoba memcahkan sandi di museum Lovre Paris.
Langdon dan Sophie mengamati setiap sudut ruangan tersebut
dengan teliti. Di museum itu terdapat lukisan agung yang
melegenda karya Leonardo Da Vinci yang dinamai Mona Lisa. Di
sinilah fakta konkret yang ada. Sebab, lukisan-lukisan tersebut
beserta museum Lovre Paris, memang benar-benar ada di
kehidupan nyata.
Selain itu, tiruan kehidupan nyata (mimetik) yang
terkandung di dalam The da Vinci Code adalah tentang cerita
Kestaria Templar, Freemason, mitos raja-raja Prancis yang disebut
sebagai dinasti Mengrovian (garis keturunan Yesus Kristus) dan
Pirory of Sion (persaudaraan Sion). Beberapa contoh tersebut
benar-benar ada dalam sejarah Eropa. Karena apabila merujuk pada
European
Cultural
Studies,
kisah historis tersebut begitu
berpengaruh pada lintasan abad kegelapan hingga pencerahan
Eropa.
b. Unsur Mimetik dalam Angels & Demons
Novel yang aslinya berjudul Angels & Demons (Malaikat
dan Iblis) ini sebetulnya diterbitkan oleh Pocket Books pada tahun
2000. Di Indonesia, penerjemahan dan penerbitannya berlangsung
setelah novel terjemahan The da Vinci Code banyak dibaca. Dan
Brown masih menggunakan tokoh utamanya yang bernama Robert
Langdon di dalam novel ini. Latar tempat novel ini berfokus di
Vatikan dan Inggris.
Hal yang sangat menarik dalam novel ini adalah keakuratan
data yang disajikan dengan realitas yang ada sangat valid. Sebab,
novel Angels & Demons ini mengungkapkan misteri dan kehidupan
internal gereja Vatikan beserta pada Paus dan Kardinalnya secara
akurat. Konon, internal gereja Katholik Vatikan ini jarang terjamah
oleh eksternal masyarakat biasa. Karena, Vatikan ini menyimpan
kerahasiaan yang berhubungan dengan perkembangan telogis
maupun kebudayaan Eropa.
Unsur dominan mimetik dalam Angels & Demons ini adalah
latar tempat dan sosial ihwal kehidupan Gereja Vatikan. Seperti
halnya dengan lapangan Saint Peter beserta tugu obelisk di
depannya, para Kardinal maupun aktivitas pemilihan Paus baru
yang dilakukan secara musyawarah, itu semua merupakan nyata
dalam kehidupan. Selain itu, seperti gereja-gereja kuno disekitar
Vatikan yang bernama Kapel Sistina, Basilika Santo Petrus, dan
beberapa ruang rahasia seperti Ruang Arsip Rahasia Vatikan,
Ufficio di Comunicazione, dan Museum Vatikan adalah nyata.
Daftar Pustaka
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Term. New York: Holt, Rinehart and
Wiston.
Luxembrug, Jan van, dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra . Diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia oleh Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lampiran
Angels & Demons
Cerita dimulai saat Robert Langdon, simbologis senior dari Universitas
Harvard, mendapat panggilan untuk mendeteksi ambigram yang bertuliskan nama
kelompok persaudaraan Illuminati, Yang membuat ngeri, Robert Langdon tidak
menghadapi pembunuh biasa, melainkan sebuah kelompok persaudaraan
pembenci Vatikan : Illuminati. Illuminati adalah kelompok ilmuwan dalam sebuah
perkumpulan persaudaraan kuno, yang dalam keberadaannya selalu bentrok
dengan gereja.
Karena
penemuan-penemuan
ilmuwan
yang
seringkali
dianggap
menghilangkan keberadaan Tuhan. Ilmuwan yang selalu mencari tahu jawaban
dari setiap pertanyaan di dunia ini. Ilmuwan selalu mengungkap misteri
ketuhanan, termasuk misteri penciptaan dunia. Satu yang tersisa, misteri
penciptaan manusia. Ilmuwan mempercayai bahwa semua yang ada tercipta atas
keberadaan materi, dan bukan tercipta dari ketiadaan.
Leonardo Vetra, seorang profesor dari sebuah lembaga riset di Swiss
(CERN) adalah ilmuwan sekaligus seorang religi, tengah mengadakan riset untuk
mengetengahi perseteruan ini. Vetra diketemukan tewas di ruang kerjanya.
Dengan di dadanya tercap sebuah symbol illuminati. Kelompok illuminati, yang
telah dianggap lenyap dari muka bumi sejak lebih dari 400 tahun bangkit kembali.
Penemuan sebuah antimateri yang diungkap secara jelas adalah penemuan baru
yang
mengegerkan
dunia.
Yang
bisa
menyelamatkan
dunia
atau
menghancurkannya.
Lima gram antimateri cukup untuk meledakkan semua yang ada pada
radius 0.5 mil. Antimateri itu dicuri dari laboratorium Vetra. Kemudian diketahui
bahwa antimateri itu berada di Vatikan, di negara seluas 44ha. Celakanya, dalam
waktu 24 jam antimateri itu akan meledakkan Vatikan, dan Langdon tidak tahu di
mana tepatnya antimateri itu akan diledakkan.. Celakanya lagi, di Vatikan sedang
diadakan acara untuk memilih Paus yang baru.
Robert Langdon pun terbang ke Vatikan dengan ditemani Vittoria. Berdua,
mereka memulai perburuan yang menyeramkan ke ruang-ruang bawah tanah yang
terkunci rapat, kuburan-kuburan berbahaya, katedral-katedral yang lengang, dan
tempat yang paling misterius di dunia, yaitu markas Illuminati yang lama
terlupakan. Sang pembunuh mengatakan bahwa akan ada 4 kardinal lain yang
terbunuh malam ini di empat tempat yang berbeda.
Robert Langdon pun Perburuan dimulai dengan mencari manuskrip
peninggalan Galileo di ruangan arsip Vatikan. Dari sana didapatkan petunjuk
bahwa empat tempat itu adalah gereja Illuminati. Langdon berlomba dengan
waktu untuk menemukan sang pembunuh di gereja-gereja tersebut, dengan
harapan dapat mencegah pembunuhan dan mengetahui di mana antimateri itu
disimpan. Tapi sayang, Langdon selalu terlambat ketika hendak mencegah
pembunuhan.
Hingga pada akhirnya, seorang camerlengo (asisten Paus), mendapat
wahyu dari Tuhan bahwa antimateri itu diletakkan di makam Santo Petrus.
Antimateri pun diledakkan di tempat yang aman. Tapi ternyata semua kekacauan
ini adalah perbuatan sang camerlengo sendiri. Ia ingin mencari sensasi agar dapat
terpilih jadi Paus. Rencana itu digagalkan Langdon. Ia mendapat rekaman dari
Kohler, bukti bahwa camerlengo itu telah berbohong. Merasa malu, camerlengo
itu pun bunuh diri.
The da Vinci Code
Ahli simbol Universitas Harvard bernama Robert Langdon menerima
telepon penting saat larut malam yang mengabarkan terbunuhnya seorang kurator
museum terkenal Louvre, yang bernama Sauniere. Didekat tubuh pria tua itu,
polisi menemukan sejumlah simbol yang tidak bisa dijelaskan. Kontan, Langdon
langsung menyelidiki kasus aneh tersebut dan ia sangat terkejut saat mendapatkan
bahwa semua itu berhubungan dengan sejumlah petunjuk yang mengarah pada
lukisan Mona Lisa karya maestro Leonardo da Vinci.
Ketika diselidiki, di balik lukisan tersebut terdapat sejumlah kode sandi
yang mengarah pada rahasia besar di masa lalu yang berhubungan dengan sebuah
kontroversi terbesar sepanjang sejarah. Belakangan, Langdon bergabung dengan
seorang ahli bahasa kuno Sophie Neveu dan berhasil menemukan bahwa kurator
yang ditemukan meninggal tersebut berhubungan dengan organisasi rahasia
berumur ratusan tahun Priory of Sion yang sejumlah anggota terkenalnya adalah
ilmuwan terkenal dunia seperti Sir Isaac Newton, Botticelli, Victor Hugo, dan Da
Vinci sendiri.
Dalam petualangannya menyusuri jalan-jalan kota Paris dan London,
keduanya harus berpacu dengan seorang musuh misterius yang terus mengikuti
tiap langkah mereka. Satu-satunya harapan adalah membuka rahasia dibalik
rahasia semua misteri tersebut, atau seluruh rahasia dibalik Priory dan lukisan Da
Vinci bakal musnah selamanya. Beberapa dialog dalam novel ini juga
menceritakan tentang iman kristiani yang ditutup-tutupi oleh gereja pada
umumnya. Salah satunya adalah sesosok kontroversial seorang Maria Magdalena.
Sebab, ia diyakini oleh gereja Kristen secara umum sebagai seorang pelacur,
namun di novel ini ia diyakini sebagai seseorang yang dekat dengan Yesus
Kristus.
SEBUAH PENDEKATAN MIMETIK
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiksi, yang Diampu oleh
Prof. Dr. Burhan Nurgiyantoro, M.Pd. Tahun 2013
Oleh
Rony Kurniawan Pratama
11201244043
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
A.
Pendahuluan
Sejatinya, karya fiksi merupakan dunia dalam kata. Karya fiksi
diciptakan oleh manusia dengan menggunakan segenap kreativitas
estetisnya. Proses kreatif itulah yang menjadikan pengarang karya fiksi,
“menelurkan” segenap gagasan, ide, maupun pemikirannya dalam setiap
kata-kata. Oleh karenanya, melalui media bahasa itulah pengarang
menyampaikan “pesan moral” yang dikandung oleh karya fiksi itu kepada
pembaca.
Banyaknya karya fiksi yang dihasilkan oleh pengarang, menuntut
para akademisi, kritikus karya sastra, ataupun pembaca pada umumnya
untuk melakukan sebuah usaha pengkajian fiksi. Sebab, pesan atau
substansi yang terkandung dalam karya fiksi, haruslah tersampaikan secara
baik kepada pembaca, sehingga pembaca dapat menyerap pesan yang
disampaikan kepada pengarang melalui karya fiksi itu sendiri. Dengan
demikian, usaha pengkajian fiksi itu sangat perlu demi membantu untuk
mengetahui
pesan
yang
terkandung
dalam
karya
fiksi
secara
komprehensif.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengkaji tentang dua novel
karya Dan Brwon yang berjudul The da Vinci Code dan Angels and
Demons. Novel yang mendapatkan legitimasi publik sebagai novel best
seller tersebut, pernah “mengguncangkan” iman Kristiani. Selain itu, Dan
Brown juga menyisipkan kalimat dalam pembuka novelnya dengan,
“Semua referensi mengenai benda-benda seni, beberapa makam,
terowongan, dan arsitektur di Roma adalah betul-betul nyata (tepat sesuai
dengan tempatnya) dan dapat disaksikan hingga kini. Persaudaraan
Illuminati juga nyata” (Angels and Demons). Sedangkan di dalam
pembukaan novel (The da Vinci Code), tertulis “Semua deskripsi karya
seni, arsitektur, dokumen, dan ritus rahasia dalam novel ini adalah akurat”.
Novel-novel Dan Brown juga terkenal sebagai fiksi ilmiah.
Artinya, ada bukti empiris yang dapat dipertanggungjawabkan secara data
maupun bukti faktualnya. Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji novel
tersebut dengan pendekatan mimetik (tiruan kehidupan). Selain itu, penulis
ingin mengkaji secara komprehensif tentang petualangan sejarah, fakta
historis sisa-sisa peninggalan arsitektur, ritus rahasia pada lintasan abad
abad kegelapan, abad pertengahan, maupun zaman renaisans, dalam novel
Dan Brown.
B.
Landasan Teori
1. Pendekatan Pengkajian Sastra
Karakteristik karya sastra yang bersifat multidimensional,
menarik pembaca atau pengkaji karya sastra untuk memfokuskan
perhatiannya pada aspek-aspek tertentu saja. Aspek-aspek tertentu
yang dimaksudkan adalah tentang estetika, psikologi, masyarakat, dan
sebagainya. Dengan demikian, untuk mempermudah mengkaji sebuah
karya sastra yang bersifat multidimensional itu, perlu adanya sebuah
pendekatan.
Seiring dengan perkembangan pendekatan karya sastra dari
masa ke masa yang cenderung maju, tetapi secara garis besar
pendekatan pengkajian sastra itu menurut Abrams (1981) dasarnya
yaitu, (1) mimetik, (2) ekspresif, (3) pragmatik, dan (4) objektif. Akan
tetapi, dari keempat pendekatan pengkajian sastra tersebut mengalami
perkembangan hingga muncul pendekatan struktural, resepsi sastra,
semiotik, moral, psikologi sastra, dan sosiologi sastra.
2. Pendekatan Mimetik
Karya sastra dikenal sebagai dunia dalam kata. Adanya realitas
atau kenyataan dalam karya sastra itu, adalah sebuah kencenderungan
pengarang dalam proses kreatif untuk membangun dunia dalam kata.
Pendekatan yang mengkaji tentang karya sastra sebagai tiruan
kehidupan yang nyata disebut sebagai pendekatan mimetik.
Kata mimetik berasal dari kata mimesis (bahasa Yunani) yang
berarti tiruan. Dalam pendekatan tersebut, karya sastra dianggap
sebagai tiruan alam atau kehidupan (Abrams, 1981). Pendekatan
mimetik ini, merupakan pendekatang yang pertama kali lahir di dalam
dunia kritik sastra. Pendekatan tersebut diawali oleh kritik yang
dilontarkan oleh Plato dan Aristoteles terhadap karya sastra (Pradopo,
1994).
Menurut pendapat Plato (via Luxembrug dkk, 1984) karena
karya seni dan sastra hanya menyajika mimesis (tirauan) dari
kenyataan, maka nilai karya seni lebih rendah dari kenyataan. Berbeda
halnya dengan Aristoteles (via Luxembrug dkk, 1984) melihat mimesis
yang dilakukan para seniman tidak berarti semata-mata menjiplak
kenyataan, melainkan merupakan sebuah proses kreatif. Artinya,
sambil berdasar pada kenyataan, penyair menciptakan kembali
kenyataan secara kreatif.
Ketika mengimplementasikan pendekatan mimetik dalam
mengkaji dan memahami karya sastra, dibutuhkan data yang akurat
serta berrelevansi dengan realitas yang ada di luar karya sastra. Karena
pendekatan mimetik menghubungkan karya sastra dengan realitas,
maka muncullah berbagai anggapan mengenai karya sastra. Karya
sastra itu sendiri dianggap sebagai refleksi atau cermin realitas.
C.
Petualangan Kesejarahan dalam Dua Novel Dan Brown: Sebuah
Pendekatan Mimetik
1. Ke Dua Novel Dan Brown dan Realitas Historis
Dan Brown dikenal sebagai penulis novel detektif. Kedua
Novelnya yang berjudul Angels & Demons dan The da Vinci Code,
merupakan bukti otentik fiksi yang sekaligus terdapat unsur-unsur
fakta. Karya Dan Brown ini tak ubahnya seperti penelitian empiris
yang dibalut dengan cerita fiksi. Sebab, setting tempat, bangunan
arsitektur, serta dasar historis yang diuraikan dalam novelnya, benarbenar ada.
Keberadaan faktual tersebut, sebetulnya dikemukakan Dan
Brown ke dalam pengantar novelnya. Seperti yang dikemukakan
dalam pengantar novel Angels and Demons, “Semua referensi
mengenai benda-benda seni, beberapa makam, terowongan, dan
arsitektur di Roma adalah betul-betul nyata (tepat sesuai dengan
tempatnya) dan dapat disaksikan hingga kini. Persaudaraan Illuminati
juga nyata”. Sedangkan di dalam pembukaan novel (The da Vinci
Code), tertulis “Semua deskripsi karya seni, arsitektur, dokumen, dan
ritus rahasia dalam novel ini adalah akurat”.
Melihat realitas yang demikian, ke dua novel Dan Brown
tersebut dapat pula disebut sebagai “novel petualangan sejarah”.
Karena pijakan logika cerita, setting tempat, sosial, maupun waktu di
dalam novelnya, dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu bukti
empirisnya adalah persaudaraan Illuminati, Freemason, Opus Dei,
serta ritus-ritus rahasia yang seringkali dilakukan oleh kelompok
misterius pada abad pertengahan. Dengan demikian, membaca ke dua
novel Dan Brown akan mengantarkan pembaca kepada lintasan
sejarah Eropa.
2. Mimetik (Tiruan Kehidupan) dalam Ke Dua Novel Dan Brown
Novel Dan Brown adalah wujud realitas tentang adanya dunia
dalam kata beserta tiruan kehidupan. Tiruan kehidupan ini, disajikan
Dan Brown melalui pesona setting tempat, waktu, dan sosial dalam
novelnya. Secara garis besar, novel Dan Brown yang berjudul Angels
& Demons dan The da Vinci Code berlatar budaya di benua Eropa.
Khusunya novel The da Vinci Code berfokus di negara Prancis
(Museum Louvre, L’Eglise de Saint-Sulpice, Rue Haxo, Le Chateau de
Villette) dan di Skotlandia (Gereja kuno Kapel Rosslyn). Sedangkan
novel Dan Brown yang berjudul Angels & Demons, berfokus di Roma
Italia (sekitar kompleks Gereja Vatikan).
Sedangkan bukti mimetik lainnya adalah fondasi cerita yang
merujuk pada historisitas keeropaan. Seperti halnya dengan karyakarya esoteris Leonardo Da Vinci (meliputi peninggalan lukisan serta
misteri pascakematiannya), gereja kuno (yang dulunya ketika abad
pertengahan Eropa seringkali digunakan praktik rahasia kelompok
Freemason), menjadi fondasi faktual di dalam ke dua novel Dan
Brown.
a. Unsur Mimetik dalam The da Vinci Code
Awal mula peluncuran Novel The da Vinci Code, pada
tahun 2003 oleh Doubleday New York. Sedangkan terjemahan ke
dalam bahasa Indonesia pada Juli 2004 oleh penerbit PT Serambi
Ilmu Semesta. Kedatangan novel tersebut ke masyarakat dunia
menuai kontroversi, terutama bagi kaum Kristiani. Sebab, novel ini
mengungkapkan rahasia di balik sejumlah lukisan Da Vinci seperti
pada Monalisa, Virgin of Rock, Madonna of the Rocks ataupun The
Last Supper, yang mengarah pada kesimpulan bahwa Yesus telah
menikah dengan Maria Magdalena, mempunyai anak bernama
Sarah dan kemudian melahirkan keturunan yang menjadi dinasti
raja-raja Prancis. Tentu saja hal ini menyerang keimanan Kristiani.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Robert Langdon,
seorang dosen simbol di Universitas Harvard. Dengan ditemani
seorang kriptolog yang bernama Sophie Neveu, petualangan
memecahkan simbol-simbol Da Vinci pun dimulai. Unsur mimetik
dalam novel ini begitu jelas, tatkala Robert Langdon dan
partnernya mencoba memcahkan sandi di museum Lovre Paris.
Langdon dan Sophie mengamati setiap sudut ruangan tersebut
dengan teliti. Di museum itu terdapat lukisan agung yang
melegenda karya Leonardo Da Vinci yang dinamai Mona Lisa. Di
sinilah fakta konkret yang ada. Sebab, lukisan-lukisan tersebut
beserta museum Lovre Paris, memang benar-benar ada di
kehidupan nyata.
Selain itu, tiruan kehidupan nyata (mimetik) yang
terkandung di dalam The da Vinci Code adalah tentang cerita
Kestaria Templar, Freemason, mitos raja-raja Prancis yang disebut
sebagai dinasti Mengrovian (garis keturunan Yesus Kristus) dan
Pirory of Sion (persaudaraan Sion). Beberapa contoh tersebut
benar-benar ada dalam sejarah Eropa. Karena apabila merujuk pada
European
Cultural
Studies,
kisah historis tersebut begitu
berpengaruh pada lintasan abad kegelapan hingga pencerahan
Eropa.
b. Unsur Mimetik dalam Angels & Demons
Novel yang aslinya berjudul Angels & Demons (Malaikat
dan Iblis) ini sebetulnya diterbitkan oleh Pocket Books pada tahun
2000. Di Indonesia, penerjemahan dan penerbitannya berlangsung
setelah novel terjemahan The da Vinci Code banyak dibaca. Dan
Brown masih menggunakan tokoh utamanya yang bernama Robert
Langdon di dalam novel ini. Latar tempat novel ini berfokus di
Vatikan dan Inggris.
Hal yang sangat menarik dalam novel ini adalah keakuratan
data yang disajikan dengan realitas yang ada sangat valid. Sebab,
novel Angels & Demons ini mengungkapkan misteri dan kehidupan
internal gereja Vatikan beserta pada Paus dan Kardinalnya secara
akurat. Konon, internal gereja Katholik Vatikan ini jarang terjamah
oleh eksternal masyarakat biasa. Karena, Vatikan ini menyimpan
kerahasiaan yang berhubungan dengan perkembangan telogis
maupun kebudayaan Eropa.
Unsur dominan mimetik dalam Angels & Demons ini adalah
latar tempat dan sosial ihwal kehidupan Gereja Vatikan. Seperti
halnya dengan lapangan Saint Peter beserta tugu obelisk di
depannya, para Kardinal maupun aktivitas pemilihan Paus baru
yang dilakukan secara musyawarah, itu semua merupakan nyata
dalam kehidupan. Selain itu, seperti gereja-gereja kuno disekitar
Vatikan yang bernama Kapel Sistina, Basilika Santo Petrus, dan
beberapa ruang rahasia seperti Ruang Arsip Rahasia Vatikan,
Ufficio di Comunicazione, dan Museum Vatikan adalah nyata.
Daftar Pustaka
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Term. New York: Holt, Rinehart and
Wiston.
Luxembrug, Jan van, dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra . Diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia oleh Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lampiran
Angels & Demons
Cerita dimulai saat Robert Langdon, simbologis senior dari Universitas
Harvard, mendapat panggilan untuk mendeteksi ambigram yang bertuliskan nama
kelompok persaudaraan Illuminati, Yang membuat ngeri, Robert Langdon tidak
menghadapi pembunuh biasa, melainkan sebuah kelompok persaudaraan
pembenci Vatikan : Illuminati. Illuminati adalah kelompok ilmuwan dalam sebuah
perkumpulan persaudaraan kuno, yang dalam keberadaannya selalu bentrok
dengan gereja.
Karena
penemuan-penemuan
ilmuwan
yang
seringkali
dianggap
menghilangkan keberadaan Tuhan. Ilmuwan yang selalu mencari tahu jawaban
dari setiap pertanyaan di dunia ini. Ilmuwan selalu mengungkap misteri
ketuhanan, termasuk misteri penciptaan dunia. Satu yang tersisa, misteri
penciptaan manusia. Ilmuwan mempercayai bahwa semua yang ada tercipta atas
keberadaan materi, dan bukan tercipta dari ketiadaan.
Leonardo Vetra, seorang profesor dari sebuah lembaga riset di Swiss
(CERN) adalah ilmuwan sekaligus seorang religi, tengah mengadakan riset untuk
mengetengahi perseteruan ini. Vetra diketemukan tewas di ruang kerjanya.
Dengan di dadanya tercap sebuah symbol illuminati. Kelompok illuminati, yang
telah dianggap lenyap dari muka bumi sejak lebih dari 400 tahun bangkit kembali.
Penemuan sebuah antimateri yang diungkap secara jelas adalah penemuan baru
yang
mengegerkan
dunia.
Yang
bisa
menyelamatkan
dunia
atau
menghancurkannya.
Lima gram antimateri cukup untuk meledakkan semua yang ada pada
radius 0.5 mil. Antimateri itu dicuri dari laboratorium Vetra. Kemudian diketahui
bahwa antimateri itu berada di Vatikan, di negara seluas 44ha. Celakanya, dalam
waktu 24 jam antimateri itu akan meledakkan Vatikan, dan Langdon tidak tahu di
mana tepatnya antimateri itu akan diledakkan.. Celakanya lagi, di Vatikan sedang
diadakan acara untuk memilih Paus yang baru.
Robert Langdon pun terbang ke Vatikan dengan ditemani Vittoria. Berdua,
mereka memulai perburuan yang menyeramkan ke ruang-ruang bawah tanah yang
terkunci rapat, kuburan-kuburan berbahaya, katedral-katedral yang lengang, dan
tempat yang paling misterius di dunia, yaitu markas Illuminati yang lama
terlupakan. Sang pembunuh mengatakan bahwa akan ada 4 kardinal lain yang
terbunuh malam ini di empat tempat yang berbeda.
Robert Langdon pun Perburuan dimulai dengan mencari manuskrip
peninggalan Galileo di ruangan arsip Vatikan. Dari sana didapatkan petunjuk
bahwa empat tempat itu adalah gereja Illuminati. Langdon berlomba dengan
waktu untuk menemukan sang pembunuh di gereja-gereja tersebut, dengan
harapan dapat mencegah pembunuhan dan mengetahui di mana antimateri itu
disimpan. Tapi sayang, Langdon selalu terlambat ketika hendak mencegah
pembunuhan.
Hingga pada akhirnya, seorang camerlengo (asisten Paus), mendapat
wahyu dari Tuhan bahwa antimateri itu diletakkan di makam Santo Petrus.
Antimateri pun diledakkan di tempat yang aman. Tapi ternyata semua kekacauan
ini adalah perbuatan sang camerlengo sendiri. Ia ingin mencari sensasi agar dapat
terpilih jadi Paus. Rencana itu digagalkan Langdon. Ia mendapat rekaman dari
Kohler, bukti bahwa camerlengo itu telah berbohong. Merasa malu, camerlengo
itu pun bunuh diri.
The da Vinci Code
Ahli simbol Universitas Harvard bernama Robert Langdon menerima
telepon penting saat larut malam yang mengabarkan terbunuhnya seorang kurator
museum terkenal Louvre, yang bernama Sauniere. Didekat tubuh pria tua itu,
polisi menemukan sejumlah simbol yang tidak bisa dijelaskan. Kontan, Langdon
langsung menyelidiki kasus aneh tersebut dan ia sangat terkejut saat mendapatkan
bahwa semua itu berhubungan dengan sejumlah petunjuk yang mengarah pada
lukisan Mona Lisa karya maestro Leonardo da Vinci.
Ketika diselidiki, di balik lukisan tersebut terdapat sejumlah kode sandi
yang mengarah pada rahasia besar di masa lalu yang berhubungan dengan sebuah
kontroversi terbesar sepanjang sejarah. Belakangan, Langdon bergabung dengan
seorang ahli bahasa kuno Sophie Neveu dan berhasil menemukan bahwa kurator
yang ditemukan meninggal tersebut berhubungan dengan organisasi rahasia
berumur ratusan tahun Priory of Sion yang sejumlah anggota terkenalnya adalah
ilmuwan terkenal dunia seperti Sir Isaac Newton, Botticelli, Victor Hugo, dan Da
Vinci sendiri.
Dalam petualangannya menyusuri jalan-jalan kota Paris dan London,
keduanya harus berpacu dengan seorang musuh misterius yang terus mengikuti
tiap langkah mereka. Satu-satunya harapan adalah membuka rahasia dibalik
rahasia semua misteri tersebut, atau seluruh rahasia dibalik Priory dan lukisan Da
Vinci bakal musnah selamanya. Beberapa dialog dalam novel ini juga
menceritakan tentang iman kristiani yang ditutup-tutupi oleh gereja pada
umumnya. Salah satunya adalah sesosok kontroversial seorang Maria Magdalena.
Sebab, ia diyakini oleh gereja Kristen secara umum sebagai seorang pelacur,
namun di novel ini ia diyakini sebagai seseorang yang dekat dengan Yesus
Kristus.