Pengendalian Nyeri (Pain Control) pada Pasien Kanker Kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan

(1)

Pengendalian Nyeri (

Pain Control

) pada Pasien Kanker Kronik di

RSUP Haji Adam Malik Medan

SKRIPSI

Oleh

Clara Arifania Purba 111101039

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini diajukan untuk menyelesaikan studi S-1 Reguler di Fakultas Keperawatan USU.

Dalam usaha menyelesaikan proposal ini yang berjudul “Pengendalian Nyeri (Pain Control) pada Pasien Kanker Kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan”, penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan waktu, pengetahuan, dan biaya sehingga tanpa bantuan dan bimbingan dari semua pihak tidaklah mungkin berhasil dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang memberikan arahan, bimbingan, motivasi serta memberi masukan yang berharga dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Yesi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji II dan Ibu Cholina T. Siregar,S.Kep,Ns,M.Kep,Sp.KMB selaku penguji III.

4. Ibu Nur Asnah S S.Kep,Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi selama 4 tahun menjalani perkuliahan.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang memberikan ilmu yang berharga dan seluruh staf pegawai yang telah memperlancar proses akademik dan administrasi.


(5)

7. Keluargaku tercinta, Bapak F. Purba dan Mamak R. Saragih yang telah mendidik, mendukung, mendoakan yang terbaik untukku serta menyanyangi sepenuh hati. Kepada kedua adik terbaikku Stefanus Purba dan Maria Purba yang telah memberi semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

8. Petugas dan jemaat Gereja Persekutuan Doa Baptisan Roh Kudus dan Api yang selalu memberikan nasihat dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.

9. Pemudi Medan yang tergabung dalam Harmony Choir yang selalu memotivasi, mendoakan yang terbaik untuk pengerjaan skripsi ini.

10. Kakak dan sahabat terbaikku Kak Zetty, Rini, dan Rani yang selalu memberikan arahan, nasihat, dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan stambuk 2011 (Leli, Rita, Sri, Erna, Stephanie, Siti Khodijah, dan Mahraniy) yang selalu menyemangati satu sama lain demi penyelesaian skripsi ini.

Mengingat keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, maka penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, walaupun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Medan, Juli 2015


(6)

DAFTAR ISI

Halaman pernyataan orisinalitas ... i

Halaman pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar isi ... v

Daftar skema ... vii

Datrar tabel ... viii

Abstrak ... ix

Bab 1. Pendahuluan 1. Latar belakang ... 1

2. Perumusan masalah ... 4

3. Tujuan penelitian ... 5

4. Manfaat penelitian ... 5

Bab 2.Tinjauan pustaka 1. Kanker 1.1Pengertian kanker ... 6

1.2Penyebab kanker ... 6

1.3Mekanisme kanker ... 10

1.4Gejala kanker ... 12

1.5Jenis-jenis kanker ... 12

2. Nyeri 2.1 Pengertian nyeri ... 14

2.2 Mekanisme nyeri ... 14

2.3 Klasifikasi nyeri ... 16

2.4 Teori pengontrolan nyeri ... 17

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri ... 18

3. Pengendalian nyeri (pain control) 3.1 Pengertian ... 21

3.2 Tindakan untuk mengendalikan nyeri ... 21

3.3 Manfaat pengendalian nyeri ... 21

3.4 Kategori pengendalian nyeri ... 22

3.5 Dimensi pengendalian nyeri ... 24

3.6 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengendalian nyeri ... 26

3.7 Pengukuran pengendalian nyeri ... 27

Bab 3. Kerangka penelitian 1. Kerangka penelitian ... 28

2. Defenisi konseptual ... 28

3. Defenisi operasional ... 29 Bab 4. Metodologi penelitian


(7)

2. Populasi, sampel dan tekhnik sampling ... 30

3. Lokasi dan waktu penelitian ... 31

4. Pertimbangan etik ... 31

5. Instrumen penelitian ... 32

5.1Data demografi ... 32

5.2Kuesioner pengendalian nyeri ... 32

6. Validitas dan reliabilitas ... 34

7. Pengumpulan data ... 35

8. Analisa data ... 36

Bab 5. Hasil dan pembahasan 1. Hasil penelitian ... 37

2. Pembahasan ... 44

Bab 6. Kesimpulan dan saran 1. Kesimpulan ... 58

2. Saran ... 58

Daftar pustaka ... 60

LAMPIRAN 1. Lampiran persetujuan menjadi responden (Inform consent) ... 61

2. Instrumen penelitian - Kuesioner data demografi ... 62

- Kuesioner pengendalian nyeri ... 64

3. Jadwal tentative penelitian ... 67

4. Taksasi dana ... 68

5. Lembar persetujuan validitas 6. Content Validity Index ... 72

7. Surat Izin Penelitian 8. Ethical Clearance 9. Hasil Uji Reliabilitas ... 82

10.Hasil SPSS data demografi ... 84

11.Hasil SPSS pengendalian nyeri (pain control) ... 88

12.Master data ... 90

13.Daftar riwayat hidup ... 92


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Skema Kerangka Penelitian Pengendalian Nyeri (Pain Control) pada Pasien Kanker Kronik ... 28


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Responden ... 38 Tabel 2. Mean Score dan Standard Deviasi Pengendalian Nyeri

(Pain Control) Pasien Kanker Kronik ... 39 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengendalian Nyeri

(Pain Control) Pasien Kanker Kronik ... 40 Tabel 4. Mean dan Standard Deviasi Dimensi Pengendalian Nyeri

(Pain Control) Pasien Kanker Kronik ... 40 Tabel 5. Mean dan Standard Deviasi Pengendalian Nyeri

(Pain Control) berdasarkan Dimensi Fisik ... 41 Tabel 6. Mean dan Standard Deviasi Pengendalian Nyeri

(Pain Control) berdasarkan Dimensi Sosial ... 42 Tabel 7. Mean dan Standard Deviasi Pengendalian Nyeri

(Pain Control) berdasarkan Dimensi Spiritual ... 43 Tabel 8. Mean dan Standard Deviasi Pengendalian Nyeri


(10)

Judul : Pengendalian Nyeri (Pain Control) pada Pasien Kanker Kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama mahasiswa : Clara Arifania Purba

NIM : 111101039

Fakultas : Keperawatan

Tahun : 2015

ABSTRAK

Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terkontrol, dan tumbuh sangat cepat yang dapat masuk ke dalam jaringan tubuh normal dan dapat menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Nyeri merupakan keluhan utama yang sering diutarakan oleh pasien kanker. Pengendalian nyeri (pain control) merupakan cara atau metode yang dilakukan pasien dalam mengendalikan nyeri yang dirasakannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengendalian nyeri (pain control) pada pasien kanker kronik di RSUP Haji Adam Malik dengan desain deskriptif retrospektif. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 04 Mei - 04 Juni 2015 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang dengan menggunakan purposive sampling sebagai metode pengambilan sampel. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner data demografi dan kuesioner pengendalian nyeri (pain control). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua pertiga responden (70%) mempunyai pengendalian nyeri yang cukup sisanya pengendalian nyeri yang kurang baik (30%). Keempat dimensi pengendalian nyeri yang diukur dimensi psikologis adalah pengendalian nyeri yang paling berkontribusi terhadap pengendalian nyeri yang dilakukan oleh responden (M = 2.39, SD = 1.11), sedangkan dimensi sosial yang merupakan pengendalian nyeri yang kontribusinya paling rendah terhadap pengendalian nyeri (M = 1.85, SD = 0.94). Saran penelitian ini adalah agar perawat mengkaji nyeri setiap pasien kanker kronik dikarenakan nyeri bersifat subjektif dalam hal mengendalikan nyeri yang dirasakan.


(11)

Title of the Thesis : Pain Control in Chronic Cancer Patients at RSUP Haji Adam Malik, Medan

Name of Student : Clara Arifania Purba

Std. ID Number : 111101039

Faculty : Nursing

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Cancer is cells which grow abnormally, uncontrollably, and rapidly; they can enter and suppress normal body tissues so that they can affect body function. Pain is the main complaints which are frequently undergone by patients. Pain control is one of the methods done by patients in controlling it. The objective of the research was to identify pain control in chronic cancer patients at RSUP Haji Adam Malik by using descriptive retrospective design. The data were gathered by distributing questionnaires on demographic data and on pain control from May 4 to June 4, 2015. The samples were 30 respondents, taken by using purposive sampling technique. The result of the research showed that 70% of the respondents had sufficient pain control and 30% of the respondents lacked of pain control. Of the four dimensions of pain control, psychological had the biggest

contribution to respondents’ pain control (M = 2.39, SD = 1.11), while social dimension had the least contribution to respondents’ pain control (M = 1.85, SD

= 0.94). It is recommended that nurses analyzed the pain of each chronic cancer patient since it is subjective in pain control.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang

Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel yang tidak normal, tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol dan tidak berirama yang dapat masuk ke dalam jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker berbeda dengan tumor. Tumor adalah suatu benjolan yang bersifat tidak normal. Kanker merupakan tumor yang bersifat ganas (Diananda, 2009).

Pernyataan ini dipertegas kembali oleh Yayasan Kanker Indonesia pada tahun 2009 bahwa, kanker adalah proses pertumbuhan tidak normal sel-sel pada jaringan tubuh menjadi sel-sel-sel-sel kanker. Perkembangan sel-sel kanker tesebut akan menyebar ke bagian tubuh lain yang dapat menyebabkan kematian.

Prevalensi penderita kanker akan meningkat dari tahun ke tahun, diakibatkan oleh harapan hidup yang lebih meningkat, sosial ekonomi semakin memburuk, dan perubahan pola penyakit ke arah penyakit degeneratif, neoplasma, dan cedera (Syafuddin, 2006). Familiy’s Doctor 2006 (dalam Lubis 2009) menjelaskan bahwa di negara maju, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit-penyakit kardiovaskuler.

Peningkatan kejadian kanker di Indonesia juga dapat disebabkan oleh penyakit yang tidak dideteksi dari awal untuk dicegah atau disembuhkan sehingga sel kanker sudah menyebar ke jaringan tubuh yang lain (Lubis, 2009).


(13)

WHO (2012 dalam Yayasan Kanker Indonesia, 2012) jumlah penderita kanker di dunia setiap tahun akan bertambah sekitar 7 juta orang, dan dua pertiga diantaranya berada di negara-negara yang sedang berkembang. Sebanyak 26 juta orang diperkirakan akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030 jika tidak dikendalikan.

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007 memperoleh data bahwa, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%), disusul oleh kanker leher rahim (11,78%). Beberapa kanker dengan prevalensi tinggi di Indonesia adalah kanker ovarium, kanker serviks, kanker payudara, kanker kulit, kanker gondok, kanker endokrin, kanker jaringan lunak, kanker kolon, dan kanker hati (Oemiati, et al., 2011).

Kanker diketahui dapat menimbulkan berbagai macam keluhan, dan nyeri adalah keluhan utama yang paling sering diutarakan oleh penderita. Dalam perjalanan penyakitnya, 45%-100% penderita mengalami nyeri yang sedang sampai yang berat, dan 80%-90% nyeri itu dapat ditanggulangi dengan pengelolaan nyeri kanker yang tepat (Syafuddin, 2006).

Rasa nyeri adalah salah satu akibat dari penyakit kanker yang paling ditakuti pasien. Nyeri adalah gejala kanker yang paling akhir, nyeri tersebut tidak dirasakan pada tahap awal karena kanker masih terlokalisasi. Pasien dengan nyeri kanker yang terganggu kegiatan sehari-hari sebanyak 5-10% (Baradero, 2007).


(14)

Insiden dan beratnya nyeri akan dipengaruhi oleh lokasi kanker, tahap (stadium) kanker, dan adanya metastasis. Pasien mengalami nyeri jika kanker sudah berkembang dan bermetastasis dengan persentase lebih dari 90% (Baradero, 2007).

Curton (1983 dalam Prasetyo, 2010) menjelaskan nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika suatu jaringan tubuh rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri. Pernyataan tersebut dipertegas kembali oleh International Association for the Study of Pain (2011) menyatakan ―nyeri sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan‖.

McCaffery (1980 dalam Prasetyo, 2010) mengatakan bahwa pasien adalah expert (ahli) di bidang nyeri, karena hanya pasienlah yang tahu mengenai nyeri yang dirasakannya. Nyeri adalah sesuatu yang sangat subjektif, tidak ada ukuran yang objektif, sehingga hanyalah orang yang merasakannya yang paling akurat dan tepat dalam mendefenisikan nyeri.

Prasetyo (2010) menjelaskan bahwa terdapat persepsi yang salah tentang nyeri yaitu klien tidak perlu untuk mengambil suatu tindakan untuk membebaskan nyerinya sampai nyeri yang ia rasakan tidak tertahankan lagi tetapi fakta yang ada, mengontrol nyeri adalah hal yang sangat perlu bagi klien untuk mengembalikan fungsi dan meningkatkan kenyamanan.


(15)

Seseorang yang mengalami nyeri akan mengkonsumsi obat pereda nyeri, hal tersebut adalah hal pertama yang mereka lakukan atau menyampaikan kepada petugas kesehatan untuk menaikkan dosis obat agar nyeri hilang, diakibatkan oleh penyakit kanker yang membutuhkan obat ampuh untuk mengendalikan nyeri (National Cancer Institute, 2014).

Sebuah penelitian menjelaskan bahwa survey yang dilakukan pada pasien kanker didapatkan lebih dari 2000 pasien dalam jangka waktu 10 tahun, baik atau puas dalam pengendalian nyeri sebanyak 88%. Tetapi terkadang pengendalian nyeri yang buruk juga ada didapatkan. Survey ini juga menerangkan bahwa sebanyak 51% pasien kanker melaporkan penurunan nyeri tidak adekuat setelah pengobatan (Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2008).

Andarmoyo (2013) menjelaskan bahwa banyak tindakan yang dapat dilakukan pasien dalam pengendalian nyeri yang dirasakannya. Upaya yang dapat dilakukan adalah diantaranya mengubah posisi, melakukan tindakan ritual (melangkah, berayun, menggosok), makan, meditasi, atau mengompres bagian yang nyeri dengan kompres hangat atau dingin.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti ―Pengendalian Nyeri (Pain Control) pada pasien kanker di RSUP

Haji Adam Malik Medan‖.

2. Perumusan masalah

Bagaimana pengendalian nyeri (pain control) pada pasien kanker di RSUP Haji Adam Malik Medan ?


(16)

3. Tujuan penelitian

3.1Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengendalian nyeri (pain control) pada pasien kanker di RSUP Haji Adam Malik.

3.2Tujuan Khusus

3.2.1 Untuk mengidentifikasi tingkat pengendalian nyeri (pain control) pasien kanker di RSUP Haji Adam Malik Medan.

3.2.2 Untuk mengidentifikasi dimensi psikologis dalam

mengendalikan nyeri pasien kanker di RSUP Haji Adam Malik Medan.

3.2.3 Untuk mengidentifikasi dimensi spiritual dalam mengendalikan nyeri pasien kanker di RSUP Haji Adam Malik Medan.

3.2.4 Untuk mengidentifikasi dimensi fisik dalam mengendalikan nyeri pasien kanker di RSUP Haji Adam Malik Medan.

3.2.5 Untuk mengidentifikasi dimensi sosial dalam mengendalikan nyeri pasien kanker di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat terhadap berbagai aspek, yaitu : 4.1. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan memberi informasi kepada perawat pendidik untuk mengembangkan metode pembelajaran bagi mahasiswa


(17)

agar mengetahui bagaimana pengendalian nyeri (pain control) pada pasien kanker demi mencapai asuhan keperawatan yang baik.

4.2. Bagi pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan perawat bahwa pengendalian nyeri (pain control) dapat dilakukan oleh pasien sendiri tidak hanya mengandalkan farmakologi, sehingga menjadi pedoman bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik demi meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

4.3. Bagi penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi baru dan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang ingin membahas masalah yang berkaitan dengan pengendalian nyeri (pain control) pada pasien kanker. Selain itu diharapkan dapat menjadi sumber referensi penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini di masa yang akan datang.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Kanker

1.1. Pengertian kanker

Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel yang tidak normal yaitu tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama yang dapat menyebar ke jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tersebut sehingga mempengaruhi fungsi tubuh (Diananda, 2009). Supriyanto (2010) kanker adalah sel yang tumbuh terus-menerus secara tidak terkendali, tidak terbatas, dan tidak normal. Pertumbuhan sel kanker tidak terkoordinasi dengan jaringan lain sehingga berbahaya bagi tubuh. Yayasan Kanker Indonesia (2009) menjelaskan bahwa kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Perkembangan sel kanker tersebut akan menyebar ke bagian tubuh lain yang dapat menyebabkan kematian.

Kanker sering dikenal oleh masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor adalah sebuah benjolan yang bersifat abnormal. Tumor dibagi menjadi 2 kategori, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas (Diananda, 2009).

1.2. Penyebab kanker

1.2.1 Riwayat keluarga

Penyakit kanker dapat diturunkan oleh orangtua kepada anaknya. Resiko terkena kanker sangat besar jika salah satu anggota keluarga


(19)

1.2.2 Kelainan kromosom

Seseorang dengan syndrome down yang memiliki 3 buah

kromosom 21, memiliki resiko 12-20 kali lebih tinggi untuk menderita leukimia akut (Diananda, 2009).

1.2.3 Faktor lingkungan

Beberapa faktor lingkungan dapat meningkatkan terjadinya kanker yaitu merokok, terkena sinar ultraviolet, radiasi ionisasi, dan faktor uranium. Merokok dapat menyebabkan resiko kanker paru-paru, mulut, laring (pita suara), dan kandung kemih. Berjemur di bawah sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kanker kulit. Radiasi ionisasi yang digunakan dalam sinar-X yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom yang mampu menjangkau jarak jauh sebagai contoh orang yang selamat dari ledakan bom Hiroshima dan Nagasaki resiko tinggi terkena penyakit leukimia. Faktor uranium pada pekerja tambang memiliki resiko tinggi terjadinya kanker paru—paru saat 10-20 tahun mendatang, resiko tersebut dapat semakin meningkat jika mereka memiliki riwayat merokok (Diananda, 2009).

1.2.4 Makanan

Seseorang yang sering mengkonsumsi makanan yang diasapkan dan diasamkan serta peminum alkohol memiliki resiko tinggi terkena kanker di area perut seperti kanker saluran pencernaan (Supriyanto, 2010). Seseorang yang mengkonsumsi makanan tinggi serat maka akan dapat


(20)

mengurangi kemungkinan terjadinya kanker usus besar. Mengurangi lemak sampai 30% dari jumlah kalori total juga dapat mengurangi resiko terjadinya kanker usus besar, payudara, dan prostat (Diananda, 2009). 1.2.5 Bahan kimia

Banyak bahan kimia yang terdeteksi dapat menyebabkan kanker diantaranya pekerja yang terpapar asbes dapat terkena kanker paru-paru dan mesotelioma (kanker pleura) dan terjadi kanker kulit pada pekerja cat dan pekerja yang membersihkan cerobong asap karena adanya kandungan senyawa hidrokarbon (Diananda, 2009).

1.2.6 Virus

Beberapa virus dapat menyebabkan kanker pada manusia. Virus penyebab kanker disebut virus onkogenik. Sebagai contoh virus papilloma yang menyebabkan kutil genitalis, yang termasuk salah satu penyebab kanker leher rahim pada perempuan Virus hepatitis B dan hepatitis C yang bisa menyebabkan kanker hati (Supriyanto, 2010).

1.2.7 Infeksi

Infeksi oleh parasit schistosoma (bilharzia) bisa menyebabkan kanker kandung kemih karena terjadinya iritasi menahun pada kandung kemih (Supriyanto, 2010). Penyebab iritasi menahun lainnya tidak menyebabkan kanker. Infeksi oleh clonorchis yang banyak ditemukan di daerah timur, bisa menyebabkan kanker pankreas dan saluran empedu (Diananda, 2009).


(21)

1.2.8 Hormon

Hormon adalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh, yang berfungsi mengatur kegiatan alat-alat tubuh (Supriyanto, 2010). Hormon Dyethyl stilbestrol adalah suatu hormon seks buatan yang biasa digunakan untuk menggemukkan hewan ternak. Pada manusia hormon tersebut sebagai penyebab timbulnya kanker rahim, payudara, dan alat reproduksi lainnya. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat menimbulkan kanker pada organ tubuh yang dipengaruhinya, misalnya payudara, rahim, indung telur, dan prostat (Diananda, 2009).

1.3. Mekanisme kanker

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah mengalami kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang abnormal, cepat, dan tidak dapat terkendali. Sel-sel akan terus menerus membelah diri (Supriyanto, 2010). Kanker bisa terjadi di berbagai jaringan dalam berbagai organ seperti sel kulit, sel hati, sel darah, sel otak, sel lambung, sel usus, sel paru, sel saluran kemih, dan berbagai sel lainnya. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang masuk ke jaringan di dekatnya (invasif) dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh. Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi (Diananda, 2009).


(22)

a. Tahap inisiasi

Tahap ini terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang dapat memancing sel menjadi ganas. Perubahan yang terjadi pada bahan genetik sel tersebut disebabkan oleh suatu agen yang disebut dengan karsinogen, berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari (Diananda, 2009). Tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kejadian kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Gangguan fisik menahun bisa juga membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan (Junaidi, 2007).

b. Tahap promosi

Tahap ini, suatu sel yang mengalami tahap inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh tahap promosi. Oleh sebab itu, diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan atau gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen (Junaidi, 2007).

Pada saat sebuah sel menjadi ganas, sistem kekebalan tubuh dapat melawan atau merusak sel ganas tersebut sebelum sel tersebut berlipat ganda bahkan menjadi sebuah kanker (Diananda, 2009). Apabila sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi dengan baik, maka tubuh memiliki risiko tinggi terkena kanker seperti yang terjadi pada penderita AIDS, orang yang

menggunakan obat penekan kekebalan, dan pada penyakit autoimun


(23)

sehingga kanker kadang kala dapat menembus perlindungan ini meskipun sistem kekebalan berfungsi secara normal (Diananda, 2009).

1.4. Gejala kanker

Kanker yang berada di dalam tubuh dapat diidentifikasi dengan mengenali tanda-tanda kanker sejak dini. Tanda-tanda kanker dibedakan menjadi dua, yaitu tanda-tanda kanker yang bersifat umum dan khusus (Supriyanto, 2010).

Tanda kanker yang bersifat umum adalah penurunan berat badan, demam yang lebih sering dalam tahap-tahap lanjut, terutama apabila kanker mempengaruhi sistem kekebalan dan mengurangi pertahanan terhadap infeksi, rasa lelah yang berlebihan, rasa nyeri yang muncul di tempat tertentu, yang merupakan tahap lanjut penyakit kanker, perubahan warna kulit, sehingga warna kulit menguning, memerah, gatal-gatal, atau pertumbuhan rambut yang berlebihan.

Tanda kanker yang bersifat khusus adalah adanya borok yang tak kunjung sembuh, sebuah benjolan di payudara atau bagian tubuh lain, pendarahan yang tidak seperti biasanya, perubahan dalam kebiasaan buang air besar dan kecil, kesulitan mencerna atau menelan makanan, batuk atau suara parau yang tidak kunjung hilang, masalah pendengaran.

1.5. Jenis-jenis kanker

Junaidi (2007) menjelaskan bahwa ada beberapa jenis kanker yang telah dikenal sampai saat ini.


(24)

1.5.1 Karsinoma

Karsinoma adalah jenis kanker yang berasal dari sel yang melapisi permukaan tubuh atau permukaan saluran tubuh, misalnya jaringan seperti kulit, testis, ovarium, kelenjar mucus, sel melanin, payudara, leher rahim, kolon, rectum, lambung, pankreas dan esofagus.

1.5.2 Limfoma

Jenis kanker yang berasal dari jaringan yang membentuk darah, misalnya jaringan limfe, lacteal, limfa, berbagai kelenjar limfe, timus, dan sumsum tulang. Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodgkin atau kanker kelenjar limfe dan limfa.

1.5.3 Leukemia

Leukemia adalah jenis kanker yang tidak membentuk massa tumor, tetapi memenuhi pembuluh darah dan mengganggu fungsi sel darah normal.

1.5.4 Sarkoma

Sarkoma adalah jenis kanker dimana jaringan penunjang yang berada di permukaan tubuh seperti jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan di tulang.

1.5.5 Glioma

Glioma adalah kanker susunan saraf, misalnya sel-sel glia (jaringan penunjang) di susunan saraf pusat.


(25)

1.5.6 Karsinoma in situ

Karsinoma in situ adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga masih dianggap lesi prainvasif atau kelainan/luka yang belum menyebar.

2. Nyeri

2.1 Pengertian nyeri

Arthur C. Curton (1983) menjelaskan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri. Pernyataan tersebut dipertegas oleh International Association for the Study of Pain, IASP (2011) mendefenisikan nyeri sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan.

2.2 Mekanisme nyeri

Nyeri berdasarkan mekanismenya melibatkan persepsi dan respon terhadap nyeri tersebut. Mekanisme timbulnya nyeri melibatkan empat proses.

2.2.1 Transduksi

Transduksi adalah proses dari stimulus nyeri diubah ke bentuk yang dapat diakses oleh otak (Turk & Flor, 1999 dalam Ardinata, 2007). Proses transduksi dimulai ketika nosiseptor yaitu reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri teraktivasi. Aktivasi reseptor ini merupakan sebagai bentuk respon terhadap stimulus yang datang


(26)

seperti kerusakan jaringan. Nosiseptor yang terletak pada bagian perifer tubuh distimulasi oleh berbagai stimulus, seperti faktor biologis, mekanis, listrik, thermal, radiasi, dan lain-lain (Prasetyo, 2010).

2.2.2 Transmisi

Transmisi adalah serangkaian kejadian neural yang membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke sedang serta berdiameter besar (Davis, 2003 dalam Ardinata, 2007). Saraf aferen akan ber-axon pada dorsal horn di spinalis. Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui sistem contralateral spinalthalamic melalui ventral lateral dari thalamus menuju cortex serebral (Ardinata, 2007).

Pengendalian nyeri (pain control) dapat dilakukan selama proses kedua ini yaitu transmisi (Kozier, 2004).

2.2.3 Modulasi

Modulasi mengacu kepada aktivitas neural dalam upaya

mengontrol jalur transmisi nosiseptor tersebut (Turk & Flor, 1999 dalam Ardinata, 2007). Proses modulasi melibatkan sistem neural yang komplek. Ketika impuls nyeri sampai di pusat saraf, transmisi impuls nyeri ini akan dikontrol oleh sistem saraf pusat dan mentransmisikan impuls nyeri ini kebagian lain dari sistem saraf seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan ditransmisikan melalui saraf descend ke tulang belakang untuk memodulasi efektor (Ardinata, 2007).


(27)

2.2.4 Persepsi

Persepsi adalah proses yang bersifat subjektif (Turk & Flor, 1999 dalam Ardinata, 2007). Proses persepsi berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis, cognition (pengenalan), dan memory (mengingat) (Davis, 2003 dalam Ardinata, 2007). Faktor psikologis, emosional, dan perilaku muncul sebagai respon dalam mempersepsikan pengalaman nyeri.

2.3 Klasifikasi nyeri

Nyeri dikelompokkan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut biasanya datang secara tiba-tiba, umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan penyembuhan. Nyeri akut didefenisikan sebagai nyeri yang berlangsung beberapa detik hingga enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan (Smeltzer & Bare, 2002).

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri berlangsung diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik (Smeltzer & Bare, 2002). Nyeri kronik dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronis didefenisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih, meskipun enam bulan merupakan


(28)

suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan antara nyeri akut dan nyeri kronis (Smeltzer & Bare, 2002). Nyeri dapat timbul secara tiba-tiba atau lambat, intensitasnya dari ringan sampai berat secara konstan atau hilang timbul, tanpa prediksi waktu kesembuhan, dan lebih dari 6 bulan (NANDA, 2011).

Prasetyo (2010) menyatakan bahwa selain klasifikasi nyeri akut dan kronik terdapat jenis nyeri lain yang spesifik diantaranya nyeri kutaneus/superficial (cutaneus pain), nyeri somatis dalam (deep somatic pain), nyeri visceral, reffered pain, nyeri psikogenik, dan nyeri phantom.

2.4 Teori pengontrolan nyeri

Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory) oleh Melzack dan Wall (1965 dalam Prasetyo 2010) menjelaskan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.

Hal ini sejalan dengan pendapat Smeltzer & Bare (2002) menjelaskan bahwa proses dimana terjadi interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulasi serabut yang mengirim sensasi tidak nyeri memblok atau menurunkan transmisi impuls nyeri melalui sirkuit gerbang penghambat. Sel-sel inhibitori dalam kornu dorsalis medulla spinalis mengandung enkefalin, yang menghambat transmisi nyeri.


(29)

2.5 Faktor yang mempengaruhi nyeri

Mc Caffery dan Pasero (1999 dalam Prasetyo, 2010) menyatakan bahwa klien yang paling mengerti dan memahami tentang apa yang dirasakannya saat nyeri datang. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan reaksi masing-masing individu terhadap nyeri. Perawat harus menguasai dan memahami faktor-faktor tersebut agar dapat memberikan pendekatan yang tepat dalam pengkajian dan perawatan terhadap klien yang mengalami masalah nyeri. Faktor-faktor tersebut adalah:

2.5.1 Usia

Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu. Perbedaan kelompok umur mempengaruhi reaksi terhadap nyeri (Prasetyo, 2010).

2.5.2 Jenis Kelamin

Pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadap nyeri. Beberapa budaya menganggap bahwa perempuan dalam merasakan nyeri tidak lebih berani dan memilih untuk menangis. Penelitian menyebutkan bahwa hormon seks pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat toleransi terhadap nyeri. Hormon seks testosteron menaikkan ambang nyeri sedangkan estrogen meningkatkan sensitivitas terhadap nyeri. Pada manusia rasa nyeri lebih kompleks, dipengaruhi oleh personal, sosial, budaya, dan lain-lain. Namun, tergantung dari individu bagaimana menanggapi nyeri (Prasetyo, 2010).


(30)

2.5.3 Kebudayaan

Kebudayaan mempengaruhi bagaimana seseorang belajar untuk bereaksi dan mengekspresikan nyeri. Budaya mempengaruhi bagaimana seseorang menginformasikan nyerinya kepada orang lain termasuk tenaga kesehatan. Perawat seringkali berasumsi bahwa cara berespon setiap individu dalam masalah nyeri adalah sama (Potter & Perry, 2006).

2.5.4 Makna Nyeri

Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Seseorang akan mempersepsikan nyeri dengan cara yang berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan (Potter & Perry, 2006).

2.5.5 Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri

Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan pada individu. Nyeri yang dirasakan terasa ringan, sedang, bahkan berat. Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri, masing-masing individu juga bervariasi (Prasetyo, 2010).

2.5.6 Perhatian

Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon nyeri sedangkan pasien yang melakukan upaya


(31)

pengalihan dihubungkan dengan penurunan respon nyeri (Gill, 1990 dalam Potter & Perry, 2006).

2.5.7 Ansietas (kecemasan)

Hubungan nyeri dengan ansietas bersifat kompleks. Ansietas yang dirasakan pasien dapat meningkatkan persepsi nyeri, nyeri juga dapat menimbulkan perasaan ansietas. Contoh yang dapat dipaparkan adalah seseorang yang menderita kanker kronis dan merasa takut akan kondisi penyakitnya akan semakin meningkatkan persepsi nyerinya (Prasetyo, 2010).

2.5.8 Keletihan

Keletihan/kelelahan yang dirasakan seseorang akan

meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping seseorang. Keletihan dapat menjadi masalah umum pada individu yang menderita penyakit kronik dalam jangka lama. Nyeri berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur yang lelap (Potter & Perry, 2006).

2.5.9 Pengalaman sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, bukan berarti dengan adanya pengalaman pasien lebih mudah dalam menghadapi nyeri pada masa yang akan datang. Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri (Prasetyo, 2010).


(32)

2.5.10 Dukungan keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri sangat membutuhkan dukungan, perhatian, dan perlindungan dari keluarga atau teman terdekat. Nyeri memang masih dirasakan pasien namun kehadiran orang terdekat akan meminimalkan kesepian dan ketakutan (Prasetyo, 2010).

3. Pengendalian nyeri (pain control)

3.1 Pengertian

Pengendalian nyeri (pain control) adalah suatu cara atau metode yang dilakukan pasien itu sendiri dalam hal mengendalikan nyeri yang dirasakannya (National Cancer Institute, 2014).

Pengendalian nyeri adalah salah satu tujuan paling penting dalam perawatan kanker yang dilakukan oleh individu (Cascinu, et al., 2003).

3.2 Tindakan untuk mengendalikan nyeri

Pengendalian nyeri yang dapat dilakukan pasien kanker sangat banyak

rupanya, hanya berbeda- beda setiap individu. Upaya-upaya yang dapat dilakukan pasien untuk mengendalikan nyeri adalah dengan mengubah posisi, melakukan tindakan ritual (melangkah, berayun, menggosok), makan, meditasi, atau mengompres bagian nyeri dengan kompres hangat atau kompres dingin (Andarmoyo, 2013).

3.3 Manfaat pengendalian nyeri

Pengendalian nyeri dapat membuat perasaan seseorang lebih nyaman. Pengendalian nyeri yang baik harus sejalan dengan pikiran dan tubuh untuk fokus pada penyembuhan, penyembuhan yang cepat dapat membantu


(33)

mencegah komplikasi. Intermountain Healthcare (2013) menjelaskan bahwa manfaat dari pengendalian nyeri adalah sebagai berikut:

3.3.1 Merasa stres berkurang

Rasa nyaman akan mengurangi perasaan stres yang datang dikarenakan rasa nyeri. Stres yang berkurang menandakan bahwa pikiran dan tubuhmu bekerja keras dalam penyembuhan.

3.3.2 Mampu berpindah dengan mudah

Pengendalian nyeri dapat mulai dilakukan seperti berjalan atau latihan bernafas, jika merasa nyeri ringan. Tindakan tersebut akan mengembalikan keadaan seperti semula dengan cepat.

National Cancer Institute (2014) menjelaskan bahwa ketika nyeri kanker dapat dikendalikan maka individu akan tidur dengan lelap, menikmati kebersamaan dengan keluarga dan teman, meningkatkan nafsu makan, menikmati hubungan seksual secara intim, dan mencegah depresi.

3.4 Kategori pengendalian nyeri

Pengendalian nyeri terbagi atas dua kategori yaitu pengendalian nyeri dengan medikasi dan tanpa medikasi.

3.4.1 Pengendalian nyeri dengan medikasi

Farmakologi yang digunakan adalah nonopiod, opiod, dan

pengobatan tipe lainnya. Non opiod adalah obat yang digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang. Non opiod diberikan ketika skala nyeri berada pada skala 1 sampai 4 (National Cancer Institute, 2014).


(34)

Opiod adalah obat yang digunakan untuk mengobati nyeri sedang sampai berat. Seseorang yang mengalami nyeri berat dan penyakit kanker yang semakin memburuk akan membutuhkan penambahan dosis opiod ini. Opiod sering disebut dengan obat narkotik maka harus perlu diperhatikan dalam peningkatan dosis (National Cancer Institute, 2014). Pengobatan jenis lainnya adalah anti depresan, anti kejang dan steroid. Antidepresan

digunakan untuk mengobati depresi, dapat juga membantu

mengendalikan perasaan terbakar saat nyeri. Anti kejang juga dapat membantu mengendalikan perasaan terbakar saat nyeri. Steroid digunakan untuk mengobati nyeri yang dikarenakan pembengkakan (National Cancer Institute, 2014).

3.4.2 Pengendalian nyeri tanpa medikasi

American Cancer Society (2014) menjelaskan bahwa ada

beberapa pengendalian nyeri tanpa medikasi yang dapat dilakukan pasien yaitu relaksasi, konsentrasi visual, bernafas ritmik, imajinasi terbimbing, mendengarkan musik, relaksasi progresif, distraksi, hipnosis, stimulasi kulit (massage, tekanan, getaran, panas/dingin), akupuntur, dan dukungan emosional & konseling.

Intermountain Healthcare (2013) menyatakan bahwa cara lain

untuk mengendalikan nyeri tanpa medikasi adalah relax atau santai, gunakan benda yang dingin, meninggikan tungkai, dan alihkan dirimu. Relax atau santai adalah menemukan posisi yang aman di tempat yang tenang. Bernafas lambat dan dalam, cobalah untuk fokus dalam bernafas


(35)

ritmik. Hal ini dilakukan selama 20 menit. Benda dingin digunakan ketika nyeri ringan, letakkan pada bagian kulit yang mengalami nyeri dengan cara dibungkus menggunakan handuk. Tindakan ini dapat dilakukan kapan saja jika dapat memberikan rasa nyaman. Meninggikan tungkai dilakukan jika mengalami nyeri pasca operasi, pada bagian tungkai atas maupun bawah. Alihkan dirimu dapat dilakukan dengan banyak cara seperti memikirkan tentang sesuatu, menonton televisi, mendengarkan musik, bermain, membaca, atau mengunjungi teman. 3.5 Dimensi pengendalian nyeri

Penderita kanker mempunyai kebutuhan yang spesifik, berbeda antara satu penderita dengan penderita lainnya yaitu suatu kebutuhan memandang manusia (penderita kanker) sebagai suatu keseluruhan yang bagian-bagiannya saling mempengaruhi yang dikenal dengan holistik. Bagian-bagian tersebut meliputi dimensi fisik, sosial, spiritual, dan psikologis (Kozier, 1995 dalam Salbiah, 2006).

Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi cara pasien kanker menginterpretasikan dan merasakan nyeri (Potter & Perry, 2006).

3.5.1 Dimensi fisik

Dimensi ini menunjukkan kemampuan penderita kanker dalam mengendalikan nyeri yang dirasakannya dengan melakukan aktivitas sehari-hari (Kozier, 1995 dalam Salbiah, 2006). Andarmoyo (2013) menjelaskan bahwa tindakan yang dapat dilakukan saat nyeri datang


(36)

adalah mengubah posisi, berjalan, menggosok bagian yang nyeri, makan, dan mengompres yang nyeri. Potter & Perry (2006) menyatakan bahwa individu memilih untuk tidur dalam mengendalikan nyeri. Pernyataan ini sejalan dengan Intermountain Healthcare (2013) menjelaskan bahwa yang dapat dilakukan adalah menonton televisi, mendengarkan musik, bermain, dan membaca. American Cancer Society (2014) menyatakan bahwa mengkonsumsi obat pereda nyeri dapat digunakan untuk mengontrol nyeri kanker. Prasetyo (2010) menjelaskan bahwa relaksasi dan distraksi menjadi tindakan non farmakologis yang dapat dilakukan ketika pasien kanker merasakan nyeri.

3.5.2 Dimensi sosial

Dimensi ini menunjukkan kemampuan penderita kanker mengendalikan nyeri yang dirasakannya melalui berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan (Kozier, 1995 dalam Salbiah 2006). Intermountain Healthcare (2013) menjelaskan bahwa salah satu cara pengendalian nyeri adalah mengunjungi teman dan mengikuti aktivitas sosial atau kegiatan di sekitar lingkungan rumah. Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa individu lebih suka menyendiri ketika merasakan nyeri. Smeltzer & Bare (2002) bahwa kunjungan keluarga dan teman-teman sangat efektif dalam meredakan nyeri.

3.5.3 Dimensi spiritual

Dimensi ini menunjukkan kemampuan penderita kanker mengendalikan nyeri yang dirasakannya melalui keyakinan dalam dirinya


(37)

dengan berserah kepada Tuhan (Kozier, 1995 dalam Salbiah 2006). Andarmoyo (2013) menjelaskan bahwa salah satu cara mengendalikan nyeri dengan meditasi atau berdoa kepada Tuhan.

3.5.4 Dimensi psikologis

Dimensi ini menunjukkan kemampuan penderita kanker

mengendalikan nyeri yang dirasakannya melalui pikiran dan perasaan (Kozier, 1995 dalam Salbiah 2006). Intermountain Healthcare (2013) menjelaskan bahwa salah satu yang dapat dilakukan dalam pengendalian nyeri adalah mendengarkan musik. DiMetteo (1991) menyatakan bahwa pikiran negatif tentang nyeri akan memfokuskan perhatian seseorang terhadap aspek yang tidak menyenangkan dan membuat nyeri yang dirasakan bertambah buruk. Junaidi (2008) bahwa bersikap biasa-biasa saja dan tidak memikirkan penyakit, hal tersebut akan membuat pasien dan keluarga merasa tenang. Potter & Perry (1993) menyatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran orang terdekat yaitu keluarga. Seseorang dalam keadaan nyeri sangat membutuhkan support, bantuan, bahkan perlindungan. Ketidakhadiran keluarga mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah.

3.6 Faktor yang mempengaruhi pengendalian nyeri

Cascinu, et al (2003) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi pengendalian nyeri adalah sebagai berikut:


(38)

Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu. Perbedaan kelompok umur mempengaruhi pengendalian nyeri yang dilakukan setiap individu saat merasakan nyeri (Prasetyo, 2010).

3.6.2 Jenis kelamin

Pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon

terhadap nyeri (Prasetyo, 2010). Kebudayaan yang berbeda

mempengaruhi jenis kelamin dalam mengendalikan nyeri yang dirasakan (Potter & Perry, 2006).

3.6.3 Lokasi nyeri

Lokasi nyeri adalah lokasi dimana tempat sel kanker bermetastasis (Baradero, 2007). Lokasi tersebut adalah lokasi nyeri yang dirasakan pasien setiap harinya dan sudah menjadi suatu pengalaman yang menetap baginya. Individu yang memiliki pengalaman tersebut akan memiliki cara tersendiri dalam mengendalikan nyeri yang dirasakannya (Smeltzer & Bare, 2002).

3.7 Pengukuran pengendalian nyeri

Pengukuran pengendalian nyeri dilakukan menggunakan kuesioner pengendalian nyeri yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan referensi dan tinjauan pustaka terdiri dari 35 pernyataan, dimensi fisik = 16 pernyataan, dimensi sosial = 6 pernyataan, dimensi spiritual = 6 pernyataan, dan dimensi psikologis = 7 pernyataan dengan pilihan jawaban menggunakan skala Likert.

BAB 3


(39)

1. Kerangka penelitian

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengendalian nyeri (pain control) pada pasien kanker di RSUP Haji Adam Malik Medan. Skema kerangka penelitian pengendalian nyeri (pain control) pada pasien kanker kronik dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Skema 1. Skema Kerangka Penelitian Pengendalian Nyeri (Pain Control) pada Pasien Kanker

2. Defenisi Konseptual

Kanker adalah pertumbuhan sel yang bersifat abnormal yang tumbuh cepat, tidak terkendali, tidak terbatas yang dapat menyebar ke jaringan tubuh yang normal dan menekan jaringan tersebut sehingga mempengaruhi fungsi tubuh (Supriyanto, 2010).

Pengendalian nyeri (pain control) adalah cara atau metode yang dilakukan oleh pasien sendiri dalam mengendalikan nyeri yang dirasakannya (National Cancer Institute, 2014).

3. Defenisi operasional Pengendalian nyeri kanker (pain control):

- Dimensi fisik

- Dimensi sosial

- Dimensi spiritual

- Dimensi psikologis

Level Pain Control:

- Baik

- Cukup

- Kurang baik


(40)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

No Variabel Defenisi Operasional Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

1 Pengendalian

nyeri (pain control) Kemampuan pasien kanker dalam mengendalikan nyeri yang dirasakannya dalam 4 dimensi yaitu: Dimensi fisik: kemampuan pasien kanker dalam mengendalikan nyeri yang dirasakannya melalui aktivitas sehari-hari Dimensi sosial: kemampuan pasien kanker dalam mengendalikan nyeri yang dirasakannya melalui interaksi dengan orang lain dan lingkungan Dimensi spiritual: kemampuan pasien kanker dalam mengendalikan nyeri yang dirasakannya melalui keyakinan dalam dirinya Dimensi psikologis: kemampuan pasien kanker dalam mengendalikan nyeri yang dirasakannya melalui pikiran dan perasaan

Kuesioner Pengendalian Nyeri (Pain Control) terdiri dari 35 pertanyaan, dimensi fisik = 16

pernyataan, dimensi sosial = 6 pernyataan, dimensi spiritual = 6 pernyataan, dimensi psikologis = 7 pernyataan dengan pilihan jawaban: Selalu = 4 Sering = 3 Jarang = 2 Tidak pernah = 1

Baik = 106 – 140

Cukup = 71 – 105

Kurang baik = 35 - 70

Interval

Rasio

Rasio

Rasio


(41)

1. Desain penelitian

Desain penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah deskriptif dengan pendekatan retrospektif yaitu untuk mengidentifikasi gambaran pengendalian nyeri (pain control) pada pasien kanker di RSUP Haji Adam Malik Medan. 2. Populasi, sampel dan tekhnik sampling

2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien kanker yang mengalami nyeri yang dirawat di ruang Rindu B2A RSUP Haji Adam Malik Medan.

2.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah 30 pasien kanker yang berada di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2.3 Tekhnik sampling

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan karena sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan. Kriteria yang digunakan pada penelitian ini adalah kriteria inklusi, yaitu kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.

Kriteria penelitian ini meliputi: (1) usia 20-60 tahun (2) memiliki nyeri kronik (3) memiliki nyeri ringan sampai berat (4) pasien sadar dan kooperatif


(42)

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang beralamat di Jl. Bunga Lau, No. 17. Alasan pemilihan lokasi ini karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan dari seluruh kabupaten yang ada di Sumatera Utara sehingga memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah sampel. Selain itu penelitian ini belum pernah dilakukan di rumah sakit tersebut. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 04 Mei 2015 – 04 Juni 2015.

4. Pertimbangan etik

Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat keterangan kelayakan etik (ethical clearance) dari komisi etik penelitian Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari RSUP Haji Adam Malik Medan. Dalam melaksanakan penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Lembar persetujuan (informed consent) diberikan kepada calon responden, bila calon responden bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan responden.

Penelitian ini tidak berisiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikologis, apabila saat mengisi kuesioner responden merasakan nyeri maka pengisian kuesioner diberhentikan sementara dilanjutkan kembali ketika responden dalam keadaan membaik. Kerahasiaan informasi responden terjamin oleh peneliti, hanya data tertentu saja yang


(43)

dilaporkan sebagai hasil penelitian, peneliti juga mencantumkan nama responden dan membuat nomor kode pada lembar pengumpulan data.

5. Instrumen penelitian

Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah angket terstruktur dalam bentuk kuesioner. Peneliti menyebarkan kuesioner pada pasien kanker di RSUP Haji Adam Malik Medan. Peneliti sebelumnya memberikan petunjuk kepada responden bagaimana pengisian lembar pengisian kuesioner sehingga mereka dapat memberikan informasi yang tepat dalam pengisian kuesioner. Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner data demografi dan pengendalian nyeri (pain control)

5.1 Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi responden terdiri dari 9 pertanyaan dan cara pengisian dengan memberi tanda cheklist (√) pada salah satu pilihan yang tersedia dan mengisi jawaban pada tempat yang disediakan. Pernyataan terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, agama, status pernikahan, pekerjaan, diagnosa medis, intervensi yang dilakukan, dan lokasi nyeri.

5.2 Kuesioner pengendalian nyeri (pain control)

Kuesioner pengendalian nyeri dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan referensi dan tinjauan pustaka terdiri dari 35 pernyataan, dibagi 4 dimensi yaitu dimensi fisik (1-16), dimensi sosial (17-22), dimensi spiritual (23-28), dan dimensi psikologis (29-35) menggunakan skala Likert dengan pilihan jawaban selalu = 4, sering = 3, jarang = 2, dan


(44)

tidak pernah = 1. Pengisian kuesioner dengan memberi tanda cheklist (√) pada salah satu pilihan yang tersedia dari pernyataan yang ada berkaitan dengan pengendalian nyeri (pain control) pada pasien kanker kronik. Nilai total pengendalian nyeri (pain control) merupakan penjumlahan dari ke empat dimensi pengendalian nyeri yang tersebut diatas. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 140 dan nilai terendah adalah 35. Skala ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah skala interval, dimana nilainya menggunakan rumus statistik, yaitu:

P = Rentang kelas

Panjang kelas

Berdasarkan rumus statistik di atas, maka skore pengendalian nyeri (pain control) diklarifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu: baik, cukup, dan kurang baik. Dimana P = panjang kelas dengan rentang sebesar 105 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas adalah 3 sehingga didapatkan panjang kelas sebesar 35, dengan menggunakan P = 35 maka didapatkan nilai interval pengendalian nyeri (pain control) pasien kanker kronik adalah sebagai berikut:

Baik : 106 – 140

Cukup : 71 – 105

Kurang baik : 35-70

Pengendalian nyeri (pain control) terdiri dari 4 dimensi yaitu, dimensi fisik, dimensi sosial, dimensi spiritual, dan dimensi psikologis. 6. Uji validitas dan reliabilitas instrumen


(45)

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dimana menjelaskan tentang derajat suatu instrumen dalam mencakup seluruh isi yang ingin diukur atau menjelaskan tentang apakah item yang terdapat pada instrumen benar-benar telah mengukur isi yang sama. Uji validitas dilakukan oleh 3 dosen Fakultas Keperawatan USU yang ahli di bidang nyeri menggunakan uji validitas konten dengan perhitungan CVI (Content Validity Index).

Para ahli tersebut menilai dan mengevaluasi konsep-konsep dari kuesioner ini apakah kuesioner ini relevan dan memadai dalam mengukur setiap variabel dalam penelitian ini. Ketiga ahli diminta untuk menilai setiap item pada empat skala poin mulai dari (1 = tidak relevan sampai 4 = sangat relevan). Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kuesioner ini dinyatakan valid dengan nilai 0.96

6.2 Uji reliabilitas

Uji reliabilitas akan dilakukan pada 10 orang responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian menggunakan uji Cronbach’s Alpha, kemudian jawaban responden diolah menggunakan komputerisasi. Pertanyaan dalam instrumen dinyatakan reliab jika nilai lebih besar dari 0,71. Uji reliabilitas dilakukan di RA2 bagian ruang kemoterapi RSUP Haji Adam Malik Medan. Pernyataan kuesioner dinyatakan reliab setelah diolah menggunakan program statistik dengan nilai 0,822.


(46)

7. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan mengikuti langkah-langkah pengumpulan data yaitu pertama mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Fakultas Keperawatan USU dan pihak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Permohonan surat izin dari Fakultas Keperawatan USU dilakukan di bagian pendidikan dan bagian umum kampus. Permohonan izin penelitian di rumah sakit dilakukan pada beberapa tahap. Tahap pertama peneliti mengantar surat permohonan dari kampus ke bagian tata usaha (TU), lalu ke bagian SDM untuk menanyakan sudah sejauh mana surat tersebut dikelola, selanjutnya ke bagian DIKLIT untuk diwawancarai mengenai penelitian yang akan dilakukan. Setelah 1 minggu surat penelitian bisa diambil, selanjutnya ke bagian LITBANG untuk mengisi beberapa berkas, lalu ke bagian verifikasi dan membayar uang penelitian ke bank Bukopin, kembali ke bagian Litbang untuk mendapat badge name dan surat izin penelitian ke ruangan yang akan dituju. Surat izin diberikan kepada kepala instalasi ruangan RINDU B dan mendapat surat izin penelitian yang ditujukan kepada kepala ruangan.

Setelah mendapat izin dari kepala ruangan, peneliti akan menentukan calon responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian, lalu calon responden yang bersedia menandatangani surat persetujuan (informed consent) untuk ikut serta dalam penelitian yang


(47)

akan dilaksanakan. Peneliti mengambil data dari responden dengan cara memberikan kuesioner kepada responden. Responden juga diberi kesempatan untuk bertanya tentang pernyataan yang tidak dipahami. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data, dan data yang kurang lengkap dapat segera dilengkapi. Data dari kuesioner yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisa.

8. Analisa data

Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah editing, peneliti memeriksa identitas responden dan memastikan semua data telah terisi selanjutnya adalah coding, data yang ada diberi kode terhadap pernyataan yang telah diajukan untuk mempermudah tabulasi dan analisa dan data entry, peneliti memasukkan data ke dalam komputer dan melakukan pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi.

Data demografi akan ditampilkan dalam bentuk persentase dan analisa yang digunakan untuk pengendalian nyeri (pain control) adalah analisa data secara deskriptif untuk mengetahui frekuensi, persentase, mean dan standar deviasi yang bertujuan untuk menjelaskan atau menggambarkan pengendalian nyeri (pain control) pada pasien kanker kronik di RSUP Haji Adam Malik.


(48)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai pengendalian nyeri (pain control) pada pasien kanker RSUP Haji Adam Malik Medan. Pengumpulan data dilakukan terhadap 30 orang responden yaitu pasien kanker di ruang rawat inap Rindu B2A RSUP Haji Adam Malik Medan pada tanggal 04 Mei 2015 sampai tanggal 04 Juni 2015.

1. Hasil penelitian

Hasil penelitian ini dibagi atas 2 bagian yaitu: data demografi responden dan pengendalian nyeri (pain control) pasien kanker kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.1Karakteristik demografi responden

Responden pada penelitian ini adalah seluruh pasien kanker yang mengalami nyeri kronik atau nyeri lebih dari 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden (83%) berada pada rentang usia 41-60 tahun dengan rata-rata usia 46.40 dan SD = 9.467. Mayoritas responden penelitian berjenis kelamin perempuan (80%). Hampir seluruh responden (90%) beragama Islam. Tingkat pendidikan terakhir responden terbanyak adalah SD dan SMA (masing masing 30%). Lebih dari setengah responden (77%) sudah menikah. Setengah dari responden (50%) tidak memiliki pekerjaan. Berdasarkan hasil, penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden (53%) didiagnosa Ca.Mammae. Hampir satu pertiga responden (30%) menjalani operasi dan kemoterapi. Lebih dari setengah


(49)

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Responden (n=30)

Karakteristik Responden f %

Usia

18-40 tahun 4 13

41-60 tahun 26 87

Jenis kelamin

Perempuan 24 80

Laki-laki 6 20

Agama

Islam 27 90

Kristen Protestan 3 10

Pendidikan

SD 9 30

SMP 6 20

SMA 9 30

Perguruan Tinggi 6 20

Pekerjaan

Bertani 5 17

Wiraswasta 5 17

Swasta 4 13

PNS 1 3

Tidak bekerja 15 50

Status pernikahan

Menikah 23 77

Belum Menikah 3 10

Janda 3 10


(50)

Karakteriktik Responden f % Diagnosa

Ca. Mammae 16 53,3

Ca. Recti 4 13,3

Ca. Tiroid 1 3,3

Ca. Penis 1 3,3

SCC. Ginggira 2 6,7

SCC. Parietal 1 3,3

SCC. Face 1 3,3

Rhabdomyosarcoma 1 3,3

Liposarcoma 1 3,3

Lymphoma 1 3,3

Unkown primary of tumor 1 3,3

Penatalaksanaan

Kemoterapi 7 23

Tidak ada 6 20

Operasi 8 27

Operasi & kemoterapi 9 30

Lokasi nyeri

Kepala dan leher 6 20

Payudara 16 53

Anus 2 7

Daerah abdomen 4 14

Wajah 1 3

Ekstremitas 1 3 1.2Pengendalian Nyeri (Pain Control) Pasien Kanker

(n = 30)

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pengendalian nyeri (pain control) memiliki nilai yang cukup dengan mean = 2.19, SD = .85. Tabel 2. Mean Score dan Standard Deviasi Pengendalian Nyeri (Pain Control) Pasien Kanker (n = 30)

Pernyataan Mean SD


(51)

Berdasarkan hasil penjumlahan pengendalian nyeri (pain control) pada kuesioner yang diisi oleh responden, lebih dari setengah responden (70%) mempunyai pengendalian nyeri pada tingkat cukup, dan pengendalian nyeri pada tingkat kurang baik (30%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengendalian Nyeri (Pain Control) Pasien Kanker (n = 30)

Pengendalian nyeri f %

Cukup 21 70

Kurang baik 9 30

Berdasarkan empat dimensi pengendalian nyeri yang diukur, dimensi psikologis adalah pengendalian yang paling berkontribusi terhadap pengendalian nyeri yang dilakukan responden (M = 2.39, SD = 1.11), diikuti dengan dimensi spiritual (M = 2.27, SD = 1.16), diikuti dengan dimensi fisik (M = 2.21, SD = .59). Dimensi sosial adalah pengendalian nyeri yang kontibusinya paling rendah dalam hal pengendalian nyeri yang dilakukan responden (M = 1.85, SD = .94).

Tabel 4. Mean dan Standard Deviasi Dimensi Pengendalian Nyeri (Pain Control) Pasien Kanker

Dimensi Mean SD

Dimensi psikologis 2.39 1.11

Dimensi spiritual 2.27 1.16

Dimensi fisik 2.21 .59

Dimensi sosial 1.85 .94

Pengendalian nyeri (pain control) dalam penelitian ini adalah dimensi apa yang digunakan pasien kanker dalam mengendalikan/mengontrol nyeri yang dirasakan pasien selama kurun waktu 6 bulan terakhir. Pengendalian nyeri


(52)

terbagi atas 4 dimensi yaitu dimensi fisik, dimensi sosial, dimensi spiritual, dan dimensi psikologis.

1.2.1 Dimensi fisik

Berdasarkan 16 pernyataan pengendalian nyeri (pain control) secara dimensi fisik bahwa mengkonsumsi obat pereda nyeri adalah pengendalian nyeri yang paling berkontribusi terhadap nyeri yang dirasakan responden (M = 3.03, SD = 1.18) diikuti dengan mengubah posisi tubuh ketika merasa nyeri (M = 2.97, SD = 1.1.8). Latihan fisik adalah pengendalian nyeri yang kontribusinya paling rendah terhadap nyeri yang dirasakan responden (M = 1.10, SD = .30).

Tabel 5. Mean dan Standard Deviasi Pengendalian Nyeri (Pain Control) berdasarkan dimensi fisik

No Pernyataan Mean SD

9. Mengkonsumsi obat pereda nyeri 3.03 1.18

1. Mengubah posisi tubuh 2.97 1.18

5. Menyentuh bagian tubuh yang

terasa nyeri 2.93 1.31

6. Mengusap-usap bagian tubuh yang

terasa nyeri 2.80 1.37

10. Mengkonsumsi obat tradisional 2.60 1.27

12. Tarik nafas dalam 2.60 1.19

8. Mengunjungi pelayanan kesehatan 2.43 1.35

3. Berusaha untuk tidur 2.33 1.37

15. Duduk/jongkok ketika nyeri 2.27 1.23

16. Berdiri ketika merasa nyeri 1.90 1.18

2. Berusaha berjalan 1.87 1.07

4. Mengkonsumsi makanan/minuman 1.83 1.08

7. Mengompres panas/dingin 1.73 1.14

11. Menonton ketika merasa nyeri 1.73 1.11

13. Membaca ketika merasa nyeri 1.30 .70


(53)

1.2.2 Dimensi sosial

Berdasarkan 6 pernyataan pengendalian nyeri (pain control) secara dimensi sosial bahwa menyendiri adalah pengendalian nyeri yang paling berkontribusi ketika merasakan nyeri (M = 3.40, SD = 1.07) dan berbincang – bincang dengan keluarga (M = 2.60, SD = 1.35). Mengikuti komunitas penderita kanker merupakan hal yang kontribusinya paling rendah dalam mengendalikan nyeri (M = 1.03, SD = .18).

Tabel 6. Mean dan Standard Deviasi Pengendalian Nyeri (Pain Control) berdasarkan dimensi sosial

No Pernyataan Mean SD

21. Menyendiri 3.40 1.07

18. Berbincang bincang dengan

keluarga 2.60 1.35

17. Berbincang bincang dengan

teman 1.47 .90

22. Mengikuti kegiatan sekitar

lingkungan rumah 1.43 .89

19. Mengunjungi teman 1.17 .53

20. Mengikuti komunitas penderita

kanker 1.03 .18

1.2.3 Dimensi spiritual

Berdasarkan 6 pernyataan pengendalian nyeri (pain control) secara spiritual bahwa berdoa adalah yang paling berkontribusi ketika responden merasakan nyeri (M = 3.93, SD = 0.36) diikuti dengan membaca kitab suci (M = 3.27, SD = 1.14). Hal yang kontribusinya paling rendah adalah mengunjungi tempat ibadah (M = 1.20, SD = 0.55).


(54)

Tabel 7. Mean dan Standard Deviasi Pengendalian Nyeri (Pain Control) berdasarkan dimensi spiritual

No Pernyataan Mean SD

23. Berdoa 3.93 0.36

24. Membaca kitab suci 3.27 1.14

27. Meditasi 2.60 1.24

26. Ibadah bersama 1.37 0.71

28. Berperan dalam pelayanan

keagamaan 1.30 0.70

25. Mengunjungi tempat ibadah 1.20 0.55

1.2.4 Dimensi psikologis

Berdasarkan 7 pernyataan pengendalian nyeri (pain control) secara

dimensi psikologis bahwa fokus pada penyembuhan yang paling berkontribusi dalam mengendalikan nyeri (M = 3.93, SD = .25) diikuti dengan berpikir positif ( M = 3.83, SD = .46). Bernyanyi merupakan hal yang berkontribusi paling rendah ketika responden merasakan nyeri (M = 1.13, SD = .50).

Tabel 8. Mean dan Standard Deviasi Pengendalian Nyeri (Pain Control) berdasarkan dimensi psikologis

No Pernyataan Mean SD

34. Fokus pada penyembuhan 3.93 .25

29. Berpikir positif 3.83 .46

31. Nyeri terkendali saat didampingi

keluarga 2.40 1.27

35. Berkumpul dengan keluarga 2.30 1.29

30. Tidak memikirkan penyakit 1.67 1.12

32. Mendengarkan musik 1.47 .77

33. Bernyanyi 1.13 .50


(55)

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengendalian nyeri (pain control) pada pasien kanker di RSUP Haji Adam Malik Medan dapat ditemukan pembahasan sebagai berikut:

2.1 Pengendalian nyeri (pain control) pada pasien kanker

Pengendalian nyeri (pain control) adalah suatu cara atau metode yang dilakukan pasien itu sendiri dalam hal mengendalikan nyeri yang dirasakannya (National Cancer Institute, 2014). Dalam penelitian ini, pengendalian nyeri (pain control) dibagi atas 4 dimensi. Hal ini didukung oleh pernyataan Setiawan (2003) bahwa nyeri kanker merupakan nyeri kronis yang melibatkan multi dimensi diantaranya dimensi biologis/fisik, dimensi psikologis, dimensi sosial, dan dimensi spiritual. Ke empat dimensi tersebut diterapkan dalam tingkat pengendalian nyeri tertentu yaitu, baik, cukup, dan kurang baik.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa lebih dari setengah responden melakukan pengendalian nyeri berada pada tingkat cukup (70%) diikuti dengan pengendalian nyeri kurang baik (30%). Hal ini dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, diagnosa, pengobatan, dan lokasi nyeri.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden berada pada rentang usia 41-60 tahun. Hurlock (1999) menjelaskan bahwa rentang usia tersebut termasuk ke dalam masa dewasa madya. Pada penelitian mayoritas responden (87%) termasuk ke dalam masa dewasa madya dimana mereka telah


(56)

mengalami penurunan toleransi nyeri. Brunner & Suddart (2001) menyatakan bahwa semakin tinggi usia maka respon terhadap nyeri semakin menurun.

Mayoritas responden pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 24 orang (80%). Muttaqin (2008) menyatakan bahwa secara umum tidak ada perbedaan yang bermakna antara pria dan wanita dalam berespon terhadap nyeri. Pernyataan ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Woodrow dkk, (1997 dalam Jihan, 2009) yang menemukan bahwa laki-laki dan perempuan mengalami penurunan toleransi nyeri.

Tingkat pendidikan terakhir responden terbanyak adalah SD & SMA (masing-masing 30%). Gill (1990) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap pengalaman dalam menangani nyeri yang dirasakan pasien.

Hasil penelitian didapatkan bahwa lebih dari dua pertiga responden (77%) sudah menikah. Potter & Perry (1993) menyatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran orang terdekat yaitu keluarga. Almaier (1995) menyatakan bahwa seseorang yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan. Kehadiran keluarga juga dapat mengurangi rasa

Berkaitan dengan diagnosa penyakit, responden paling banyak mengalami kanker payudara (53,3%) dan kanker rektum (13,3%). Diananda (2009) menyatakan bahwa kanker payudara merupakan salah satu dari 5 kanker


(57)

yang paling umum di seluruh dunia. Brunner (2002) menyatakan bahwa penyebab kematian terbesar di Amerika Serikat salah satunya adalah kanker kolorektal. Hal inilah yang menyebabkan kedua diagnosa ini menjadi diagnosa tertinggi pada responden. Pengambilan data dilakukan di RINDU B2A dimana ruang rawat inap tersebut salah satu tempat pasien khusus kanker pada saluran pencernaan (digestive). Hal ini didukung oleh lebih dari setengah responden (53%) merasakan nyeri pada bagian payudara. Lokasi tersebut adalah lokasi nyeri yang dirasakan pasien setiap harinya dan sudah menjadi suatu pengalaman yang menetap baginya. Rufaidah (2007) menyatakan bahwa jenis kanker dapat mempengaruhi intensitas nyeri yang dirasakan seseorang, semakin meningkat atau menurun nyeri yang dirasakan maka pengendalian terhadap nyeri pun dilakukan oleh pasien kanker.

Lokasi nyeri yang paling banyak dirasakan oleh pasien adalah daerah payudara (53%) sejalan dengan diagnosa terbanyak yaitu kanker payudara (53%). Mihardja Hasan (2008) menyatakan bahwa lokasi kanker mempengaruhi intensitas dan prevalensi nyeri yang dirasakan pasien.

Pengobatan yang banyak dijalani responden adalah operasi dan kemoterapi (30%). Kemoterapi merupakan penanganan kanker yang cukup efektif dan sistemik, saat tumor terpajan terhadapa agen kemoteraupetik, persentase sel-sel tumor dapat dirusak 20% sampai 99% (Brunner & Suddarth, 2001). Kemoterapi sering dikombinasikan dengan penanganan kanker lainnya yaitu pembedahan, ini merupakan bentuk pengobatan kanker yang paling tua. Pembedahan jika dilakukan pada beberapa jenis kanker tahap stadium dini


(58)

dapat disembuhkan. Boediwarsono (2010) menyatakan bahwa nyeri kanker tergantung dari pengobatan yang diberikan.

2.2 Dimensi pengendalian nyeri pasien kanker kronik

Berdasarkan hasil penelitian ini dari keempat dimensi yang dilakukan responden, dimensi psikologis (M = 2.39, SD = 1.11) dan dimensi spiritual (M = 2.27, SD = 1.16) merupakan pengendalian nyeri yang paling berkontribusi terhadap nyeri yang dirasakan pasien kanker kronik. Dimensi fisik (M = 2.21, SD = 0.59) dan dimensi sosial (M = 1.85, SD = 0.94) merupakan pengendalian nyeri paling rendah kontribusinya terhadap nyeri yang dirasakan pasien kanker kronik.

Dimensi psikologis merupakan dimensi pengendalian nyeri (pain control) yang paling berkontribusi terhadap pengendalian nyeri yang dilakukan oleh responden ketika merasakan nyeri. Dimensi psikologis merupakan kemampuan pasien kanker kronik dalam mengendalikan nyeri yang dirasakannya melalui pikiran dan perasaan. Hal yang paling berkontribusi dalam mengendalikan nyeri adalah fokus pada penyembuhan dan berpikir positif.

IASP (1979) menyatakan bahwa nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan. Wolf W. Feurst (1974) menyatakan bahwa nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang menimbulkan ketegangan. Prasetyo (2010)


(1)

MEAN DAN STANDARD DEVIASI PENGENDALIAN NYERI (

PAIN

CONTROL

)

DIMENSI FISIK

Descriptive Statistics

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

VAR00001

30

1.00

4.00

2.9667

1.18855

VAR00002

30

1.00

4.00

1.8667

1.07425

VAR00003

30

1.00

4.00

2.3333

1.37297

VAR00004

30

1.00

4.00

1.8333

1.08543

VAR00005

30

1.00

4.00

2.9333

1.31131

VAR00006

30

1.00

4.00

2.8000

1.37465

VAR00007

30

1.00

4.00

1.7333

1.14269

VAR00008

30

1.00

4.00

2.4333

1.35655

VAR00009

30

1.00

4.00

3.0333

1.18855

VAR00010

30

1.00

4.00

2.6000

1.27577

VAR00011

30

1.00

4.00

1.7333

1.11211

VAR00012

30

1.00

4.00

2.6000

1.19193

VAR00013

30

1.00

4.00

1.3000

.70221

VAR00014

30

1.00

2.00

1.1000

.30513

VAR00015

30

1.00

4.00

2.2667

1.22990

VAR00016

30

1.00

4.00

1.9000

1.18467

Valid N (listwise)

30

DIMENSI SOSIAL

Descriptive Statistics

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

VAR00017

30

1.00

4.00

1.4667

.89955

VAR00018

30

1.00

4.00

2.6000

1.35443

VAR00019

30

1.00

3.00

1.1667

.53067

VAR00020

30

1.00

2.00

1.0333

.18257

VAR00021

30

1.00

4.00

3.4000

1.06997

VAR00022

30

1.00

4.00

1.4333

.89763


(2)

DIMENSI SPIRITUAL

Descriptive Statistics

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

VAR00023

30

2.00

4.00

3.9333

.36515

VAR00024

30

1.00

4.00

3.2667

1.14269

VAR00025

30

1.00

3.00

1.2000

.55086

VAR00026

30

1.00

4.00

1.3667

.71840

VAR00027

30

1.00

4.00

2.6000

1.24845

VAR00028

30

1.00

4.00

1.3000

.70221

Valid N (listwise)

30

DIMENSI PSIKOLOGIS

Descriptive Statistics

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

VAR00029

30

2.00

4.00

3.8333

.46113

VAR00030

30

1.00

4.00

1.6667

1.12444

VAR00031

30

1.00

4.00

2.4000

1.27577

VAR00032

30

1.00

3.00

1.4667

.77608

VAR00033

30

1.00

3.00

1.1333

.50742

VAR00034

30

3.00

4.00

3.9333

.25371

VAR00035

30

1.00

4.00

2.3000

1.29055

Valid N (listwise)

30

DIMENSI PAIN CONTROL

Descriptive Statistics

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

DIMENSI.FISIK

16

1

3

2,21 ,598

DIMENSI.SOSIAL

6

1

3

1,85 ,940

DIMENSI.SPIRITUAL

6

1

4

2,28

1,164


(3)

Descriptive Statistics

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

DIMENSI.FISIK

16

1

3

2,21 ,598

DIMENSI.SOSIAL

6

1

3

1,85 ,940

DIMENSI.SPIRITUAL

6

1

4

2,28

1,164

DIMENSI.PSIKOLOGIS

7

1

4

2,39

1,113

Valid N (listwise)

6

Descriptive Statistics

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

PAIN.CONTROL

35

1,03

3,93

2,1977 ,85711


(4)

Master Data Pengendalian Nyeri (

Pain Control

) pada Pasien Kanker Kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan

Data demografi

Pernyataan kuesioner

No

U JK PT A ST PK DX IN LK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 1

2 2 1 1 3 4 1 4 2 3 1 1 1 2 1 1 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 4 2 4 2 2 1 3 1 4 1 2 1 1 4 1 2

1 1 2 1 4 2 2 2 4 1 2 1 4 4 4 1 3 3 1 2 1 1 1 1 2 1 3 1 1 3 1 2 1 1 1 3 1 3 1 1 3 1 3 1 3

2 2 2 1 3 4 1 2 2 3 3 1 3 3 3 3 1 1 3 3 3 2 2 3 3 1 1 1 1 4 1 4 4 1 1 3 1 4 2 1 2 1 4 1 4

2 2 3 1 1 1 1 4 2 4 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 3 1 1 2 3 1 3 1 1 3 1 4 3 1 1 1 1 4 1 4 2 1 4 1 5

2 2 4 1 1 4 6 3 1 2 1 4 1 1 1 1 2 4 2 1 3 1 1 3 1 1 2 1 1 4 1 4 2 1 1 3 1 4 1 3 1 1 4 3 6

2 2 1 1 1 1 1 2 2 4 4 3 3 2 1 1 3 3 4 2 3 1 1 4 4 2 3 1 1 4 1 4 4 1 1 3 1 2 1 2 2 1 3 3 7

2 2 3 1 1 1 1 4 2 3 2 2 4 4 4 1 4 1 2 3 3 1 1 4 4 1 4 1 1 3 3 4 4 3 3 4 3 4 1 3 3 3 4 3 8

2 2 2 2 1 4 1 1 2 2 2 4 3 1 1 1 3 1 2 4 1 1 1 3 1 1 1 1 1 4 1 4 2 1 1 3 1 3 4 1 1 1 4 1 9

2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 3 4 1 4 4 1 1 4 4 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 4 3 4 4 1 2 1 2 4 1 3 1 1 4 3 10

2 2 1 1 2 1 1 1 2 3 2 4 1 4 4 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 4 1 3 1 1 4 3 11

2 2 4 1 2 4 1 4 2 1 1 1 1 2 2 1 1 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 4 4 1 2 1 1 4 2 1 1 1 4 1 12

2 2 4 1 1 4 1 4 2 4 1 4 1 4 2 1 1 2 4 4 1 4 1 1 1 4 4 2 1 1 4 4 4 1 2 3 4 4 4 4 1 1 4 4 13

2 2 1 1 1 1 1 2 2 3 1 4 3 4 1 3 1 4 4 1 3 1 1 2 2 3 3 3 1 3 2 4 4 1 1 3 1 4 1 2 3 1 4 2 14

2 2 1 1 1 1 1 3 2 4 1 4 1 4 4 4 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 4 1 1 4 1 4 4 1 1 1 1 4 1 4 1 1 4 4 15

1 1 3 1 2 1 8 1 6 1 1 1 3 4 4 1 1 4 1 2 2 2 2 1 1 4 4 1 1 1 4 4 4 1 4 1 1 4 1 1 1 1 4 1 16

2 2 3 1 1 1 2 2 3 4 1 4 4 4 4 1 4 3 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 1 4 1 4 3 1 1 1 1 4 1 1 1 1 4 1 17

2 2 2 1 1 1 1 2 2 3 4 4 1 1 1 1 4 4 1 1 4 1 1 4 4 1 4 1 1 4 1 4 4 1 1 4 1 4 4 2 1 1 4 2 18

2 2 1 1 3 2 2 3 3 4 1 4 1 4 4 2 3 4 4 1 4 1 1 2 2 1 1 1 1 4 1 4 4 2 2 4 2 4 1 2 1 1 4 2 19

2 1 2 1 1 2 7 4 5 4 4 1 2 4 4 4 4 4 2 1 2 1 1 4 4 1 4 1 1 4 1 4 4 1 1 4 1 4 1 4 1 1 4 4 20

1 2 4 1 2 4 2 4 4 4 2 2 1 1 4 3 3 4 4 1 1 2 1 2 1 2 4 1 1 4 1 4 4 1 1 4 1 4 1 1 1 1 4 1 21

2 2 1 1 1 1 5 3 1 4 4 1 1 4 4 4 4 4 1 1 4 1 1 3 3 1 1 1 1 4 1 4 4 1 1 3 1 4 1 1 1 1 4 1 22

1 2 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 2 4 1 1 1 1 1 4 1 1 4 1 4 4 1 1 4 1 4 2 1 1 1 4 1 23

2 1 3 1 1 4 9 3 4 4 2 1 2 1 1 2 4 4 4 4 4 1 2 4 2 1 1 1 1 4 1 4 4 1 1 2 1 3 1 3 1 1 4 3 24

2 2 3 1 1 1 1 1 2 4 1 2 3 1 4 1 1 4 4 1 2 3 1 1 1 2 1 1 1 4 1 4 4 1 1 1 1 4 4 1 1 1 4 1 25


(5)

26

2 2 2 1 1 1 1 4 2 1 2 2 2 4 1 1 1 1 2 4 2 1 1 4 4 1 1 1 2 4 1 4 4 1 1 4 1 4 2 4 3 1 4 4 27

2 2 1 1 1 1 5 4 1 4 1 1 1 4 4 1 4 4 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 4 1 4 4 1 1 4 1 4 1 1 1 1 4 1 28

2 2 4 1 1 4 3 3 1 2 1 1 1 4 4 1 4 4 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 4 4 4 1 1 4 4 29

2 1 3 1 1 2 10 3 1 3 3 1 2 4 4 1 3 4 2 3 1 1 1 3 1 3 4 3 1 4 1 4 4 3 1 3 1 4 1 4 3 3 4 4 30

2 2 4 2 1 3 11 1 1 4 1 4 1 4 4 4 1 4 4 1 4 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 4 2 1 2 1 2 4 2 4 1 1 4 4

Keterangan :

Data demografi

U = Usia

Intervensi

1 = 18-40; 2 = 41-60

1=kemoterapi; 2= tidak ada; 3= operasi; 4= operasi dan kemoterapi

JK = Jenis kelamin

Lokasi nyeri

1 = laki-laki; 2 = perempuan

1=kepala dan leher; 2=payudara; 3=anus; 4=abdomen; 5=wajah; 6=ekstremitas

Pernyataan kuesioner

PT = Pendidikan terakhir

4=selalu

1 = SD; 2 = SMP; 3 = SMA; 4 = PT

3=sering

A = Agama

2=jarang

1 = islam; 2 = kristen protestan

1=tidak pernah

ST = Status pernikahan

1 = menikah; 2 = belum menikah; 3 = janda; 4 =duda

PK = Pekerjaan

1= Bertani; 2= Guru; 3= Jualan; 4= Wiraswasta; 5= Dosen; 6= Karyawan; 7= Mahasiswa; 8= PNS; 9=Tidak bekerja

DX = Diagnosa

1= Ca. Mammae; 2= Ca. Recti; 3= Ca. Tiroid; 4= Ca. Penis; 5= SCC. Ginggira; 6= SCC. Parietal ; 7= SCC. Face; 8= Rhabdomyosarcoma

9= Liposarcoma; 10= Lymphoma; 11= Unkown primary of tumor


(6)

CURICULUM VITAE

Data Diri

Nama

: Clara Arifania Purba

Tempat/Tanggal Lahir

: P.Siantar, 11 Agustus 1994

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: JLN BAHAGIA GG MERANTI NO 5O

LINGKUNGAN 3 KEL. TELADAN TIMUR

KEC. MEDAN KOTA

e-mail

: claraarifaniapurba@yahoo.com

Data Orangtua

Nama ayah

: Frans Marulitua Purba

Nama ibu

: Ros Erika Saragih

RIWAYAT PENDIDIKAN

TK BHAYANGKARA SIANTAR

(1998-1999)

SD KRISTEN 8 MEDAN

(1999-2005)

SMP NEGERI 3 MEDAN

(2005-2008)

SMA NEGERI 21 MEDAN

(2008-2011)