Efek Samping Kemoterapi pada Sistem Pencernaan Pasien Kanker Payudara di RSUP. H.Adam Malik Medan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah

satu

penyakit

berbahaya

bagi

kaum

wanita

adalah

kanker


payudara.Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel pada jaringan
payudara.WHO mengestimasikan bahwa 84 juta orang meninggal akibat kanker
dalam rentang waktu 2005-2015.American Cancer Society mengatakan bahwa pada
tahun 2013 terdapat 64.640 kasus kanker payudara dan sekitar 39.620 wanita
meninggal setiap tahunnya akibat kanker (American Cancer Society, 2013). Menurut
WHO, penderita kanker payudara sekitar 8-9% terjadi pada wanita. Pada umumnya,
kasus kanker payudara sering terjadi di negara berkembang dan sebagian besar kasus
kanker payudara menyerang wanita yang berusia 40-45 tahun. Namun, ada juga
wanita di luar usia tersebut (Nurcahyo, 2010). National Cancer Institute
mengungkapkan dari 7,6 juta kematian di dunia yang terjadi akibat penyakit, 13%
kematian tersebut disebabkan oleh penyakit kanker dan 458 ribu adalah kasus kanker
payudara.
Menurut data Global Burden Of Cancer tahun 2012, diketahui bahwa kanker
payudara merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus baru tertinggi, yaitu
sebesar 43,3% dan persentase kematian akibat kanker payudara sebesar 12,9%. Data
Global Burden Of Cancer dan IARC (International Agency for Research On Cancer)
2012menyebutkan bahwa angka kejadian kanker payudara di Indonesia 26 per

Universitas Sumatera Utara


100.000 perempuan. Prevalensi penyakit kanker payudara tertinggi di Indonesia
terjadi pada tahun 2013 sebesar 0,5%. Sementara di Sumatera Utara, prevalensi
kanker payudara sebesar 0,4% (Pusdatin Kemenkes RI, 2013). Di Medan, khususnya
di RSUP. H. Adam Malik Medan dari bulan Januari sampai bulan Oktober 2015
diperoleh sebanyak 401 pasien kanker payudara yang dirawat inap. Data yang
diperoleh dari rekam medik RSU Dr. Pringadi Medan pada tahun 2009-2010 terdapat
106 kasus kanker payudara rawat inap.Kanker payudara merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting dan harus diperhatikan karena morbiditas dan
mortalitasnya yang tinggi.
Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan
dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan
lanjut.Sebanyak 60-70% penderita datang pada stadium tiga, yang kondisinya terlihat
semakin parah (Depkes, 2013).Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka
kematian dari kanker tersebut.Berbagai pengobatan untuk penderita kanker payudara
telah dikembangkan di beberapa negara termasuk di Indonesia.Pengobatan yang
dilakukan adalah radioterapi, kemoterapi, hormonoterapi, imunoterapi, dan
pembedahan.Salah satu pengobatan yang sering diberikan adalah kemoterapi.
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan untuk membunuh sel kanker
pada payudara. Selain itu, dapat juga membunuh sel-sel yang sehat di seluruh tubuh

(Nugroho, 2013).Pelaksanaan kemoterapi dapat mempengaruhi kesehatan fisik,
psikologis, spiritual, status ekonomi, dan dinamika keluarga.Hasil penelitian Kayl &

Universitas Sumatera Utara

Meyers (2006), diperoleh bahwa kemoterapi dapat menimbulkan efek samping yang
sering muncul seperti mual, muntah, rambut rontok, kelelahan dan perubahan fungsi
seksual.Kemoterapi juga mempunyai efek samping seperti gangguan sistem saraf,
dehidrasi, rambut rontok, mual dan muntah, penurunan jumlah sel darah, dan diare
(Schuchter, 2014).
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Love et al. (1989), didapatkan
persentase pasien yang mengalami efek samping dari kemoterapi yang dijalaninya
yaitu kerontokan rambut sebanyak 89%, mual 87%, lelah 86%, muntah 54%,
gangguan tidur 46%, peningkatan berat badan 45%, sariawan 44%, kesemutan 42%,
gangguan pada mata 38%, diare 37%, konstipasi 19%, kemerahan pada kulit 18%,
dan penurunan berat badan 13%.Beberapa efek samping yang tidak diinginkan akan
timbul selama kemoterapi. Berat ringannya efek samping kemoterapi tergantung pada
banyak hal, antara lain jenis obat kemoterapi, lama pengobatan, kondisi tubuh,
kondisi psikis pasien (Bakhtiar, 2012). Efek kemotarapi dapat membuat perubahan
pada fisik penderita kanker, termasuk penderita kanker payudara. Kemoterapi dapat

memberikan efek pada sistem sirkulasi dan imun, sistem intergumen, sistem seksual
dan reproduksi, sistem pencernaan, sistem ekskresi (ginjal dan kandung kemih),
sistem saraf dan otot, sistem skeletal, serta sistem psikologis dan emosional
(American Cancer Society, 2013).
Sistem pencernaan adalah yang paling umum terkena dampak dari
pengobatan kemoterapi. Meskipun sering ditangani, tetapi mungkin tidak dikelola
dengan memadai. Manajemen yang tidak memadai terhadap mual, muntah, diare, dan

Universitas Sumatera Utara

konstipasi dapat mempengaruhi kondisi pasien. Efek fisik yang ditimbulkan dapat
menyebabkan penurunan kepatuhan rejimen pengobatan. Manajemen yang memadai
terhadap toksisitas dari pemberian kemoterapi pada sistem pencernaan dapat
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan, menurunkan gangguan
fisiologis, meningkatkankualitas hidup pasien dan pengasuh mereka, dan mencegah
efek samping serius yang berkepanjangan, dan peningkatan morbiditas dan mortalitas
(Smith, 2008).
Menurut penelitian Aslam (2014), didapatkan persentase efek samping dari
kemoterapi pada sistem pencernaan, yaitu mual 77%, muntah 75%, dan diare 35%.
Pasien kanker sering ditemui dalam kondisi kurang energi protein (KEP) atau yang

dikenal cachexia (Jatoi, 2014).Kanker meningkatkan kebutuhan metabolisme tubuh
dan sel kanker bersaing dengan sel yang sehat untuk mendapatkan nutrisi. Penderita
kanker akan mengalami kehilangan nafsu makan, mual muntah, dimana itu semua
dapat menurunkan asupan makanan ke dalam tubuh. Kemoterapi dapat mengubah
status nutrisi karena mengalami kehilangan nafsu makan dan mual muntah.Lesi di
mulut (stomatitis) sebagai efek dari kemoterapi dapat menyebabkan nyeri dan
kesulitan dalam mengunyah makanan.Kemoterapi menyebabkan kelelahan, maka
dapat mengurangi jumlah energi yang tersedia untuk memasak dan makan.(Craven,
2009).
Berdasarkan literatur di atas, tampak bahwa terjadi beberapa perubahan fisik
yang dapat ditimbulkan oleh kemoterapi khususnya pada sistem pencernaan sangat

Universitas Sumatera Utara

mempengaruhi kondisi tubuh.Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti
gambaran efek samping kemoterapi pada sistem pencernaan pasien kanker payudara.
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimanakah efek samping kemoterapi pada sistem pencernaan pasien
kanker payudara di RSUP. H. Adam Malik Medan.
1.3. Pertanyaan Penelitian

“Bagaimanakah efek samping pada sistem pencernaan pasien kanker
payudara di RSUP. H. Adam Malik Medan?”
1.4.Tujuan Penelitian
Untuk mengidentifikasi efek samping pada sistem pencernaan pasien kanker
payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Medan.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Pendidikan Keperawatan
Hasil yang didapat diharapkan dapat dijadikan tambahan dalam bahan materi
perkuliahan terkait tingkat keparahan efek samping kemoterapi pada sistem
pencernaan pasien kanker payudara.
2. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi ataupun bahan evaluasi
kepada perawat agar dapat secara terstruktur dalam memberikan intervensi
kepada pasien kemoterapi dan dapat memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien kemoterapi sebelum melakukan kemoterapi.
3. Penelitian Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar yang akan

memberikan informasi mengenai persentase tingkat keparahan efek samping
kemoterapi pada sistem pencernaan pasien kanker payudara. Untuk penelitian
selanjutnya, diharapkan dapat meneliti cara meminimalisirkan efek samping
kemoterapi pada sistem pencernaan pasien kanker payudara.

Universitas Sumatera Utara