Analisis Medication Error pada Resep Pasien Kanker Payudara yang Mendapatkan Tindakan Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

ANALISIS

MEDICATION ERROR

PADA RESEP PASIEN

KANKER PAYUDARA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN

KEMOTERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

OLEH:

ARIE ANSHARI RAMBE

NIM 101501086

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS

MEDICATION ERROR

PADA RESEP PASIEN

KANKER PAYUDARA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN

KEMOTERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ARIE ANSHARI RAMBE

NIM 101501086

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS

MEDICATION ERROR

PADA RESEP PASIEN

KANKER PAYUDARA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN

KEMOTERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

OLEH:

ARIE ANSHARI RAMBE NIM : 101501086

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 13 Desember 2014

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dr. Poppy Anjelisa Z.Hasibuan, M.Si., Apt NIP 197506102005012003 NIP 195110251980021001

Pembimbing II, Dr. Poppy Anjelisa Z.Hasibuan, M.Si., Apt. NIP 197506102005012003

Dra. Nurminda Silalahi, M.Si., Apt. NIP 196206101992032001 NIP 197802152008122001

Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt. NIP 197806032005012004

Medan, 13 Desember 2014 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Medication Error pada Resep Pasien Kanker Payudara yang

Mendapatkan Tindakan Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi ini

diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Dr. Poppy Anjelisa Z Hasibuan, M.Si., Apt., dan ibu Dra. Nurminda Silalahi, M.Si., Apt., yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Wiryanto, M.S., Apt., selaku ketua penguji, Ibu Khairunnisa, S.Si, M.Pharm, Ph.D., Apt., dan ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini, dan Ibu Yuandani, S.Farm., M.Si., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga tercinta, Ayahanda Jumri Syafaruddin Rambe dan Ibunda Ade Ernawati Ritonga,


(5)

dan adik saya Yuli Trivani Pratiwi, Alwi Nazfi Anshari Rambe, Rizki Zil Ikram Rambe, Dia Dara Nandani Rambe, yang telah memberikan semangat dan kasih sayang yang tak ternilai dengan apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat seperjuangan, Nugraha Siregar, Bambang Tri Sanjaya, Deny Aminunsyah, Rizki Aulia Bahri, Sakses Marbun, Abdullah Syahril Sitepu, Rohandi Sahat Auliawan, Agam Suryanata, Muhammad Adami, Aldi Franata Sihombing, Zoelkarnain, Kiky Daulay, Safuani beserta teman-teman mahasiswa/i Farmasi USU angkatan 2010 yang selalu mendoakan dan memberi semangat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, 13 Desember 2014 Penulis,

Arie Anshari Rambe NIM 101501086


(6)

PRESCRIPTION MEDICATION ERROR ANALYSIS IN

BREAST CANCER PATIENTS GET THE CHEMOTHERAPY

IN ACTION ADAM MALIK HOSPITAL

ABSTRACT

Medication Error (ME) is an error that occurs in the process of treatment that could be prevented if the causal factors can be identified early. Medication errors can occur in the phase of prescribing, dispensing and administration. This study was conducted to determine the percentage of medication error in prescribing error category, error dispensing and administration errors.

This research was conducted with descriptive methods, and data collection was done prospectively to data KOP (Patient Drug Card). Criteria include the study subjects with a diagnosis of breast cancer patients with/without comorbidities, who are hospitalized in Adam Malik Hospital during the period March 2014 - May 2014.

The results showed that of 105 sheets KOP with 228 sitostatica given amount of drug contained medication errors occur only in the category of prescribing errors that recipe/Patient Medication Card (KOP) is not complete as many as 91 cases (86.7%), one of the quantity/number of total 42 cases (40%) and there are no errors in the category of dispensing errors, administration errors. Based on data on Patient Medication Card (KOP), it can be concluded that the apparent phase error occurred medication prescribing in patients with breast cancer at Adam Malik Hospital.

Keywords: Medication errors, breast cancer, completeness recipes, Adam Malik Hospital


(7)

ANALISIS

MEDICATION ERROR

PADA RESEP PASIEN

KANKER PAYUDARA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN

KEMOTERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

ABSTRAK

Medication Error (ME) merupakan kesalahan yang terjadi pada proses

pengobatan yang sebenarnya dapat dicegah apabila faktor-faktor penyebab dapat diidentifikasi secara dini. Medication error dapat terjadi pada fase prescribing,

dispensing dan administration. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

persentase kejadian medication error kategori prescribing error, dispensing error

dan administration error.

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, dan pengambilan data dilakukan secara prospektif terhadap data KOP (kartu obat pasien). Kriteria subyek penelitian meliputi pasien dengan diagnosis kanker payudara dengan/tanpa penyakit penyerta, yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Maret 2014 - Mei 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 105 lembar KOP dengan 228 jumlah obat sitostatika yang diberikan terdapat medication error hanya terjadi pada kategori prescribing error yaitu resep/Kartu Obat Pasien (KOP) tidak lengkap sebanyak 91 kasus (86,7%), salah kuantitas/jumlah sebanyak 42 kasus (40%) dan tidak ada kesalahan pada kategori dispensing error, administration

error. Berdasarkan data pada Kartu Obat Pasien (KOP), dapat disimpulkan bahwa

jelas terjadi medication error fase prescribing pada pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.

Kata Kunci : Medication error, Kanker payudara, Kelengkapan resep, RSUP H. Adam Malik Medan


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Kerangka Penelitian ... 5

1.3 Perumusan Masalah ... 7

1.4 Hipotesis ... 7

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Medication Error ... 9

2.1.1 Definisi medication error ... 9

2.2 Resep ... 10


(9)

2.2.2 Jenis-jenis resep ... 11

2.3 Penulisan Resep ... 11

2.3.1 Pengertian penulisan resep ... 11

2.3.2 Tujuan penulisan resep ... 12

2.3.3 Kerahasiaan dank ode etik penulisan resep ... 12

2.3.4 Format penulisan resep ... 13

2.3.5 Prinsip penulisan resep di Indonesia ... 14

2.3.6 Menulis resep ... 14

2.4 Kanker Payudara ... 15

2.4.1 Definisi kanker payudara ... 15

2.4.2 Epidemiologi kanker payudara ... 16

2.4.3 Etiologi kanker payudara ... 16

2.4.4 Stadium kanker payudara ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Metode Penelitian ... 20

3.2 Sampel ... 20

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.4 Definisi Operasional ... 21

3.5 Instrumen Penelitian ... 23

3.5.1 Sumber data ... 23

3.5.2 Teknik pengumpulan data ... 23

3.6 Analisis Data ... 24

3.7 Bagan Alur Penelitian ... 24


(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Hasil Penelitian ... 26

4.2 Pembahasan ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

5.2 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Skema hubungan variabel bebas dan variabel terikat ... 6

Gambar 2 Bagan alur penelitian ... 24

Gambar 3 Karakteristik Medication Error pada penyakit kanker


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Data umur pasien kasus kanker payudara di RSUP H.

Adam Malik Medan ... 26 Tabel 4.2 Medication error kategori Prescribing error, dispensing

error, administration error yang terjadi pada pasien

kanker payudara di ruang pencampuran obat kemoterapi RSUP H. Adam Malik pada bulan Maret 2014–Mei

2014 ... 27

Tabel 4.3 Frekuensi penggunaan obat sitostatika yang terkena kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan ... 28

Tabel 4.4 Medication error pada parameter resep/KOP tidak lengkap dari kategori prescribing error ... 30


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan ... 38 Lampiran 2 Daftar Medication Error di RSUP H. Adam Malik Medan .... 39 Lampiran 3 Surat Tanda Menyelesaikan Penelitian dari RSUP H. Adam

Malik Medan ... 41 Lampiran 4 Gambar Ruangan Handling Sitotoxic ... 42


(14)

PRESCRIPTION MEDICATION ERROR ANALYSIS IN

BREAST CANCER PATIENTS GET THE CHEMOTHERAPY

IN ACTION ADAM MALIK HOSPITAL

ABSTRACT

Medication Error (ME) is an error that occurs in the process of treatment that could be prevented if the causal factors can be identified early. Medication errors can occur in the phase of prescribing, dispensing and administration. This study was conducted to determine the percentage of medication error in prescribing error category, error dispensing and administration errors.

This research was conducted with descriptive methods, and data collection was done prospectively to data KOP (Patient Drug Card). Criteria include the study subjects with a diagnosis of breast cancer patients with/without comorbidities, who are hospitalized in Adam Malik Hospital during the period March 2014 - May 2014.

The results showed that of 105 sheets KOP with 228 sitostatica given amount of drug contained medication errors occur only in the category of prescribing errors that recipe/Patient Medication Card (KOP) is not complete as many as 91 cases (86.7%), one of the quantity/number of total 42 cases (40%) and there are no errors in the category of dispensing errors, administration errors. Based on data on Patient Medication Card (KOP), it can be concluded that the apparent phase error occurred medication prescribing in patients with breast cancer at Adam Malik Hospital.

Keywords: Medication errors, breast cancer, completeness recipes, Adam Malik Hospital


(15)

ANALISIS

MEDICATION ERROR

PADA RESEP PASIEN

KANKER PAYUDARA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN

KEMOTERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

ABSTRAK

Medication Error (ME) merupakan kesalahan yang terjadi pada proses

pengobatan yang sebenarnya dapat dicegah apabila faktor-faktor penyebab dapat diidentifikasi secara dini. Medication error dapat terjadi pada fase prescribing,

dispensing dan administration. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

persentase kejadian medication error kategori prescribing error, dispensing error

dan administration error.

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, dan pengambilan data dilakukan secara prospektif terhadap data KOP (kartu obat pasien). Kriteria subyek penelitian meliputi pasien dengan diagnosis kanker payudara dengan/tanpa penyakit penyerta, yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Maret 2014 - Mei 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 105 lembar KOP dengan 228 jumlah obat sitostatika yang diberikan terdapat medication error hanya terjadi pada kategori prescribing error yaitu resep/Kartu Obat Pasien (KOP) tidak lengkap sebanyak 91 kasus (86,7%), salah kuantitas/jumlah sebanyak 42 kasus (40%) dan tidak ada kesalahan pada kategori dispensing error, administration

error. Berdasarkan data pada Kartu Obat Pasien (KOP), dapat disimpulkan bahwa

jelas terjadi medication error fase prescribing pada pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.

Kata Kunci : Medication error, Kanker payudara, Kelengkapan resep, RSUP H. Adam Malik Medan


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi tingkat pencapaian patient safety, khususnya terhadap tujuan tercapainya medikasi yang aman. Menurut Standar Akreditasi Rumah Sakit, kejadian medication error

dapat dibagi atas tiga kriteria yaitu fase prescribing error (kesalahan peresepan),

fase dispensing error (kesalahan pencampuran) dan fase administration error

(kesalahan pemberian) (Kemenkes, 2011). Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, dkk., 1991).

Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pengertian medication error

adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Medication error

yang terjadi tentunya merugikan pasien dan dapat menyebabkan kegagalan terapi, bahkan dapat timbul efek obat yang tidak diharapkan (Hartayu dan Aris, 2005).

Dalam penelitiannya, Dwiprahasto (2006), menyatakan bahwa 11%

medication error di rumah sakit berkaitan dengan kesalahan saat menyerahkan

obat ke pasien dalam bentuk dosis atau obat yang keliru.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 2 rumah sakit dan 10 apotek di Yogyakarta menunjukkan bahwa ketidaklengkapan resep seperti tidak


(17)

tercantumnya berat badan dan umur pasien merupakan hal yang menjadi pokok permasalahan dalam medication error (Hartayu dan Aris, 2005).

Dalam penelitiannya, Aiken, dkk., (2002) menyatakan bahwa kesalahan pengobatan dan efek samping obat terjadi rata-rata 6,7% pasien yang masuk ke rumah sakit. Di antara kesalahan tersebut, 25 hingga 50% adalah berasal dari kesalahan peresepan yang seharusnya dapat dicegah.

Studi yang dilakukan Bagian Farmakologi Universitas Gajah Mada antara 2001-2003 menunjukkan bahwa medication error terjadi pada 97% pasien

Intensive Care Unit (ICU) antara lain dalam bentuk dosis berlebihan atau kurang,

frekuensi pemberian keliru dan cara pemberian yang tidak tepat. Berdasarkan Laporan Peta Nasional Keselamatan Pasien (Kongres PERSI 2007) kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan (Depkes RI, 2008).

Data analisis kajian resep Instalasi Farmasi RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng tahun 2012, menunjukkan bahwa resep yang berpotensi menyebabkan terjadinya medication error karena resep tidak lengkap yaitu sebesar 36,75%. Dengan melihat data tersebut, menandakan bahwa peluang akan terjadinya

medication error di rumah sakit sangat besar (Andi, 2012)

Insiden medication error yang dilaporkan di RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng yaitu sebanyak 18 kasus (0,038 % dari total 46.660 lembar resep yang dilayani) pada tahun 2010 dan 16 kasus (0,031 % dari total 51.513 lembar resep yang dilayani) pada tahun 2011, kejadian ini antara lain disebabkan karena pemberian obat yang salah, dosis yang tidak rasional, kesalahan rute pemakaian, adanya kegagalan komunikasi/salah interpretasi antara prescriber (penulis resep)


(18)

dengan dispenser (pencampur resep/farmasis) dalam "mengartikan resep" yang disebabkan oleh tulisan tangan prescriber yang tidak jelas terutama bila ada nama obat yang hampir sama serta keduanya mempunyai rute pemberian obat yang sama pula, dan penulisan aturan pakai yang tidak lengkap. Tahun 2012 angka kejadian medication error di RSUD Prof Dr. H.M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng mengalami peningkatan menjadi 21 kasus (0,027 % dari total 77.571 lembar resep yang dilayani) (Andi, 2012).

Kanker payudara adalah kanker yang paling umum terjadi pada wanita baik di negara maju dan berkembang. Diperkirakan bahwa di seluruh dunia lebih dari 508.000 wanita meninggal pada tahun 2011 akibat kanker payudara. Meskipun kanker payudara dianggap penyakit negara maju, hampir 50% dari kasus kanker payudara dan 58% kematian terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2013).

Berdasarkan Data dari RS Kanker Dharmais dalam 5 tahun terakhir menemukan angka insiden kanker payudara menempati urutan pertama yaitu sebesar 32%, diikuti oleh kanker serviks sebesar 17%. Dari angka tersebut, 40% diantaranya adalah penderita stadium awal, 30% penderita kanker stadium lanjut lokal, dan stadium lanjut (metastase) sebesar 30% (Samuel, 2011).

Pengobatan kanker dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi dari beberapa terapi, antara lain pembedahan atau operasi, penyinaran atau radioterapi, pemakaian obat-obatan sitotoksik atau kemoterapi, peningkatan daya tahan tubuh atau imunoterapi, dan terapi dengan hormon. Hasil pengobatan kanker payudara bergantung pada stadium atau tingkatan kanker pada waktu pengobatan dilakukan (Agustria, 2006).


(19)

Terapi kanker dengan cara kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan atau hormon. Kemoterapi dapat digunakan dengan efektif pada penyakit-penyakit baik yang diseminata (infeksi yang disebar di seluruh tubuh) maupun yang masih terlokalisasi (Agustria, 2006).

Telah ditemukan kemajuan dalam penemuan senyawa-senyawa baru yang efektif pada tiga dekade terakhir. Pada awal penemuannya, kemoterapi dianggap sebagai terapi paliatif, tetapi akhir-akhir ini dapat diketahui bahwa beberapa jenis kanker dapat disembuhkan dengan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi kombinasi telah menunjukkan keberhasilan yang substansial, terutama kombinasi obat-obat yang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda. Kemajuan pengobatan pada beberapa jenis kanker tertentu dengan menggunakan beberapa jenis obat secara simultan, ataupun dengan pemberian kemoterapi secara sekuensial. Beberapa kanker diseminata dapat disembuhkan dengan kemoterapi saja. Hal ini membuktikan adanya toksisitas yang selektif dari kemoterapi (Agustria, 2006).

Penanganan kanker payudara membutuhkan komitmen jangka panjang baik dari pasien maupun dokter. Penanganan awal seperti kemoterapi dan radiasi memerlukan komitmen pasien untuk secara rutin kembali ke rumah sakit/dokter dalam beberapa bulan. Lalu pengobatan masih perlu dilakukan hingga 5-10 tahun kemudian untuk menurunkan risiko kanker muncul kembali (Samuel, 2011).

Kepatuhan pasien terhadap pengobatan kanker meliputi ketaatan mengikuti jadwal terapi yang sudah ditetapkan sesuai dengan protokol pengobatan yang dipilih dalam bentuk beberapa siklus yang harus diikuti. Siklus pengobatan ini hendaknya diikuti sampai tuntas tanpa terputus karena sel-sel kanker adalah sel


(20)

yang sangat cepat mengalami perkembangan jauh melebihi sel-sel tubuh yang normal. Jika proses pengobatannya tidak tuntas, sel-sel tersebut dapat berkembang lagi menjadi lebih banyak. Selain dari kepatuhan, kualitas dari pengobatan yang diberikan sesuai dengan tingkat atau derajat beratnya penyakit juga turut berperan dalam upaya penanganan kanker payudara (Samuel, 2011).

Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan identifikasi terjadinya

medication error pada obat-obat kemoterapi yang digunakan pasien kanker

payudara di ruang pencampuran obat kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2014. Penelitian ini diharapkan menjadi informasi tentang hal-hal apa saja yang menjadi medication error dalam penggunaan obat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan. Selain itu menjadi bahan kajian bagi pihak rumah sakit, khususnya profesional kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada pasien.

1.2 Kerangka Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang kejadian medication error di ruang pencampuran kemoterapi RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014. Dalam penelitian ini resep tidak terbaca, resep/KOP tidak lengkap, salah penulisan resep, salah dosis, salah nama obat, salah bentuk sediaan, salah kuantitas, salah rute, duplikasi, interaksi obat, tidak sesuai kebijakan, salah pasien, salah obat, salah formulasi/bentuk sediaan, salah dosis/kekuatan, salah kuantitas/jumlah, salah etiket, obat tidak dikemas, obat kadaluarsa/rusak/stabilitas, pemberian infuse tanpa label, salah pasien, salah obat, salah rute, salah waktu pemberian, obat tidak diberi, reaksi efek samping obat merupakan variabel bebas


(21)

(independent variable) dan prescribing error, dispensing error, administration

error sebagai variabel terikat (dependent variable). Hubungan kedua variabel

tersebut digambarkan dalam kerangka pikir penelitian seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 1 Skema hubungan variabel bebas dan variabel terikat - Salah pasien

- Salah obat - Salah formulasi - Salah dosis/kekuatan - Salah kuantitas/jumlah - Salah etiket

- Obat tidak dikemas - Obat kadaluarsa

Dispensing Error

Administration Error

- Pemberian infus tanpa label - Salah pasien

- Salah obat - Salah rute

- Salah waktu pemberian - Obat tidak diberi

- Reaksi efek samping obat Resep/ KOP M e d i c a t i o n E r r o r Telaah dan analisis Prescribing Error

- Resep tidak terbaca - Resep/KOP tidak lengkap - Salah penulisan resep - Salah dosis

- Salah nama obat - Salah bentuk sediaan - Salah kuantitas - Salah rute - Duplikasi - Interaksi obat


(22)

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah:

a. Apakah terjadi medication error kategori prescription error pada obat-obat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014?

b. Apakah terjadi medication error kategori dispensing error pada obat-obat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014?

c. Apakah terjadi medication error kategori administration error pada obat-obat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014?

1.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian ini adalah:

a. Terjadi medication error kategori prescription error pada obat-obat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014.

b. Terjadi medication error kategori dispensing error pada obat-obat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014.

c. Terjadi medication error kategori administration error pada obat-obat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014.


(23)

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui persentase kejadian medication error kategori prescription

error pada pasien penyakit kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan

pada bulan Maret 2014-Mei 2014.

b. Untuk mengetahui persentase kejadian medication error kategori dispensing

error pada pasien penyakit kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan

pada bulan Maret 2014-Mei 2014.

c. Untuk mengetahui persentase kejadian medication error kategori

administration error pada pasien penyakit kanker payudara di RSUP H.

Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014. 1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat ditindak lanjuti untuk menurunkan angka kejadian medication error pada pasien kanker payudara di Instalasi Rawat Inap sehingga didapatkan hasil terapi yang baik.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Medication Error

2.1.1 Definisi medication error

Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang

masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, dkk., 1991).

Kejadian medication error dibagi dalam empat fase, yaitu fase prescribing

(error terjadi pada penulisan resep), fase transcribing (error terjadi pada saat pembacaan resep), fase dispensing (error terjadi pada saat penyiapan hingga penyerahan obat) dan fase administration (error yang terjadi pada proses penggunaan obat) (Ariani, 2005).

Salah satu faktor penyebab terjadinya medication error adalah kegagalan komunikasi (salah interpretasi) antara prescriber (penulis resep) dengan dispenser

(pembaca resep). Kegagalan komunikasi ini dapat disebabkan oleh ketidakjelasan serta tidak lengkapnya penulisan resep, contoh ketidaklengkapan resep yaitu tidak tercantumnya berat badan dan umur pasien, padahal kedua unsur resep ini sangat penting sebagai dasar perhitungan dosis. Faktor lain yang berpotensi cukup tinggi untuk terjadinya medication error dan sering dijumpai adalah racikan pada resep yang berisi tiga kombinasi jenis obat dan adanya obat dalam satu peresepan memiliki aksi farmakologis yang sama, serta adanya pemakaian yang tidak sesuai yaitu obat kausatif yang dicampurkan dengan obat simptomatik dalam racikan (Hartayu dan Aris, 2005).


(25)

Meskipun awal mula penyebab kesalahan pengobatan berada dalam sistem, Namun itu adalah tanggung jawab masing-masing petugas kesehatan untuk mengambil setiap tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah terjadi kesalahan. Orang pertama yang dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah kesalahan pengobatan adalah penulis resep. Sekarang sulit untuk mengetahui tingkat kesalahan yang berhubungan dengan peresepan, karena banyak kesalahan tidak terdeteksi atau tidak dilaporkan. Ditemukan bukti yang menunjukkan bahwa masalah ini adalah substansial (Cohen, dkk., 1991).

Tidak penting seberapa besar ketepatan atau penyelesaian pesanan obat, mungkin hal tersebut disalahartikan jika resep tidak dapat dibaca. Tidak terbacanya tulisan tangan karena perintah pengobatan dan resep merupakan penyebab utama yang dikenal dari kesalahan pengobatan. Kesalahan tersebut telah mengakibatkan celaka pada pasien bahkan kematian (Cohen, dkk., 1991).

Perintah yang ditulis dengan buruk dapat menunda pemberian obat. Hal itu dapat meningkatkan potensi untuk kesalahan pengobatan yang serius yang berasal dari pemahaman yang salah tentang obat, dosis, rute pemberian dan waktu pemberian. Ketika petugas tidak dapat membaca perintah resep maka pekerjaan sangat terganggu. Gangguan tersebut dapat mempengaruhi kinerja seseorang dan hal tersebut lebih meningkatkan kemungkinan kesalahan (Cohen, dkk., 1991). 2.2 Resep

2.2.1 Definisi resep

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku


(26)

kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan atau membuat, meracik serta menyarahkan obat kepada pasien. (Syamsuni, 2006).

2.2.2 Jenis jenis resep

1. Resep standar (Resep Officinalis), yaitu resep yang komposisinya telah dibakukan dan dituangkan ke dalam buku farmakope atau buku standar lainnya. Penulisan resep sesuai dengan buku standar.

2. Resep magistrales (Resep Polifarmasi), yaitu resep yang sudah dimodifikasi atau diformat oleh dokter, bisa berupa campuran atau tunggal yang diencerkan dalam pelayanannya harus diracik terlebih dahulu.

3. Resep medicinal, yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang

maupun generik, dalam pelayanannya tidak mangalami peracikan.

Buku referensi : Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO), Indonesia

Index Medical Specialities (IIMS), Daftar Obat di Indonesia (DOI), dan

lain-lain.

4. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau tidak mengalami peracikan (Jas, 2009).

2.3 Penulisan Resep

2.3.1 Pengertian penulisan resep

Resep adalah wujud akhir kompetensi dokter dalam medical care, mengaplikasikan ilmu pengetahuan-keahlian dan keterampilannya dibidang farmakologi dan terapeutik kepada pasien. Secara teknis resep artinya pemberian obat secara tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop resep resmi kepada pasien, format, dan kaedah penulisan sesuai dengan dan per


(27)

Undang-Undangan yang berlaku. Permintaan tersebut disampaikan kepada farmasis/apoteker agar diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada pasien yang berhak (Jas, 2009).

2.3.2 Tujuan penulisan resep

Penulisan resep bertujuan untuk memudahkan dokter dalam pelayanan kesehatan di bidang farmasi sekaligus meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat. Secara umumnya, rentang waktu buka instalasi farmasi atau apotek lebih panjang dalam pelayanan farmasi dibandingkan praktek dokter, maka dengan wujudnya penulisan resep diharapkan akan memudahkan pasien dalam mengakses obat-obatan yang diperlukan sesuai dengan penyakit yang dihadapinya. Melalui penulisan resep, peran dan tanggung jawab dokter dalam pengawasan distribusi obat kepada masyarakat dapat ditingkatkan karena tidak semua golongan obat dapat diserahkan kepada masyarakat secara bebas. Selain itu dengan adanya penulisan resep, pemberian obat juga lebih rasional dengan adanya penulisan resep dibandingkan dengan dispensing (obat diberikan sendiri oleh dokter), dokter bebas memilih obat secara tepat, ilmiah dan selektif. Penulisan resep juga dapat membentuk suatu pelayanan yang berorientasi kepada pasien (patient oriented), dan penghindaran material oriented. Dalam masa yang sama, resep berperan juga sebagai rekam medis (medical record) yang dapat dipertanggungjawabkan, maka sifatnya adalah rahasia (Jas, 2009).

2.3.3 Kerahasiaan dan kode etik penulisan resep

Resep menyangkut sebagian dari rahasia jabatan kedokteran dan kefarmasian. Oleh karena itu, tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada yang tidak berhak. Resep bersifat rahasia yang harus dijaga oleh dokter dengan


(28)

apoteker karena resep menyangkut penyakit penderita, khususnya beberapa penyakit di mana penderita tidak ingin orang lain mengetahuinya. Selain kerahasiaan resep yang harus dijaga, terdapat kode etik dan kaidah penulisan resep yang diperlukan bagi menjaga hubungan dan komunikasi kolegalitas yang harmonis di antara profesional yang berhubungan, antara lain: medical care,

pharmaceutical care dan nursing care (Jas, 2009).

2.3.4 Format penulisan resep

Menurut Jas (2009), resep terdiri dari 6 bagian :

1. Inscriptio : nama dokter, no. SIP, alamat/telepon/HP/kota/tempat, tanggal penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi. Sebagai identitas dokter penulis resep. Format inscription suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi.

2. Invocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe” artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan apoteker.

3. Prescriptio/Ordonatio : nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang diinginkan.

4. Signatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi.

5. Subscrioptio : yaitu tanda tangan/paraf dokter penulis resep berguna sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.


(29)

2.3.5 Prinsip penulisan resep di Indonesia

Setiap negara mempunyai ketentuan sendiri tentang informasi apa yang harus tercantum dalam sebuah resep (WHO, 1994). Berikut ini prinsip penulisan resep yang berlaku di Indonesia.

1. Obat ditulis dengan nama paten/dagang, generik, resmi atau kimia.

2. Karakteristik nama obat ditulis harus sama dengan yang tercantun di label kemasan.

3. Resep ditulis dengan jelas di kop resep resmi.

4. Bentuk sediaan dan jumlah obat ditentukan dokter penulis resep. 5. Signatura ditulis dalam singkatan bahasa latin.

6. Pro atau peruntukan dinyatakan umur pasien. 2.3.6 Menulis resep

Resep ditulis pada kop format resep resmi dan harus menepati ciri-ciri yang berikut:

1. Penulisan resep sesuai dengan format dan kaidah yang berlaku, bersifat pelayanan medik dan informatif.

2. Penulisan resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang berarti ambillah atau berikanlah.

3. Nama obat, bentuk sediaan, dosis setiap kali pemberian dan jumlah obat kemudian ditulis dalam angka romawi dan harus ditulis dengan jelas.

a. Penulisan resep standar tanpa komposisi, jumlah obat yang diminta ditulis dalam satuan mg, g, IU atau ml, kalau perlu ada perintah membuat bentuk sediaan (m.f. = misce fac, artinya campurlah, buatlah).


(30)

ang saja dan jumlah sesuai dengan kemasannya.

4. Dalam penulisan nama obat karakter huruf nama obat tidak boleh berubah, misal: Codein, tidak boleh menjadi Kodein.

Pharmaton F tidak boleh menjadi Farmaton F. 5. Signatura ditulis dengan jelas, tutup dan paraf.

6. Pro atau peruntukkan obat dan umur pasien ditulis, misalnya Tn. Amir, Ny. Supiah, Ana (5 tahun).

7. Untuk dua sediaan, besar dan kecil. Bila dibutuhkan yang besar, tulis volume sediaan sesudah bentuk sedíaan.

8. Untuk sediaan bervariasi, bila ada obat dua atau tiga konsentrasi, sebaiknya tulis dengan jelas, misalnya: pediatric, adult, dan forte (Jas, 2009).

2.4 Kanker Payudara

2.4.1 Definisi kanker payudara

Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Kanker payudara merupakan salah satu bentuk pertumbuhan sel atau pada payudara. Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang dapat berubah-ubah tetapi masih dalam batas normal. Akan tetapi, jika sel metaplasia ini dipengaruhi faktor lain maka akan menjadi sel displasia, yaitu sel yang berubah menjadi tidak normal dan terbatas dalam lapisan epitel (lapisan yang menutupi permukaan yang terbuka dan membentuk kelenjar-kelenjar). Dimana pada suatu saat sel-sel ini akan berkembang menjadi kanker karena berbagai faktor yang mempengaruhi dalam kurun waktu 10-15 tahun (Kasdu, 2005).


(31)

2.4.2 Epidemiologi kanker payudara

Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang (Moningkey, 2000).

Kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker leher rahim. Diperkirakan 10 dari 100.000 penduduk terkena kanker payudara dan 70% dari penderita memeriksakan dirinya pada keadaan stadium lanjut (Ana, 2007).

2.4.3 Etiologi kanker payudara

Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara. Faktor-faktor resiko tersebut adalah :

a) Jenis kelamin

Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker payudara daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh kanker payudara.

b) Faktor usia

Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap sepuluh tahun, resiko kanker meningkat dua kali lipat.

Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun. c) Riwayat keluarga


(32)

Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan faktor resiko terjadinya kanker payudara.

d) Riwayat adanya tumor jinak payudara sebelumnya

Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas. e) Faktor genetik

Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker payudara adalah sebesar 80%.

f) Faktor hormonal

Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi perubahan hormon pada saat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

g) Usia menarche

Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen. h) Menopause

Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan resiko kanker payudara 3 %.

i) Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun.

Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya.


(33)

Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker payudara sebesar 30 % dibandingkan dengan wanita yang multipara.

k) Tidak menyusui

Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui.

l) Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol, dan obesitas (Rasjidi dan Hartanto, 2009).

2.4.4 Stadium kanker payudara

American Joint Committee on Cancer Staging of Breast Carcinoma membagi

stadium karsinoma menjadi :

Stadium 0 Ductal Carsinoma In Situ (DCIS) dan Lobular Carsinoma In Situ (LCIS).

Stadium I Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang serta kelenjar getah bening negatif

Stadium IIA Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai metastasis ke kelenjar getah bening atau karsinoma invasif lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dan kelenjar getah bening negatif Stadium IIB Karsinoma invasif dengan diameter lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening positif, atau karsinoma invasif berukuran lebih dari 5 cm dan kelenjar getah bening negatif


(34)

Stadium IIIA Karsinoma invasif ukuran berapapun dengan kelenjar getah bening terfiksasi atau karsinoma berukuran garis tengah lebih dari 5 cm dengan metastasis kelenjar getah bening nonfiksasi

Stadium IIIB karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada, karsinoma yang manginvasi kulit, atau setiap karsinoma dengan metastasis ke kelenjar getah bening


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Pengambilan data dilakukan secara prospektif, melalui pengumpulan data dari kartu obat pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014.

3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah kartu obat pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Maret 2014-Mei 2014. Sampel yang diambil harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum subyek yang dapat diikutsertakan ke dalam penelitian. Adapun yang menjadi kriteria inklusi adalah: a. Kartu obat pasien dengan diagnosis kanker payudara dengan/tanpa penyakit

penyerta, yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Maret 2014-Mei 2014.

b. Perempuan dengan batasan usia 30-70 tahun.

Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subyek tidak dapat diikutsertakan. Adapun yang menjadi kriteria eksklusi adalah kartu obat pasien selain periode Maret 2014-Mei 2014.


(36)

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014.

3.4 Definisi Operasional

a. Kasus kanker payudara adalah pasien yang terdiagnosis kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan periode Maret 2014-Mei 2014 yang mendapat terapi dengan kemoterapi baik secara injeksi maupun oral, berdasarkan data dari kartu obat pasien.

b. Resep lengkap adalah resep yang memuat tanggal/bulan/tahun penulisan resep, mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas, tanda R/ pada setiap sediaan, obat tunggal ditulis nama generik, obat kombinasi ditulis sesuai nama formularium dilengkapi bentuk, kekuatan, jumlah sediaan, obat racikan ditulis nama jenis/bahan obat (untuk bahan padat: mikrogram, milligram, gram; untuk cairan: tetes, milliliter, liter) dan jumlah bahan obat (bahan padat), aturan pakai (frekuensi, dosis, rute), identitas pasien (nama lengkap, tanggal lahir), untuk anak ditulis berat badan pasien, untuk resep kemoterapi dicantumkan luas permukaan tubuh (body surface area), nama dan tanda tangan dokter.

c. Resep tidak terbaca adalah petunjuk/perintah dokter yang tidak terbaca sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam melayaninya.

d. Salah penulisan resep adalah kesalahan yang terjadi akibat resep ditulis tidak benar yang akan menyebabkan kejadian yang tidak diinginkan.


(37)

e. Salah dosis adalah salah dalam menentukan takaran dosis obat yang diterima tubuh manusia.

f. Salah nama obat adalah suatu kesalahan dalam memberikan obat yang tidak sesuai dengan nama obat yang diminta.

g. Salah bentuk sediaan adalah kesalahan dalam memberikan suatu obat dengan bentuk sediaan yang tidak sesuai dengan yang diminta.

h. Salah kuantitas adalah salah dalam menentukan jumlah obat yang digunakan dalam pengobatan.

i. Salah rute adalah suatu kesalahan dalam pemberian obat yang mengakibatkan kejadian buruk yang terjadi pada pasien.

j. Duplikasi adalah suatu kejadian didalam pengobatan terdapat dua obat atau lebih yang isi dan khasiatnya sama.

k. Interaksi obat adalah suatu kejadian yang terjadi karena antar obat berinteraksi yang menghasilkan efek buruk.

l. Tidak sesuai kebijakan adalah merupakan obat-obat berbahaya yang diatur tata cara penggunaannya.

m. Salah pasien adalah suatu kesalahan yang terjadi karena obat diberikan pada pasien yang tidak sesuai dengan nama di kartu obat pasien.

n. Salah obat adalah suatu kesalahan dalam memberikan obat yang tidak sesuai dengan yang diminta.

o. Salah formulasi adalah suatu kesalahan akibat kesalahan dalam mencampurkan bahan berkhasiat obat.

p. Salah etiket adalah salah dalam memberikan etiket atau petunjuk penggunaan yang tidak benar.


(38)

q. Obat tidak dikemas adalah keadaan suatu bahan obat tidak berada dalam kemasan yang seharusnya.

r. Obat kadaluarsa adalah suatu keadaan obat tidak dapat digunakan karena sudah melewati ambang batas obat tersebut masih baik digunakan.

s. Pemberian infus tanpa label adalah suatu keadaan infus tidak dilengkapi label dan petunjuk yang jelas.

t. Salah waktu pemberian adalah kesalahan dalam waktu memberikan obat kepada pasien.

u. Obat tidak diberi adalah suatu kesalahan yang terjadi akibat obat tidak diberi kepada pasien.

v. Reaksi efek samping obat adalah suatu kejadian yang terjadi antar obat yang meninmbulkan reaksi efek samping obat yang merugikan pasien.

3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu data sekunder berupa kartu obat pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014.

3.5.2 Teknik pengumpulan data

Pengambilan data dilakukan dengan mengumpulkan kartu obat pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014. Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

a. mengelompokkan data kartu obat pasien berdasarkan kriteria inklusi.

b. mengelompokkan identitas, pengobatan yang diberikan, data klinis, dan data laboratorium pasien.


(39)

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dibuat rekapitulasi dalam tabel yang memuat tentang Prescribing Error, Dispensing Error, Administration

Error kemudian dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengidentifikasi Medication

Error yang tersaji dalam bentuk tabel.

3.7 Bagan Alur Penelitian

Adapun gambar pelaksanaan penelitian adalah seperti pada gambar berikut :

Gambar 2 Bagan Alur Penelitian. 3.8 Langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Menghubungi Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data, dengan mem-

bawa surat rekomendasi dari fakultas.

Prescribing Error

Penentuan Kriteria Identifikasi

Dispensing Error Administration Error

Penarikan Kesimpulan Pengolahan data


(40)

b. Menghubungi Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data, dengan membawa surat rekomendasi dari fakultas.

c. Mengelompokkan data dari kartu obat pasien yang tersedia di RSUP H. Adam Malik Medan.

d. Menganalisis data dan informasi yang diperoleh sehingga didapatkan kesimpulan dari penelitian.


(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan dari catatan kartu obat pasien di RSUP H. Adam Malik Medan periode Maret 2014-Mei 2014 diperoleh data seluruh pasien kasus kanker payudara di ruangan pencampuran obat kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan sebanyak 105 pasien. Penyajian data umur yang ditemukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data umur pasien kasus kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.

No. Umur pasien Frekuensi

1 < 20 tahun

-2 21 – 40 tahun 14

3 41 – 60 tahun 71

4 > 60 tahun 20

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur pasien yang terkena kanker payudara berumur 41 sampai dengan 60 tahun yaitu 71 orang.

Data yang didapatkan dari kartu obat pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 105 pasien, dan tidak ada ditemukan satu pun kriteria ekslusi pada penelitian ini, sehingga total subyek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 105 pasien dengan 228 jumlah obat sitostatika yang diberikan. Karakteristik medication error pada penyakit kanker payudara dapat dilihat pada Tabel 4.2.


(42)

Tabel 4.2 Medication error kategori prescribing error, dispensing error,

administration error yang terjadi pada pasien kanker payudara di ruang

pencampuran obat kemoterapi RSUP H. Adam Malik pada bulan Maret 2014–Mei 2014.

No. Prescribing Error

Jumlah Medication

Error

% 1 Resep tidak terbaca 0 0 2 Resep/KOP tidak lengkap 91 86,7 3 Salah penulisan resep 0 0

4 Salah dosis 0 0

5 Salah nama obat 0 0 6 Salah bentuk sediaan 0 0 7 Salah kuantitas/jumlah 42 40

8 Salah rute 0 0

9 Duplikasi 0 0

10 Interakasi Obat 0 0 11 Tidak sesuai kebijakan 0 0 No. Dispensing Error Medication Jumlah

Error

%

1 Salah pasien 0 0

2 Salah obat 0 0

3 Salah formulasi 0 0 4 Salah dosis/kekuatan 0 0 5 Salah kuantitas/jumlah 0 0

6 Salah etiket 0 0

7 Obat tidak dikemas 0 0 8 Obat kadaluarsa 0 0 No. Administration Error Medication Jumlah

Error

% 1 Pemberian infus tanpa label 0 0

2 Salah pasien 0 0

3 Salah obat 0 0

4 Salah rute 0 0

5 Salah waktu pemberian 0 0 6 Obat tidak diberi 0 0 7 Reaksi Efek Samping Obat 0 0


(43)

Frekuensi penggunaan obat sitostatika pada pasien yang terkena kanker payudara di ruang pencampuran obat kemoterapi di RSUP H. Adam Malik pada bulan Maret 2014-Mei 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Frekuensi penggunaan obat sitostatika yang terkena kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan

No. Nama Obat (Generik) Frekuensi % 1 Doxorubicin 78 34,2

2 5-FU 23 10,1

3 Episindan 2 0,9

4 Cyclophosfamid 23 10,1

5 Herceptin 4 1,8

6 Cysplatin 16 7,1

7 Novelbin 2 0,9

8 Leucoferin 2 0,9

9 Taxotere 4 0,9

10 Paclitaxel 74 0,4

Jumlah 228 100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ditemukan 228 penggunaan obat sitostatika. Pengobatan kanker dengan kemoterapi telah dibuktikan lebih efektif jika digunakan secara kombinasi dua atau lebih jenis obat. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai efek tambahan atau efek sinergis. Obat-obat yang digunakan secara kombinasi hendaknya telah menunjukkan efektivitas ideal pada penggunaan tunggal, memiliki mekanisme yang berbeda satu dengan yang lain, dan memiliki profil toksisitas yang berbeda sehingga dapat digunakan pada dosis optimal (Walker dan Edwards, 2001).

Kombinasi obat-obat sitotoksik yang sering dipakai antara lain fluorourasil, doksorubisin, dan siklofosfamid; siklofosfamid, epirubisin dan fluorourasil; doksorubisin dan siklofosfamid; siklofosfamid, metrotreksat dan fluorourasil; doksorubisin, siklofosfamid, dan paklitaksel (Levine, dkk.,1998).


(44)

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi tertinggi ketidaklengkapan resep yang dapat memicu terjadinya medication error adalah pada kategori

prescribing error yaitu resep/KOP tidak lengkap sebanyak 91 kasus dengan

persentase 86,7% dan salah kuantitas sebanyak 42 kasus dengan persentase 40%, sedangkan pada variabel lain tidak ada terjadi medication error kategori

prescribing error.

Berdasarkan hasil pengamatan kejadian medication error kategori

dispensing error dan administration error tidak terjadi sama sekali. Pada kategori

dispensing error tidak ditemukan adanya kesalahan karena beberapa hal

diantaranya adalah sumber daya manusia yang bekerja di instalasi farmasi bekerja sesuai farmasi klinis. Hal ini mungkin disebabkan para farmasis sering mengikuti pelatihan-pelatihan atau seminar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan farmasisnya. Kemudian hal lain yang menyebabkan tidak terjadi error dikarenakan oleh handling cytotoxic sudah bagus karena sudah standar JCI (Joint

Commision International), dimana sarana dan prasarana yang sudah baik seperti

pada ruang pencampuran obat kemoterapi memiliki sistem satu pintu serta dilakukannya double checking pada proses dispensing dengan harapan medication

error dapat diketahui sebelum obat sampai kepada perawat atau pasien. Dapat

dilihat gambar ruangan pada lampiran 4 hal. 42.

Kemudian pada kategori administration error juga tidak terjadi medication

error. Hal itu disebabkan karena pasien sudah memiliki barcode name sehingga

mencegah kesalahan pemberian. Gambar dapat dilihat pada lampiran 4 hal. 42. Dan juga karena fungsi pendidikan yang dilakukan oleh instalasi farmasi tidak


(45)

hanya kepada farmasis dan mahasiswa tetapi juga kepada perawat-perawat yang bertugas di ruang rawat/bangsal. Para farmasis memberikan pelatihan kepada para perawat mengenai cara pemberian obat, dosis dan aturan pakai. Sehingga kejadian

medication error pada fase administration error dapat diminimalisir. Selain itu,

tuntutan dari sistem JCI (sistem akreditasi rumah sakit yang bertaraf Internasional) memungkinkan peran apoteker dan perawat untuk mencegah terjadinya hal itu.

Error yang terjadi pada parameter resep/KOP tidak lengkap dari kategori

prescribing error dapat dilihat dalam Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Medication error pada parameter resep/KOP tidak lengkap dari kategori prescribing error.

No. Resep/KOP tidak lengkap Jumlah

1 Tanggal resep 5

2 Nomor rekam medis 33 3 Nama dan tanda tangan dokter 2 4 Nama sesuai formularium nasional 86

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat error pada parameter resep/KOP tidak lengkap misalnya ditemukan kasus pada tanggal resep. Hal ini merupakan faktor penting yang harus di lengkapi yang digunakan untuk dokumentasi resep. Sebab apabila terjadi suatu hal yang tidak diinginkan dapat lebih mudah dilacak dengan mengingat tanggal dan bulan berapa resep tersebut diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 5 kasus. Selain itu, ditemukan kasus yang termasuk resep/KOP tidak lengkap yaitu nomor rekam medis. Hal ini juga perlu untuk pelacakan apabila dibutuhkan data pasien secara lengkap jika terjadi kesalahan dalam pelayanan resep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat


(46)

sebanyak 33 kasus. Hal lain yang ditemukan dalam masalah resep/KOP tidak lengkap yaitu nama dan tanda tangan dokter. Hal ini merupakan persyaratan dari suatu resep lengkap yaitu nama dokter dan tanda tangan harus diisi oleh dokter yang berwenang memberi resep obat untuk kanker di RSUP H. Adam Malik Medan. Peraturan tersebut harus diawasi dengan ketat karena dikhawatirkan ada dokter-dokter yang menuliskan resep untuk kanker yang tidak memiliki izin dalam menuliskan resep kanker yang akhirnya memberikan dampak negatif terhadap kesembuhan pasien atau bahkan mencelakai pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 2 kasus. Obat tunggal seharusnya ditulis dengan nama generik namun pada kenyataannya masih banyak yang dituliskan dengan nama selain nama generik. Hal ini sangat penting dilakukan karena obat kanker adalah obat yang sitotoksik yang apabila salah dalam memberikan obat akan berakibat fatal terhadap kesembuhan pasien. Hal itu ditunjukkan dari jumlah kejadian yang ditemukan yaitu 86 kasus.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa medication error banyak terjadi pada karakteristik Prescribing Error (PE) itu berarti masih banyak obat yang diresepkan tidak sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit yang digunakan di RSUP H.Adam Malik Medan. Apabila ke-3 kategori tersebut ditampilkan dalam bentuk diagram maka akan seperti yang tertera di bawah ini.

Gambar 3 : Diagram karakteristik medication error pada resep kanker payudara.

2

0 0

0 5


(47)

Karakteristik medication error yang diamati dari catatan kartu obat pasien menunjukkan tingkat kesalahan paling tinggi pada karakteristik Prescribing Error

(PE), hal itu menunjukkan tingginya kesalahan pada saat peresepan, kemudian tidak terdapat kesalahan pada karakteristik Dispensing Error (DE) yang terjadi pada saat pencampuran obat dan tidak terdapat kesalahan pada Administration


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan Medication Error pada pasien penyakit kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan karakteristik:

1. Pada Prescribing Error (PE) peneliti hanya mendapatkan error yang terjadi yaitu resep/KOP tidak lengkap 86,7%, dan salah kuantitas/jumlah 40% dan selebihnya tidak terjadi kesalahan.

2. Pada Dispensing Error (DE) peneliti tidak mendapatkan error yang terjadi

artinya peran seorang apoteker telah mengikuti sistem.

3. Pada Administration Error (AE) peneliti tidak mendapatkan error yang terjadi artinya peran seorang perawat sudah bekerja dengan baik.

5.2Saran

1. Untuk penegakan disiplin terapi pengobatan pada pasien penyakit kanker payudara maka diharapkan dokter DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien)/PPDS mempunyai izin praktik di RSUP.H.Adam Malik Medan memberikan resep dengan benar sesuai yang dibutuhkan pasien.

2. Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap peran dari dokter, apoteker dan perawat agar medication


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Agustria, Z.S., (2006). ”Kemoterapi”, dalam Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Hal. 359.

Aiken, L.H., Clarke S.P., Sloane, D.M. (2002). Hospital nurse staffing and

drug-dispensing system in a hospital pharmacy. Clinics: Hal. 325-332.

Ana, K. (2007). Panduan Lengkap kesehatan Wanita. Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta. Hal. 97-123.

Andi, T. (2012). Faktor Penyebab Medication Error di RSUD Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

Anief, M. (2000). Peraturan Perundang-undangan Farmasi. Dalam: Anief M., ed.

Ilmu Meracik Obat: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. Hal. 10-22.

Ariani, N.W. 2005. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Resep Dokter

Anak di Apotek-Apotek Kota Yogjakarta Bagian Barat Tahun 2003.

Skripsi Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hal. 4.

Cipolle, R.S., Strand, L.M., Morley, P.C. (1998). Pharmaceutical Care Practice.

New York: MC Graw Hill. Hal. 73-119.

Cohen, M.R., Basse., Myers. (1991). Causes of Medication Error, in: Cohen. M.R., (Ed), Medication Error, American Pharmaceutical Association. Washington, DC. Hal. 230-240.

Depkes RI. (1992). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992. Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.

Depkes RI. (2004). Keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Depkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147. Perizinan Rumah Sakit. Jakarta. Depkes RI. (2008). Tanggungjawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien

(Patient safety). Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta.

Depkes RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tentang Rumah Sakit. Jakarta.


(50)

Depkes RI. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 147/Menkes/PER/I/2010. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Dwiprahasto, I., (2006). “Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan Risiko

Medication Error di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer,”Jurnal Berkala

Ilmu Kedokteran 2006, XXXVIII

diakses tanggal 17 Mei 2014.

Hartayu, T.S., Aris, W. (2005). Kajian Kelengkapan Resep yang Berpotensi Menimbulkan Medication Error di 2 Rumah Sakit dan 10 Apotek di Yogyakarta. Hal. 89-100. Tersedia:

Haskell, C.M. (1985). Cancer Treatment. Edisi kedua. Philadelphia: W.B. Saunders Company. Hal.137-139.

Jas, A. (2009). Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep. Edisi Kedua. Medan: Universitas Sumatera Utara Press. Hal. 1-15.

Kasdu. (2005). Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara. Hal. 45-68. Kemenkes. (2011). Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes RI. Hal.

98-107.

Kemenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Standar Pelayanan Kefarmasian

di Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Levine, M.N., Bramwell, V.H., Pritchard, K.I. (1998). “Randomized Trial of Intensive Cyclophosphamide, Epirubicin, and Fluorouracil Chemotherapy Compared With Cyclophosphamide, Methotrexate, and Fluorouracil in Premenopausal Women With Node-Positive Breast Cancer, National Cancer Institute of Canada Clinical Trials Group,” J Clin Oncol, 16 (8): 2651-8.

Moningkey, S. (2000). Epidemiologi Kanker Payudara. Medika; Januari 2000. Jakarta. Hal. 40-55 http://stetoskopmerah.blogspot.com/2009/04/aspek-klinis-dan-epidemiologis-penyakit.html Diakses pada 23 Mei 2104.

Rasjidi, I dan Hartanto, A. (2009). Kanker Payudara. Dalam: Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto. Hal. 51-91

Robbins. (2007). Buku Ajar Patologi. Edisi ketujuh. Jakarta: EGC. Hal 57-70. Samuel. (2011). Komitmen, kualitas, dan kepatuhan. Sanofi group (Online).


(51)

Siregar, J.P.C dan Amalia, L. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC. Hal. 7, 13-15, 17-19.

Syamsuni, H.A. (2006). Konsep Kefarmasian. Dalam: Elviana E. & Syarief W.

R.(eds). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 1- 38. Taneja, W.C.N., Wiegmann, D. (2004). The Role of Perception in Medication

Errors : Implications for Non-Technological Interventions. Hal. 172-176. Tjahjadi, G. (1995). Patologi Tumor Ganas Payudara, Kursus Singkat Deteksi

Dini dan Pencagahan Kanker. 6-8 November. FKUI-POI. Jakarta. Hal.

25-30.

Diakses pada 23 Mei 2014.

Walker, R., Edwards, C. (2001). Clinical Pharmacy and Therapeutics, edisi kedua, Churchill Livingstone: An Imprint of Harcourt Publisher Limited. London UK. Hal. 401-423.

WHO, 2013, World Health Organization-Breast Cancer. (online). (http:/


(52)

(53)

Lampiran 2. Daftar Medication Error di RSUP H. Adam Malik Medan

I. Prescribing Error (PE)

PE 1 Resep tidak dapat dibaca

PE 2 Resep / KOP tidak lengkap ( tidak ada tanggal / bulan / tahun penulisan resep, nama pasien, No MR (Barcode), BB pasien anak dan diagnosa pasien (khusus KOP), asal resep / KOP, bentuk, kekuatan, jumlah sediaan yang diminta, signa / aturan pakai, nama dan tanda tangan dokter, dsb; lihat pengertian resep lengkap). Dalam Kebijakan yang dimaksud resep lengkap adalah resep yang memuat tanggal / bulan / tahun penulisan resep, mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas, tanda R/ pada setiap sediaan, obat tunggal ditulis nama generik, obat kombinasi ditulis sesuai nama formularium dilengkapi bentuk, kekuatan, jumlah sediaan, obat racikan ditulis nama jenis/bahan obat (untuk bahan padat: microgram, milligram, gram; untuk cairan: tetes, milliliter, liter) dan jumlah bahan obat (bahan padat), aturan pakai (frekuensi, dosis, rute), identitas psien (nama lengkap, tanggal lahir), untuk anak ditulis berat badan pasien, untuk resep kemoterapi dicantumkan luas permukaan tubuh (body surface area), nama dan tanda tangan dokter. PE 3 Salah penulisan resep, misal penulisan IU → Unit Internasional,

penulisan jumlah obat No.XXXXX → L, XXXXV → XLV

PE 4 Salah dosis / kekuatan / frekuensi, misal: NKR 5mg → NKR 2,5mg; Renadinac 500mg → 25 atau 50mg, Ranitidin tab 3x1 → 2x1

PE 5 Salah nama obat, misal: ditulis sutinol → sistenol; Ocsuferin → Oxoferin

PE 6 Salah bentuk sediaan: Depakote tube → botol; Insulin Amp → vial/pen

PE 7 Salah kuantitas / jumlah PE 8 Salah rute

PE 9 Duplikasi PE 10 Interaksi Obat

PE 11 Tidak sesuai kebijakan PE 12 Lain-lain


(54)

II. Dispensing Error (DE) DE 1 Salah pasien

DE 2 Salah Obat, misal: Irvebal → Irbedox

DE 3 Salah formulasi / bentuk sediaan, misal : Depakote ER 250mg → Depakote 250mg; Antasida tab → Antasida Syr

DE 4 Salah dosis / kekuatan, misal: Captopril 12,5mg → Captopril 25mg DE 5 Salah kuantitas / jumlah

DE 6 Salah etiket ( salah nama pasien, frekuensi, petunjuk penggunaan obat)

DE 7 Salah Alkes (jenis, kekuatan, jumlah), misal: diminta Folley Cath → diberi Suction Cath; diminta Abbocath No.22 → diberi Abbocath No. 20; diminta spuit 3 cc 3 buah → diberi hanya 1 buah.

DE 8 Obat tidak dikemas

DE 9 Obat kadaluarsa / rusak / stabilitas, misal: obat tablet berubah warna, Manitol berkristal

DE 10 Lain-lain

III. Administration Error (AE) AE 1 Pemberian infuse tanpa label

AE 2 Salah pasien, misal: pemberian infuse dengan label nama pasien lain AE 3 Salah obat

AE 4 Salah rute

AE 5 Salah waktu pemberian AE 6 Obat tidak diberi

AE 7 Reaksi efek samping obat AE 8 Lain-lain


(55)

Lampiran 3. Surat Tanda Menyelesaikan Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan


(56)

Lampiran 4. Gambar alat-alat diruangan pencampuran kemoterapi

Gambar pintu resep masuk

Gambar lemari pendingin obat-obat kemoterapi


(57)

Gambar obat-obat sitotoksik Gambar lemari penyimpanan obat kemoterapi

Gambar wastafel Gambar pintu obat masuk kedalam ruang steril


(1)

(2)

Lampiran 2. Daftar Medication Error di RSUP H. Adam Malik Medan

I. Prescribing Error (PE) PE 1 Resep tidak dapat dibaca

PE 2 Resep / KOP tidak lengkap ( tidak ada tanggal / bulan / tahun penulisan resep, nama pasien, No MR (Barcode), BB pasien anak dan diagnosa pasien (khusus KOP), asal resep / KOP, bentuk, kekuatan, jumlah sediaan yang diminta, signa / aturan pakai, nama dan tanda tangan dokter, dsb; lihat pengertian resep lengkap). Dalam Kebijakan yang dimaksud resep lengkap adalah resep yang memuat tanggal / bulan / tahun penulisan resep, mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas, tanda R/ pada setiap sediaan, obat tunggal ditulis nama generik, obat kombinasi ditulis sesuai nama formularium dilengkapi bentuk, kekuatan, jumlah sediaan, obat racikan ditulis nama jenis/bahan obat (untuk bahan padat: microgram, milligram, gram; untuk cairan: tetes, milliliter, liter) dan jumlah bahan obat (bahan padat), aturan pakai (frekuensi, dosis, rute), identitas psien (nama lengkap, tanggal lahir), untuk anak ditulis berat badan pasien, untuk resep kemoterapi dicantumkan luas permukaan tubuh (body surface area), nama dan tanda tangan dokter. PE 3 Salah penulisan resep, misal penulisan IU → Unit Internasional,

penulisan jumlah obat No.XXXXX → L, XXXXV → XLV

PE 4 Salah dosis / kekuatan / frekuensi, misal: NKR 5mg → NKR 2,5mg; Renadinac 500mg → 25 atau 50mg, Ranitidin tab 3x1 → 2x1

PE 5 Salah nama obat, misal: ditulis sutinol → sistenol; Ocsuferin → Oxoferin

PE 6 Salah bentuk sediaan: Depakote tube → botol; Insulin Amp → vial/pen

PE 7 Salah kuantitas / jumlah PE 8 Salah rute

PE 9 Duplikasi PE 10 Interaksi Obat

PE 11 Tidak sesuai kebijakan PE 12 Lain-lain


(3)

II. Dispensing Error (DE) DE 1 Salah pasien

DE 2 Salah Obat, misal: Irvebal → Irbedox

DE 3 Salah formulasi / bentuk sediaan, misal : Depakote ER 250mg → Depakote 250mg; Antasida tab → Antasida Syr

DE 4 Salah dosis / kekuatan, misal: Captopril 12,5mg → Captopril 25mg DE 5 Salah kuantitas / jumlah

DE 6 Salah etiket ( salah nama pasien, frekuensi, petunjuk penggunaan obat)

DE 7 Salah Alkes (jenis, kekuatan, jumlah), misal: diminta Folley Cath → diberi Suction Cath; diminta Abbocath No.22 → diberi Abbocath No. 20; diminta spuit 3 cc 3 buah → diberi hanya 1 buah.

DE 8 Obat tidak dikemas

DE 9 Obat kadaluarsa / rusak / stabilitas, misal: obat tablet berubah warna, Manitol berkristal

DE 10 Lain-lain

III. Administration Error (AE) AE 1 Pemberian infuse tanpa label

AE 2 Salah pasien, misal: pemberian infuse dengan label nama pasien lain AE 3 Salah obat

AE 4 Salah rute

AE 5 Salah waktu pemberian AE 6 Obat tidak diberi

AE 7 Reaksi efek samping obat AE 8 Lain-lain


(4)

Lampiran 3. Surat Tanda Menyelesaikan Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan


(5)

Lampiran 4. Gambar alat-alat diruangan pencampuran kemoterapi

Gambar pintu resep masuk


(6)

Gambar obat-obat sitotoksik Gambar lemari penyimpanan obat kemoterapi

Gambar wastafel Gambar pintu obat masuk kedalam ruang steril