Efek Samping Kemoterapi pada Sistem Pencernaan Pasien Kanker Payudara di RSUP. H.Adam Malik Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kanker Payudara
2.1.1. Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan
payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobusnya)
maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan
persyarafan jaringan payudara (Rasjidi, 2010).
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang kejadiannya
bermula dari sel-sel di payudara yang tidak normal dan terus tumbuh berlipat ganda
dan pada akhirnya membentuk benjolan pada payudara. Pertumbuhan sel yang terusmenerus akan menyebabkan tingkat keparahan yang terus berlanjut pada payudara
karena sel-sel akan menyebar (metastasis) pada bagian tubuh lainnya sehingga
berpeluang menyebabkan kematian (WHO, 2011).
Penyebaran kanker terjadi melalui getah bening, deposit, dan tumbuh di
kelenjar aksila atau supraklavikula. Kemudian melalui pembuluh darah kanker
menyebar ke organ lain seperti paru, hati, tulang, dan otak (Luwia, 2003).
2.1.2.Faktor Risiko Kanker Payudara
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita kanker
payudara, antara lain :

Universitas Sumatera Utara


1.) Faktor Genetik
Semua saudara dari penderita kanker payudara memiliki risiko mengalami
kanker payudara, saudara tingkat pertama (saudara kandung, orangtua, anak)
dimana peningkatan risiko dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan
populasi umum. Dengan demikian, probabilitas kumulatif bahwa seorang
perempuan berusia 30 tahun, yang saudara kandung perempuan atau ibunya
pernah mengalami kanker payudara, menderita kanker payudara pada usia 70
tahun adalah 8 sampai 18 persen. Beberapa peneliti bahkan mengamati
adanya risiko yang lebih tinggi bila dua atau lebih anggota yang terkena, bila
pasien yang terkena berusia pramenopause, atau bila pasien memiliki kanker
payudara bilateral, tetapi pengamatan ini tidak konsisten pada studi
epidemiologik.
2.) Faktor Endokrin
Usia pubertas yang dini (menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun),
menopause yang lambat (setelah usia 55 tahun), dan kehamilan pertama pada
usia lanjut secara independen berkaitan dengan peningkatan insidensi kanker
payudara. Risiko kanker payudara lebih tinggi pada perempuan yang
kehamilan pertamanya setelah usia 30 tahun.
3.) Pemakaian Obat-obatan

Seperti

penggunaan

hormone

estrogen

(menghilangkan

gejala

pascamenopause) dapat meningkatkan risiko menderita penyakit kanker
payudara. Penggunaan kontrasepsi oral selama lebih dari 10 tahun dapat

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan kemungkinan menderita kanker sebelum usia 45 tahun dan jika
digunakan selama lebih dari 4 tahun sebelum kehamilan cukup bulan yang
pertama, maka dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara.

4.) Radiasi
Korban kasus bom di Jepang yang selamat menunjukkan peningkatan risiko
kanker payudara pada korban tersebut yang terkena radiasi nuklir. Banyak uji
lain pada wanita yang terpapar radiasi ionisasi dosis tinggi juga menunjukkan
adanya peningkatan risiko.
5.) Mengkonsumsi Alkohol
Wanita yang sering mengkonsumsi alkohol akan berisiko tinggi terkena
kanker payudara karena alkohol menyebabkan organ hati menjadi lemah
sehingga hati bekerja lebih keras dan sulit memproses estrogen agar keluar
dari tubuh (Mulyani, 2013).
6.) Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food)
Mengkonsumsi makanan cepat saji saat usia dini dapat menyebabkan
kegemukan sehingga berisiko terkena kanker payudara. Lemak tubuh akan
meningkat ditambah jarangnya berolahraga sehingga berlanjut pada resistensi
insulin sehingga keinginan untuk mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat
meningkat. Lemak yang lebih banyak akan berlanjut lebih banyak pula kadar
estrogen sehingga pertumbuhan payudara dan menstruasi lebih cepat (Utama,
2014).

Universitas Sumatera Utara


2.1.3.Gejala Kanker Payudara
1.) Gejala yang paling sering terjadi (Baughman & Hackley, 2000)
a. Adanya massa (keras, irreguler, dan tidak nyeri tekan) atau
penebalan pada payudara atau daerah aksila.
b. Rabas puting payudara unilateral, persisten, dan spontan yang
mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah atau encer.
c. Retraksi atau inversi putting susu
d. Perubahan ukuran, bentuk, atau tekstur payudara (asimetris).
e. Pengerutan atau pelekukan kulit di sekitarnya.
f. Kulit yang bersisik di sekeliling puting susu.
2.) Gejala penyebaran lokal atau regional (Baughman & Hackley, 2000)
a. Kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena.
b. Perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk).
c. Pembesaran kelenjar getah bening aksila.
3.) Gejala metastasis (Baughman & Hackley, 2000)
a. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
b. Hasil toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
2.1.4.Jenis-jenis Kanker Payudara
Jenis-jenis kanker payudara yaitu (Tim CancerHelps, 2010) :

1.) Duktal Karsinoma In Situ (DCIS)

Universitas Sumatera Utara

Jenis ini merupakan tipe kanker payudara non invasif paling umum.DCIS
berarti sel-sel kanker berada di dalam duktus dan belum menyebar keluar
dinding duktus ke jaringan payudara di sekitarnya. Sekitar satu hingga lima
kasus baru kanker payudara adalah DCIS. Hampir semua wanita dengan
kanker tahap ini dapat disembuhkan. Mammografi merupakan cara terbaik
untuk mendeteksinya.
2.) Lobular Karsinoma In Situ (LCIS)
LCIS bukan kanker, tetapi terkadang digolongkan sebagai tipe kanker
payudara non invasif. Bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu,
tetapi tidak berkembang melewati dinding lobules. Mammografi rutin sangat
disarankan pada kanker tipe ini.
3.) Invasif atau Infiltrating Duktal Karsinoma (IDC)
IDC

merupakan


jenis

kanker

payudara

yang

paling

umum

dijumpai.Timbulnya sel kanker bermula dari duktus, menerobos dinding
duktus, dan berkembang ke dalam jaringan lemak payudara. Kanker akan
menyebar ke organ tubuh lainnya melalui system getah bening dan aliran
darah. Sekitar 8-10 kasus kanker payudara merupakan jenis ini.
4.) Invasif atau Infiltrating Lobular Karsinoma (ILC)
Kanker ini dimulai dari lobules. ILC sama seperti dengan IDC, dapat
menyebar ke bagian lain di dalam tubuh.
5.) Kanker Payudara Terinflamasi (IBC)


Universitas Sumatera Utara

IBC merupakan jenis kanker payudara invasif yang jarang terjadi.Hanya 1-3%
dari semua kasus kanker payudara adalah tipe IBC.Jenis ini biasanya tidak
terjadi benjolan tunggal atau tumor pada payudara.Kanker jenis ini membeuat
kulit payudara terlihat merah dan terasa hangat.Kulit payudara tampak tebal
dan mengerut seperti kulit jeruk.
2.1.5.Stadium Kanker Payudara
Stadium kanker payudara menurut American Joint Committee on Cancer
Staging of Breast Carcinoma, yaitu :

Stadium

Keterangan

0

Disebut kanker non invasif. Ada dua tipe, yaitu DCIS dan LCIS.


I

Kanker invasif kecil, tumor berukuran 2 cm atau kurang dan tidak
menyerang kelenjar getah bening.

IIA

Kanker invasif, ukuran tumor 2 cm atau kurang dan sudah menyerang
kelenjar getah bening, tetapi jika lebih dari 2 cm dan kurang dari 5 cm
tidak menyerang kelenjar getah bening.

IIB

Kanker invasif, ukuran tumor lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm
sudah menyerang kelenjar getah bening, dan jika lebih dari 5 cm
belum menyerang kelenjar getah bening.

IIIA

Kanker invasif ukuran berapapun dengan kelenjar getah bening

terfiksasi atau karsinoma berukuran lebih dari 5 cm dengan metastasis

Universitas Sumatera Utara

kelenjar getah bening nonfiksasi.
IIIB

Karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada,
karsinoma yang manginvasi kulit, atau setiap karsinoma dengan
metastasis ke kelenjar getah bening.

IV

Sel kanker sudah menyebar ke organ lainnya.

2.1.6.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan, yaitu :
1.) Biopsi payudara : memberikan diagnose definitive terhadap massa dan
berguna untuk klasifikasi histologi pertahapan dan seleksi terapi yang
tepat.

2.) Foto thoraks : untuk mengkaji adanya metastase.
3.) CT Scan dan MRI : untuk mendeteksi penyakit payudara, massa yang
lebih besar, atau tumor kecil, payudara yang mengeras yang sulit diperiksa
dengan mammografi.
4.) Ultrasonografi (USG) : mendeteksi perbedaan antara massa padat dan
kista pada wanita yang jaringan payudaranya keras.
5.) Mammografi : mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi
pada tahap awal.
2.1.7.Komplikasi Kanker Payudara

Universitas Sumatera Utara

Menurut Carpenito (1999) dan R. Sjamsuhidayat (2004), komplikasi kanker
payudara yaitu :
1.) Gangguan neurovascular
2.) Metastasi : otak, paru-paru, tulang, hati, dll.
3.) Fraktur patologi
4.) Fibrosis payudara
5.) Kematian
2.1.8.Pengobatan Kanker Payudara

Pengobatan kanker payudara meliputi : pembedahan, terapi hormon, radiasi,
terapi imunologi, dan kemoterapi (NJ Ye, 2011).
1.) Pembedahan
Prosedur pembedahan tergantung pada stadium penyakit, jenis tumor, umur,
dan kondisi pasien secara umum.
2.) Terapi Hormon
Terapi hormon dapat mengahambat pertumbuhan tumor dan dipakai sebagai
terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
3.) Radiasi
Radiasi dilakukan dengan sinar X Gamma dengan intensitas tinggi untuk
membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
4.) Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu
pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini,

Universitas Sumatera Utara

trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2
dan menghambat pertumbuhan tumor juga dapat menjadi terapi pilihan.
Pasien juga sebaiknya menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan
terapi dengan trastuzumab.
5.) Kemoterapi
Pemberian obat anti kanker yang dapat diberikan dengan cara oral dan
diinfuskan ke pasien. Tujuan dari kemoterapi untuk membunuh sel
kanker.Kemoterapi adjuvan diberikan setelah operasi pembedahan untuk jenis
kanker payudara yang belum menyebar dengan tujuan untuk mengurangi
risiko timbulnya kembali kanker payudara.Kemoterapi neoadjuvan diberikan
sebelum operasi.Manfaat utamanya untuk mengecilkan kanker yang
berukuran besar sehingga cukup kecil untuk operasi pengangkatan.
2.2. Kemoterapi
2.2.1.Definisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan untuk membunuh sel kanker
pada payudara, tetapi juga di seluruh tubuh (Nugroho, 2013). Kemoterapi adalah
suatu pengobatan dengan menggunakan suatu obat yag berfungsi untuk membunuh
sel kanker (Dewi, 2009). Kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti obat
menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh
atau bermetastase ke tempat lain (Rasjidi, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Pemberian kemoterapi tidak hanya diberikan sekali saja, namun harus secara
berulang (berseri), yang berarti pasien menjalani kemoterapi setiap dua seri, tiga seri,
ataupun empat seri dimana setiap seri terdapat proses pengobatan kemoterapi
diselingi dengan periode pemulihan kemudian dilanjutkan dengan periode
pengobatan kembali dan begitu seterusnya sesuai dengan obat kemoterapi yang
diberikan (Tjokronegoro, 2006).
2.2.2.Jenis-jenis Kemoterapi
Jenis-jenis kemoterapi yang biasa digunakan pada kanker payudara (American
Cancer Society), yaitu :
1.) Adjuvan
Kemoterapi jenis ini diberikan sesudah operasi, dapat sendiri atau bersamaan
dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel kanker yang telah
bermetastase, biasanya ada 6 siklus.
2.) Neoadjuvan
Kemoterapi yang diberikan sebelum terapi mengecilkan massa tumor,
biasanya diberikan bersamaan dengan radioterapi, biasanya ada 3 siklus.
3.) Kemoterapi untuk kanker payudara stadium lanjut
Kemoterapi juga dapat digunakan sebagai pengobatan utama untuk wanita
dengan kanker yang telah menyebar di luar payudara dan daerah ketiak pada
waktu ditemukan, atau jika kankernya menyebar setelah pengobatan pertama
dan diberikan dalam jangka panjang.
2.2.3.Cara Pemberian Kemoterapi

Universitas Sumatera Utara

1.) Intra Vena
Pemberian secara intravena untuk terapi sistemik, dimana obat setelah melalui
jantung dan hati baru sampai ke tumor primer.Cara ini paling banyak
digunakan untuk kemoterapi.
2.) Intra Arteri
Pemberian intra arteri adalah terapi regional melalui arteri yang memasok
darah ke daerah tumor dengan cara infus intra arteri menggunakan kateter
dan pompa arteri. Infus intra arteri tersebut memberikan obat selama beberapa
jam atau hari. Namun, pemberian dengan cara ini jarang dilakukan karena
membutuhkan sarana yang cukup banyak, seperti : radiologi diagnostik,
mesin atau alat filter, serta memerlukan keterampilan tersendiri.
3.) Perfusi Regional
Perfusi regional adalah cara untuk memberikan obat dengan dosis tinggi
langsung ke daerah tumor tanpa menimbulkan toksisitas pada sirkulasi umum
dengan cara sirkulasi ekstra korporal menggunakan mesin jantung-paru.
4.) Pemberian Per Oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian per oral,
diantaranya adalah chlorambucil dan etoposide (VP-16).
5.) Intracavitair
Obat disuntikkan ke dalam rongga tubuh, seperti intra: pleura, peritoneum,
pericardial, vesikal, atau tekal.
6.) Topikal

Universitas Sumatera Utara

Pemberian salep Fluorouracil pada kanker kulit.

2.2.4.Syarat Pemberian Kemoterapi
1.) Ukuran tumor
Jika ukuran tumor masih 3 cm, maka pasien tidak perlu diberi pengobatan
kemoterapi.Pasien harus mendapat kemoterapi ketika ukuran tumor mencapai
5cm.
2.) Status kelenjar getah bening
Jika sel kanker payudara sudah berada di kelenjar getah bening selama atau
sebelum pembedahan dan berisiko tinggi untuk bermetastasis.
3.) Usia
Semakin muda pasien kanker payudara maka pertimbangan dokter untuk
melakukan kemoterapi semakin besar. Hal ini dilakukan agar proses
penyembuhannya bisa dilakukan optimal.
4.) Derajat keganasan sel kanker
Jika hasil diagnosis menyatakan bahwa derajat keganasan kanker sudah
mencapai tingkat 3, maka pasien wajib mendapat kemoterapi.
5.) Status hormon
Jika sel kanker sensitif terhadap hormone progesterone dan estrogen, terapi
hormone, seperti tamoxifen (Soltamox), fulvestrant (Faslodex) atau aromatase

Universitas Sumatera Utara

inhibitors (Arimidex, Femara, Aromasin), maka dianjurkan untuk diberikan
kemoterapi (adjuvant).
6.) Masalah kesehatan
Masalah kesehatan tertentu, seperti penyakit jantung atau diabetes, dapat
mempengaruhi obat kemoterapi yang digunakan.
2.2.5.Obat-obat Kemoterapi
Berikut jenis-jenis golongan obat kemoterapi (Oxford American Handbook of
Oncology):
1.) Alkylating agents
Golongan obat ini merupakan salah satu agen anti-kanker yang sering
digunakan. Agen-agen sitotoksik memberikan efek antiproliferatif dengan
cara mengikat gugus alkil molekul seluler. Alkilasi DNA terjadi melalui
pembentukan intermediet reaktif yang menyerang situs nukleofilik. Mayoritas
agen alkylating menyebabkan penyilangan DNA yang menghasilkan
penghambatan sintesis DNA dan kematian sel. Obat ini secara langsung
merusak DNA untuk mencegah sel kanker berkembang biak. Agen-agen ini
bekerja di semua fase siklus sel. Agen alkylating umum mengobati leukemia,
limfoma, penyakit Hodgkin, multiple myeloma, sarkoma, dan kanker paruparu, payudara, dan ovarium. Karena obat ini merusak DNA, maka dapat
menyebabkan kerusakan jangka panjang ke sumsum tulang. Contoh:
Cyclofosfamide.
2.) Antimetabolit

Universitas Sumatera Utara

Antimetabolit

adalah

sekumpulan

obat

yang

memengaruhi

sintesis

(pembuatan) DNA atau RNA dan mencegah perkembangbiakan sel. Obat
golongan jenis ini umumnya digunakan untuk mengobati leukemia, kanker
payudara dan kanker ovarium. Contoh: Methotrexate dan Fluorouracil.
3.) Antibiotik antitumor (Antrasiklin)
Antibiotik anti-tumor ini mengganggu enzim yang terlibat dalam replikasi
DNA dan digunakan untuk berbagai jenis kanker.Obat ini bekerja di semua
fase siklus sel. Pertimbangan utama ketika memberikan obat ini adalah bahwa
secara permanen dapat merusak jantung jika diberikan dalam dosis
tinggi.Karena itu, batas dosis seumur hidup sering ditempatkan pada obat ini.
Contoh: Doxorubicin dan Epirubicin.
4.) Topoisomerase inhibitor
Obat ini mengganggu enzim yang disebut topoisomerase, yang membantu
memisahkan untai DNA sehingga mereka dapat disalin.Obat ini digunakan
untuk mengobati leukemia tertentu, serta paru-paru, indung telur, saluran
pencernaan, dan kanker lainnya. Contoh: Topotecan, Irinotecan, Etoposide
dan Teniposide.
5.) Selective Estrogen Receptor Modulators (SERMs)
Obat-obatan golongan ini bekerja secara agonis parsial terhadap estrogen
endogen, dimana bersifat antiestrogenik terhadap kanker payudara tetapi
bersifat agonis estrogen terhadap organ lainnya seperti tulang, lipid darah dan
endometrium. Sebagai adjuvant, SERMs dapat menghambat perkembangan

Universitas Sumatera Utara

sel kanker payudara dan juga mencegah metastasis selanjutnya.Akan tetapi
penggunaan jangka panjang obat-obat golongan SERMs, terutama tamoxifen,
menimbulkan efek samping yang cukup berat, bahkan meningkatkan risiko
terjadinya kanker serviks. Contoh: Tamoxifen.
Obat-obat

yang

Cyclophosphamide,

sering

digunakan

Epirubicin,

pada

pasien

Fluorouracil,

kanker

payudara,

Methotrexate,

yaitu

Mitomycin,

Mitozantrone, Doxorubicin, Docetaxel (Taxotere), Gemcitabine (Gemzar). Terapi
kombinasi yang biasa digunakan, yaitu CMF, FEC, FEC-T, E-CMF, AC, EC, dan
MMM.
2.2.6.Efek Samping Kemoterapi
Berat ringannya efek samping tergantung pada jenis obat kemoterapi, kondisi
tubuh, dan kondisi psikis pasien.Efek samping kemoterapi timbul karena obat-obat
kemoterapi sangat kuat dan tidak hanya membunuh sel kanker, tetapi juga menyerang
sel-sel yang masih sehat.Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan
pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan (Bakhtiar, 2012).
Menurut American Cancer Society, efek samping kemoterapi yang sering
terjadi yaitu:
1.) Sistem sirkulasi dan imunitas
Pemantauan darah rutin adalah bagian penting dari kemoterapi karena obat
dapat membahayakan sel-sel di sumsum tulang, di mana darah diproduksi.Hal
ini dapat mengakibatkan beberapa masalah.Sel darah merah membawa
oksigen ke jaringan.Anemia terjadi ketika tubuh tidak menghasilkan sel darah

Universitas Sumatera Utara

merah yang cukup, membuat pasien menjadi sangat lelah. Gejala lain anemia
meliputi kulit pucat, merasa dingin, sulit berpikir, dan lemas. Kemoterapi juga
dapat membuat kadar trombosit menjadi rendah (trombositopenia) yang dapat
membuat tubuh cepat memar dan mudah berdarah. Gejalanya adalah
mimisan, terdapat darah dalam muntahan dan kotoran, dan rasa sakit yang
tidak biasa saat menstruasi.Beberapa obat kemoterapi dapat membuat otot
jantung menjadi lemah, yang mengakibatkan kardiomiopati atau gangguan
pada ritme jantung (aritmia). Ini akan mempengaruhi kemampuan jantung
untuk memompa darah. Beberapa obat kemoterapi dapat meningkatkan risiko
serangan jantung.
2.) Sistem intergumen (rambut, kulit, dan kuku)
Banyak obat kemoterapi yang mempengaruhi folikel rambut dan dapat
menyebabkan rambut rontok dalam beberapa minggu perawatan pertama.
Rambut rontok dapat terjadi pada kepala, alis, bulu mata, dan tubuh. Rambut
rontok bersifat sementara.Pertumbuhan rambut baru biasanya dimulai
beberapa minggu setelah perawatan terakhir.Beberapa pasien mengalami
iritasi kecil pada kulit seperti kekeringan, gatal, dan ruam.Kuku pada jari
tangan dan kaki dapat berubah menjadi cokelat atau kuning dan menjadi
rapuh.Pertumbuhan kuku mungkin sangat lambat dan dapat membuat kuku
menjadi mudah patah.pada kasus yang berat, kuku pasien dapat terlepas dari
tempatnya.
3.) Sistem seksual dan reproduksi

Universitas Sumatera Utara

Kemoterapi dapat memiliki efek pada hormon.Pada wanita, perubahan
hormon dapat membuat menstruasi tidak teratur atau tiba-tiba mengalami
menopause.Wanita

yang menjalani kemoterapi mungkin mengalami

kekeringan pada jaringan vagina. Obat kemoterapi yang diberikan selama
kehamilan dapat menyebabkan cacat lahir.Pada pria, beberapa obat
kemoterapi dapat membahayakan sperma atau menurunkan jumlah sperma
dan infertilitas yang sementara atau permanen.Gejala-gejala seperti kelelahan,
kecemasan, dan fluktuasi hormon dapat mengganggu dorongan seksual pada
perempuan dan laki-laki.
4.) Sistem pencernaan
Beberapa efek samping yang paling umum dari kemoterapi melibatkan
saluran pencernaan. Efek samping kemoterapi pada sistem pencernaan yaitu
luka di mulut, kehilangan nafsu makan, sakit menelan, mual, muntah, diare,
dan konstipasi (American Cancer Society, 2012). Kemoterapi dapat
menyebabkan luka di mulut, dimana dapat membuat area mulut menjadi
kering dan iritasi bahkan sampai berdarah. Luka di mulut bukan hanya terasa
sakit, tetapi dapat menjadi terinfeksi oleh kuman/organisme yang biasa hidup
di dalam mulut. Luka di mulut biasanya terjadi 5 sampai 14 hari setelah
kemoterapi (American Society of Clinical Oncology, 2015).Tingkat keparahan
luka di mulut dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu ringan, sedang, berat.
Luka di mulut dikategorikan ringan jika pasien mengalami luka di mulut,
tetapi tidak terasa sakit. Luka di mulut dikategorikan sedang jika lukanya

Universitas Sumatera Utara

terasa sakit tetapi masih bisa makan. Luka di mulut dikategorikan berat jika
lukanya terasa sakit dan pasien tidak bisa makan (sampai membutuhkan
pertolongan dokter). Efek samping selanjutnya adalah kehilangan nafsu
makan. Pasien mungkin dalam beberapa hari tidak bisa makan yang
disebabkan oleh mual dan adanya luka di mulut. Hal ini dapat membuat
pasien mengalami kehilangan selera makan. Kehilangan selera makan juga
dikategorikan menjadi ringan, sedang, dan berat. Kehilangan selera makan
dikategorikan ringan jika pasien hanya sedikit tidak nafsu makan. Selanjutnya
dikategorikan sedang jika pasien biasanya tidak merasa lapar. Kemudian
dikategorikan berat jika pasien tidak mau makan. Sakit menelan adalah efek
samping kemoterapi selanjutnya. Sakit menelan juga dikategorikan menjadi
ringan, sedang, dan berat. Sakit menelan dikategorikan ringan jika pasien
masih

mampu untuk menelan. Sakit menelan dikategorikan sedang jika

pasien membutuhkan asupan makanan yang lunak, dan kategorikan berat jika
pasein sama sekali tidak mampu untuk makan (sampai membutuhkan
pertolongan dokter). Efek samping selanjutnya adalah mual dan muntah.
Mual dan muntah adalah efek samping kemoterapi yang paling ditakuti.
Seberapa sering pasien mengalami mual dan muntah dan seberapa parah mual
dan muntah tersebut dipengaruhi oleh obat yang dikonsumsi. Mual dan
muntah dapat terjadi selama kemoterapi ataupun beberapa jam setelah
kemoterapi. Kadang-kadang, mual dan muntah yang berat dapat berlangsung
selama beberapa hari. Mual dan muntah masing-masing dapat dikategorikan

Universitas Sumatera Utara

menjadi ringan, sedang, dan berat. Mual dikategorikan ringan jika pasien
masih dapat makan. Mual dikategorikan sedang jika pasien masih dapat
makan/minum tetapi lebih sedikit dari biasanya. Mual dikategorikan berat jika
pasien tidak dapat makan atau minum (sampai membutuhkan pertolongan
dokter). Muntah juga dikategorikan menjadi ringan, sedang, dan berat.
Muntah dikategorikan ringan jika pasien mengalami mual selama sekali
dalam sehari. Muntah dikategorikan sedang jika pasien mengalami muntah
selama 2-5 kali dalam sehari. Muntah dikategorikan berat jika pasien
mengalami muntah sebanyak 6 kali atau lebih dalam sehari (sampai
membutuhkan pertolongan dokter). Selanjutnya adalah diare. Ketika
kemoterapi menyerang lapisan sel pada usus, maka dapat menyebabkan diare.
Pasien dikatakan mengalami diare jika BAB 2 kali atau lebih dalam waktu 4
jam. Dalam kasus yang berat, dokter akan memberikan obat anti diare.
Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan diare. Diare dapat
dikategorikan ringan, sedang, dan berat. Dikatakan ringan jika pasien BAB